observasi managemen layanan bk

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan. Pengajaran di kelas-kelas saja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam itu. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah, maupun di luar sekolah. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, 1

Upload: dini-nh

Post on 25-Jul-2015

394 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia

seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan.

Pengajaran di kelas-kelas saja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab

tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam itu. Pelayanan

bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam

upaya pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah, maupun di luar sekolah.

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya

landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang

lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang

selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau

mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,

intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses

berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah

kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli

memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman

atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam

menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan

bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus,

atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak

selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan

dan nilai-nilai yang dianut.1

Menurut definisinya manajemen adalah suatu proses dimana

pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi. Menurut G.R

Terry, pengertian manajemen yaitu pencapaian tujuan yang telah ditentukan

terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain. Menurutnya, Manajemen

1 http://bukunnq.wordpress.com/2012/04/01/laporan-manajemen-bk-pelaksanaan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-smpn-1-marioriwawo-soppeng/

1

merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan:

Perencanaan, Pengorganisasian, Penggiatan dan Pengawasan yang dilakukan

untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Pengertian lain manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

mewujudkan tujuan organisasi melalui serangkaian kegiatan berupa

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang

serta sumber daya organisasi lainnya. Pada intinya, manajemen merupakan

serangkaian pengaturan atau pengorganisasian untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Dalam pengaplikasiannya terhadap kegiatan Bimbingan dan

Konseling, maka dapat diambil suatu dasar pengelolaan layanan Bimbingan

dan Konseling yang merujuk pada konsep dasar dan fungsi – fungsi

manajemen agar layanan Bimbingan dan Konseling tertata dan berjalan

dengan rapi demi mencapai suatu tujuan yaitu mengoptimalkan peserta didik

agar dapat mengarahkan,mengatur, serta mengerti akan dirinya sendiri juga

dapat mengambil keputusan secara mandiri namun terarah dan tepat.2

B. Tujuan

Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui managemen layanan

bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra di Bojongsari Depok, dan juga

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang

diberikan oleh dosen kami Zikri Neni Iska, M.Psi. Laporan ini juga berfungsi

sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan observasi selanjutnya.

2 http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar-manajemen-dan-aplikasinya.html

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan

Penyusunan program bimbingan dan konseling disekolah dimulai dari

kegiatan asesmen atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan

masukan bagi penyusunan program. Kegiatan asesmen ini memiliki asesmen

lingkungan dan asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik. Visi dan misi

serta tujuan harus dapat dirumuskan dengan tepat dan benar. Komponen

program, meliputiu komponen pelayanan dasar, komponen pelayanan

responsif, komponen perencanaan individual, komponen dukungan sistem.

Action plane atau rencana operasional, diperlukan untuk menjamin peluncuran

program bimbingan dan konseling dapat dilaksankan secara efektif dan

efisien.

B. Pelaksanaan

Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen

pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3)

perencanaan indiviual, dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

1. Pelayanan Dasar

Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada

seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara

klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka

mengembangkan perilaku jangka pan-jang sesuai dengan tahap dan tugas-

tugas perkem-bangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi

kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih

dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Penggunaan

instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di

kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini.

Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan

pengalaman tersetruktur yang disebutkan.

3

a. Tujuan

Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar

memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat,

dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain

membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas

perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan

sebagai upaya untuk membantu konseli agar (1) memiliki kesadaran

(pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,

sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan

untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku

yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu

menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu

mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

b. Fokus pengembangan

Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang

dikembangkan menyangkut aspek aspek pribadi, sosial, belajar dan

karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam

mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi

kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas

dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup

pengembangan: (1) self-esteem, (2) motivasi berprestasi, (3)

keterampilan pengambilan keputusan, (4) keterampilan pemecahan

masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi,

(6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab.

Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat

SLTP/SLTA) mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi

kehidupan, (2) pemantapan pilihan program studi, (3) keterampilan

kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-

rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja,

(6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-

4

kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10)

dampak pergaulan bebas. 

2. Pelayanan Responsif

Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli

yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan

dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan

gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling

indiviaual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih

tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam

pelayanan responsif.

a. Tujuan

Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat

memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya

atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam

mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat

juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah

atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat

itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah

pengembangan pendidikan.

b.   Fokus pengembangan

Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau

kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan

keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi

perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan

untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan

program studi, sumber- sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman

keras, narkotika, pergaulan bebas.

Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang

dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat

perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau

5

gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada

umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami

melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.

Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami

konseli diantaranya: (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa

rendah diri, (3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan

sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara matang), (4) membolos

dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan

belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah,

(9) malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11)

masalah tawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah dalam

keluarga.

Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh

dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan

menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas

perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi,sosiometri,

daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat

ungkap masalah (AUM).

3.    Perencanaan Individual

Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli

agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan

peren-canaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan

kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang

tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan

segala karakteris-tiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan

informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki

konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil

keputusan yang tepat di dalam mengem-bangkan potensinya secara

optimal, termasuk keber-bakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan

orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kola-borasi, dan

advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.

6

a. Tujuan

Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar (1)

memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu

merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap

perkembang-an dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,

maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan

pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya. Tujuan

perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya

memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola

rencana  pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya

sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi

kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangan

dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual

ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan

lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan

keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui

pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:

1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,

merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi,

yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang

Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.

2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka

pencapaian tujuannya.

3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.

4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

b. Fokus pengembangan

Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan

pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci

cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek (1)

akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan

pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau

7

pelajar-an tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang

hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir,

mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk

kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi

pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan

sosial yang efektif.

4. Dukungan Sistem

Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan

konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem

merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra

struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan

pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan,

yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau

memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.

Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam

memper-lancar penyelenggaraan pelayanan diatas. Sedangkan bagi

personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan

program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi

aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking), (b) kegiatan

manajemen, (c) riset dan pengembangan.

C. Evaluasi

1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program

bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan

mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah

direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk

menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam

pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat

kegiatan penilaian.

8

Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966)

mengemukakan pendapatnya: “Evaluation consist of making systematic

judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in

relation to special standards“.

Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan

informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan

ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya

mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha

mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan

perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program

kegiatan yang telah dilaksanakan.

Penilaian kegiatan bimbingan adalah segala upaya, tindakan atau

proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang

berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dengan mengacu pada

kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan

yang dilaksanakan.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan

pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di adalah mengacu

pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan

pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan

membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang

lebih baik.

Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling,

penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan

layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat

diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan

bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah

tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program

selanjutnya.

Evaluasi program bimbingn menurut W.S Winkel (1991: 135),

adalah usaha menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu

9

sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan. Sedangkan menurut

Dewa Ketut Sukardi (1990: 47) adalah segala upaya tindakan atau proses

untuk menentukan derajat kualiatas kemajuan kegiatan yang berkaitan

dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan

mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan

program bimbngan yang dilaksanakan. Jadi Evaluasi pelaksanaan program

bimbingan adalah suatu usaha dan untuk menilai efisiensi dan efektifitas

pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu program

bimbingan dan konseling. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan

konseling iaiah uasaha penelitian, dengan cara mengumpulkan data secara

sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh secara

objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah

perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan

kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.

Adapun fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di

sekolah adalah:

1. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing

konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program

bimbingan dan konseling.

2. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata

pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan

perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa,

agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas

implementasi program BK di sekolah.

Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program

bimbingan dan konseling bertujuan utnuk :

1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek

yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.

2. Mengetahui tingkat fisisnsi dan efektivitas stratgi pelksanaan program

bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu

tertentu.

10

3. Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program

bimbingan dan konseling ditujukan untuk:

a.   Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan

konseling.

b.   Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas dari layanan

bimbingan dan konseling.

c.   Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan

dan/ atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.

d.   Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam

usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan

dan konseling.

e.    Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat

terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

f.  Mengetahui sejauh mana kontribusi program bimbingan dan

konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya,

TIK DAN TIU pada khususnya.

g.  Mendapatkan informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan

langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling

selanjutnya.

h.    Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian

dengan kebutuhan.

2. Aspek yang Dievaluasi

Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan

bimbingan, yaitu penilain proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan

bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan

untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari

hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:

1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;

2. Keterlaksanaan program;

3. Hambatan-hambatan yang dijumpai;

11

4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;

5. Respon siswa, personil, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan

bimbingan;

6. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan

bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar;

dan keberhasilan siswa setelah menamatkan  baik pada studi lanjutan

ataupun pada kehidupannya di masyarakat.

Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling

lebih bersifat “penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara

berikut ini.

1. Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan

bimbingan.

2. Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan

atau pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.

3. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa

sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan

bimbingan.

4. Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan

lebih lanjut.

5. Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini

terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang

berkesinambungan).

6. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan

kegiatan layanan.

Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya

berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling

berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi (seperti

partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan layanan menurut

siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap layanan

lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru

pembimbing; komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana

penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh

12

mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu

yang berharga bagi kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan

bahan atau kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap siswa.

3. Desain Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah

sistematis sebagai berikut.

1.    Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.

2.    Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data

3.   Mengumpulkan dan menganalisis data.

4.   Melakukan tindak lanjut (Follow Up).

Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala

sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah

lainnya. Di samping itu penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh

pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi

yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau kabupaten).

Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain siswa,

kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh

masyarakat, para pejabat depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah

lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi,

angket, tes, analisis hasil kerja siswa, dan sebagainya.

Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu.

Kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis

untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan

pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian

secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi

tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Data

dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban/

akuntabiltas pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

13

D. Analisis dan Tindak Lanjut

Hasil Evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan

perbaikan, kebutuhan peserta diidk yang belum terlayani, kemampuan personil

dalam melaksanakan program serta dampak program terhadap perubahan

perilaku peserta diidk dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu

proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.

E. Personal Bimbingan dan Konseling

Dibawah ini dijelaskan tugas personel sekolah yang berkaitan dengan

kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

1. Kepala Sekolah

2. Wakil Kepala Sekolah

3. Tugas Koordinator Bimbingan dan Konseling

4. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

5. Staf Administrasi

6. Peran Guru Mata Pelajaran

7. Peran Orang Tua Siswa

8. Siswa

9. Tenaga Ahli

14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Observasi

Hari, Tanggal : Jumat, 01 Juni 2012

Pukul : 10.00 – 11.15 WIB

Sasaran : SMA Al-Hasra

Jalan Parung Ciputat KM 24 Bojongsari Depok

Nara Sumber : Yuni Fitri Rajayu, S.Pd. (Guru BK SMA Al-Hasra)

B. Hasil Observasi

1. Pola Manajemen

Pola manajemen BK yang digunakan di SMA AL-Hasra masih bersifat

konvensional. Hal itu terlihat tidak adanya struktur organisasi BK. Dari kepala

sekolah langsung kepada guru BK. Tidak adanya jadwal pelajaran BK dalam

jadwal pelajaran sekolah memperlihatkan bahwa BK disekolah ini tidak terlalu

diperhatikan. Guru BK hanya manfaatkan waktu kosong siswa untuk

memberikan layanan BK.

2. Kegiatan Manajemen Pelayanan

Bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra belum mempunyai

kegiatan manajemen pelayanan yang baik, ini terlihat dari :

a. Tingkat kebutuhan siswa SMA Al-Hasra akan layanan bimbingan dan

konseling di sekolah masih rendah, artinya tidak banyak siswa yang sadar

akan pentingnya bimbingan dan konseling. Guru BK harus bergerak aktif

agar siswa mau membicarakan masalah yang dihadapinya.

b. Jumlah guru BK di SMA Al-Hasra masih kurang memenuhi jika

dibandingkan dengan jumlah siswanya mulai dari kelas X sampai dengan

kelas XII. SMA Al-Hasra hanya memiliki seorang guru BK yaitu ibu

Yuni Fitri S.Pd di mana guru BK memegang kurang lebih 250 siswa asuh.

c. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra dilaksanakan di luar

jam sekolah. Guru BK tidak mempunyai jam masuk kelas sehingga

15

layanan BK dilaksanakan di luar jam sekolah seperti layanan konsultasi,

konseling individual dan bimbingan kelompok.

d. Jenis layanan BK yang dilaksanakan di SMA Al-Hasra meliputi :

Layanan informasi : intensitasnya sering

Layanan orientasi : sering

Layanan penempatan dan penyaluran : sering

Layanan bimbingan belajar : sering (Guru Mata Pelajaran)

Layanan Konseling individual : sering

Layanan bimbingan kelompok : insidental

Layanan konseling kelompok : jarang

Layanan mediasi : jarang

Konsultasi : sering

e. Kegiatan pendukung yang ada di SMA Al-Hasra, meliputi :

Aplikasi instrumentasi

Himpunan data

Konferensi kasus

Kunjungan rumah

Alih tangan kasus

C. Manajemen Komponen BK

1. Personel dalam bimbingan dan konseling

Personel merupakan sekelompok individu yang terbagi berdasarkan

tugas dan perannya di dalam manajemen bimbingan dan konseling yang saling

berhubungan. Personel-personel bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra

meliputi :

a) Kepala sekolah

Kepala sekolah SMA Al-Hasra dalam manajemen BK berkedudukan

sebagai manajer sekolah dan penanggung jawab pelaksanaan teknik

bimbingan dan konseling. Adapun sebagai penanggung jawab pelaksanaan

bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai

berikut :

16

Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah

meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, bimbingan dan konseling.

Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi

terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien

Melaksanakan supervisi (pengawasan dan pembinaan) terhadap program

layanan bimbingan dan konseling

Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah.

Menetapkan koordinator konselor yang bertanggung jawab atas koordinasi

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan

bersama para konselor

Membuat surat tugas konselor dalam proses bimbingan dan konseling

pada setiap awal semester

Mengadakan kerjasama dengan instalasi lain terkait dengan pelaksanaan

kegiatan bimbingan dan konseling.

2) Guru pembimbing

Guru BK di sini merupakan pelaksana utama yang mengkoordinasi

semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Sedangkan tugasnya sebagai berikut :

Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling

Merencanakan program bimbingan dan konseling

Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling

Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah

siswa yang memadai tanggung jawab

Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling

Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling

Menganalisis hasil evaluasi

Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi

Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling

Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator

konselor

17

3) Guru mata pelajaran

Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada

siswa

Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada konselor

Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan

hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan

pembimbingan dan konseling

Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan

layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani

layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.

Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka

penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya

Berpertisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, dalam

upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan

potensi serta berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi

kasus.

4) Staf tata usaha

Membantu konselor dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh

kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah

Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling

Membantu menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

layanan bimbingan dan konseling

Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif

siswa.

5) Wali kelas

Membantu konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas

yang menjadi tanggung jawabnya

18

Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam

pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi

tanggung jawabnya

Memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas

yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan

dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling,

seperti konferensi kasus

Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan

konseling kepada guru pembimbing/konselor.

19

BAB IV

PENUTUP

Dari hasil observasi yang dilaksanakan di SMA Al-Hasra didapatkan hasil

bahwa Sekolah ini menjalankan Bimbingan Konseling dengan baik.

Pola manajemen BK yang digunakan di SMA AL-Hasra masih bersifat

konvensional. Hal itu terlihat tidak adanya struktur organisasi BK. Dari kepala

sekolah langsung kepada guru BK.

Bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra belum mempunyai kegiatan

manajemen pelayanan yang baik, ini terlihat dari :

a. Tingkat kebutuhan siswa SMA Al-Hasra akan layanan bimbingan dan

konseling di sekolah masih rendah, artinya tidak banyak siswa yang sadar

akan pentingnya bimbingan dan konseling. Guru BK harus bergerak aktif agar

siswa mau membicarakan masalah yang dihadapinya.

b. Jumlah guru BK di SMA Al-Hasra masih kurang memenuhi jika dibandingkan

dengan jumlah siswanya mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. SMA

Al-Hasra hanya memiliki seorang guru BK yaitu ibu Yuni Fitri S.Pd di mana

guru BK memegang kurang lebih 250 siswa asuh.

c. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Al-Hasra dilaksanakan di luar jam

sekolah. Guru BK tidak mempunyai jam masuk kelas sehingga layanan BK

dilaksanakan di luar jam sekolah seperti layanan konsultasi, konseling

individual dan bimbingan kelompok.

d. Jenis layanan BK yang dilaksanakan di SMA Al-Hasra meliputi :

Layanan informasi : intensitasnya sering

Layanan orientasi : sering

Layanan penempatan dan penyaluran : sering

Layanan bimbingan belajar : sering (Guru Mata Pelajaran)

Layanan Konseling individual : sering

Layanan bimbingan kelompok : insidental

Layanan konseling kelompok : jarang

Layanan mediasi : jarang

Konsultasi : sering

20

e. Kegiatan pendukung yang ada di SMA Al-Hasra, meliputi :

Aplikasi instrumentasi

Himpunan data

Konferensi kasus

Kunjungan rumah

Alih tangan kasus

21