laporan hasil aktualisasi nilai-nilai dasar asn pada...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN HASIL AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR ASN
PADA GOLONGAN III
Nama : Abil Huda
NIP : 19880518 2019 03 1 013
NDH : 02
Angkatan : X
Unit Kerja : Prodi Teknik Elektro
Fakulas Teknik
Universitas Borneo Tarakan
Instansi : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN HASIL AKHIR PERUBAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Laporan Hasil Aksi Perubahan
Peserta Pelatihan Dasar Angkatan X Tahun 2020 pada Pusat Pelatihan dan
Pengembangan dan Kajian Desentralisasi dan Otonom Daerah Lembaga Administrasi
Negara (Puslatbang KDOD LAN) Samarinda atas nama:
Nama : Abil Huda
NDH : 02
NIP : 198805182019031013
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Instansi : Universitas Borneo Tarakan
Judul Aksi Perubahan : Peningkatan Pengabdian Dosen Program Studi Teknik
Elektro UBT Kepada Masyarakat Terhadap Kondisi
Kelistrikan di Kota Tarakan
Dinyatakan LAYAK untuk diajukan dalam Seminar Hasil Aksi Perubahan. Pada hari
Jumat, 26 Juni 2020 bertempat di Kampus Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan
Kajian Desentralisasi dan Otonom Daerah Lembaga Administrasi Negara (Puslatbang
KDOD LAN) Samarinda dengan mengguanakan aplikasi Zoom Meeting.
Samarinda, 25 Juni 2020
Mentor, Coach,
Muhammad Harry Rahmadi, S.Pi., M.M
NIP.19851009 201101 1 012
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL AKHIR PERUBAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Laporan Hasil Aksi Perubahan
Peserta Pelatihan Dasar Angkatan X Tahun 2020 pada Pusat Pelatihan dan
Pengembangan dan Kajian Desentralisasi dan Otonom Daerah Lembaga Administrasi
Negara (Puslatbang KDOD LAN) Samarinda atas nama:
Nama : Abil Huda
NDH : 02
NIP : 198805182019031013
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Instansi : Universitas Borneo Tarakan
Judul Aksi Perubahan : Peningkatan Pengabdian Dosen Program Studi Teknik
Elektro UBT Kepada Masyarakat Terhadap Kondisi
Kelistrikan di Kota Tarakan
TELAH DISEMINARKAN dalam Seminar Hasil Aksi Perubahan. Pada hari Jumat, 26
Juni 2020 bertempat di Kampus Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian
Desentralisasi dan Otonom Daerah Lembaga Administrasi Negara (Puslatbang KDOD
LAN) Samarinda dengan mengguanakan aplikasi Zoom Meeting.
Penguji, Coach,
Muhammad Harry Rahmadi, S.Pi., M.M.
NIP.19851009 201101 1 012
iv
Nama : Abil Huda, S.T., M.T.
NDH :02
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Instansi : Universitas Borneo Tarakan (UBT)
Coach : Muhammad Harry Rahmadi, S.Pi., M.M.
No
Hari, tanggal
Uraian Konsultasi
Media Coaching
Paraf
Coach
1
Jum’at, 19 Juni 2020 Penentuan isu di UBT WhatsApp Group
2
Senin, 22 Juni 2020 Penentuan isu prioritas WhatsApp Group
3
Selasa, 23 Juni 2020 Penentuan kegiatan-kegiatan WhatsApp Group
4
Selasa, 23 Juni 2020 Penentuan tahapan-tahapan WhatsApp Group
5
Rabu, 24 Juni 2020 Pembuatan Rancangan Aktualisasi BAB 4 Zoom Meeting
6
Rabu, 24 Juni 2020 Pembuatan Rancangan Aktualisasi BAB 1 Zoom Meeting
7
Rabu, 24 Juni 2020 Pembuatan Rancangan Aktualisasi BAB 3 Zoom Meeting
8
Kamis, 26 Juni 2020 Pembuatan Rancangan Aktualisasi BAB 4 Zoom Meeting
9
Kamis, 26 Juni 2020 Pembuatan Rancangan Aktualisasi Daftar
Pustaka
WhatsApp Group
10
11
12
13
14
Kartu Konsultasi Coach
Pelatihan Dasar CPNS Angkatan X Tahun 2020
v
LEMBAR KONSULTASI MENTOR
NAMA : Abil Huda, S.T., M.T.
NIP : 19880528 2019 03 1 013
NDH : 02
UNIT KERJA : Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, UBT
MENTOR : Asta, S.T., M.Eng.
No Tanggal Uraian Konsultasi Paraf
Mentor
1 02/07/2020
Meminta arahan terkait kegiatan aktualisasi
2 06/07/2020 - Melaporkan terkait kegiatan 1 Pembuatan PLTS - Sekaligus konsultasi terkait kegiatan 2 presentasi SOP Pengoperasian & Perawatan PLTS
3 10/07/2020 - Melaporkan terkait kegiatan 2 - Konsultasi kegiatan 3 Pembuatan poster
4 17/07/2020
- Melaporkan terkait kegiatan 3 - Konsultasi kegiatan 4 Pembuatan poster
5 20/07/2020 Mengundang mentor untuk mengikuti kegiatan 4
Sosialisasi kWh meter EXIM
6 03/07/2020
Melaporkan bahwa laporan aktualisasi telah selesai dan menyampaikan jadwal seminar hasil aktualisasi
7 04/07/2020
Melaporkan video aktualisasi
8
vi
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN HASIL AKHIR PERUBAHAN ............ ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL AKHIR PERUBAHAN ............ iii
LEMBAR KONSULTASI COACH ...................................................................... iv
LEMBAR KONSULTASI MENTOR .................................................................... v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Tujuan Aktualisasi ....................................................................................... 2
3. Manfaat Aktualisasi ..................................................................................... 2
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI ...................................................................... 3
1. Profil Organisasi........................................................................................... 3
2. Visi dan Misi Organisasi .............................................................................. 6
A. Visi UBT .................................................................................................. 7
B. Misi UBT .................................................................................................. 7
C. Landasan UBT .......................................................................................... 7
3. Tugas dan Fungsi ......................................................................................... 7
4. Visi Program Studi Teknik Elektro .............................................................. 8
5. Misi Program Studi Teknik Elektro ............................................................. 8
6. Tujuan Program Studi .................................................................................. 9
BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 10
1. Nilai-Nilai Dasar ANEKA ............................................................................ 10
A. Akuntabilitas ............................................................................................. 10
BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI ........................................................... 40
1. Identifikasi Isu ............................................................................................ 40
2. Penetapan Isu ............................................................................................. 41
3. Uraian Rancangan Kegiatan Aktualisasi .................................................... 42
BAB V PELAKSANAAN AKTUALISASI ......................................................... 46
1. Capaian Aktualisasi .................................................................................... 46
2. Kendala yang dihadapi ............................................................................... 63
vii
3. Role Model ................................................................................................. 65
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 66
1. Kesimpulan ................................................................................................ 66
2. Rekomendasi .............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN .......................................................................................................... 69
1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendapatkan ASN yang berkualitas
adalah dengan mengadakan pelatihan dasar sesuai dengan Peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pelatihan dasar adalah proses penyelenggaraan belajar-
mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan ASN. Pola pelatihan dasar
senantiasa dievaluasi mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan. Sehingga
pola Pembelajaran dan Materi pelatihan dasar pun berbeda setiap pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Saat ini titik berat materi diklat yang diberikan adalah internalisasi
nilai-nilai dasar profesi PNS yang terdiri dari: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
publik, Komitmen mutu, dan Antikorupsi (ANEKA) ditambah dengan Kedudukan
& Peran ASN dalam NKRI yaitu, Whole of Government (WoG), Pelayanan Publik
dan Manajemen ASN. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kegiatan aktualisasi
dari peserta pelatihan dasar selama Habituasi dilingkungan kerja.
Berkenaan dengan aktualisasi tersebut, maka harus diangkat isu-isu yang
mencerminkan kedudukan & peran ASN dalam NKRI. Adapun isu yang saya
angkat berangkat dari isu kontemporer yang terdampak dari isu global, terkait
dengan isu nasional dan juga lokal. Isu utama yang saya angkat adalah belum
optimalnya sistem hidroponik petani di kelurahan karang anyar Kota Tarakan
Kalimantan Utara. Bermula dari isu lokal yaitu seringnya terjadi pemadaman
listrik di Kota Tarakan yang mengakibatkan petani hidroponik tidak bisa
menggunakan metode bidudaya hidroponik yang optimal. Secara ekonomi petani
hidroponik terdampak isu global yaitu covid19 sehingga penggunaan pemakaian
listrik meningkat karena keluarga petani lebih banyak dirumah. Sedangkan isu
nasional yang merupakan bagian RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) 2020-2024 tentang terpenuhinya kebutuhan energi nasional
atau peningkatan penggunaan energi ramah lingkungan untuk perkotaan. Oleh
karena itu, saya sebagai seorang dosen yang memiliki jabatan fungsional keahlian
2
harus mampu merespon isu tersebut dalam kaitannya tugas dan fungsi saya
sebagai seorang dosen, yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Respon terhadap isu
ini saya wujudkan dengan cara pengabdian kepada masyarakat melalui program
Peningkatan Pengabdian Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT Kepada
Masyarakat Terhadap Kondisi Kelistrikan di Kota Tarakan.
2. Tujuan Aktualisasi
Tujuan umum dari Pelatihan Dasar (LATSAR) ini adalah untuk membentuk
ASN yang professional dan berkarakter sehingga mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat &
pemersatu bangsa.
Tujuan khusus dari Pelatihan Dasar (LATSAR) ini adalah untuk membentuk
ASN Dosen yang memiliki nilai-nilai dasar ANEKA serta Kedudukan & Peran
ASN dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi. Pada program ini saya
memilih salah satu tugas dosen yaitu pengabdian kepada masyarakat melalui
pemecahan isu masalah yaitu, Pengoptimalan sistem hidroponik petani dengan
teknologi hemat dan mandiri energi di Kelurahan Karang Anyar Kota Tarakan
Kalimantan Utara.
3. Manfaat Aktualisasi
Manfaat dari aktualisasi ini secara umum adalah membawa dampak positif
terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di lingkungan Universitas
Borneo Tarakan (UBT) sehingga mampu mewujudkan visi, misi dan tujuan
Universitas Borneo Tarakan.
3
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI
1. Profil Organisasi
Universitas Borneo Tarakan (UBT) adalah sebuah perguruan tinggi negeri
yang berkedudukan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Kampus utama UBT
terletak di Jalan Amal Lama Nomor 1 Tarakan Timur, Kota Tarakan, Provinsi
Kalimantan Utara. Cikal bakal UBT adalah Universitas Borneo yang didirikan
oleh Yayasan Pinekindi pada tanggal 9 Oktober 1999 dan ditetapkan pada 30
Maret 2000 berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Pinekindi Nomor:
011/YP/TRK/III/2000. Universitas Borneo secara resmi mulai penyelenggarakan
proses belajar mengajar pada tanggal 6 Juni 2001, sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 37/D/O/2001, dengan 6 (enam) Fakultas
yang terdiri atas Fakultas Teknik (FT), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ekonomi
(FE), Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Jumlah program studi yang ada di lingkungan Universitas Borneo pada saat
awal adalah 14 (empat belas). Pada tahun 2010 Universitas Borneo ditetapkan
menjadi Perguruan Tinggi Pemerintah (PTP) dengan nama ”Universitas Borneo
Tarakan” (UBT) dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2010 tentang Pendirian Universitas Bangka Belitung, Universitas Borneo Tarakan
dan Universitas Musamus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157).
Seiring dengan perubahan tersebut terjadi perubahan jumlah fakultas, yakni
menjadi 7 (tujuh) fakultas dengan tambahan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES),
dan jumlah program studi bertambah menjadi 17 (tujuh belas). Pada tahun 2014
UBT untuk pertama kalinya membuka program studi pasca sarjana, sehingga
jumlah program studi menjadi 18 (delapan belas). Pada tahun 2017 UBT
membuka 2 (dua) program studi baru, yaitu program studi Teknik Mesin dan
program studi Teknologi Hasil Perikanan. Sehingga sampai dengan saat ini UBT
telah memiliki 20 (dua puluh) program studi dan 7 (tujuh) Fakultas.
4
Penerimaan mahasiswa baru di UBT dilaksanakan melalui pola nasional dan
pola mandiri. Pola nasional yaitu SNMPTN dan SBMPTN dilakukan dalam
penerimaan mahasiswa baru program sarjana, sementara pola mandiri
dilaksanakan dalam penerimaan mahasiswa baru program diploma, paskasarjana
dan program sarjana kelas kerjasama. Adapun kriteria dan prosedur penerimaan
mahasiswa baru mengikuti ketentuan perundang-undangan maupun pedoman
pendidikan di UBT. Penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan dengan prinsip
ekuitas sehingga mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi diberikan
beasiswa yang disediakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah serta
lembaga swasta. Jumlah mahasiswa aktif UBT pada tahun akademik 2017/2018
adalah 5327 orang disemua program pendidikan. Mahasiswa UBT aktif dalam
kegiatan akademik maupun non akademik sehingga memiliki prestasi ditingkat
lokal, kewilayahan maupun nasional. Untuk memperbaiki pelayanan, UBT
melakukan survey kepuasan secara online dan studi pelacakan alumni. Saat ini
alumni UBT tersebar di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Alumni
banyak berperan dalam penyebaran informasi pekerjaan dan informasi tentang
kebutuhan dunia kerja. Kemudahan mendapatkan pekerjaan juga didukung oleh
program bimbingan dan soft skills yang dilaksanakan di UBT.
Perencanaan sumber daya manusia yang diterapkan di UBT memiliki dua
jalur, yaitu jalur pengadaaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan melalui
pengadaan calon pegawai non pegawai negeri sipil (CPNPNS). Dalam
penyusunan jumlah formasi yang dibutuhkan untuk pengajuan pengadaan SDM
secara nasional diperoleh berdasarkan perhitungan kebutuhan pegawai dengan
mempertimbangkan beban kerja. Proses rekrutmen nasional menggunakan
mekanisme yang langsung dikelola dari Badan Kepegawaian Nasional (BKN)
melalui portal SSCN yang terintegrasi secara online dari tahap pemberkasan awal
hingga hasil kelulusan tes. Senada dengan proses rekrutmen nasional, pengadaan
CPNPNS juga mengikuti pola seleksi dengan prinsip transparansi. Penempatan
dosen disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja dan latar belakang pendidikan,
sementara untuk tenaga kependidikan masih mengacu kebutuhan unit kerja
walaupun sebagian ditempatkan belum sesuai dengan latar belakang kependidikan
yang dimiliki. Baik dosen dan tenaga kependidkan didorong untuk selalu
5
meningkatkan profesionalisme dan bermutu untuk mewujudkan Visi UBT.
Pembinaan dan pengembangan karir dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, bagi
dosen dilakukan melalui jabatan fungsional atau jabatan akademik sementara
tenaga kependidikan berupa pelatihan, studi banding maupun lokakarya dan
kenaikan jabatan. Melalui penetapan kenaikan gaji, pemberian bantuan biaya
pendidikan dan penyelesaian studi lanjut, dosen dan tenaga kependidikan
berprestasi diberikan untuk mengarahkan pegawai untuk dapat bertahan di UBT
dalam jangka waktu yang lama dan mensejahterakan pegawai. Selain itu
penghargaan bagi pegawai juga diberikan atas pengabdian dosen dan tenaga
kependidikan berupa piagam penghargaan atas dedikasi pengabdian di UBT yang
telah mencapai 10, 20 dan 30 tahun. Monitoring dan evaluasi serta rekam jejak
kinerja dosen dan tenaga kependidikan berpedoman pada Peraturan Pemerintah
dan Peraturan Kepala BKN. Evaluasi ini dilakukan melalui SKP, finger print, dan
Laporan Kinerja Dosen.
Dosen tetap di UBT sebanyak 263 dosen tetap dan 4 dosen tidak tetap.
Sebanyak 1 dosen guru besar, 1 dosen memiliki gelar lektor kepala, 86 lektor, 83
asisten ahli, dan 92 dosen memiliki gelar tenaga pengajar. Sementara itu,
sebanyak 186 tenaga kependidikan sebagai penunjang administrasi dalam belajar
dan pembelajaran. UBT terus menerus meningkatkan kualitas, termasuk salah
satunya dengan cara mengetahui kepuasan dosen dan tenaga kependidikan
terhadap sistem dan praktek pengelolaan sumberdaya. Hal ini dilakukan melalui
survey kepuasan dosen dan tenaga kependidkan dimana terdapat 2 bagian yaitu
informasi umum dan tingkat kepuasan pada aspek kelembagaan, spesifikasi
tugas/pekerjaan, dukungan Pelaksanaan tugas, pengembangan dosen dan tenaga
kependidikan, penghargaan/reward, dan tingkat kepuasan secara menyeluruh.
Sebelum disebarkan, survey ini dilakukan validasi terlebih dahulu yaitu melalui
expert validation dan reliabilitas instrumen. Setelah mendapatkan hasil pada
pengukuran survei tersebut akan dijadikan dasar dalam rapot kinerja di setiap unit
kerja di lingkungan UBT serta sebagai alat dan bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan maupun kebijakan. Dalam perencanaan keuangan di UBT
terdapat pada Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL).
Perencanaan penerimaan dana di UBT berasal dari APBN, PNBP bersumber dari
6
Sumbangan Pembinaan Pendidikan; diproleh setiap semesternya berasal dari UKT
yang dibayarkan mahasiswa; Biaya seleksi ujian masuk perguruan tinggi;
diperoleh dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN),
Seleksi Mandiri Universitas Borneo Tarakan (SMUBT); Penerimaan dari
masyarakat lainnya; diperoleh dari pemanfaatan aset seperti rusunawa dan kantin
dan berasal dari sumber lainnya seperti hibah.
Dalam penyelenggaraan Tri Dharma, saat ini UBT memiliki luas lahan
kampus milik sendiri seluas 30 Ha. Keputusan Rektor UBT Nomor
967/UN51/SK/2016 tentang Rencana Induk Penelitian (RIP) UBT Tahun 2016-
2030, menyebutkan visi LPPM UBT “Menjadi garda terdepan untuk mendukung
pembangunan di wilayah perbatasan dan pengembangan potensi sumber daya laut
melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari tahun 2015 - 2017
jumlah penelitian yang dilakukan oleh Dosen UBT sebanyak 147 judul penelitian.
Sedangkan artikel ilmiah terakreditasi Dikti/Nasional, Jurnal Ilmiah internasional,
bukut tingkat nasional dari tahun 2015 –2017 sebanyak 68 judul artikel ilmiah.
Artikel ilmiah dosen UBT yang tercatat dalam indeks sitasi internasional selama 3
tahun terakhir sebanyak 31 artikel. Karya dosen UBT yang telah memperoleh
HaKI tingkat nasional selama tahun 2018 sebanyak 11 HaKI. Dukungan institusi
dalam menjamin keberlanjutan penelitian ialah pemberian insentif bagi dosen
UBT yang hasil penelitiannya dimuat ke jurnal nasional terakreditasi dan jurnal
internasional, prasarana dan sarana program pendidikan pengajaran saat ini ada
sebanyak 28 Laboratorium. UBT juga mengembangkan jejaring kerjasama
pengabdian kepada masyarakat dengan instansi pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan swasta yaitu Kuliah Kerja Nyata Tematik dan pengembangan desa
binaan. Jumlah kerjasama UBT di dalam negeri selama tiga tahun terakhir (2015 -
2017) ini sebanyak 110 kerjasama, sedangkan jumlah kerjasama luar negeri
sebanyak 7 kerjasama.
2. Visi dan Misi Organisasi
Visi dan misi Universitas Borneo Tarakan (UBT) terdapat dalam Peraturan
Rektor Universitas Borneo Tarakan Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
7
Peraturan Rektor Universitas Borneo Tarakan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pedoman Akademik Pendidikan Sarjana pada Bab III Bagian Kesatu Pasal 4.
A. Visi UBT
Visi UBT adalah menjadi pusat penyelenggara pendidikan tinggi berbasis riset
untuk mendukung pembangunan dan pengembangan potensi kawasan
perbatasandan sumber daya laut tropis yang berkelanjutan.
B. Misi UBT
Misi UBT adalah sebagai berikut: Menyelenggarakan pendidikan tinggi
berstandar nasional yang berorientasi kewirausahaan; Mengembangkan riset yang
berfokus pada potensi kawasan perbatasan dan sumber daya laut tropis yang
bermanfaat bagi pembangunan nasional; Mengembangkan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kesejahteraan masyarakat; Mendorong terwujudnya kekuatan moral dalam
pembentukan masyarakat madani dan pembangunan berkelanjutan
C. Landasan UBT
1. Landasan operasional UBT adalah tata nilai yang meliputi:
2. Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. Berwawasan akademik, mandiri, profesional, serta tanggung jawab;
4. Kualitas, inovatif, dinamis dan efisien; dan
5. Terbuka dan berwawasan kebangsaan serta berwawasan global.
3. Tugas dan Fungsi
Tugas dan Fungsi Universitas Borneo Tarakan (UBT) terdapat dalam
Peraturan Rektor Universitas Borneo Tarakan Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Rektor Universitas Borneo Tarakan Nomor 12 Tahun
2017 tentang Pedoman Akademik Pendidikan Sarjana pada Bab III Bagian Kedua
yaitu pada Pasal 7 dan Pasal 8.
A. Tugas UBT
UBT memiliki tugas pokok menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
pendidikan tinggi, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu serta
8
menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat di berbagai bidang/sector
pembangunan.
B. Fungsi UBT
UBT memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan tinggi dalam berbagai
bidang ilmu dengan menjadikan “Pembangunan Berkelanjutan Kawasan
Perbatasan dan Sumberdaya Laut Tropis” sebagai prioritas;
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan keahlian dalam rangka turut serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
4. Membina dan mengembangkan civitas akademika, alumni dan warga
kampus lainnya dalam hubungannya dengan kehidupan akademik dan
sosial budaya;
5. Menyelenggarakan kerjasama dengan perguruan tinggi dan
instansi/lembaga lainnya; dan
6. Menyelenggarakan administrasi dan tata kerja perguruan tinggi.
4. Visi Program Studi Teknik Elektro
Menjadi pusat penyelenggara pendidikan dan pengajaran teknik elektro
yang unggul dan mampu berperan aktif dalam kegiatan dan pengembangan
teknologi kelistrikan berbasis riset untuk mendukung pembangunan dan
pengembangan potensi kawasan perbatasan dan sumberdaya laut tropis yang
berkelanjutan.
5. Misi Program Studi Teknik Elektro
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang teknik elektro dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi.
2. Mengikuti permasalahan terkini serta mengembangkan ilmu teknik elektro
melalui kegiatan penelitian yang inovatif.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang teknik elektro yang
bermanfaat bagi masyarakat.
9
6. Tujuan Program Studi
1. Menghasilkan Sarjana Teknik Elektro yang kompeten di bidang
pengkajian dan penerapan teknologi elektro untuk mendukung
pengembangan kawasan perbatasan dan sumberdaya laut tropis.
2. Menciptakan organisasi dan manajemen yang sehat yang mendukung
tercapainya suasana akademik yang kondusif, penggunaan sumber daya
yang efisien dan proses pendidikan yang kompeten. Menghasilkan karya-
karya penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3. Mewujudkan kerjasama tingkat lokal, regional, maupun internasional
dalam rangka penggalian, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang teknik elektro dalam rangka
pembangunan kawasan perbatasan dan sumber daya laut tropis.
10
BAB III LANDASAN TEORI
1. Nilai-Nilai Dasar ANEKA
A. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
tersebut antara lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
sektor, kelompok dan dan pribadi.
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan ASN dalam politik praktis.
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
4. Menujukan sikap dan prilaku konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Aspek-Aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
11
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab
untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam
akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggung
jawab antara kedua belah pihak.
2.Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/ institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3.Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan
dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam
dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu berwujud suatu
laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi
adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab,
dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut
dapat berupa penghargaan atau sanksi.
12
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability),
akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal,
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini
proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan
berfokus peningkatan kinerja.
Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatandalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda- beda. Adanya norma
yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things
are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau
bahkan mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan
PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya
dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu,
pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya
dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu
merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan
kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas. Akuntabilitas publik memiliki
tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan
membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih
13
luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan
pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah);
2.Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
3.Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta
antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara
kedua belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama, akuntabilitas
eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung jawabnya.
Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang
menuntut dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban,
respon, rectification, dan sebagainya). Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan
hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan publik) yang dapat dilakukan
secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban (Mulgan 2003).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit- unit kerja
(dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada DPR. Akuntabilitas vertikal
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan “ke bawah” kepada publik.
Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas
publik yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan
pejabat pemerintah untuk melaporkan “ke samping” kepada para pejabat
lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah lembaga pemilihan umum
yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.
14
Tingkatan dalam Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Pertanyaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi apakah seseorang memiliki akuntabilitas
personal antara lain “Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi
dan membuat perbedaan?”. Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan
dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah.
2. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
kewenangan. Pemberi kewenangan bertanggung jawab untuk
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara
bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya. Pertanyaan penting
yang digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas individu seorang PNS
15
adalah apakah individu mampu untuk mengatakan “Ini adalah tindakan yang
telah saya lakukan,dan ini adalah apa yang akan saya lakukan untuk
membuatnya menjadi lebih baik”.
3. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam
hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya kinerja
organisasi yang diharapkan.
4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan
pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan
dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya
komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan
efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-
aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan politis
16
maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya saran dan
penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi
2. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah
a. Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal;
b. Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan;
c. Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
d. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan
secara keseluruhan.
3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku,
Undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku.
Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan
keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
4. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu
konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya
tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat.
Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas perorangan dan
responsibilitas institusi.
a. Responsibiltas Perseorangan:
Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan
dan tindakan yang telah dilakukan
17
Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan
Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
b. Responsibilitas Institusi:
o Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
o Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan
o Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai
dengan kompetensinya
o Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan dan fungsinya untuk melindungi sumber daya
organisasi
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena
dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan
ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas. kewenangan, serta harapan
dan kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat
menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya
peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan kewenangan
sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam
18
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan
kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil
yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah
mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
B. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara dan sekaligus menghormati bangsa lain (Latief dkk, 2015)
sementara berdasarkan wikipedia nasionalisme adalah suatu paham yang
menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa
Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam
mewujudkan kepentingan nasional. Jadi nasionalisme adalah sifat dan sikap akan
kecintaan terhadap bangsa dan negara atau tanah air melebihi kecintaan terhadap
kelompok
atau golongan, tentu saja dengan tetap menghoramati bangsa lain. Nasionalisme
sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan
saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan
19
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN akan
berpikir tidak lagi sektoral dengan mental blocknya, tetapi senantiasa
mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara. Untuk itu
pegawai ASN harus memahami dan mampu mengaktualisasikan Pancasila dan
semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam setiap pelaksanaan
fungsi dan tugasnya, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Setiap Pegawai ASN wajib memiliki jiwa nasionalisme Pancasila yang kuat dalam
menjalankan Fungsi dan tugasnya.Jiwa Nasionalisme Pancasila ini harus menjadi
dasar dan mengilhami setiap gerak langkah dan semangat bekerja untuk bangsa
dan Negara. Untuk itu setiap PNS sebagai bagian dari ASN harus senantiasa taat
menjalankan Nilai-nilai Pancasila dan mengaktualisasikannya dengan semangat
Nasionalisme yang kuat menjalankan tugasnya sebagai Pelaksana Kebijakan
Publik.
Nilai sila kelima: Keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong
2. Bersikap adil
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. Menghormati hak-hak orang lain
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
20
7. Tidak bersikap boros
8. Tidak bergaya hidup mewah
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
10. Suka bekerja keras
11. Menghargai karya orang lain.
12. Fungsi Nasionalisme
13. Fungsi nasionalisme bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah :
14. Nilai ASN sebagai pelaksana kebijakan publik:
15. Mementingkan kepentingan publik bangsa dan Negara
16. Pegawai ASN tidak berpikir sectoral
17. Customer driven government
18. Berintegritas tinggi
19. Adil dan tidak diskriminatif
20. Nilai ASN sebagai pelayan public
21. Profesional
22. Melayani public
23. Memberikan kemudahan dalam pelayanan
24. Memberikan pelayanan yang wajar
25. Tidak diskriminatif
26. Memberikan pelayanan yang wajar
27. Tidak diskriminatif
28. Memberikan pelayanan yang jujur dan terus terang
29. Memberikan pelayanan yang bermutu
30. Nilai ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa
31. ASN dalam menjalankan tugasnya mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa
32. Menjaga kondisi damai
33. Bersikap netral dan adil
34. Tidak berperilaku diskriminatif
35. Obyektif, jujur dan transparan
C. Etika Publik
21
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan
moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik
adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika publik merupakan
refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan public (Rohmat, Imam K., 2017). Jadi
Etika publik dalam kaitannya sebagai ASN adalah bagaimana sikap seorang ASN
kepada masyarakat sebagai perwakilan dari pemerintah untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan
untuk mengatur tingkah laku/ etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok profesional tertentu. Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik
dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
22
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
Nilai-Nilai Dasar Etika Publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang ASN,
yakni sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
15. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
23
Lingkup dan Dimensi Etika Publik
Lingkup etika publik terdiri dari :
1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi
3. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan factual
Dimensi etika publik terdiri dari :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
D. Komitmen Mutu
Beberapa konsep dalam komitmen mutu yaitu efektivitas, efisiensi, dan
inovasi. Efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik yang menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar
alur. Inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan akan senantiasa dikaitkan
dengan aspek kebaruan (novelty) yang terjadi dalam layanan yang diberikan.
Nilai-nilai dasar komitmen mutu secara keseluruhan mencerminkan perlunya
komitmen mutu dari setiap aparatur dalam memberikan layanan, apapun bidang
layanannya dan kepada siapapun layanan itu diberikan. Komitmen mutu bertujuan
untuk memberikan kepuasan masyarakat dalam pelayanan publik. Penilaian mutu
berdasarkan pada subyektifitas seseorang. Untuk mengukur penilaian tersebut
perlu adanya standar pelayanan sehingga sebuah mutu pelayanan dapat terkontrol
dengan baik. Karakteristik nilai dasar orientasi mutu terbagi atas 6 karakter.
Karakteristik pertama nilai dasar orientasi mutu layanan publik adalah
komitmen bagi kepuasan masyarakat. Hal ini dapat dirumuskan dalam slogan-
slogan khusus untuk meyakinkan publik terkait bagaimana layanan yang akan
mereka dapatkan dari institusi yang
sedang dikunjungi.
24
Karakteristik kedua, adalah pemberian layanan yang cepat, tepat, dan
dengan senyuman ramah. Hal ini dimaksudkan untuk memberkan kenyamanan
dan kepuasan bagi masyarakat yang dilayani, sehingga mereka tidak merasa
kapok.
Karakteristik ketiga, adalah pemberian layanan yang menyentuh hati,
tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan, sehingga walaupun
fasilitas seadanya, masyarakat yang dilayani tetap dapat merasakan kenyamanan
dan kepuasan.
Karakteristik keempat, adalah pemberian layanan yang dapat memberi
perlindungan
kepada publik, terutama ketika terjadi perubahan, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customers/ clients, perkembangan teknologi,
maupun sebagai konsekuensi dari lahirnya kebijakan baru.
Karakteristik kelima, berkaitan dengan pendekatan ilmiah dan inovatif
dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Karakteristik keenam, upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui
berbagai cara, antara lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif,
kolaborasi, dan benchmark.
Nilai-nilai dasar Komitmen Mutu
Berikut adalah nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam komitmen mutu
antara lain:
1. Bekerja dengan berorientasi pada mutu.
2. Inovatif.
3. Selalu melakukan perbaikan mutu.
4. Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang.
5. Membangun kerjasama antar pegawai yang dilandasi kepercayaan dan
kejujuran.
6. Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun
eksternal.
7. Menampilkan kinerja tanpa cacat (zerodefect) dan tanpa pemborosan
(zerowaste), sejak memulai setiap pekerjaan. Menjalankan fungsi
pengawasan secara efektif dan efisien dalam bekerja.
25
E. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering
dikatakan sebagi kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena
dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup,
pribadi, kelurga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas, Kerusakan tersebut
tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak
secara jangka Panjang. Sehingga korupsi dapat diartikan sebagai kegiatan dengan
sadar yang mengakibatkan kerugian materi kepada bangsa dan negara dalam
jumlah besar akibat persekongkolan antara dua pihak atau lebih dan/atau antar
individu dengan lembaga/organisasi tertentu. ASN sebagai aparatur pemerintah
yang diberi amanah untuk mengelola pemerintahan harus memiliki jiwa anti
korupsi. Anti korupsi adalah tindakan atau
gerakan yang dilakukan untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan
yang melawan norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan Negara maupun masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kesadaran diri anti korupsi dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu mengingt akan tujuan keberadaan manusia di muka bumi.
Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan menghasilkan niat yang baik dan
mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki
semangat untuk melakukan proses atau usah terbaik dan mendapatkan hasil
terbaik, agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
Kesadaran anti korupsi dapat menghindarkan ASN dari perilaku dan
tindak pidana
Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selaku lembaga yang menangani
tindak pidana korupsi bersama para pakar anti korupsi telah mengidentifikasi
nilai-nilai asar anti korupsi sebagai berikut:
Jujur
Jujur merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena
tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal,
termasuk dalam kehidupan sosial.
Peduli
26
Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif
terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Peduli adalah sebuah sikap
keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi
yang terjadi disekitar kita.
Mandiri
Mandiri memiliki arti tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai
hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, karena tanpa kemandirian seseorang tidak akan mampu
memimpin orang lain.
Disiplin
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk
mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari
disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dengan nilai-nilai antikorupsi lainnya
yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Tanggung jawab
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan
untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup
yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya.
Kerja keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung teka,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan
dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya
hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak
berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
Sederhana
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan
untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup
27
yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya.
Berani
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan
sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan
keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan
akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.
Adil
Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara
jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan
adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang
menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum.
Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa
Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan
makmur dalam keadilan.
2. Peran dan Fungsi PNS
A. Manajemen ASN
Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi
tantangan-tantangan, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara terlah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara
menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam
manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparatur sipil
negara yang memiliki intergritas, professional dan netral serta bebas dari
intervensi politik, juga bebas dari praktik KKN, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. ASN mempunyai peranan yang amat penting dalam rangka
28
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
demkratis, makmur, adil dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan
kepada masyarakat secara adil dan merata, menjada persatuan dan kesatuan
bangsa dengan penuh kesetian kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar
Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan
oleh bangsa Indonesia.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan zaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil
(PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai
ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya
tersebut, maka pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan
publik; b) Pelayan publik; dan c) Perekat dan pemersatu bangsa. Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada
kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur
dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintah.
Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban serta Kode Etik ASN
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk
menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
29
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya ASN bertugas:
1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selain kedudukan, tugas dan fungsi, ASN juga mempunyai hak dan
kewajiban agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel,
maka setiap ASN diberikan hak sesuai dengan UU ASN sebagai berikut :
PNS berhak memperoleh: Gaji, tunjangan, dan fasilitas; Cuti; Jaminan pension
dan jaminan hari tua; Perlindungan; dan Pengembangan kompetensi. Sedangkan
PPPK berhak memperoleh: Gaji dan tunjangan; Cuti; Perlindungan dan
Pengembangan kompetensi. Berdasarkan pasal 92 UU ASN Pemerintah juga
wajib memberikan perlindungan berupa: Jaminan kesehatan; Jaminan kecelakaan
kerja; Jaminan kematian; Bantuan hukum. Setelah mendapatkan haknya maka
ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya berdasarkan
UU ASN sebagai berikut:
1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Pemerintah yang sah
2. Menjaga Persatuan dan kesatuan bangsa
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,kejujuran, kesadaran,
dan tanggungjawwab
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode
etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
30
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur
dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintah.
Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Pengelolaan ASN harus mendukung misi utama pemerintahan.
Pengelolaan ASN dilakukan untuk memotivasi dan juga meningkatkan
produktivitas pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu
berkontribusi pada pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Untuk mendapatkan
pegawai yang produktif, efektif dan efisien tersebut diperlukan sebuah sistem
pengelolaan SDM yang baik. Sistem merit berdasarkan pada objektifitas dalan
pengelolaan ASN menjadi pilihan bagi berbagai organisasi untuk mengelola
SDMnya. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang
berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi sehingga instansi pemerintah
mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai
harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan
sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad
performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan
praktek dalam mengelola aspek sumber daya manusia dalam organisasi termasuk
dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan,
penilaian dan penghargaan.
31
Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun
dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan;
pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan
kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian
kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi
Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina
Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak
lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan
tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama
5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina
Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN
melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan
laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas
inisiatif sendiri. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari
PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun
dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan
standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi
ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi
32
antar Instansi Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya
administratif. Upaya administrative terdiri dari keberatan dan banding
administratif.
B. Whole of Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatakan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseleluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayan publik. Oleh karena itu
WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan. Dengan pengertian di atas diharapkan ASN dapat memahami mengenai
pentingnya merumuskan tujuan bersama, menyiapkan upaya-upaya bersama
(kolaborasi lintas sector) dalam mencapai tujuan umum serta menciptakan perekat
kebangsaan yang kuat.
ASN sebagai aparatur penyelenggara Negara sudah seharusnya menjadi
motor penggerak persatuan dan kesatuan dari keberagaman tersebut serta menjadi
contoh yang baik bagi warga bangsa. ASN harus memiliki fondasi dan nilai
fundamental mengenai pentingnya merumuskan tujuan bersama, menyiapkan
upaya-upaya bersama (kolaborasi lintas sektor) dalam mencapai tujuan umum
serta menciptakan perekat kebangsaan yang kuat. Hal tersebut dapat tercapai
apabila ASN menerapkan dengan baik konsep whole of government.
Whole of Government adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan. WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementrian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama
dalam bentuk kerjasama antar seluruh elemen pemerintahan. Karakteristik
pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
33
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari
seluruh sektor dalam pemerintahan. Karakteristik WoG tersebut dirumuskan
dalam prinsip KISS yaitu koordinasi, integrasi (kolaborasi atau kerjasama),
sinergitasi dan simplikasi. Berdasarkan karakteristik WoG, maka dapat
dipraktekkan dalam kontinum koordinasi merger, dimana pelaksanaan WoG mulai
dari koordinasi, maka kelembagaan yang terlibat dalam pendekatan WoG tidak
mengalami perubahan struktur organisasi. Pada kategori integrasi, kelembagaan
mulai cair untuk terlibat dan terdapat penyamaan perencanaan jangka panjang
serta kerjasama. Adapun dalam kategori sinkronisasi dan simplikasi, kelembagaan
menyatukan diri dalam wadah yang relatif lebih permanen.
Pendekatan dan Praktek WoG
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari
sisi penataan institusi formal maupun informal.
Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya, span of
control atau rentang kendali yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu
alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati
jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang
rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara melakukan
WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status kelembagaan setingkat
lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
dikoordinasikannya.
Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang sidatnya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi
tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam
proses koordinasi tadi.
34
Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini.
Praktek WoG dalam pelayanan publik adalah:
Pelayanan yang bersifat administratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat seperti KTP, SIUP, ijin trayek, ijin usaha, sertifikat
tanah dan lain sebagainya. Praktek WoG dalam jenis pelayanan adminstratif dapat
dilihat dalam praktek penyatuan penyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti
PTSP atau Samsat.
Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan dalam bentuk jasa seperti pendidikan, kesehatan,
perhubungan, ketenagakerjaan dan lain sebagainya.
Pelayanan barang
Pelayanan yang menghasilkan dalam bentuk barang seperti jalan, perumahaan,
jaringan telpon, listrik dan seterusnya.
Pelayanan regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan maupun
kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Pola Pelayanan dan Indikator WoG
Berdasarkan pola pelayanan publik, terdapat 5 macam pola pelayanan yaitu:
Pola pelayanan teknis fungsional
Suatu pola pelayanan yang diberikan oleh instasi pemerintah sesuai dengan
bidang tugas, fungsi dan kewenangnnya. WoG dapat dilakukan pada pola
pelayanan ini jika mempunyai karakter yang sama atau keterkaitan antar sektor
yang satu dengan yang lain.
Pola pelayanan satu atap
Pola ini memudahkan masyarakat penguna izin untuk mengurus permohonan
izinnya walaupun belum mengurangi jumlah rantai birokrasi.
Pola pelayanan satu pintu
35
Pola pelayanan secara tunggal oleh satu unit kerja pemerintah. Bentuk WoG yang
lebih utuh dimana pelayanan publik disatukan dalam satu unit layanan saja dan
rantai izin sudah dipangkas jadi satu unit saja.
Pola pelayanan terpusat
Pola ini mirip dengan pelayanan satu atap dan satu pintu. Yang membedakan
tergantung pada sejauhmana kewenangan koordinasi yang diberikan kepada
koordinator.
Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini.
Praktek WoG dalam pelayanan publik adalah:
Pelayanan yang bersifat administratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat seperti KTP, SIUP, ijin trayek, ijin usaha, sertifikat
tanah dan lain sebagainya. Praktek WoG dalam jenis pelayanan adminstratif dapat
dilihat dalam praktek penyatuan penyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti
PTSP atau Samsat.
Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan dalam bentuk jasa seperti pendidikan, kesehatan,
perhubungan, ketenagakerjaan dan lain sebagainya.
Pelayanan barang Pelayanan yang menghasilkan dalam bentuk barang seperti
jalan, perumahaan, jaringan telpon, listrik dan seterusnya.
Pelayanan regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan maupun
kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Indikator dari Whole Of Government adalah:
Koordinasi
Koordinasi adalah pengaturan suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan
dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan. Proses
penyepakatan bersama yang mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-
36
beda sedemikian rupa, sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur
tersebut terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain
keberhasilan kegiatan yang satu tidak merusak keberhasilan kegiatan yang lain.
Integrasi
Integrasi merupakan proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat
yang memiliki keserasian fungsi.
Sinergitas
Sinergitas adalah kerjasama unsur atau bagian atau fungsi atau instansi atau
lembaga yang menghasilkan suatu tujuan lebih baik dan lebih besar daripada
dikerjakan sendiri.
Simplifikasi
Simplifikasi adalah penyederhanaan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi suatu
kegiatan. Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan membuat program-
program yang realistik, sederhana dan dapat dikerjakan. Misalnya tujuan umum
dibuat disederhanakan menjadi tujuan khusus dengan sasaran lebih jelas atau
tujuan dibuat lebih rasional
C. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di
lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga Administrasi Negara: 1998).
Dengan memahami konsep dan prinsip pelayanan publik, pola pikir PNS sebagai
pelayan publik, praktik etiket pelayanan publik merupakan bekal untuk
memberikan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan jabatannya kepada
masyarakat yang dilayaninya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Tiga unsur penting dalam pelayanan publik,
37
yaitu organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima layanan (pelanggan)
yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan kepuasan yang
diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan
orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan. Terdapat 3
unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu
1. Organisasi penyelenggara pelayanan publik;
2. Penerima layanan (pelanggan), yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan;
3. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
Partisipatif
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi hasilnya.
Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala
hal terkait pelayanan publik yang diselenggarakan. Masyarakat juga harus diberi
akses untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila merasa tidak
puas terhadap pelayanan publik pemerintah.
Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negara.
Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai agen pelayanan Publik
Tidak diskriminatif
Tidak ada perbedaan pemberian layanan kepada masyarakat atas dasar perbedaan
identitas warga negara.
Mudah dan murah
38
Mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan
mudah untuk dipenuhi. Murah artinya biaya yang diperlukan dapat dijangkau oleh
seluruh warga negara.
Efektif dan efisien
Efektif adalah mampu mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (untuk
melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan strategis negara dalam
jangka panjang). Efisien adalah cara mewujudkan tujuan dilakukan dengan
prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
Aksesibel
Pelayanan publik yang harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah
ditemukan, dan lain – lain) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi.
Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat melalui media publik baik secara cetak maupun
elektronik.
Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat pelindung
kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah
ketika berhadapan dengan kelompok kuat. Pelayanan publik yang prima dapat
dicapai dengan melakukan pelayanan sesuai dengan etiket pelayanan. Etiket
pelayanan yang perlu diperhatikan oleh ASN terhadap pengguna jasa pada
umumnya adalah sikap/perilaku, ekspresi wajah, penampilan, cara berpakaian,
cara berbicara, cara mendengarkan, cara bertanya.
Beberapa etiket dasar yang seharusnya dilakukan oleh ASN antara lain:
1. Politeness (sikap sopan);
2. Respectful (sikap menghormati dan menghargai pihak lain);
3. Attentive (sikap penuh perhatian);
4. Cooperatif (sikap suka menolong);
5. Tolerance (sikap tenggang rasa);
6. Informality (sikap ramah);
39
7. Self Control (sikap menguasai diri dan mengendalikan emosi).
40
BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI
1. Identifikasi Isu
Berikut ini adalah isu yang terjadi di Universitas Borneo Tarakan:
“Minimnya Pengabdian Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT Kepada
Masyarakat terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan”
Berdasarkan RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional)
2020-2024, salah 1 sasaran pembangunan nasional adalah terpenuhinya kebutuhan
energi nasional atau peningkatan penggunaan energi ramah lingkungan untuk
perkotaan. Hal tersebut didukung oleh peraturan Direksi PT. PLN (Pesero) nomor
0733.K/DIR/2013 tentang Pemanfaatan Energi Listrik dari Fotovoltaik oleh
Pelanggan PT. PLN (Persero), Peraturan Menteri ESDM (Energi dan Sumber
Daya Mineral) nomor 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT. PLN (Persero) dan nomor 12
Tahun 2019 tentang Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik untuk Kepentingan
sendiri yang dilaksakan berdasarkan Izin Operasi.
Sementara itu Pengabdian Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT Kepada
Masyarakat terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan sangat minim. Padahal,
sering terjadi Pemadaman Listrik di Kota Tarakan baik yang terjadwal maupun
yang tidak terjadwal. Hal tersebut berdampak langsung terhadap aktifitas
masyarakat di Kota Tarakan. Secara otomatis berdampak juga pada perekonomian
masyarakat yang mata pencahariannya bergantung dengan ketersediaan listrik.
Standart UMK (Upah Minimum Kota) Kota Tarakan Tahun 2020 sebesar (Rp.
3.756.824). Nilai tersebut merupakan pendapatan dalam kurun waktu sebulan.
Sedangkan penghasilan masyarakat salah satunya adalah petani sayur hidroponik
sekitar Rp. 2.500.000 dalam sekali masa panen (lebih dari sebulan). Ada banyak
hal yang mempengaruhi kualitas dan masa panen sayur hidroponik salah satunya
adalah seringnya terjadi pemadaman listrik. Selain itu, seringnya terjadi
pemadaman listrik juga membuat petani hidroponik tidak mampu mendukung
metode Nutrient Film Technique (NFT) yang dapat mempersingkat masa panen
sayur hidroponik dan mengakibatkan pertumbuhan sayur tidak merata.
41
Upaya untuk membantu permasalahan tersebut diperlukan penerapan kegiatan
aktualisasi Kegiatan Pengabdian Dosen Teknik Elektro UBT Kepada Masyarakat
terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan.
2. Penetapan Isu
Analisis prioritas isu dilakukan dengan menggunakan teknik USG sebagai
berikut.
Tabel Analisis Teknik USG
No Isu U S G T R
1. Belum siapnya praktikum daring
elektronika daya di UBT akibat covid19
4 4 4 12 2
2. Kurangnya motivasi belajar mahasiswa
pada MataKuliah Energi Baru &
Terbarukan di Teknik Elektro UBT
5 3 2 10 3
3. Minimnya Pengabdian Dosen Program
Studi Teknik Elektro UBT Kepada
Masyarakat terhadap kondisi kelistrikan
di Kota Tarakan
5 5 4 14 1
Ket: 5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil
Hasil analisis USG menunjukkan bahwa prioritas pertama isu yang dipilih
untuk diselesaikan adalah, Minimnya Pengabdian Dosen Program Studi Teknik
Elektro UBT Kepada Masyarakat terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan.
42
3. Uraian Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Unit Kerja : Universitas Borneo Tarakan
Identifikasi Isu : 1. Belum siapnya praktikum daring elektronika daya di UBT akibat covid19
2. Kurangnya motivasi belajar mahasiswa pada MataKuliah Energi Baru & Terbarukan di Teknik Elektro UBT
3. Minimnya Pengabdian Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT Kepada Masyarakat
terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan
Isu yang diangkat : Minimnya Pengabdian Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT Kepada Masyarakat
terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan
Gagasan Pemecahan isu : Peningkatan Pengabdian Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT Kepada Masyarakat
terhadap kondisi kelistrikan di Kota Tarakan
Tabel Uraian Kegiatan
No Kegiatan Tahapan
Kegiatan
Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi
Terhadap Visi-
Misi Organisasi
Penguatan
Nilai
Organisasi
1 Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada
kelompok petani hidroponik di
Kota Tarakan
Deskripsi :
Kegiatan ini bertujuan untuk
menerapkan PLTS pada sistem
hidroponik petani di Kota Tarakan
agar menjadi sistem yang mandiri
dan hemat energi terhadap
pemadaman listrik yang sering
terjadi di Kota Tarakan.
Kegiatan ini bersifat pekerjaan
fisik yang dikerjakan bersama-
sama antara dosen dengan
beberapa mahasiswa teknik elektro
UBT yang sedang tugas akhir
1.Menghitung
Kapasitas
komponen PLTS:
a.Sel Surya
b.Aki
2.Menginstalasi
PLTS:
a..Memasang
dudukan sel surya
dan sel surya
b..Memasang box
panel.
c..Memasang alat
kontrol pada box
panel.
d..Menghubungka
n alat kontrol
dengan sel surya,
Pembangkit Listrik
Tenaga
Surya
(PLTS)
& Video
Melakukan pengabdian kepada
masyarakat sebagai salah satu
poin untuk kenaikan jabatan
fungsional [Manajemen
ASN].
Saya akan menginstal PLTS
untuk kelompok petani
hidroponik [Profesional-
Pelayanan Publik] bersama
mahasiswa [Kerjasama-
Nasionalisme] dengan cara
menginstruksikan
[Kepeminpinan-
Akuntabilitas] langkah-
langkah dengan ramah &
santun [Etika Publik].
Sebelumnya saya melakukan
perhitungan agar hasilnya
Kontribusi terhadap
misi Program Studi
Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Borneo
Tarakan yaitu,
menerapkan ilmu
pengetahuan dan
teknologi di bidang
teknik elektro yang
bermanfaat bagi
masyarakat.
memberikan
penguatan
terhadap nilai
tanggung
jawab,
Inovatif,
berwawasan
akademik,
professional
43
menggunakan peralatan kerja.
Kegiatan ini dilakukan dengan
cara meletakkan tiap-tiap
komponen PLTS pada tempat
yang tepat lalu menghubungkan
semua komponen tersebut
baterai aki dan
inverter
e..Menghubungka
n inverter dengan
Pompaair
hidroponik.
memuaskan [Komitmen
Mutu].
2 Persentasi SOP penggunaan dan
cara perawatan PLTS kepada
mahasiswa Teknik Elektro UBT &
petani hidroponik di Kota Tarakan
Deskripsi :
Kegiatan ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan &
keterampilan petani hidroponik
dan beberapa mahasiswa teknik
elektro UBT dalam menjaga PLTS
agar awet dan tahan lama.
Dilakukan dengan cara membuat
perancangan dan
mempresentasikan langkah-
langkah pengoperasian PLTS
beserta cara merawatnya.
1.Membuat SOP
Penggunaan PLTS
2.Membuat Tata
cara perawatan
PLTS
3.Persentasi
Daftar
Hadir,Video
persentasi &
ppt.
Menyampaikan dengan Sopan
[Etika Publik] dan
menawarkan diskusi
[Nasionalisme] terkait materi.
memberikan
penguatan
terhadap nilai
berwawasan
akademik dan
profesional
3 Pembuatan flyer/poster
penggunaan dan cara perawatan
PLTS
Deskripsi:
Kegiatan ini bertujuan untuk
memfamiliarkan penggunaan dan
cara perawatan PLTS kepada
1Membuat Poster Poster Memberikan gambaran yang
jelas [Akuntabilitas] dan
menarik [Kreatif-Komitmen
Mutu] terkait penggunaan dan
cara perawatan PLTS
memberikan
penguatan
terhadap nilai
tanggung
jawab dan
profesional
44
mahasiswa teknik elektro UBT
melaui poster tentang penggunaan
dan cara prawatan PLTS yang
akan ditempel di papan
pengumuman yang ada di program
studi eknik elektro UBT dan
dishare melalui status WhatsApp.
4 Sosialisasi “kWh meter EXIM
untuk memaksimalkan aplikasi
listrik surya pada atap”
Deskripsi:
Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi dosen
teknik elektro UBT untuk
melakukan pengabdian kepada
masyarakat terkait kondisi
kelistrikkan di Kota Tarakan
dengan cara mensosialisasikan
kebijakan baru yang dikeluarkan
oleh kementrian ESDM tentang
kWh meter baru yang dapat
menghitung pemakaian listrik dari
sel surya atap dan manfaat
penggunaannya.
1.Membuat ppt
2.Membuat surat
pemohonan
difasilitasi
undangan kegiatan
3.Presentasi
kepada dosen
teknik elektro
UBT agar
termotivasi
melakukan
pengabdian terkait
kelistrikan di Kota
Tarakan
Daftar
Hadir,Video
persentasi &
ppt.
Menyampaikan dengan Sopan
[Etika Publik] dan
menawarkan diskusi
[Nasionalisme] terkait materi.
Memberikan
penguatan
terhadap nilai
berwawasan
akademik dan
profesional
45
Tabel Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Pihak yang
terlibat
Minggu Output
1 2 3 4
1.
Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) pada kelompok petani
hidroponik di Kota Tarakan
Peserta Pelatihan
& Mahasiswa
Teknik Elektro
UBT
1. Hasil Perhitungan spesifikasi kebutuhan daya
listrik sistem PLTS,
2. PLTS
3. Video Kegiatan
2.
Presentasi SOP penggunaan dan cara
perawatan PLTS kepada mahasiswa
Teknik Elektro UBT & petani
hidroponik di Kota Tarakan
Peserta Pelatihan,
Mahasiswa &
Petani Hidroponik
Kota Tarakan
1. Daftar Hadir
2. Dokumen SOP penggunaan & perawatan PLTS
3. Video presentasi SOP penggunaan & perawatan
PLTS
3.
Pembuatan flyer/poster penggunaan
dan cara perawatan PLTS
Peserta Pelatihan 1. Poster
4
Sosialisasi “kWh meter EXIM untuk
memaksimalkan aplikasi listrik surya
pada atap”
Peserta Pelatihan
& Dosen Teknik
Elektro UBT
1. Daftar Hadir
2. Ppt
3. Video persentasi
46
BAB V PELAKSANAAN AKTUALISASI
1. Capaian Aktualisasi
A. Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengabdian dosen Program
Studi Teknik Elektro UBT kepada masyarakat terhadap kondisi kelistrikkan di Kota Tarakan.
Kegiatannya adalah membuat PLTS untuk mendukung sistem hidroponik milik petani
sayur hidroponik di Kota Tarakan. PLTS berfungsi sebagai back up ketersediaan listrik sistem
hidroponik terhadap pemadaman listrik yang terjadi di Kota Tarakan.
Pembuatan dilakukan dengan memasang panel surya di atap salah satu rumah keluarga
petani. Kemudian dilanjutkan dengan memasang alat kontrol di dalam box panel yang ditempel
di dinding luar rumah keluarga petani. Setelah itu menaruh baterai aki di dalam rumah dan
menghubungkan kabel dari semua komponen PLTS.
1. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Pertama-tama saya mencari infromasi mengenai kebutuhan daya listrik dari pompa air
sistem hidroponik di salah satu petani di Kota Tarakan. Setelah mengetahui penggunaan daya
listrik pompa air yaitu sebesar 60W, saya menghitung kebutuhan kapasitas aki dan panel surya.
Hasil tersebut digunakan untuk menentukan spesifikasi peralatan yang lain seperti inverter, alat
kontrol dan saklar handel. Disini saya menentukan panel surya 200Wp dengan aki 100Ah.
Gambar Perhitungan kapasitas baterai dan panel surya
( 01-07-2020)
47
Setelah itu saya belanja barang 2 panel surya 200Wp, 2 aki 120Ah, 2 aki 70Ah, 2 alat
kontrol MPPT, 1 box panel, 6 penjepit buaya, 1 inverter dan kebel. Untuk komponen pendukung
proses kerja saya membeli mata bor, fischer, baja ringan, paku, sekrup dan kabel ties.
Gambar belanja panel surya, baterai aki dan alat kontrol
(02-07-2020)
Tahapan berikutnya adalah pembuatan PLTS di daerah petani hidroponik. Proses
pembuatan PLTS, saya kerjakan bersama-sama (Nasionalisme) dengan mahasiswa Teknik
Elektro UBT. Langkah awal saya menginstruksikan (Akuntabilitas) kepada mahasiswa Teknik
Elektro UBT untuk mengerjakan panel surya terlebih dahulu dan membagi tugas bergantian
memotong dengan gerinda dan menggunakan bor listrik.
Gambar Pembuatan penyangga panel surya
(06-070-2020)
Kami mulai mengerjakan menempatkan panel surya. Dimulai dari mengukur posisi
lubang tempat baut panel surya untuk disesuaikan dengan penyangga baja ringan. Kemudian
memotong baja ringan menjadi 2 bagian sesuai dengan lebar panel surya untuk masing-masing
panel. Setelah itu baja ringan dibor. Lalu panel surya dikunci dengan mur dan baut dengan baja
ringan sebagai penyangga panel surya.
48
Gambar pemasangan panel surya di atap
(06-070-2020)
Setelah pemasangan panel surya dilanjut dengan pemasangan alat konrol di dalam box
panel. Langkah awal yang kami lakukan adalah membuat lubang di bagian dalam panel box
untuk penyangga dari alat kontrol. Setelah itu membuat lubang di bagian luar panel box untuk
menempelkan panel box tersebut kedinding menggunakan mur. Kemudian membuat lubang
didinding rumah mengguanakan bor listrik dan memasukkan ficher kedalam dinding tersebut.
Setelah di bor, panel box kami pasang menempel didinding. Dilanjut dengan memasukan alat
kontrol yang telah menempel di bagian dalam panel box.
Gambar proses pemasangan alat kontrol
(06-070-2020)
49
Gambar Pemasangan alat kontrol di panel box
(06-070-2020)
Setelah itu, kami mengukur mutu (Komitmen Mutu) tegangan listrik panel surya yang
telah dipasang. Jika berbeda jauh dengan spesifikasi penel surya, berarti ada yang keliru dalam
proses pemasangannya. Biasanya kabel penghubung di terminal panel surya longgar. Namun
setelah kami ukur dengan menggunakan multimeter digital, terdapat nilai yang sesuai dengan
spesifikasi panel surya yaitu sekitar 36,6 Volt untuk kondisi matahari terik.
Gambar Pemasangan alat kontrol di panel box
(06-070-2020)
50
Langkah berikutnya adalah pemasangan saklar handel yang berfungsi sebagai pemisah
jalur antara PLTS dengan jaringan listrik dari PLN. Dimulai dengan membuat lubang didinding
dengan bor listrik, kemudian menempelkan saklar handel tersebut kedinding dengan mur.
Gambar Pemasangan saklar handel
(06-070-2020)
Langkah berikutnya adalah membuat kabel sambungan dari baterai aki ke alat kontrol.
Sambungan dibuat dengan memasang penjepit buaya pada salah satu ujung kabel. Dimana
penjepit tersebut akan dijepit ke terminal positif dan negatif dari bateri aki. Kemudian untuk
mengecek bahwa kabel tersebut telah tersambung, cukup melihat alat kontrol yang berada di
panel box. Jika display alat kontrol menyala, maka baterai aki telah tersambung.
Setelah itu membuat kabel jumper untuk paralel dari baterai aki 120Ah ke baterai aki
70Ah. Sehingga kapasitas penyimpanan energi listrik bertambah. Kapasitas aki yang terpasang
sengaja dilebihkan dari hasil perhitungan agar baterai aki awet.
Gambar Pemasangan barterai paralel
(06-070-2020)
51
Selama proses pengerjaan, petani ikut mengamati dan bertanya mengenai prinsip kerja
peralatan yang baru dilihat. Saya menanggapi pertanyaan petani ramah (Etika Publik) terkait
prinsip kerja dari tiap-tiap peralatan.
Gambar memberikan penjelasan prinsip kerja PLTS
(06-070-2020)
Melalui kegiatan ini saya telah menggugurkan salah satu tugas saya sebagai dosen yaitu
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat (Anti Korupsi) khususnya terkait masalah petani
hidroponik dalam proses produksi sayur hidroponik terhadap kondisi kelistrikkan di Kota
Tarakan.
Gambar PLTS dan Sistem Hidroponik
(06-070-2020)
Kegiatan ini dapat terlaksana karena adanya kolaborasi (WoG) antara Universitas
Borneo Tarakan dengan RISTEKDIKTI. Dimana Universitas Borneo Tarakan sebagai pelaksana
kegiatan dengan RISTEK DIKTI yang mendukung proses kegiatan tahun 2020.
Gambar logo UBT * RISTEKDIKTI
(06-070-2020)
52
2. Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Kegiatan Pembuatan PLTS ini merupakan salah satu bentuk pengabdian dosen Program
Studi Teknik Elektro UBT dalam membantu proses produksi sayur hidroponik petani di Kota
Tarakan. Hal ini sesuai dengan misi Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Borneo Tarakan yang ke-3 yaitu, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang teknik elektro yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan ini menguatkan beberapa nilai organisasi yaitu tanggung jawab, Inovatif,
berwawasan akademik dan professional. Tanggung jawab sebagai dosen melaksanakan tugas
tridharma. Inovatif dalam menerapkan PLTS pada sistem hidroponik. Berwawasan akademik
dalam mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa Teknik Elektro UBT dan petani hidroponik.
Serta profesional menggunakan skill praktek sesuai bidangnya.
4. Analisis Dampak Kegiatan
Kegiatan pembuatan PLTS ini berdampak terhadap kelancaran dan masa panen proses
produksi sayur hidroponik. Jika terjadi pemadaman listrik, maka pompa air listrik akan mati
sehingga aliran air yang mengandung nutrisi tanaman akan berhenti. Hal ini berdampak pada
kualitas sayur hidroponik. Jika pemadaman listrik terlalu lama sekitar 1-2 jam saat kondisi suhu
yang panas, dapat mengakibatkan sayur mati. Tentu saja hal ini dapat merugikan petani
hidroponik secara ekonomi. Terutama saat ini kondisi ekonomi petani hidroponik sedang
menurun kerana masa pandemik covid19. Dampak lainnya adalah penghematan listrik sehingga
mengurangi biaya pengeluaran petani hidroponik.
Bagi mahasiswa Teknik Elektro kegiatan ini menjadi ilmu dan pengalaman dalam
praktek pembuatan PLTS yang belum tersedia di kampus UBT.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
PLTS memiliki banyak manfaat terhadap petani hidroponik di Kota Tarakan yaitu
membantu kelancaran proses produksi, mempercepat proses produksi dan mengurangi biaya
pembayaran listrik sehingga mampu membantu ekonomi petani hidroponik di Kota Tarakan.
Rekomendasi untuk kegiatan ini adalah masyarakat atau petani hidroponik yang lain
sebaiknya juga menggunakan PLTS yang merupakan energi ramah lingkungan sebagai back up
ketersediaan listrik sistem hidroponik terhadap pemadaman listrik yang terjadi di Kota Tarakan.
53
B. Sosialisasi SOP Penggunaan & Perawatan PLTS
Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan & keterampilan petani hidroponik
dan beberapa mahasiswa Program Studi Teknik Elektro UBT dalam menjaga PLTS agar dapat
beroperasi baik dan tahan lama. Dilakukan dengan cara membuat perancangan dan
mempresentasikan langkah-langkah pengoperasian PLTS beserta cara merawatnya.
1. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Mula-mula saya mencari informasi mengenai standar yang ada terkait penggunaan &
perawatan PLTS melalui google. Setelah mencari saya mendapatkan buku petunjuk operasional
PLTS yang diterbitkan oleh Kementrian Energi dan Sumer Daya Mineral (ESDM). Namun
setelah saya baca-baca pengopersian sangatlah kompleks. Hal ini disebabkan oleh PLTS yang
didesain untuk skala besar. Pengoperasian yang kompleks ini menurut saya kurang cocok untuk
digunakan pada PLTS sederhana untuk skala masyarakat. Sehingga saya memutuskan untuk
menyederhanakan pengoperasian tersebut berdasarkan peralatan yang digunakan. Saat jam kerja
saya membuat SOP Penggunaan & Perawatan PLTS dengan mentaati (Etika Publik) protokol
kesehatan.
Gambar Pembuatan SOP
(06-07-2020)
Setelah membuat SOP Pengoperasian & Perawatan, saya mengumpulkan beberapa petani
dan mahasiswa Teknik Elektro UBT di depan rumah tinggal petani hidroponik kemudian
mempresentasikan SOP yang telah saya sederhanakan kepada petani hidroponik yang telah
dihibahkan PLTS dan beberapa mahasiswa Teknik Elektro UBT yang saya ajak untuk membuat
PLTS. Presentasi dimulai dengan menyampaikan materi tentang peralatan apa saja yang
terkandung di dalam PLTS berserta cara kerjanya. Kemudian langkah-langkah apa saja yang
harus dilakukan untuk pengoperasiannya.
Setelah itu masuk ke materi perawatan PLTS. Saya menyampaikan kepada petani untuk
selalu mengecek Mutu (Komitmen Mutu) tegangan listrik pada baterai aki agar PLTS dapat
melayani sistem hidroponik dengan baik .
54
Gambar menunjukkan layar peralatan untuk mengecek mutu tegangan listrik
(06-07-2020)
Setelah saya menyambpaikan materi tentang bagaimana cara melakukan perawatan pada
PLTS, saya masuk ke materi kendala-kendala yang akan dihadapi dan menjelaskan
(Akuntabilitas) langkah-langkah yang dilakukan petani maupun mahasiswa apabila suatu saat
terjadi gangguan pada PLTS. Untuk membantu penjelasan selain dari slide yang ditampilkan di
layar TV, saya juga membawa salah 1 peralatan yang digunakan pada PLTS yaitu inverter.
Inverter merupakan alat yang berfungsi merubah tegangan DC menjadi AC. Dari alat tersebut
dapat diperagakan indikator yang akan menyala ketika terjadi gangguan seperti lowbat. Maka
lampu akan berwarna merah. Sedangankan jika inverter beroperasi normal maka lampu indikator
akan berwarna hijau.
Gambar memberi penjelasan menghadapi gangguan peralatan
(06-07-2020)
Setelah penyampaian materi tentang pengoperasian & perawatan selesai, saya membuka
sesi diskusi (Nasionalisme) terkait kendala yang akan ditemui petani hidroponik. Petani
menanyakan terkait waktu membersihkan panel surya, sebaiknya berapa lama waktu yang
dibutuhkan. Karena posisi panel surya dapat dilihat dari luar rumah maka cukup untuk
mengetahui apakah panel surya tertutup sesuatu seperti debu kotoran dan lain-lain. Sehingga
langkah yang harus dilakukan adalah membersihakan panel tersebut.
55
Gambar berdiskusi dengan petani hidroponik
(10-07-2020)
Kegiatan mensosialisaikan pengetahuan terkait PLTS ini termasuk salah satu tugas saya
sebagai dosen, yaitu melakukan pengabdian kepada masyarakat (Anti Korupsi). Karena melalui
kegiatan ini saya telah memberikan ilmu yang bermanfaat terkait bidang yang saya tekuni.
Gambar membantu mencari solusi atas kendala petani
(06-07-2020)
2. Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian dosen Program Studi Teknik
Elektro UBT dalam membantu petani untuk menjaga proses produksi sayur hidroponik di Kota
Tarakan. Hal ini sesuai dengan misi Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Borneo Tarakan yang ke-3 yaitu, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang teknik elektro yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan ini menguatkan beberapa nilai organisasi yaitu tanggung jawab dan
professional. Tanggung jawab setelah menerapkan PLTS kepada petani hidroponik saya
56
memberikan dokumen panduan agar PLTS awet. Profesional dalam menerapkan bidang yang
ditekuni.
4. Analisis Dampak Kegiatan
Dampak kegiatan ini adalah memberikankan pengetahuan kepada mahasiswa Program
Studi Teknik Elektro UBT dan khususnya petani hidroponik di Kota Tarakan mengenai prinsip
kerja peralatan, cara mengoperasikan dan perawatan PLTS sehingga dapat digunakan lebih
efektif dan awet.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Petani hidroponik mengetahui prinsip kerja peralatan, cara mengoperasikan dan
perawatan PLTS.
Rekomendasi yang saya berikan adalah bagi petani menempelkan SOP Penggunaan dan
Perawatan plts di dekat peralatan PLTS.
C. Pembuatan Poster Penggunaan & Perawatan PLTS
Kegiatan ini bertujuan untuk memfamiliarkan penggunaan dan cara perawatan PLTS
kepada mahasiswa teknik elektro UBT dan masyarakat melaui poster tentang penggunaan dan
cara perawatan PLTS. Kegiatan dimulai dengan mendesain poster, kemudian di share melalui
sosial media seperti WA, IG & FB. Hal ini disebabkan dikampus sedang sepi mahasiswa karena
masa pandemic covd19.
1. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Gambar Desain Poster
(13-07-2020)
57
Membuat poster ini saya menggunakan hasil dari kegiatan sebelumnya yaitu SOP
Pengoperasian dan Perawatan PLTS. Sehingga langkah selanjutnya yang harus saya lakukan
adalah mendesain poster. Agar masyarakat baik petani dan mahasiswa tertarik untuk membaca,
saya berfikir bahwa poster ini harus terlihat menarik. Untuk mendapatkan desain yang menarik
diperlukan kreatifitas (Komitmen Mutu). Dalam prosesnya saya mencari contoh-contoh poster
yang menarik dan berkonsultasi dengan mahasiswa yang mempunyai bakat dalam mendesain.
Setelah desain poster jadi, saya menyebarkan informasi tentang SOP pengoperasian &
perawatan PLTS. transparansi (Akuntabilitas). Poster ini saya share melalui social media yaitu
Facebook (FB), Instagram (IG) dan Whatsap (WA). Awalnya saya berniat mengeprint dan
menempelkannya di madding kampus. Namun berhubung kondisi pembelajaran jarak jauh
dikampus UBT sedang tidak ada mahasiswa jadi saya memutuskan untuk menggunakan social
media.
Gambar share poster via WA, FB & IG
(17-07-2020)
Poster yang saya share di komen oleh beberapa orang. Disitu kami berdiskusi
(Nasionalisme) terkait keinginan untuk menggunakan PLTS. Mengingat kondisi kelistrikkan di
Kota Tarakan masih sering terjadi pemadaman Listrik. Baik yang terjadwal maupun yang tidak
terjadwal.
58
Gambar komentar masyarakat
(14-07-2020)
Komentar-komentar terkait PLTS tersebut mendapatkan respon yang positif. Hal ini
berdampak telah menambah kmotivasi masyakat untuk menggunakan PLTS. Saya melayani
komentar-komentar tersebut dengan ramah (Etika Publik) dan jujur (Anti Korupsi) tentang
kekurangan jika kita menggunakan PLTS.
59
Gambar pelayanan yang ramah
(14-07-2020)
2. Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Kegiatan Pembuatan poster SOP Pengoperasisan & Perawatan PLTS ini merupakan salah
satu bentuk penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengabdian dosen Program Studi Teknik
Elektro UBT dalam membantu memberikan informasi kepada mahasiswa Program Studi Teknk
Elektro UBT dan masyarakat terkait energi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi
kondisi kelistrikkan di Kota Tarakan. Hal ini sesuai dengan misi Program Studi Teknik
Elektro UBT yang ke-1 Menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang teknik elektro
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dan misi Program Studi
Teknik Elektro UBT ke-3 yaitu, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
teknik elektro yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan ini menguatkan beberapa nilai organisasi yaitu tanggung jawab dan
professional. Tanggung jawab sebagai dosen untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta
professional dengan bidang yang ditekuni.
4. Analisis Dampak Kegiatan
Dampak dari poster ini adalah masyarakat ataupun mahasiswa teknik elektro UBT
tertarik untuk membaca informasi terkait PLTS. Sehingga termotivasi untuk menerapkan PLTS
sebagai energi terbarukan sebagai back up terhadap kondisi kelistrikkan di Kota Tarakan.
60
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Desain poster yang menarik dapat membuat orang menjadi tertarik untu membaca.
Sehingga orang tersebut tertarik untuk menggunakan PLTS.
Rekomendasi saya adalah poster ini harus terus di optimalkan baik dari segi kualitas
gambar maupun kata-kata yang simpel, mudah dipahami dan menarik agar pesan yang tertulis
tersampaikan hingga diterapkan oleh masyrakat.
D. Sosialisasi kWh meter EXIM
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dosen Teknik Elektro UBT untuk
melakukan pengabdian kepada masyarakat terkait kondisi kelistrikkan di Kota Tarakan dengan
cara mensosialisasikan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh kementrian ESDM tentang kWh
meter baru yang dapat menghitung pemakaian listrik dari sel surya atap dan manfaat
penggunaannya. Kegiatan dimulai dengan membuat power point, lalu mengajukan surat
permohonan difasilitasi undangan kegiatan ke Program Studi Teknik Elektro UBT dan
melakukan Sosialisasi kWh meter EXIM.
1. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Pertama-tama saya mengajukan surat permohonan difasilitasi undangan oleh Program
Studi Teknik Elektro UBT. (Manajemen ASN)
Gambar surat permohonan & undangan
(23-07-2020)
61
Setelah surat undangan di keluarkan oleh Program Studi Teknik Elektro UBT dan di
share melalui grup WA program studi Program Studi Teknik Elektro UBT, saya melakukan
sosialisasi via zoom dikeesokkan harinya.
Materi ini berdasarkan kebijakan baru dari mentri ESDM yang saya pelajari sebagai
bentuk konsistensi (Akuntabilitas) saya di bidang yang saya tekuni yaitu Teknik Sistem Tenaga
yang berfokus pada energi baru & terbarukan salah satunya adalah PLTS.
Gambar slide kebijakan mentri ESDM
(28-07-2020)
Diawal kegiatan sosialisasi, saya menyambut peserta dengan sopan dan santun (Etika
Publik) yang terdiri dari Wakil Dekan FT UBT, Ketua Program Studi Teknik Elektro FT UBT
dan dosen-dosen
Gambar memberi sambutan kepada peserta
(28-07-2020)
Setelah menyampaikan materi, saya membuka sesi diskusi. Selama berdiskusi terdapat
perbedaan pendapat karena perbedaan pemahaman. Namun tetap saling menghormati
(Nasionalisme).
62
Gambar sesi diskusi
(28-07-2020)
2. Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Kegiatan Sosialisasi kWh meter EXIM ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dosen
Program Studi Teknik Elektro UBT agar lebih mudah melakukan pengabdian kepada masyarakat
terkait kelistrikkan. Hal ini mendukung misi Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Borneo Tarakan yang ke-3 yaitu, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang teknik elektro yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan ini menguatkan beberapa nilai organisasi yaitu berwawasan akademik dan
professional. Berwawasan akademik dengan cara meng-up grade pengetahuan dan agar
menjadi professional dibidangnya.
4. Analisis Dampak Kegiatan
Dampak kegiatan sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman baru bagi dosen
Program Studi Teknik Elektro UBT bahwa Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk
menjalankan program jangka panjang terkait kelistrikkan dan mengarahkan penggunaan energi
terbarukan seperti sel surya untuk masyarakat dengan cara mendukung penggunaan surya atap
melalui Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Peraturan serta surat
edaran Direksi PT. PLN (Persero).
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT mendapatkan informasi baru terkait kWh
meter EXIM dan penggunaan PLTS atap.
63
Rekomendasi yang saya berikan adalah sebagai dosen Program Studi Teknik Elektro
UBT kita harus membantu menerapkan kWh meter EXIM untuk masyarakat yang membutuhkan
melalui salah satu tugas tridharma yaitu pengabdian kepada masyarakat.
2. Kendala yang dihadapi
Selama melaksanakan kegiatan terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Adapun kendala-
kendala yang saya hadapi sebagai berikut:
Tabel Kendala Kegiatan & Strategi Kegiatan No Kegiatan Kendala Strategi
1. Pembuatan PLTS
Tahapan:
a.Menghitung Kapasitas PLTS Hasil perhitungan
kapasitas aki
berbeda dengan
praktek karena
efisiensi peralatan
berbeda-beda
setiap merk
Menentukan
kapasitas aki
diatas hasil
perhitungan
untuk antisipasi
efisiensi peralatan
yang rendah
b.Menginstalasi PLTS - Pemilik rumah
ingin baterai aki
ditempat yang
jauh dari panel,
sehingga butuh
kabel yang
panjang.
- Peralatan kerja
kurang banyak
- Beli kabel
tambahan
- Mencari
pinjaman
peralatan
2. Presentasi SOP Pengoperasian & Perawatan PLTS Tahapan:
a.Pembuatan SOP Pengoperasian PLTS Pedoman dari
Kementrian
ESDM untuk
PLTS skala besar
sehingga kurang
sesuai dengan
kondisi di
lapangan
Membuat SOP
untuk PLTS
Skala kecil
dengan
Sederhana
b.Pembuatan SOP Perawatan PLTS Pedoman dari
Kementrian
ESDM untuk
PLTS skala besar
sehingga kurang
sesuai dengan
kondisi di
lapangan
Membuat SOP
untuk PLTS
Skala kecil
dengan
Sederhana
64
c.Presentasi SOP Petani belum bisa
mengingat semua
kendala yang
dihadapi terkait
PLTS
Memberi
dokumen SOP
dan menyarankan
untuk ditempel
3. Pembuatan Poster Pengoperasian & Perawatan PLTS Tahapan:
a.Pembuatan poster Mendesain poster
yang menarik
Berkonsultasi
dengan
mahasiswa yang
pintar & fresh
dalam mendesain
b.Share poster Dikampus tidak
ada mahasiswa
Share via sosmed
4 Sosialisasi kWh meter EXIM
Tahapan:
a.Pembuatan bahan presentasi power point
b.Sosialisasi Banyak dosen
yang berhalangan
karena ada
kegiatan lain
65
3. Role Model
Role model yang menjadi panutan saya sebagai seorang PNS adalah seorang Mentor yang
sekaligus Dekan Fakultas Teknik UBT. Yaitu Ibu Asta, S.T., M.Eng.
Profil role model dijabarkan sebagai berikut:
Nama Lengkap : Asta, S.T., M.Eng.
Tarakan, 09 November 1977
1977110920140420001
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Borneo Tarakan
TTL :
NIP :
Jabatan :
Riwayat
Pendidikan
: S1 Universitas Muslim Indonesia, Tahun 2001
Jurusan Teknik Sipil
S2 Universitas Gadjah Mada, Tahun 2008
Jurusan Teknik Sipil
Deskripsi Singkat
Ibu Asta, S.T., M.Eng adalah seorang dosen dengan jabatan Fungsional Lektor. Saat ini
beliau juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan Sejak tahun
2018 hingga sekarang. Selain mengajar beliau juga aktif di berbagai penelitian dan pengabdian
masyarakat baik secara mandiri maupun dengan menggunakan Dana Hibah dari berbagai
Kementerian dan Instansi.
Sebagai seorang pimpinan beliau berlaku adil kepada semua dosen tanpa berpihak pada
kelompok tertentu. Beliau selalu mensuport disaat dosen muda mempunyai kekurangan. Dalam
kepemimpinannya beliau sangat fleksibel. Bukan keras tapi tegas dan dapat memposisikan diri
terhadap rekan kerja yang berbeda usia.
Hal ini yang menjadi contoh keteladanan dalam melaksanakan tugas saya sebagai CPNS.
Saran dari beliau untuk saya dan para dosen muda lainnya adalah setelah lulus menjadi PNS agar
segera mengurus Jabatan Fungsional dan mengambil program Doktor.
66
BAB VI PENUTUP
1. Kesimpulan
A. Kesimpulan Umum
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN dalam pelaksanaan tugas jabatan serta
kedudukan dan peran ASN dilingkungan kerja mampu membentuk kompetensi CPNS Golongan
III sebagai pelayan publik yang professional dan berkarakter. Sehingga terdapat kontribusi yang
seiring dengan visi misi organisasi serta menguatkan nilai-nilai organisasi.
B. Kesimpulan Khusus
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan-kegiatan aktualisasi antara lain:
1. PLTS membantu kelancaran proses produksi, mempercepat proses produksi dan
mengurangi biaya pembayaran listrik sehingga mampu membantu ekonomi petani
hidroponik di Kota Tarakan.
2. Meningkatkan pemahaman Petani Hidroponik mengenai prinsip kerja peralatan, cara
mengoperasikan dan perawatan PLTS.
3. Desain poster yang menarik dapat membuat orang menjadi tertarik untu membaca.
Sehingga orang tersebut tertarik untuk menggunakan PLTS.
4. Meningkatkan pengetahuan Dosen Program Studi Teknik Elektro UBT terkait kWh meter
EXIM dan penggunaan PLTS atap.
2. Rekomendasi
A. Rekomendasi Umum
Sebaiknya nilai-nilai dasar ASN juga tercantum di evaluasi kinerja pegawai seperti
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) ataupun untuk dosen tercantum di laporan Beban Kinerja Dosen
(BKD) bagi dosen yang sudah tersertifikasi yang dilaporkan secara rutin agar setiap ASN
konsisten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
B. Rekomendasi Khusus
1. Petani hidroponik yang lain sebaiknya juga menggunakan PLTS yang merupakan energi
ramah lingkungan sebagai back up ketersediaan listrik sistem hidroponik terhadap
pemadaman listrik yang terjadi di Kota Tarakan.
2. Petani hidroponik menempelkan SOP Penggunaan dan Perawatan PLTS di dekat
peralatan PLTS.
67
3. Poster SOP Penggunaan dan Perawatan PLTS harus terus di optimalkan baik dari segi
kualitas gambar maupun kata-kata yang simpel, mudah dipahami dan menarik agar
pesan yang tertulis tersampaikan hingga diterapkan oleh masyrakat.
4. Sebaiknya dosen Program Studi Teknik Elektro UBT harus membantu menerapkan
kWh meter EXIM untuk masyarakat yang membutuhkan melalui salah satu tugas
tridharma yaitu pengabdian kepada masyarakat.
68
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga administrasi Negara.2015. Akuntabilitas. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III.Lembaga Administrasi Negara RI
Lembaga administrasi Negara.2015. Nasionalisme. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III.Lembaga Administrasi Negara RI
Lembaga administrasi Negara.2015.Pelayanan Publik. Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III.Lembaga Administrasi Negara RI
Lembaga administrasi Negara.2015. Etika Publik. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III.Lembaga Administrasi Negara RI
Iif Ahmad Syarif , S.T.,M.T.2018.Laporan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi ASN (Dosen)
Di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan
Pedoman Pendidikan Sarjana.2017. Universitas Borneo Tarakan, kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Universitas Borneo Tarakan (UBT)
Kurikulum Program Studi Teknik Elektro 2015-2020. 2015. Fakultas Teknik Universitas Borneo
Tarakan. Tarakan. Kalimantan Utara.
RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024
Peraturan Direksi PT. PLN (Pesero) nomor 0733.K/DIR/2013 tentang Pemanfaatan Energi
Listrik dari Fotovoltaik oleh Pelanggan PT. PLN (Persero)
Peraturan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) nomor 49 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT. PLN (Persero)
Peraturan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) nomor 12 Tahun 2019 tentang
Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik untuk Kepentingan sendiri yang dilaksakan berdasarkan
Izin Operasi.
69
LAMPIRAN
Lampiran Kegiatan 1
Lampiran Kegiatan 2
Lampiran Kegiatan 3
Lampiran Kegiatan 4
70
Kegiatan 1
Hasil perhitungan kapasitas baterai dan panel surya
PLTS
71
Kegiatan 2
SOP Pengoperasian & Perawatan PLTS
Daftar Hadir & Video Kegiatan
72
Kegiatan 3
Poster
73
Kegiatan 4
Daftar Hadir
Surat
permohonan &
Undangan
ppt