metode observasi instrumen bk 1

Upload: rosiana-puteri

Post on 19-Oct-2015

481 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Metode observasi instrumen bimbingan konseling. alat ukur instrument. pelayanan BK. Oservasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui penagamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki. Observasi itu sendiri mempunyai pengertian yang sempit dan juga pengetian yang luas. Dalam arti yang sempit observasi berarti mengamatin secara langsung terhadap gejala yang ingin diselidiki. Sedangkan observasi dalam artian yang luas berarti mengamati secara langsung dan tidak langsung terhadap gejala-gejala yang ingin diselidiki. Alat pengumpul data yang bisa dipergunakan dalam mlakukan observasi ialah dengan menggunakan catatan anekdot atau lebih populer disebut blanko observasi. Blanko observasi dapat digunakan oleh pembimbing sebagai alat pembantu dalam mencatat dan mendiskripsikan tingkah laku siswa yang sedang diamati.

TRANSCRIPT

A. Latar Belakang Oservasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui penagamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki.Observasi itu sendiri mempunyai pengertian yang sempit dan juga pengetian yang luas. Dalam arti yang sempit observasi berarti mengamatin secara langsung terhadap gejala yang ingin diselidiki. Sedangkan observasi dalam artian yang luas berarti mengamati secara langsung dan tidak langsung terhadap gejala-gejala yang ingin diselidiki.Dengan demikian dapat dikatakn bahwa obervasi adalah proses pengamai tingkah siswa dalam suatu situasi tertentu. Situasi yang dimaksud bisa berupa situasi sebenarnya (alamiah), dan juga bisa situasi yang sengaja diciptakan (eksperimental).Alat pengumpul data yang bisa dipergunakan dalam mlakukan observasi ialah dengan menggunakan catatan anekdot atau lebih populer disebut blanko observasi. Blanko observasi dapat digunakan oleh pembimbing sebagai alat pembantu dalam mencatat dan mendiskripsikan tingkah laku siswa yang sedang diamati. Hal yang perlu diperhatiak dalam observasi oleh pembimbing ialah mencatat hanya apa yang nyata-nyata terjadi, dan tidak mencampuradukkan dengan berbagai komentar atau interpretasinya terhadap tingkah laku siswa yang diamatinya. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja alat bantu yang digunakan untuk observasi ?2. Apa saja persyaratan observer yang baik dalam observasi ?3. Bagaimana observasi dalam konseling ?

C. Tujuan Penulisan1. Mengetahui beberapa alat bantu yang digunakan untuk observasi.2. Mengetahui persyaratan observer yang baik dalam observasi.3. Menngetahui observasi dalam konseling.

A. Beberapa Alat Bantu ObservasiAlat pencatat observasi sering pula disebut pedoman observasi , perlu dipersiapkan terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya,. Pedoman observasi dimaksud banyak sekali manfaatnya dalam membantu obsever mencatat hal-hal yang diobservasi. Beberapa alat pembantu diantaranya:1. Anekdatol Records Anekdatol records yang popular disebut blanko observasi ialah menggambarkan prilaku seseorang atau sekelompok orang dalam situasi seperti apa adanya. Gambar ini diambill secara sistematis dan diharapkan tidak bercampur baur dengan berbagai macam interpretasi, walaupun dalam kenyataanya biasanya sering bercampur antara kejadian dan interpertasinya. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang konselor pembimbing ialah mencatat data hanya hal-hal yang menggambarkan apa yang nyata-nyat terjadi., dan tidak mencampuradukkan antar kejadian dengan komentar atau interpretasi konselor/pembimbing terhadap tingkah laku tersebut. Tipe-tipe anekdatol recordsAda tiga tipe anekdatol records diantaranya sebagai berikut:a) Catatan anekdot tipe deskriptifIalah suatu catatan anekdot yang menggambarkan tingkah laku yang terjadi tanpa dibarengi oleh komentar atau interpretasi dari konselor atau pembimbing. b) Catatan anekdot tipe interpretatif Catatan anekdot yang menggambarkan tingkah laku nyata terjadi tanpa disertai interpretasi konselor terhadap tingkah laku tersebut.c) Catatan anekdot tipe evaluatif Catatan anekdot yang mendiskipsikan tingkah laku dan dapat dipergunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan tingkah laku klien (siswa) yang bersangkutan. 2. Checklist (Daftar Cek)a) Pengertian daftar cekChecklist atau daftar cek ialah sebuah daftar yang memuat atau berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam suatu situasi, tingakah laku maupun kegiatan individu yang sedang menjadi focus perhatian atau yang sedang diamati. Jadi yang dimaksud dengan daftar cek adalah merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup factor-faktor yang ingin diselidiki atau diamati. b) Fungsi daftar cekFungsi daftar cek dalam rangka observasi yang berkaitan dengan proses hubungan konseling adalah sebagai alat pencatat hasil observasi situasi, tingkah laku, ataupun kegiatan individu yang diselidiki/diamati. c) Manfaat daftar cekDartar cek bermanfaat untuk mendapatkan factor-faktor yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Hasil dari observasi dapat segera dicatat dalam daftar cek yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa denagn mempergunakan daftar cek konselor hanya tinggal menandai factor-faktor tingkah laku yang cocok atau tidak cocok dengan daftar cek itu.d) Karakteristik daftar cek yang baik Karakteristik daftar cek yang baik ialah suatu daftar cek yang dapat berfungsi sebagai suatu alat pencatat yang baik dari hasil observasi, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:-Direncanakan secara sistematis- Sesuai dengan yang ingin dicapai atau yang dirumuskan terlebih dahulu-Berupa format yang efisien dan efektif-Dapat dipriksa validitas, relibilitas dan ketepatannya-Hasil pengecekan diolah sesuai dengan tuuan yang ingin diacapai-Bersifat kuantitatif

3. Rating Scale (skala Penilaian)Rating scale atau skala penilaiana adalah pencatatan gejala menurut tingkatan-tingkatannya. Suatau factor tidak hanya dicatat ada atau tidak ada, melaikan sampai pada tingkatanya, sedangakan pada daftar cek suatu gejala atau factor itu ada atauu tiadak ada. Jadi skala penilaian ini observer atau konselor memberikan penilaian terhadap tingkah laku dari klien atas dasar cirri-ciri tingkah laku yang tercakup dalam skala yang telah disusun sebelumnya. Berbagai teknik di atas dapat dipergunakan oleh konselor dalam kegiatan hubungan konseling dengan senantiasa menyadari dan memperhatiakn kelebihan-kelebihan dan kekuranagn-kekurangan dari masing-masing teknik tersebut. Sudah barang tertentu teknik observasi apabila dipergunakan dalam rangka konseling juga memiliki berbagai keuntunagn disamping kerugian-kerugianya. Dalam hubungan konseling dijumpai berbagai bentuk kelemahan apabila menggunakan observasi sebagai alat pengumpul data, kelemahan yang dimaksud adalah berkisar pada tingginya kadar sujektifitas dalam interpretasi serta sifatnya yang selektif tidak memungkinkan seorang konselor untuk dapat menangkap semua ungkapan klien. Sehubungan denagn hal tersebut hendaknya konselor menyadari berbagia kenyataan yang umumnya mungkin timbul dalam kegiatan obsrevasi. 4. Mechanical devises ( pencatatan dengan alat)Denagn kemajuan teknologi sekarang ini, maka untuk mangadakan pengamatan bisa dibantu misalnya dengan alat potret dengan menggunakan flim maupun alat perekam yang lain. Sehingga dengan demikan apa yang diamati pada suatu waktu dan pada waktu yang lain biasa diamati kembali. Jadi penyajianmya dapat diataur sesuai dengan kebutuhan dan bersifat lebih objektif.

B. Persyaratan Observer Yang BaikAgar observasi itu memberikan hasil yang optimal, maka perssyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang observer dalam hal ini kenselor adalah kemampuan dan keadaan-keadaan sebagai berikut:1) Perlu memiliki alat-alat indera yang baik. Hal ini disebabkan karena di dalam observasi senantias sangat diperlukan alat indera. Biasanya dalam proses hubungan konseling indera mata dan telinga lebih banyak perananya dibandingkan dengan alat indera lainnya.2) Keterampilan, pengalaman dan pengetahuan didalam melakukan observasi kiranya perlu secara terus-menerus dikembangkan, melalui pengkajian teori dan berbagai teknik observasi, serta senantiasa melatih diri menerapkan bukan saja dalam situasi konseling tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.3) Observer /konselor perlu memiliki motivasi, serta kesediaan untuk melakukan observasi. Dengan mengembangkan berbagai minat yang ada akan secara langsung memberikan doronagn untuk selalu sigap, trampil dan waspada didalm melakukan observasi. Denagn dikembangkan potensi ini seorang observer/konselor akan memiliki suatu kesadaran bahwa denagn observasi ia akan memperoleh data kualitatif mengenai gejala yang diamatinya. 4) Seorang observer/konselor sebaiknya memiliki pengetahuan social-kultural klien (siswa). Dengan memiliki pengetahuan ia memahami secara seksama kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara mengungkapkan persaan dan maksud dari klien5) Dalam melakukan kegiatan observasi seoaran observer/konselor sebaiknya selalu memperhatikan kondisi tubuhnya. Kondisi fisik yang dalam keadaan sakit atau lelah menyebabkan hasil observasi tidak akan memperoleh hasil yang optimal.6) Seorang konselor/observer sebainya selalu bersikap netral dan bebas dari segala bentuk prasangka serta tidak terlalu tergesa-gesa di dalam menagmbil suatu kesimpulan. Prasangka seringkali menimbulakn berbagai penyimpangan yang secara langsung menyebabkan suatu kesimpulan adan gambaran yang salah mengenai gejala tingkah laku yang diamatinya. Maka dari observer harus selalu dipadukan dengan data-data lainya yang ada. 7) Suasana penuh keakraban dan relasi yang baik dengan klienya perlu diciptakan oleh konselor, sehingga klien dengan sepenuh hati mengungkapkan maksud dan perasaan mereka. C. Observasi Dalam KonselingFungsi observasi dalam konseling Dalam proses hubumgan konseling, konselor bertatap muka dengan klien (siswa). Dalam hubungan ini biasanya dipergunakn secara bersamaan dua teknik takni observasi dan interviu. Informasi-informasi tentang diri klien didapatkan melalui interviu dengan klien itu sendiri, atau juga berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang lain secara langsung mengenia diri klien.Informasi-informasi yang diungkapkan itu tidak saja berupa apa yang dikatakan dan diperbuat, tetapi juaga dari cara bagaimana mengungkapkannya serta melakukannya.Jadi dapatlah dikatakan bahwa fungsi dari observasi dalam kaitannya dengan konseling disamping untuk memperoleh gambaran dan pengetahuan serta pemahaman mengenai diri klien, juga berfungsi untuk menunjang dan melengkapi bahan-bahan yang diperoleh memlali interviu (wawancara) .

D. Menyusun Pedoman Observasi 1. Daftar cek (checklist)Langkah-langkah penyelenggraan daftar cek Langkah menentukan topic:Gambaran kebiasaan belajar siswa dalam kelas pada situasi jam-jam kosomg dan saat guru tidak ada di dalam kelas pada jam tertentu.

Langkah mementukan variabel:Penetuan variabel pertamanya adalah situasi jam-jam kosong dan saat guru tidak ada di dalam kelas, dan variabek keduanya adalah kebiasaan belajar siswa, misal Rida, dalam kelas.

Langakh menentukan indicator:Penetuan kata Ya sebagai petuntuk kemunculan sub-sub variabel atau pernyataan atau aspek-aspek yang mungkin ada, dan kata tidak dijadikan petunjuk ketik munculan sub-sub variabel yang mungkin atau diperkirakan terjadi pad kebiasaan subyek yang diamati atau observee. Sedang petunjuk tidak dapat saja tidak disertakan dalam observasi.

Langkah penetuan predictor: Penetapa kroteria jika antara 1%-24% sub-sub variabel (pernyataan) yang dapat tanda cek maka diprediksikan bahwa observe malas belajar dalam kelas dalam situasi jam-jam kosong dan saat guru tidak ada dalam ke;as. Jika antara 25%-49% pernyataan ini mendapat tanda cek maka dinyatakan observee kurang rajin belajar dalam situasi tersebut, jika antara 50&-74% maka dikatan cukup rajin belajar, jika antara 75%-100% maka dikatakan rajin bejar dalam jam-jam kosong dab saat guru tidak ada dikelas.

Langkah menyusun pernyataan:Perumusan pernyataan-pernyataan sebagai sub-sub variabek]l kedua atau aspek-aspek yang diobservasi, yang merupakn cirri-ciri kebiasaan belajar individu dalam kelas pada situasi jam kosong atau saat guru tidak adda di kelas. Berikut ini merupakan contoh format atau pedooamn daftar cek individual tetang kebiasaan belajar seorang siswa di dalam kelsa pada saat jam-jam kosong dan guru tidak ada. pedoman observasi daftar cek (individual)I. Identitas siswa 1. Nama:..2. Kelas/program:..3. No. induk/absen:..4. Jenis kelamin:..5. Tempat/tgl.observasi:.....6. Tempat observasi:..7. Waktu:..II. Aspek yang diobservasi:kebiasaan belajar seseorang siswa dikelas pada situasi jam-jam kosong dan guru tidak masukIII. Petunjuk:Berlah tanda cek (V) pada kolom yang sesuai denagn pernyataan atau gejal yang tampak pada individu yang di observasi.NoPernyataan (sub-sub variabel) Kemunculan (Ya)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.2. Membaca catatan yang lalu

Berbincang dengan teman sekelas melakuakn diskusiMemprakarsai teman sekelas melakukan diskusi

Berdiskusi dengan beberapa teman tentang meteri pelajaran

Menyimak bahan pengayaan yang ditawarkan

Menyusun masalah sendiri dan bersaha dipecahkan

Melakukan eksperiman atas prakarsa sendiri

Mengoreksi kembali PR-nya

.

.

.

.

..

Pedoman observasi: Cheklist kebiasaabn dab keterampilan bekerja (kelompok)

Nama siswaAli Badu Dina Rita

Pernyataan:Masuk dikelas siap mulai bekerja.

Mengikulti pengarahan.

Bekerja selama pelajaran berlangsung.

Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

Mengerjakan tugas tertulis.

Bersiap untuk diskusi

Teliti terhadap setiap tugas yang diberikan.

2. Skala penilaian (rating scala)a. Langkah-langkah penyelenggaraan skala penilaianDidalam menyelenggarakan kegiatan observasi dengan teknik skala penilaian ini, ada tiga tahap yang lazim ditempuh, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.Tahap pertama persiapn meliputi: langkah penetapan topik, penentuan variabel, penentuan alternative skala, penentuan predictor, dan penyusunan pernyataan. Tahap pelaksanaan, meliputi: langkah-langkah penyiapan format atau pedoman, penentuan posisi observasi, dan pengamatan terhadap prilakuobservee serta pencatatan dengan mencek alternative skala. Salanjutnya tahap ketiga, analisis hasil, meliputi langkah-langkah penyusunan, data hasil observasi, penyimpulan dan pemberian komentar.Adapun aplikasi ketiga tahap tersebut telah diuraikan berikut ini;

Langkah penentuan topic:Penentuan topik bagi sksla penilaian kuantutatif adalah partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi. Adapun topic bagi skala penilaian diskriptif adalahh kegiatan belajar dengan system modul. Selanjutnya topik skala penilaian grafis adalah kebiasaan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.

Langkah penentuan variabel:Variabel bagi skala penilaian kuantitatif, yaitu: variabel pertama, partisipasi dan variable kedua adalah kegiatan diskusi. Sub variable skala penilaian diskriptif, yaitu: keaktifan belajar dengan system modul. Selanjutanya, sub variable bagi skala penilaian grafis, yaitu: kebiasaan belajar dikelas.

Langkah penentuan alternative skala:Setiap bentuk skala penilaian memiliki bentuk alternative skala yang bervariasi. Skala kuantitatif ditunjukkn dalam derjat angka, misal: 1 2 3 4 5.Adapun skala deskriptif dinyatakan dalam derajat kata-kata atau pernyataan, misal: sering-pernah-jarang-tidak-pernah. Sedangkan kualitatif (deskerptif) yang ditampilakn dalam suatuu garis.

Langkah penentuan predictor: Penentuan arti setiap skal : skala kuantitatif mulai dari skala 1 berarti kuran, skal 2 berarti sedang, skala 3 berarti cikup atau rata-rata, skal 4 bearti baik, dan skala 5 berarti baiak sekali. Prediksi kemunculan gejala prilaku deang skala diskriptif; jika antara 76%-100% dikatakan sering aktif, 56%-75% dikatakan pernah aktif, 26%-55% dikatakan jarang aktif, 1%-25% dikatakan tidak pernah aktif. Prediksi kemunculan gejala prilaku denagn skala grafis: jika menuunjukkan angka 1 pada suatu garis maka berarti tudak pernah ( mempunyai kebiasaan kurang baik di kelas) angka 2 pada suatu garis berarti kadang-kadang, angak tiga pada suatu garis berarti sering. Jika pernyataan dalam skala garis itu negative maka arti setiap skala adalah sebaliknya.

Langkah menyusun pernyataan: Rumusan pernyataan sebagai aspek yang di observasi, yang merupakan ciri-ciri partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi di kelas. Beriku ini merupakn contoh format atau pedoman skala penilaian kuantitatif tentang partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelas.

Pedoman observasi: skala penilaian kuantitatifI. Identitas siswa 1. Nama:..2. Kelas/program:..3. No.induk/absen:..4. Jenis kelamin:..5. Tempat/tgl.lahir:..6. Hari/tgl.observasi:..7. Tempat observasi:..8. Waktu:..

II. Aspek yang diobservasi:Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi.

III. Petunjuk:Lingkarilah angka-angka dibawah ini sesuai denagan yang anda amati.

Pernyatan Alternatif

BerpendapatBertanyaMenyanggahMengacuMenyipangMenyimpulkan

Nilai 4Nilai 3Nilai 2Nilai 1

101010101010

999999888888777777

666666

555555444444333333222222111111

Komentar/kesimpulan:

Keterangan: rentangan setiap aspek yang diobservasi adalah berskala 1-10, artinya:9-1 Nilainya adalah 4, berarti alternatifnya selalu7-8 Nilainya adalah 3, berarti alternatifnya sering6-4 Nilainya adalah 2, berarti alternatifnya jarang2-3 Nilainya adalah 1, berarti alternatifnya sanagt kurang

Pedoman observasi: skala penilaian kuantitatifI. Identitas siswa1. Nama:..2. Kelas/program:..3. No.induk/absen:..4. Jenis kelamin:..5. Tempat/tgl.lahir:..6. Hari/tgl.observasi:..7. Tempat observasi:..8. Waktu:..II. Aspek yang di obsevas:Aktivitas belajar dengan sistem modulIII. Petunjuk :Berikan tanda cek (V) pada kolom yang sesuai denagn jegala perilaku pada individu yang anada amati.

No Pernyataan Alternative sering aktif Jarang aktif

1.

2.

3.

4.

5.

6. Membaca buku petunjuk

Mempelajari lembar kegiatan dengan teliti

Mengerjakan lembar kerja denagn hati-hati

Membuat catatan

Minta penjelasan tutor

Penuh perhatian

..

..

..

..

..

Komentar/kesimpulan:...

3. Catatan anekdot (anecdatol records)Langkah-langakh penyelenggaran catatan anekdotDi dalam mengadakan pengamatan berkala terhadap peristiwa atau perilaku typical, dilakukan tiga tahap yaitu: tahap persipan, pelaksaan, analisis hasil.Tahap pertama pada tahap persiapan ini dilakukan tidak sepwrti teknik observasi yang lain, melainkan persiapan yang lebih mengarah pada pelaksanaan, meliputi penetapan siapa yang yang melakukan pengamatan denagn teknik ini beserta jumlah pengamat, menentukan bentuk cacatan anekdot. Taha pelaksanaan, meliputi langkah menyiapkan format catatan anekdot, penentuan posisi observasi, pengamatan dan pencatatan perilaku individu. Selanjutnya tahap ketiga ialah tahap analis hasil, di dalam teknik catatan anekdot ini lebih di kenal dengan komentar dan interpretasi. Adapun apalikasi ketiga tahap tersebut di uraikan sebagaii berikut:

Langkah menentukan aspek tingkah laku yang dicatat: Secara teoritis semua anak tanpa terkecuali pelu diamati secra sistematis sehingga mengenal ihwal mereka kemudian dibuat catatannya. Di dalam praktek yang sesungguhnya besar kemungkinan dipreoritaskan bagi anak-anak yang menghadapi masala dan menunjukkan tingkah laku yyang typical, atau khusus. Aspek-aspek tingkah laku misalnya: kerjasama, ketelitian,perkelahian,membolos, membuat gaduh, menyontek dan sebagianya.

Langkah penentuan siapa yang melakukan pencatatan:Pada langakah ini perlu ada ketegasan siapa yang melakukan penagamatan dengan teknik catatan anekdot. Bial dilakuakn oleh konselor untuk kepentingan bimbingan lebih jauh maka ketersedaan dan kesadaran mereka tidak diragukan. Bila penggunaan alat ini digunakan oleh guru maka terlebih dahulu mereka harus mempunyai pengertian dan menyadari pentingnya catatan anekdot agar tumbukh kesediaan untuk menyusun catatan sewaktu-waktu jika diperlukan. Selanjutnya menetukan seberapa banyaka orang ayang akan melakukan pencatatan terhadap perilaku siswa.

Langkah-langkah bentuk catatan anekdot:Bentuk catatn anekdot dapat berupa kartu kecil berukuran setengah halaman dan sehelai kertas ukura folio. Bentuk kartu setengah halaman ini di isi untuk stu peristiwa, sedangkan kertas satu halaman penuh diisi untuk bebrpa peristiwa bagi siswa yang sama.Kartu setengah halaman disebut juga dengan kartu asli. Catatan asli ini merupakan bahan konfidensial sehingga harus dilindungi kerahasiaannya oleh petugas yang bertanggung jawab.Berikut merupakn contoh format catatan anekdot. Forum I: catata asliSiswa :. L/PKelas:...

Kejadian Tanggal :.Tempat :.

Pengamat:

Forum II: catatan untuk beberapa peristiwaSiswa :.. L/P Kelas :..No Tanggal Tempat Kejadian Komentar/Interpretasi Saran

Pengamat:

TabelRingkasan catatan Anekdot berkalaSiswa :.. L/P Kelas :.No Tanggal Tempat Pengamat Kejadian

E. Pedoman Untuk Analisis Selama dan Setelah Observasi1. Daftar cek (checklist)Tahap pelaksanaan Pada tahap ini observer (pengamat) menyiapakan format checklist terlebih dahulu, kemudian observer mengambil posisi dekat dengan observe selanjutnya melakukan pengamatan secara cermat terhadap perilaku observee, dan usahakan agar observe tidak menyadari bahwa ia sedang di observasi. Tahap analisis hasil Ada empat tahap yang diperlukan untuk melakukan analisis hasil. Tahap pertama, pengandaian terhadap penggunaan alat yang sama telah dilancarkan terhadap subyek yang sama (Rida) dalam situasi sama (jam kosong dan tidak ada guru dalam kelas) selama sepuluh kesempatan. Dengan demikian akan diperoleh sepuluh lembar pedoman observasi yang terisi. Tahap kedua, menentukan N dengan mengalikan jumlah subvariabel n =10, frekuensi pelancaran observasi 10, sehingga ditemukan N sama dengan 100. Tahap ini dilanjutkan dengan menjumlahkan seluruh tanda cek pada 10 lembar pedoman observasi. Dalam hal ini diadakan frekuensi, f, sama dengan 55 tanda cek.Tahap ketiga, memasangkan indeks prosentase dengan predictor yang telah disusun sebelumnya untuk memperoleh kesimpulan. Dalam hal ini, ternyata diperoleh indeks 55 berpasangan dengan sub predictor 3 atau dengan predikat cukup rajin belajar . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Rida termasuk siswa yang cukup rajin belajar dalam kelas pada situasi jam-jam kosong dan saat guru tidak berada dikelas, menurut pedoman checklist.Didalam pengambilan kesimpulan lebih lanjut, hendaknya dari hasil kesimpulan hasil sementara kebiasaan belajar Rida tersebut perlu dipadukan dengan hasil pengumpulan data dengan alat pengumpulan data yag lain misalnya dengan skala penilaian. Disamping itu, harus pula ada jaminan tentang rehabilitas dan validitas alat melalui pengujian sebelumnya.

2. Skala penilaian ( rating scala) Tahap pelaksanaanPada tahap ini observer (pengamat) menyiapkan format skala penilaian sesuai dengan maksud mengadakan penilaian, kemudian menganbil posisi dekat dengan observe, selanjutnya melakuakan pengamatan secara cermat terhadap prilaku observe, dan diusahakan agar observee tidak menyadari bahwa ia sedang diobservasi.Tahap analisis hasilAda empat tahap yang diperlukan untuk menganalisis hasil pengumpulan data denagn teknik skala penilaian. Tahap pertama, menghitung berapa kali format ini dilancarkan kepada objek dan situasi yang sama, misal lima kali. Denagn demikian akan diperoleh lima lembar pedoman observasi yang terisi.Tahap kedua, menentukan N denagn mengalikan jumlah pernyataan N 6 (skala penilaian kuantitatif) denagn prekuensi pelancaran observasi 5, sehingga ditemukan N=30. Tahap ini dilanjutkan dengan menjumlahkan seluruh tanda cek pada 5 lembar pedoman observasi. Dalam hap ini dinadikan ada frekuensi, f, sama dengan 11, tanda cek denagn rincian: nilai 1 sebanyak 4 kali, nilai 2 sebanyak 2 kali, nilai 3 sebanyak 3 kali, nilai 4 sebanyak 2 kali. Keseluruhan nilai sama dengan 25.Tahap ketiga, menghitung prosentase kemunculan gejala perilaku dengan rumus, yaitu: f/n x 100 dan diperoleh indeks sebesar 83,3%.Tahap keempat, mencocokkan indeks prosentase denagan predictor yang telah disusun sebelumnya untuk memperoleh kesimpulan. Berdasar pada indeks yang didapat maka digolongkan pada prediksi baik dalam berpartisipasi. Denagn demikain dapat disimpulkan bahwa siswa X baik dalam berpartisipasi pada waktu kegiatan diskusi.Keseluruhan terhadap analisis hasil observasi tersebut berlaku bagi seluruh bentuk skala penilaian, baik skala deskiptif maupun skala garis.

3. Catatan anekdot (anecdatol records)Tahap pelaksanaan Pada tahap ini observer (pengamat) menyiapkan format catatan asli, kemudian mengambil posisi yang mempermudah prosedur pencatatan. Selanjutnya melakukan pencatatan terhadap perilaku siswa dan diusahakan agar observee tidak menyadari bahwa ia sedang diamati. Tahap analisis hasilPada tahap ini observer atau pengamat memberiakn komentaratau interpretasi terhadap tingkah laku siswa pada suatu kejadiaan atau peristiwa berdasar pada hasil pencatatan.Adapun hal-hal yang dijadikan bahan pertimbangn interpretasi adalah: a. Perasaan yang muncul dibalik pernyataan atau perilaku seseorang (siswa) b. Perasaan yang muncul tersebut ditunjukan kepada siapa atau apa saja yang melibatkan siapa dan apa saja.c. Sejauhmana seseorang menerima suatu peristiwa atau kejadian.d. Sejauhmana orang dewasa (guru, orang tua, dan teman mau menerima dirinya)e. Perasaan tersebut bersumber pada kejadian atau peristiwa kapan dan diamana.f. Perasaan tersebut timbul karena terjadi konflik, diri tak dapat berbuat apa-apa (lemah), diri terlalu ambisi, diri terlalu bergantung pada orang atau atau keadaan, dan rasa cemas.Didalam membuat interpretasi atau komentar terhadap tinhkahlaku seseorang perlu dipertimbangkan dan dikombinasikan anata data hasil catatan anekdot dan data dari teknik lain.

Hasil Belajar Dengan Observasi1. Perilaku yang diukur :Bicara, menulis, membaca, bekerja di lab, eksprimen, menggambar, main alat music, menari, hubungan sosial. Hasil belajar :Keterampilan (skills)2. Perilaku yang diukur :Penggunaan sumber-sumber, inisiatif, kreatifitas, kemampuan, ketergantunga.Hasil belajar :Kebiasaan kerja (work habit ).3. Perilaku yang diukur :Peduli akan orang lain, patuh hukum, menghargai milik orang lain, sensitive terhadap isu-isu dalam masyarakat, peduli terhadap institusi masyarakat, keinginan memajukan masyarakatnya.Hasil belajar :Perilaku sosial4. Perilaku yang diukur :Berpikiran luas (open mindedness), bijaksana, peka (sensitive) terhadap hubungan timbale balik, selalu ingin tahu (and inquiring mind).Hasil belajar :Perilaku sain (scientific attitudes)5. Perilaku yang diukur :Memberi pendapat tentang pendidikan, spontanitas, keindahan, ilmu pengetahuan sosial, rekreasi, kegiatan kejuruan (vocational activities).Hasil belajar :Minat (interests)6. Perilaku yang diukur :Perasaan puas dan senang terhadap alam, music, kesenian, literature, keterampilan fisik, cepat kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan sosial (outstanding social contribution).Hasil belajar :Apresiasi (appreciations)7. Perilaku yang diukur :Hubungan dengan teman-teman reaksi terhadap pujian dan kritik, reaksi terhadap kekuasaan, stabilitas emosi, adaptasi sosial.Hasil belajar :Penyesuaian (adjustments)