laporan kegiatan bk adkasi-1

23
Laporan Kegiatan 7 LAPORAN KEGIATAN WORKSHOP PENGUATAN KAPASITAS BADAN KEHORMATAN DPRD Jakarta, 23 - 25 Nopember 2009 BAGIAN I PENDAHULUAN Dasar Pemikiran DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat yang penting dalam sistem pemerintahan daerah. Arti penting itu terlihat dari kedudukan dan peran DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan daerah yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang serta kewajiban institusional. DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, DPRD mempunyai tugas dan wewenang antara lain; membentuk perda, menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan. Disamping itu, DPRD mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kehidupan demokrasi, memperjuangkan kesejahteraan rakyat dengan menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Untuk melaksanakan fungsi, tugas, wewenang, dan kewajiban DPRD dengan baik, sudah semestinya anggota DPRD mempunyai –disamping- bekal kapasitas dan kapabilitas, juga memerlukan kredibilitas dan integritas. Untuk menjaga kredibilitas dan integritas anggota DPRD serta kehormatan lembaga DPRD, dibentuk Badan Kehormatan dan diperlukan kode etik DPRD. Badan kehormatan mempunyai peran untuk menegakkan kehormatan DPRD melalui kontrol pelaksanaan kode etik oleh seluruh anggota DPRD. Sementara itu kode etik diharapkan menjadi pedoman dan referensi dalam bersikap dan bertindak, sehingga seluruh perilaku anggota DPRD mencerminkan tindakan pejabat publik yang terhormat.

Upload: lutfiyatus

Post on 25-Jun-2015

131 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

LAPORAN KEGIATANWORKSHOP

PENGUATAN KAPASITAS BADAN KEHORMATAN DPRD

Jakarta,23 - 25 Nopember 2009

BAGIAN IPENDAHULUAN

Dasar Pemikiran

DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat yang penting dalam sistem pemerintahan daerah. Arti penting itu terlihat dari kedudukan dan peran DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan daerah yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang serta kewajiban institusional. DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, DPRD mempunyai tugas dan wewenang antara lain; membentuk perda, menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan. Disamping itu, DPRD mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kehidupan demokrasi, memperjuangkan kesejahteraan rakyat dengan menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

Untuk melaksanakan fungsi, tugas, wewenang, dan kewajiban DPRD

dengan baik, sudah semestinya anggota DPRD mempunyai –disamping- bekal kapasitas dan kapabilitas, juga memerlukan kredibilitas dan integritas.

Untuk menjaga kredibilitas dan integritas anggota DPRD serta kehormatan lembaga DPRD, dibentuk Badan Kehormatan dan diperlukan kode etik DPRD. Badan kehormatan mempunyai peran untuk menegakkan kehormatan DPRD melalui kontrol pelaksanaan kode etik oleh seluruh anggota DPRD.

Sementara itu kode etik diharapkan menjadi pedoman dan referensi dalam bersikap dan bertindak, sehingga seluruh perilaku anggota DPRD mencerminkan tindakan pejabat publik yang terhormat.

Dari pengalaman yang ada, masih banyak Badan Kehormatan DPRD yang belum efektif dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang. Lokalatih ini dimaksudkan untuk memfasilitasi anggota DPRD untuk merumuskan kode etik sesuai dengan kaidah ilmiah maupun normatif, dan mekanisme dan tatakerja Badan Kehormatan DPRD dalam rangka memperkuat kapasitas kelembagaan.

Tujuan

Setelah mengikuti workshop ini peserta diharapkan memiliki :1. Pemahaman terhadap landasan

yuridis dan politis perumusan kode etik DPRD

2. Kemampuan merumuskan kode etik DPRD atas dasar dengan kaidah ilmiah dan normatif, sesuai peraturan perundangan yang berlaku

Page 2: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

3. Mampu merumuskan mekanisme dan tatakerja Badan Kehormatan DPRD.

Hasil

Workshop Badan Kehormatan ini berhasil merumuskan draf Kode Etik DPRD Kabupaten.

Peserta

Peserta adalah Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten yang berjumlah 32 orang, terdiri dari:1. DPRK Aceh Jaya2. DPRK Bireun3. DPRK Aceh Tenggara4. DPRD Kabupaten Magelang5. DPRD Kabupaten Halmahera

Barat6. DPRD Kabupaten Barru7. DPRD Kabupaten Madiun8. DPRD Kabupaten Jombang9. DPRD Kabupaten Luwu Timur10.DPRD Kabupaten Lamandau11.DPRD Kabupaten Sidoarjo12.DPRD Kabupaten Malang

Materi dan Nara Sumber

1. Sesi I:Pemaparan tentang Adkasi dan Diskusi terkait Program Advokasi, Loby dan Peningkatan Kapasitas DPRD.Nara Sumber: Iwan S. Sulasno (Direktur Eksekutif Adkasi)

2. Sesi II:Mambangun Etika Politik di Parlemen; Pembelajaran atas Kinerja Badan Kehormatan DPR RI 2004-2009.Nara Sumber: Drs. Ferry Mursyidan Baldan

3. Sesi III:Kode Etik Parlemen dalam Perspektif Etika ParlemenNara sumber: Dr. Donny Gahral Adian (Filsafat UI)

4. Sesi IV:Implementasi Kode Etik DPRDNara Sumber: Iwan S. Soelasno, Joko Sustanto, Awaluddin

Sistematika

Rumusan hasil dan kesimpulan dari Workshop Nasional ini meliputi: Bagian Pertama adalah

Pendahuluan, berisikan latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini, tujuan, dan sistematika penulisan.

Bagian Kedua berikan proses Workshop dan diskusi materi yang berkembang.

Bagian Ketiga berisikan draf Kode Etik DPRD Kabupaten.

Pelaksanaan

Workshop Nasional Penguatan Kapasitas Badan Kehormatan ini pada:

Hari : Senin - Rabu Tanggal : 23-25 November 2009 Tempat : Hotel Sheraton Media

Jl Gunung Sahari Raya Jakarta 10720

Page 3: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

Bagian IIPROSES WORKSHOP

Pembukaan

Acara dibuka oleh Bapak Iwan S. Soelasno, Direktur Eksekutif Seknas Adkasi. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan selamat atas terpilih dan terpilihnya kembali menjadi anggota DPRD Kabupaten.

Sesi IPemaparan tentang ADKASI dan Diskusi tentang Layanan Adkasi.

Adkasi didirikan pada tanggal 28 Agustus 2001, melalui Musyawarah Nasional (Munas) Pimpinan DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia di Mataram.

Keanggotan Adkasi mencakup seluruh pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten se-Indonesia. Oleh karena itu, rumusan visi Adkasi adalah: “DPRD Kabupaten menjadi lembaga yang efektif, efisien, dan otonom yang menjalankan prinsip-prinsip Tata Pemerintahan Daerah yang baik yang membawa manfaat bagi masyarakat di daerah”.

Sedangkan misi Adkasi dirumuskan sebagai berikut:ADKASI adalah Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia yang mendukung anggotanya untuk menjadi lembaga pemerintahan daerah yang efektif, transparan, bertanggung jawab, dan independen.

Jika diringkas, rumusan misi ini bisa menjadi slogan, yakni ADKASI, berkomitmen untuk memperkuat pemerintahan kabupaten di Indonesia secara efektif.

Misi ini menyiratkan implementasi dari program-program penguatan kelembagaan baik bagi ADKASI maupun anggotanya. Dari misi ini mandat dan fungsi-fungsi pokok dapat diturunkan.

Untuk memberikan nilai-nilai dasar yang menjadi kerangka ideologis bagi seluruh pembuatan kebijakan dan keputusan dalam ADKASI serta kegiatan-kegiatannya, Rencana Strategis ini memberikan serangkaian nilai-nilai dasar paling penting sebagai panduan ideologis bagi ADKASI, dan melalui ADKASI, bagi anggotanya.

Sebagai wadah berhimpun para pimpinan dan anggota DPRD, Adkasi memberikan berbagai layanan kepada para anggotanya. Layanan yang diberikan Adkasi, antara lain advokasi, informasi dan komunikasi dan peningkatan kapasitas DPRD Kabupaten.

Sesi II“Membangun Etika Politik di Parlemen; Pembelajaran atas Kinerja Badan Kehormatan DPR RI 2004-2009 dan Muatan Material pada Perumusan Kode Etik DPRD”.Oleh: Drs. Ferry Mursidan Baldan

Munculnya kode etik lebih karena desakan dari luar. Sebenarnya, DPRD telah bekerja dengan tata tertib. Kode etik mengatur apa yang boleh dan tidak boleh yang sifatnya personal.

Kode etik lahir karena adanya kecurigaan dan kekhawatiran public terhadap kerja dewan. Dalam kode etik yang tertuang adalah norma dan nilai-nilai yang memandu anggota

Page 4: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

DPRD agar mampu menampilkan citra diri sebagai anggota DPRD yang terhormat.

Dalam hal tingkat kehadirannya misalnya, apakah ukuran kinerja hanya berdasarkan absensi kehadiran? Padahal, ada anggota yang hadir, namun diam saja dalam rapat, maka menjadi kurang bermakna. Karena itu dalam UU diatur ketidakhadiran berturut-turut selama 3 bulan dalam menjadi alasan pemberhentian.

Kode etik hendaknya tidak dijadikan alat politicking diantara anggota DPRD. Karena sesungguhnya tugas utama Badan Kehormatan adalah menjaga citra anggota secara keseluruhan. Tugasnya adalah mengkonfirmasi berbagai dugaan pelanggaran. Hasilnya disampaikan dalam rapat paripurna.

Badan Kehormatan mengklarifikasi berbagai hal yang sifatnya negative. Karena itu, BK juga sekaligus menjalankan fungsi public realtion (PR). Dalam hal penting dipikirkan bahwa BK mestinya bukan sebagai lembaga penindak.

Norma-norma kode etik bisa diambil dari larangan-larangan dalam UU. Selanjutnya diserahkan kembali ke partai politik untuk menetapkan sanksi, bukan ke pimpinan dewan.

Terkait dengan hasil klarifikasi BK, hasilnya mestinya tidak disampaikan ke pers.

Tata tertib dengan mengacu ke UU 27/2009 semakin baik. Rapat yang sebelumnya tertutup, di UU tersebut pada prinsipnya terbuka.

Untuk dapat menegakkan kode etik, harus ditunjang daya dukung yang

memadai, baik anggaran maupun supporting systemnya. Sepanjang hal itu tidak terpenuhi, DPRD akan selalu dibawah eksekutif dan bisa bermain mata yang berpotensi melanggar kode etik.Batasi ruang untuk sampai ke pemberhentian. Sekali lagi, tugas Badan Kehormatan adalah menjaga citra anggota DPRD. Kalau sampai ke pemberhentian, lebih mengaja ke larangan mengacu ke UU.

Sesi III“Kode Etik DPRD dalam Prespektif Politik dan Hukum”Oleh: Dr. Donny Gahral Adian(dosen Filsafat UI dan penulis buku)

Pemimpin politik adalah mereka yang diberi otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan politik yang memiliki konsekuensi public. Oleh sebab itu, legimitasi menjadi sesauatu yang sungguh-sunguh sentral dalam kepemimpinan politik.

Legimitasi politik terkait dengan otoritas pimpinan politik dalam menjatuhkan keputusan politik. Keputusan seorang anggota parlemen menyekolahkan anaknya ke luar negeri tidak masuk dalam ranah legitimasi politik.

Legitimasi politik dapat dibagi berdasarkan charisma, tradisonal dan legal. Legimitasi legal diperoleh melalui pemilihan umum secara langsung sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sebaliknya, kekuasaan yang didapatkan melalui cara-cara inskonstitusional adalah tidak sah.

Terkait dengan etika pemimpin politik, tidak selalu berurusan dengan prinsip atau hukum moral. Sebagai anggota parlemen, dimana anggota parlemen adalah profesi,

Page 5: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

maka harus diikat dengan kode etik profesi.

Profesionalitas anggota parlemen adalah pengabdian pada kepentingan orang banyak yang berarti mengesampingkan kepentingan pribadi. Dengan demikian, profesi anggota parlemen memiliki konsekuensi etis yang cukup berat.

Ada tiga komponen etika perlemen:1. Aturan main yang jelas (kode

etik) yang mengatur tindak tanduk anggota parlemen.

2. Sanksi yang jelas dan tegas.3. Komite etik atau badan

kehormatan yang berisikan orang-orang berintegritas tinggi.

Sebagai kode etik profesi, etika parlemen harus memperhatikan tiga kewajiban utama seorang individu sebagai anggota parlemen.

Pertama, kewajiban anggota terhadap konstituen yang memilihnya, anggota harus bekerja keras menyelesaikan permasalahan yang dihadapi konstituen yang memilihnya.

Kedua adalah kewajiban anggota terhadap mereka yang bukan konstituennya. Apabila sang anggota memiliki kecakapan atau pengetahuan yang dapat membantu sekelompok orang yang bukan konstituennya, maka yang bersangkutan harus melakukannya.

Ketiga adalah kewajiban anggota terhadap institusi parlemen itu sendiri, dalam artian nama baik dan martabat institusi. Perilaku koruptif anggota parlemen, dalam hal ini, dapat menurunkan kepercayaan public pada perlemen.

Office of The Senate Ethics Officer (semacam Badan Kehormatan) di Kanada memiliki tiga prinsip fundamental berkenaan dengan etika parlemen, yaitu:1. Anggota parlemen dituntut untuk

tetap aktif di komunitas atau wilayahnya selain tetap melayani kepentingan public.

2. Anggota parlemen dituntut untuk memenuhi kewajiban publiknya dengan menjunjung tinggi patokan etis untuk menghindari konflik kepentingan.

3. Anggota parlemen harus mengatur persoalan privatnya sedemikian rupa sehingga konflik kepentingan yang muncul muncul dapat dihindarkan.

Dalam kode etik juga harus memuat sanksi. Sanksi harus mengandung kepastian dan konsistensi, sanksi tidak boleh diskriminatif dan sanksi juga harus diumumkan ke public sebagai bentuk akuntabilitas public.

Karena itu, kehadiran Badan Kehormatan DPRD haruslah independen, yakni harus bebas dari segala tekanan dalam mengambil keputusan. Disamping itu, BK harus memiliki integritas moral tinggi dan harus menjalankan fungsi preventif dengan menyediakan jasa konsultasi bagi anggota yang memiliki persoalan etis terkait dengan jabatannya.

Sesi IVImplementasi Kode Etik DPRD

Dalam sesi ini, peserta diajak mendiskusikan beberapa hal terkait kode etik. Nara sumber menyampaikan draf kode etik dan peserta mendiskusikan draf tersebut, yang dapat dilihat dalam bagian III ini.

Page 6: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

BAGIAN IIIHASIL-HASIL

Workshop ini berhasil merumuskan Draf Kode Etik DPRD. Draf ini bisa diadopsi oleh DPRD Kabupaten seluruh Indonesia.

Page 7: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Laporan Kegiatan

7

Page 8: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

DRAFT

KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.......................................................

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ......................NOMOR……………….

TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH………………..

8

Page 9: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

DAFTAR ISI DRAFT KEPUTUSAN DPRDLAMPIRAN DRAFT KEPUTUSAN DPRDKONSIDERANPENDAHULUANBAB I Ketentuan UmumBAB II Maksud dan Tujuan

a. Maksud b. Tujuan

BAB III Kepribadian dan Tanggung Jawaba. Kepribadianb. Tanggung Jawab

BAB IV Mekanisme Penyampaian PernyataanBAB V Ketentuan Dalam RapatBAB VI Perjalanan DinasBAB VII Kekayaan, Imbalan dan Pemberian HadiahBAB VIII Konflik Kepentingan dan Perangkapan Jabatan

a. Konflik Kepentinganb. Perangkapan Jabatan

BAB IX KerahasiaanBAB X Hubungan Dengan Mitra Kerja dan Lembaga DI Luar

DPRDa. Hubungan dengan Mitra Kerjab. Hubungan dengan Lembaga Luar

BAB XI Tugas dan Wewenang Badan Kehormatana. Tugasb. Wewenang

BAB XII Sanksi dan RehabilitasiBAB XIII Perubahan Kode EtikBAB XIV Ketentuan Penutup

9

Page 10: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

LOGO

DEWAN PERWAKILAN DAERAH ………………….

KEPUTUSANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH…………..

NOMOR............................

TENTANGKODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ………….

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH …………..

Menimbang : a. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ............ mempunyai kedudukan sebagai wakil rakyat yang terhormat (kata ”terhormat diserahkan masing-masing daerah mau dicantumkan atau tidak), yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, negara, masyarakat, dan konstituennya dalam melaksanakan tugasnya.

b. bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud huruf a di atas, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ........................ perlu memiliki landasan etik atau filosofis yang mengatur perilaku dan ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan.

c. bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b diatas, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah .............. perlu memiliki Kode Etik yang bersifat mengikat dan wajib dipatuhi oleh setiap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah...........................dalam menjalankan tugasnya demi menjaga harkat, martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah..............

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999, sebagaimana telah diubah oleh UU No 20 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123).

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004, dan Tambahan Lembaran Negara nomor 4437).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 37

10

Page 11: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4540), sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2006 (Lembaran Negara Tahun .......).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005, (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4417). (menunggu PP Tatib terbaru)

7. Peraturan Daerah tentang Keuangan Daerah (diserahkan masing- masing daerah akan dicantumkan atau tidak).

8. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ..................... Nomor...............Tanggal ...... Tentang Peraturan Tata Tertib DPRD.....................

Memperhatikan : Laporan ………………..Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.............. yang ditugasi membahas Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ………….dan Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah……………..

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ………. TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAERAH …………..

PERTAMA : Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah …………, sebagaimana termuat dalam lampiran keputusan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di …………….. Pada tanggal ………………

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH………………….

KETUA

WAKIL KETUA WAKIL KETUA WAKIL KETUA

11

Page 12: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH……………..NOMOR …………………TANGGAL …………………

KODE ETIKDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH …………..

PENDAHULUAN

Bahwa perkembangan ketatanegaraan Indonesia saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses reformasi dalam berbagai aspek kehidupan kenegaraan yang antara lain, ditentukan oleh kualitas kerja dan kinerja lembaga legislatif yang memiliki komitmen politik, moralitas, dan profesionalitas yang lebih tangguh dalam proses pelaksanaan ketatanegaraan yang didasarkan pada terciptanya suatu sistem pengawasan dan keseimbangan. Komitmen tersebut semakin dirasa penting sebagai upaya untuk mewujudkan DPRD...........................yang kuat, produktif, terpercaya, dan berwibawa dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Karena menyadari bahwa kedudukannya sebagai wakil rakyat yang terhormat (kata ”terhormat” tergantung dari setiap daerah mau ditampilkan atau tidak), Anggota DPRD ......................... bertanggungjawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, negara, masyarakat, dan konstituennya dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan.

Untuk melaksanakan tugas konstitusionalnya, Pimpinan dan Anggota DPRD ......................bersepakat untuk menyusun suatu Kode Etik DPRD......................., yang bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh setiap Pimpinan dan Anggota DPRD ...........................selama menjalankan tugasnya di dalam maupun di luar gedung demi menjaga harkat, martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD........................ Kode Etik ini merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota DPRD ..................

Kode etik Pimpinan dan Anggota DPRD.................. ini disusun dalam kerangka dan acuan atas keragaman budaya, persoalan daerah, dinamika politik, dan keadaan-keadaan khusus di dalam suatu masyarakat daerah. Hal ini dimaksudkan bukan saja karena kekhasan tersebut akan dengan sendirinya menjelaskan persoalan daerah, tetapi juga dalam kerangka menghormati kearifan-kearifan lokal.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Kode Etik ini, yang dimaksud dengan :1. Kode Etik adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau

filosofis dengan peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Pimpinan dan Anggota DPRD.

2. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ............ 3. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD.4. Anggota DPRD adalah Anggota DPRD Periode 2004-2009 yang telah diambil sumpah atau

janjinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalam melaksanakan tugasnya sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan rakyat.

12

Page 13: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

5. Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan memiliki kewenangan untuk meneliti, memverifikasi, dan mengklarifikasi terhadap Pimpinan dan Anggota Dewan yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Tata Tertib, Kode Etik, Sumpah dan Janji (yang tercantum dalam PP 25 Tahun 2004).

6. Mitra Kerja adalah pihak-pihak baik Pemerintah Daerah, perseorangan, kelompok, organisasi, badan swasta, dan instansi lainnya, yang mempunyai hubungan tugas dengan DPRD.

7. Rapat ialah semua jenis rapat, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Tata Tertib DPRD.8. Keluarga adalah suami atau istri dan anak Pimpinan dan Anggota DPRD.9. Sanak famili adalah pihak-pihak yang mempunyai hubungan pertalian darah dan semenda sampai

derajat ketiga ke samping Pimpinan dan Anggota DPRD.10. Perjalanan Dinas adalah perjalanan Pimpinan dan/atau Anggota DPRD untuk melaksanakan

tugas, fungsi dan wewenangnya sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. (“baik yang dilakukan di dalam daerahnya atau daerah lain di wilayah Republik Indonesia maupun di luar batas wilayah Republik Indonesia” –terserah masing-masing daerah akan dicantumkan atau tidak).

11. Rahasia adalah rencana, kegiatan, atau tindakan yang telah, sedang, atau akan dilakukan, dan hal-hal lain yang dianggap penting, yang dapat mengakibatkan kerugian besar dan bahaya apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang yang tidak berhak.

12. Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD, karena melanggar Peraturan Tata Tertib, Kode Etik, Sumpah dan Janji.

13. Rehabilitasi adalah pernyataan pemulihan nama baik Pimpinan dan Anggota DPRD di hadapan Rapat Paripurna, karena tidak terbukti melanggar Peraturan Tata Tertib, Kode Etik, Sumpah dan Janji.

14. Hadiah adalah pemberian barang, uang, dan atau sesuatu lainnya yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, perseorangan, kelompok, organisasi, badan swasta, dan instansi lainnya, kepada Pimpinan dan Anggota DPRD.

15. Kekayaan adalah harta benda bergerak maupun tidak bergerak yang dimiliki oleh Pimpinan dan atau Anggota DPRD.

16. Imbalan adalah pemberian kepada Pimpinan dan atau Anggota DPRD karena pelayanan dan jasanya.

17. Pemanggilan secara patut adalah yang disampaikan tiga (3) hari sebelum pemeriksaan, dan disampaikan kepada yang bersangkutan dengan tanda terima.

18. Penasihat adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mendampingi pelapor maupun Pimpinan dan atau Anggota DPRD yang dilaporkan dalam sidang Badan Kehormatan.

19. Organisasi adalah organisasi umum di luar organisasi politik.

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan TujuanPasal 2

(1) Kode Etik DPRD ini ditetapkan dengan maksud menjadi penuntun bagi Pimpinan dan Anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang serta kewajibannya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kode Etik DPRD bertujuan untuk menjaga harkat, martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD serta membantu Pimpinan dan Anggota DPRD dalam melaksanakan setiap tugas, fungsi, dan wewenangnya kepada bangsa, negara, masyarakat dan konstituennya.

BAB III

13

Page 14: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

KEPRIBADIAN DAN TANGGUNG JAWAB

Kepribadian Pasal 3

Pimpinan dan Anggota DPRD wajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan, berintegritas yang tinggi, dengan senantiasa menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia, mengemban amanat penderitaan rakyat, mematuhi Peraturan Tata Tertib DPRD, menunjukkan profesionalisme sebagai Anggota, dan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya.

Tanggung Jawab Pasal 4

(1) Pimpinan dan Anggota DPRD bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan tugasnya secara jujur, adil dan transparan, mematuhi hukum, menghormati keberadaan lembaga legislatif, mempergunakan kekuasaan dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara.

(2) Pimpinan dan Anggota DPRD bertanggung jawab menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi rakyat kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, lembaga atau pihak yang terkait secara adil tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, dan gender.

BAB IV MEKANISME PENYAMPAIAN PERNYATAAN

Pasal 5

(1) Pernyataan yang disampaikan dalam rapat, konsultasi, atau pertemuan berikut penyampaian hasilnya adalah pernyataan dalam kapasitas sebagai Anggota, Pimpinan Alat Kelengkapan, atau Pimpinan DPRD.

(2) Pernyataan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sebagai pernyataan pribadi.

(3) Pimpinan dan Anggota DPRD yang tidak menghadiri suatu rapat, konsultasi, atau pertemuan tidak diperkenankan menyampaikan hasil rapat, konsultasi, atau pertemuan tersebut, sebagaimana diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD, dengan mengatasnamakan forum tersebut kepada publik.

BAB V KETENTUAN DALAM RAPAT

Pasal 6

(1) Pimpinan dan Anggota DPRD harus mengutamakan tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi kewajibannya.

(2) Ketidakhadiran Pimpinan dan Anggota DPRD secara fisik sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam rapat sejenis, tanpa ijin dari Pimpinan Fraksi, merupakan suatu pelanggaran kode etik.

14

Page 15: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

Pasal 7

(1) Selama rapat berlangsung setiap Pimpinan dan Anggota DPRD bersikap sopan santun, bersungguh-sungguh menjaga ketertiban, dan memenuhi segala tata cara rapat sebagaimana diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD.

(2) Terhadap Pimpinan dan Anggota DPRD apabila hendak meninggalkan rapat/paripurna, harus mendapatkan ijin dari Pimpinan Sidang. (Akan disesuaikan dengan daerah masing-masing).

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugasnya, Pimpinan dan Anggota DPRD berpakaian sesuai dengan Peraturan dan Tata Tertib DPRD.

BAB VI PERJALANAN DINAS

Pasal 9

(1) Pimpinan dan Anggota DPRD dapat melakukan perjalanan dinas di dalam daerah, atau ke luar daerah maupun keluar negeri dengan biaya APBD sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Pimpinan dan Anggota DPRD tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas DPRD.

(3) Pimpinan dan Anggota DPRD wajib mengikuti semua kegiatan yang diagendakan dalam perjalanan dinas.

(4) Pimpinan dan Anggota DPRD tidak dapat membawa keluarga dalam suatu perjalanan dinas, kecuali dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau atas biaya sendiri.

(5) Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang, Anggota DPRD yang akan menghadiri undangan harus mendapat izin tertulis dari Pimpinan DPRD.

(6) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melaksanakan perjalanan dinas ke luar negeri harus memperoleh izin tertulis dari Gubernur atas usul Pimpinan DPRD.

BAB VII KEKAYAAN, IMBALAN, DAN PEMBERIAN HADIAH

Pasal 10

Pimpinan dan Anggota DPRD wajib melaporkan kekayaan kepada pihak terkait secara jujur dan benar, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11 Pimpinan dan Anggota DPRD dilarang menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII KONFLIK KEPENTINGAN DAN PERANGKAPAN JABATAN

Konflik Kepentingan Pasal 12

15

Page 16: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

(1) Sebelum mengemukakan pendapatnya dalam pembahasan suatu permasalahan tertentu, Pimpinan dan Anggota DPRD harus menyatakan di hadapan seluruh peserta rapat, apabila ada suatu kepentingan pribadinya dalam permasalahan yang dibahas di luar kedudukannya sebagai Anggota DPRD.

(2) Setiap Pimpinan dan Anggota DPRD mempunyai hak suara pada setiap pengambilan keputusan, kecuali apabila rapat memutuskan lain karena yang bersangkutan mempunyai konflik kepentingan dalam permasalahan yang sedang dibahas.

Pasal 13

Pimpinan dan Anggota DPRD dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi semua proses peradilan, untuk kepentingan diri pribadi dan/atau pihak lainnya.

Pasal 14 Pimpinan dan Anggota DPRD dilarang menggunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, keluarga, sanak famili, dan pihak lain yang mempunyai usaha atau melakukan penanaman modal dalam suatu bidang usaha.

Perangkapan Jabatan Pasal 15

Pimpinan dan Anggota DPRD dilarang melakukan perangkapan jabatan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX KERAHASIAAN

Pasal 16

Pimpinan dan Anggota DPRD wajib menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang dinyatakan sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah ditentukan atau sampai masalah tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum.

BAB X HUBUNGAN DENGAN MITRA KERJA DAN LEMBAGA DI LUAR DPRD

Hubungan dengan Mitra Kerja Pasal 17

(1) Pimpinan dan Anggota DPRD bersikap adil dan profesional dalam melakukan hubungan dengan

mitra kerjanya.(2) Pimpinan dan Anggota DPRD tidak diperkenankan melakukan hubungan dengan mitra kerjanya

dengan maksud meminta atau menerima imbalan atau hadiah untuk kepentingan pribadi.

Hubungan dengan Lembaga di Luar DPRD Pasal 18

Pimpinan dan Anggota DPRD yang ikut serta dalam kegiatan organisasi di luar DPRD harus mengutamakan tugasnya sebagai Anggota DPRD.

16

Page 17: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

BAB XITUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN

TugasPasal 19

Badan Kehormatan mempunyai tugas:(1) Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika, dan moral Pimpinan dan Anggota DPRD dalam

rangka menjaga harkat, martabat dan kehormatan sesuai dengan Kode Etik DPRD.(2) Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan Pimpinan dan Anggota DPRD terhadap Peraturan

Tata Tertib dan Kode Etik serta Sumpah dan Janji.(3) Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan Pimpinan dan Anggota

DPRD dan/atau Masyarakat.(4) Menyusun kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3), baik berupa sanksi maupun rehabilitasi atas dugaan pelanggaran Peraturan Tata Tertib, Kode Etik, Sumpah dan Janji.

WewenangPasal 20

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Kehormatan mempunyai wewenang :(1) Memanggil Pimpinan dan anggota yang diduga melakukan pelanggaran Peraturan Tata Tertib,

Kode Etik, Sumpah dan Janji, untuk memberikan penjelasan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan.

(2) Meminta keterangan pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau alat bukti lain.

(3) Memberi rekomendasi sanksi atau rehabilitasi atas dugaan pelanggaran Peraturan Tata Tertib DPRD, Kode Etik, Sumpah dan Janji, berdasarkan hasil penyelidikan, persidangan, kesimpulan dan pengambilan keputusan yang disertai dengan berita acara penyelidikan dan persidangan.

BAB XIISANKSI DAN REHABILITASI

Pasal 21

(1) Sanksi dan rehabilitasi, ditetapkan dan dilaksanakan oleh Rapat Paripurna DPRD.(2) Sanksi dan Rehabilitasi dilaksanakan berdasarkan Peraturan Tata Tertib DPRD.

(Perlu dipikirkan juga mengenai jenis-jenis pelanggaran dan sangsinya)

BAB XIIIPERUBAHAN KODE ETIK

Pasal 22

(1) Usul perubahan Kode Etik DPRD dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) orang Pimpinan dan Anggota DPRD dari fraksi yang berbeda.

(2) Usul perubahan yang berasal dari Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD, dengan disertai daftar nama, nomor Anggota, dan tanda tangan pengusul serta nama Fraksinya.

17

Page 18: Laporan Kegiatan BK Adkasi-1

(3) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna untuk diambil keputusan.

(4) Dalam hal usul perubahan disetujui, Rapat Paripurna membentuk dan menyerahkannya kepada Panitia Khusus yang dibentuk untuk keperluan tersebut.

(5) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan di dalam Rapat Paripurna untuk diambil keputusan.

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 24Kode Etik ini mengikat Pimpinan dan Anggota DPRD dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya.

Pasal 25

Kode Etik ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

18