analisis rantai pasok dan rantai nilai supply chain...
TRANSCRIPT
ANALISIS RANTAI PASOK DAN RANTAI NILAI
PADA JERUK PAMELO
SUPPLY CHAIN AND VALUE CHAIN ANALYSIS
OF POMELO ORANGE
ANDI PUTRIANISA NURFADILAH
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS RANTAI PASOK DAN RANTAI NILAI
PADA JERUK PAMELO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Magister Agribisnis
Disusun dan Diajukan Oleh:
ANDI PUTRIANISA NURFADILAH
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
v
PRAKATA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahi
rabbil‘alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas segala karunia dan ridho-Nya, rahmat-Nya, dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan tesis dengan judul
“Analisis Rantai Pasok dan Rantai Nilai pada Jeruk Pamelo”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan para pembaca dan
semua pihak yang terkait agar senantiasa memberikan masukan serta
kritikan yang membangun bagi penulis. Penulis berharap semoga tesis ini
dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penghargaan teristimewa dan sembah sujud penulis kepada orang
tua tercinta, Ayahanda Andi Sahib, Ibunda Andi Asmarani, S.Pd.I., M.Pd.I,
Kakek H. Andi Mangkona, BA dan H. Andi Mamu (alm.) dan Nenek Hj.
Indo Lebbi, A.Ma.Ag dan Andi Gallong (alm.) atas segala doa dan
dukungan, nasehat, kasih sayang dan perhatiannya. Pengorbanan yang
begitu besar dan tidak dapat penulis gantikan apapun. Demikian pula,
saudaraku tersayang Andi Yepita Deviyanti karena berkat doa, dukungan
dan kasih sayangnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
vi
Dalam penyelesaian tesis ini, tidak terlepas dari bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan
penulis untuk menghaturkan rasa hormat dan terima kasih dari lubuk hati
yang paling dalam kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec selaku Ketua Penasehat dan Dr. Ir.
Mahyuddin, M.Si selaku Anggota Penasehat yang telah meluangkan
waktu dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, Dr. Jusni, SE., M.Si dan Andi Nixia
Tenriawaru, SP., M.Si selaku tim penguji yang telah memberikan
masukan dalam membantu perbaikan penulisan tesis ini.
3. Dr. Ir. Mahyuddin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis yang
telah memberikan arahan dan memperlancar administrasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan tesis ini.
4. Para dosen Magister Agribisnis Sekolah Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, atas segala ilmu yang telah diberikan selama penulis
menempuh kegiatan perkuliahan.
5. Para staff pegawai Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin
yang telah membantu penulis dalam proses administrasi.
6. Teman-teman seperjuanganku Angkatan 2015 di Program Studi
Magister Agribisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin,
khususnya Lydia Devega Bahar, S.Pt, Dwi Prasetyawati Thana, SP,
Muhammad Arlis Toselong, SP, dan Andi Syarif Hidayatul Hamdi, SP
yang telah memberi semangat serta sharing mengenai penyelesaian
vii
tesis penulis. Namun, yang paling penting adalah kalian menemani
penulis selama kurang lebih 2 tahun dalam menjalani kegiatan
perkuliahan dan organisasi. Terima kasih kalian telah memberikan
keceriaan dan kebahagiaan bagi penulis. Kenangan yang terindah kita
ukir bersama-sama di kampus merah ini.
7. Kepada om Andi Tahir, S.Pi, tante Madiani, S.Pi dan Maryani, S.Pi
telah mengarahkan dan meluangkan waktunya kepada penulis selama
proses penelitian di Kabupaten Pangkep.
8. Teman dekatku Nurul Izzah Hakim, S.Sos dan Sri Hidasulfayani, S.ST
yang telah menemani penulis selama proses penelitian di Kabupaten
Bantaeng.
9. Teman-teman Pengurus Forum Mahasiswa dan Alumni Magister
Agribisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Periode
2017/2018 yang telah memberikan dukungan kepada penulis sampai
selesainya penyusunan tesis ini.
10. Andi Eka Resky Putera Irawan, SKM yang telah memberikan kasih
sayang, semangat, mendengarkan keluh kesah serta menemani
penulis selama proses penelitian di Kabupaten Pangkep sampai
terselesaikannya tesis ini.
Makassar, November 2017
Andi Putrianisa Nurfadilah
viii
ABSTRAK
ANDI PUTRIANISA NURFADILAH. Analisis Rantai Pasok dan Rantai
Nilai pada Jeruk Pamelo (dibimbing oleh Muslim Salam dan Mahyuddin).
Penelitian ini bertujuan (1) untuk menganalisis rantai pasok jeruk
pamelo (2) untuk menganalisis rantai nilai jeruk pamelo dan (3) untuk
menganalisis nilai tambah pelaku utama rantai nilai jeruk pamelo.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Padang Lampe dan Desa
Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi
Selatan. Pemilihan lokasi ini menggunakan metode Scatter Plot.
Penelitian ini menggunakan responden secara purposive sampling yang
titik awalnya dari pedagang pengumpul serta responden industri rumah
tangga secara total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok jeruk pamelo
memiliki pelaku utama dan pelaku pendukung. Ketiga aliran rantai pasok
jeruk pamelo yaitu aliran barang, uang dan informasi di lokasi penelitian
terlihat baik meskipun aliran permintaan barang sebanyak 17,86% belum
terpenuhi. Rantai nilai jeruk pamelo berdasarkan analisis kuantitatif
menunjukkan margin tertinggi pelaku utama rantai nilai adalah industri
rumah tangga pengolahan sebesar Rp 88.000 per buah (96,17%). Pelaku
utama rantai nilai jeruk pamelo yang memperoleh nilai tambah tertinggi
adalah petani yang hasil penjualannya ke pedagang pengumpul sebesar
Rp 222.086 per pohon (87,96%), pedagang pengecer sebesar Rp 441.435
per pohon (93,07%) dan industri rumah tangga pengolahan sebesar
Rp 295.330 per pohon (90,07%). Industri rumah tangga pengolahan jeruk
pamelo juga memperoleh nilai tambah dari hasil penjualan produk sari
buah sebesar Rp 11.140 per buah (63,65%). Nilai tambah yang diperoleh
tergolong tinggi karena rasio nilai tambah >50%.
Kata Kunci : Rantai Pasok, Rantai Nilai, Nilai Tambah, Jeruk Pamelo
ix
ABSTRACT
ANDI PUTRIANISA NURFADILAH. SUPPLY CHAIN AND VALUE CHAIN
ANALYSIS OF POMELO ORANGE (Supervised by Muslim Salam and
Mahyuddin).
The research aimed to analyze: (1) the supply chain of pamelo
orange; (2) the value chain of pamelo orange; (3) the added values of the
main actors of the value chain of pamelo oranges.
The research was conducted at Padang Lampe Village and
Punranga Village, Ma’rang District, Pangkep Regency, South Sulawesi
Province. The location selection used the Scatter Plot method. The
samples were selected using the purposive sampling technique whose
initial monitoring point started from the collecting traders and the home
industries were selected using the total sampling technique.
The research result indicates that there are the main actors and
supporting actors. The three supply chain flows of pamelo orange are the
goods, money and information flows in the research location are viewed
we although the goods demand flow of 17.86% has not been fulfilled. The
value chain of pamelo oranges based on the quantitative analysis
indicates that the highest margin of the value chain main actors is the
processing home industry as much as Rp 88,000.000 per fruit (96.17%).
The main actors of the farmers whose sales to the collecting traders are
as much as Rp 441,435.00 per tree (93.07%). The processing home
industries as much as Rp 295,330.00 per tree (90.07%). The processing
home industries of pomelo orange also obtain the added value from the
result of the fruit juice product sales as much as Rp 11,140.00 per fruit
(63.65%). The added value obtained is categorized “high” because the
added value added ration is >50%.
Kata Kunci : Rantai Pasok, Rantai Nilai, Nilai Tambah, Jeruk Pamelo
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..................... iv
PRAKATA ...................................................................................... v
ABSTRAK INDONESIA ................................................................. viii
ABSTRAK INGGRIS ...................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 7 C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................ 8 E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 10
A. Tanaman Jeruk Pamelo (Citruss maxima Merr.) ............... 10 B. Teori Rantai Pasok (Supply Chain) ................................... 13 C. Rantai Nilai (Value Chain) ................................................. 21 D. Industri Pengolahan Jeruk Pamelo ................................... 30 E. Lembaga Pendukung ........................................................ 33 F. Kemitraan .......................................................................... 36 G. Nilai Tambah (Value Added) ............................................. 41 H. Marjin Pemasaran dan Marjin Keuntungan ....................... 43 I. R/C Ratio ........................................................................... 45 J. Struktur Penerimaan dan Pendapatan .............................. 46 K. Penelitian Terdahulu ......................................................... 47 L. Kerangka Konseptual ........................................................ 50
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 53
A. Rancangan Penelitian ....................................................... 53 B. Lokasi dan Waktu .............................................................. 54 C. Populasi dan Teknik Sampel ............................................. 56 D. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 58 E. Analisis Data ..................................................................... 60
xi
F. Definisi Operasional .......................................................... 66
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 71
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 71 1. Letak Geografis Wilayah .............................................. 71 2. Keadaan Tanah dan Iklim ............................................ 72 3. Topografi Wilayah ........................................................ 76 4. Keadaan Penduduk ..................................................... 77 5. Keberadaan Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe .... 78
B. Karakteristik Responden ................................................... 80 1. Petani ........................................................................... 80 2. Pedagang Pengumpul ................................................. 84 3. Pedagang Pengecer .................................................... 86 4. Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo .... 89
C. Profil Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep ......................... 91 1. Profil Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang
Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep ....... 91 2. Gambaran Budidaya Tanaman Jeruk Pamelo
Di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep .................................................... 93 a. Pemeliharaan ......................................................... 94 b. Pemanenan ............................................................ 98 c. Pengolahan ............................................................ 100
D. Rantai Pasok Jeruk Pamelo .............................................. 102 1. Gambaran Aliran Rantai Pasok Jeruk Pamelo ............. 102 2. Aktivitas Pelaku Rantai Pasok Jeruk Pamelo .............. 114 3. Lembaga Pendukung ................................................... 125 4. Kemitraan .................................................................... 127
E. Rantai Nilai Jeruk Pamelo ................................................. 128 1. Biaya Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo ........... 128 2. Penerimaan Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk
Pamelo ......................................................................... 130 3. Pendapatan Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk
Pamelo ......................................................................... 132 4. Margin Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo ......... 134 5. R/C Ratio dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo ................ 137 6. Analisis Rantai Nilai Pelaku Utama Berdasarkan
Teori Porter .................................................................. 138 a. Petani ..................................................................... 138 b. Pedagang Pengumpul ............................................ 143 c. Industri Rumah Tangga Pengolahan ...................... 149 d. Pedagang Pengecer ............................................... 155
F. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo ................................. 159 1. Nilai Tambah Petani ..................................................... 160 2. Nilai Tambah Pedagang Pengumpul ........................... 163
xii
3. Nilai Tambah Industri Rumah Tangga Pengolahan .................................................................. 166
4. Nilai Tambah Pedagang Pengecer .............................. 169
V. PENUTUP .............................................................................. 171
A. Kesimpulan ....................................................................... 171 B. Saran ................................................................................ 173
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Luas Pertanaman Jeruk Pamelo per Kecamatan
Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, 2015 ........ 2
2. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami .......................... 66
3. Luas Wilayah Desa Padang Lampe dan Desa Punranga
Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep, 2016 .................. 72
4. Luas Wilayah Desa Padang Lampe dan Desa Punranga
Berdasarkan Penggunaan Lahannya, 2016 ......................... 76
5. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.. 77
6. Karakteristik Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 81
7. Karakteristik Pedagang Pengumpul Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 84
8. Karakteristik Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 86
9. Karakteristik Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 89
10. Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................. 92
11. Perbandingan Antara Standar Usahatani Ideal Jeruk Pamelo dengan Penerapan Kegiatan Budidaya Tanaman Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 95
12. Perbandingan Antara Standar Pemanenan Ideal Jeruk Pamelo dengan Penerapannya di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep, 2016 .................. 99
13. Proses Produksi Sari Buah, Dodol dan Selai di Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ..................................................................................... 101
xiv
14. Aktivitas Pelaku Utama Rantai Pasok Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 115
15. Aktivitas Pelaku Pendukung Rantai Pasok Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 120
16. Biaya Usahatani Jeruk Pamelo yang dikeluarkan Petani Di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 129
17. Biaya Kegiatan Usaha Pedagang Pengumpul, Industri Rumah Tangga PEngolahan dan Pedagang Pengecer di Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 130
18. Penerimaan Pelaku Utama dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 131
19. Pendapatan Pelaku Utama dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 133
20. Margin Pendapatan Pelaku Utama dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 134
21. R/C Ratio Pelaku Utama dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 137
22. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Petani di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ..................................................................... 160
23. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Pedagang Pengumpul di Desa Padang Lampe Kecamatan
Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ..................................................................... 164
24. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Industri Rumah Tangga Pengolahan di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 167
25. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 169
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Rantai Pasok .......................................................................... (a) Menurut Heizer dan Render ............................................. 17 (b) Menurut Siagian ............................................................... 18
2. Rantai Nilai Porter .................................................................. 25
3. Sistem Nilai ............................................................................ 26
4. Kerangka Konseptual Rantai Pasok (Supply Chain) dan Rantai Nilai (Value Chain) Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep ................ 52
5. Scatter Plot/XY Penentuan Lokasi Penelitian ......................... 55
6. Diagram Proses Penelitian ..................................................... 59
7. Lay Out Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo, Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ....................................................................... 90
8. Aliran Rantai Pasok Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep, 2016 ....................................................................... 103
9. Rantai Nilai Jeruk Pamelo berdasarkan Margin di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ..................................................... 135
10. Analisis Rantai Nilai Petani Jeruk Pamelo Berdasarkan Teori Porter di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,Kabupaten Pangkep, 2016 .................... 139
11. Analisis Rantai Nilai Pedagang Pengumpul Jeruk Pamelo Porter di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................... 144
12. Analisis Rantai Nilai Industri Rumah Tangga Pengolahan Berdasarkan Teori Porter di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ....................................................................... 150
13. Analisis Rantai Nilai Pedagang Pengecer Berdasarkan Teori Porter di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................... 156
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Identitas Petani Responden di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016. ................ 174
2. Penerimaan Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016. ................. 175
3. NPA Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 176
4. Pajak Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 179
5. Penggunaan Pupuk Usahatani Jeruk Pamelo di Desa
Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 180
6. Penggunaan Pestisida Usahatani Jeruk Pamelo di Desa
Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 182
7. HOK Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 183
8. Upah Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Pamelo di Desa
Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 184
9. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Pamelo di Desa
Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 186
10. Identitas Pedagang Pengumpul Jeruk Pamelo di Desa
Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 187
11. Penerimaan Pedagang Pengumpul Jeruk Pamelo di
Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ...................................................................... 188
12. NPA Pedagang Pengumpul di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 189
xvii
13. Pajak Pedagang Pengumpul di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 190
14. Biaya Variabel Pedagang Pengumpul Jeruk Pamelo
di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 191
15. Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Pengumpul Jeruk
Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 192
16. Upah Tenaga Kerja Pedagang Pengumpul Jeruk
Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 193
17. Analisis Pendapatan Pedagang Pengumpul Jeruk
Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 194
18. Permintaan Jeruk Pamelo Pedagang Besar (Antar Pulau)
di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 195
19. Identitas Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 196
20. Penerimaan Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 197
21. Nilai Penyusutan Alat (NPA) Pedagang Pengecer
Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan
Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .................................... 198
22. Pajak Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 199
23. Biaya Variabel Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di
Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 200
24. HOK Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang
Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 .... 201
25. Upah Tenaga Kerja Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo
di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 202
xviii
26. Analisis Pendapatan Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo
di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 203
27. Identitas Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa
Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 204
28. Penerimaan Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di
Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 205
29. Bahan Baku Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di
Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 206
30. Bahan Penunjang Industri Pengolahan Jeruk Pamelo
di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 207
31. Nilai Penyusutan Alat Industri Pengolahan Jeruk Pamelo
di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 208
32. Hari Orang Kerja (HOK) Tenaga Kerja Industri Pengolahan
Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 209
33. Upah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Jeruk Pamelo
di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 210
34. Pajak Bangunan Industri Pengolahan Jeruk Pamelo
di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 211
35. Analisis Pendapatan Industri Pengolahan Jeruk
Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 212
36. Jumlah dan Harga Produk Olahan Jeruk Pamelo
Per Buah di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016 ................................................... 214
37. Harga Bahan Penunjang pada Pengolahan Jeruk
Pamelo Per Buah Bahan Baku di Desa Punranga,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 215
xix
38. Hari Orang Kerja (HOK) pada Tenaga Kerja Industri
Pengolahan Jeruk Pamelo Berdasarkan Jumlah
Pemakaian Bahan Baku Jeruk Pamelo di Desa Punranga,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016 ................. 216
39. Peta Infrastruktur Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016 ..................................................................... 217
40.. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 218
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jeruk merupakan salah satu jenis produk buah-buahan yang
potensial untuk dikembangkan, karena memiliki kandungan gizi tinggi dan
cita rasa yang enak sehingga banyak diminati oleh konsumen.
Pengembangan jeruk terdapat di 14 provinsi (23 sentra), dan salah
satunya adalah Sulawesi Selatan dengan sentra pengembangannya yaitu
Kabupaten Pangkep dan Luwu Utara (Puslitbang Hortikultura, 2010:60).
Jeruk pamelo merupakan suatu komoditas pertanian yang memiliki
prospek cerah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Tetapi
petani jeruk pamelo belum menyadari potensi ini. Oleh karena itu,
diperlukan suatu sistem agar petani mengetahui tentang prospek jeruk
pamelo tersebut sehingga petani dapat berusaha tani jeruk pamelo dan
berbisnis produk olahan jeruk pamelo ataupun penjualan buah secara
segar.
Jenis jeruk yang dikembangkan di Kabupaten Pangkep merupakan
salah satu komoditas unggulan daerah adalah jeruk besar (pamelo).
Komoditas ini sudah terkenal dan pemasarannya sudah cukup luas.
Menurut Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep
(2015), Adapun data luas petanaman jeruk pamelo Kabupaten Pangkep
Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Luas Pertanaman Jeruk Pamelo Per Kecamatan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, 2015.
No. Kecamatan Luas
Lahan (Ha)
Populasi (Pohon)
Produktif (Pohon)
Provitas (Kw/Phn)
Produksi (Ton)
1. Pangkajene 1 150 150 1,1 17
2. Minasate’ne 1 158 115 1,2 14
3. Bungoro 8 1.435 1.332 1,2 160
4. Labakkang 199 34.697 34.000 1,2 4.080
5. Ma’rang 1.283 243.772 238.738 1,3 31.036
6. Segeri 48 8.500 8.000 1,1 880
7. Mandalle 39 6.925 6.925 1,1 762
8. Balocci 30 5.296 5.296 1,1 583
9. T.Tallasa 5 840 840 1,0 84
Jumlah 1.614 301.773 295.396 1,1 37.614
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2015.
Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Pangkep memiliki 9
Kecamatan yang mengusahakan usahatani jeruk pamelo. Kecamatan
Ma’rang merupakan penyumbang produksi terbesar dengan jumlah
produksi total selama tahun 2015 sebanyak 31.036 ton. Luas lahan
pertanaman jeruk pamelo yang terbesar pada tahun 2015 adalah
Kecamatan Ma’rang dengan luas lahan sebesar 1.283 Ha dengan
populasi pohon jeruk pamelo sebanyak 243.772 pohon dan yang produktif
sebanyak 238.738 pohon. Dengan demikian Kecamatan Ma’rang yang
menempati peringkat pertama dalam produksi buah jeruk pamelo di
Kabupaten Pangkep.
Salah satu daerah penghasil jeruk pamelo terbesar di Kabupaten
Pangkep adalah Kecamatan Ma’rang, Desa Padang Lampe. Letak Desa
Padang Lampe pada ketinggian 200 m dpl dengan curah hujan 2.200-
2.500 mm/th menjadikan daerah tersebut jeruk pamelo tumbuh dengan
baik. Saat ini, petani di Kecamatan Ma’rang, Desa Padang Lampe
3
pemasok terbesar jeruk pamelo untuk kebutuhan pasar. Akan tetapi,
seiring permintaan akan jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep terus
meningkat, namun jumlah produksinya belum mampu memenuhi
permintaan pasar jeruk pamelo meskipun produksinya tiap tahun
meningkat. Selain itu, kendala yang dihadapi petani jeruk pamelo dari sisi
produksi antara lain tingginya harga jual pupuk sehingga dapat
berpengaruh pada kualitas jeruk pamelo, kurangnya permodalan petani
dan upah tenaga kerja juga semakin tinggi.
Menurut data Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (2016) pada
Tahun 2012, pangsa pasar jeruk pamelo sebesar 63% dari total produksi
ke Jawa (pasar induk) dengan menggunakan container sebanyak 650
kontainer, ke pasar lokal dan Makassar 21%, sisanya 16% ke Pulau
Kalimantan dan Sulawesi. Pada tahun 2015, pangsa pasar jeruk pamelo
meningkat sebesar 85% dari total produksi ke Pulau Jawa (pasar induk)
dan sisanya 15% menyebar ke pasar lokal yang ada di area Sulawesi.
Keterbatasan jumlah produksi pasokan buah jeruk pamelo di
Kabupaten Pangkep mengakibatkan ketidakpastian yang tinggi dalam
rantai pasok. Bentuk pengaturan rantai pasokan sangat perlu mendapat
perhatian khusus. Perlu adanya pendekatan didalam rantai pasok jeruk
pamelo di Kabupaten Pangkep yang diharapkan dapat memberikan
gambaran ketersediaan pasokan jeruk pamelo sebagai pertimbangan
pengelolaan supply chain jeruk pamelo dalam menyampaikan produk dari
produsen ke konsumen begitu juga dengan konsumen lebih mudah
4
mendapatkan produk dari produsen. Dengan mengetahui rantai pasok
jeruk pamelo yang ada di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, mampu memberikan solusi optimal untuk ketepatan
produk, ketepatan tempat dan kebutuhan pasar.
Ditinjau dari segi harga, bahwa harga jeruk pamelo termasuk dalam
komoditas yang tidak diatur tata niaganya atau campur tangan
pemerintah, sehingga harga produk yang terjadi tergantung pada
mekanisme pasar. Harga jeruk pamelo selalu mengalami fluktuatif seiring
dengan produktivitas dan ketersediaan jeruk pamelo pangkep.
Harga jeruk yang dijual oleh petani di Kecamatan Ma’rang Desa
Padang Lampe dibeli dengan harga rendah oleh pedagang. Harga jual
komoditi jeruk pamelo di Desa Padang Lampe sebesar Rp 2.500 per
buah (2 kg per buah) tergantung dari varietas dan kualitas jeruk pamelo,
sedangkan harga jual jeruk pamelo pada tingkat pedagang ke konsumen
bekisar Rp 15.000 – Rp 25.000 per buah. Harga tersebut bisa berubah
tergantung dari ketersediaan jeruk pamelo di pasaran, dengan begitu
perlu dilihat rantai nilai dari jeruk pamelo sehingga bisa lebih memperbaiki
dari sisi harga agar bisa mendapatkan keuntungan yang proporsional.
Petani sebagai aktor utama dalam kegiatan pertanian jeruk pamelo
dalam hal penentuan harga hanya bersifat sebagai price taker, sedangkan
pedagang berperan sebagai price maker sehingga akan berpengaruh
pada lemahnya posisi tawar petani yang disebabkan oleh keterbatan
sarana dan prasarana yang masih bersifat tradisional, permodalan serta
5
tidak mengetahui informasi harga dan pasar, dengan begitu akan
merugikan maka akan berdampak pada rantai pemasaran yang tidak
efisien.
Menurut Kepala Bidang Hortikultura di Dinas Tanaman Pangan dan
Peternakan Kabupaten Pangkep, mayoritas petani jeruk pamelo memiliki
kesulitan dalam memasarkan dengan cepat karena tidak memiliki alat
transportasi untuk mengangkut hasil panennya sehingga bergantung pada
pedagang yang melakukan tebasan di lahan usahatani jeruk pamelo.
Faktor keterbatasan ini yang mengakibatkan ketergantungan kepada
pedagang pengumpul, yang akibatnya sebanyak ± 90% dari hasil
penjualan panenan menjadi milik pedagang pengumpul. Keadaan ini
membuat peningkatan produktivitas pertanian jeruk pamelo tidak lagi
menjadi jaminan akan memberikan keuntungan yang layak bagi petani
jeruk pamelo.
Sementara itu, keberadaan lembaga masyarakat seperti gapoktan
yang belum menunjukkan hasil yang optimal dalam meningkatkan
kesejahteraan petani, padahal apabila dikelola dengan baik diharapkan
mampu mengefisienkan rantai yang ada saat ini sehingga harga yang
diterima petani menjadi lebih baik. Rantai nilai dapat membantu
mengetahui sejauh apa peran dari setiap pelaku yang berkecimpung
didalamnya yang berkaitan langsung dengan keuntungan yang diterima
setiap pelaku maka hal itu akan dapat membantu dalam membuat langkah
6
atau kebijakan yang dapat diambil untuk memperbaiki rantai nilai yang
dianggap tidak sesuai dan para pelaku dalam rantai nilai memperoleh nilai
tambah yang maksimal.
Kebutuhan jeruk pamelo tidak hanya terlepas pada permintaan
buah jeruk pamelo segar saja, masih ada peluang besar pada beberapa
segmen usaha yang berkaitan erat dengan bisnis jeruk pamelo. Seperti
yang ada di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep
terdapat suatu industri rumah tangga yang memproduksi hasil olahan
jeruk pamelo menjadi suatu produk jadi yang siap dipasarkan. Industri
rumah tangga tersebut diolah oleh salah satu ketua kelompok tani jeruk
pamelo. Olahan produk jeruk pamelo diantaranya, sari buah (minuman
segar sejenis pulpy orange produksi coca cola), dodol, serta selai jeruk
pamelo. Berdasarkan survey awal, diketahui bahwa pengolahan jeruk
pamelo di lokasi penelitian menggunakan bantuan alat dari dana APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) pada tahun 2013. Namun,
pengolahan jeruk pamelo menjadi suatu produk olahan tidak dilakukan
setiap hari tapi hanya dilakukan ketika ada pemesanan saja. Dengan
adanya pengolahan jeruk pamelo, diharapkan ada peningkatan tambahan
pendapatan sehingga dapat menambah pendapatan petani jeruk pamelo.
Nilai tambah (added value) itu sendiri menggantikan pertambahan
nilai suatu produk atau komoditas karena mengalami proses
pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi
menjadi lebih baik. Dengan adanya industri yang mengubah bentuk primer
7
menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui
proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena
dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih
tinggi dan keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui
proses pengolahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang
perlu dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran rantai pasok jeruk pamelo di Desa Padang
Lampe dan Desa Punranga Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep?
2. Bagaimana rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan
Desa Punranga Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep?
3. Berapakah penambahan nilai tambah yang diperoleh dari setiap
pelaku rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa
Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
untuk:
1. Menganalisis gambaran rantai pasok jeruk pamelo di Desa Padang
Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep.
8
2. Menganalisis rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan
Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
3. Menganalisis penambahan nilai tambah yang diperoleh dari pelaku
rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa
Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi mereka yang berminat meneliti topik yang berkaitan
dengan rantai pasok, rantai nilai dan nilai tambah jeruk pamelo dari
pelaku rantai nilai.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu digunakan
sebagai bahan acuan dalam membuat kebijakan-kebijakan dalam
penguatan rantai pasok, rantai nilai dan nilai tambah sehingga
mampu menguntungkan semua stakeholder yang terkait.
3. Bagi petani jeruk pamelo, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan informasi mengenai rantai pasok, rantai
nilai yang diperoleh dari usahatani jeruk pamelo yang dijalankannya
serta nilai tambah dari pelaku rantai nilai.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan tambahan referensi terutama untuk penyusunan
penelitian selanjutnya yang mengacu pada penelitian tentang
9
rantai pasok, rantai nilai dan nilai tambah dari pelaku rantai nilai
jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan di Desa Punranga,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini dibatasi di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep yang merupakan daerah
sentra produksi jeruk pamelo terbesar.
2. Penelitian ini mengkaji pola rantai pasok jeruk pamelo dan
menganalisis rantai nilai dan nilai tambah dari pelaku rantai nilai di
Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Jeruk Pamelo (Citrus maxima Merr.)
Jeruk bali, jeruk besar atau pamelo merupakan jeruk penghasil
buah terbesar. Nama pamelo disarankan oleh Kementerian Pertanian
karena jeruk ini tidak ada kaitannya dengan Bali.
Jeruk ini termasuk jenis yang mampu beradaptasi dengan baik
pada daerah kering dan relative tahan penyakit, terutama Citrus Virus
Phloem Degeneration (CVPD) yang pernah menghancurkan pertanaman
jeruk di Indonesia.
Klasifikasi jeruk pamelo menurut Christman (Suharijanto, 2011:4-6)
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus : Sitrus
Spesies : Citrus maxima Merr.
11
Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan
bagian bawah mendatar. Ukuran buahnya tidak begitu besar disbanding
jeruk pamelo laiinya. Kulit buah bagian luar berwarna hijau saat muda dan
setelah tua berubah menjadi kekuning-kuningan. Keadaan kulitnya lebih
tipis dibanding jeruk lainnya. Daging buah berwarna merah muda dengan
rasa manis, tekstur halus dan berair banyak. Daging buah sangat rapat
satu dengan lainnya. Jumlah biji sedikit, bahkan ada yang tidak berbiji
sama sekali. Tinggi pohon antara 5,15 meter. Tajuk pohon agak rendah
dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Ujung percabangan
biasanya merunduk. Garis tengah batang antara 10-30 cm. Kulit
batangnya agak tebal dan berwarna cokelat kekuningan. Seperti spesies
jeruk lainnya, cabang dan ranting jeruk pamelo pun bersudut saat
masih muda dan membulat saat tua. Keadaan batangnya ada yang
berduri dan ada yang tidak berduri. Namun, biasanya duri tersebut ada
pada tanaman yang berasal biji dan masih muda. Setelah dewasa duri-
duri tersebut biasanya hilang. Daun tanaman ini berwarna hijau kuning
agak suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang masih muda kebanyakan
tidak berbulu. Bentuk daun bulat telur dengan ujung tumpul dan letaknya
terpencar-pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujung agak
berombak.Tangkai daun bersayap lebar berwarna hijau kekuningan.
Bunga jeruk pamelo berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang
bertandan. Bentuknya agak besar dan berbau harum. Kelopak bunga
12
membentuk lonceng dengan tajuk berjumlah 4-5. Benangsari tegak,
jumlahnya 25-35. Bakal buah berbentuk bulat kerucut dengan jumlah
biasanya dua buah.
Daging buah jeruk pamelo yang segar banyak mengandung air
dapat dikonsumsi langsung setelah dikupas dengan tangan atau dicampur
dalam rujak. Bagian dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan
manisan setelah dibuang bagian kulit luarnya yang banyak mengandung
kelenjar minyak. Di Vietnam, bunga digunakan untuk membuat parfum.
Kayu dimanfaatkan untuk gagas perkakas. Pohon jeruk pamelo yang
kualitas buahnya rendah pun masih tetap dipelihara untuk dimanfaatkan
daun, bunga, buah dan bijinya untuk obat batuk, demam dan gangguan
pencernaan.
Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini
akan memberikan hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai.
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu dataran rendah
sampai 700 meter di atas permukaan laut. Sedangkan yang ditanam di
atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam. Suhu optimum
yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-30°C.
sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksi optimum. Tanah
yang disukai tanaman jeruk ialah tanah gembur, porous dan subur.
Kedalaman permukaan air tanah tidak lebih dari 1,5 meter pada musim
kemarau dan tidak boleh kurang dari 0,5 meter pada musim hujan.
Tanah tidak boleh tergenang air karena akar kan mudah terserang
13
penyakit. Tanah yang baik untuk tanaman jeruk ber-pH 5-6. Curah hujan
berkisar antara 1.000-1.200 mm pehun dengan kelembapan udara 50-
85%.
B. Teori Rantai Pasokan
Rantai pasokan merupakan hubungan keterkaitan antara aliran
material atau jasa, aliran uang (return/recycle) dan aliran informasi mulai
dari pemasok, produsen, distributor, gudang, pengecer sampai ke
pelanggan akhir (upstream ↔ downstream). Dengan kata lain, supply
chain merupakan suatu jaringan perusahaan yang secara bersama-
sama bekerjasama untuk menciptakan dan mengantarkan produk sampai
ke tangan konsumen akhir. Rangkaian atau jaringan ini terbentang dari
penambang bahan mentah (di bagian hulu) sampai retailer atau toko
(pada bagian hilir). Aktifitas-aktifitas dalam rantai pasokan mengubah
sumber daya alam, bahan baku, dan komponen-komponen dasar menjadi
produk-produk jadi yang akan disalurkan ke konsumen akhir.
Menurut Van der Vost (Purba, 2015:5-6) mendefinisikan rantai
pasok adalah sebuah rangkaian dari aktivitas-aktivitas (fisik dan
pengambilan keputusan) yang terhubung oleh saluran barang dan
informasi serta terkait dengan aliran-aliran uang dan hak milik yang
berseberangan dengan batasan organisasi. Oleh karena itu, manajemen
terhadap rantai pasok penting untuk menciptakan integrasi dari
perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dari semua proses bisnis
dan aktivitas di dalam rantai pasok untuk menyampaikan nilai yang
14
diharapkan konsumen dengan biaya sekecil mungkin terhadap rantai
pasok secara keseluruhan yang pada saat bersamaan memenuhi
berbagai persyaratan dari pelaku lain dalam rantai pasok.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (Adinugroho, 2010:18-19) rantai
pasok adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai pasok juga
merupakan jaringan berbagai organisasi yang terintegrasi untuk tujuan
utama yang sama, yakni sebaik mungkin menyalurkan barang sekaligus
memberikan nilai pada barang tersebut untuk memuaskan kebutuhan
konsumen akhir. Setiap pelaku rantai pasok dihubungkan oleh aliran
barang, finansial, dan informasi yang terjadi secara langsung dan mungkin
diatur oleh satu pelaku rantai.
Menurut Chopra dan Meindl, rantai pasok memiliki sifat yang
dinamis namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi,
produk dan uang. Disamping itu Chopra dan Meindl juga menjelaskan
bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan. Sementara Ling Li
memaparkan bahwa rantai pasok lebih menekankan pada semua aktivitas
dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat aliran
dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen
akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang.1
1 Rouli, Juliana., Ti jaua Pustaka Evaluasi Supply Chai , http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/
121222-T%2025760-Evaluasi%20supply-Tinjauan%20literatur.pdf, diakses pada tanggal 7
Februari 2017 pukul 15.25 wita.
15
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah
dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan
akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang
yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para
pelanggan. Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan,
maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami
kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.
Pemain utama yang memiliki kepentingan dalam rantai pasok
adalah sebagai berikut:
1) Rantai 1: Pemasok
Merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama di mana mata
rantai penyaluran akan dimulai.
2) Rantai 1-2: Pemasok-Manufaktur
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur
atau pabrik atau perakitan atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan
membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan, atau pun
menyelesaikan barang. Hubungan dengan mata rantai pertama ini
sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.
3) Rantai 1-2-3: Pemasok-Manufaktur-Distribusi
Barang yang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufaktur sudah mulai
harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun banyak cara untuk
penyaluran barang ke pelanggan, umumnya digunakan melalui
distributor dan biasanya ditempuh sebagian besar rantai pasok.
16
4) Rantai 1-2-3-4: Pemasok-Manufaktur-Distribusi-Ritel
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau
menyewa dari pihak lain. Ada kesempatan untuk memperoleh
penghematan dalam bentuk jumlah persediaan dan biaya gudang,
dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang
baik dari gudang manufaktur maupun toko pengecer.
5) Rantai 1-2-3-4-5: Pemasok-Manufaktur-Distribusi-Ritel-Konsumen
Para pengecer atau ritel menawarkan barangnya langsung kepada
para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Mata
rantai pasok baru 17 benar-benar berhenti setelah barang yang
bersangkutan tiba di pemakai langsung.
Rantai pasok mencangkup tiga bagian berdasarkan pendapat
Anatan (Al Rasyid, 2015:50) sebagai berikut:
1. Upstream Supply Chain: bagian ini mencangkup supplier first-tier
dari organisasi dan supplier yang didalamnya telah terbina suatu
hubungan.
2. Internal Supply Chain: bagian ini mencangkup semua proses yang
digunakan oleh organisasi dalam mengubah input yang dikirim oleh
supplier menjadi output, mulai dari waktu material tersebut masuk pada
perusahaan sampai pada produk tersebut didistribusikan diluar
perusahaan tersebut.
3. Downstream Supply Chain: bagian ini mencangkup semua proses
yang terlibat dalam pengiriman produk pada customer akhir.
17
Menurut Heizer dan Render, rantai pasok mencakup seluruh
interaksi antara pemasok, manufaktur, distributor, dan pelanggan.
Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan,
transfer kredit, tunai, dan transfer bahan baku antara pihak-pihak yang
terlibat. Adapun skema rantai pasok menurut Heizer dan Render
dituangkan dalam Gambar 1(a).2
Gambar 1(a). Rantai Pasok
Siagian mengemukakan bahwa rantai pasok berkaitan langsung
dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan
distribusi, kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan
kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi,
pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan
2 Astriani, Ti jaua Pustaka Ra tai Pasok , diakses dari https://wisuda.unud.ac.id/pdf/13911
61003-3-BAB%20II.pdf, pada tanggal 28 Januari 2017 pukul 22.30 wita.
18
pada rantai pasok. Adapun skema rantai pasok menurut Heizer dan
Render dituangkan dalam Gambar 1(b).3
Gambar 1(b). Rantai pasok
Efektivitas suatu rantai pasok dapat ditingkatkan dengan cara:
1. Mengatur biaya kegiatan seperti manufaktur, asset, inventaris,
transportasi
2. Mengatur tingkat layanan seperti waktu respon yang terjadi dalam unit
waktu yang ditentukan dengan pola permintaan
3. Menyeimbangkan biaya dari inventaris dengan kebutuhan layanan
pelanggan
4. Menciptakan jaringan hubungan bisnis atau rantai pasok yang tepat,
efisien dan rendahnya biaya, untuk membawa produk dari konsep ke
pasar
3 Astriani, Ti jaua Pustaka Ra tai Pasok , diakses dari https://wisuda.unud.ac.id/pdf/13911
61003-3-BAB%20II.pdf, pada tanggal 28 Januari 2017 pukul 22.35 wita.
19
5. Untuk optimasi produksi tingkat inventaris, mencapai efisiensi untuk
personil peralatan dan fasilitas perusahaan
6. Menyediakan rencana yang fleksibel dan mekanisme kendali
Pujawan menyatakan bahwa pada prinsipnya, rantai pasok
pertanian memiliki dua tipe, yaitu produk segar dan produk yang
diprposes. Produk segar dapat berupa buah, sayuran dan sejenisnya yang
tidak membutuhkan proses pengolahan khusus atau proses transformasi
kimia. Produk pertanian yang dirposes membutuhkan proses transformasi
kimia atau perubahan bentuk. Rantai pasok untuk produk pertanian yang
diproses akan melibatkan beberapa pemain, diantaranya petani atau
perkebunan, pengolah atau pabrik, distributor dan pengecer (retail). Setiap
perusahaan diposisikan dalam sebuah lapisan dan keterlibatan, minimal
satu rantai pasok. Dalam jaringan rantai pasok pertanian, lebih dari satu
rantai pasok dan lebih dari satu proses bisnis yang dapat diidentifikasi.
Dalam satu waktu, proses parallel dan berurutan dapat terjadi dalam rantai
pasok pertanian.4
Aktivitas dalam rantai pasok dimulali dengan adanya permintaan
dari konsumen dan diakhiri dengan aktivitas pembayaran oleh konsumen
setelah permintaannya terpenuhi. Elemen yang termasuk dalam rantai
pasok meliputi seluruh perusahaan atau organisasi yang berinteraksi baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan focal company, baik
4 Deveriky, Agribis is dala Ra tai Pasok , http://scmagribisnis.blogspot.co.id/2014/02/
pengantar-manajemen-rantai-pasok-dalam.html, diakses pada tanggal 28 Januari 2017 pukul
23.00 wita.
20
sebagai pemasok bahan baku maupun konsumen, dari point of origin to
the point of comsumption. Menurut Stock dan Lambert, seluruh
perusahaan atau organisasi yang terkait tersebut dibagi menjadi dua, yaitu
primary member (anggota utama) dan supporting member (anggota
pendukung). Primary member (anggota utama) dari sebuah rantai pasok
adalah semua unit bisnis yang secara nyata melakukan aktivitas
operasional atau manajerial dalam sebuah proses bisnis. Proses bisnis ini
dirancang untuk menghasilkan produk atau jasa untuk konsumen tertentu
atau pasar. Sedangkan supporting member (anggota pendukung) dalam
rantai pasok adalah perusahaan yang menyediakan bahan awal, ilmu,
atau aset lain yang penting tapi tidak langsung berpartisipasi dalam
aktivitas yang menghasilkan atau merubah sebuah input menjadi output
untuk konsumen. Satu unit yang sama dapat menjadi anggota utama pada
satu proses, namun dapat juga menjadi anggota pendukung pada proses
lainnya. Hal ini mempengaruhi oleh jenis bisnis dimana unit itu berperan.5
Proses bisnis dalam manajemen rantai pasok terdiri dari kegiatan
produksi, distribusi dan proses pemasaran yang menghasilkan produk
sesuai keinginan konsumen. Kondisi rantai pasok yang terjadi pada
negara berkembang yaitu aliran informasi yang buruk, biaya transaksi
yang tidak transparan dan melibatkan banyak pelaku dalam
menyampaikan produk dari produksi hingga sampai kepada konsumen
sehingga dibutuhkan praktek manajemen rantai pasok yang tepat. 5 Rouli, Juliana., Ti jaua Pustaka Evaluasi Supply Chai , http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/
121222-T%2025760-Evaluasi%20supply-Tinjauan%20literatur.pdf, diakses pada tanggal 7
Februari 2017 pukul 15.40 wita.
21
C. Rantai Nilai
Menurut Atkinson (Syibil, 2013:9), rantai nilai didefinisikan sebagai
urutan kegiatan yang harus memberikan kontribusi lebih kepada nilai akhir
dari produk daripada biaya. Produk yang dihasilkan oleh sebuah
organisasi bergantung pada berbagai kegiatan organisasi dan
menggunakan sumber daya yang berbeda sepanjang rantai nilai
tergantung pada spessifikasi produk. Pada dasarnya, semua aliran
produk yang melalui rantai nilai, dimulai dengan penelitian,
pengembangan, rekayasa kemudian bergerak melalui aktifitas manufaktur
dan terus kepada pelanggan. Tergantung pada suatu produk, pelanggan
mungkin memerlukan layanan dan atau memilih untuk mengkonsumsi
produk tersebut atau membuangnya setelah mendapatkan tujuan dari
mengkonsumsi produk tersebut.
Analisis rantai nilai menurut Kaplinsky dan Morris (Warella, 2013:9)
mengacu pada serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mengadakan
suatu komoditas produk yang dimulai dari tahap konseptual, dilanjutkan
dengan beberapa tahap produksi, hingga pengiriman ke konsumen akhir.
Rantai nilai terbentuk ketika semua pelaku dalam rantai tersebut
beraktifitas sedemikian rupa sehingga memaksimalkan terbentuknya nilai
sepanjang rantai tersebut. Definisi ini dapat diartikan secara sempit
maupun luas. Pada definisi dalam arti sempit, suatu rantai nilai mencakup
serangkaian kegiatan yang dilakukan di dalam suatu perusahaan untuk
menghasilkan keluaran tertentu. Berlaku bagi produk hasil rancangan
22
inovatif atau hasil dari produksi yang dikontrol secara ketat. Misalnya,
pada usaha agribisnis, sistem yang tepat untuk menyimpan bahan baku
segar (misalnya buah-buahan) akan secara positif berdampak pada
kualitas produk akhir, dan dengan demikian akan meningkatkan nilai
produk tersebut.
Sedangkan definisi rantai nilai berdasarkan pendekatan yang luas
melihat berbagai kegiatan kompleks yang dilakukan oleh berbagai pelaku
(produsen utama, pengolah, pedagang, penyedia jasa) untuk membawa
bahan baku melalui suatu rantai hingga menjadi produk akhir yang dijual.
Rantai nilai ini dimulai dari sistem produksi bahan baku yang akan terus
terkait dengan kegiatan usaha lainnya dalam perdagangan, perakitan,
pengolahan, dan lain-lain.
Pendekatan luas ini tidak hanya melihat pada kegiatan yang
dilakukan oleh satu usaha. Pendekatan ini justru mencakup semua
hubungan baik yang bergerak maju ataupun mundur, sampai ketika bahan
baku produksi tersebut akhirnya terhubung dengan konsumen akhir
(ACIAR, 2012:7-8).
Menurut Porter (Nugraheni, 2014:25-27), rantai nilai merupakan
“the building blocks of competitive advantage” yang berarti bahwa rantai
nilai bukan hanya sekedar sekumpulan aktivitas yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu sistem aktivitas yang saling bergantung.
Keterkaitan ini menggambarkan hubungan antara pelaksanaan suatu
aktivitas nilai dengan biaya atau kinerja aktivitas lain. Rantai nilai
23
menunjukkan bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku
sampai ke pelanggan akhir. Terdapat dua kategori yang berbeda dalam
analisis rantai nilai. Pertama, merupakan aktivitas primer yang pasti selalu
dilakukan dalam persaingan di industri yaitu:
1. Logistik ke dalam (logistic inbound), merupakan aktivitas yang
berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan,dan penyebaran
masukan ke produk, seperti penanganan material, pergudangan,
pengendalian persediaan, penjadualan kendaraan pengangkut, dan
pengembalian barang kepada pemasok.
2. Operasi, merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pengubahan
masukan menjadi produk akhir, seperti masiniasi, pengemasan,
perakitan, pemeliharaan alat-alat, pengujian, pencetakan, dan
pengoperasian aktivitas.
3. Logistik ke luar (logistic outbound), merupakan aktivitas yang
berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan
pendistribusian fisik produk kepada pembeli, seperti pergudangan
barang jadi, penanganan material, operasi kendaraan pengiri,
pengolahan pesanan, dan penjadualan.
4. Pemasaran dan penjualan, merupakan aktivitas yang menyangkut
persediaan sarana agar pembeli dapat membeli produk dan aktivitas
yang mempengaruhi pembeli agar mereka mau membelinya, seperti
melalui periklanan, promosi, wiraniaga, penentuan kuota, pemilihan
penyalur, hubungan dengan penyalur, dan penetapan harga.
24
5. Pelayanan, merupakan aktivitas yang menyangkut penyediaan
layanan untuk memperkuat atau menjaga nilai produk, seperti
pemasangan, perbaikan, pelatihan, pasokan suku cadang, dan
penyesuaian produk.
Kedua, merupakan aktivitas pendukung dalam persaingan dengan
industri lainnya dibagi menjadi empat bagian yaitu pertama, procurement
yang mengacu pada pembelian barang yang digunakan dalam rantai nilai
perusahaan yang meliputi bahan baku, bahan pendukung, serta bahan-
bahan lain. Kemudian yang kedua adalah technology development
(pengembangan teknologi) mencakup pemanfaatan teknologi untuk
menghemat biaya yang penting bagi keunggulan bersaing di semua
industri, ketiga adalah manajemen sumberdaya manusia yang terdiri atas
beberapa aktivitas yang meliputi perekrutan, penerimaan, pelatihan,
pengembangan, dan kompensasi untuk semua jenis tenaga kerja. Analisis
rantai nilai dapat sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk
memahami dengan lebih baik keunggulan kompetitif, dimana perusahaan
dapat meningkatkan nilai tambah maupun penurunan biaya sehingga
usaha lebih kompetitif. Dalam pemasaran komoditas pertanian, kedua
kelompok aktivitas pembentuk rantai nilai tersebut juga dilakukan
meskipun dengan tingkat kompleksitas yang berbeda dari sektor industry.
Model yang diciptakan oleh Porter (ACIAR, 2012:10) pada
Gambar 2, berguna untuk mengidentifikasi beberapa kegiatan utama dan
pendukung yang umum dijumpai pada berbagai kegiatan bisnis. Rantai
25
nilai hanya menyoroti beberapa kegiatan khusus yang membuat
perusahaan dapat menciptakan nilai dan dengan demikian menjadikan
model ini alat yang berguna untuk menyederhanakan analisis.
Gambar 2. Rantai Nilai Porter (ACIAR, 2012:10)
Cara lain dalam pendekatan untuk mencari keunggulan kompetitif
didasarkan pada konsep sistem nilai; lihat Gambar 3. Alih-alih membatasi
analisis keunggulan kompetitif hanya pada suatu perusahaan, kegiatan-
kegiatan perusahaan tersebut dianggap sebagai bagian dari aliran
kegiatan yang lebih besar, yang diistilahkan dengan ‘sistem nilai’. Suatu
sistem nilai mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seluruh perusahaan
yang terlibat dalam produksi barang atau jasa, mulai dari bahan baku
dasar hingga pengiriman produk akhir ke konsumen. Oleh karena itu,
konsep sistem nilai ini lebih luas dibandingkan dengan ‘rantai nilai
kegiatan usaha’ dan menggambarkan acuan yang digunakan dalam buku
ini ketika berbicara tentang rantai nilai (pendekatan luas). Akan tetapi,
Aktivitas
pe
nd
uku
ng
Aktivitas Utama
Infrastruktur Perusahaan/Administrasi Umum
Manajemen Sumberdaya Manusia
Pengembangan Teknologi
Pembelian/Pengadaan
Logistik ke Dalam
Operasi Logistik ke
Luar Penjualan & Pemasaran
Pelayanan
M A R G I N
26
perlu diingat bahwa dalam kerangka Porter, konsep sistem nilai
kebanyakan dianggap sebagai alat untuk membantu pihak manajemen
eksekutif mengambil keputusan strategis.
Melalui pendekatan ini, rantai nilai dari tiap perusahaan dianalisis
untuk memberikan ikhtisar atas sistem nilainya.
Gambar 3. Sistem Nilai
Kaplinsky dan Morris (Nugraheni, 2014:27), menyatakan bahwa
terdapat empat aspek penting dalam analisis rantai nilai di sektor
pertanian antara lain:
1. Analisis rantai nilai secara sistematis memetakan para pelaku yang
berpartisipasi dalam produksi, distribusi, pemasaran dan penjualan
produk. Pemetaan (value chain mapping) ini mengkaji ciri-ciri berbagai
pelaku, struktur laba rugi, aliran barang di sepanjang rantai, ciri
ketenagakerjaan serta tujuan dan volume penjualan domestic dan
asing.
2. Analisis rantai nilai dapat mengidentifikasi distribusi manfaat bagi para
pelaku atau aktor dalam rantai nilai. Melalui analisis marjin dan laba
dapat diketahui pelaku atau aktor mana yang memperoleh manfaat
dari partisipasi dalam rantai nilai dan perolehan manfaat dari
pengorganisasian yang baik.
27
3. Analisis rantai nilai untuk mengkaji peran peningkatan (upgrading)
dalam rantai nilai. Peningkatan dapat mencakup peningkatan dalam
hal kualitas dan desain produk, atau diversifikasi dalam lini produk
yang dilayani, yang memungkinkan produsen mendapat nilai yang
lebih tinggi.
4. Analisis rantai nilai menggaris bawahi peran tata kelola dalam rantai
nilai yang bersifat internal maupun eksternal. Tata kelola dalam suatu
rantai nilai mengacu pada struktur hubungan dan mekanisme
koordinasi yang terjadi antara para pelaku dalam rantai nilai. tata kelola
eksternal mengidentifikasi pengaturan kelembagaan yang diperlukan
untuk meningkatka kemampuan dalam rantai nilai, memperbaiki
gangguan distribusi, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor.
Pendekatan Filiere mengenai rantai nilai (ACIAR, 2012:8-9), Filiere
berarti untaian atau rantai. Awalnya pendekatan ini digunakan untuk
menganalisis usaha pertanian kontrak (contract farming) dan integrasi
vertikal pada pertanian di Perancis pada tahun 1960-an, dan diterapkan
bersamaan dengan sistem pertanian yang ada di bawah sistem kolonial
Perancis. Pada sistem kolonial tersebut, analisis terutama dilakukan
sebagai alat untuk mempelajari cara-cara dikelolanya sistem produksi
pertanian (khususnya karet, kapas, kopi, dan kakao) dalam konteks
negara berkembang. Dalam konteks ini, kerangka filiere memberi
perhatian khusus pada terbentuknya hubungan antara sistem produksi
lokal dan industri pengolahan, perdagangan, ekspor, dan konsumsi akhir.
28
Konsep filiere juga mencakup perspektif empiris yang tegas yang
digunakan untuk memetakan alur 13 komoditas serta mengidentifikasi
para pelaku dan berbagai kegiatan. Landasan pemikiran dalam
pendekatan filiere mirip dengan konsep rantai nilai secara luas. Akan
tetapi filiere utamanya difokuskan pada isu-isu hubungan teknis yang
sifatnya fisik dan kuantitatif.
Pada value chain biasanya ada tiga macam aliran yang harus
dikelola: (1) aliran barang atau material yang mengalir dari hulu ke hilir; (2)
aliran uang atau finansial yang mengalir dari hilir ke hulu; (3) aliran
informasi yang mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Analisis rantai
nilai berfokus pada total value chain suatu produk, mulai dari desain
produk, sampai pemanufakturan produk bahkan jasa setelah penjualan.
Menurut ACIAR (2012:19-129) menyatakan bahwa alat analisis
rantai nilai terbagi menjadi tiga jenis yaitu alat umum, alat kualitatif dan
alat kuantitatif. Setiap jenis alat memiliki beberapa aktivitas. Alat umum
aktivitasnya meliputi penentuan prioritas rantai nilai yang akan dianalisis
dan setelah itu melakukan pemetaan rantai nilai. Alat kualitatif terdiri dari
analisis tata kelola (koordinasi, regulasi dan kendali), analisis keterkaitan
dan kepercayaan, serta analisis pilihan untuk peningkatan berdasarkan
permintaan baik pengetahuan, ketrampilan, teknologi maupun layanan
pendukung. Alat kuantitatif aktivitasnya meliputi analisis biaya dan marjin,
analisis distribusi pendapatan dan analisis distribusi lapangan pekerjaan.
29
Setiap aktivitas pada setiap jenis alat memilki langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam menganalisis rantai nilai. Pada aktivitas
penentuan prioritas langkahnya yaitu penentuan kriteria, penentuan bobot
kriteria, identifikasi daftar produk/kegiatan dan penetapan
produk/kegiatan. Sedangkan untuk aktvitas pemetaan rantai nilai
aktivitasnya terdiri dari pemetaan proses inti, identifikasi dan pemetaan
pelaku utama yang terlibat, pemetaan aliran produk, pemetaan
pengetahuan dan alur informasi, pemetaan volume dan jumlah pelaku,
pemetaan alur geografis produk, pemetaan nilai pada berbagai tingkatan
dalam rantai nilai, pemetaan hubungan keterkaitan antara pelaku rantai
nilai, pemetaan layanan dan pemetaan hambatan serta solusinya. Pada
jenis alat kuantitatif terdapat aktivitas analisis biaya dan marjin yang
memiliki langkah-langkah penghitungan biaya peluang dan biaya
keuangan, penghitungan biaya investasi yang diperlukan, penghitungan
penerimaan per pelaku, penghitungan rasio keuangan, perubahan
keuangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, posisi keuangan relatif
para pelaku dan penetapan benchmarking. Setelah aktivitas analisis biaya
dan marjin, lalu melakukan analisis distribusi pendapatan yang meliputi
penetapan kategori, penghitungan pendapatan per unit keluaran,
penghitungan pendapatan bersih di tiap tingkatan rantai nilai serta
penghitungan distribusi pendapatan upah dan distribusi nilai tambah
(Risyahadi, 2015:5).
30
D. Industri Pengolahan Jeruk Pamelo
Menurut Simatupang (2007: 37), menyatakan bahwa industri kecil
dan rumah tangga mempunyai potensi yang besar dalam memperkokoh
struktur industri di Indonesia terutama berperan sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi, peningkatan efisiensi industri secara keseluruhan,
peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pengentasan
masyarakat dari kemiskinan. Demikian pula potensi industri kecil dan
rumah tangga cukup besar dalam mendukung persebaran industri,
mengatasi ketimpangan struktural antara perekonomian perkotaan dan
pedesaan dan mendukung strukturisasi perekonomian pedesaan ke arah
yang lebih maju.
Menurut Badan Pusat Statistik, usaha industri atau industri rumah
tangga adalah usaha yang tidak berbentuk badan hokum dan
dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang anggota rumah tangga
yang mempunyai tenaga kerja sebanyak empat orang atau kurang,
dengan kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi atau
setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi
nilainya dengan tujuan untuk dijual atau ditukar dengan barang lain dan
ada satu orang anggota keluarga yang menanggung resiko.
Industri dapat digolongkang berdasarkan jumlah tenaga kerja,
jumlah investasi dan jumlah komoditi yang dihasilkan. Berdasarkan jumlah
tenaga kerja, indsutri dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok:
31
a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga
b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil
c. Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah
d. Jumlah tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang untuk industri
besar
Menurut Azhary, terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari
pentingnya keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam
perekonomian Indonesia. Alasan-alasan itu antara lain:
1. Sebagian besar lokasi industri kecil dan rumah tangga berlokasi di
daerah pedesaan, sehingga apabila dikaitkan dengan kenyataan
bahwa lahan pertanian yang semakin berkurang, maka industri kecil
dan rumah tangga di pedesaan dapat menyerap tenaga kerja di
daerah pedesaan.
2. Kegiatan industri kecil dan rumah tangga menggunakan bahan baku
dari sumber-sumber di lingkungan terdekat yang menyebabkan biaya
produksi dapat ditekan rendah.
3. Dengan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendahserta harga
produk industri kecil dan rumah tangga yang murah akan memberikan
peluang agar tetap bisa bertahan.
4. Tetap adanya permintaan terhadap produk yang tidak diproduksi
secara besar-besaran, misalnya batik tulis, anyam-anyaman dan lain-
lain
32
5. Bagi Indonesia, secara politis usaha akecil berperan dalam
pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat serta mampu menjadi
katup pengaman bagi masalah pengangguran yang kian merabak
(Asri, 2010:12-13).
Hampir semua orang kenal jeruk pamelo (jeruk besar). Dari semua
jenis jeruk, jeruk pamelo merupakan jeruk berukuran paling besar.
Buahnya bulat lonjong, bagian atasnya agak meruncing dan bawahnya
mendatar. Kulit buah hijau kekuningan, daging buah kemerahan dan ada
juga yang berwarna putih dan rasanya cukup manis namun sedikit getir,
teksturnya halus dan berair banyak. Daging buahnya bisa langsung
dimakan setelah dikupas, dibuat sari jeruk atau bisa digunakan untuk
campuran rujak dan salad.
Kandungan likopen pada jeruk pamelo cukup tinggi, likopen bisa
berperan sebagai antioksidan. Jeruk pamelo mengandung pektin jauh
lebih banyak dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya setelah dijus, berarti
jeruk pamelo dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Selain itu, jeruk
pamelo mengandung zat aktif yang dapat membersihkan sel darah merah
yang tua di dalam tubuh dan menormalkan hematokrit, yaitu persentase
sel darah per volume darah. Rendahnya hematokrit akan menyebabkan
anemia, tetapi jika sangat tinggi dapat memicu penyakit jantung karena
darah jadi mengental. eruk bali (gravefruit) merupakan sumber kalium,
vitamin A (440 IU), bioflavonoid, dan likopen (350 ug/100g). Hasil
penelitian, jeruk bali termasuk antikanker yang sekaligus menyehatkan
33
prostat. Seperti jeruk lain, jeruk pamelo adalah sumber vitamin C yang
sangat baik sebagai sumber antioksidan. Perokok dianjurkan untuk
mengosumsi jeruk bali dua “siung” (helai dalam buah) setiap hari.
Peningkatan kadar vitamin C di dalam darah mampu memperbaiki
jaringan yang rusak, bahkan kanker, akibat tidak stabilnya molekul radikal
bebas karena rokok dan polusi udara.6
Pengolahan jeruk pamelo agar menjadi suatu produk yang memiliki
cita rasa menggugah selera, daya simpan lebih lama, dan meningkatkan
nilai tambah. Dari sentuhan inovasi, kini tersedia aneka produk olahan
jeruk pamelo, antara lain: selai, manisan, permen jelly, salad, rujak, sirup,
dodol, minuman segar, ice cream, puding jeruk, jus, dan lain-lain.
Ternyata jeruk pamelo banyak sekali manfaatnya. Setelah
mengetahui semua produk olahan jeruk pamelo akan digemari oleh
berbabgai kalangan masyarakat baik itu menengah ke atas maupun
menengah ke bawah dan konsumsinya juga tidak terbatas pada usia,
yang artinya jeruk pamelo ini dapat dikonsumsi baik anak-anak maupun
orang dewasa.
E. Lembaga Pendukung
Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu
program dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan.
Kelembagaan pendukung sektor pertanian di pedesaan bersifat pasang
6 Izza, 2011. Solusi Pe a ga a Li bah Kulit Jeruk , http://izza24062010.blogspot.co.id/2011/
08/solusi-penanganan-limbah-kulit-jeruk.html, diakses pada tanggal 8 Maret 2017 pukul 19.00
wita.
34
surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan dapat bersifat formal
(disponsori dan dibantu pemerintah) dan non formal (terbentuk sebagai
jawaban atas tuntutan kebutuhan aktual petani). Kelembagaan juga
berfungsi sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana produksi,
pembangkit minat dan sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis
pertanian. Kelembagaan yang mampu berkembang adalah kelembagaan
yang sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan luwes.
Adapun lembaga pendukung yang dapat menunjang aktivitas para
petani dalam usahataninya adalah:
1. Pembiayaan
Keuangan pertanian dimana pembiayaan perusahaan agribisnis
di dalamnya berhubungan dengan soal-soal keuangan disektor
pertanian. Sektor terakhir ini pada gilirannya termasuk sektor ekonomi
yang bersama-sama dengan sektor industri dan sektor jasa di suatu
negara, merupakan sektor ekonomi nasional negara tersebut. Keuangan
pertanian berhubungan dengan permintaan, penawaran, pengaturan
dan permohonan modal di sektor pertanian, sedangkan pembiayaan
perusahaan agribisnis berhubungan dengan semua keperluan dan
pengaturan serta pengontrolan keuangan untuk membiayai status
perusahaan/kegiatan di sektor pertanian. Perusahaan di sektor
pertanian disebut usahatani, selama semua hasil usahatani tersebut
35
ditujukan untuk pasaran, walaupun peringkat usahanya masih
tradisional dan sederhana, masih subsisten, maupun sudah moderan
dan komersil.
Salah satu lembaga pembiayaan dalam usaha tani adalah kredit
usaha tani (KUT). Kredit Usaha Tani adalah kredit modal kerja yang
disalurkan melalui lembaga keuangan (bank), koperasi atau KUD
(Koperasi Unit Desa) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang
digunakan untuk membiayai usahatani.
2. Kelompok Tani
Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar
anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam
berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Dengan
adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan
permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi
pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.
3. Pemerintah
Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator
sangat penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Distribusi
informasi pasar yang disediakan oleh pemerintah, kebijakan-kebijakan
yang mengatur berlangsungnya usaha komoditas pertanian, penyediaan
36
infrastruktur yang memadai, pendampingan dan pembinaan oleh PPL
serta pengadaan pameran atau ekshibisi produk pertanian dapat
meningkatkan daya saing terhadap usaha pertanian (Yuniar, 2012:25).
F. Kemitraan
Definisi dan kebijaksanaan kemitraan usaha resmi telah diatur
dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang
kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun
1997 tentang kemitraan. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995,
kemitraan adalah kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha
menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan serta
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dalam kemitraan beberapa
hal baik yang berkaitan dengan produksi maupun pemasaran sudah
ditentukan di depan.7
Penentuan dalam aspek produksi serta penggunaan input produksi
antara lain terkait dengan jenis komoditas, kuantitas dan kualitas
komoditas, teknologi produksi, serta penggunaan input produksi.
Pemasaran dalam lingkup kemitraan menyangkut harga dan jaminan
7 Rahmawati, Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelodengan Perusahaan Mitra
Untuk Meningkatkanpendapatan Petani , diakses dari https://www.scribd.com/
doc/137851122/Kemitraan-Agribisnis-Antara-Petani-Jeruk-Pamelo-Dengan-Perusahaan-
Mitra-Untuk-Meningkatkan-Pendapatan-Petani, pada tanggal 26 April 2017 pukul 23.20
wita.
37
pihak perusahaan mitra dalam pembelian output produksi yang dihasilkan
kelompok mitra. Selain jaminan dibelinya produk yang dihasilkan, pihak
perusahaan mitra umumnya menyediakan fasilitas supervisi, kredit, input
produksi, peminjaman atau penyewaan mesin, dan bantuan/nasehat
teknis lainnya.
Pada dasarnya maksud dan tujuan kemitraan yaitu untuk
membantu para pelaku kemitraan dan pihak-pihak tertentu dalam
mengadakan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan (win-win
solution) dan bertanggung jawab. Ciri dari kemitraan usaha terhadap
hubungan timbal balik bukan sebagai buruh-majikan atau atasan-bawahan
sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proporsional, di
sinilah kekuatan dan karakter kemitraan usaha.
Menurut Hafsah (1999:16), tujuan ideal kemitraan yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret yaitu (1)
meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan
perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan
pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional,
(5) memperluas kesempatan kerja dan (6) meningkatkan ketahanan
ekonomi nasional.
Kemitraan bisnis merupakan suatu alternatif yang prospektif bagi
pengembangan bisnis di masa depan untuk menghubungkan kesenjangan
antar subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir (produsen-industri
38
pengolahan pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen). Pada
masa lalu kesenjangan dalam sistem bisnis hulu-hilir diantaranya berupa
informasi tentang mutu, harga, teknologi dan akses permodalan. Kondisi
ini menyebabkan pemodal kuat, yang umumnya lebih berwawasan luas,
lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistem hilir menjadi lebih
diuntungkan oleh berbagai kelemahan yang ada pada usaha kecil yang
berfungsi di pihak produsen atau hulu.
Kemitraan agribisnis menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1997 dinyatakan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling
memperkuat, saling menguntungkan dan saling menghidupi. Pada
konsepsi bentuk kemitraan tersebut, pengusaha menengah/besar punya
komitmen atau tanggung jawab moral membimbing dan mengembangkan
pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya,
sehingga dapat menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan
bersama.
Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung
dalam wadah koperasi, usaha-usaha yang sangat kecil atau informal
tersebut secara bersama-sama akan memiliki kedudukan dan posisi
transaksi yang cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling
membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan
usaha besar mitra usahanya.
39
1. Sudut Pandang Sistem
Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe
yaitu:
a. Vertical Backward Linkage
Adalah sistem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB)
bergerak dalam produksi barang akhir (assembler) Usaha Kecil (UK)
sebagai pemasok komponen kepada UB.
b. Vertical Forward Linkage
Usaha centernya/besar menghasilkan bahan baku dan memasok
untuk diproses selanjutnya oleh usaha kecil.
c. Horizontal Linkage
Usaha Besar sebagai trader/exporter, Usaha Kecil menghasilkan
produk yang akan dipasok ke trader.
2. Implementasi
Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah
karena kemitraan usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan
dari pihak-pihak yang bermitra itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia
usahanya sendiri sehingga kemitraan dapat berlangsung secara alamiah.
Hal ini dimungkinkan mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka
seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan dan sebagainya telah cukup
memberikan rangsangan ke arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan
kaidah ekonomi yang berorientasi pasar.
40
Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah
terbukti berhasil diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan
empat negara macan Asia, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan
sebagainya. Di negara-negara tersebut kemitraan umumnya dilakukan
melalui pola sub kontrak yang memberikan peran pada industri kecil dan
menengah sebagai pemasok bahan baku dan komponen industri besar.
Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat
demi usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan
usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi
rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu
memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-
pola kemitraan tersebut antara lain8:
1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir
2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu
3. Kerjasama dalam pemilik usaha
4. Kerjasama dalam bentuk bapak-anak angkat
5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai modal ventura
6. Intiplasma
7. Subkontrak
8. Dagang umum
9. Waralaba
10. Keagenan
8 Restuhadi, Pola-pola Ke itraa Usaha diakses dari http://sigit-rh.blogspot.co.id/ 2011/04/
pola-pola-kemitraan-usaha.html, pada tanggal 27 April 2017 pukul 01.30 wita
41
G. Nilai Tambah
Konsep nilai tambah adalah suatu perubahan nilai yang terjadi
karena adanya perlakuan terhadap suatu input pada suatu proses
produksi. Arus peningkatan nilai tambah komoditas pertanian terjadi di
setiap mata rantai pasok dari hulu ke hilir yang berawal dari petani dan
berakhir pada konsumen akhir. Nilai tambah pada setiap anggota rantai
pasok berbeda-beda tergantung dari input dan perlakuan oleh setiap
anggota rantai pasok tersebut.
Nilai tambah komoditas pertanian di sektor hulu dapat dilakukan
dengan penyediaan bahan baku berkualitas dan berkesinambungan yang
melibatkan para pelaku pada mata rantai pertama, antara lain petani,
penyedia saran prasarana pertanian dan penyedia teknologi. Nilai tambah
secara kuantitatif dihitung dari peningkatan produktivitas, sedangkan nilai
tambah secara kualitatif adalah nilai tambah dari meningkatnya
kesempatan kerja, pengetahuan dan keterampilan SDM.
Nilai tambah selanjutnya terjadi pada sektor hilir yang melibatkan
industri pengolahan. Komoditas pertanian yang bersifat perishable (mudah
rusak) dan bulky (memerlukan penanganan atau perlakuan yang tepat),
sehingga produk pertanian siap dikonsumsi oleh konsumen. Perlakuan
tersebut, antara lain pengolahan, pengemasan, pengawetan dan
manajemen mutu untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai
tambah sehingga harga produk komoditas pertanian menjadi tinggi.
42
Beberapa nilai tambah yang tidak dapat dihitung secara numerik meliputi
peluang kerja yang terbuka dengan adanya industri pengolahan dan
peningkatan keterampilan pekerja.
Nilai tambah pada sektor retail adalah keuntungan yang didapat
oleh retailer dalam menjual produk hasil pertanian yang sudah mengalami
pengolahan. Nilai tambah tersebut didapatkan dari beberapa hal antara
lain: produk yang dijual dalam bentuk eceran, kontinuitas persediaan
barang jaminan mutu barang dan pelayanan terhadap konsumen.
Sudiyono (Juliyanto, 2015:34-35) menjelaskan bahwa terdapat dua
cara menghitung nilai tambah. Pertama nilai untuk pengolahan dan kedua
nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tambah untuk pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor
teknis dan faktor pasar. Faktor teknis adalah kapasitas produk, jumlah
bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Faktor pasar adalah harga
output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain selain
bahan baku dan tenaga kerja.
Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil,
standar harga yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat
pengolah/produsen. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga
kerja, modal dan manajemen, dan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Nilai Tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena
suatu komoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan
penyimpanan dalam suatu proses produksi (penggunaan/pemberian
43
input fungsional). Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh faktor
teknis dan faktor non teknis. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis
nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah, marjin
dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi.
H. Margin Pemasaran dan Margin Keuntungan
Menurut Pearce dan Robinson (Nugraheni, 2014:22-23), margin
pemasaran merupakan selisih harga dari dua atau lebih tingkat rantai
pemasaran, atau antara harga ditingkat produsen dan harga eceran
ditingkat konsumen. Margin tata niaga hanya merepresentasikan
perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima
produsen, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas pemasaran produk.
Dalam penelitian ini marjin pemasaran dihitung sebagai selisih
antara harga jual jeruk pamelo di tingkat petani dengan harga jual jeruk
pamelo di tingkat pedagang. Untuk mengetahui nilai margin pemasaran
pada setiap pelaku pemasaran, maka akan dilakukan pengujian dengan
menggunakan alat analisis biaya dan margin pemasaran (cost marjin
analysis) yaitu dengan menghitung besarnya margin pemasaran, biaya
dan keuntungan pemasaran serta share yang diperoleh petani.
Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam pemasaran jeruk
pamelo, diantaranya adalah marjin tata niaga (marketing margin) dan
marjin keuntungan (profit marjin). Selisih harga di suatu titik rantai
pemasaran dengan harga di titik lainnya biasa disebut dengan marjin kotor
atau marjin pemasaran. Sedangkan marjin keuntungan atau marjin bersih
44
adalah marjin kotor dikurangi biaya-biaya rantai pemasaran. Komponen
margin pemasaran terdiri dari 1) biaya-biaya yang diperlukan lembaga-
lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang
disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional; dan 2) keuntungan
lembaga pemasaran. Apabila dalam pemasaran suatu produk pertnaian,
terdapat lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran,
maka margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut:
Mji = Pri – Pfi atau Mji = bi + ki (2.1)
Dimana:
Mji = Marjin pemasaran pada tingkat lembaga ke-1 (Rp)
Pri = Harga ditingkat tertentu (Rp)
Bi = Biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i (Rp)
ki = Keuntungan pemasaran pada tingkat lembaga ke-1 (Rp)
Sementara untuk mengetahui besarnya distribusi nilai tambah yang
diterima oleh setiap pelaku atau aktor disepanjang rantai nilai ubi kayu,
dilakukan dengan menghitung marjin keuntungan yang diterima oleh
setiap pelaku atau aktor. Secara matematis marjin keuntungan dapat
ditulis sebagai berikut:
𝝅 = 𝑷 − 𝑷 − 𝑪 (2.2)
Dimana: 𝜋 = Keuntungan yang diterima oleh setiap pelaku (aktor)
Pa = Harga jual disetiap pelaku (Rp/kg)
Pb = Harga beli produk disetiap pelaku (Rp/kg)
45
C = Biaya pemasaran pada setiap pelaku (Rp/kg)
I. R/C Ratio
Tingkat efisiensi suatu usaha bisa ditentukan dengan menghitung
per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya
produksinya. Untuk mengukur efisiensi suatu usaha digunakan R/C Ratio.
R/C Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya untuk
mengetahui besaran keuntungan atau kerugian dan kelayakan suatu
proyek agribisnis. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑹/𝑪 = 𝑻𝑹𝑻𝑪 (2.3)
Dimana:
TR = Total penerimaan (Rp/kg)
TC = Total biaya produksi (Rp/kg)
Total biaya meliputi semua perbelanjaan atas factor-faktor produksi
yang digunakan meliputi factor produksi yang tetap jumlahnya dan yang
dapat berubah dari total produksi yang dihasilkan masing-masing oleh
petani dan penepung bila dikalikan dengan harga jual maka dapat
diketahui penerimaan yang diterima oleh masing-masing aktor dalam
rantai nilai komoditas ubi kayu. Terdapat tiga kriteria dalam R/C Ratio
yaitu:
46
R/C ratio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C ratio = 1, maka usaha tersebut BEP
R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak efisien atau merugikan
J. Struktur Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (Syibil, 2013:22), penerimaan usahatani
adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
TRi = Yi x Pyi (2.4)
Dimana:
TR = Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Y
Adapun pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan
semua biaya. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Pd = TR – TC (2.5)
Dimana:
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
47
K. Penelitian Terdahulu
Beberapa judul penelitian sebelumnya tentang rantai pasok (supply
chain) dan rantai nilai (value chain), diantaranya adalah:
Analisis Rantai Pasok dan Rantai Nilai Bunga Krisan di Daerah
Sentra Pengembangan Jawa Timur yang diteliti oleh Kuntoro Boga Andri
tahun 2013. Hasil dari penelitian tersebut berdasarkan uraian analisa
rantai nilai diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan agribisnis
bunga potong krisan masih memiliki prospek yang menjanjikan untuk
direalisasikan guna meningkatkan angkatan kerja dan pendapatan petani
di Jawa Timur. Pengembangan agribisnis bunga krisan harus berorientasi
pada pasar. Khusus usaha produk bungan krisan potong, permintaan
yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan laku tidaknya
produk yang ditawarkan. Pengusaha dan petani produsen krisan harus
mengikuti perkembangan pasar terbuka dengan mencari terobosan-
terobosan dalam peningkatan kualitas nilai tambah dan produksi. Dalam
upaya mencapai industry pengembangan krisan yang lebih maju, berbagai
tahapan strategis perlu disusun. Pendekatan yang perlu dilakukan mulai
dari penyusunan inovasi paket teknologi dalam SOP, GAP, standarisasi,
sosialisasi dan bimbingan manajemen mutu dan pasca panen;
pengembangan kawasan sentra; kelembagaan usaha dan kemitraan;
peningkatan kualitas SDM sampai regulasi investasi dan promosi.
48
Penelitian yang dilakukan oleh Yona Octava Purba pada tahun
2015 yang berjudul Analisis Rantai Pasok Kubis di Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara menunjukkan bahwa kondisi rantai pasok
kubis di Kabupaten Simalungun belum berjalan dengan baik.
Pengintegrasian kualitas dan pengoptimuman rantai pasok kubis belum
menjadi sasaran setiap pelaku yang terkait dalam rantai pasok kubis. Hasil
penelusuran produk kubis menggunakan product traceability tools
menunjukan bahwa lembaga yang terkait dalam rantai pasok kubis belum
dapat menjamin kualitas dan keamanan kubis. Belum adanya pelaku yang
bertujuan mengatur dan mengawasi proses bisnis rantai pasok kubis dari
petani sampai konsumen sehingga aktivitas proses bisnis belum
terintegrasi. Rantai pasok kubis masih terdiri dari beberapa lembaga yang
saling terkait tetapi tidak ada ikatan yang jelas dan tidak di bawah satu
manajemen sehingga menyebabkan kesepakatan kontrak antara lebaga
dan terkait terhadap informasi harga dan kuantitas pasokan kubis belum
jelas. Sulitnya memperoleh tenaga kerja buruh tani seagai sumber daya
rantai pasok kubis.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syibil pada tahun 2013
yang berjudul Analisis Rantai Nilai pada Komoditas Jamur Tiram Putih di
Kabupaten Bogor (Studi Kasus pada P4s Nusa Indah) menjelaskan
bahwa anggota rantai pasokan jamur tiram putih terdiri dari anggota
primer (P4S Nusa Indah, pengumpul dan pengecer) dan anggota
sekunder (pemasok bahan baku dan kemasan). Aliran rantai pasokan
49
dimulai dari P4S Nusa Indah, pedagang pengumpul dan terakhir ke
pedagang pengecer. Kemitraan yang sudah terjalin atas dasar
kepercayaan dan saling memerlukan antar pihak. Adapun tujuan dari
kemitraan yaitu untuk meningkatkan pendapatan serta meningkatkan
kemampuan usaha kelompok mitra. Selain itu, besaran margin yang
didapat oleh para pelaku di sepanjang rantai nilai jamur tiram putih ini
relative berimbang. Bagi P4S Nusa Indah selaku petani mendapatkan
margin sebesar Rp 1.485 per kg jamur tiram putih. Sedangkan margin
yang didapat pedagang pengumpul sebesar Rp 1..196 per kg. perbedaan
yang cukup signifikan adalah margin sebesar Rp 3..550 per kg untuk
pedagang pengecer.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dari
segi alat analisis dan lokasinya. Penelitian ini menggambarkan rantai
pasok (supply chain) jeruk pamelo dengan menggunakan kerangka Food
Supply Chain Network (FSCN) dan menganalisis rantai nilai (value chain)
jeruk pamelo melalui alat kuantitatif yang terdapat aktivitas analisis biaya
dan marjin yang memiliki langkah-langkah penghitungan biaya peluang
dan biaya keuangan, penghitungan biaya investasi yang diperlukan,
penghitungan penerimaan per pelaku, penghitungan rasio keuangan,
perubahan keuangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, posisi
keuangan relatif para pelaku yang berada di daerah penelitian dan belum
pernah dilakukan pada penelitian terdahulu.
50
L. Kerangka Konseptual
Jeruk merupakan salah satu jenis produk buah-buahan yang
potensial untuk dikembangkan, karena memiliki kandungan gizi tinggi dan
cita rasa yang enak sehingga banyak diminati oleh konsumen. Jeruk
pamelo merupakan suatu komoditas pertanian yang memiliki prospek
cerah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Jenis jeruk yang
dikembangkan di Kabupaten Pangkep merupakan salah satu komoditas
unggulan daerah adalah jeruk besar (pamelo). Salah satu daerah
penghasil jeruk pamelo terbesar di Kabupaten Pangkep adalah
Kecamatan Ma’rang, Desa Padang Lampe. permintaan akan jeruk pamelo
di Kabupaten Pangkep terus meningkat, namun jumlah produksinya belum
mampu memenuhi permintaan pasar jeruk pamelo meskipun produksi tiap
tahunnya meningkat. Keterbatasan jumlah produksi pasokan buah jeruk
pamelo di Kabupaten Pangkep mengakibatkan ketidakpastian yang tinggi
dalam rantai pasok. Bentuk pengaturan rantai pasokan sangat perlu
mendapat perhatian khusus. Adanya pendekatan rantai pasokan jeruk
pamelo di Kabupaten Pangkep diharapkan dapat memberikan gambaran
ketersediaan pasokan jeruk pamelo sebagai pertimbangan pengelolaan
supply chain jeruk pamelo bagi konsumen maupun industry pengolah.
Selain itu, harga jeruk pamelo termasuk dalam komoditas yang tidak diatur
tata niaganya atau campur tangan pemerintah, sehingga harga produk
yang terjadi tergantung pada mekanisme pasar. Harga jeruk pamelo selalu
mengalami fluktuatif seiring dengan produktivitas dan ketersediaan jeruk
51
pamelo. Harga jeruk pamelo bisa berubah tergantung dari
ketersediaannya di pasaran, dengan begitu perlu dilihat rantai nilai dari
jeruk pamelo sehingga bisa lebih memperbaiki dari sisi harga agar bisa
mendapatkan keuntungan yang proporsional.
Dengan mengetahui pola dan fungsi para pelaku rantai pasok jeruk
pamelo yang ada di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, mampu memberikan solusi optimal untuk ketepatan
produk, ketepatan tempat dan kebutuhan pasar melalui analisis deskriptif
yang berhubungan dengan teknik untuk pencatatan, pengorganisasian
dan peringkasan informasi dari data nuremik. Selain itu, rantai pasok
dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi pelaku yang terlibat,
fungsi dan hubungan antar pelaku sepanjang rantai nilai mulai dari
produsen hingga konsumen. Rantai nilai akan dianalisis secara kuantitatif
melalui analisis biaya, nilai tambah yang diperoleh oleh para pelaku
sepanjang rantai nilai, R/C Ratio dan pada masing-masing pola rantai
pasok jeruk pamelo dengan marjin pemasaran dan marjin keuntungan.
Industri pengolahan jeruk pamelo di Desa Punranga, Kecamatan
Ma’rang, Kabupaten Pangkep merupakan industri yang mengolah jeruk
pamelo menjadi suatu produk jadi yang berskala rumah tangga. Olahan
produk jeruk pamelo diantaranya, sari buah (minuman segar seperti pulpy
orange produksi coca cola), dodol serta selai jeruk pamelo. Analisis nilai
tambah pada industri pengolahan jeruk pamelo dianalisis melalui metode
Hayami. Untuk mengetahui nilai tambah tersebut maka perlu diketahui
52
biaya, penerimaan dan pendapatan dari industri pengolahan jeruk pamelo.
Selain itu, perlu juga diketahui biaya, penerimaan dan pendatan dari
usahatani jeruk pamelo.
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara jelas skema kerangka
konseptual dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kerangka Konseptual Rantai Pasok (Supply Chain) dan
Rantai Nilai (Value Chain) Jeruk Pamelo di Kabupaten Pangkep, 2016.
Alur Struktur Rantai Pasok Jeruk Pamelo
Aktivitas Pelaku Rantai Pasok Jeruk Pamelo
Biaya Penerimaan Pendapatan R/C Ratio Margin Rantai Nilai
menurut Porter Nilai tambah
Usahatani Jeruk Pamelo
Rantai Nilai Jeruk Pamelo
Rantai Pasok Jeruk Pamelo
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap,
yakni dari perencanaan dan perancangan penelitian, menentukan fokus
penelitian, waktu penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian
hasil penelitian. Penulisan hasil penelitian ini dilakukan secara deskriptif
atau kualitatif dan kuantitatif. Penulisan secara deskripsi atau melalui
uraian-uraian yang menggambarkan dan menjelaskan subjek penelitian.
Pendekatan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah kerja
penelitian kualitatif. Dalam hal ini disebut kualitatif karena sifat data yang
dikumpulkan adalah data kualitatif, yakni tidak menggunakan alat-alat
pengukur. Menurut Moleong bahwa metode kualitatif menghasilkan data
deskriptif, baik berupa kata-kata ungkapan tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.8
Pendekatan penelitian secara kuantitatif dimana proses penggalian
informasi diwujudkan dalam bentuk angka-angka sebagai alat untuk
menemukan keterangan mengenai apa yang diketahui. Pendekatan
kuantitatif bertujuan untuk menganalisis biaya, marjin pemasaran, dan
8 Laila, NF. Metode Pe elitia , http://repo.iain-tulungagung.ac.id/231/3/BAB%203%20 VIK.pdf,
diakses tanggal 1 Februari 2017 pukul 21.00 wita.
54
keuntungan yang diperoleh dari setiap pelaku pada rantai nilai di Desa
Padang Lampe, serta nilai tambah dari pengolahan jeruk pamelo di Desa
Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep yang saling terkait.
Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif harus
terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya.
Desain bersifat spesifik dan detail karena desain merupakan suatu
rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya.
Sumber data sekunder berupa tabel atau bagan sederhana yang
digunakan dalam penelitian ini untuk memberikan fakta-fakta yang lebih
ringkas dan mudah dipahami pembaca. Selain itu, digunakannya foto,
grafik, dan peta, yakni merupakan usaha penulis untuk memberi
keterangan yang lebih lengkap dan detail.
B. Lokasi dan Waktu
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara Scatter Plot atau
XY Plot yaitu pemilihan lokasi berdasarkan hasil kuadran terbesar
berdasarkan faktor XY, yaitu hasil produksi dan luas lahan. Penggunaan
Scatter Plot atau XY Plot dapat dilihat pada Gambar 5.
55
Gambar 5. Scatter Plot/XY Penentuan Lokasi Penelitan
Berdasarkan hasil dari Scatter Plot/XY Plot bahwa lokasi penelitian
terdapat pada Kuadran I yaitu dilakukan di Desa Padang Lampe karena
tingkat total produksi jeruk pamelo dan luas lahan di daerah tersebut
tinggi. Selain itu, Desa Punranga dijadikan juga sebagai lokasi penelitian
karena terdapat lokasi tempat industri rumah tangga pengolahan jeruk
pamelo.
Ruang lingkup penelitian ini terbatas, hanya analisis rantai pasok
(supply chain) dan rantai nilai (value chain) jeruk pamelo. Waktu
pelaksanaan penelitian mulai Mei sampai dengan Juli 2017.
KUADRAN II KUADRAN I
KUADRAN III KUADRAN IV
Desa Padang Lampe
56
C. Populasi dan Teknik Sampel
Populasi merupakan keseluruhan obyek yang berada pada suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
akan diteliti. Selain itu, Menurut Sugiyono (2012:119), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Teknik sampling merupakan metode atau cara menentukan sampel
dan besar suatu sampel. Teknik pengambilan sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representative dari populasi. Representative
maksudnya sampel yang diambil benar-benar mewakili dan
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Untuk menentukan
besarnya sampel yang dapat diambil dari populasi yang ada, kita dapat
menggunakan teknik sampling yang ada. Untuk menentukan sebagian
yang dapat mewakili populasi dibutuhkan suatu cara yang disebut
sampling. Menurut W. Gulo (2002:78), sampling adalah pengambilan
sampel dari suatu populasi.
Pengambilan sampel (responden) dari suatu populasi dalam
penelitian ini dilakukan pada petani dan pedagang yang terlibat dalam
rantai pasok dan rantai nilai dalam jeruk pamelo.
57
1. Petani dan Pedagang
Penarikan sampel petani dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2013:218-219), purposive sampling adalah
teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa
pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya
bisa lebih representatif.
Dalam hal ini dilakukan pada petani dan pedagang secara purposive
sampling dikarenakan alur rantai pasok yang ada di daerah penelitian
dikhawatirkan terputus dan titik pantau awal dari rantai pasok jeruk pamelo
dimulai dari pelaku rantai pasok yaitu pedagang pengumpul.
2. Industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut
sampel total (total sampling) atau sensus. Penggunaan metode ini berlaku
jika anggota populasi relatif kecil (mudah dijangkau). Dalam penelitian ini,
karena jumlah populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau, maka
penulis menggunakan metode total sampling. Responden dalam
penelitian ini adalah petani jeruk pamelo yang memiliki industri rumah
tangga pengolahan jeruk pamelo yang terdapat 1 industri rumah tangga di
Desa Panranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
58
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung
dengan responden maupun melalui kuesioner yang berisi sejumlah
daftar pertanyaan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga /instanasi
atau pihak yang terkait secara langsung dengan penelitian ini yaitu
Kantor Desa Padang Lampe dan Desa Punrangan, Dinas Tanaman
Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep.
Teknik pengumpulan data digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung di tempat atau di
lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran umum mengenai
penelitian yang akan dilaksanakan. Observasi dilakukan untuk
mengamati dan menelusuri secara langsung kegiatan-kegiatan dan
transaksi yang terkait secara langsung para pelaku rantai pasok dan
rantai nilai. Dalam metode observasi digunakan jenis observasi non-
sistematis, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lapangan
untuk memahami obyek yang diteliti, dan selain itu untuk mengetahui
kondisi wilayah penelitian yang meliputi keadaan dan kondisi wilayah
penelitian.
2. Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan data primer dalam
bentuk deskripsi dan numerik kepada pihak-pihak yang terkait pada
rantai pasok dan rantai nilai dengan menggunakan daftar pertanyaan
59
(kuesioner) yang selanjutnya akan dijawab oleh responden dengan
cara jawabannya ataupun memilih alternatif jawaban.
3. Tabulasi data, dalam penelitian ini data primer dan data sekunder
yang telah diperoleh dari tahap pengumpulan data dihimpun lalu
dimasukkan ke dalam tabel.
Gambar 6. Diagram Proses Penelitian
Tah
ap
Pen
gu
mp
ula
n D
ata
T
ah
ap
An
ali
sis
Data
8. Laporan Penelitian
dan Pembuatan Tesis
4. Hasil observasi dan wawancara terkait rantai pasok, rantai nilai,
pendapatan usahatani jeruk pamelo, serta proses pengolahan
jeruk pamelo menjadi suatu produk
5. Tabulasi Data
6. Analisis Data
3.1. Observasi 3.2. Wawancara Terstruktur dengan
Petani Responden, para pelaku
yang terlibat dalam rantai pasok
jeruk pamelo, pemilik perusahaan
hasil olah jeruk pamelo
menggunakan Kuesioner
1. Pengambilan Data Sekunder
2. Pemilihan Calon Responden
7.1. Analisis Rantai Pasok Jeruk Pamelo
7.2. Analisis Rantai Nilai Jeruk Pamelo
7.2.a Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo
60
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya diperiksa,
dikelompokkan dan ditabulasi serta diolah sesuai dengan kebutuhan
analisis dalam penelitian. Analisis data akan meringkas dan
menggambarkan data serta membuat inferensi dari data untuk populasi
darimana sampel ditarik. Adapun pendekatan analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan gambaran
rantai pasok (supply chain) jeruk pamelo serta mendeskripsikan aktivitas-
aktivitas dari setiap pelaku rantai pasok yang terlibat. Analisis kuantitatif
dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai nilai (value chain)
pada jeruk pamelo serta nilai tambah (value added) pada jeruk pamelo
menjadi produk jadi.
1. Analisis Rantai Pasok (Supply Chain) Jeruk Pamelo
Analisis rantai pasok bertujuan mendeskripsikan analisis karakteristik
petani jeruk pamelo sebagai awal mula atau titik masuk pada saluran
rantai pasok dan rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, pelaku yang berperan dalam
saluran rantai pasok, hubungan dan fungsi antar pelaku rantai pasok dan
rantai nilai yang dilakukan di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep. Analisis kualitatif merupakan prosedur-prosedur
mengorganisasikan dan menyajikan informasi dalam satu bentuk yang
dapat digunakan dan dapat dikomunikasikan atau dapat dimengerti
61
(Silalahi, 2010:336). Berikut langkah-langkah dalam menggunakan alat
analisis kualitatif dalam rantai pasok jeruk pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
a. Mengidentifikasi secara deskriptif data dan informasi yang diperoleh
dari kuesioner dan hasil wawancara terstruktur pada setiap pelaku
yang terlibat dalam rantai pasok jeruk pamelo.
b. Menggambarkan aliran rantai pasok jeruk pamelo yang dilakukan di
Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
c. Mengidentifikasi secara deskriptif aktivitas-aktivitas apa saja yang
dilakukan oleh para pelaku yang berperan dalam aliran rantai pasok
jeruk pamelo.
2. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Jeruk Pamelo
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis besarnya biaya,
penerimaan, pendapatan, nilai tambah, serta margin yang diperoleh dari
setiap pelaku rantai nilai. Penghitungan pada analisis kuantitatif ini
menggunakan aplikasi excel. Langkah-langkah dalam menggunakan alat
analisis kuantitatif dalam rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep sebagai berikut:
a. Menghitung biaya yang dikeluarkan para pelaku rantai nilai
Mengidentifikasi biaya kegiatan seorang pelaku. Biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku meliputi biaya operasional (biaya tetap dan biaya
variabel) dan biaya investasi. Biaya variabel adalah biaya yang merubah
dan memiliki hubungan langsung dengan tingkat produksi dalam suatu
62
siklus produksi atau penjualan. Biaya variabel merupakan biaya yang
relevan bagi pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka pendek.
Sebagai contoh, biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja. Sedangkan biaya
tetap adalah biaya yang independen atau terlepas dari besarnya produksi.
Biaya tetap tidak berubah sejalan dengan perubahan pada besarnya
produksi. Sebagai contoh: pajak lahan, biaya modal dan penyusutan alat.
Penghitungan biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku dengan cara
menambahkan semua biaya-biaya (biaya variabel, biaya tetap, biaya
investasi) dalam berjalannya suatu produksi. Untuk menghitung biaya total
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑻𝑪 = 𝑻𝑭𝑪 + 𝑻𝑽𝑪 (3.2)
Keterangan:
TC = Total biaya produksi jeruk pamelo (Rp)
TFC = Total biaya tetap jeruk pamelo (Rp)
TVC = Total biaya variabel jeruk pamelo (Rp)
b. Menghitung penerimaan para pelaku rantai nilai
Setelah biaya para pelaku dihitung, maka pada tahapan selanjutnya
diperlukan mengidentifikasi penerimaan. Rumus untuk menghitung
penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑻 = × (3.3)
Keterangan:
TR = Total penerimaan produksi jeruk pamelo (Rp)
Q = Jumlah produk jeruk pamelo (Kg)
63
P = Harga jual produksi jeruk pamelo (Rp)
c. Menghitung Margin yang diperoleh para pelaku rantai nilai
Setelah mengetahui biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap dan
atau biaya lain yang terkait serta penerimaan yang diperoleh, posisi
keuangan pelaku dalam rantai nilai dapat dianalisis. Langkah yang dapat
dipergunakan antara lain:
Pendapatan
Pendapatan atau laba, dihitung dengan cara mengurangi biaya
keseluruhan yang meliputi biaya variabel dan biaya tetap dari penerimaan.
Menurut Soekartawi (2006:58), pendapatan merupakan selisih dari
penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan. Secara matematis
pendapatan bersih dirumuskan sebagai berikut: 𝝅 = 𝑻 − 𝑻𝑪 (3.4)
Keterangan: 𝜋 = Pendapatan petani jeruk pamelo (Rp)
TR = Total penerimaan produksi jeruk pamelo (Rp)
TC = Total biaya produksi jeruk pamelo (Rp)
Margin Pemasaran
Untuk mengetahui marjin pemasaran dapat diketahui dengan
perhitungan secara matematis sebagai berikut: 𝑴 = − 𝑴 = + (3.5)
64
Keterangan:
Mji = Marjin pemasaran pada tingkat lembaga ke-1 (Rp)
Pri = Harga ditingkat tertentu (Rp)
Pfi = Harga ditingkat berikutnya (Rp)
bi = Biaya pemasaran pada tingkat ke-1 (Rp)
ki = Keuntungan pemasaran pada tingkat lembaga ke-1 (Rp)
Rasio margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑴 = 𝑴∑ 𝑴 𝒙 % (3.6)
Keterangan:
Mji = Marjin pemasaran pada tingkat lembaga ke-1 (Rp)
ƩMji = Total Marjin pemasaran pada seluruh tingkat lembaga (Rp)
R/C Ratio
Menurut Soekartawi (2006:97), tingkat efisiensi suatu usaha biasa
ditentukan dengan dengan menghitung per cost ratio yaitu perbandingan
antara hasil usaha dengan total biaya produksinya. Untuk mengetahui
produksi jeruk pamelo tersebut layak atau tidak maka digunakan metode
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). Metode R/C Ratio adalah suaatu metode
pengambilan keputusan terhadap suatu protek dengan cara
membandingkan penerimaan (revenue) dengan total biaya (total cost)
yang telah dikeluarkan. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai
berikut:
R/C = 𝑻𝑻𝑪 (3.7)
65
Keterangan:
TR = Total penerimaan jeruk pamelo (Rp)
TC = Total biaya jeruk pamelo (Rp)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio yaitu:
R/C ratio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C ratio = 1, maka usaha tersebut BEP
R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak efisien atau merugikan
d. Analisis Rantai Nilai Pelaku Utama menurut Teori Porter
3. Analisis Nilai Tambah (Value Added) Jeruk Pamelo dan Produk
Pengolahan Jeruk Pamelo
Menurut Hayami bahwa nilai tambah (value added) pada penelitian
ini adalah nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan,
pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses
pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai
Aktivitas
pe
nd
uku
ng
Aktivitas Utama
Infrastruktur Perusahaan/Administrasi Umum
Manajemen Sumberdaya Manusia
Pengembangan Teknologi
Pembelian/Pengadaan
Logistik ke Dalam
Operasi Logistik ke
Luar Penjualan & Pemasaran
Pelayanan
M A R G I N
66
produk dengan nilai biaya-biaya yang dikeluarkan dan input lainnya, tidak
termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan
imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.8
Untuk menghitung nilai tambah pada penelitian ini, digunakan
perhitungan nilai tambah metode Hayami pada Tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami
Output, Input dan Harga Notasi
1. Output (buah/tahun) A
2. Bahan baku (buah/tahun) B
3. Tenaga kerja (HOK) C
4. Faktor Konversi (1 / 2) D = A/B
5. Koefisien tenaga kerja (3 / 2) E = C/B
6. Harga produk (Rp/Kg) F
7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) G
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/buah) H
9. Sumbangan input lain (Rp/buah) I
10. Nilai produk (Rp/Kg) (4 x 6) J = D x F
11. a. Nilai tambah (Rp/buah) (10 – 8 – 9) K = J – I – H
b. Rasio Nilai tambah (%) (11a / 10) x 100% L% = (K/J) x 100%
12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/buah) (5 x 7) M = E x G
b. Bagian tenaga kerja (%) (12a / 11a) x 100% N% = (M/K) x 100%
13. a. Keuntungan (Rp/buah) (11a – 12a) O = K – M
b. Tingkat keuntungan (%) (13a / 11a) x 100% P% = (O/J) x 100%
Sumber: Risyahadi, 2015:12
F. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam pengambilan data dan menyamakan
persepsi dalam penelitian ini, maka disusun definisi operasional sebagai
berikut:
1. Produksi jeruk pamelo adalah jumlah jeruk pamelo yang dihasilkan
pada musim panen dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) pada
tahun 2016.
8 Maruli, Pe gertia Nilai Ta bah Produk Perta ia , http://xerma.blogspot.co.id/2014/01/
pengertian-nilai-tambah-produk-pertanian.html, diakses tanggal 14 Februari 2017 pukul 21.00
wita.
67
2. Petani jeruk pamelo adalah setiap orang yang berusahatani jeruk
pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep.
3. Pedagang pengumpul adalah pelaku rantai pasok yang
mengumpulkan atau membeli jeruk pamelo langsung dari petani
jeruk pamelo untuk kemudian dijual kembali atau meneruskan ke
pedagang selanjutnya.
4. Pedagang besar adalah pelaku rantai pasok yang membeli jeruk
pamelo dalam jumlah yang besar dari petani jeruk pamelo untuk
kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer atau konsumen
akhir.
5. Pedagang pengecer adalah pedagang-pedagang yang membeli
jeruk pamelo dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan petani
jeruk pamelo dengan cara jaringan untuk dijual kembali ke
konsumen.
6. Penerimaan pelaku adalah hasil penjualan jeruk pamelo setiap
pelaku ke pelaku berikutnya belum dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam satuan rupiah per buah (Rp/buah).
7. Harga di tingkat produsen adalah harga jeruk pamelo yang diterima
petani pada waktu transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per
kilogram (Rp/buah).
8. Harga beli pelaku rantai pasok adalah harga beli jeruk pamelo oleh
setiap pelaku rantai pasok jeruk pamelo dalam satuan (Rp/buah).
68
9. Harga konsumen atau harga beli adalah harga jeruk pamelo yang
dibayar oleh pembeli pada waktu terjadi transaksi jual beli jeruk
pamelo, diukur dalam satuan rupiah per buah (Rp/buah).
10. Biaya variabel adalah biaya yang berubah dan memiliki hubungan
langsung dengan tingkat produksi dalam suatu siklus produksi atau
penjualan dalam satuan Rupiah (Rp).
11. Biaya tetap adalah biaya yang independen/terlepas dari biaya
produksi dalam satuan Rupiah (Rp).
12. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan produksi jeruk
pamelo dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi jeruk
pamelo.
13. Nilai tambah pada rantai nilai jeruk pamelo adalah hasil pengurangan
dari harga jual dari setiap pelaku sepanjang rantai nilai dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan dihitung dalam satuan Rupiah per
kilogram (Rp/buah).
14. Produk pengolahan jeruk pamelo adalah beberapa hasil pengolahan
jeruk pamelo menjadi suatu produk yang diproduksi oleh industri
rumah tangga.
15. Penerimaan jeruk adalah hasil penjualan jeruk pamelo belum
dikurangi dengan total biaya dalam satuan rupiah per kilogram
(Rp/buah).
16. Bahan baku merupakan jeruk pamelo yang digunakan untuk
menghasilkan produk olahan jeruk pamelo dari lahan usahatani
69
sendiri maupun dari hasil usahatani petani jeruk pamelo lain dihitung
dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/buah).
17. Tenaga kerja adalah orang yang berkerja pada usahatani jeruk
pamelo dan industri rumah tangga produk olahan jeruk pamelo
dihitung dalam Hari Orang Kerja (HOK).
18. Harga produk adalah nilai jual produk pengolahan jeruk pamelo yang
dihitung dalam satuan rupiah per produk (Rp/produk).
19. Nilai produk adalah pendapatan yang diterima pengusaha dalam
pengolahan jeruk pamelo yang dihasilkan dihitung dalam satuan
rupiah per produk (Rp/produk).
20. Pendapatan industri rumah tangga produk pengolahan jeruk pamelo
adalah total penerimaan yang diterima produsen sudah dikurangi
total biaya dalam satuan rupiah per buah(Rp/buah).
21. Margin adalah perbedaan harga suatu barang yang diterima oleh
produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen, yang terdiri
dari biaya pemasaran dan keuntungan dari para pelaku rantai nilai
dalam satuan rupiah per buah (Rp/buah).
22. Volume jual adalah jumlah jeruk pamelo yang dijual pada waktu
transaksi jual beli, diukur dalam satuan buah (buah).
23. Volume beli adalah jumlah jeruk pamelo yang dibeli oleh pelaku
perantara dan konsumen akhir, diukur dalam satuan buah (buah).
70
24. Konsumen akhir adalah orang yang mengonsumsi jeruk pamelo
yang dibelinya dari pedagang pengecer dan mengonsumsi produk
olahan jeruk pamelo dari industri rumah tangga jeruk pamelo.
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Pangkep merupakan daerah Tingkat II yang berada
pada bagian Barat Sulawesi Selatan. Sentra penghasil jeruk di
Kabupaten Pangkep adalah dikecamatan Ma’rang. Kecamatan Ma’rang
terletak 0º sampai 10º LU 37º BT dan 40º sampai 42º BB. Desa Padang
Lampe dan Desa Punraga merupakan desa yang ada di Kecamatan
Ma’rang. Kabupaten Pangkep yang berjarak 9 km dari ibukota kecamatan
dan 15 km dari Kota Pangkajene ibukota Kabupaten Pangkep. Desa
Padang Lampe memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Allesipitto
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tabo-Tabo
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Attangsalo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ma’rang
Adapun Desa Punranga memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bontomatene
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Alesipitto
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ma’rang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tamangngapa
72
Luas wilayah Desa Padang Lampe dan Desa Punranga dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Wilayah Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Desa Luas (Ha)
Persentase (%)
1. Padang Lampe 1.168,43 73,00
2. Punranga 432 27,00
T o t a l 1.600,43 100,00
Sumber: Kantor Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, 2017.
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas wilayah Desa yang terbesar
adalah Desa Padang Lampe yang luasnya 1.168,43 Ha atau 73% dari
total luas wilayah dari kedua desa. Sedangkan Desa Punranga
merupakan desa yang luasnya terkecil dibanding Desa Padang Lampe
yaitu seluas 432 Ha dengan persentase 27%. Desa Padang Lampe dan
Desa Punranga memiliki wilayah yang topografinya hampir secara
keseluruhan wilayahnya merupakan daratan rendah.
2. Keadaan Tanah dan Iklim
Wilayah Desa Padang Lampe dan Desa Punranga merupakan
dataran rendah dengan ketinggian tempat (altitude) berkisar antara
2 – 15 meter diatas permukaan laut. Di ujung barat desa ini masih ada
pengaruh air pasang terutama pada musim kemarau. Itulah sebabnya di
ujung barat air tanah masih ada sedikit pengaruh air laut dengan kadar
garam tertinggi hasil pemantauan BP3K Kecamatan Ma’rang, pernah
73
mencapai 10 ppm, pada puncak musim kemarau. Tetapi kondisi ini jarang
terjadi yaitu hanya pada kemarau panjang. Tetapi disumur masyarakat
paling tinggi 2 ppm.
Lapisan tanah di desa ini cukup tebal yaitu rata-rata 5 – 6 meter
sebelum mencapai batuan induk. Sehubungan dengan topografinya yang
hampir datar dengan lapisan tanah yang cukup tebal membuat air tanah di
daerah ini cukup tersedia termasuk pada musim kemarau panjang. Sumur
gali yang menjadi sumber air bersih masyarakat hanya pada kedalaman
3 – 4 meter sudah mencapai permukaan air sumur. Memang pada puncak
musim kemarau permukaan air tanah turun sampai kedalaman antara
6 – 8 meter, tetapi masih cukup tersedia. Artinya ketersediaan air tanah
memang terpengaruh oleh siklus iklim tahunan, tetapi tetap tersedia
sepanjang tahun. Jenis tanah di Kecamatan Ma’rang termasuk di Desa
Padang Lampe dan Desa Punranga adalah alluvial dengan tekstur
lempung.
Iklim merupakan faktor terpenting dalam bidang pertanian karena
tanaman ataupun hewan yang di budidayakan membutuhkan air.
Ketersediaan air dipengaruhi oleh keadaan iklim. Iklim merupakan pula
faktor yang berpaengaruh langsung pada tanaman/hewan yang
dibudidayakan. Tanaman ataupun hewan membutuhkan keadaan iklim
yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini terjadi karena didalam
tubuh tanaman/hewan berlansung metabolisme yang membutuhkan
situasi lingkungan yang ideal. Lingkungan sangat dipengaruhi oleh iklim.
74
Kapan keadaan iklim tidak sesuai, maka metabolisma tidak berjalan
dengan baik dan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman maupun hewan budidaya.
Iklim sudah merupakan hukum alam yang tidak mungkin
dikendalikan oleh manusia. Kalaupun ada rekayasa iklim pada suatu
lokasi yang sempit, namun biayanya masih sangat besar sehingga jika itu
dipaksakan maka akan menggerus keuntungan hasil usahatani. Jadi
tindakan bijak yang dapat dilakukan adalah mensiasati keadaan iklim
sehingga situasi dan kesempatan dapat dimanfaatkan untuk
membudidayakan tanaman yang sesuai dengan sedikit rekayasa iklim
setempat. Misalnya dengan pengairan atau pompanisati pada musim yang
ekstrim.
Ada beberapa parameter iklim yang sangat berpengaruh dalam
budidaya pertanian antara lain; suhu harian rata-rata, curah hujan,
intensitas penyinaran matahari, ketinggian dari permukaan laut (latitude)
dan kelembaban udara. Berdasarkan data yang ada pada BP3K
Kecamatan Ma’rang diketahui bahwa suhu rata-rata harian di Kecamatan
Ma’rang termasuk di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga berkisar
antara 28º sampai 34ºC dengan suhu rata-rata harian kurang lebih 29º
sampai 31ºC. Suhu ekstrim sampai 34º hanya terjadi pada tengah hari
pada puncak musim kemarau panjang sedangkan jika iklim normal suhu
tertinggi hanya mencapai 32º, sehingga masih berada pada kisaran
adaptasi tanaman jeruk besar. Jika iklim ekstrim terjadi maka tanaman
jeruk biasanya menggugurkan sebahagian daunya.
75
Curah hujan di Kecamatan Ma’rang termasuk di Desa Padang
Lampe dan Punranga berdasarkan data yang ada pada BP3K Kecamatan
Ma’rang termasuk tipe C (baik). Menurut Schmidt–Ferguson, maupun
Oldeman yang mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata
bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan
kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm.
Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari
100 mm.
Artinya di Kecamatan Ma’rang termasuk di Desa Padang Lampe
dan Desa Punranga rata-rata dalam setahun berlangsung 6 bulan basah
dan 4 bulan kering tergantung siklus cuaca tahunan. Bulan basah
berlangsung mulai bulan November sampai Maret. Pada bulan April
sampai Juli biasanya masih ada hujan dengan intensitas rendah.Musim
kemarau berlansung mulai dari bulan April sampai Oktober. Sedangkan
puncak musim kemarau biasanya berlansung pada bulan September
sampai pertengahan Oktober. Kelembaban udara berkisar antara 80 %
sampai 96% tergantung musim yang sedang berlangsung.
Intensitas penyinaran matahari di Desa Padang Lampe dan Desa
Punranga berlangsung sepanjang tahun dengan intensitas tinggi pada
musim kemarau mulai dari bulan April sampai Oktober. Hal ini terjadi
karena daerah ini termasuh wilayah tropis dengan lokasi geografis kurang
lebih pada 4º, 41’ sampai 4,42 Lintang Selatan dan 112º,54’ - 112º,55’
Bujur Timur.
76
3. Topografi Wilayah
Pola penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan lahan dalam
suatu tempat atau wilayah. Penggunaan lahan dalam hal ini dapat berupa
penggunaan lahan untuk pertanian, pemukiman, perindustrian dan lain-
lain. Lahan merupakan komponen dari lingkungan sebagai tempat
berpijak dan melaksanakan berbagai aktivitas hidup dari manusia maupun
makhluk hidup lainnya (Chayono, 2006).
Adapun penggunaan lahan di Desa Padang Lampe dan Desa
Punranga Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Wilayah Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Berdasarkan Penggunaan Lahannya, 2016.
No. Penggunaan
Lahan
Desa Padang Lampe Desa Punranga
Luas Lahan (Ha)
Persentase (%)
Luas Lahan (Ha)
Persentase (%)
1. Tegalan 175,72 16,50 95,49 37,59
2. Pekarangan 79 7,40 147,76 58,17
3. Perkebunan 812,35 76,10 10,75 4,24
T o t a l 1.067,37 100,00 254 100,00
Sumber: Kantor Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, 2017.
Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Desa Padang
Lampe dominan lahan perkebunan seluas 812,35 Ha dengan persentase
76,10% sedangkan di Desa Punranga lebih dominan pada lahan
pekarangan yaitu seluas 147,76 Ha dengan persentase 58,17%.
Selebihnya penggunaan lahan di Desa Padang Lampe berupa tegalan
77
dengan luas 175,72 Ha dengan persentase 16,50% dan pekarangan
seluas 79 Ha sedangkan di Desa Punranga penggunaan lahan tegalan
seluas 95,49 Ha dengan persentase 37,59% dan perkebunan seluas
10,75 Ha dengan persentase 4,24%.
4. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan pelaku dari seluruh aktivitas yang ada pada
suatu wilayah, oleh sebab itu kondisi penduduk sangat menentukan
berkembang tidaknya wilayah tersebut. Penduduk yang mendiami suatu
wilayah dapat dikatakan sebagai modal dasar dalam pembangunan
yang tidak hanya dalam skala lokal, namun juga sangat berarti dalam
pembangunan nasional.
Adapun jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah rumah
tangga Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Desa
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)
Jumlah RT
(KK) L
(Jiwa) P
(Jiwa) Jumlah (Jiwa)
1. Padang Lampe 2.070 1.972 4.042 346 1.351
2. Punranga 1.101 1.185 2.286 100 749
T o t a l 3.171 3.157 6.328 446 2.100
Sumber: Kantor Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, 2017.
78
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Padang
Lampe dan Desa Punranga sebanyak 6.328 jiwa dengan kepadatan
penduduk sebanyak 446 jiwa/km2 dan memiliki jumlah rumah tangga
sebanyak 2.100 KK. Diantara kedua desa tersebut, Desa Padang Lampe
merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk yang terpadat yaitu
4.042 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 346 jiwa/km2 dan
jumlah rumah tangga sebanyak 1.351 KK.
3.5 Keberadaan Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe
Jeruk pamelo merupakan salah satu jenis buah-buahan primadona
yang menjadi ciri khas daerah Kabupaten Pangkep. Tanaman ini telah
dikenal oleh masyarakat Kabupaten Pangkep maupun di luar kabupaten
secara umum.
Tanaman jeruk pamelo tumbuh hampir pada semua daerah di
Sulawesi Selatan namun tidak semua dapat menghasilkan produksi dan
rasa yang baik. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya di beberapa
kecamatan di Kabupaten Pangkep mampu memproduksi buah dengan
optimal baik dari segi jumlah maupun rasa. Menurut petani, tanaman ini
ditanam sekitar tahun 1965 di Desa Batara, Kecamatan Labbakkang,
kemudian sekitar tahun 1970-an mulai dikembangkan dengan cara
cangkokan dan berkembang ke daerah lain seperti Kecamatan Ma’rang.
Karena rasanya yang enak komoditas ini mulai dikembangkan secara
komersial sekitar tahun 1980-an dan dipasarkan ke Kota Makassar.
Varietas yang berkembang adalah varietas lokal berdasarkan seleksi
alam, yaitu pamelo merah dan pamelo putih. Tahun 1995 jeruk pamelo
79
golla-golla dikukuhkan sebagai varietas unggul lokal. Potensi lahan
pengembangan terluas terdapat di Kecamatan Ma’rang dengan kondisi
lahan datar hingga berombak, jenis tanah Aluvial, tekstur lempung dengan
ketinggian tempat 0-200 mdpl.
Seiring dengan perkembangannya jeruk pamelo di Kabupaten
Pangkep menjadi salah satu kulivator pamelo yang dikenal luas, bahkan
hingga sampai ke berbagai daerah di Pulau Jawa, seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya maupun Pulau Kalimantan dan Bali. Jeruk pamelo
Pangkep ini sudah dipasarkan di Pulau Jawa, Kalimantan, Bali dan
Sulawesi.
Menurut Kepala Bidang Holtikultura di Dinas Tanaman Pangan dan
Peternakan Kabupaten Pangkep, jeruk pamelo merupakan salah satu
komoditas unggulan di Kabupaten Pangkep. Jeruk pamelo mempunyai
isikan yg serupa seperti jeruk terhadap kebanyakan, cuma ukurannya saja
yg jauh lebih akbar daripada jeruk biasa. Ukuran jeruk pamelo ini sanggup
sebesar buah melon maupun semangka bersama wujud yg bulat.
Keunggulan jeruk pamelo, jeruk pamelo setelah dipetik dari pohon bisa
bertahan hingga beberapa bulan. Kandungan Likopen dan Pektin yang
terdapat di buah ini, juga menjadi sumber antioksidan yang mampu
menurunkan resiko penyakit jantung. Jeruk pamelo pun tidak jarang
difungsikan buat mengobati sariawan, panas dalam serta teramat cocok
yang merupakan salah satu tipe buah pencuci mulut, sehingga sangat
bagus dikonsumsi oleh semua kalangan usia.
80
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden menggambarkan keadaan dan kondisi
status responden dalam usahanya. Dengan adanya karakteristik
responden maka akan memudahkan dalam menganalisis usahanya.
Karakteristik responden meliputi nama responden, umur, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan, lama berusahatani, sumber modal dapat
dilihat pada Lampiran 1, 10, 18 dan 26. Responden dalam penelitian ini
adalah petani jeruk pamelo, pedagang antar daerah, pedagang pengecer
dan industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo.
1. Petani
Responden yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 47 petani
yang berusahatani jeruk pamelo tahun 2016. Responden ini berlokasikan
di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep. Petani
responden dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan informasi melalui
pedagang antar daerah karena petani responden memiliki hubungan
transaksi langsung terhadap pedagang antar daerah yaitu pembelian jeruk
pamelo. Adapun karakteristik petani responden dapat dilihat pada Tabel 6.
81
Tabel 6. Karakteristik Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Karakteristik Petani Jumlah Persentase (%)
1. Umur (Tahun)
25 – 40 17 36,17
41 – 55 26 55,32
56 – 65 4 8,51
2. Jumlah Tanggungan (Orang)
1 – 2 9 19,15
3 – 4 20 42,55
5 – 6 12 25,53
7 – 8 6 12,77
3. Pendidikan Terakhir
Tidak Tamat 8 17,02
SD/Sederajat 16 34,04
SMP/Sederajat 6 12,77
SMA/Sederajat 12 25,53
D3/Sederajat 1 2,13
Sarjana/Sederajat 4 8,51
4. Luas Lahan (Ha)
0 – 1 43 91,49
1,1 – 2 3 6,38
2,1 – 3 1 2,13
5. Lama Berusahatani (Tahun)
1 – 10 20 42,55
11 – 20 25 53,19
21 – 30 2 4,26
6. Sumber Modal
Sendiri 47 100,00
Tabel 6 menunjukkan bahwa karaketeristik petani jeruk pamelo,
golongan umur 41 – 55 tahun terdapat 26 orang dengan persentase
55,32%, golongan umur 25 – 40 tahun terdapat 17 orang dengan
persentase 36,17% dan golongan umur 56 – 65 tahun terdapat 4 orang
dengan hasil persentase 8,51%. Hal ini menunjukkan bahwa umur petani
responden masih dikategorikan dalam umur produktif dalam berusahatani.
Jumlah tanggungan keluarga petani responden yang terbanyak
adalah 3 – 4 orang dengan jumlah petani 40 orang (45,,55%), jumlah
tanggungan 5 – 6 orang dengan jumlah petani 12 orang (25,53%), jumlah
tanggungan 1 – 2 orang dengan jumlah petani 9 orang (19,15%) dan yang
82
jumlah tanggungan paling sedikit sebanyak 7 – 8 orang dengan jumlah
petani 6 orang (12,77%). Dengan banyaknya jumlah tanggungan keluarga
akan mendorong petani untuk melakukan aktivitas terutama dalam
mencari dan menambah pendapatan keluarganya, agar kebutuhan
anggota keluarga dapat terpenuhi.
Pendidikan umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani dan
turut mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola usahataninya.Pada
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani yang tertinggi pada
tingkat SD/Sederajat sebanyak 16 orang (34,04%), tingkat SMA/Sederajat
sebanyak 12 orang (25,53%), tidak tamat sebanyak 8 orang (17,02%),
SMP/Sederajat sebanyak 6 orang (12,77%), Sarjana/Sederajat sebanyak
4 orang (8,51%) dan tingkat D3/Sederajat sebanyak 1 orang (2,13%). Hal
ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang tingkat pendidikan
masih rendah. Rendahnya pendidikan responden ini disebabkan oleh
keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,
sehingga mereka lebih memilih untuk bekerja atau membantu orang tua
dalam mencari nafkah disaat usia belia yang seharusnya memperoleh
pendidikan yang cukup.
Pada dasarnya luas lahan yang dikelola oleh petani responden
sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahataninya baik terhadap jenis
komoditi maupun pada pola usahatani itu sendiri. luas lahan yang dimiliki
petani responden berkisar 0 – 1 Ha sebanyak 43 orang (91,49%), luas
lahan petani responden berkisar 1,1 – 2 Ha sebanyak 3 orang (6,38%)
dan luas lahan petani berkisar 2,1 – 3 Ha sebanyak 1 orang (4,26%). Hal
83
ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan lahan petani masih tergolong
sempit. Sempitnya luasan lahan usahatani adalah rendahnya tingkat
pendapatan petani.
Pengalaman berusahatani yang dimaksud adalah terhitung sejak
mengusahakan usahatani jeruk pamelo. Pengalaman hidup petani
merupakan pembelajaran besar untuk menuju ke tingkat pengembangan
usahataninya. Petani yang telah berusahatani yang paling lama sekitar
11 – 20 tahun sebanyak 25 orang (53,13%), lama berusahani 1 – 10 tahun
sebanyak 20 orang (42,55%) dan lama berusahatani 21 – 30 tahun
sebanyak 2 orang (4,26%). Dengan lamanya pengalaman berusahatani
tersebut diharapkan petani mampu mengoptimalkan penerapan kegiatan
usahataninya, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi buah jeruk
pamelo yang dihasilkan.
Sumber modal usahatani dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu
modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dalam berusahatani
merupakan modal yang berasal dari petani sendiri sedangkan modal
pinjaman dapat berupa kredit di bank dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam hal ini, sumber modal petani responden jeruk
pamelo yang digunakan untuk berusahatani yaitu sumber modal sendiri
dikarenakan terlalu rumitnya prosedur dan syarat agunan membuatnya
tidak mengambil pinjaman ke bank.
84
2. Pedagang Antar Daerah
Responden pada pedagang antar daerah dalam penelitian ini terdiri
dari 5 orang. Wawancara pertama dilakukan oleh peneliti dimulai dari
pedagang antar daerah dikarenaka peran pedagang antar daerah dinilai
cukup besar dalam saluran rantai pasok jeruk pamelo dalam
mendistribusikan hasil usahatani petani jeruk pamelo ke pedagang besar.
Adapun karakteristik pedagang antar daerah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Karakteristik Pedagang Antar daerah Jumlah Persentase (%)
1. Umur (Tahun)
41 – 55 4 80
56 – 65 1 20
2. Jumlah Tanggungan (Orang)
1 - 2 2 40
3 - 4 3 60
3. Tingkat Pendidikan
SD/Sederajat 1 20
SMA/Sederajat 3 60
Sarjana/Sederajat 1 20
4. Luas Bangunan Gudang (Ha) 0 – 0,5 5 100
5. Pengalaman Usaha (Tahun)
6 – 10 1 20
11 – 15 3 60
16 – 20 1 20
6. Sumber Modal
Sendiri 5 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa golongan umur pedagang antar
daerah 41 – 55 tahun terdapat 4 orang (80%) dan 56 – 65 tahun sebanyak
1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa golongan umur pedagang antar
daerah ini terbilang masih produktif dalam mengusahakan usahanya
sebagai pedagang antar daerah. Umur produktif seseorang dalam
bekerja sekitar 15 – 65 tahun.
85
Jumlah tanggungan keluarga pedagang antar daerah terbanyak
yaitu 3 – 4 orang sebanyak 3 pedagang antar daerah (60%) sedangkan
jumlah tanggungan sebanyak 1 – 2 orang sebanyak 2 orang (40%). Besar
kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan menentukan prilaku seseorang
dalam bekerja. Makin besar jumlah tanggungan keluarga maka makin
dinamis pula dalam bekerja, karena ia terdorong oleh tanggung jawab
terhadap keluarganya.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
dalam menerima informasi dan menyerap inovasi, sehingga cara
berpikirnya akan relatif lebih maju. Tingkat pendidikan pada pedagang
antar daerah yang tertinggi adalah pada tingkat SMA/Sederajat sebanyak
3 orang (60%) dan tingkat SD/Sederajat dan Sarjana/Sederajat masing-
masing sebanyak 1 orang (20%).
Luas bangunan yang dimaksud adalah luas lahan bangunan
gudang yang digunakan pedagang antar daerah sebagai penyimpanan
sementara jeruk pamelo hasil panen di lahan usahatani petani sebelum di
distribusikan ke pedagang (luar pulau). Luas bangunan gudang 5
pedagang antar daerah kisaran 0 – 0,5 Ha.
Lamanya pengalaman usaha sebagai pedagang antar daerah jeruk
pamelo sekitar 11 – 15 tahun sebanyak 3 orang (60%) dan lama
pengalaman usaha pedagang antar daerah 6 – 10 tahun dan 16 – 20
tahun masing-masing sebanyak 1 orang. Lamanya pengalaman usaha
sebagai pedagang antar daerah berpengaruh pada pendistribusian jeruk
pamelo kepada pedagang besar serta keberlangsungan suatu usaha
86
perdagangan jeruk pamelo ke depannya. Sumber modal usaha dalam
perdagangan jeruk pamelo yang dilakukan pedagang antar daerah
mengandalkan sumber modal sendiri. Sumber modal sendiri ini
dioptimalkan penggunaannya dalam pembelian jeruk pamelo hasil
usahatani petani jeruk pamelo.
3. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual hasil
produk komoditas ke konsumen secara sedikit demi sedikit atau satuan.
Pedagang pengecer adalah pelaku rantai yang berhubungan langsung
dengan konsumen secara langsung. Pedagang pengecer dalam penelitian
ini terdiri dari 5 orang yang bertransaksi langsung mengenai pembelian
jeruk pamelo dari petani. Adapun karakteristik pedagang pengecer dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Karakteristik Pedagang Pengecer Jumlah Persentase (%)
1. Umur (Tahun)
20 – 30 1 20
41 – 50 3 60
51 – 60 1 20
2. Jumlah Tanggungan (Orang)
2 – 4 3 60
5 – 7 1 20
8 – 10 1 20
3. Tingkat Pendidikan
SD/Sederajat 1 20
SMA/Sederajat 4 80
4. Tempat Usaha
Kios 5 100
5. Lama Berdagang (Tahun)
4 1 20
5 2 40
7 2 40
6. Sumber Modal
Sendiri 6 100
87
Tabel 8 menunjukkan kelompok umur pedagang pengecer berkisar
41 – 50 tahun berjumlah 3 orang (60%), kisaran 51 – 60 tahun dan 20 –
30 tahun masing-masing berjumlah 1 orang (20%). Kisaran umur
pedagang pengecer jeruk pamelo berdasarkan hasil dari penelitian
tergolong produktif dalam bekerja. Produktifnya suatu umur
mempengaruhi aktifitas dalam melaksanakan suatu usaha yang efektif
dan efisien.
Jumlah tanggungan dalam keluarga 2 – 4 orang terdapat 3
pedagang pengecer (60%) sedangkan jumlah tanggungan 5 – 7 orang
dan 8 – 10 orang masing-masing terdapat 1 pedagang pengecer (20%).
Banyak sedikitnya jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah
pengeluaran kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, sehingga ia
terdorong oleh tanggung jawab agar pendapatan yang diperoleh dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tingkat pendidikan SMA/Sederajaat pada pedagang pengecer
berjumlah 4 orang dengan persentase 80% dan tingkat pendidikan
SD/Sederajat 1 orang dengan persentase 20%. Tingkat pendidikan
pedagang pengecer tergolong cukup, meskipun pendidikan tertinggi
pedagang pengecer pada tingkat SMA/Sederajat tapi hal ini dapat
mempengaruhi pola pikir dalam mengelola usaha dagangnya serta
pendapatan yang diperolehnya.
Tempat usaha merupakan tempat pedagang pengecer melakukan
transaksi jual – beli dari hasil usahanya ke konsumen secara langsung.
Terdapat 5 pedagang pengecer yang memilih berdagang yang telah
88
disediakan oleh pemerintah setempat di lokasi penelitian berupa kios atau
lapak penjualan jeruk pamelo yang berada di daerah jalan poros
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
Lamanya pengalaman usaha yang dimiliki responden pedagang
pengecer jeruk pamelo sekitar 7 tahun berjumlah 2 orang (40%), sekitar 5
tahun berjumlah 2 orang (40%) dan sekitar 4 tahun berjumlah 1 orang
(20%). Dengan lamanya pengalaman usaha pedagang antar daerah
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan usahanya.
Modal dalam suatu usaha adalah hal yang sangat penting dalam
keberlangsungan usaha dagangnya. Pada umumnya sumber modal
pedagang pengecer untuk membeli jeruk pamelo lebih memilih
menggunakan modal sendiri. Hal ini diberlakukan karena modal sendiri
lebih mudah dalam pemanfaatannya walaupun jumlahnya terbatas serta
tidak ada beban biaya bunga yang harus dibebankan kepada pedagang
pengecer yang harus dibayarkan setiap periode pembayaran seperti
halnya pada peminjaman fasilitas kredit bank yang disediakan oleh
pemerintah setempat di lokasi penelitian.
4. Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo
Industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo merupakan industri
yang mengolah buah jeruk pamelo menjadi suatu produk yang memiliki
nilai jual yang tinggi yang dapat memberikan nilai tambah dari jeruk
pamelo. Terdapat 1 industri pengolahan jeruk pamelo yang terletak di
89
Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep yang dikelola
oleh salah satu kelompok tani. Adapun karakteristik industri rumah tangga
pengolahan jeruk pamelo dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Karakteristik Industri Rumah Tangga Pengolahan
Jeruk Pamelo Nilai
1. Umur (Tahun) 46 Tahun
2. Jumlah Tanggungan (Orang) 5 Orang
3. Tingkat Pendidikan SMA/Sederajat
4. Lahan Bangunan (m2) 63 m
2
5. Pengalaman (Tahun) 4 Tahun
6. Sumber Modal Sendiri dan Bantuan Pemerintah
Tabel 9 menunjukkan bahwa umur responden pada industri rumah
tangga pengolahan jeruk pamelo masih tergolong produktif yaitu 46 tahun
sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan memberikan dukungan
terhadap proses produksi olahan industri rumahnya tangganya. Demikian
halnya dengan jumlah tanggungan, semakin banyak jumlah tanggungan
dalam keluarga semakin banyak pula pengeluaran yang dikeluarkan demi
memenuhi kebutuhannya. Jumlah tanggungan keluarga responden
industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo sebenyak 5 orang.
Tingkat pendidikan responden industri rumah tangga pengolahan jeruk
pamelo yaitu pada tingkat SMA/Sederajat. Tingkat pendidikan pada
responden industri rumah tangga berpengaruh pada sistem
pengelolaannya baik itu mengenai pendapatan, produksi sehingga hasil
yang diharapkan tercapai serta pintar dalam pengambilan keputusan
dalam usahanya.
90
Lahan bangunan industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
merupakan lahan atau tempat yang digunakan dalam proses produksi
pengolahan jeruk pamelo. Semua proses produksi dari penyimpanan
bahan baku, pengolahan serta pengemasan dilakukan di tempat tersebut.
Luas bangunan tempat pengolahan jeruk pamelo seluas 63 m2. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Lay Out Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo, Desa Punrangan, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Pengalaman usaha responden industri rumah tangga pengolahan
jeruk pamelo sudah berjalan selama 4 tahun. Dengan adanya
pengalaman usaha tersebut diharapkan mampu mempertahankan suatu
7 m
9 m
RUANG PENGEMASAN RUANG
PENYIMPANAN BAHAN BAKU
RUANG PRODUKSI
91
usahanya dengan tingkat persaingan yang ketat yang didukung oleh
strategi bisnis yang tepat dalam memasarkan produk hasil olahan jeruk
pamelo.
Sumber modal responden dalam mendirikan industri rumah
pengolahan jeruk pamelo bersumber pada modal sendiri dan bantuan oleh
pemerintah setempat. Hal ini dimanfaatkan oleh responden dikarenakan
program pemerintah mengeluarkan dana APBN khususnya untuk
pengadaan alat produksi pengolahan jeruk pamelo sebagai bentuk
dukungan pemerintah terhadap industri rumah tangga yang mengolah
jeruk pamelo karena jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep merupakan
salah satu produk unggul yang perlu dikembangkan.
C. Profil Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep
1. Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep
Jeruk pamelo (Citrus maxima Merr.) merupakan tanaman yang
termasuk dalam family Rutaceae, ordo Rutales. Ketinggian tanaman ini
berkisar antara 5 – 15 meter. Sedangkan diameternya berkisar 10 – 15
cm. Jeruk pamelo memiliki buah yang berbentuk agak bulat pendek
dengan diameter 20 cm dan biji berukuran 1 cm yang bersifat mono
embrionik dimana dari satu biji hanya keluar satu tunas. Selain ukurannya
yang relatif besar dibandingkan dengan spesies lainnya, buah jeruk
pamelo memiliki kulit yang relative tebal. Kulit buah masak berwarna hijau
92
kekuningan. Daging buah berwarna putih kekuningan, merah jambu
dengan rasa yang bervariasi mulai dari asam, manis asam, manis sampai
manis bercampur getir (pahit).
Tanaman jeruk pamelo tumbuh dengan baik pada iklim tropis
dengan suhu udara berkisar 25 – 30ºC dan kelembaban 50 – 85% dengan
derajat keasaman tanah (pH) 5,0 – 6,0. Tanaman ini lebih menyukai
daerah dengan musim kemarau berlangsung 3 – 4 bulan dan curah hujan
tahunannya sekitar 1.500 – 1.800 mm/tahun. Untuk mengetahui profil
tanaman jeruk pamelo di Desa Padang Lampe di lokasi penelitian dapat
dilihat pada Tabel 10.
Table 10. Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jumlah Petani
(Orang) Luas Lahan
(Ha) Populasi (Pohon)
Produksi (Buah)
1. 47 37,91 5.816 586.420
2. 1 0,80 123 153
3. 1 1 153 15.596
4. 1 0 1 101
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah petani responden di lokasi
penelitian sebanyak 47 orang dengan total luas lahan sebesar 37,91 Ha
dengan jumlah populasi sebesar 5.816 pohon dan produksi sebanyak
586.420 buah. Rata-rata setiap petani memiliki luas lahan sebesar 0,80
Ha dengan jumlah tanaman jeruk pamelo sebanyak 123 Ha dan jumlah
produksi jeruk pamelo yang dihasilkan sebanyak 12.477 buah. Jika luas
lahan petani sebesar 1 Ha maka jumlah tanaman jeruk sebanyak 153 Ha
dengan jumlah produksi jeruk pamelo sebanyak 15.596 buah. Jika dirata-
93
ratakan, setiap tanaman jeruk pamelo menghasilkan jeruk pamelo
sebanyak 101 buah. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jeruk pamelo
petani responden tingkat produktivitas sudah mulai menurun, karena
dirata-ratakan tiap pohon jeruk pamelo menghasilkan ± 101 buah per
pohon. Menurut Kepala Bidang Holtikultura di Dinas Tanaman Pangan
dan Peternakan Kabupaten Pangkep (2016), jika umur tanaman jeruk
pamelo telah mencapai 4 tahun maka pohon jeruk sudah dapat berbuah
produktivitas pada awalnya berkisar 100 buah per pohon. Pada puncak
produktivitasnya biasanya penghasilkan buah berkisar 350 buah per
pohon per tahunnya dan tingkat produktivitas akan menurun seiring
dengan umur pohon. Masa produktif jeruk pamelo sekitar 35 tahun. Umur
tanaman jeruk pamelo sama dengan lamanya berusahatani petani
responden yang dapat dilihat pada Tabel 9. Selain itu, menurut Sunarjo
dan Setiawan (Safrizal, 2017:47) produktivitas tanaman jeruk pamelo
sangat bervariasi sesuai varietas, umur dan tingkat pertumbuhan tanaman
yang didukung oleh kondisi lingkungan.
2. Gambaran Budidaya Tanaman Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep
Budidaya merupakan suatu kegiatan terencana pemeliharaan
sumberdaya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil
manfaat atau hasil panennya. Tanaman jeruk pamelo dapat tumbuh pada
ketinggil 400mdpl. Menurut Setiawan (Safrizal, 2017:49) menyatakan
bahwa penanaman pada ketinggian diatas 400 mdpl dapat menyebabkan
rasa buah jeruk pamelo menjadi asama, getir dan berkulit tebal.
94
a. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman sangatlah penting, karena merupakan salah
satu faktor penentu dalam produktivitas tanaman. Semakin baik cara
pemeliharaan tanamannya, maka semakin tinggi pula produktivitas
tanaman dan begitu juga sebaliknya. Pemeliharaan tanaman disini
dimaksudkan dengan semua tindakan manusia yang bertujuan untuk
memberi kondisi lingkungan yang menguntungkan sehingga tanaman
tetap tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil atau produksi
yang maksimal.9 Budidaya tanaman jeruk pamelo pada fase tanaman
menghasilkan mencakup kegiatan pemeliharaan, yang meliputi:
penyiangan gulma, pemangkasan, pemupukan, penyiraman,
pengendalian OPT dan penjarangan buah. Untuk mengetahui gambaran
penerapan kegiatan budidaya tanaman jeruk pamelo di lokasi penelitian
dapat dilihat berdasarkan perbandingan antara standar usahatani ideal
dengan penerapan kegiatan yang dilakukan oleh petani responden
disajikan pada Tabel 11.
9 April, 2012. Pe eliharaa Ta a a , http://april3an.blogspot.co.id/2012/05/pemeliharaan-
tanaman.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2017 pukul 11.00 wita.
95
Tabel 11. Perbandingan Antara Standar Usahatani Ideal Jeruk Pamelo dan Penerapan Kegiatan Budidaya Tanaman Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Uraian Profil Usahatani
Usahatani Ideal Penerapan di Lokasi
Penelitian
1. Penyiangan gula
Penyiangan gulma dilakukan secara periodic 3 – 4 kali dalam setahun baik dengan menggunakan manual dan penggunaan pestisida sebagai alternatif terakhir jika secara alami tidak berhasil
Penyiangan gulma dilakukan tidak secara periodik berdasarkan kondisi perkembangan gulma di lahan dengan menggunakan pestisida
2. Pemangkasan Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada setiap permulaan musim hujan dan setelah panen untuk memacu pertumbuhan tanaman dan pembungaan dengan memotong tunas-tunas air, cabang atau ranting yang terlalu rimbun, ranting kering atau yang sakit dan tangkai buah yang telah di panen
Pemangkasan dilakukan ketika cabang dan ranting sudah terlalu rimbun dengan memotong cabang-cabang yang tidak produktif dan bagian tanaman yang terserang hama penyakit
3. Pemupukan Pemupukan pada tanaman yang telah berumur >8 tahun dilakukan 2 kali dalam setahun setelah panen dan pemangkasan dengan takaran untuk pupuk kandang sebanyak 0,75 – 1 Kg/pohon/tahun dan dosis penggunakan pupuk anorganik dihitung 2-3% dari total bobot buah yang dipanen
Pemupukan pada tanaman tidak mengenal umur tanaman, pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun dengan takaran untuk organik dan anorganik berdasarkan perkiraan
4. Penyiraman Penyiraman efektif pada budidaya tanaman jeruk pamelo dalam skala kecil dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu dengan menyiram air langsung ke setiap pohon dengan menggunakan selang air atau alat penyiram lainnya kecuali pada saat musim hujan penyiraman tidak dilakukan
Penyiraman dilakukan 3 kali seminggu dengan menyiramkan air langsung pada tanaman dengan menggunakan selang air dari sumur bor. Pada saat musim hujan penyiraman tidak dilakukan
5. Pembubunan Pembubunan dilakukan minimal 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan
Pembubunan tidak dilakukan oleh petani di lokasi penelitian
6. Pengendalian OTP
Tindakan pengendalian OPT dilakukan secara sistematis dengan menyemprotkan herbisida sebanyak 1 – 2 kali dalam setahun atau secara manual dengan mengasapi tanaman dan membakar ranting-ranting tanaman setiap 2 – 3 hari dalam seminggu, sedangkan pengendalian hama dan penyakit pada buah dilakukan dengan cara memetik buah yang terserang kemudian dibenam dalam tanah atau dibakar, pemasangan perangkap lalat buah, metal eugenol dan penyemprotan insektisida sesuai anjuran.
Tindakan pengendalian OTP dilakukan dengan menyemprotkan herbisida sesuai perkiraan petani sedangkan pengendalian hama dan penyakit dengan menyemprotkan insektisida bila diperlukan
7. Penjarangan buah
Penjarangan buah dilakukan dengan memotong buah yang cacat, terserang hama dan penyakit dan berukuran kecil dengan menggunakan gunting dan menyisakan 2 – 3 buah per pucuk cabang atau tandan
Penjarangan buah tidak dilakukan oleh petani dilokasi penelitian
96
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa penerapan kegiatan
budidaya tanaman jeruk pamelo yang dilakukan oleh petani responden di
lokasi penelitian belum sesuai dengan standar usahatani ideal, karena
rata-rata kegiatan dilakukan secara tidak menentu tanpa memperhatikan
waktu penerapan yang tepat dan untuk kegiatan pemupukan takaran yang
digunakan belum sesuai dengan dosis yang dianjurkan, sehingga
menyebabkan kegiatan budidaya yang dilakukan kurang optimal.
Kegiatan yang dilakukan oleh petani responden di lokasi penelitian
antara lain: pengendalian gulma yang dilakukan tidak secara periodic
berdasarkan kondisi perkembangan gulam di lahan dengan menggunakan
pestisida, sedangkan berdasarkan standar usahatani ideal jeruk pamelo
penyiangan gulma dilakukan secara periodik 3 – 4 kali dalam setahun baik
dengan menggunakan cara manual dan penggunaan pestisida sebagai
alternative terakhir, jika cara alami tidak berhasil. Pemangkasan tanaman
diakukan ketika cabang dan ranting tanaman sudah terlalu rimbun dengan
memotong cabang-cabang yang tidak produktif dan bagian tanaman yang
terserang hama penyakit, sedangkan berdasarkan standar usahatani ideal
jeruk pamelo, pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada setiap
permulaan musim hujan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan
pembungaan dengan memotong tunas-tunas air, cabang atau ranting
yang terlalu rimbun, ranting kering atau yang sakit dan tangkai buah yang
telah dipanen. (Safrizal, 2017:52)
97
Di lokasi penelitian, petani responden melakukan pemupukan 2 kali
dalam setahun berdasarkan perkiraan dan tanpa memperhatikan dosis
pemupukan sesuai anjuran. Berdasarkan standar usahatani ideal, yaitu
0,75 – 1 kg/pohon/tahun untuk pupuk organik dan pupuk anorganik
dihitung 2 – 3% dari total bobot buah yang dipanen untuk tanaman jeruk
pamelo yang telah berumur >8 tahun.
Petani responden di lokasi penelitian melakukan penyiraman sesuai
standar usahatani ideal, yaitu 3 kali seminggu dengan menyiram air
langsung dengan menggunakan selang air pada tanaman untuk menjaga
kelembaban tanah dan menyuplai kebutuhan air tanaman kecuali
penyiraman tidak dilakukan saat musim hujan.
Pembubunan tidak dilakukan oleh petani responden sedangkan
sesuai standar usahatani ideal jeruk pamelo dilakukan pembubunan 2 kali
dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan untuk
meninggikan tanah di sekitar perakaran yang telah terkikis oleh air hujan.
Pengendalian OPT dilakukan dengan menyemprotkan herbisida
sesuai perkiraan sedangkan pengendalian hama dan penyakit dengan
menyemprotkan insektisida bila diperlukan. Sedangkan tindakan
pengendalian OPT sesuai standar usahatani ideal, yaitu dilakukan secara
sistematis dengan menyemprotkan herbisida sebanyak 1 – 2 kali dalam
setahun atau secara manual dengan mengasapi tanaman dan membakar
ranting-ranting tanaman setiap 2 – 3 hari dalam seminggu, sedangkan
pengendalian hama dan penyakit pada buah dilakukan dengan cara
98
memetik buah yang terserang kemudian dibenam dalam tanah atau
dibakar, pemasangan perangkap lalat buah, metal eugenol dan
penyemprotan insektisida sesuai anjuran.
Penjarangan buah tidak dilakukan oleh petani responden di lokasi
penelitian, padahal dilihat dari standar usahatani ideal jeruk pamelo yaitu
dilakukan penjarangan buah dengan memotong buah yang cacat,
terserang hama dan penyakit dan berukuran kecil dengan menggunakan
gunting dan menyisakan 2 – 3 buah per pucuk cabang atau tandan.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan kegiatan usahatani jeruk
pamelo di lokasi penelitian belum memenuhi standar usahatani ideal,
karena petani menerapkan kegiatan budidaya tanaman jeruk pamelo
masih ada yang tidak sesuai dengan standar usahatani ideal.
b. Pemanenan
Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang
telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya. Pada saat
panen kualitas harus maksimal, dengan penanganann yang baik dapat
dipertahankan untuk waktu yang lama.10
Pemanenan di lokasi penelitian dilakukan oleh pedagang antar
daerah. Jadi, petani responden hanya melakukan pemeliharaan sampai
buah jeruk pamelo siap untuk dipanen. Adapun penerapan
10
Arsyad F, 2011. Pe a ga a Pa e da Pascapa e pada Ta a a Holtikultura , http://
chylenzobryn.blogspot.co.id/2011/04/penangan-panen-dan-pasca-panen-pada-tan.html, diakses
pada tanggal 28 Oktober 2017 pukul 14.30 wita.
99
pemanen yang dilakukan pedagang antar daerah di lokasi penelitian
dibandingkan dengan pemanenan sesuai standar ideal pemanenan jeruk
pamelo dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan Antara Standar Ideal Penamenan Jeruk Pamelo dan Penerapannya di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Uraian Pemanenan
Standar Ideal Penerapan di Lokasi Penelitian
Pemanenan Sekitar 7 - 8 bulan sejak bunga mekar, umumnya buah telah matang secara fisiologis. Ciri buah siap petik, antara lain warna kulit mulai agak menguning, ujung buah agak rata, kulit buah terasa lebih halus, bulu pada kulit mulai hilang, dan bila buah ditimang-timang terasa berisi. Pemetikan dilakukan dengan memotong tangkai buah sekitar 2 cm dari pangkal buah,dengan gunting pangkas. Permukaan tangkai buah pangkasan tidak boleh runcing atau terlalu panjang agar setelah dikumpulkan tidak merusak buah yang lain. Buah tidak boleh dijatuhkan dari pohon. Buah hasil panenan kemudian dimasukkan ke dalam karung, dan dijaga supaya tidak terkena tanah secara langsung sampai saat pemasaran.
Pemanen dilakukan setelah jeruk pamelo berumur 8 bulan. Pemetikan dilakukan menggunakan gala bambu yang dibuat sendiri oleh pedagang antar daerah. Ujung gala dibuat seperti keranjang sebesar jeruk pamelo, setelah itu gala diputar agar tangkai jeruk putus. Buah hasil panen diangkut menggunakan gerobak langsung diangkut ke mobil pick-up menuju penyimpanan sementara sebelum dipasarkan.
Tabel 12 menunjukkan bahwa perbedaan antara pemanenan yang
diterapkan oleh pedagang antar daerah dibandingkan dengan pemanenan
standar ideal jeruk pamelo. Pemanenan di lokasi penelitian dilakukan
setelah jeruk pamelo berumur 8 bulan. Pemetikan dilakukan
menggunakan gala bambu yang dibuat sendiri oleh pedagang antar
daerah. Ujung gala dibuat seperti keranjang sebesar jeruk pamelo, setelah
itu gala diputar agar tangkai jeruk putus. Buah hasil panen diangkut
menggunakan gerobak langsung diangkut ke mobil pick-up menuju
penyimpanan sementara sebelum dipasarkan. Sedangkan pemanenan
standar ideal jeruk pamelo dilakukan jika jeruk sudah berumur 7 – 8 bulan
100
sejak bunga mekar, umumnya buah telah matang secara fisiologis. Ciri
buah siap petik, antara lain warna kulit mulai agak menguning, ujung buah
agak rata, kulit buah terasa lebih halus, bulu pada kulit mulai hilang, dan
bila buah ditimang-timang terasa berisi. Pemetikan dilakukan dengan
memotong tangkai buah sekitar 2 cm dari pangkal buah,dengan gunting
pangkas. Permukaan tangkai buah pangkasan tidak boleh runcing atau
terlalu panjang agar setelah dikumpulkan tidak merusak buah yang lain.
Buah tidak boleh dijatuhkan dari pohon. Buah hasil panenan kemudian
dimasukkan ke dalam karung, dan dijaga supaya tidak terkena tanah
secara langsung sampai saat pemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa
standar pemanenan ideal jeruk pamelo belum dilakukan oleh pedagang
antar daerah di lokasi penelitian.
c. Pengolahan
Pengolahan merupakan suatu proses produksi yang dilakukan
untuk menghasilkan produk bernilai tambah. Pengolahan yang dimaksud
adalah mengolah buah jeruk pamelo menjadi suatu produk hasil berupa
sari buah, dodol dan selai. Dalam melakukan proses produksi pengolahan
jeruk pamelo pada dasarnya memiliki beberapa tahapan tergantung dari
jenis produk yang ingin dihasilkan. Secara lengkap proses produksi sari
buah, dodol dan selai dapat dilihat pada Tabel 13.
101
Tabel 13. Proses Produksi Sari Buah, Dodol dan Selai Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Proses Produksi
Sari Buah Dodol Selai
1. Pemilihan Bahan Baku
Pada tahap pemilihan bahan baku, pemilik industri rumah tangga pengolahan langsung membeli jeruk pamelo di lahan usahatani petani jeruk pamelo. Hal ini dimaksud agar pemilik industri rumah tangga pengolahan leluasa memilih bahan baku yang sesuai dengan kriteria yang sesuai. Kriteria tersebut seperti buah jeruk pamelo yang besar dan betul-betul matang yang dilih sebagai bahan baku, jenis jeruk pamelo yang dipilih yaitu jeruk merah serta memiliki kulit yang mulus dan halus.
2. Pencucian I
Buah jeruk pamelo yang terpilih sebagai bahan baku olahan dikumpulkan kemudian menyiapkan wadah penampungan bahan baku berupa baskom besar. Tempatkan di bawah keran air untuk pencucian permukaan kulit jeruk pamelo. Cuci sampai bersih jeruk pamelo yang telah terpilih dengan menggunakan air bersih.
3. a. Pengupasan I b. Pengupasan
Jeruk yang sudah bersih selanjutnya menyiapkan pisau stainless yang bersih untuk proses pengupasan. Proses pengupasan ini dilakukan dengan mengupas kulit jeruk pamelo untuk memisahkan antara kulit luar dengan isi/bulir jeruk pamelo.
Setelah tahap Pengupasan I pada bahan baku pembuatan sari buah dan dodol. Selanjutnya pengupasan bahan baku untuk pembuatan selai yaitu mengupas kulit jeruk untuk memisahkan antara kulit luar jeruk pamelo dengan kulit gabusnya.
4. Pencucian II
Pada Pencucian II dilakukan setelah semua jeruk pamelo sudah dikupas dengan memisahkan kulit jeruk dengan isi/bulir jeruk pamelo. Tahap Pencucian II, siapkan air bersih untuk mencuci isi/bulir jeruk dan siapkan baskom untuk menyimpan isi/bulir jeruk yang sudah dicuci bersih.
Proses Pencucian II dilakukan dengan menyiapkan air bersih untuk mencuci kulit gabus jeruk dan siapkan baskom untuk menyimpan kulit gabus jeruk yang sudah dicuci bersih.
5. a. Pemerasan b. Pengukusan
Tahap Pencucian II telah selesai, selanjutnya tahap pemerasan bulir jeruk untuk memisahkan antara ampas dari bulir jeruk dengan air perasaan jeruk pamelo dan menyisakan sedikit bulir yang tidak diperas untuk produk sari buah sedangkan ampas jeruk digunakan untuk diolah menjadi dodol.
Kulit gabus yang sudah bersih selanjutnya dilakukan pengukusan dengan tujuan agar kulit gabus dari jeruk menjadi lunak dan lembut.
6. a. Pemasakan b. Pemasakan dan Penghalusan c. Pemerasan dan Penghalusan
Siapkan kompor dan panci untuk memasak air perasan jeruk pamelo. Masak sampai mendidih sambil diaduk dan dicampurkan dengan gula pasir dan air mineral sesuai takaran penggunaan.
Masak ampas bulir jeruk yang telah diperas dan setelah itu haluskan ampas jeruk dengan menggunakan blender dan dinginkan.
Kulit gabus jeruk yang sudah dikukus, selanjutnya diperas agar kandungan pahit kulit gabus hilang dan selanjutnya kulit gabus jeruk yang sudah diperas dihaluskan dengan menggunakan blender.
7. a. Pencampuran b. Pencampuran dan Pemasakan
Pencampuran semua bahan yang digunakan untuk membuat sari buah yaitu dengan mengambil air perasan jeruk pamelo yang sudah dimasak dan mencampurkannya dengan asam citrat, benzoat secukupnya dan bulir jeruk pamelo yang sudah direbus.
Siapkan wajan di atas kompor, masukkan ampas jeruk yang telah didinginkan ke dalam adonan labu kuning yang sudah dikukus dan dihaluskan sambil diaduk terus sampai adonan dodol tercampur rata. Setelah itu, masukkan margarin dan gula pasir. Aduk sampai matang, setelah matang tuang ke dalam dengan rata dan dinginkan.
Campurkan semua bahan yang digunakan untuk membuat selai dari kulit jeruk dengan mencampurkan gula pasir, asam citrate, benzoate serta pewarna makanan dengan kulit gabus jeruk di wajan yang sudah disiapkan. Masak adonan selai sampai matang.
8. a. Pendinginan dan Pensterilan
b. Pemotongan kecil-kecil c. Pendinginan dan Pensterilan
Setelah proses pencampuran, maka sari buah didinginkan sampai benar-benar dingin (suhu ruangan) dan kemasan botol sari buah disterilkan sebelum digunakan.
Setelah dodol yang di dalam loyang sudah dingin, maka proses pemotongan dodol sesuai ukuran yang telah ditentukan.
Selai yang sudah masak, dinginkan selai dengan suhu ruang dan siapkan kemasan botol selai disterilkan sebelum digunakan.
9. Pengemasan
Pengemasan sari buah yaitu dengan menggunakan wadah botol plastic yang sudah disterilkan. Proses pengemasan yaitu dengan memasukkan sari buah dan bulir jeruk ke dalam botol plastik. Setelah itu menutup kemasan botol dan diberi label kemasan. Daya tahan sari buah ± 3 bulan.
Siapkan plastik kecil sesuai ukuran dodol yang telah dipotong dan bungkus dodol. Masukkan dodol yang telah dibungkus ke dalam kotak kemasan dodol yang sudah disiapkan. Daya tahan dodol ± 3 bulan.
Pengemasan selai menggunakan wadah botol plastik selai yang sudah disterilkan. Setelah selai sudah dingin, selai dimasukkan ke wadah botol selai sesuai dengan takaran. Setelah itu, tutup rapat dengan sealer dan beri label pada kemasan selai. Daya tahan selai ± 3 bulan.
102
D. Rantai Pasok Jeruk Pamelo
1. Gambaran Rantai Pasok Jeruk Pamelo
Menurut Indrajit (2003:5) bahwa rantai pasok merupakan jaringan
dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran
barang. Model rantai pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan
mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti
mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain.
Gambaran rantai pasok jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan
Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep terdiri dari
beberapa pelaku rantai pasok. Adapun pelaku rantai pasok yang terlibat
yaitu pelaku utama dan pelaku pendukung. Setiap pelaku rantai pasok
melakukan aktivitas sesuai dengan perannya masing-masing. Sesuai
dengan pendapat Chopra dan Meindl, rantai pasok memiliki sifat yang
dinamis namun melibatkan tiga aliran konstan, yaitu aliran produk atau
barang, aliran informasi dan aliran uang.11 Adapun gambaran aliran rantai
pasok jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga,
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada Gambar 8.
11
Rouli, Juliana., Ti jaua Pustaka Evaluasi Supply Chai , http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/
121222-T%2025760-Evaluasi%20supply-Tinjauan%20literatur.pdf, diakses pada tanggal 7
Februari 2017 pukul 15.40 wita.
103
Input/Sarana Produksi
Pemeliharaan Pengumpulan Pengolahan Perdagangan Konsumen
Gambar 8. Aliran Rantai Pasok Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe
dan Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Pedagang Pengecer
(n = 5)
Pedagang Antar Daerah
(n = 5)
Industri RT Pengolahan
(n = 1)
Petani (n = 47)
Pedagang (Luar
Pulau)
Ko
ns
um
en
Dinas Tanaman Pangan
Jasa Angkut
Buruh Industri
Buruh Tani
Penyuluh
Penyedia Kemasan
Penyedia Bahan Penunjang
Penyedia Saprodi
Penyedia Jasa Angkut
Buruh Buruh/Angkut
Penyedia Alat Penyedia Alat RT
17,87% 82,13%
Pedagang (Luar
Kabupaten)
560.620 buah (96,33%)
9.000 buah (1,54%)
10.800 buah (1,86%)
14.400 buah (2,57%)
546.220 buah (97,43%)
1.500 buah (0,26%)
10.800 buah (100%)
Sari buah 7.500 botol Dodol 7.500 kotak Selai 3.000 botol (100%)
Rp 2.500/buah
Rp 3.500/buah
Rp 3.000/buah
Rp 5.000/buah
Rp 15.000/buah
Rp 3.500/buah
Rp 3.400/buah
Sari buah Rp 3.500/botol Dodol Rp 10.000/kotak Selai Rp 12.000/botol
Rp 285/buah
Rp 0,27/buah
Rp 141/buah Rp 1.500/buah
Rp 299/buah Rp 23.435/buah
Rp 21.087/buah
Rp 4.281/buah
Rp 240/buah
Rp 155/buah
Rp 1.930/buah
Keterangan:
: Aliran Barang
: Aliran Informasi
: Aliran Uang
104
Gambar 8 menunjukkan bahwa terdapat empat pelaku utama
dalam rantai pasok jeruk pamelo di daerah penelitian terdiri dari petani
jeruk pamelo, pedagang antar daerah, industri rumah tangga pengolahan
dan pedagang pengecer sedangkan pelaku pendukung pada rantai pasok
jeruk pamelo terdiri dari konsumen, pedagang (luar pulau), pedagang (luar
kabupaten), penyedia sarana produksi, penyuluh, buruh tani, penyedia
jasa angkut, penyedia alat panen, buruh panen, penyedia alat rumah
tangga, buruh/angkut, penyedia bahan penunjang, penyedia kemasan,
Dinas Tanaman Pangan, buruh industri.
Rantai pasok jeruk pamelo juga menjelaskan bahwa terdapat tiga
aliran, yaitu:
a. Aliran Barang
Arus material atau barang melibatkan arus produk fisik dari
pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus
balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.12
Aliran jeruk pamelo dimulai dari petani sebagai produsen sekaligus
sebagai pelaku utama pertama dalam rantai pasok jeruk pamelo. Jeruk
pamelo dipasok oleh petani pelaku utama rantai pasok lainnya yaitu
pedagang antar daerah sebanyak 560.620 buah (96,33%), pedagang
pengecer sebanyak 10.800 buah (1,86%), industri rumah tangga
12
Dionysius Ryanto, 2014. Supply Chain Management. http://dion33poetnir.blogspot.co.id/2014/
03/supply-chain-management.html. Diakses pada tanggal 1 November 2017 pukul 23.07 wita.
105
pengolahan sebanyak 1.500 buah (0,26%) dan pedagang (luar
kabupaten) sebanyak 9.000 buah (1,54%). Jadi total produksi petani jeruk
pamelo sebanyak 581.920 buah.
Pedagang antar daerah memasok jeruk pamelo ke pedagang (luar
pulau) dan pedagang (luar kabupaten). Dari hasil produksi yang diterima
dari petani, pedagang antar daerah memasok jeruk pamelo ke pedagang
(luar pulau) sebanyak 546.220 (97,43%) dan ke pedagang (luar
kabupaten) sebanyak 14.400 buah (2,57%). Pedagang pengecer menjual
buah jeruk pamelo ke konsumen sebanyak 10.800 buah (100%) ke
konsumen akhir.
Industri rumah tangga pengolahan sebelum dijual ke konsumen
akhir, jeruk pamelo yang diperoleh dari petani diolah dulu dalam bentuk
sari buah, dodol buah dan selai jeruk pamelo. Industri rumah tangga
mengolah jeruk pamelo sebanyak 1.500 (100%) buah dengan
menghasilkan produk berupa sari buah sebanyak 7.500 botol, dodol
sebanyak 7.500 kotak dan selai sebanyak 3.000 botol ke konsumen akhir.
Meskipun total produksi jeruk pamelo yang dipasok ke pedagang
(luar pulau) lebih besar, tetapi dilihat dari permintaan jeruk pamelo dari
pedagang besar ke pedagang antar daerah belum terpenuhi (Lampiran
18). Permintaan jeruk pamelo pedagang (luar pulau) sebesar 665.000
buah sedangkan buah yang terpenuhi pasokannya hanya 546.220
buah (82,14%). Jumlah jeruk pamelo yang tidak terpenuhi pasokannya
dirata-ratakan sebanyak 118.780 buah (17,86%). Hal ini disebabkan
jumlah produksi jeruk pamelo petani belum mampu memenuhi permintaan
106
jeruk pamelo tersebut dan pasokan jeruk pamelo tidak hanya untuk
pedagang antar daerah saja, tetapi pasokan jeruk pamelo juga ke
pedagang pengecer, industri rumah tangga pengolahan dan pedagang
(luar kabupaten).
Pemenuhan permintaan jeruk pamelo dari pedagang (luar
kabupaten) ke pedagang antar daerah bisa dikatakan terpenuhi karena
total permintaan pedagang pengecer 14.400 buah per musim panen.
Pembelian jeruk pamelo pedagang (luar kabupaten) ke pedagang antar
daerah sebanyak 16 kali pembelian dengan setiap kali pembelian jeruk
pamelo sebanyak 900 buah. Permintaan jeruk pamelo industri rumah
tangga pengolahan juga terpenuhi oleh petani jeruk pamelo. Total
permintaan jeruk pamelo industri rumah tangga sebanyak 1.500 buah
selama musim panen berlangsung. Pemenuhan ini diangsur, yaitu
sebanyak 125 buah per pasokan sebanyak 12 kali pemasokan petani ke
industri rumah pengolahan.
Aliran waktu merupakan aliran yang masuk di golongan aliran
barang karena waktu dihitung seberapa lama waktu yang ditempuh atau
dibutuhkan agar produk atau barang sampai ke konsumen yang dituju.
Dalam hal ini, petani tidak dalam hitungan ketepatan waktu
pengiriman barang karena pedagang antar daerah, pedagang pengecer
serta industri rumah tangga pengolahan yang langsung ke lahan
usahatani petani memanen jeruk pamelo.
107
Ketepatan waktu pengiriman jeruk pamelo dihitung dari pedagang antar
daerah memulai memanen dan angkut jeruk pamelo di lahan usahatani
petani memerlukan waktu 12 jam rata-rata sebanyak 7.000 buah setiap
kali angkut ke pedagang (luar pulau), buruh tani pedagang pengecer
membutuhkan waktu panen dan mengangkut buah jeruk pamelo 1,5 jam
rata-rata sebanyak 197 buah, industri rumah tangga untuk pengadaan
bahan baku dari lahan usahatani sampai ke lokasi produksi membutuhkan
waktu 1 jam sebanyak 125 buah dan pedagang (luar kabupaten)
membutuhkan waktu 4 jam rata-rata sebanyak 500 buah 1 kali angkut.
Pedagang antar daerah memiliki waktu tempuh yang lama untuk
mengangkut dari lokasi pedagang antar daerah sampai ke lokasi
penjualan pedagang (luar pulau) karena jarak antar kedua lokasi
penjualan melintasi pulau selama 94 jam atau 3 hari 22 jam dan untuk
lokasi pengangkutan dari pedagang antar daerah ke pedagang (luar
kabupaten) juga memiliki waktu dan jarak tempuh yang cukup jauh yaitu
3 jam perjalanan karena sudah termasuk waktu mengemas jeruk pamelo
ke dalam karung agar jeruk pamelo tidak langsung terpapar oleh sinar
matahari selama perjalanan menuju lokasi penjualan pedagang pengecer.
Ketepatan waktu pengiriman produk ke lokasi pedagang (luar pulau)
terpenuhi oleh pedagang antar daerah karena jeruk pamelo yang
didistribusikan tiba sebelum waktu yang telah ditentukan oleh pedagang
(luar kabupaten) yaitu waktu pengiriman jeruk pamelo harus tiba 7 hari
dari lokasi pedagang antar daerah ke lokasi pedagang (luar pulau).
108
Pedagang pengecer membutuhkan waktu 4 jam dengan jumlah
jeruk pamelo rata-rata 197 buah untuk membersikan kotoran/tanah yang
melekat pada kulit jeruk pamelo sebelum dipasarkan menarik perhatian
konsumen untuk membeli jeruk yang dipasarkannya.
Industri rumah tangga pengolahan memiliki waktu 26 jam atau 1
hari 2 jam sebelum menjadi produk olahan sampai produk tersebut ke
konsumen. Waktu tersebut terbagi atas pengolahan dan pengemasan
produk yang dalam waktu bersamaan ketiga produk tersebut diproduksi.
Waktu yang telah disepakati antara industri rumah tangga ke konsumen
adalah 2 hari proses pengolahan sampai produk olahan siap di
distribusikan ke konsumen.
Konsep dasar “Just In Time” pada rantai pasok adalah sangat
menekankan ketepatan dan waktu kedatangan material sesuai dengan
permintaan pelanggan dari pemasok sampai ke tangan konsumen sesuai
yang ditetapkan.13 Dalam hal ini yang terjadi di lokasi penelitian,
pemenuhan permintaan dan ketepatan waktu pengiriman jeruk pamelo
sesuai yang disepakati oleh pemasok ke pelanggan sudah terpenuhi
terkecuali pada pedagang antar daerah tidak memenuhi seluruh kuantitas
permintaan jeruk pamelo dari pedagang besar (antar pulau). Hal ini
dikarenakan kuantitas jeruk pamelo yang dikumpulkan pedagang antar
daerah dari petani jeruk pamelo di lokasi penelitian belum mampu
memenuhi permintaan pelanggan karena petani tidak hanya memasok
13
Nikmatul, Maskuroh. 2013. Just In Time and Supply Chain Management. http://nikmatul
maskuroh.blogspot.co.id/2013/09/jit-dan-scm.html. Diakses pada tanggal 2 November 2017
pukul 00.36 wita
109
jeruk pamelo ke pedagang antar daerah, tetapi petani juga memasok hasil
produksinya ke pedagang pengecer dan industri rumah tangga
pengolahan.
b. Aliran Informasi
Aliran informasi yang terjadi dalam rantai pasok jeruk pamelo yang
terdapat pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa arus informasi atau
komunikasi sudah terintegrasi dengan baik. Kegiatan komunikasi
dilakukan melalui via telepon atau pada saat kedua belah pihak saling
bertemu langsung.
Informasi petani ke pedagang antar daerah dan pedagang
pengecer (lokal) yang disampaikannya meliputi jeruk pamelo siap untuk
dipanen dan dipasarkan ke konsumen karena petani hanya pada
pemeliharaan tanaman jeruk pamelo sampai dengan siap untuk
pemanenan buah jeruk pamelo. Selanjutnya pihak dari pedagang antar
daerah, pedagang pengecer jeruk pamelo sendiri di lahan usahatani
petani. Informasi pedagang antar daerah dan pedagang pengecer ke
petani adalah kuantitas permintaan buah jeruk pamelo ke petani serta
informasi mengenai kesepakatan harga saling dikomunikasikan antara
kedua belah pihak.
Pedagang antar daerah ke pedagang besar menginformasikan
mengenai pemenuhan kuantitas serta waktu pengiriman jeruk pamelo
yang dikirim. Selain itu, pedagang besar menginformasikan permintaan
kuantitas dan kualitas jeruk pamelo yang diinginkan sebelum pedagang
antar daerah memanen jeruk pamelo di lahan usahatani petani jeruk
110
pamelo. Informasi mengenai harga, pedagang antar daerah dan
pedagang pengecer saling negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan
bersama dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh masing-
masing pihak agar mereka mendapatkan keuntungan.
Penyuluh merupakan aparat pemerintah yang ditugaskan untuk
menginformasikan mengenai pembudidayaan tanaman jeruk pamelo yang
sesuai dengan standar operasional prosedur karena jeruk pamelo adalah
produk unggul di lokasi penelitian serta memberikan pelatihan teknis
kepada masing-masing pelaku usahatani jeruk pamelo.
Sama halnya dengan informasi penyuluh ke pelaku usahatani jeruk
pamelo atau petani, pendamping desa yang merupakan perpanjangan
tangan dari pemerintah daerah setempat memberikan pelatihan teknis
maupun pengarahan ke pelaku industri rumah tangga pengolahan
mengenai pengolahan buah jeruk pamelo menjadi suatu produk agar
mendapatkan nilai tambah tersendiri dan konsumen dapat menikmati jeruk
pamelo dalam bentuk produk yang sudah diolah. Selain itu, pendamping
desa juga memberikan informasi pameran daerah sebagai ajang
mempromosikan atau mengenalkan ke masyarakat luas dengan adanya
produk olahan jeruk pamelo agar masyarakat dapat menikmati jeruk
pamelo dengan berbagai macam produk olahan yang dihasilkan.
Aliran informasi yang terjalin antar pelaku utama rantai pasok di
Desa Padang Lampe dan Punranga sudah terintegrasi dengan baik antar
pelaku rantai pasok. Menurut pendapat Priyana, aliran informasi
111
mencakup banyak hal dalam semua proses dalam organisasi seperti
permintaan akan barang, penyediaan, pengiriman pesanan, pengembalian
dan proses informasi lainnya. Aliran informasi ini yang menjadi objek vital
dalam rantai pasok. Arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan
penyedia material mentah.14
c. Aliran Uang
Aliran uang adalah gambaran aliran uang/modal yang berawal dari
konsumen sebagai pembeli selanjutnya mengalir pada tiap mata rantai
dan pada akhirnya akan sampai di produsen untuk digunakan sebagai
biaya produksi. Aliran dana ini bersifat searah artinya dana dihasilkan dari
pertukaran dengan produk yang dibeli konsumen dengan melewati
beberapa mata rantai, akhirnya akan diterima oleh produsen sebagai
penukar dari produk yang dihasilkan.15 Proses pembayaran dilakukan
melalui dua sistem, yaitu sistem tunai (cash) dan sistem transfer melalui
bank.
Aliran uang bermula dari petani membeli sarana produksi berupa,
pupuk, pestisida dan herbisida untuk mendukung proses pemeliharaan
tanaman jeruk pamelo dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.375.560
per hektar tanaman jeruk pamelo atau sebesar Rp 28.618 per pohon
tanaman jeruk pamelo dengan total biaya pengeluaran sarana produksi
tersebut sebesar Rp 162.580.500. Petani mengeluarkan biaya untuk upah
14
Asep Priyana, 2011, Manajemen Rantai Pasok, http://aseppriyana.blogspot.co.id/2011/08/
manajemen-rantai-pasok.html, diakses pada tanggal 1 November 2017 pukul 19.30. 15
Evolmy, 2011, Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management), http://evolmy.blogspot.
co.id/2011/11/manajemen-rantai-pasok-supply-chain.html, diakses pada tanggal 1 November
2017 pukul 16.50 wita.
112
buruh tani sebesar Rp 50.000 per HOK dengan total pengeluarkan upah
buruh tani sebesar Rp 170.932.500. Harga jual jeruk pamelo petani ke
pedagang antar daerah sebesar Rp 2.500 per buah dengan total produksi
yang dipasok sebesar 560.620 buah sehingga memperoleh penerimaan
sebesar Rp 1.401.550.000 (95,94%), harga jual jeruk pamelo petani ke
pedagang pengecer (lokal) sebesar Rp 5.000 per buah dengan total
produksi pasokan sebanyak 10.800 buah sehingga memperoleh total
penerimaan sebesar Rp 54.000.000 (3,70%), serta harga jual jeruk
pamelo petani ke industri rumah tangga sebesar Rp 3.500 per buah
dengan total produksi pasokan sebanyak 1.500 buah sehingga
memperoleh penerimaan sebesar Rp 5.250.000 (0,36%).
Pedagang antar daerah mengeluarkan biaya berupa pembelian
jeruk pamelo di petani sebesar Rp 2.500 per buah sehingga total
pengeluaran untuk pembelian jeruk pamelo sebanyak 560.620 buah
sebesar Rp 1.401.550.000, untuk membeli peratalan panen berupa
bambu sebagai gala untuk memetik jeruk pamelo mengeluarkan biaya Rp
2.500 per unit dengan total pengeluarkan peralatan panen sebesar Rp
147.500, upah untuk buruh tani memanen jeruk pamelo sebesar Rp
50.000 per HOK dengan total upah yang dibayarkan sebesar Rp
79.198.500. Harga jual pedagang antar daerah ke pedagang (luar pulau)
kisaran Rp 3.000 – Rp 3.600 per buah dengan sehingga memperoleh
penerimaan sebesar Rp 1.832.616.500 sedangkan harga jual ke
pedagang (luar kabupaten) sebesar Rp 3.500 per buah dan
113
memperoleh penerimaan sebesar Rp 50.400.000 sehingga total
penerimaan pedagang antar daerah sebesar Rp 1.883.016.500. Terdapat
aliran uang yang terjadi antara pedagang besar (antar pulau) dengan
penyedia alat angkut yaitu menyewa alat angkut berupa kontainer yang
memuat jeruk pamelo permintaannya dari pedagang antar daerah. Biaya
yang dikeluarkan pedagang (luar pulau) untuk mengangkut jeruk pamelo
sebesar Rp 1.500 per buah.
Pedagang pengecer mengeluarkan biaya membeli jeruk pamelo
sebesar Rp 5.000 per buah dengan total pembelian jeruk pamelo sebesar
Rp 54.000.000, untuk pembelian peralatan yang mendukung proses
pengangkutan jeruk pamelo pedagang pengecer, seperti karung, tali rafia,
tali strap sebesar Rp 1.902.750, untuk upah pekerja sebesar Rp 50.000
per HOK dengan total upah yang dibayarkan sebesar Rp 20.850.500.
Penerimaan yang didapatkan dari penjualan jeruk pamelo sebesar
Rp 15.000 per buah sehingga memperoleh total penerimaan Rp
162.000.000.
Industri rumah tangga pengolahan mengeluarkan biaya pembelian
jeruk pamelo sebesar Rp 3.500 per buah dengan total pembelian jeruk
pamelo sebesar Rp 5.250.000 untuk bahan penunjang untuk mengolah
buah jeruk pamelo sebanyak 1.500 buah produk olahannya yaitu sari
buah mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.299.990, dodol sebesar Rp
24.219.000 dan selai sebesar Rp 9.633.960 dengan total bahan
penunjang Rp 35.152.950, kemasan produk sebesar Rp 31.631.250.
Pengeluaran upah untuk buruh industri sebesar Rp 50.000 per HOK
114
dengan total upah yang dikeluarkan sebesar Rp 6.421.500 sebanyak
7 orang buruh industri. Pembelian buah jeruk pamelo sebanyak 1.500
buah dengan sekali produksi sebanyak 375 buah. Selain itu, aliran uang
berupa biaya jasa angkut buah dari lahan usahatani petani menuju ke
lokasi produksi olahan jeruk pamelo sebesar Rp 30.000 per angkut
dengan total biaya angkutan sebesar Rp 360.000. Harga jual produk
olahan jeruk pamelo yaitu sari buah sebesar Rp 3.500 per botol dengan
jumlah produksi sebanyak 7.500 botol sehingga memperoleh penerimaan
sebesar 26.250.000 (19,13%), dodol sebesar Rp 10.000 per kotak dengan
jumlah produksi sebesar 7.500 kotak sehingga memperoleh penerimaan
sebesar Rp 75.000.000 (54,64%) dan selai sebesar Rp 12.000 per botol
dengan total produksi sebanyak 3.000 botol sehingga penerimaannya
diperoleh sebesar Rp 36.000.000 (26,23%). Jadi, total penerimaan
industri rumah tangga pengolahan dari ketiga produk yang diolahnya
sebesar Rp 137.250.000.
2. Aktivitas Pelaku Rantai Pasok
Aktivitas dalam rantai pasok dimulai dengan adanya permintaan
dari konsumen dan diakhiri dengan aktivitas pembayaran oleh konsumen
setelah permintaannya terpenuhi. Menurut Stock and Lambert (2001:63),
seluruh perusahaan atau organisasi yang terkait tersebut dibagi menjadi
dua, yaitu primary member dan supporting member. Primary member atau
anggota utama dari sebuah rantai pasok adalah semua unit bisnis yang
secara nyata melakukan aktivitas operasional atau manajerial dalam
sebuah proses bisnis. Sedangkan supporting member atau anggota
115
pendukung dalam rantai pasok adalah perusahaan yang menyediakan
bahan awal, ilmu, utilitas, atau aset lain yang penting tapi tidak langsung
berpartisipasi dalam aktivitas yang menghasilkan atau merubah sebuah
input menjadi output untuk konsumen Pada rantai pasok jeruk pamelo di
Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Kecamatan Ma’rang Kabupaten
Pangkep terdapat 2 jenis pelaku, yaitu pelaku utama dan pelaku
pendukung. Adapun aktivitas-aktivitas dari pelaku utama pada rantai
pasok jeruk pamelo dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Aktivitas Pelaku Utama Rantai Pasok Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pelaku Utama Rantai Pasok
Aktivitas
1. Petani Membeli sarana produksi untuk pemeliharaan tanaman jeruk pamelo Melakukan pemeliharaan terhadap tanaman jeruk pamelo
2. Pedagang antar daerah
Sortasi Pemanenan Mengumpulkan dan membeli jeruk pamelo petani Mengangkut hasil panen Menjual jeruk pamelo ke distributor (pedagang besar luar kota) dan
pedagang pengecer lokal
3. Pedagang pengecer Membeli jeruk pamelo dari pedagang antar daerah Pemanenan Pengangkutan Pembersihan Menjual jeruk pamelo ke konsumen
4. Industri rumah tangga jeruk pamelo
Membeli jeruk pamelo dari petani Mengolah jeruk pamelo menjadi suatu produk olahan berbahan baku
jeruk pamelo Menjual produk olahan jeruk pamelo ke konsumen
Tabel 14 menunjukkan bahwa masing-masing pelaku utama rantai
pasok jeruk pamelo melakukan aktivitas sesuai perannya. Adapun
aktivitas-aktivitas pelaku rantai pasok antara lain:
116
1. Petani
Petani jeruk pamelo sebagai pelaku pertama pada rantai pasok
jeruk pamelo. Petani berperan melakukan kegiatan pemeliharaan jeruk
pamelo di lahan usahatani miliknya. Kegiatan pemeliharaan jeruk pamelo
dilakukan petani antara lain: pemangkasan, pemupukan, penyiraman,
serta pengendalian OPT.
Sarana produksi pertanian merupakan kebutuhan usahatani jeruk
pamelo dalam meningkatkan produksi. Sarana produksi jeruk pamelo
antara lain, pupuk, pestisida, herbisida dan alat-alat pertanian. Petani
dapat memperoleh kebutuhan sarana produksi tersebut melalui kios/toko
sarana produksi pertanian yang ada di daerah setempat.
Musim panen jeruk pamelo di Padang Lampe berlangsung pada
bulan Maret sampai dengan bulan Juni. Sekitar 8 bulan sejak bunga
mekar, tingkat kematangan jeruk pamelo siap untuk dipanen. Warna kulit
jeruk mulai agak menguning, ujung buah agak rata, kulit buah terasa lebih
halus, bulu pada kulit mulai hilang, dan bila buah ditimang-timang terasa
berisi.
Petani jeruk pamelo tidak mengalami pengembalian jeruk pamelo
dari pedagang antar daerah. Hal ini dikarenakan pedagang antar daerah
sudah terlebih dahulu melakukan kesepakatan dengan petani sesuai
dengan harga dan kualitas baik pada saat jeruk pamelo masih sebelum
dipanen maupun sudah siap dipanen. Petani jeruk pamelo di Desa
117
Padang Lampe memanen jeruk pamelonya dengan melakukan
kesepakatan langsung dengan pedagang antar daerah. Biaya pemanenan
dibebankan kepada pedagang antar daerah jeruk pamelo.
2. Pedagang Antar Daerah
Pedagang antar daerah merupakan salah satu pelaku rantai pasok
jeruk pamelo dan berhubungan langsung dengan petani. Kegiatan
pascapanen yang dilakukan pedagang antar daerah yaitu sortir,
pemanenan dan angkut. Pembelian jeruk pamelo ke petani dengan cara
pedagang antar daerah melakukan kesepakatan secara langsung
dengan petani. Survey langsung ke lahan petani merupakan cara
pedagang
antar daerah untuk memastikan kualitas dan kriteria jeruk pamelo yang
akan dipasarkan. Petani juga dapat langsung menghubungi pedagang
antar daerah langganannya untuk menawarkan jeruk pamelonya.
Proses sortir dilakukan sebelum buah jeruk pamelo dipetik dengan
cara melihat jeruk pamelo apakah jeruk tersebut sudah sesuai dengan
kriteria yang diinginkan oleh pedagang antar daerah. Setelah itu
pedagang antar daerah pun memanen jeruk pamelo secara langsung di
lahan petani. Selanjutnya setelah pemanenan, jeruk pamelo diangkut ke
gudang pedagang antar daerah sebelum pengangkutan ke peti kemas
yang akan dipasarkan di Pulau Jawa seperti Pasar Induk Keramat Jati
Jakarta dan Pasar Induk Mekar Mulya Panyileukan Bandung. Biaya
pemanenan dan pengangkutan ke gudang penyimpanan sementara
ditanggung oleh pedagang antar daerah.
118
Angkutan yang digunakan pedagang antar daerah dari lahan jeruk
pamelo petani ke gudang pedagang mengumpul menggunakan mobil
pick-up dan angkutan peti kemas mengangkut jeruk pamelo dari gudang
pedagang antar daerah ke pelabuhan peti kemas Pelindo IV Makassar
menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara. Lama perjalanan
angkutan jeruk pamelo dari gudang pedagang antar daerah sampai pasar
induk yang ada di Jakarta dan Bandung ± 7 hari.
Pedagang antar daerah merupakan pelaku rantai pasok jeruk
pamelo yang secara langsung berhubungan dengan petani. Petani sangat
bergantung dengan keberadaan pedagang antar daerah sebagai pembeli
produknya yang berjumlah besar selain dari pedagang pengecer lokal. Di
samping itu, pedagang antar daerah bergantung terhadap pesanan dan
harga yang ditentukan oleh pedagang besar luar kota (distributor).
Kesepatan antara pedagang antar daerah dan pedagag besar luar kota
(distributor) yang ada di Jakarta dan Bandung dilakukan komunikasi
melalui telepon. Hal ini dikarenakan sudah menjalin hubungan
perdagangan jeruk pamelo sejak beberapa tahun yang lalu. Selama ini,
permintaan akan jeruk pamelo oleh pedagang besar luar kota belum
mampu dipenuhi sepenuhnya oleh pedagang antar daerah karena masih
terbatasnya jumlah produksi jeruk pamelo petani di Padang Lampe.
3. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer yaitu pedagang pengecer yang membeli jeruk
langsung ke petani jeruk pamelo. Pedagang pengecer yang memanen
jeruk pamelo yang dibelinya di lahan usahatani petani yang dijual ke
119
konsumen yang ada di daerah Pangkep tepatnya di pinggir Jalan Poros
Kecamatan Ma’rang. Hal ini dikarenakan bisa memilih langsung buah
yang kualitasnya diinginkan oleh pedagang pengecer. Selain itu,
pengangkutan juga dilakukan oleh pedagang pengecer dari lokasi
usahatani jeruk pamelo petani menuju ke kios tempat penjualan ke
konsumen akhir. Pembersihan buah dilakukan agar kotoran serta zat
kimia yang melekat pada buah bersih dan terjaga kondisinya sebelum
dijual ke konsumen akhir.
4. Industri Rumah Tangga Jeruk Pamelo
Industri rumah tangga jeruk pamelo merupakan industri yang
mengolah jeruk pamelo menjadi produk baru yang siap dipasarkan seperti
sari buah, dodol dan selai. Industri rumah tangga jeruk pamelo memilih
membeli bahan baku yaitu jeruk pamelo dari petani jeruk pamelo
dengan alasan, selain harganya yang relatif murah dibanding
membeli ke pedagang pengecer, jenis dan kualitas buah jeruk pamelo
sangat menentukan dalam membeli bahan baku langsung ke petani. Ada
beberapa kriteria yang harus dimiliki jeruk pamelo sebagai bahan baku
utama dalam mengolahnya menjadi suatu produk baru yang memiliki nilai
tambah.
Pemasaran hasil olahan jeruk pamelo masih dipasarkan secara
lokal. Produksi olahan jeruk pamelo dilakukan jika konsumen memesan
produk olahan jeruk pamelo (made by order), seperti kegiatan daerah agar
120
produk tersebut dikenal secara luas hajatan (pernikahan dan aqiqah) serta
dijadikan sebagai buah tangan bagi orang-orang di sekitar industri
tersebut ingin memberikan kepada sanak saudaranya.
Selain pelaku utama pada rantai pasok jeruk pamelo, terdapat pula
pelaku pendukung pada rantai pasok jeruk pamelo. Adapun aktivitas dari
pelaku pendukung rantai pasok jeruk pamelo dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Aktivitas Pelaku Pendukung Rantai Pasok Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pelaku Pendukung
Rantai Pasok Aktivitas
1. Konsumen Mengonsumsi jeruk pamelo Mengonsumsi produk olahan jeruk pamelo
2. Pedagang (luar pulau)
Membeli jeruk pamelo dari pedagang antar daerah Menjual jeruk pamelo ke pedagang pengecer
3. Pedagang (Luar Kabupaten)
Membeli jeruk pamelo dari pedagang antar daerah dan petani
4. Penyedia Sarana Produksi
Menyediakan saprodi (pupuk, pestisida dan herbisida) yang dibutuhkan untuk usahatani jeruk pamelo
5. Penyuluh Bimbingan teknis kepada petani jeruk pamelo mengenai budidaya jeruk pamelo
Pemantauan usahatani jeruk pamelo
6. Buruh tani Memberikan jasa untuk pemeliharaan lahan usahatani jeruk pamelo sampai dengan siap panen yang dikelola oleh petani
Memberikan jasa untuk aktivitas pemanenan jeruk pamelo di lahan usahatani jeruk pamelo sampai jeruk pamelo siap untuk diangkut ke antar pulau
7. Penyedia jasa angkut
Menyediakan jasa pengangkutan kontainer (antar pulau) jeruk pamelo pedagang antar daerah
Menyediakan jasa angkut jeruk pamelo dari lahan usahatani petani menuju tempat industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
8. Penyedia Bahan Penunjang
Menyediakan bahan makanan (gula pasir, margarin, Benzoat, asam sitrat) yang dibutuhkan industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
9. Penyedia Kemasan Memproduksi kemasan makanan sesuai pesanan industri rumah tangga jeruk pamelo
10. Dinas Tanaman Pangan
Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku usaha industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo dalam hal produksi
Menginformasikan kepada pemilik industri rumah tangga mengenai pameran-pameran daerah
11. Buruh industri rumah tangga
Memberikan jasa untuk aktivitas produksi olahan jeruk pamelo yang dikelola oleh pemilik industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
12. Buruh tani/angkut Memberikan jasa untuk aktivitas memanen sampai mengangkut jeruk pamelo ke lokasi penjualan jeruk pamelo
Melakukan pembersihan jeruk pamelo sebelum dipasarkan ke konsumen Memasarkan jeruk pamelo ke konsumen akhir
Tabel 15 menunjukkan bahwa masing-masing pelaku pendukung
rantai pasok jeruk pamelo melakukan aktivitas sesuai perannya. Adapun
aktivitas-aktivitas pelaku rantai pasok antara lain:
121
1. Konsumen
Konsumen terdiri dari dua yaitu konsumen yang mengonsumsi
buah jeruk pamelo dan konsumen yang mengonsumsi produk olahan
jeruk pamelo. Konsumen tersebut termasuk konsumen lokal, dikatakan
konsumen lokal karena konsumen yang berada di daerah sekitar Sulawesi
Selatan seperti, Kabupaten Pangkep, Makassar, Barru, Pare-pare,
Bulukumba, Polmas dan daerah-daerah Sulawesi Selatan lainnya.
Konsumen jeruk pamelo biasanya membeli dari pedagang
pengecer yang ada di pinggir jalan posor Kecamatan Ma’rang yang
berjajaran sepanjang jalan. Sedangkan konsumsi produk olahan jeruk
pamelo seperti sari buah, dodol dan selai dipesan ke industri rumah
tangga pengolahan jeruk pamelo.
2. Pedagang (Luar Pulau)
Pedagang (luar pulau) merupakan pelaku rantai pasok jeruk
pamelo yang jauh dari petani. Pedagang (luar pulau) berada di luar
daerah atau kota besar (Jakarta dan Bandung). Waktu yang ditempuh dari
gudang pedagang antar daerah sampai ke Pasar Induk Keramat Jati
Jakarta dan Pasar Induk Mekar Mulya Panyileukan Bandung yaitu selama
± 7 hari. Pedagang besar luar kota menjual kembali jeruk pamelo ke
pedagang pengecer (Jakarta dan Bandung). Pedagang antar daerah
melakukan transaksi langsung ke pedagang antar daerah mengenai
jumlah, harga dan kualitas sebelum atau setelah jeruk pamelo tiba di
pasar induk.
122
3. Pedagang (Luar Kabupaten)
Pedagang (luar kabupaten) merupakan pedagang yang membeli
jeruk pamelo dari pedagang antar daerah dan petani. Pedagang
mengangkut jeruk pamelo dari gudang pedagang antar daerah menuju
luar Kabupaten Pangkep seperti Polmas, Bulukumba dan Makassar.
Alasan pedagang pengecer ini membeli jeruk di pedagang antar daerah
dikarenakan jarak yang ditempuh antara gudang pedagang antar daerah
ke lokasi penjualan jeruk pamelo di Polmas lebih dekat, tidak perlu lagi
mencari petani yang menjual jeruk pamelo sesuai dengan harga dan
kualitas yang diinginkan dan hal itu membutuhkan waktu yang lama
sedangkan alasan pedagang yang membeli langsung dari petani karena
sudah menjadi pelanggan tetap dari beberapa tahun yang lalu dan lebih
murah dibanding ke pedagang antar daerah. Pembersihan buah dilakukan
agar kotoran serta zat kimia yang melekat pada buah bersih dan terjaga
kondisinya sebelum dijual ke konsumen akhir.
4. Penyedia Sarana Produksi
Penyedia sarana produksi merupakan lembaga ekonomi individu
yang ada di Daerah Kabupaten Pangkep yang menyediakan saprodi
seperti pupuk, pestisida dan herbisida dalam memenuhi kebutuhan dalam
mengelola lahan usahatani jeruk pamelo petani di lokasi penelitian.
Sebagian besar petani jeruk pamelo sudah berlangganan di toko tersebut
setiap ingin memenuhi keperluan pengelolaan lahan usahataninya.
123
5. Penyuluh
Penyuluh merupakan perpanjangan tangan pemerintah daerah
Kabupaten Pangkep dalam hal memberikan bimbingan kepada petani
jeruk pamelo dalam membudidayakan lahan usahatani jeruk pamelo.
Selain itu, penyuluh juga berperan mengontrol dan membuat laporan
mengenai kinerja maupun tindakan petani maupun kelompok tani dalam
mengelola lahan usahatani ke Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan
Kabupaten Pangkep.
6. Buruh Tani
Buruh tani berperan penting dalam usahatani jeruk pamelo di Desa
Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep. Butuh tani
memberikan jasa dalam memelihara lahan usahatani yang dikelola petani
jeruk pamelo sampai dengan jeruk pamelo tersebut siap untuk dipanen.
Pemeliharaan tersebut berupa pemangkasan, pemupukan, penyiraman
dan pengendalian OTP.
7. Penyedia Jasa Angkut
Penyedia jasa angkut merupakan lembaga ekonomi yang
menyediakan jasa pengangkutan berupa kontainer maupun pick-up hasil
pertanian di daerah Kabupaten Pangkep. Penyedia jasa angkut ini
mengangkut jeruk pamelo yang sudah dipanen oleh buruh tani pedagang
antar daerah yang ada di gudang sementara milik pedagang antar daerah
sampai dengan pelabuhan antar pulau yang dituju yaitu Pelabuhan
Tanjung Priok. Sedangkan jasa angkut lainnya berupa mobil pick-up yang
124
mengangkut jeruk pamelo dari lahan usahatani petani menuju ke tempat
industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo yang ada di Desa
Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
8. Penyedia Bahan Penunjang
Toko “Cahaya Ujung” merupakan lembaga ekonomi individu yang
menyediakan berbagai macam bahan makanan/kue yang dibutuhkan oleh
industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo berupa gula pasir,
margarine, asam sitrat serta benzoate sebagai bahan penunjang produk
olahan jeruk pamelo.
9. Penyedia Kemasan
Penyedia kemasan merupakan lembaga ekonomi individu yang
menyediakan berbagai kemasan makanan atau hasil olahan pertanian
yang dibutuhkan oleh industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo.
Kemasan produk olahan jeruk pamelo dipesan sesuai permintaan pemilik
industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo.
10. Dinas Tanaman Pangan
Dinas Tanaman Pangan berperan dalam pelatihan teknis dalam
pengolahan jeruk pamelo ke industri rumah tangga pengolahan jeruk
pamelo dan merupakan perpanjangan tangan pemerintah untuk
memberikan bantuan berupa alat produksi dalam mengolah jeruk pamelo.
Pelatihan ini diberikan kepada pemilik industri rumah tangga pengolahan
jeruk pamelo. Selain itu, pedamping desa juga berperan dalam
menginformasikan kepada pemilik industri rumah tangga pengolahaan
125
jeruk pamelo tentang pameran-pameran yang diakan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Pangkep ataupun pameran yang mengikutsertakan
daerah Kabupaten Pangkep di luar kota maupun di luar pulau Sulawesi
Selatan. Hal ini dikarenakan agar produk olahan jeruk pamelo dikenal oleh
masyarakat secara luas.
11. Buruh Industri Rumah Tangga Pengolahan
Buruh industri rumah tangga pengolahan berperan dalam
memberikan jasa dalam memproduksi jeruk pamelo menjadi produk
olahan berupa sari buah, dodol dan selai jeruk. Pengolahan yang
dilakukan berupa pengolahan jeruk pamelo sampai dengan pengemasan
produk siap untuk dipasarkan ke konsumen.
12. Buruh Tani/Angkut
Buruh tani/angkut berperan dalam memanen jeruk pamelo dilahan
usahatani jeruk pamelo sampai dengan pengangkutan ke lokasi penjualan
buah jeruk pamelo di kios yang ada di sepanjang jalan Kecamatan
Ma’rang. Selain itu, pekerja pedagang pengecer juga membersihkan jeruk
pamelo yang sudah dipanen sebelum dipasarkan ke konsumen.
3. Lembaga Pendukung
Lembaga pendukung yang dapat menunjang aktivitas para pelaku
rantai pasok adalah:
1. Pembiayaan
Ada beberapa lembaga pembiayaan yang disediakan oleh
pemerintah demi kelancaran usaha masyarakat di daerah penelitian
termasuk petani, pedagang antar daerah, pedagang pengecer maupun
126
industri rumah tangga pengolahan seperti lembaga keuangan (bank),
koperasi unit desa (KUD) tapi pelaku rantai pasok tidak memanfaatkan
lembaga pembiayaan tersebut. Hal ini terjadi karena mereka berpendapat
semua lembaga pembiayaan tersebut terlalu sulit bagi mereka untuk
mengambil pinjaman uang. Terlalu banyak persyaratan, tingginya tingkat
bunga yang ditawarkan kepada pelaku usaha sehingga para pelaku rantai
pasok enggan untuk melakukakan pinjaman kepada lembaga pembiayaan
yang disediakan oleh pemerintah.
2. Kelompok Tani
Kelompok tani yang ada di daerah penelitian sudah terealisasikan.
Wadah organisasi ini bekerja sama antar anggota dalam melaksanakan
kegiatan maupun permasalahan dalam berusahatani jeruk pamelo.
Dengan adanya kelompok tani tersebut para petani dapat bersama-sama
memenuhi sarana produksi yang digunakan, teknis produksi serta sharing
mengenai informasi pemasaran kepada pelaku rantai pasok yang
mendistribusikan hasil produksinya.
3. Pemerintah
Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator
sangat penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Dengan
memberikan pendampingan kepada petani dalam membudidayakan jeruk
pamelo sebagai wujud dukungan pemerintah, meskipun informasi
mengenai keadaan pasar jeruk pamelo masih diusahakan sendiri oleh
petani maupun pedagang antar daerah dan pengecer. Lain halnya dengan
industri rumah tangga jeruk pamelo, pemerintah memberikan pelatihan
127
kepada pemilik industri rumah tangga jeruk pamelo mengenai pengolahan
jeruk pamelo, memberikan bantuan hibah alat produksi serta memasarkan
produk tersebut seperti saat pameran daerah setempat maupun kegiatan-
kegiatan pemerintah yang terlibat di luar daerah lokasi penelitian. Dengan
demikian, peran pemerintah untuk mendorong berkembangnya industri
tersebut dapat meningkatkan daya saing meskipun sampai saat ini masih
relatif minim.
4. Kemitraan
Kemitraan di daerah penelitian tidak dilakukan dalam proses
pendistribusian jeruk pamelo ke pelaku rantai pasok hanya saja hubungan
antara petani, pedagang antar daerah, pedagang pengecer, industri
pengolahan serta pedagang besar (distributor) menjalin hubungan jual-beli
jeruk pamelo untuk memenuhi permintaan pasar. Tidak ada hubungan
kontrak kerjasama dalam memasarkan atau meningkatkan skala usaha
dan meningkatkan kemampuan usaha. Masing-masing pelaku rantai
pasok mengusahakan usahanya masing-masing. Sudah ada beberapa
perusahaan yang ingin menawarkan hubungan kemitraan ke petani jeruk
pamelo di daerah lokasi penelitian, tapi petani enggan menerima
hubungan kemitraan tersebut karena kesepakatan harga yang
menurutnya masih rendah dan SOP yang petani tidak bisa penuhi.
128
E. Rantai Nilai Jeruk Pamelo
Rantai nilai (value chain) adalah serangkaian urutan kegiatan
utama dan kegiatan pendukung yang dilakukan perusahaan untuk
mengubah input (bahan baku) menjadi output (produk jadi) yang memiliki
nilai tambah bagi pelanggan eksternalnya.16 Rantai nilai jeruk pamelo di
Desa Padang Lampe dan Desa Punranga terdiri atas dua alat analisis
yang digunakan antara lain: analisis rantai nilai secara kuantitatif dan
analisis rantai nilai berdasarkan teori Porter.
1. Biaya Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo
Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran yang dilakukan
oleh suatu perusahaan atau peorangan yang bertujuan untuk memperoleh
manfaat lebih dari aktivitas yang dilakukan tersebut (Raharja, 2009:54).
Biaya dalam rantai nilai jeruk pamelo adalah biaya kegiatan yang
dikeluarkan oleh setiap pelaku rantai nilai. Adapun biaya tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Petani
Biaya petani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam
berusahatani jeruk pamelo yang terbagi atas biaya variabel dan biaya
tetap. Adapun biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.
16
Kamus Bisnis. 2017. Rantai Nilai. http://kamusbisnis.com/arti/rantai-nilai/. Diakses pada
tanggal 2 November 2017 pukul 22.49 wita.
129
Tabel 16. Biaya Usahatani Jeruk Pamelo yang Dikeluarkan Petani di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jenis Biaya Jumlah
Luas Lahan (Ha) 37,91 0,80 1 0
Jumlah Tanaman Jeruk Pamelo (Pohon) 5.771 122 152 1
Jumlah Jeruk Pamelo (Buah) 581.920 12.381 15.476 101
1. Biaya Variabel (Rp) 338.503.000 7.202.191 9.002.738 59.228
2. Biaya Tetap (Rp) 10.612.025 225.787 282.233 1.856
Total Biaya (Rp) 349.115.025 7.427.978 9.284.971 61.084
Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat dua biaya yang dikeluarkan
petani dalam berusahatani jeruk pamelo yaitu biaya variabel dan biaya
tetap. Biaya variabel untuk luas lahan seluas 37,16 Ha mengeluarkan
biaya variabel sebesar Rp 333.513.000 dan biaya tetap sebesar Rp
10.303.025 dengan total biaya sebesar Rp 343.816.025. Jika dirata-
ratakan, setiap petani memiliki luas lahan seluas 0,8257 Ha dengan
mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp 7.411.400 dan biaya tetap
sebesar Rp 228.956,11 dengan total biaya sebesar Rp 7.640.356.
sedangkan jika petani memiliki luas lahan 1 Ha, maka total biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 9.253.184.
b. Pedagang Antar daerah, Industri Rumah Tangga Pengolahan dan Pedagang Pengecer
Biaya pada pedagang antar daerah, industri rumah tangga
pengolahan dan pedagang pengecer adalah biaya kegiatan usaha yang
dikeluarkan pada masing-masing pelaku utama. Adapun biaya yang
dikeluarkan pada pedagang antar daerah, industri rumah tangga
pengolahan dan pedagang pengecer dapat dilihat pada Tabel 17.
130
Tabel 17. Biaya Kegiatan Usaha Pedagang Antar daerah, Industri Rumah Tangga Pengolahan dan Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jenis Biaya
Pelaku Utama Rantai Nilai
Pedagang Antar daerah
Industri Rumah Tangga Pengolahan Pedagang Pengecer Sari Buah Dodol Selai
Jumlah Jeruk Pamelo (Buah) 560.620 1.500 10.800
1. Biaya Variabel (Rp) 1.481.321.700 10.528.740 47.385.500 20.901.460 76.753.250
2. Biaya Tetap (Rp) 20.931.500 560.500 453.000 432.000 14.637.500
11.089.240 47.838.500 21.333.460
Total Biaya (Rp) 1.502.253.200 80.261.200 91.390.750
Total Biaya Per Pelaku (Rp) 300.450.640 18.278.150
Total Biaya Per Buah (Rp) 2.679 53.507 8.462
Tabel 17 menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan
pedagang antar daerah untuk 560.620 buah sebesar Rp 1.502.253.200,
industri rumah tangga untuk 1.500 buah sebesar Rp 80.261.200 dan
pedagang pengecer untuk 10.800 buah sebesar Rp 91.390.750. Jika
dirata-ratakan, pedagang antar daerah mengeluarkan biaya Rp 2.679 per
buah, industri rumah tangga sebesar Rp 53.507 per buah dan pedagang
pengecer sebesar Rp 8.462 per buah. Terjadinya perbedaan biaya yang
dikeluarkan masing-masing pelaku utama dikarenakan setiap pelaku
utama dalam rantai nilai jeruk pamelo memiliki perbedaan biaya variabel
dan biaya tetap berbeda-beda dalam melakukan kegiatan usahanya
sampai produk yang diusahakannya diterima oleh konsumen akhir.
2. Penerimaan Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007:9). Penerimaan
pelaku dalam rantai nilai jeruk pamelo yang dimaksud adalah total
131
produksi buah pamelo dikalikan dengan harga jual jeruk pamelo per buah.
Adapun penerimaan dari setiap pelaku dalam rantai nilai jeruk pamelo
dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penerimaan Setiap Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pelaku Rantai Nilai
Penerimaan
Volume Produksi
Harga Satuan (Rp)
Total Nilai (Rp)
1. Petani (Buah) 560.620 2.500 1.401.550.000
10.800 5.000 54.000.000
9.000 3.000 27.000.000
1.500 3.500 5.250.000
T o t a l 581.920 1.487.800.000
Rata-rata Per Buah 1 2.577
Rata-rata Per Pohon 101 260.323
Rata-rata Per Hektar 15.476 39.569.148
Rata-rata Per Petani 12.381 31.655.319
2. Pedagang Antar daerah (Buah) 152.000 3.000 456.000.000
109.900 3.300 362.670.000
110.455 3.500 386.592.500
188.265 3.600 677.754.000
T o t a l 560.620 1.883.016.500
Rata-rata Per Pedagang Antar daerah
112.124
376.512.392
Rata-rata Per Buah 1 3.358
3. Industri Rumah Tangga Pengolahan
a. Sari buah (Botol) 7.500 3.500 26.250.000
b. Dodol (Kotak) 7.500 10.000 75.000.000
c. Selai (Botol) 3.000 12.000 36.000.000
T o t a l 137.250.000
Rata-rata Per Buah 91.500
4. Pedagang Pengecer (Buah) 10.800 15.000 162.000.000
T o t a l 10.800 162.000.000
Rata-rata Per Pedagang Pengecer 2.160 32.400.000
Rata-rata Per Buah 1 15.000
Tabel 18 menunjukkan bahwa penerimaan setiap pelaku rantai
nilai jeruk pamelo berbeda-beda. Penerimaan petani untuk 581.920
buah sebesar Rp 1.487.800.000 dengan rata-rata penerimaan per
buah sebesar Rp 2.577, rata-rata penerimaan per pohon dengan jumlah
jeruk pamelo sebanyak 101 buah sebesar Rp 260.323, rata-rata
132
penerimaan per hektar dengan jumlah jeruk pamelo 15.476 buah sebesar
Rp 39.569.148, rata-rata penerimaan per petani dengan jumlah jeruk
pamelo 12.381 buah sebesar Rp 31.655.319. Penerimaan pedagang antar
daerah untuk 560.620 buah sebesar Rp 1.883.016.500, rata-rata
pedagang antar daerah memperoleh penerimaan per buah sebesar Rp
3.358. Penerimaan Industri rumah tangga untuk 1.500 buah
menghasilkan sari buah sebanyak 7.500 botol, dodol sebanyak 7.500
kotak dan selai sebanyak 3.000 botol sehingga total penerimaan sebesar
Rp 137.250.000, jika dirata-ratakan penerimaan industri rumah tangga
pengolahan jika mengolah 1 buah jeruk pamelo mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 91.500. penerimaan pedagang pengecer untuk total buah
10.800 sebesar Rp 162.000.000, jika dirata-ratakan penerimaan per
buahnya sebesar Rp 15.000.
3. Pendapatan Pelaku dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya
yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Pendapatan yang
dimaksud adalah pendapatan bersih yang diperoleh dan merupakan
selisih antara nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan dari
setiap pelaku rantai nilai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.
133
Tabel 19. Pendapatan Pelaku Rantai Nilai di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pelaku Rantai Nilai Volume
Produksi (Buah)
Penerimaan (Rp)
Biaya (Rp) Pendapatan
(Rp)
1. Petani
Total 581.920 1.487.800.000 349.115.025 1.138.684.975
Rata-rata Per Petani 12.381 31.655.319 7.427.978 24.227.341
Rata-rata Per Hektar 15.476 39.569.184 9.284.971 30.284.213
Rata-rata Per Pohon 101 260.323 61.084 199.239
Rata-rata Per Buah 1 2.577 604 1.973
2. Pedagang Antar daerah
Total 560.620 1.883.016.500 1.502.253.200 380.763.300
Rata-rata Per P.Antar daerah 112.124 376.603.300 300.450.640 76.152.660
Rata-rata Per Buah 1 3.358 2.679 679
3. Industri RT Pengolahan
Total 1.500 137.250.000 80.261.200 56.988.800
Rata-rata Per Buah 1 91.500 53.507 37.993
4. Pedagang Pengecer
Total 10.800 162.000.000 91.390.750 70.609.250
Rata-rata Per P.pengecer 2.160 32.400.000 18.278.150 14.121.850
Rata-rata Per Buah 1 15.000 8.462 6.538
Tabel 19 menunjukkan bahwa pada pelaku rantai nilai petani
menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1.138.684.975 yang diperoleh dari
pengurangan penerimaan sebesar Rp 1.487.800.000 dengan biaya
sebesar Rp 349.115.025. Pelaku rantai nilai pada tingkat pedagang antar
daerah menghasilkan pendapatan sebesar Rp 380.763.300 yang
diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan sebesar Rp 1.883.616.500
dengan biaya sebesar Rp 1.502.253.200. Pada tingkat pelaku rantai nilai
industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo menghasilkan
pendapatan sebesar Rp 56.988.800 dari hasil pengurangan penerimaan
sebesar Rp 137.250.000 dengan biaya sebesar Rp 80.261.200.
Sedangkan pada pelaku rantai nilai pedagang pengecer menghasilkan
pendapatan sebesar Rp 70.609.250 dari hasil pengurangan penerimaan
sebesar Rp 162.000.000 dengan biaya sebesar Rp 91.390.750.
134
4. Margin Pelaku Rantai Nilai Jeruk Pamelo
Margin adalah selisih antara harga pada tingkat produsen dengan
harga ditingkat konsumen akhir. Dalam hal ini margin dihitung dari setiap
pelaku rantai nilai dilihat dari setiap saluran rantai nilai yang dilakukan
oleh para pelaku rantai nilai (ACIAR, 2012:103). Emhar et al. (Koesmara,
2015:61) menjelaskan bahwa margin pemasaran merupakan bagian biaya
yang dibayarkan dan pendapatan yang diterima oleh setiap mata rantai
yang terlibat dalam proses rantai nilai. Adapun margin yang diperoleh
dalam bentuk tabel dari pelaku utama ditiap saluran rantai nilai dapat
dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Margin Pelaku Utama Rantai Nilai Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Pelaku dalam Rantai Nilai
Margin
Volume Produksi (Buah)
Total Produksi (Rp)
Per Buah (Rp)
% Margin
Saluran 1: Petani Pedagang Antar daerah Pedagang (luar pulau)
Total Produksi
Petani
546.220
1.365.550.000 2.500 74,51
Pedagang Antar daerah 467.066.500 855 25,49
Total 1.832.616.500 3.355 100
Saluran 2: Petani Pedagang Antar daerah Pedagang (luar kabupaten)
Total Produksi
Petani 14.400
36.000.000 2.500 71,43
Pedagang Antar daerah 14.400.000 1.000 28,57
Total 50.400.000 3.500 100
Saluran 3: Petani Pedagang Pengecer Konsumen
Total Produksi
Petani
10.800
54.000.000 5.000 33,33
Pedagang Pengecer 108.000.000 10.000 66,67
Total 162.000.000 15.000 100
Saluran 4: Petani Industri RT Pengolahan Konsumen
Total Produksi
Petani
1.500
5.250.000 3.500 3,83
Industri RT Pengolahan Jeruk Pamelo 132.000.000 88.000 96,17
Total 137.250.000 91.500 100
Saluran 5: Petani Pedagang (Luar Kabupaten)
Petani 9.000
27.000.000 3.000 100
Total 27.000.000 3.000 100
135
Input/Sarana Produksi
Pemeliharaan Pengumpulan Pengolahan Perdagangan Konsumen
Perolehan margin setiap pelaku utama rantai nilai jeruk pamelo
dapat pula digambarkan seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Rantai Nilai Jeruk Pamelo berdasarkan Margin yang Diperoleh
Pelaku Utama di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Tabel 20 dan Gambar 9 menunjukkan bahwa margin pelaku
utama pada saluran menunjukkan keberagaman penerimaan margin yang
diperoleh. Dari hasil tersebut, margin terbesar diperoleh oleh pengolahan
industri rumah tangga pada saluran rantai nilai 4 sebesar Rp 88.000/buah
dengan persentase 96,17%. Hal ini disebabkan industri rumah tangga
pengolahan langsung membeli jeruk pamelo ke petani jeruk pamelo tanpa
546.220 buah M= Rp 2.500/buah
(74,51%)
546.220 buah M= Rp 855/buah (25,49%)
14.400 buah M= Rp 2.500/buah
(71,43%)
14.400 buah M= Rp 1.000/buah (28,57%)
10.800 buah M= Rp 5.000/buah (33,33%)
10.800 buah M= Rp 10.000/buah (66,67%)
1.500 buah M= Rp 3.500/buah
(3,83%)
Pedagang Pengecer
n = 5 Vol. 10.800
buah/tahun
Pedagang Antar daerah
(n = 5) Vol. 560.620
buah/tahun
Industri RT Pengolahan
Jeruk Pamelo n = 1
Penyedia input/sarana produksi Pupuk Pestisida
Petani pemeliharaan
(n = 45) Vol. 560.920
buah/tahun
Pedagang
(luar pulau)
Ko
ns
um
en
Pedagang (luar
kabupaten)
Sari buah = 7.500 botol
Dodol = 7.500 kotak
Selai = 3.000 botol M= Rp 88.000/buah
(96,17%)
Keterangan:
: Saluran 1
: Saluran 2
: Saluran 3
: Saluran 4
: Saluran 5
: Pelaku utama rantai nilai
: Pelaku pendukung rantai nilai
: Pembelian input
9.000 buah M= Rp 3.000/buah
(100%)
136
melalui perantara pedagang antar daerah ataupun pedagang pengecer.
Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan jeruk pamelo per
buah lebih besar dibanding pelaku rantai nilai lainnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ratniati (Koesmara, 2015:62) bahwa pendapatan yang
didapat sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh setiap pelaku rantai
nilai, dimana semakin tinggi biaya yang dikeluarkan maka akan semakin
tinggi pendapatan yang akan diperoleh oleh setiap pelaku tersebut.
Selain itu, petani juga memperoleh margin yang tinggi dari hasil
penjualan ke pedagang antar daerah pada saluran 1 rantai nilai yaitu
sebesar Rp 2.500/buah dengan perolehan persentase sebesar 74,51%.
Hal ini dikarenakan jumlah produksi yang dipasarkan ke pedagang antar
daerah lebih besar dibanding pelaku utama rantai nilai lainnya serta
sedikitnya pelaku utama yang terlibat. Pada pemasaran komoditas
pertanian sering dijumpai adanya rantai nilai yang panjang yang
melibatkan banyak pelaku rantai. Hanafiah dan Saefuddin menyatakan
bahwa panjang pendeknya saluran rantai nilai yang dilalui tergantung dari
beberapa faktor, yaitu jarak antara produsen dan konsumen, cepat
tidaknya produk rusak, skala produksi, dan posisi keuangan pengusaha.17
17
And, 2013, Teori Pemasaran, http://ilmuandinformasi.blogspot.co.id/2013/06/teori-
pemasaranj_30.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2017 pukul 17.20 wita.
137
5. R/C Ratio dalam Rantai Nilai Jeruk Pamelo
R/C Ratio adalah perbandingan total penerimaan jeruk pamelo
dengan total biaya jeruk pamelo yang dikeluarkan oleh pelaku rantai nilai
utama. Adapun R/C Ratio dari pelaku rantai nilai jeruk pamelo dapat dilihat
pada Tabel 21.
Tabel 21. R/C Ratio Pelaku Rantai Nilai di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pelaku Rantai Nilai
Penerimaan (Rp) Biaya (Rp)
R/C
Total Rata-rata Total Rata-rata
1. Petani 1.487.800.000 31.655.319 349.115.025 7.427.978 4,26
2. Pedagang Antar daerah
1.883.016.500 376.603.300 1.502.253.200 300.450.640 1,25
3. Industri RT Pengolahan
137.250.000 137.250.000 80.261.200 80.261.200 1,71
4. Pedagang Pengecer
162.000.000 32.400.000 91.390.750 18.278.150 1,77
Tabel 21 menunjukkan bahwa pelaku rantai nilai yaitu petani
memperoleh hasil sebesar 4,26, untuk pedagang antar daerah hasil R/C
yang diperoleh sebesar 1,25, untuk industri rumah tangga pengolahan
memperoleh hasil R/C sebesar 1,71 dan pedagang pengecer memperoleh
hasil R/C sebesar 1,77. Pelaku rantai nilai utam yang memiliki nilai R/C
terbesar yaitu petani jeruk pamelo sedangkan yang terendah yaitu
pedagang antar daerah hal ini dikarenakan tingkat biaya yang dikeluarkan
pedagang antar daerah lebih besar dibanding dengan petani. Jadi, dalam
hal ini dilihat dari hasil R/C yang diperoleh, maka usaha pelaku utama
rantai nilai jeruk pamelo tersebut tergolong efisien dan menguntungkan
karena R/C Ratio yang diperoleh >1.
138
6. Analisis Rantai Nilai Berdasarkan Teori Porter
Analisis rantai nilai jeruk pamelo juga menggunakan rantai nilai
Porter yang membagi dalam 2 aktivitas, yaitu aktivitas primer dan aktivitas
pendukung. Menurut Porter dalam ACIAR (2012:9-10) bahwa value chain
memilah-milah perusahaan ke dalam sembilan aktivitas yang secara
strategis relevan guna memahami perilaku biaya. aktivitas nilai dibagi
menjadi dua jenis, yaitu: aktivitas primer yang artinya aktivitas yang terlibat
secara langsung dalam penciptaan produk secara fisik, penjualan dan
penyampaian pada pembeli termasuk purna jualnya Aktivitas pendukung
yang artinya aktivitas pendukung aktivitas primer dalam melakukan
operasinya agar berjalan lebih baik. Pelaku utama pada analisis rantai
nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Kecamatan
Ma’rang Kabupaten Pangkep antara lain: petani, pedagang antar daerah,
industri rumah tangga pengolahan dan pedagang pengecer.
a. Petani
Petani merupakan pelaku utama pertama (pemeliharaan) dari
rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang
Kabupaten Pangkep. Petani melakukan aktivitas utama dan aktivitas
pendukung dalam berusahatani sampai kepada hasil produksi berupa
buah jeruk pamelo segar milik petani siap untuk didistribusikan ke pelaku
utama berikutnya. Terdapat 5 aktivitas pendukung dan 5 aktivitas utama
yang dikaukan oleh petani jeruk pamelo. Aktivitas utama diantaranya
adalah logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, penjualan dan
139
pemasaran serta pelayanan sedangkan aktivitas pendukung petani
diantaranya infrastruktur usahatani petani, manajemen sumberdaya
manusia, pengembangan teknologi serta pembelian/pengadaan. Adapun
analisis rantai nilai petani jeruk pamelo berdasarkan teori Porter dapat
dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Analisis Rantai Nilai Petani berdasarkan Teori Porter di Desa
Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat aktivitas utama dan
aktivitas pendukung yang dilakukan oleh petani pada analisis rantai nilai
jeruk pamelo berdasarkan teori Porter. Aktivitas utama petani dalam
rantai nilai jeruk pamelo antara lain:
1) Logistik ke Dalam
Petani sebagai produsen jeruk pamelo yang lahan usahataninya
berstatus sebagai lahan kepemilikan sendiri. Saat ini, lahan usahatani
jeruk pamelo milik petani tidak dilakukan pembibitan karena tanaman
jeruk pamelo di lokasi penelitian bila dilihat dari umur tanaman tersebut
Aktivitas Utama
Aktivitas p
end
uku
ng
Infrastruktur Usahatani
(Tabungan, bimbingan teknis penyuluh)
Manajemen Sumberdaya Manusia (Perekrutan, bimbingan teknis, penugasan kerja, serta pemberian upah)
Pengembangan Teknologi (Negosiasi via telepon, penggunaan hand sprayer dan mesin pompa air, e-payment)
Pembelian/Pengadaan (Pengadaan alat pertanian mendukung aktivitas pemeliharaan tanaman jeruk pamelo)
Logistik ke Dalam
(Pembelian pupuk, pestisida dan herbisida)
Operasi
(Pemeliharaan tanaman jeruk
pamelo)
Logistik ke Luar
(Pendistribusian buah jeruk pamelo)
Penjualan & Pemasaran
(Penetapan harga jual, penjualan buah)
Pelayanan (Komunikasi yang baik)
MARGIN
140
masih dikategorikan kedalam tanaman yang produktif dalam berbuah
sehingga dalam kategori aktivitas utama logistik ke dalam petani
membersiapkan bahan penunjang seperti pupuk, pestisida dan
herbisida sebesar Rp 3.251.000 per petani atau Rp 4.063.750 per Ha
dalam menunjang kegiatan dalam mengolah lahan usahatani jeruk
pamelo miliknya.
2) Operasi
Kegiatan operasi yang dilakukan petani jeruk pamelo di lahan
usahatani miliknya hanya berperan melakukan pemeliharaan tanaman
jeruk pamelo antara lain: pemangkasan, pemupukan, penyiraman,
serta pengendalian OPT. Kegiatan pemeliharaan lahan usahatani jeruk
pamelo menggunakan alat-alat pertanian sehingga mengeluarkan
biaya rata-rata penyusutan alat per musim sebesar Rp 185.404 per
petani atau Rp 231.755 per Ha.
3) Logistik ke Luar
Aktivitas utama pada logistik ke luar, petani mendistribusikan hasil
usahataninya yaitu jeruk pamelo ke tiga pelaku utama lainnya seperti
pedagang antar daerah, industri rumah tangga pengolahan dan
pedagang pengecer.
4) Penjualan dan Pemasaran
Dalam melakukan penjualan hasil usahatani jeruk pamelo, petani
melakukan penetapan harga terhadap buah jeruk pamelo yang
disesuaikan dengan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya yang
mendukung dalam proses usahatani jeruk pamelonya. Penjualan dan
141
pemasaran jeruk pamelo dilakukan di lahan usahatani jeruk pamelo
kepada pedagang antar daerah, pedagang pengecer maupun industri
rumah tangga pengolahan jeruk pamelo. Hasil penjualan jeruk
pamelo petani ke pedagang antar daerah rata-rata sebanyak
546.620 buah sebesar Rp 1.401.550.000 atau sebesar Rp 2.500 per
buah, pedagang pengecer sebanyak 10.800 buah Rp 54.000.000
atau Rp 5.000 per buah, industri rumah tangga sebanyak 1.500 buah
sebesar Rp 5.250.000 atau Rp 3.500 per buah dan pedagang
(luar kabupaten) sebanyak 9.000 buah sebesar Rp 27.000.000 atau
Rp 3.000 per buah.
5) Pelayanan
Dalam hal aktivitas pelayanan, petani berusaha sebaik mungkin
berkomunikasi dengan baik terhadap pelanggannya dalam hal
bernegoisasi mengenai penetapan harga maupun pendistribusian jeruk
pamelo.
Selain aktivitas utama, petani juga melakukan aktivitas pendukung
dalam usahataninya. Adapun aktivitas pendukung yang dilakukan oleh
petani dalam rantai nilai jeruk pamelo berdasarkan teori Porter antara lain:
1) Infrastruktur Usahatani Jeruk Pamelo Petani
Aktivitas pada inftrastruktur/administrasi usahatani jeruk pamelo petani
terdiri dari keuangan dan bimbingan teknis penyuluh yang dalam
berusahatani. Keuangan petani berupa tabungan yang diperoleh dari
hasil penjualan jeruk pamelo panen sebelumnya dikelola untuk
membiayai seluruh kegiatan usahataninya untuk satu kali panen
142
berikutnya. Selain itu, petani juga mendapatkan bimbingan teknis
budidaya jeruk pamelo dari penyuluh dalam hal ini perpanjangan
tangan dari pemerintah setempat.
2) Manajemen Sumberdaya Manusia
Tenaga kerja yang dimiliki oleh petani jeruk pamelo berasal dari
masyarakat sekitar ataupun keluarga dekat. Untuk mendapatkan
tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman jeruk pamelo tidaklah sulit,
karena banyak masyarakat sekitar atau keluarga dekat petani yang
masih membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Sifat ikatan kerja pada pemeliharaan pada tanaman jeruk
pamelo bersifat harian. Setiap harinya pedagang antar daerah
mendapatkan upah sebesar Rp 50.000 per HOK Rp 3.668.393 per
petani atau jika lahan petani seluas 1 Ha, petani mengeluarkan upah
buruh tani sebesar Rp 4.585.491. Para tenaga kerja petani untuk
pemeliharaan tanaman jeruk pamelo tidak menetapkan kualifikasi
khusus untuk para pekerjanya, hanya kesanggupan tenaga kerja
berkerja di lahan usahataninya. Tiap periode pemeliharaan jeruk
pamelo, pengangkatan tenaga kerja tidak bersifat tetap. Petani juga
memberikan arahan kepada para pekerja dalam memelihara tanaman
jeruk pamelo.
3) Pengembangan Teknologi
Pada pengembangan teknologi, petani jeruk pamelo saat ini dalam
bernegosiasi mengenai penetapan harga dan memasarkan hasil
usahataninya setelah siap untuk dipanen. Selain itu, petani juga sudah
143
menggunakan hands sprayer dan pompa air saat proses pemeliharaan
tanaman jeruk pamelo, tidak lagi menimba air dari sumur untuk
penyiraman tanaman jeruk pamelo. Petani melakukan transaksi ke
pedagang antar daerah menggunakan e-payment untuk memudahkan
dalam penjualan hasil produksinya.
4) Pembelian/Pengadaan
Aktivitas pendukung petani pada aktivitas pembelian/pengadaan,
seperti alat produksi dalam mendukung aktivitas utama yaitu operasi
seperti pemeliharaan usahatani jeruk pamelo, petani mendapatkannya
dari pelaku pendukung yaitu penyedia sarana produksi yang menjual
pupuk, pestisida dan herbisida.
b. Pedagang Antar Daerah
Pedagang antar daerah merupakan pelaku utama kedua (antar
daerahan) dari rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe
Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep. Pedagang antar daerah
melakukan aktivitas utama dan aktivitas pendukung dalam melakukan
kegiatan usahanya mengumpulkan jeruk pamelo dari petani jeruk pamelo
dan mendistribusikannya ke pelaku berikutnya seperti pedagang (luar
pulau) dan pedagang (luar kabupaten). Adapun analisis rantai nilai petani
jeruk pamelo berdasarkan teori Porter dapat dilihat pada Gambar 11.
144
Gambar 11. Analisis Rantai Nilai Pedagang Antar Daerah Berdasarkan
Teori Porter di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat aktivitas utama dan
aktivitas pendukung yang dilakukan oleh pedagang antar daerah pada
analisis rantai nilai jeruk pamelo berdasarkan teori Porter. Aktivitas utama
pedagang antar daerah dalam rantai nilai jeruk pamelo antara lain:
1) Logistik ke Dalam
Logistik ke dalam pada pedagang antar daerah terdapat 2 aktivitas
utama yang dilakukan yaitu pedagang melakukan penunjauan ke lahan
usahatani petani jeruk pamelo yang diajak bermitra setelah petani
menghubungi pedagang antar daerah saat usatani jeruk pamelonya
sudah siap panen. Kemitraan yang terjalin sudah dilakukan dari
beberapa tahun sebelumnya. Pembelian jeruk pamelo pada tahun
2016, jeruk pamelo yang dibeli pedagang antar daerah dari petani
responden sebanyak 45 orang sebanyak 560.620 buah atau rata-rata
pasokan jeruk pamelo petani sebanyak 112.124 buah.
Aktivitas p
end
uku
ng
Aktivitas Utama
Manajemen Sumberdaya Manusia (Perekrutan, bimbingan teknis, penugasan kerja, serta pemberian upah)
Pengembangan Teknologi
(Negosiasi via telepon, e-payment)
Pengadaan (sarana dan prasarana penunjang aktivitas operasi)
Logistik ke Dalam
(Pengecekan ke lahan usahatani jeruk pamelo, penerimaan
jeruk pamelo)
Operasi
(Pemanenan dan
pengangkutan ke pedagang
besar)
Logistik ke Luar
(Pengiriman jeruk pamelo
ke antar pulau)
Penjualan & Pemasaran
(Penetapan harga jual, penjualan buah jeruk dalam
jumlah besar)
Pelayanan (Komunikasi yang baik)
Infrastruktur Perusahaan (Keuangan berupa kas)
MARGIN
145
2) Operasi
Kegiatan operasi yang dilakukan oleh pedagang antar daerah yaitu
melakukan pemanenan langsung di lahan usahatani petani jeruk
pamelo dan mengangkut jeruk pamelo tersebut ke gudang sementara
pedagang antar daerah sebelum jeruk pamelo didistribusikan ke
pedagang (luar pulau). Hal ini dikarenakan pedagang pamelo ingin
memilih sendiri jeruk pamelo mana yang sudah layak dipetik/dipanen
dan tidak ingin lagi melakukan sortasi setelah pemanenan karena
pengiriman jeruk pamelo ke pedagang (luar pulau) biasanya
dilakukan pada malam hari setelah pemanenan dilakukan pada
pagi hari sampai dengan sore hari. Biasanya pemanenan jeruk pamelo
dalam sehari sekitar ± 7.000 buah per hari. Kegiatan operasi
mengeluarkan biaya penyusutan alat sebesar Rp 11.512.500 atau
rata-rata biaya sebesar Rp 2.302.500.
3) Logistik ke Luar
Logistik ke luar yang dilakukan oleh pedagang antar daerah yaitu
mendistribusikan hasil antar daerahan jeruk pamelo dari pemanenan di
lahan usahatani petani jeruk pamelo ke pedagang (luar pulau) dan
pedagang (luar kabupaten) sesuai dengan permintaannya.
Pendistribusian ke pedagang (luar pulau) dilakukan melalui jalur darat
(Pangkep-Pelabuhan di Makassar) dan jalur laut (Pelabuhan di
Makassar ke Pelabuhan Tanjung Priok) sedangkan pendistribusian
jeruk pamelo ke pedagang (luar kabupaten) dilakukan melalui jalur
146
darat (Pangkep ke Polmas). Aktivitas pendistribusian ke pedagang (luar
pulau) dilakukan oleh pedagang antar daerah yang biaya
pendistribusiannya ditanggung oleh pedagang (luar pulau).
4) Penjualan dan Pemasaran
Dalam melakukan penjualan jeruk pamelo, pedagang antar daerah
melakukan penetapan harga terhadap buah jeruk pamelo yang
disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan pada aktivitas operasi
pedagang antar daerah serta biaya variabel lainnya. Penjualan dan
pemasaran jeruk pamelo ke pedagang besar (antar pulau) dilakukan
dengan kapasitas yang besar yang diangkut oleh kontainer sedangkan
ke pedagang pengecer (antar kabupaten) dilakukan dengan kuantitas
jeruk pamelo lebih kecil dibanding pedagang besar. Penjualan
ke pedagang (luar pulau) sebanyak 546.220 sebesar Rp
1.832.616.500, jika dirata-ratakan sebesar 336.523.300 dan penjualan
ke pedagang (luar kabupaten) sebesar Rp 50.400.000.
5) Pelayanan
Secara garis besar, bentuk pelayanan pedagang antar daerah ke
pedagang besar (antar pulau) dan pedagang pengecer (antar
kabupaten) diusahakan komunikasi yang terjalin dengan baik dalam
hal pendistribusian dan penetapan harga jual jeruk pamelo, agar ke
depannya kerjasama bisnis terus terjalin dengan baik dan saling
menguntungkan. Pendistribusian yang cepat dan langsung kepada
pedagang besar (antar pulau) dan pedagang pengecer (antar
kabupaten) merupakan pelayanan yang diberikan juga oleh pedagang
147
antar daerah dengan alasan untuk menghindari penurunan kualitas
kesegaran jeruk pamelo setelah dipanen oleh pedagang antar daerah.
Selain aktivitas utama, pedagang antar daerah juga melakukan
aktivitas pendukung dalam usahanya. Adapun aktivitas pendukung yang
dilakukan oleh pedagang antar daerah dalam rantai nilai jeruk pamelo
berdasarkan teori Porter antara lain:
1) Infrastruktur Pedagang Antar daerah
Aktivitas infrastruktur/administrasi pedagang antar daerah jeruk pamelo
berupa simpanan/tabungan yang digunakan untuk pembiayaan
pelaksanaan proses aktivitas utama pedagang antar daerah yaitu
operasi dan logistik ke luar serta aktivitas pendukung yang mendukung
jalannya kegiatan usaha pedagang antar daerah jeruk pamelo sampai
kepada proses penjualan dan pemasaran jeruk pamelo pedagang
antar daerah. Tabungan ini diperoleh dari hasil penjualan jeruk pamelo
sebelumnya dan dipakai sebagai modal utama untuk pembelian jeruk
pamelo pada musim panen jeruk pamelo berikutnya.
2) Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen sumberdaya manusia yang dilakukan oleh pedagang antar
daerah adalah melakukan perekrutan buruh tani yang siap kerja yaitu
memanen jeruk pamelo di lahan usahatani petani jeruk pamelo sampai
dengan jeruk pamelo siap didistribusikan/masuk ke dalam peti
kontainer yang diangkut dari lokasi gudang penyimpanan jeruk pamelo
hasil antar daerahan dari lahan usahatani petani jeruk pamelo.
Perekrutan buruh tani yang dilakukan pedagang antar daerah tidaklah
148
sulit, karena buruh tani yang dipekerjakannya adalah tetangga yang
membutuhkan pekerjaan untuk menafkahi keluarganya. Selain
perekrutan, pedagang juga melakukan bimbingan teknis secara
singkat cara memanen buah jeruk pamelo yang siap untuk dipanen.
Setiap buruh tani diberi upah harian sebanyak Rp 50.000 per HOK
atau Rp 79.198.500 dengan rata-rata sebesar Rp 15.839.700.
3) Pengembangan Teknologi
Pengembangan teknologi yang dimanfaatkan oleh pedagang antar
daerah adalah memanfaatkan teknologi seluler untuk bernegosiasi
harga, kuantitas dan kualitas jeruk pamelo yang didistribusikan ke
pedagang (luar pulau) maupun pedagang (luar kabupaten). Dalam hal
pembayaran, pedagang antar daerah mengunakan e-payment untuk
bertransaksi jeruk pamelo. E-payment memudahkan pedagang antar
daerah dan pedagang besar (antar pulau) melakukan jual-beli jeruk
pamelo yang didistribusikan sedangkan pembayaran jeruk pamelo dari
pedagang (luar kabupaten) menggunakan e-payment maupun tunai ke
pedagang antar daerah. Sistem pembayaran dari pedagang (luar
pulau) dilakukan secara bertahap, yaitu 50% pembayaran dilakukan
saat jeruk pamelo hendak dikirim ke lokasi penjualan pedagang (luar
pulau) dan 50% berikutnya setelah jeruk pamelo tiba di lokasi
penjualan pedagang (luar pulau).
149
4) Pengadaan/Pembelian
Pengadaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas operasi
pedagang antar daerah diperoleh dari pelaku pendukung yaitu toko
alat pertanian, serta jasa penyedia angkut yang merupakan lembaga
ekonomi individu yang menyediakan pengangkutan yang mendukung
aktivitas pendistribusian jeruk pamelo pedagang antar daerah.
Pengadaan/pembelian alat panen jeruk pamelo sebesar Rp 147.500
dan bensin yang digunakan sebagai bahan bakar mobil pick-up milik
pedagang antar daerah untuk mengangkut jeruk pamelo dari lahan
usahatani jeruk pamelo ke lokasi penjualan jeruk pamelo pedagang
antar daerah sebesar Rp 425.000.
c. Industri Rumah Tangga Pengolahan
Industri rumah tangga pengolahan merupakan pelaku utama ketiga
(pengolahan) dari rantai nilai jeruk pamelo di Desa Punranga Kecamatan
Ma’rang Kabupaten Pangkep. Industri rumah tangga pengolahan
melakukan aktivitas utama dan aktivitas pendukung dalam melakukan
kegiatan usahanya mengolah jeruk pamelo dari petani jeruk pamelo
menjadi suatu produk olahan seperti sari buah, dodol dan selai. Adapun
analisis rantai nilai industri rumah tangga pengolahan berdasarkan teori
Porter dapat dilihat pada Gambar 12.
150
Gambar 12. Analisis Rantai Nilai Industri Rumah Tangga Pengolahan
Berdasarkan Teori Porter di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Gambar 12 menunjukkan bahwa terdapat aktivitas utama dan
aktivitas pendukung yang dilakukan oleh industri rumah tangga
pengolahan pada analisis rantai nilai jeruk pamelo berdasarkan teori
Porter. Aktivitas utama pedagang antar daerah dalam rantai nilai jeruk
pamelo antara lain:
1) Logistik ke Dalam
Aktivitas industri rumah tangga pengolahan pada logistik ke dalam,
pemilik industri melakukan pemilihan buah jeruk pamelo sesuai SOP
yang diinginkan untuk mengolah jeruk pamelo menjadi sari buah, dodol
dan selai jeruk pamelo. Setelah itu, petani memanen jeruk pamelo
yang sudah dipilih oleh pemilik industri rumah tangga pengolahan
sesuai jumlah pesanan. Setelah itu, pemilik industri rumah tangga
pengolahan menyewa mobil angkut untuk mengangkut jeruk pamelo
Aktivitas p
end
uku
ng
Aktivitas Utama
Infrastruktur Perusahaan/Administrasi Umum (Keuangan, SOP pengolahan jeruk pamelo, bimbingan teknis dan bantuan alat APBN oleh Dinas
Tanaman Pangan & Peternakan)
Manajemen Sumberdaya Manusia (Perekrutan, bimbingan teknis, penugasan kerja, serta pemberian upah)
Pengembangan Teknologi Pemeras buah elektrik, sealer
Pengadaan (Pembelian bahan penunjang dan alat produksi pengolahan jeruk pamelo)
Logistik ke Dalam
(Pemilihan buah ke lahan usahatani jeruk
pamelo, penerimaan buah jeruk pamelo)
Operasi
(Pengolahan jeruk pamelo: pencucian,
pengupasan, pemerasan,
pemasakan dan penghalusan, pencampuran, pendinginan,
penstarilan sampai pengemasan)
Logistik ke Luar
(Distribusi produk yang sudah siap
dipasarkan ke konsumen
berupa: sari buah, dodol dan selai)
Penjualan & Pemasaran (Penetapan
harga produk, promosi saat
pameran produk daerah)
Pelayanan (Membawa produk pesanan ke tempat konsumen, ramah terhadap konsumen)
MARGIN
151
ke lokasi industri rumah tangga pengolahan. Total buah jeruk pamelo
yang dibeli oleh industri rumah tangga pengolahan dari petani jeruk
pamelo sebanyak 1.500 buah dengan harga Rp 5.250.000 atau
sebesar Rp 3.500 per buah.
2) Operasi
Aktivitas operasi yang dilakukan oleh industri rumah tangga
pengolahan adalah mengolah jeruk pamelo menjadi sari buah, dodol
dan selai jeruk pamelo. Produk sari buah, dodol dan selai jeruk pamelo
dilakukan melalui beberapa tahap pengolahan yaitu pencucian,
pengupasan, pemerasan, pemasakan dan penghalusan,
pencampuran, pendinginan, penstarilan sampai dengan pengemasan
ketiga produk tersebut. Industri RT pengolahan mengubah jeruk
pamelo menjadi suatu produk seperti sari buah, dodol dan selai
dengan masa kadaluarsa sekitar 3 – 4 bulan. Dalam hal ini, produk
olahan tersebut yang diproduksi oleh industri rumah tangga
pengolahan sudah dalam bentuk yang siap dikonsumsi langsung.
Biasanya sekali produksi dilakukan paling banyak sekitar 125 buah
jeruk pamelo segar. Buah jeruk pamelo yang diolah adalah daging
buah yang diperas dibuat menjadi sari buah, ampas daging buah jeruk
pamelo dibuat dodol serta kulit yang bergabus jeruk pamelo dibuat
menjadi selai. Jadi, hanya kulit luar dan kulit ari yang melekat pada
daging buah saja yang tidak digunakan.
152
3) Logistik ke Luar
Aktivitas logistik ke luar industri rumah tangga pengolahan adalah
mendistribusikan produk sari buah, dodol dan selai yang sudah
dikemas dan siap untuk dipasarkan langsung ke konsumen akhir.
Pemilik industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
mendistribusikan langsung produk olahannya ke pelanggan yang
memesan produknya.
4) Penjualan dan Pemasaran
Sebelum produk dijual ke pasaran, pemilik industri rumah tangga
terlebih dahulu menetapkan harga disesuaikan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam menunjang produksi pengolahan jeruk
pamelo. Penjualan dan pemasaran produk olahan jeruk pamelo
dipasarkan ke pameran daerah setempat dan bila ada pesanan dari
konsumen (made by order) hal ini dikarenakan pemasaran masih
minimnya sistem pengenalan produk terhadap konsumen dan bahan
baku yang sesuai dengan kriteria pengolahan tersedia hanya pada
saat panen raya saja. Kemasan produk olahan masih terbilang
sederhana, yaitu pada sari buah berupa botol plastik yang diberi label,
kemasan dodol berupa kotak kecil yang berlabel serta kemasan selai
juga berupa botol selai yang diberi label. Penjualan produk olahan
jeruk pamelo mendapatkan penerimaan sebesar Rp 137.250.000
dengan pembagian penerimaan setiap produk berbeda-beda, untuk
153
sari buah sebesar Rp 26.250.000 atau Rp 3.500 per botol, dodol
sebesar Rp 75.000.000 atau Rp 10.000 per kotak dan selai sebesar
Rp 36.000.000 atau Rp 12.000 per botol.
5) Pelayanan
Aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemilik industri rumah tangga
pengolahan jeruk pamelo kepada pelanggan biasanya pelanggan
hanya menghubungi pemilik via telepon dan memesan produk jeruk
pamelo yang diproduksi. Setelah produk dibuat, barulah pemilik
industri rumah tangga pengolahan membawa produk tersebut ke
pelanggan yang memesan produknya. Keramahan dan komunikasi
yang baik juga merupakan bentuk pelayanan yang diberikan ke
pelanggannya.
Selain aktivitas utama, pedagang antar daerah juga melakukan
aktivitas pendukung dalam usahanya. Adapun aktivitas pendukung yang
dilakukan oleh pedagang antar daerah dalam rantai nilai jeruk pamelo
berdasarkan teori Porter antara lain:
1) Infrastruktur Industri Rumah Tangga Pengolahan
Aktivitas inftrastruktur industri rumah tangga pengolahan, terdiri dari
keuangan dan bimbingan teknis maupun bantuan alat APBN oleh
pemerintah melalui pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan.
Keuangan industri rumah tangga berupa tabungan yang dimilikinya
dikelola untuk membeli bahan penunjang maupun serta upah para
pekerja industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo. Bantuan alat
APBN oleh pemerintah setempat digunakan sebaik mungkin untuk
154
memproduksi/mengolah jeruk pamelo. Pemilik industri rumah tangga
memiliki SOP proses pengolahan jeruk pamelo sebagai acuan dalam
memproduksi produknya, diantara SOP proses pengolahan sari buah,
dodol dan selai jeruk pamelo.
2) Manajemen Sumberdaya Manusia
Industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo memiliki buruh industri
rumah tangga pengolahan yang juga berasal dari kerabat dekat yaitu
tetangga lokasi industri rumah tangga pengolahan. Perekrutan buruh
industri rumah tangga pengolahan tidaklah susah karena tidak memilik
persyaratan khusus untuk merekrut buruh industri rumah tangga
pengolahan. Selain itu, pemilik memberikan bimbingan teknis kepada
para buruh industri rumah tangga pengolahan sesuai dengan SOP
yang ada. Pemilik industri rumah tangga pengolahan juga memberikan
upah kepada buruh industri rumah tangga pengolahan yang
dipekerjakannya. Biaya yang dikeluarkan untuk upah buruh industri
sebesar Rp 50.000 per HOK atau sebanyak 128,43 HOK sebesar
Rp 6.421.000.
3) Pengembangan Teknologi
Dalam melakukan proses produksi pengolahan jeruk pamelo, ada
beberapa alat yang digunakan untuk memudahkan jalannya proses
produksi pengolahan jeruk pamelo diantara penggunakan pemeras
buah elektrik dan sealer. Jeruk pamelo tidak diperas menggunakan
saringan besi atau plastik lagi dan dalam pengemasan produk
155
menggunakan sealer agar kemasan produk dalam bentuk botol selai dan
botol sari buah lebih mudah melakukan penyegelan agar terlihat dengan
baik dan juga rapi sebelum dijual ke konsumen.
4) Pembelian/Pengadaan
Aktivitas pengadaan terdiri atas pembelian bahan penunjang serta
pengadaan alat produksi dari bantuan APBN pemerintah setempat.
Aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang tidak lepas dari aktivitas
utama yaitu operasi berupa pengolahan jeruk pamelo menjadi sari
buah, dodol dan selai jeruk pamelo. Pembelian bahan penunjang
diperoleh dari beberapa sumber, yaitu toko bahan makanan serta
pasar tradisional. Bahan penunjang untuk pengolahan bahan baku
yaitu jeruk pamelo sangat mudah didapatkan oleh pemilik industri
rumah tangga pengolahan. Biaya bahan penunjang untuk
mengolah jeruk pamelo sebanyak 1.500 buah sebesar Rp 66.784.200
atau Rp 44.522 per buah.
d. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer merupakan pelaku utama keempat
(perdagangan) dari rantai nilai jeruk pamelo di Desa Padang Lampe
Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep. Pedagang pengecer melakukan
aktivitas utama dan aktivitas pendukung dalam melakukan kegiatan
usahanya memasarkan langsung jeruk pamelo ke konsumen yang
dibelinya dari petani. Adapun analisis rantai nilai petani jeruk pamelo
berdasarkan teori Porter dapat dilihat pada Gambar 13.
156
Gambar 13. Analisis Rantai Nilai Pedagang Pengecer Berdasarkan Teori
Porter di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Gambar 13 menunjukkan bahwa terdapat aktivitas utama dan
aktivitas pendukung yang dilakukan oleh pedagang pengecer pada
analisis rantai nilai jeruk pamelo berdasarkan teori Porter. Aktivitas utama
pedagang antar daerah dalam rantai nilai jeruk pamelo antara lain:
1) Logistik ke Dalam
Aktivitas logistik ke dalam pada pedagang pengecer, yaitu aktivitas
pedagang pengecer melakukan aktivitas berupa pengecekan langsung
ke lahan usahatani petani jeruk pamelo untuk memeriksa jeruk pamelo
sebelum dipanennya. Pembelian jeruk pamelo dari petani sebesar
Rp 54.000.000 atau Rp 5.000 per buah.
Aktivitas p
end
uku
ng
Pelayanan (Keramahan kepada pelanggan, Melayani pelanggan dengan baik)
Aktivitas Utama
Infrastruktur Perusahaan (Keuangan: modal sendiri)
Manajemen Sumberdaya Manusia (Perekrutan, penugasan kerja, serta pemberian upah)
Pengembangan Teknologi (Negosiasi penetapan harga via telepon)
Pengadaan (Pembelian sarana dan prasarana penunjang aktivitas operasi jeruk pamelo)
Logistik ke Dalam
(Pengecekan ke lahan usahatani jeruk pamelo,
penerimaan buah jeruk pamelo)
(Pembelian jeruk
pamelo di pedagang antar
daerah
Operasi
(Pemanenan, pengangkutan ke
kios, pembersihan
buah) (Pengangkutan, pembersihan, penyimpanan)
Logistik ke Luar
(Penjualan buah jeruk
pamelo segar)
Penjualan & Pemasaran (Penetapan harga jual,
penjualan buah segar)
MARGIN
157
2) Operasi
Aktivitas operasi pedagang pengecer yaitu melakukan aktivitas operasi
berupa pemanenan, pengangkutan ke kios dan pembersihan buah
jeruk pamelo sebelum dijual ke konsumen. Pembersihan buah jeruk
pamelo dilakukan dengan cara menyikat permukaan kulit jeruk pamelo
dari kotoran-kotoran yang melekat lalu dikeringkan dengan lap kering.
Kegiatan operasi mengeluarkan biaya penyusutan alat sebesar Rp
5.732.500 dengan rata-rata biaya sebesar Rp 1.146.500.
3) Logistik ke Luar
Aktivitas logistik ke luar pedagang pengecer yaitu melakukan
penjualan buah jeruk pamelo segar ke konsumen yang melewati
daerah penjualan buah yang ada di sepanjang jalan Kecamatan
Ma’rang, Kabupaten Pangkep.
4) Penjualan dan Pemasaran
Dalam melakukan penjualan jeruk pamelo, pedagang antar daerah
sebelumnya menetapkan harga jual sebelum dijual ke konsumen yang
disesuaikan dengan biaya variabel yang dikeluarkan pedagang antar
daerah (antar kabupaten). Penjualan jeruk pamelo dilakukan di tempat
strategis agar semua warga daerah Polmas dengan mudah membeli
jeruk pamelo. Harga jual pedagang pengecer ke konsumen sebanyak
10.800 buah sebesar Rp 162.000.000 atau Rp 15.000 per buah.
158
5) Pelayanan
Keramahan dan pelayanan yang baik bagi pelanggan merupakan hal
penting yang dilakukan oleh pedagang antar daerah untuk menarik
perhatian pelanggan. Keramahan membuat pelanggan dengan senang
hati membeli jeruk pamelo.
Selain aktivitas utama, pedagang antar daerah juga melakukan
aktivitas pendukung dalam usahanya. Adapun aktivitas pendukung yang
dilakukan oleh pedagang antar daerah dalam rantai nilai jeruk pamelo
berdasarkan teori Porter antara lain:
1) Infrastruktur Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer dalam aktivitas pendukung yaitu aktivitas
infrastruktur berupa keuangan yang merupakan modal sendiri dalam
melakukan usahanya. Pedagang pengecer memiliki simpanan uang
untuk membeli jeruk pamelo beserta mengeluarkan biaya variabel
demi mendukung usahanya.
2) Manajemen Sumberdaya Manusia
Aktivitas manajemen sumberdaya manusia yang dilakukan oleh
pedagang pengecer yaitu perekrutan, penugasan serta pemberian
upah kepada pekerjanya. Perekrutan dan penugasan kerja hal yang
tidak sulit karena pekerja dari pedagang pengecer adalah keluarga
atau kerabat dekat yang sudah memiliki pengalaman dengan budidaya
jeruk pamelo. Pedagang pengecer member upah yang dihitung secara
harian kepada setiap pekerjanya sebesar Rp 50.000 per HOK atau
428,96 HOK sebesar Rp 20.850.500.
159
3) Pengembangan Teknologi
Aktivitas pendukung berupa pengembangan teknologi tidak diterapkan
dalam aktivitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer.
4) Pembelian/Pengadaan
Aktivitas pembelian/pengadaan yang dilakukan oleh pedagang
pengecer adalah membeli sarana dan prasarana yang menunjang
berlangsungnya kegiatan operasi atau usaha dari pedagang
pengecer jeruk pamelo sebesar Rp 1.902.750 dengan biaya rata-rata
Rp 380.550.
F. Nilai Tambah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu
proses produksi. Nilai tambah yang dihitung pada analisis rantai nilai
adalah nilai tambah yang diperoleh dari setia pelaku rantai nilai yang
terlibat pada jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa Punranga
Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep. Adapun hasil dari analisis nilai
tambah setiap pelaku rantai nilai yang digunakan menurut Metode Hayami
dapat dilihat sebagai berikut:
160
1. Analisis Nilai Tambah Petani Jeruk Pamelo
Nilai tambah pada petani jeruk pamelo dihitung dari hasil
pengurangan dari nilai output jeruk pamelo dikurangi dengan
sumbangan input lain dan harga bahan baku petani jeruk pamelo. Analisis
rantai nilai tambah petani jeruk pamelo untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 22.
Tabel 22. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Variabel
Petani
Pedagang Antar
daerah
Pedagang Pengecer
Industri RT Pengolahan
Pedagang Luar Kab
Output, Input dan Harga
1. Output (Buah/tahun) 560.620 10.800 1.500 9.000
2. Bahan baku (Pohon) 5.551 114 16 90
3. Tenaga kerja (HOK) 3.334,48 72,77 11,4 29,64
4. Faktor konversi (1/2) 100,99 94,73 93,75 100
5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,60 0,63 0,71 0,32
6. Harga produk (Rp/Buah) 2.500 5.000 3.500 3.000
7. Upah rata-rata 50.000 50.000 50.000 50.000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/Pohon) 0 0 0 0
9. Sumbangan input lain (Rp/pohon)
30.061 31.868 32.444 41.966
10. Nilai output (Rp/pohon) (4x6) 252.475 473.650 328.125 300.000
11. a. Nilai tambah (10-9-8) 222.414 441.782 295.681 258.034
b. Rasio nilai tambah ((11a/10)x100%)
88,09 93,27 90,11 86,01
12. a. Imbalan tenaga kerja (5x7) 30.000 31.500 35.500 16.000
b. Bagian Tenaga kerja ((12a/11a)x100%)
13,48 7,13 12,00 6,20
13. a. Keuntungan (11a-12a) 192.414 410.282 260.181 242.034
b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%)
86,51 92,86 87,99 93,79
Tabel 22 menunjukkan bahwa pada petani jeruk pamelo bahan
bakunya berasal dari lahan usahataninya yaitu tanaman jeruk pamelo
yang outputnya berupa buah jeruk pamelo. Tanaman jeruk pamelo
sebanyak 5.551 pohon menghasilkan 560.620 buah yang dijual ke
161
pedagang antar daerah, sebanyak 114 pohon menghasilkan 10.800
buah yang dijual ke pedagang pengecer, 16 pohon menghasilkan 1.500
buah yang dijual ke industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo dan
90 pohon menghasilkan 9.000 buah yang dijual ke pedagang (luar
kabupaten). Harga produk atau harga jual petani ke setiap pelaku rantai
nilai berbeda-beda. Petani menjual jeruk ke pedagang antar daerah
seharga Rp 2.500/buah, ke pedagang pengecer seharga Rp 5.000/buah,
industri rumah tangga pengolahan petani menjual seharga Rp 3.500/buah
dan pedagang (luar kabupaten) seharga Rp 3.000/buah. Faktor konversi
petani ke pedagang antar daerah yang didapat adalah sebesar 100,99,
petani ke pedagang pengecer sebesar 94,73, petani ke industri rumah
tangga pengolahan sebesar 93,75 dan petani ke pedagang (luar
kabupaten) sebesar 100. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap
proses produksi atau pemeliharaan 1 pohon jeruk pamelo menghasilkan
100,99 buah jeruk pamelo. Faktor konversi merupakan perbandingan
penggunaan bahan baku dengan jeruk pamelo yang dihasilkan. Faktor
konversi ini dikaitkan dengan besarnya jumlah produksi. Total HOK tenaga
kerja petani untuk pemeliharaan 5.551 pohon sebesar 3.334,48 HOK,
pemeliharaan sebanyak 114 pohon sebesar 72,77 HOK, pemeliharaan
sebanyak 16 pohon sebesar 11,4 HOK dan pemeliharaan sebanyak 90
pohon sebesar 29,64 HOK. Upah rata-rata setiap tenaga kerja petani
Rp 50.000 per HOK.
162
Harga bahan baku pada analisis nilai tambah jeruk pamelo tidak
ada karena tanaman jeruk pamelo merupakan tanaman musiman yang
panen setiap tahunnya tanpa perlu menggunakan bibit baru setiap
tahunya. Sumbangan input lain berupa biaya yang dikeluarkan selain
biaya bahan baku dan upah tenaga kerja untuk mengolah 1 pohon
tanaman jeruk pamelo. Sumbangan input lain dari petani untuk
pemeliharaan 5.551 pohon tanaman jeruk pamelo sebesar Rp 30.061 per
pohon, pemeliharaan 114 pohon tanaman jeruk pamelo sebesar Rp
31.868 per pohon dan sumbangan input lain untuk pemeliharaan 16
pohon petani responden sebesar Rp 32.444 per pohon dan pemeliharaan
90 pohon petani sebesar Rp 41.966 per pohon. Sumbangan input lain
diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan (selain bahan
baku dan upah tenaga kerja) dibagi dengan jumlah pohon yang dipelihara.
Nilai output diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga
satuan jeruk pamelo. Nilai produk petani ke pedagang antar daerah,
pedagang pengecer dan industri pengolahan masing-masing sebesar
Rp 252.475, Rp 473.650, Rp 328.125 dan Rp 300.000. Nilai output ini
menunjukkan besarnya nilai dari produk yang dihasilkan dari pengolahan
satu 1 pohon tanaman jeruk pamelo.
Nilai tambah yang diperoleh petani dari hasil penjualan ke
pedagang antar daerah sebesar Rp 222.414 (88,09%), pedagang
pengecer sebesar Rp 441.782 (93,27%), industri rumah tangga
pengolahan sebesar Rp 295.681 (90,11%) dan pedagang (luar
kabupaten) sebesar Rp 258.034 (86,01%). Hasil dari nilai tambah
163
diperoleh dari selisih antara nilai output dengan harga bahan baku serta
sumbangan input lain. Nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah kotor
karena belum dikeluarkannya imbalan tenaga kerja.
Imbalan tenaga kerja yang diperoleh dari pedagang antar daerah
sebesar Rp 30.000 (13,48%), pedagang pengecer sebesar Rp 31.500
(7,13%), industri rumah tangga pengolahan sebesar Rp 35.500 (12%) dan
pedagang (luar kabupaten) sebesar Rp 16.000 (6,20%). Imbalan tenaga
kerja tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja
dengan upah tenaga kerja.
Keuntungan yang merupakan selisih antara nilai tambah dengan
imbalan tenaga kerja. Keuntungan petani dari pedagang antar daerah 1
pohon jeruk pamelo dari pedagang antar daerah sebesar Rp 192.414
(86,51%), pedagang pengecer sebesar Rp 410.282 (92,86%), industri
rumah tangga pengolahan sebesar Rp 260.181 (87,99%) dan pedagang
(luar kabupaten) sebesar Rp 242.034 (93,79%).
2. Analisis Nilai Tambah Pedagang Antar daerah Jeruk Pamelo
Nilai tambah pada pedagang antar daerah jeruk pamelo dihitung
dari hasil pengurangan dari nilai output jeruk pamelo dikurangi dengan
sumbangan input lain dan harga bahan baku pedagang antar daerah jeruk
pamelo. Analisis rantai nilai tambah pedagang antar daerah jeruk pamelo
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23.
164
Tabel 23. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Pedagang Antar Daerah di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Variabel
Pedagang Antar Daerah
Pedagang (Luar Pulau) Pedagang
(Luar Kabupaten)
Output, Input dan Harga
1. Hasil/produksi (Buah/tahun) 152.000 109.900 96.055 188.265 14.400
2. Bahan baku (Buah) 152.000 109.900 96.055 188.265 14.400
3. Tenaga kerja (HOK) 377,13 272,81 336 562,28 35,75
4. Faktor konversi (1/2) 1 1 1 1 1
5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,0024 0,0024 0,0034 0,0029 0,0024
6. Harga produk (Rp/Buah) 3.000 3.300 3.500 3.600 3.500
7. Upah rata-rata 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/Pohon) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
9. Sumbangan input lain (Rp/Buah) 42 22 36 48 22
10. Nilai output (Rp/Buah) (4x6) 3.000 3.300 3.500 3.600 3.500
11. a. Nilai tambah (10-9-8) 458 778 964 1.052 978
b. Rasio nilai tambah ((11a/10)x100%) 15,26% 23,57% 27,54% 29,22% 27,94%
12. a. Imbalan tenaga kerja (5x7) 120 120 170 145 120
b. Bagian Tenaga kerja ((12a/11a)x100%)
26,17% 15,41% 17,63% 13,78% 12,26%
13. a. Keuntungan (11a-12a) 338 658 794 907 858
b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) 73,82% 84,58% 82,36% 86,21% 87,73%
Tabel 23 menunjukkan bahwa pada pedagang antar daerah
menyalurkan hasil produksinya berupa jeruk pamelo ke pedagang besar
(distributor) dan pedagang pengecer. Analisis nilai tambah pedagang
antar daerah ke pedagang besar (distributor) memiliki hasil produksi yang
berbeda-beda dan harga produk yang berbeda-beda pula. Output
pedagang antar daerah ke pedagang (antar pulau) masing-masing
152.000 buah dengan harga produk sebesar Rp 3.000, 109.900 buah
dengan harga produk Rp 3.300, 96.055 buah dengan harga Rp 3.500 dan
188.265 buah dengan harga produk sebesar Rp 3.600. Sedangkan output
pedagang antar daerah ke pedagang pengecer sebanyak 14.400 buah
dengan harga produk sebesar Rp 3.500. faktor konversi pedagang antar
165
daerah ke pedagang (luar pulau ) dan pedagang pengecer yang di dapat
adalah sebesar 1. Hal ini dikarenakan output pedagang antar daerah
imbang dengan bahan baku yang digunakan atau dengan kata lain,
pedagang antar daerah tidak melakukan proses produksi ke bentuk
lain atas bahan baku yang diperolehnya. Koefisien tenaga kerja pedagang
antar daerah memiliki nilai masing-masing sebesar 0,0024, 0,0034, 0,0029
dan 0,0024 dimana nilai tersebut merupakan nilai curahan tenaga kerja
untuk memanen 1 buah jeruk pamelo.
Harga bahan baku pada pedagang antar daerah merupakan harga
jeruk pamelo yang dibelinya di petani sebesar Rp 2.500 per buah.
Sumbangan input lain pedagang antar daerah untuk 152.000 buah
sebesar Rp 42 per buah, sebanyak 109.900 buah mengeluarkan
sumbangan input sebesar Rp 22 per buah, sebanyak 96.055 buah
mengeluarkan sumbangan input lain sebesar Rp 36 per buah sebanyak
188.265 buah mengeluarkan sumbangan input sebesar Rp 48 per buah
dan sebanyak 14.400 buah mengeluarkan sumbangan input sebesar Rp
22 per buah. Nilai output merupakan perkalian antara faktor konversi
dengan harga produk jeruk pamelo tiap buah. Nilai output tersebut
sebesar Rp 3.000 per buah, Rp 3.300 per buah, Rp 3.500 per buah, Rp
3.600 per buah.
Nilai tambah diperoleh pedagang antar daerah dari pedagang
(luar pulau) diperoleh dari selisih antara nilai produk jeruk pamelo dengan
sumbangan input lain serta harga bahan baku. Nilai tambah tersebut
sebesar Rp 458 per buah, Rp 778 per buah, Rp 964 per buah, Rp 1.052
166
per buah dan nilai tambah pedagang antar daerah yang diperoleh dari
pedagang pengecer sebesar Rp 978 per buah. Nilai tambah tersebut
merupakan nilai tambah kotor karena masih belum dikurangi imbalan
tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja dari pedagang (luar pulau) masing-
masing sebesar Rp 120 per buah, Rp 170 per buah, Rp 145 per buah
dan Rp 120 per buah.
Keuntungan merupakan selisih antara nilai tambah yang
diperoleh pedagang antar daerah dengan imbalan tenaga kerja dari
pedagang besar masing-masing sebesar Rp 338 per buah, Rp 658
per buah, Rp 794 per buah, Rp 907 per buah dan pada pedagang
pengecer keuntungan yang diperoleh pedagang antar daerah sebesar
Rp 858 per buah.
3. Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo
Nilai tambah pada industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo
dihitung dari hasil pengurangan dari nilai output jeruk pamelo dikurangi
dengan sumbangan input lain dan harga bahan baku industri rumah
tangga pengolahan jeruk pamelo. Analisis rantai nilai tambah industri
rumah tangga pengolahan jeruk pamelo untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 24.
167
Tabel 24. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Industri Rumah Tangga Pengolahan di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Variabel Industri RT Pengolahan
Sari Buah Dodol Selai
Output, Input dan Harga
1. Output (Produk/Tahun) 7.500 7.500 3.000
2. Bahan baku (Buah) 1.500 1.500 1.500
3. Tenaga kerja (HOK) 29,05 42,83 56,55
4. Faktor konversi (1/2) 5 5 2
5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,019 0,028 0,037
6. Harga produk (Rp/produk) 3.500 10.000 12.000
7. Upah rata-rata 50.000 50.000 50.000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/Buah) 1.167 1.167 1.167
9. Sumbangan input lain (Rp/Buah) 5.193 29.240 11.112
10. Nilai output (Rp/Buah) (4x6) 17.500 50.000 24.000
11. a. Nilai tambah (10-9-8) 11.140 19.593 11.721
b. Rasio nilai tambah ((11a/10)x100%) 63,65% 39,18% 48,83%
12. a. Imbalan tenaga kerja (5x7) 950 1.400 1.850
b. Bagian Tenaga kerja ((12a/11a)x100%) 8,52% 7,14% 15,78%
13. a. Keuntungan (11a-12a) 10.190 18.193 9.871
b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) 91,47% 92,85% 84,21%
Tabel 24 menunjukkan bahwa output industri rumah tangga
pengolahan mengolah jeruk pamelo berupa sari buah sebanyak 7.500
botol, dodol sebanyak 7.500 kotak dan selai sebanyak 3.000 botol. Bahan
baku untuk mengolah produk tersebut bahan bakunya sebanyak 1.500
buah jeruk pamelo. Faktor konversi yang didapat nilainya adalah 5. Faktor
konversi tersebut diperoleh dari hasil pembagian dari output yang
dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan. Harga jual dari produk
sari buah Rp 3.500 per botol, dodol seharga Rp 10.000 per kotak dan
selai dengan harga jual Rp 12.000 per botol. Koefisien tenaga kerja
adalah perbandingan antara input tenaga kerja industri rumah tangga
pengolahan dengan input bahan baku hasil produk selai, dodol dan selai.
168
Koefisien tenaga kerja ini memiliki nilai 0,019 dimana nilai tersebut
merupakan nilai curahan tenaga kerja untuk mengolah 1 buah jeruk
pamelo menjadi sari buah, dodol dan selai.
Harga bahan baku yaitu jeruk pamelo sebesar Rp 3.500 per buah,
dimana 1 buah jeruk pamelo dapat menghasilkan 3 jenis produk. Jadi,
setiap 1 produk masing-masing mengeluarkan biaya bahan baku sebesar
Rp 1.167. Untuk mengolah jeruk pamelo diperlukan sumbangan input lain.
Sumbangan input lain diperoleh dari penjumlahan biaya bersama (selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja) dibagi dengan jumlah bahan
baku yang digunakan. Sumbangan input lain untuk sari buah sebesar
Rp 5.193 per buah, untuk dodol mengeluarkan sumbangan input lain
sebesar Rp 29.240 per buah dan untuk selai mengeluarkan sumbangan
input lain sebesar Rp 11.112 per buah.
Nilai output industri rumah tangga pengolahan jeruk pamelo yaitu
sari buah sebesar Rp 17.500 per buah, dodol sebesar Rp 29.240 per buah
dan selai sebesar Rp 24.000 per buah. Nilai output ini menunjukkan
besarnya nilai dari produk yang dihasilkan dari pengolahan satu buah
jeruk pamelo.
Perhitungan nilai tambah diperoleh dari hasil pengurangan nilai
output dengan sumbangan input lain serta harga bahan baku. Nilai
tambah industri rumah tangga pengolahan dari sari buah sebesar Rp
11.140 per buah (63,65%), dodol sebesar Rp 19.593 per buah (39,18%)
dan selai sebesar Rp 11.721 per buah (48,83%). Imbalan tenaga kerja
untuk produksi sari buah sebesar Rp 950/buah, dodol sebesar Rp 1.400
169
per buah dan selai sebesar Rp 1.850 per buah. Keuntungan merupakan
selisih antara nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja yaitu untuk sari
buah keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 10.190 per buah dengan
tingkat keuntungan sebesar 91,47%, dodol menghasilkan keuntungan
sebesar Rp 18.193 per buah dengan persentase keuntungan sebesar
92,85% dan hasil keuntungan selai sebesar Rp 9.871 per buah dengan
tingkat keuntungan sebesar 84,21%.
4. Analisis Nilai Tambah Pedagang Pengecer
Nilai tambah pada pedagang pengecer jeruk pamelo dihitung dari
hasil pengurangan dari nilai output jeruk pamelo dikurangi dengan
sumbangan input lain dan harga bahan baku pedagang pengecer jeruk
pamelo. Analisis rantai nilai tambah pedagang pengecer jeruk pamelo
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Analisis Nilai Tambah Jeruk Pamelo pada Tingkat Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Output (Buah/tahun) 10.800
2. Bahan baku (Buah) 10.800
3. Tenaga kerja (HOK) 428,96
4. Faktor konversi (1/2) 1
5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,0397
6. Harga produk (Rp/Buah) 15.000
7. Upah rata-rata 50.000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/Buah) 5.000
9. Sumbangan input lain (Rp/Buah) 1.531
10. Nilai output (Rp/Buah) (4x6) 15.000
11. a. Nilai tambah (10-9-8) 8.469
b. Rasio nilai tambah ((11a/10)x100%) 56,46%
12. a. Imbalan tenaga kerja (5x7) 1.985
b. Bagian Tenaga kerja ((12a/11a)x100%) 23,43%
13. a. Keuntungan (11a-12a) 6.484
b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) 76,56%
170
Tabel 25 menunjukkan bahwa output sebanyak 10.800 buah
dengan harga jual ke konsumen sebesar Rp 15.000 per buah. Faktor
konversi dari jeruk pamelo adalah 1 karena output dan bahan bakunya
sama. Koefisien tenaga kerja ini memiliki nilai 0,0397 dimana nilai tersebut
merupakan nilai curahan tenaga kerja yang diperoleh dari perbandingan
antara input tenaga kerja dengan input bahan baku.
Pedagang membeli jeruk pamelo di petani dengan harga
sebesar Rp 5.000 per buah. Sumbangan input lain yang dikeluarkan
pedagang pengecer sebelum dijual ke konsumen untuk buah dengan
harga Rp 15.000 per buah pedagang pengecer mengeluarkan
sumbangan input lain sebesar Rp 1.531 per buah. Hasil nilai output
pedagang pengecer sama dengan harga jual buah jeruk pamelo.
Nilai tambah jeruk pamelo pedagang pengecer untuk buah
dengan nilai output sebesar Rp 15.000 per buah diperoleh nilai tambah
sebesar Rp 8.468 per buah. Hasil imbalan tenaga kerja diperoleh dari
perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja
yaitu Rp 1.985 per buah. Adapun keuntungan yang diperoleh pedagang
pengecer yaitu sebesar Rp 6.484 per buah untuk penjualan buah jeruk
pamelo sebanyak 10.800 buah.
171
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian maka dapat ditarik
kesimpulkan sebagai berikut:
1. Rantai pasok jeruk pamelo di Desa Padang Lampe dan Desa
Punranga Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep terdiri dari pelaku
utama dan pelaku pendukung. Ketiga aliran rantai pasok di lokasi
penelitian terlihat baik, termasuk ketepatan waktu kedatangan jeruk
pamelo sesuai dengan permintaan pelanggan. Aliran barang jeruk
pamelo sebesar 82,14% terpenuhi tetapi sebesar 17,86% permintaan
jeruk pamelo yang tidak terpenuhi dari pedagang pengumpul ke
pedagang (luar pulau) karena total produksi jeruk pamelo yang
dihasilkan oleh petani tidak hanya dipasok ke pedagang pengumpul
saja, tetapi ke pedagang pengecer, industri rumah tangga pengolahan
serta pedagang (luar kabupaten), aliran informasi rantai pasok jeruk
pamelo sudah terintegrasi dengan baik antara pelaku rantai pasok dan
aliran uang yang sesuai dengan kesepakatan pelaku rantai pasok.
2. Rantai nilai jeruk pamelo menganalisis berdasarkan analisis kuantitatif
dan konsep Porter sebagai berikut:
172
a. Rantai nilai jeruk pamelo berdasarkan analisis kuantitatif diperoleh
margin tertinggi dari pelaku rantai nilai adalah industri rumah
tangga pada saluran 4 sebesar Rp 88.000/buah atau 96,17%
sebab jeruk pamelo diolah sebelum dijual ke konsumen serta
membeli bahan baku langsung dari petani tanpa melalui pedagang
pengumpul maupun pengecer.
b. Setiap pelaku rantai nilai utama melaksanakan aktivitas utama dan
aktivitas pendukung meskipun pelaku utama rantai nilai jeruk
pamelo pada aktivitas pendukung yaitu aktivitas infrastruktur pelaku
utama rantai nilai masih kurang terorganisir. Selain itu, kelemahan
juga terdapat pada aktivitas utama pelaku utama rantai nilai jeruk
pamelo pada aktivitas penjualan dan pemasaran, masih
tergantungnya penjualan hasil produksi petani ke pedagang
pengumpul serta belum adanya pendistribusian jeruk pamelo ke
supermarket yang ada di kota besar maupun produk olahan jeruk
pamelo di kios-kios ataupun supermarket di daerah setempat.
Pendistribusian langsung ke konsumen.
3. Nilai tambah berdasarkan Metode Hayami, pelaku utama rantai nilai
yang memperoleh nilai tambah terbesar adalah petani menjual jeruk
pamelo ke pedagang pengumpul sebesar Rp 222.414 per pohon
(88,09%), ke pedagang pengecer Rp 441.782 per pohon (90,11%),
industri rumah tangga sebesar Rp 295.681 per pohon (90,11%) dan
pedagang (luar kabupaten) sebesar Rp 254.034 (86,01%). Industri
173
rumah tangga pengolahan juga memperoleh nilai tambah dari hasil
penjualan produk sari buah sebesar Rp 11.140 per buah (63,65%).
Selain itu, pedagang pengecer juga memperoleh nilai tambah sebesar
Rp 8.468 per buah dengan rasio nilai tambah sebesar 56,46%. Jadi,
nilai tambah yang diperoleh oleh pelaku rantai nilai pada petani,
pedagang pengecer dan industri rumah tangga hasil olahan jeruk
pamelo menjadi sari buah yang tergolong tinggi karena rasio nilai
tambah >50%.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dengan berdasarkann pada hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada petani di daerah penelitian dalam melakukan
budidaya jeruk pamelo agar mengikuti syarat ideal pemeliharaan
tanaman jeruk pamelo agar meminimalisir biaya sarana produksi yang
dikeluarkan dalam pemeliharaan budidaya jeruk pamelo.
2. Diharapkan kepada pemerintah, agar menggalakkan penanaman
tanaman jeruk pamelo di lahan masyarakat yang masih berpotensial
untuk ditanamami jeruk pamelo di daerah Kabupaten Pangkep agar
permintaan jeruk pamelo dari pedagang (luar pulau) terpenuhi secara
maksimal.
3. Pemerintah sebaiknya menjembatani pelaku rantai pasok dalam hal
penyebaran informasi mengenai harga jeruk pamelo agar resiko
fluktuasi harga pasar dapat dihindari.
174
4. Pada rantai pasok jeruk pamelo perlu diperhatikan adalah
perencanaan keseimbangan pembagian pemenuhan permintaan
pelanggan sehingga permintaan setiap pelaku rantai pasok dapat
terpenuhi.
5. Perlu adanya perbaikan jalur pendistribusian pelaku rantai pasok yaitu
retailer karena belum adanya jeruk pamelo ataupun produk olahan
jeruk pamelo yang dipasarkan di supermarket.
DAFTAR PUSTAKA
ACIAR. 2012. Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak pada Kaum Miskin (Buku Pegangan bagi Praktisi Analisis Rantai Nilai), E-book. Tabros. Indonesia.
Al Rasyid, Rizaldy Gaffar. 2015. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Kopi Rakyat di Kabupaten Jember. Skripsi. Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Jawa Timur.
April. 2012. Pemeliharaan Tanaman. http://april3an.blogspot.co.id/2012/ 05/pemeliharaan-tanaman.html. Diakses 28 Oktober 2017.
Arsyad F, 2011. Penanganan Panen dan Pascapanen pada Tanaman Holtikultura. http:// chylenzobryn.blogspot.co.id/2011/04/penangan-panen-dan-pasca-panen-pada-tan.html. Diakses 28 Oktober 2017.
Asri, I.W.Y. 2010. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga di Kabupaten Magetan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. (Tidak Dipublikasikan).
Astriani, 2011. Tinjauan Pustaka Rantai Pasok, (Online). https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1391161003-3-BAB%20II.pdf. diakses tanggal 28 Januari 2017. Makassar.
Cahyono. T.B. 2006. Ekonomi Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Deveriky, 2014: Agribisnis dalam Rantai Pasok (Sebuah Tinjauan Pustaka), (Online). http://scmagribisnis.blogspot.co.id/2014/02/ pengantar-manajemen-rantai-pasok-dalam.html. diakses tanggal 28 Januari 2017. Makassar.
Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep tahun 2015 tentang Selayang Pandang Komoditi Andalan Jeruk Besar Pamelo. Kabupaten Pangkep.
Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep tahun 2016 tentang Pembukuan Tahunan Produk Komoditi Unggulan Jeruk Besar Pangkep. Kabupaten Pangkep.
Dionysius Ryanto, 2014. Supply Chain Management. http://dion33 poetnir.blogspot.co.id/2014/03/supply-chain-management.html. Diakses 1 November 2017.
Evolmy. 2011. Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management). http://evolmy.blogspot.co.id/2011/11/manajemen-rantai-pasok-supply -chain.html. Diakses 1 November 2017.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Grasindo. Jakarta.
Hafsah, M. J. 1999. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Departemen Pertanian. Jakarta.
Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain : Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di Indonesia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Izza. 2011. Solusi Penanganan Limbah Kulit Jeruk. http://izza24062010.blogspot.co.id/2011/08/solusi-penanganan-limbah-kulit-jeruk.html. (Online). Diakses 8 Maret. 2017.
Juliyanto, Eka Widayat. 2015. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Jagung di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobongan, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Dipenegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan)
Kamus Bisnis. 2017. Rantai Nilai. http://kamusbisnis.com/arti/rantai-nilai/. Diakses 2 November 2017.
Koesmara, Hendra. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Margin Pemasaran Sapi Potong dan Daging Sapi di Kabupaten Aceh Besar. (Jurnal). https://journal.ugm.ac.id/buletinpeternakan/article/viewFile/6 160/4857. Diakses 2 November 2017.
Laila, NF. 2014. Metode Penelitian. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/231/3/BAB%203%20VIK.pdf. Diakses tanggal 1 Februari 2017. Makassar.
Maruli. 2014. Pengertian Nilai Tambah Produk Pertanian. http://xerma. blogspot.co.id/2014/01/pengertian-nilai-tambah-produk-pertanian. html. diakses tanggal 14 Februari 2017. Makassar.
Nikmatul, Maskuroh. 2013. Just In Time and Supply Chain Management. http://nikmatulmaskuroh.blogspot.co.id/2013/09/jit-dan-scm.html. Diakses 2 November 2017.
Nugraheni, Praba Intan. 2014. Analisis Rantai Nilai Komoditas Pertanian Ubi kayu (Manihot eculeta crantz) di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Dipenegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan)
Priyana, Asep. 2011. Manajemen Rantai Pasok. http://aseppriyana. blogspot.co.id/2011/08/manajemen-rantai-pasok.html. Diakses 1 November 2017.
Purba, Yona Octava. 2015. Analisis Rantai Pasok Kubis di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat. (Tidak dipublikasikan)
Puslitbang Holtikultura, 2010. Kelayakan Finansial Usahatani Jeruk Pamelo di Kabupaten Pangkep, (Online). Vol. 6, No. 2, (http://dokumen.tips/documents/1-kelayakan-finansial-usahatani jeruk-pamelo-di-kabupaten-pangkeppdf.html, diakses 27 Januari 2017).
Rahim, Abd., Hastuti, D.R.D. 2007, Ekonomika Pertanian, Pengantar Teori dan Kasus. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahmawati, Azizah. 2013. Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo dengan Perusahaan Mitra untuk Meningkatkan Pendapatan Petani, (Online). https://www.scribd.com/doc/137851122/Kemitraan-Agribisnis-Antara-Petani-Jeruk-Pamelo-Dengan-Perusahaan-Mitra-Untuk-Meningkatkan-Pendapatan-Petani. Diakses 26 April 2017.
Restuhadi, Sigit. 2011. Pola-Pola Kemitraan Usaha, (Online). http://sigit-rh.blogspot.co.id/2011/04/pola-pola-kemitraan-usaha.html. Diakses 27 April 2017.
Risyahadi, Sazli Tutur. 2015. Rantai Nilai Pascapanen dan Nilai Tambah Penyimpanan Dingin Bawang Merah (Studi Kasus: Kabupaten Cirebon), Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rouli, Juliana. 2008. Tinjauan Pustaka Evaluasi Supply Chain. (Online). http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/121222-T%2025760-Evaluasi%20 supply-Tinjauan%20literatur.pdf. Diakses 7 Februari 2017.
Safrizal, Andya. 2017. Profil Usahatani Jeruk Pamelo Gili Matang di Kecamatan Peusangan Siblah Kreung, Kabupten Bireuen. Skripsi. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Simatupang, Togar M. 2007 Industri Kreatif Jawa Barat, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB: Masukan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Provinsi Jawa Barat.
Stock, James R., and Douglas M. Lambert. 2001. Strategi Logistics Management Fourth ed. Singapore: McGraw-Hill Higher Education.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Cetakan ke-19. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Suharijanto, 2011. Induksi Tunas Jeruk Pamelo (Citrus maxima Merr.) Kultivar Bageng secara Invitro dengan Pemberian Jenis dan Konsentrasi Sitokinin. Tesis. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Syibil. Muhammad. 2013. Analisis Rantai Nilai pada Komoditas Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor (Studi Kasus pada P4S Nusa Indah), Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat. (Tidak Dipublikasikan)
Warella, S Yohannes. 2013. Analisis Rantai Nilai Komoditas Rumput Laut (Studi pada Kabupaten Segam Bagian Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Jawa Tengah.
Yuniar, Aprinyanti Roganda. 2012. Analisis Rantai Pasok Melon di Kabupaten Karanganyar. Tesis. Program Studi Magister Agribisnis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. (Tidak Dipublikasikan)
174
Lampiran 1. Identitas Petani Responden di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Nama Umur
(Tahun)
Jumlah Tanggungan Pendidikan Terakhir
Luas Lahan (Ha)
Lama Berusahatani (Thn)
Sumber Modal
Populasi (Pohon)
Produksi (Buah) (Orang)
1 Najare 68 4 SD 1 20 Sendiri 103 10,500
2 H. Abd. Haris Benteng 57 4 SMA 2 30 Sendiri 300 30,000
3 Muh. Ramli 34 2 SMP 0.91 10 Sendiri 150 14,300
4 Abd. Kadir 47 5 SD 0.65 13 Sendiri 115 9,800
5 Muh. Nasir 45 4 SMP 0.65 10 Sendiri 100 10,000
6 Djamaluddin 48 5 SD 0.6 14 Sendiri 100 9,000
7 H. Mande 56 7 SD 3 15 Sendiri 450 45,000
8 Ahmad Tabara 55 4 D3 1 15 Sendiri 150 14,000
9 H. Muhlis 53 6 SD 0.9 15 Sendiri 135 16,200
10 Pattola Ruse 50 2 SD 0.6 20 Sendiri 90 4,500
11 Burhan 36 4 SMP 0.5 9 Sendiri 75 7,500
12 M. Saleh 45 3 S1 2 10 Sendiri 300 30,000
13 H. Ummeng 55 4 SD 1.6 19 Sendiri 250 25,200
14 Muhtar 32 2 SMA 0.9 4 Sendiri 140 14,000
15 Rola 55 8 Tidak Tamat 0.8 20 Sendiri 124 12,600
16 Lahe 50 5 Tidak Tamat 0.75 15 Sendiri 115 12,650
17 Cedo 53 7 Tidak Tamat 0.7 15 Sendiri 105 11,550
18 Sukirman 34 2 SMA 0.4 8 Sendiri 70 7,150
19 Fatahuddin Setta 41 1 S1 1 21 Sendiri 120 18,000
20 Muhktar 40 3 SMA 0.4 17 Sendiri 30 3,000
21 Asrul 25 1 SMA 0.7 5 Sendiri 120 10,500
22 Muh. Saide 50 5 SD 0.8 15 Sendiri 120 12,000
23 Saharuddin 45 4 SD 0.65 13 Sendiri 107 11,000
24 Muh. Idris 44 3 SMA 0.5 10 Sendiri 86 8,000
25 Amiruddin 38 3 SD 0.4 9 Sendiri 65 7,150
26 Drs. A.M. Naim 52 5 S1 1 15 Sendiri 150 15,750
27 Mustari 44 5 SD 0.8 14 Sendiri 120 12,600
28 Syaenuddin 40 3 SD 0.6 14 Sendiri 90 9,450
29 Jamal Coni 55 7 SD 0.6 18 Sendiri 100 8,500
30 Simba 34 4 SMA 0.8 8 Sendiri 120 12,600
31 M. Tang 55 7 Tidak Tamat 0.5 19 Sendiri 80 8,000
32 Gusti 35 2 SMA 0.8 8 Sendiri 124 13,020
33 Daking 47 5 SD 0.7 15 Sendiri 110 12,100
34 Alimuddin 34 3 SMA 0.7 9 Sendiri 110 11,235
35 Halim 36 3 SMA 0.65 10 Sendiri 100 10,500
36 Dahi 43 5 Tidak Tamat 0.7 13 Sendiri 110 12,100
37 Suardi 35 2 SMP 0.7 10 Sendiri 120 11,550
38 Roncong 60 7 Tidak Tamat 0.5 20 Sendiri 90 8,190
39 Muh. Kasnur 35 3 SMP 0.5 8 Sendiri 80 7,000
40 Abd. Syukur 46 4 SMP 0.8 10 Sendiri 127 12,500
41 Mustafa 39 3 SD 0.5 10 Sendiri 75 8,250
42 Mustaking 46 6 Tidak Tamat 0.7 17 Sendiri 110 10,500
43 Asri 25 1 SMA 0.5 4 Sendiri 80 8,800
44 Caco 49 5 Tidak Tamat 0.9 14 Sendiri 140 14,175
45 Bakri 40 3 SMA 0.8 10 Sendiri 125 12,500
46 Alim Bahri 47 4 S1 0,4 8 Sendiri 50 5.000
47 Abd. Hamid 44 6 SD 0,35 14 Sendiri 40 4.000
Total
37,91 620
5.771 581.920
Rata-rata
0,80 13,19
122 12.381
1
152 15.476
1 101
175
Lampiran 2. Penerimaan Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Petani Pedagang Besar (Antar Wilayah) Pedagang Pengecer Industri RT Pengolahan Pedagang L. Wilayah Total Nilai
(Rp) L. Lahan (Ha)
Jml Produksi (Buah)
Vol. Prod (Buah)
Harga (Rp)
Nilai (Rp) Vol. Prod
(Buah) Harga (Rp)
Nilai (Rp) Vol. Prod
(Buah) Harga (Rp)
Nilai (Rp) Vol. Prod
Hrg (Rp)
Nilai (Rp)
1. 1 10.500 7.000 2.500 17.500.000 3.000 5.000 15.000.000 500 3.500 1.750.000 34.250.000
2. 2 30.000 30.000 2.500 75.000.000 75.000.000
3. 0,91 14.300 14.000 2.500 35.000.000 300 5.000 1.500.000 36.500.000
4. 0,65 9.800 9.000 2.500 22.500.000 800 5.000 4.000.000 26.500.000
5. 0,65 10.000 10.000 2.500 25.000.000 25.000.000
6. 0,6 9.000 7.000 2.500 17.500.000 1.500 5.000 7.500.000 500 3.500 1.750.000 26.750.000
7. 3 45.000 45.000 2.500 112.500.000 112.500.000
8. 1 14.000 14.000 2.500 35.000.000 35.000.000
9. 0,9 16.200 16.000 2.500 40.000.000 200 5.000 1.000.000 41.000.000
10. 0,6 4.500 4.500 2.500 11.250.000 11.250.000
11. 0,5 7.500 7.000 2.500 17.500.000 500 5.000 2.500.000 20.000.000
12. 2 30.000 30.000 2.500 75.000.000 75.000.000
13. 1,6 25.200 25.000 2.500 62.500.000 200 5.000 1.000.000 63.500.000
14. 0,9 14.000 14.000 2.500 35.000.000 35.000.000
15. 0,8 12.600 12.600 2.500 31.500.000 31.500.000
16. 0,75 12.650 12.650 2.500 31.625.000 31.625.000
17. 0,7 11.550 11.550 2.500 28.875.000 28.875.000
18. 0,4 7.150 7.000 2.500 17.500.000 150 5.000 750.000 18.250.000
19. 1 18.000 18.000 2.500 45.000.000 45.000.000
20. 0,4 3.000 3.000 2.500 7.500.000 7.500.000
21. 0,7 10.500 10.000 2.500 25.000.000 500 5.000 2.500.000 27.500.000
22. 0,8 12.000 12.000 2.500 30.000.000 30.000.000
23. 0,65 11.000 11.000 2.500 27.500.000 27.500.000
24. 0,5 8.000 8.000 2.500 20.000.000 20.000.000
25. 0,4 7.150 7.000 2.500 17.500.000 150 5.000 750.000 18.250.000
26. 1 15.750 15.000 2.500 37.500.000 500 5.000 2.500.000 250 3.500 875.000 40.875.000
27. 0,8 12.600 12.600 2.500 31.500.000 31.500.000
28. 0,6 9.450 9.000 2.500 22.500.000 450 5.000 2.250.000 24.750.000
29. 0,6 8.500 8.000 2.500 20.000.000 500 5.000 2.500.000 22.500.000
30. 0,8 12.600 12.600 2.500 31.500.000 31.500.000
31. 0,5 8.000 8.000 2.500 20.000.000 20.000.000
32. 0,8 13.020 13.020 2.500 32.550.000 32.550.000
33. 0,7 12.100 12.100 2.500 30.250.000 30.250.000
34. 0,7 11.235 11.235 2.500 28.087.500 28.087.500
35. 0,65 10.500 10.000 2.500 25.000.000 500 5.000 2.500.000 27.500.000
36. 0,7 12.100 12.100 2.500 30.250.000 30.250.000
37. 0,7 11.550 11.000 2.500 27.500.000 550 5.000 2.750.000 30.250.000
38. 0,5 8.190 8.190 2.500 20.475.000 20.475.000
39. 0,5 7.000 7.000 2.500 17.500.000 17.500.000
40. 0,8 12.500 12.000 2.500 30.000.000 500 5.000 2.500.000 32.500.000
41. 0,5 8.250 8.000 2.500 20.000.000 250 3.500 875.000 20.875.000
42. 0,7 10.500 10.500 2.500 26.250.000 26.250.000
43. 0,5 8.800 8.800 2.500 22.000.000 22.000.000
44. 0,9 14.175 14.175 2.500 35.437.500 35.437.500
45. 0,8 12.500 12.000 2.500 30.000.000 500 5.000 2.500.000 32.500.000
46. 0,4 5.000 5.000 3.000 15.000.000 15.000.000
47. 0,35 4.000 4.000 3.000 12.000.000 12.000.000
Total 37,91 581.920 560.620 1.401.550.000 10.800 54.000.000 1.500 5.250.000 9.000 27.000.000 1.487.800.000
Rata2 0,80 12.381 31.655.319
1 15.476 39.569.148
176
Lampiran 3. NPA Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Alat semprot 1 Alat semprot 2 Parang
Jmlh (Unit)
L.Pakai (Thn)
Hrg Awal (Rp)
Hrg Akhir (Rp)
NPA (Rp)
Jmlh L.Pakai (Thn)
Hrg Awal (Rp)
Hrg Akhir (Rp)
NPA (Rp)
Jmlh (Unit)
L.Pakai (Thn)
Hrg Awal (Rp)
Hrg Akhir (Rp)
NPA (Rp) (Unit)
1 1 2 1.250.000 1,100,000 75.000 1 3 425.000 350.000 25.000 2 5 50.000 35.000 6.000
2 1 3 1.350.000 1,200,000 50.000 2 3 400.000 340.000 40.000 5 6 68.000 50.000 15.000
3 2 2 400.000 350,000 50.000 0 0 0 0 0 2 5 50.000 35.000 6.000
4 2 2 350.000 300,000 50.000 0 0 0 0 0 2 6 50.000 38.000 4.000
5 2 2 350.000 300,000 50.000 0 0 0 0 0 2 4 38.000 32.000 3.000
6 1 2 425.000 375,000 25.000 0 0 0 0 0 2 5 45.000 38.000 2.800
7 2 2 1.250.000 1,100,000 150.000 2 3 500.000 440.000 40.000 6 6 58.000 50.000 8.000
8 1 2 1.250.000 1,100,000 75.000 1 3 425.000 350.000 25.000 3 4 35.000 30.000 3.750
9 1 2 550.000 450,000 50.000 2 3 350.000 290.000 40.000 3 4 40.000 35.000 3.750
10 2 2 425.000 375,000 50.000 0 0 0 0 0 2 4 50.000 35.000 7.500
11 1 2 500.000 400,000 50.000 0 0 0 0 0 2 5 50.000 43.000 2.800
12 1 2 1.250.000 1,100,000 75.000 2 3 500.000 410.000 60.000 5 6 58.000 49.000 7.500
13 1 2 1.250.000 1,100,000 75.000 2 3 425.000 380.000 30.000 3 5 60.000 50.000 6.000
14 1 2 550.000 450,000 50.000 2 3 350.000 290.000 40.000 3 5 50.000 45.000 3.000
15 1 2 550.000 450,000 50.000 2 3 270.000 210.000 40.000 3 5 45.000 40.000 3.000
16 1 2 900.000 825,000 37.500 1 3 350.000 317.000 11.000 2 5 50.000 45.000 2.000
17 1 2 900.000 825,000 37.500 1 3 270.000 210.000 20.000 2 4 42.000 35.000 3.500
18 1 3 500.000 410,000 30.000 0 0 0 0 0 2 4 35.000 30.000 2.500
19 1 2 1.200.000 1,100,000 50.000 1 2 425.000 375.000 25.000 2 5 50.000 35.000 6.000
20 1 2 350.000 300,000 25.000 0 0 0 0 0 2 3 32.000 26.000 4.000
21 1 2 500.000 400,000 50.000 1 3 350.000 230.000 40.000 3 5 45.000 40.000 3.000
22 1 2 500.000 400,000 50.000 2 4 350.000 250.000 50.000 3 5 50.000 42.000 4.800
23 2 2 350.000 300,000 50.000 0 0 0 0 0 2 4 47.000 38.000 4.500
24 1 2 500.000 400,000 50.000 0 0 0 0 0 2 4 35.000 30.000 2.500
25 1 3 425.000 350,000 25.000 0 0 0 0 0 2 4 30.000 25.000 2.500
26 1 2 1.250.000 1,200,000 25.000 2 3 350.000 317.000 22.000 3 6 50.000 45.000 2.500
27 1 2 900.000 850,000 25.000 2 3 270.000 210.000 40.000 3 6 50.000 40.000 5.000
28 1 2 425.000 375,000 25.000 0 0 0 0 0 2 4 50.000 35.000 7.500
29 1 3 500.000 350,000 50.000 0 0 0 0 0 4 5 50.000 42.000 6.400
30 1 2 550.000 450,000 50.000 2 3 270.000 210.000 40.000 3 3 38.000 34.000 4.000
31 2 3 400.000 340,000 40.000 0 0 0 0 0 2 5 35.000 30.000 2.000
32 1 2 550.000 450,000 50.000 2 3 270.000 210.000 40.000 3 5 35.000 30.000 3.000
33 1 2 500.000 400,000 50.000 1 3 350.000 230.000 40.000 2 4 45.000 35.000 5.000
34 1 2 900.000 850,000 25.000 1 3 350.000 230.000 40.000 2 5 45.000 40.000 2.000
35 2 3 425.000 380,000 30.000 0 0 0 0 0 2 5 50.000 40.000 4.000
36 2 3 500.000 425,000 50.000 0 0 0 0 0 2 5 45.000 35.000 4.000
37 1 2 500.000 400,000 50.000 1 3 350.000 230.000 40.000 3 5 35.000 30.000 3.000
38 1 2 500.000 400,000 50.000 0 0 0 0 0 2 5 45.000 38.000 2.800
39 1 2 500.000 400,000 50.000 0 0 0 0 0 2 5 50.000 43.000 2.800
40 2 2 400.000 350,000 50.000 0 0 0 0 0 3 5 35.000 30.000 3.000
41 1 2 500.000 400,000 50.000 0 0 0 0 0 2 4 40.000 35.000 2.500
42 1 2 500.000 400,000 50.000 1 3 350.000 230.000 40.000 3 6 50.000 43.000 3.500
43 1 2 500.000 400,000 50.000 0 0 0 0 0 2 4 45.000 38.000 3.500
44 1 2 900.000 850,000 25.000 2 3 350.000 317.000 22.000 3 5 50.000 45.000 3.000
45 1 2 900.000 850,000 25.000 1 3 500.000 437.000 21.000 3 5 45.000 40.000 3.000
46 1 3 500.000 410,000 30.000 0 0 0 0 0 2 4 35.000 30.000 2.500
47 1 3 425.000 350,000 25.000 0 0 0 0 0 2 4 30.000 25.000 2.500
Total 2.205.000 831.000 194.900
177
Lampiran 3. (Lanjutan)
No.
Cangkul Ember Mesin Pompa Air
Jmlh L.Pakai Hrg Awal Hrg Akhir NPA Jmlh L.Pakai Hrg Awal Hrg Akhir NPA Jmlh L.Pakai Hrg Awal Hrg Akhir NPA
(Unit) (Thn) (Rp) (Rp) (Rp) (Unit) (Thn) (Rp) (Rp) (Rp) (Unit) (Thn) (Rp) (Rp) (Rp)
1. 2 2 28.000 25.000 3.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 5 3.250.000 2.700.000 110.000
2. 3 2 28.000 25.000 4.500 4 2 15.000 10.000 10.000 1 8 3.605.000 2.750.000 106.875
3. 2 2 28.000 25.000 3.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 3 3.105.000 2.850.000 85.000
4. 2 2 28.000 25.000 3.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 5 2.500.000 2.000.000 100.000
5. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 3 2.450.000 2.000.000 150.000
6. 2 2 28.000 25.000 3.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 5 2.650.000 2.000.000 130.000
7. 4 2 25.000 20.000 10.000 5 2 20.000 15.000 12.500 1 6 3.605.000 3.164.000 73.500
8. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 5 3.250.000 2.850.000 80.000
9. 2 2 28.000 25.000 3.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 5 3.150.000 2.750.000 80.000
10. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 5 2.850.000 2.000.000 170.000
11. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 4 2.200.000 1.950.000 62.500
12. 3 2 28.000 25.000 4.500 4 2 15.000 10.000 10.000 1 7 3.600.000 2.900.000 100.000
13. 3 2 28.000 25.000 4.500 4 2 15.000 10.000 10.000 1 6 3.450.000 2.850.000 100.000
14. 2 2 25.000 20.000 5.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 3 3.100.000 2.800.000 100.000
15. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 8 2.900.000 1.500.000 175.000
16. 2 2 28.000 25.000 3.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 9 2.800.000 1.720.000 120.000
17. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 7 2.700.000 1.860.000 120.000
18. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 6 2.500.000 1.960.000 90.000
19. 2 2 28.000 25.000 3.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 5 3.250.000 2.700.000 110.000
20. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 5 2.440.000 2.000.000 88.000
21. 2 2 25.000 20.000 5.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 5 3.105.000 2.600.000 101.000
22. 2 2 25.000 20.000 5.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 5 2.800.000 2.100.000 140.000
23. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 5 2.300.000 1.900.000 80.000
24. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 6 2.250.000 1.740.000 85.000
25. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 5 2.200.000 1.700.000 100.000
26. 2 2 25.000 20.000 5.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 8 3.450.000 2.700.000 93.750
27. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 6 3.100.000 2.440.000 110.000
28. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 5 2.600.000 2.100.000 100.000
29. 2 2 28.000 25.000 3.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 7 2.300.000 1.600.000 100.000
30. 2 2 25.000 20.000 5.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 5 3.240.000 2.900.000 68.000
31. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 5 2.150.000 1.800.000 70.000
32. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 5 3.000.000 2.400.000 120.000
33. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 8 2.700.000 1.800.000 112.500
34. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 8 2.800.000 2.000.000 100.000
35. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 6 2.750.000 2.120.000 105.000
36. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 8 2.800.000 2.000.000 100.000
37. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 15.000 10.000 7.500 1 4 3.165.000 2.800.000 91.250
38. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 3 2.450.000 2.000.000 150.000
39. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 4 2.150.000 1.900.000 62.500
40. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 7 3.000.000 2.230.000 110.000
41. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 6 2.500.000 1.600.000 150.000
42. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 8 2.850.000 1.800.000 131.250
43. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 4 2.560.000 2.000.000 140.000
44. 2 2 25.000 20.000 5.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 7 3.250.000 2.550.000 100.000
45. 2 2 27.000 23.000 4.000 3 2 20.000 15.000 7.500 1 6 3.250.000 2.560.000 115.000
46. 2 2 27.000 23.000 4.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 6 2.500.000 1.960.000 90.000
47. 2 2 25.000 20.000 5.000 2 2 15.000 10.000 5.000 1 5 2.200.000 1.700.000 100.000
Total 204.500 302.500 4.976.125
178
Lampiran 3. (Lanjutan)
No. Peratalan NPA (Rp)
1. Alat semprot 1 2.205.000
2. Alat semprot 2 831.000
3. Parang 194.900
4. Cangkul 204.500
5. Ember 302.500
6. Mesin pompa air 4.976.125
T o t a l 8.714.025
Rata-rata per petani 185.404
Rata-rata per Ha 231.755
179
Lampiran 4. Pajak Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Luas Lahan (Ha) Pajak Lahan (Rp)
1. 1 50.000
2. 2 100.000
3. 0,91 45.500
4. 0,65 32.500
5. 0,65 32.500
6. 0,6 30.000
7. 3 150.000
8. 1 50.000
9. 0,9 45.000
10. 0,6 30.000
11. 0,5 25.000
12. 2 100.000
13. 1,6 80.000
14. 0,9 45.000
15. 0,8 40.000
16. 0,75 37.500
17. 0,7 35.000
18. 0,4 20.000
19. 1 50.000
20. 0,4 20.000
21. 0,7 35.000
22. 0,8 40.000
23. 0,65 32.500
24. 0,5 25.000
25. 0,4 20.000
26. 1 50.000
27. 0,8 40.000
28. 0,6 30.000
29. 0,6 30.000
30. 0,8 40.000
31. 0,5 25.000
32. 0,8 40.000
33. 0,7 35.000
34. 0,7 35.000
35. 0,65 32.500
36. 0,7 35.000
37. 0,7 35.000
38. 0,5 25.000
39. 0,5 25.000
40. 0,8 40.000
41. 0,5 25.000
42. 0,7 35.000
43. 0,5 25.000
44. 0,9 45.000
45. 0,8 40.000
46. 0,4 20.000
47. 0,35 20.000
Total 37,91 1.898.000
Rata-rata 0,80 40.382
1 50.480
180
Lampiran 5. Penggunaan Pupuk Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Pupuk Kandang Pupuk NPK Ponzka Pupuk Urea Pupuk ZA
Jumlah Krg/Thn
Harga (Rp/Krg)
Nilai (Rp/Ha)
Jumlah Krg/Thn
Harga (Rp/Krg)
Nilai (Rp)
Jumlah Krg/Thn
Harga (Rp/Krg)
Nilai (Rp)
Jumlah Kg/Thn
Harga (Rp/Kg)
Nilai (Rp)
1 200 5,000 1,000,000 6 120,000 720,000 22 95,000 2,090,000 40 4,000 160,000
2 400 5,000 2,000,000 12 120,000 1,440,000 44 95,000 4,180,000 80 4,000 320,000
3 182 5,000 910,000 5.5 120,000 660,000 20 95,000 1,900,000 36 4,000 144,000
4 130 5,000 650,000 3.5 120,000 420,000 15 95,000 1,425,000 26 4,000 104,000
5 130 5,000 650,000 3.5 120,000 420,000 15 95,000 1,425,000 26 4,000 104,000
6 120 5,000 600,000 3.5 120,000 420,000 14 95,000 1,330,000 24 4,000 96,000
7 600 5,000 3,000,000 18 120,000 2,160,000 66 95,000 6,270,000 120 4,000 480,000
8 200 5,000 1,000,000 6 120,000 720,000 22 95,000 2,090,000 40 4,000 160,000
9 180 5,000 900,000 5.5 120,000 660,000 20 95,000 1,900,000 36 4,000 144,000
10 120 5,000 600,000 3.5 120,000 420,000 14 95,000 1,330,000 24 4,000 96,000
11 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
12 400 5,000 2,000,000 12 120,000 1,440,000 44 95,000 4,180,000 80 4,000 320,000
13 320 5,000 1,600,000 9.5 120,000 1,140,000 36 95,000 3,420,000 64 4,000 256,000
14 180 5,000 900,000 5.5 120,000 660,000 20 95,000 1,900,000 36 4,000 144,000
15 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
16 150 5,000 750,000 4.5 120,000 540,000 17 95,000 1,615,000 30 4,000 120,000
17 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
18 40 5,000 200,000 2.5 120,000 300,000 10 95,000 950,000 16 4,000 64,000
19 200 5,000 1,000,000 6 120,000 720,000 22 95,000 2,090,000 40 4,000 160,000
20 80 5,000 400,000 2.5 120,000 300,000 10 95,000 950,000 16 4,000 64,000
21 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
22 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
23 130 5,000 650,000 3.5 120,000 420,000 15 95,000 1,425,000 26 4,000 104,000
24 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
25 80 5,000 400,000 2.5 120,000 300,000 10 95,000 950,000 16 4,000 64,000
26 200 5,000 1,000,000 6 120,000 720,000 22 95,000 2,090,000 40 4,000 160,000
27 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
28 120 5,000 600,000 3.5 120,000 420,000 14 95,000 1,330,000 24 4,000 96,000
29 120 5,000 600,000 3.5 120,000 420,000 14 95,000 1,330,000 24 4,000 96,000
30 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
31 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
32 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
33 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
34 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
35 130 5,000 650,000 3.5 120,000 420,000 15 95,000 1,425,000 26 4,000 104,000
36 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
37 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
38 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
39 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
40 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
41 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
42 140 5,000 700,000 4 120,000 480,000 16 95,000 1,520,000 28 4,000 112,000
43 100 5,000 500,000 3 120,000 360,000 12 95,000 1,140,000 20 4,000 80,000
44 180 5,000 900,000 5.5 120,000 660,000 20 95,000 1,900,000 36 4,000 144,000
45 160 5,000 800,000 5 120,000 600,000 18 95,000 1,710,000 32 4,000 128,000
46 40 5,000 200,000 2.5 120,000 300,000 10 95,000 950,000 16 4,000 64,000
47 80 5,000 400,000 2.5 120,000 300,000 10 95,000 950,000 16 4,000 64,000
Total 7,512 37,560,000 226,5 27.180.000 863 81.985.000 1.518
6.072.000
181
Lampiran 5.(Lanjutan)
No. Jenis Pupuk Jumlah Harga (Rp)
1. Pupuk kandang (Krg/Thn) 7.512 37.560.000
2. Pupuk NPK Ponzka (Krg/Thn) 226,5 27.180.000
3. Pupuk Urea (Krg/Thn) 863 81.985.000
4. Pupuk ZA (Kg/Tahun) 1.518 6.072.000
T o t a l 152.797.000
Rata-rata per petani (0,80 Ha) 3.251.000
Rata-rata per Ha (1 Ha) 4.063.750
182
Lampiran 6. Penggunaan Pestisida Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Supremo Pestona
Jumlah (Liter/Thn)
Harga (Rp/Liter)
Nilai (Rp) Jumlah
(Liter/Thn) Harga
(Rp/Liter) Nilai (Rp)
1 4 60,000 240,000 1 110,000 110,000
2 8 60,000 480,000 2 110,000 220,000
3 3.64 60,000 218,400 0.91 110,000 100,100
4 2.6 60,000 156,000 0.65 110,000 71,500
5 2.6 60,000 156,000 0.65 110,000 71,500
6 2.4 60,000 144,000 0.6 110,000 66,000
7 12 60,000 720,000 3 110,000 330,000
8 4 60,000 240,000 1 110,000 110,000
9 3.6 60,000 216,000 0.9 110,000 99,000
10 2.4 60,000 144,000 0.6 110,000 66,000
11 2 60,000 120,000 0.5 110,000 55,000
12 8 60,000 480,000 2 110,000 220,000
13 6.4 60,000 384,000 1.6 110,000 176,000
14 3.6 60,000 216,000 0.9 110,000 99,000
15 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
16 3 60,000 180,000 0.75 110,000 82,500
17 2.8 60,000 168,000 0.7 110,000 77,000
18 1.6 60,000 96,000 0.4 110,000 44,000
19 4 60,000 240,000 1 110,000 110,000
20 1.6 60,000 96,000 0.4 110,000 44,000
21 2.8 60,000 168,000 0.7 110,000 77,000
22 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
23 2.6 60,000 156,000 0.65 110,000 71,500
24 2 60,000 120,000 0.5 110,000 55,000
25 1.6 60,000 96,000 0.4 110,000 44,000
26 4 60,000 240,000 1 110,000 110,000
27 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
28 2.4 60,000 144,000 0.7 110,000 77,000
29 2.4 60,000 144,000 0.6 110,000 66,000
30 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
31 2 60,000 120,000 0.5 110,000 55,000
32 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
33 2.8 60,000 168,000 0.7 110,000 77,000
34 2.8 60,000 168,000 0.7 110,000 77,000
35 2.6 60,000 156,000 0.65 110,000 71,500
36 2.8 60,000 168,000 0.7 110,000 77,000
37 2.8 60,000 168,000 0.5 110,000 55,000
38 2 60,000 120,000 0.65 110,000 71,500
39 2 60,000 120,000 0.5 110,000 55,000
40 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
41 2 60,000 120,000 0.5 110,000 55,000
42 2.8 60,000 168,000 0.7 110,000 77,000
43 2 60,000 120,000 0.5 110,000 55,000
44 3.6 60,000 216,000 0.9 110,000 99,000
45 3.2 60,000 192,000 0.8 110,000 88,000
46 1.6 60,000 96,000 0.4 110,000 44,000
47 1.6 60,000 96,000 0.4 110,000 44,000
Total 151,84
9.110.400 38,01
4.181.100
183
Lampiran 7. HOK Petani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Penyemprotan Pemupukan Penyiraman Pemangkasan
TK JK HK HOK TK JK HK HOK TK JK HK HOK TK JK HK HOK
1. 2 8 5 10 2 8 10 20 2 5 60 85,71 2 8 2 4
2. 3 8 12 36 3 8 20 60 3 5 60 128,57 3 8 6 18
3. 2 8 4 8 2 8 9 18 2 4 60 68,57 2 8 3 6
4. 1 8 1 1 1 8 6 6 1 2 60 17,14 1 8 2 2
5. 1 8 1 1 1 8 6 6 1 2 60 17,14 1 8 2 2
6. 1 8 1 1 1 8 6 6 1 1 60 8,57 1 8 2 2
7. 5 8 15 75 5 8 30 150 5 5 60 214,28 5 8 9 45
8. 2 8 5 10 2 8 10 20 2 5 60 85,71 2 8 3 6
9. 2 8 4 8 2 8 9 18 2 4 60 68,57 2 8 3 6
10. 2 8 1 2 2 8 6 12 2 1 60 17,14 2 8 2 4
11. 1 6 1 0.75 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
12. 3 8 10 30 3 8 20 60 3 5 60 128,57 3 8 6 18
13. 3 8 8 24 3 8 16 48 3 5 60 128,57 3 8 5 15
14. 2 8 4 8 2 8 9 18 2 4 60 68,57 2 8 3 6
15. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
16. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 3 60 51,42 2 8 3 6
17. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 2 60 34,28 2 8 2 4
18. 1 6 1 0.75 1 8 4 4 1 1 60 8,57 1 8 1 1
19. 2 8 5 10 2 8 10 20 2 5 60 85,71 2 8 3 6
20. 1 6 1 0.75 1 8 4 4 1 1 60 8,57 1 8 1 1
21. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 2 60 34,28 2 8 2 4
22. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
23. 1 8 1 1 1 8 6 6 1 2 60 17,14 1 8 2 2
24. 1 8 1 1 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
25. 1 6 1 0.75 1 8 4 4 1 1 60 8,57 1 8 2 2
26. 2 8 3 6 2 8 10 20 2 5 60 85,71 2 8 3 6
27. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
28. 1 8 1 1 1 8 6 6 1 1 60 8,57 1 8 2 2
29. 1 8 5 5 1 8 6 6 1 1 60 8,57 1 8 2 2
30. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
31. 1 6 1 0.75 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
32. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
33. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 2 60 34,28 2 8 3 6
34. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 2 60 34,28 2 8 2 4
35. 1 8 1 1 1 8 6 6 1 2 60 17,14 1 8 3 3
36. 1 8 2 2 1 8 7 7 1 2 60 17,14 1 8 3 3
37. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 2 60 34,28 2 8 2 4
38. 1 6 1 0.75 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
39. 1 6 1 0.75 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
40. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
41. 1 8 1 1 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
42. 2 8 2 4 2 8 7 14 2 2 60 34,28 2 8 2 4
43. 1 8 1 1 1 8 5 5 1 1 60 8,57 1 8 2 2
44. 2 8 4 8 2 8 9 18 2 4 60 68,57 2 8 3 6
45. 2 8 3 6 2 8 8 16 2 3 60 51,42 2 8 3 6
46. 1 6 1 0.75 1 8 4 4 1 1 60 8,57 1 8 1 1
47. 1 6 1 0.75 1 8 4 4 1 1 60 8,57 1 8 2 2
Total
140 327,75
377 796 2.065,54 259
Keterangan:
Jam Kerja Standar (JKS) = Usahatani
yaitu 7 jam dan di luar usahatani yaitu
8 jam
JKtotal = TK x JK x HK
HOK = JKtotal/JKS
184
Lampiran 8. Upah Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No Penyemprotan Pemupukan Penyiraman Pemangkasan
HOK Upah (Rp) Nilai (Rp) HOK Upah (Rp) Nilai (Rp) HOK Upah (Rp) Nilai (Rp) HOK Upah (Rp) Nilai (Rp)
1. 10 50,000 500,000 20 50,000 1,000,000 85,71 50,000 4.285.500 4 50,000 200.000
2. 36 50,000 1,800,000 60 50,000 3,000,000 128,57 50,000 6.428.500 18 50,000 900.000
3. 8 50,000 400,000 18 50,000 900,000 68,57 50,000 3.428.500 6 50,000 300.000
4. 1 50,000 50,000 6 50,000 300,000 17,14 50,000 857.000 2 50,000 100.000
5. 1 50,000 50,000 6 50,000 300,000 17,14 50,000 857.000 2 50,000 100.000
6. 1 50,000 50,000 6 50,000 300,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
7. 75 50,000 3,750,000 150 50,000 7,500,000 214,28 50,000 10.714.000 45 50,000 2.250.000
8. 10 50,000 500,000 20 50,000 1,000,000 85,71 50,000 4.285.500 6 50,000 300.000
9. 8 50,000 400,000 18 50,000 900,000 68,57 50,000 3.428.500 6 50,000 300.000
10. 2 50,000 100,000 12 50,000 600,000 17,14 50,000 857.000 4 50,000 200.000
11. 0.75 50,000 37,500 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
12. 30 50,000 1,500,000 60 50,000 3,000,000 128,57 50,000 6.428.500 18 50,000 900.000
13. 24 50,000 1,200,000 48 50,000 2,400,000 128,57 50,000 6.428.500 15 50,000 750.000
14. 8 50,000 400,000 18 50,000 900,000 68,57 50,000 3.428.500 6 50,000 300.000
15. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
16. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
17. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 34,28 50,000 1.714.000 4 50,000 200.000
18. 0.75 50,000 37,500 4 50,000 200,000 8,57 50,000 428.500 1 50,000 50.000
19. 10 50,000 500,000 20 50,000 1,000,000 85,71 50,000 4.285.500 6 50,000 300.000
20. 0.75 50,000 37,500 4 50,000 200,000 8,57 50,000 428.500 1 50,000 50.000
21. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 34,28 50,000 1.714.000 4 50,000 200.000
22. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
23. 1 50,000 50,000 6 50,000 300,000 17,14 50,000 857.000 2 50,000 100.000
24. 1 50,000 50,000 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
25. 0.75 50,000 37,500 4 50,000 200,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
26. 6 50,000 300,000 20 50,000 1,000,000 85,71 50,000 4.285.500 6 50,000 300.000
27. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
28. 1 50,000 50,000 6 50,000 300,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
29. 5 50,000 250,000 6 50,000 300,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
30. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
31. 0.75 50,000 37,500 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
32. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
33. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 34,28 50,000 1.714.000 6 50,000 300.000
34. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 34,28 50,000 1.714.000 4 50,000 200.000
35. 1 50,000 50,000 6 50,000 300,000 17,14 50,000 857.000 3 50,000 150.000
36. 2 50,000 100,000 7 50,000 350,000 17,14 50,000 857.000 3 50,000 150.000
37. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 34,28 50,000 1.714.000 4 50,000 200.000
38. 0.75 50,000 37,500 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
39. 0.75 50,000 37,500 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
40. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
41. 1 50,000 50,000 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
42. 4 50,000 200,000 14 50,000 700,000 34,28 50,000 1.714.000 4 50,000 200.000
43. 1 50,000 50,000 5 50,000 250,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
44. 8 50,000 400,000 18 50,000 900,000 68,57 50,000 3.428.500 6 50,000 300.000
45. 6 50,000 300,000 16 50,000 800,000 51,42 50,000 2.571.000 6 50,000 300.000
46. 0.75 50,000 37,500 4 50,000 200,000 8,57 50,000 428.500 1 50,000 50.000
47. 0.75 50,000 37,500 4 50,000 200,000 8,57 50,000 428.500 2 50,000 100.000
Total 327,75
16.387.500 796
39.800.000 2.065,54 103.277.000 259 12.950.000
185
Lampiran 8. (Lanjutan)
No. Tahap Pemeliharaan HOK Nilai (Rp)
1. Penyemprotan 327,75 16.387.500
2. Pemupukan 796 39.800.000
3. Penyiraman 2.065,54 103.277.000
4. Pemangkasan 259 12.950.000
T o t a l 3.448,29 172.414.500
Rata-rata per petani (0,80 Ha) 73,36 3.668.393
Rata-rata 1 Ha 4.585.491
186
Lampiran 9. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Fisik Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1. Penerimaan:
a. Pedagang Pengumpul (Buah) 560.620 2.500 1.401.550.000
b. Pedagang Pengecer (Buah) 10.800 5.000 54.000.000
c. Industri RT Pengolahan Jeruk Pamelo (Buah) 1.500 3.500 5.250.000
d. Pedagang (Luar Wilayah) 9.000 3.000 27.000.000
Total Penerimaan 581.920
1.487.800.000
2. Biaya Variabel:
a. Pupuk
* Pupuk Kandang (Karung) 7.512 5.000 37.560.000
* Pupuk NPK Ponzka (Karung) 226,5 120.000 27.180.000
* Pupuk Urea (Karung) 863 95.000 81.985.000
* Pupuk ZA (Kg) 1.518 4.000 6.072.000
b. Pestisida
* Supremo (Liter) 151,84 60.000 9.110.400
* Pestona (Liter) 38,01 110.000 4.181.100
c. Upah Tenaga Kerja
* Penyemprotan (HOK) 327,75 50.000 16.387.500
* Pemupukan (HOK) 796 50.000 39.800.000
* Penyiraman (HOK) 2.065,54 50.000 103.277.000
* Pemangkasan (HOK) 259 50.000 12.950.000
Total Biaya Variabel 338.503.000
3. Biaya Tetap:
a. Pajak Lahan (Ha) 37,16 1.898.000
b. NPA (1 paket/tahun) 8.714.025
Total Biaya Tetap 10.612.025
4. Total Biaya (2+3) 349.115.025
5. Pendapatan 1.138.684.975
Rata-rata per Petani (0,80 Ha) 24.227.339
Pendapatan (1 Ha) 30.284.173
187
Lampiran 10. Identitas Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Nama Umur
(Tahun)
Jumlah Tanggungan
(Orang)
Pendidikan Terakhir
Sumber Modal
Lama Berusaha (Tahun)
1. H. Abdul Benteng 57 4 SMA Sendiri 30
2. Pattola 50 2 SD Sendiri 15
3. Fatahuddin 41 1 S1 Sendiri 12
4. H. Johari 52 4 SMA Sendiri 12
5. Sale 54 3 SMA Sendiri 10
T o t a l 254 14 79
188
Lampiran 11. Penerimaan Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Pengiriman ke Jakarta dan Bandung Pembelian dari Pedagang (antar kabupaten)
Total Nilai (Rp) Jumlah Produksi (Buah)
Harga (Rp/Buah)
Nilai (Rp) Jumlah
Produksi (Buah)
Harga (Rp/Buah)
Nilai (Rp)
1 152.000 3.000 456.000.000 0 0 0 456.000.000
2 109.900 3.300 362.670.000 14.400 3.500 50.400.000 413.070.000
3 96.600 3.600 347.760.000 0 0 0 347.760.000
4 96.055 3.500 336.192.500 0 0 0 336.192.500
5 91.665 3.600 329.994.000 0 0 0 329.994.000
Total 546.220 1.832.616.500 14.400 50.400.000 1.883.016.500
Rata-rata 376.603.300
189
Lampiran 12. NPA Pedagang Antar Daerah di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Mobil Pick-Up 1 Mobil Pick-Up 2 Gerobak
Jmlh (Unit)
L.Pakai (Thn)
Hrg Awal (Rp)
Hrg Akhir (Rp)
NPA (Rp)
Jmlh (Unit)
L.Pakai (Thn)
Hrg Awal (Rp)
Hrg Akhir (Rp)
NPA (Rp)
Jmlh (Unit)
L.Pakai (Thn)
Hrg Awal (Rp)
Hrg Akhir (Rp)
NPA (Rp)
1. 1 16 110.000.000 90.000.000 1.250.000 2 10 90.000.000 75.000.000 3.000.000 5 3 295.000 270.000 41.666,67
2. 1 20 25.000.000 13.000.000 600.000 1 10 30.000.000 22.000.000 800.000 6 3 295.000 270.000 50.000
3. 1 10 40.000.000 25.000.000 1.500.000 1 5 160.000.000 155.000.000 1.000.000 6 4 295.000 270.000 37.500
4. 1 15 30.000.000 18.000.000 800.000 1 10 20.000.000 14.000.000 600.000 5 3 295.000 270.000 41.666,67
5. 1 12 35.000.000 20.000.000 1.250.000 1 8 27.000.000 23.000.000 500.000 5 3 295.000 270.000 41.666,67
Total 5.400.000 5.900.000 212.500
No. Jenis Alat NPA (Rp)
1. Mobil pick-up 1 5.400.000
2. Mobil pick-up 2 5.900.000
3. Gerobak 212.500
T o t a l 11.512.500
Rata-rata 2.302.500
190
Lampiran 13. Pajak Pedagang Antar Daerah di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Luas Lahan Gudang (Ha)
Pajak Lahan Gudang (Rp/Ha)
Pajak Mobil Pick-Up 1 (Rp)
Pajak Mobil Pick-Up 2 (Rp)
Jumlah Pajak (Rp)
1. 0,225 30.000 743.000 1.118.000 1.891.000
2. 0,012 10.000 0 1.120.000 1.130.000
3. 0,0144 20.000 1.115.000 1.193.000 2.328.000
4. 0,0144 20.000 747.000 1.122.000 1.889.000
5. 0,0144 20.000 893.000 1.268.000 2.181.000
Total 0,2802 100.000 3.498.000 5.821.000 9.419.000
Rata-rata
1.883.800
191
Lampiran 14. Biaya Variabel Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Jeruk Pamelo Gala Bensin
Jumlah (Buah)
Harga (Rp/buah)
Nilai (Rp) Jumlah (Buah)
Harga (Rp/buah)
Nilai (Rp) Jumlah (Liter)
Harga (Rp/liter)
Nilai (Rp)
1. 152.000 2.500 380.000.000 10 2,500 25,000 17 6,450 109.650
2. 124.300 2.500 310.750.000 10 2,500 25,000 15 6,450 96.750
3. 96.600 2.500 241.500.000 16 2,500 40,000 12 6,450 77.400
4. 96.055 2.500 240.137.500 15 2,500 37,500 12 6,450 77.400
5. 91.665 2.500 229.162.500 8 2,500 20,000 10 6,450 64.500
Total 560.620 1.401.550.000 59 147,500 66 425.700
No. Jenis Biaya Variabel Jumlah Nilai (Rp)
1. Jeruk pamelo (buah) 560.620 1.401.550.000
2. Gala (buah) 59 147.500
3. Bensin (Liter) 66 425.000
T o t a l 1.402.122.500
Rata-rata 280.424.500
192
Lampiran 15. Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Pemanenan Pengangkutan
TK JK HK HOK TK JK HK HOK
1. 10 10 22 314,28 10 2 22 62,85
2. 10 10 18 257,14 10 2 18 51,42
3. 16 10 14 320,00 16 2 14 64,00
4. 14 10 14 280,00 14 2 14 56,00
5. 8 10 13 148,57 8 2 13 29,71
Total 58
81 1.319,99 58 81 263,98
Keterangan:
Jam Kerja Standar (JKS) = 7 jam
JKtotal = TK x JK x HK
HOK = JKtotal/JKS
193
Lampiran 16. Upah Tenaga Kerja Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pemanenan Pengangkutan
HOK Upah (Rp) Nilai (Rp) HOK Upah (Rp) Nilai (Rp)
1. 314,28 50.000 15.714.000 62,85 50.000 3.142.500
2. 257,14 50.000 12.857.000 51,42 50.000 2.571.000
3. 320,00 50,000 16.000.000 64,00 50,000 3.200.000
4. 280,00 50,000 14.000.000 56,00 50,000 2.800.000
5. 148,57 50,000 7.428.500 29,71 50,000 1.485.500
Total 1.319,99
65.999.500 263,98 13.199.000
No. Uraian HOK Nilai (Rp)
1. Pemanenan 1.319,99 65.999.500
2. Pengangkutan 263,98 13.199.000
T o t a l 1.583,97 79.198.500
Rata-rata 316,794 15.839.700
194
Lampiran 17. Analisis Pendapatan Pedagang Antar Daerah Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Fisik Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1. Penerimaan
a. Pedagang (Antar Pulau) Jakarta dan Bandung 546.220
1.832.616.500
b. Pedagang (Antar Kabupaten) 14.400 3.500 50.400.000
Total Penerimaan
1.883.016.500
2. Biaya Variabel:
a. Jeruk pamelo (Buah) 560.620 2.500 1.401.550.000
b. Gala (buah)
147.500
c. Bensin (Liter)
425.700
f. Upah Tenaga Kerja
* Pemanenan (HOK) 1.319,99 50.000 65.999.500
* Pengangkutan (HOK) 263,98 50.000 13.199.000
Total Biaya Variabel 1.481.321.700
3. Biaya Tetap:
a. Pajak
9.419.000
c. NPA (1 paket/tahun)
11.512.500
Total Biaya Tetap 20.931.500
4. Total Biaya (2+3) 1.502.253.200
5. Pendapatan 380.763.300
195
Lampiran 18. Permintaan Jeruk Pamelo dari Pedagang (Antar Pulau) di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Pedagang Antar Daerah Jumlah
Produksi (Buah) Permintaan (Buah)
1. H. Abdul Benteng 152.000 210.000
2. Pattola 124.300 140.000
3. Fatahuddin 96.600 105.000
4. H. Johari 96.055 105.000
5. Sale 91.665 105.000
T o t a l 546.220 665.000
Rata-rata 109.244 133.000
196
Lampiran 19. Identitas Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Nama Umur
(Tahun)
Jumlah Tanggungan
(Orang)
Pendidikan Terakhir
Sumber Modal
Lama Berusaha (Tahun)
1. Desi 20 9 SMA Sendiri 7
2. Hj. Kambe 50 5 SD Sendiri 4
3. Sakka 47 3 SMA Sendiri 5
4. Cupu 45 4 SMA Sendiri 5
5. Uleng 53 2 SMA Sendiri 7
T o t a l 35
197
Lampiran 20. Penerimaan Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jeruk Pamelo
Total Nilai (Rp)
Jumlah (Buah) Harga (Rp) Nilai (Rp)
1. 5.800 15.000 87.000.000 87.000.000
2. 850 15.000 12.750.000 12.750.000
3. 1.150 15.000 17.250.000 17.250.000
4. 1.450 15.000 21.750.000 21.750.000
5. 1.550 15.000 23.250.000 23.250.000
Total 10.800 162.000.000 162.000.000
Rata-rata 32.400.000
198
Lampiran 21. Nilai Penyusutan Alat (NPA) Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Gerobak Mobil Pick-Up Baskom Besar
Jumlah (Unit)
Lama Pakai
(Tahun)
Harga Awal (Rp)
Harga Akhir (Rp)
NPA (Rp)
Jumlah (Unit)
Lama Pakai
(Tahun)
Harga Awal (Rp)
Harga Akhir (Rp)
NPA (Rp) Jumlah (Unit)
Lama Pakai
(Tahun)
Harga Awal (Rp)
Harga Akhir (Rp)
NPA (Rp)
1. 2 5 300.000 275.000 10.000 1 3 150.000.000 147.300.000 900.000 2 2 30.000 15.000 15.000
2. 2 4 300.000 275.000 12.500 1 3 100.000.000 97.300.000 900.000 2 2 30.000 15.000 15.000
3. 2 5 300.000 275.000 10.000 1 5 95.000.000 88.500.000 1.300.000 2 2 30.000 15.000 15.000
4. 2 4 300.000 275.000 12.500 1 4 115.000.000 110.200.000 1.200.000 2 2 30.000 15.000 15.000
5. 2 4 300.000 275.000 12.500 1 5 85.000.000 78.500.000 1.300.000 2 2 30.000 15.000 15.000
Total 57.500 5.600.000 75.000
No. Jenis Alat NPA (Rp)
1. Gerobak 57.500
2. Mobil Pick-up 5.600.000
3. Baskom besar 75.000
T o t a l 5.732.500
Rata-rata 1.146.500
199
Lampiran 22. Pajak Pedagang Pengecer di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Lahan Kios Pajak Mobil
Pick-Up 1 (Rp) Jumlah Pajak
(Rp) Luas (m2) Pajak (Rp/Ha)
1. 15 500.000 1.643.000 2.143.000
2. 15 500.000 1.120.000 1.620.000
3. 15 500.000 1.095.000 1.595.000
4. 15 500.000 1.560.000 2.060.000
5. 15 500.000 987.000 1.487.000
Total 2.500.000 6.405.000 8.905.000
Rata-rata 1.781.000
200
Lampiran 23. Biaya Variabel Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Jeruk Pamelo Tali Strap Bensin
Jumlah (Buah)
Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah (Meter)
Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah (Liter)
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
1. 5.800 5.000 29.000.000 20 7.300 146.000 10 6.450 64.500
2. 850 5.000 4.250.000 20 7.300 146.000 5 6.450 32.250
3. 1.150 5.000 5.750.000 20 7.300 146.000 6 6.450 38.700
4. 1.450 5.000 7.250.000 20 7.300 146.000 7 6.450 45.150
5. 1.550 5.000 7.750.000 20 7.300 146.000 7 6.450 45.150
Total 10.800 54.000.000 100 730.000 35 225.750
No.
Kantong Kresek Terpal Sikat
Jumlah (Buah)
Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah
(Lembar) Harga (Rp) Nilai (Rp)
Jumlah (Buah)
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
1. 20 6.000 120.000 1 135.000 135.000 2 5.000 10.000
2. 3 6.000 18.000 1 135.000 135.000 2 5.000 10.000
3. 4 6.000 24.000 1 135.000 135.000 2 5.000 10.000
4. 5 6.000 30.000 1 135.000 135.000 2 5.000 10.000
5. 5 6.000 30.000 1 135.000 135.000 2 5.000 10.000
Total 37 222.000 5 675.000 10 50.000
No. Jenis Biaya Variabel Jumlah NPA (Rp)
1. Jeruk pamelo (buah) 10.800 54.000.000
2. Tali strap (meter) 100 730.000
3. Bensin (Liter) 35 225.750
4. Kantong kresek (buah) 37 222.000
5. Terpal (lembar) 5 675.000
6. Sikat (buah) 10 50.000
7. Gala 10 25.000
T o t a l 55.927.750
Rata-rata 11.185.550
201
Lampiran 24. HOK Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016.
No. Pemanenan Pengangkutan Pengolahan Pemasaran
TK JK HK HOK TK JK HK HOK TK JK HK HOK TK JK HK HOK
1. 2 7 10 20 1 2 10 2,85 2 5 10 18,24 1 12 97 166,28
2. 2 3 3 2,57 1 2 3 0,85 2 4 3 3,42 1 12 17 29,14
3. 2 5 3 4,28 1 2 3 0,85 2 4 3 3,42 1 12 23 39,42
4. 2 5 4 5,71 1 2 4 1,14 2 4 4 4,57 1 12 29 49,71
5. 2 5 4 5,71 1 2 4 1,14 2 4 4 4,57 1 12 31 53,14
Total 38,27 18,78 34,22 337,69
Keterangan:
Jam Kerja Standar (JKS) = 7 jam
JKtotal = TK x JK x HK
HOK = JKtotal/JKS
202
Lampiran 25. Upah Tenaga Kerja Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No.
Pemanenan Pengangkutan Pengolahan Pemasaran
HOK Harga (Rp)
Nilai (Rp) HOK Harga (Rp)
Nilai (Rp) HOK Harga (Rp)
Nilai (Rp) HOK Harga (Rp)
Nilai (Rp)
1. 20 50.000 1.000.000 2,85 50.000 142.500 18,24 50.000 912.000 166,28 50.000 8.314.000
2. 2,57 50.000 128.500 0,85 50.000 42.500 3,42 50.000 171.000 29,14 50.000 1.457.000
3. 4,28 50.000 214.000 0,85 50.000 42.500 3,42 50.000 171.000 39,42 50.000 1.971.000
4. 5,71 50.000 285.500 1,14 50.000 57.000 4,57 50.000 228.500 49,71 50.000 2.485.500
5. 5,71 50.000 285.500 1,14 50.000 57.000 4,57 50.000 228.500 53,14 50.000 2.657.000
Total 38,27 1.913.500 18,78 341.500 34,22 1.711.000 337,69 16.884.500
No. Uraian HOK Nilai (Rp)
1. Pemanenan 38,27 1.913.500
2. Pengangkutan 18,78 341.500
3. Pengolahan 34,22 1.711.000
4. Pemasaran 337,69 16.884.500
T o t a l 428,96 20.850.500
Rata-rata 85,792 4.170.100
203
Lampiran 26. Analisis Pendapatan Pedagang Pengecer Jeruk Pamelo di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Fisik Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1. Penerimaan
a. Jeruk pamelo (besar) 10.800 15.000 162.000.000
2. Biaya Variabel:
a. Jeruk Pamelo (Buah) 10.800 5.000 54.000.000
b. Tali strap (Meter) 100 1.700 730.000
c. Bensin (liter) 35 6.450 225.750
d. Kantong kresek (pcs) 37 6.000 222.000
e. Terpal (Lembar) 5 135.000 675.000
f. Sikat (pcs) 10 5.000 50.000
i. Upah Tenaga Kerja
* Pemanenan (HOK) 38,27 50.000 1.913.500
* Pengangkutan (HOK) 18,78 50.000 341.500
* Pengolahan (HOK) 34,22 50.000 1.711.000
* Pemasaran (HOK) 337,69 50.000 16.884.500
Total Biaya Variabel 76.753.250
3. Biaya Tetap:
a. Pajak
8.905.000
b. NPA (1 paket/tahun)
5.732.500
Total Biaya Tetap 14.637.500
4. Total Biaya (2+3) 91.390.750
5. Pendapatan 70.609.250
204
Lampiran 27. Identitas Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep,
2016.
No. Nama Umur
(Tahun) Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
(Jiwa)
Lama
Mengusahakan
(Tahun)
Sumber
Modal
Status
Usaha
1. Amir 46 SMA 5 4
Sendiri dan
Bantuan
Pemerintah
Sampingan
205
Lampiran 28. Penerimaan Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016.
No. Uraian
Jumlah Bahan
Baku
(Buah)
Jumlah Produksi Harga Satuan
(Rp)
Nilai Produk
(Rp)
1. Sari Buah (Botol) 1.500 7.500 3.500 26.250.000
2. Dodol (Dus) 1.500 7.500 10.000 75.000.000
3. Selai (Botol) 1.500 3.000 12.000 36.000.000
T o t a l 137.250.000
206
Lampiran 29. Bahan Baku Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016.
Penggunaan Bahan Baku (Buah) Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
1.500 3.500 5.250.000
207
Lampiran 30. Bahan Penunjang Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten
Pangkep, 2016.
Bahan Penunjang Jumlah Fisik Harga Satuan (Rp) Nilai(Rp)
Sari Buah
Gula pasir 56,25 Kg 13.000 731.250
Asam sitrat 7,42 Kg 22.000 163.240
Benzoat 0,45 Kg 70.000 31.500
Botol plastik kemasan 7.500 Botol 600 4.500.000
Label botol 7.500 Lembar 187.5 1.406.250
Gas 3 Kg 22 Unit 17.000 374.000
Jumlah 7.206.240
Dodol
Gula pasir 750 Kg 13.000 9.750.000
Margarin 150 Kg 12.000 1.800.000
Labu halus 1.125 Kg 7.000 7.875.000
Kotak kemasan 7.500 kotak 2.500 18.750.000
Plastik kemasan dodol 54 roll 7.500 405.000
Gas 3 Kg 282 Unit 17.000 4.794.000
Jumlah 43.374.000
Selai Jeruk
Gula pasir 562,5 Kg 13.000 7.312.500
Asam sitrat 0,13 Kg 22.000 2.860
Natrium benzoat 0,38 Kg 70.000 26.600
Pewarna makanan 1,5 Liter 100.000 150.000
Toples selai 3.000 botol 2.000 6.000.000
Label toples 3.000 lbr 190 570.000
Gas 3 Kg 126 Unit 17.000 2.142.000
Jumlah 16.203.960
208
Lampiran 31. Nilai Penyusutan Alat Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang,
Kabupaten Pangkep, 2016.
Nama Alat Jumlah (Unit) Lama Pakai (Thn) Harga Awal (Rp) Harga Akhir (Rp) NPA
Sari Buah
Kompor 3 3 650.000 600.000 50.000
Baskom stainless 5 3 150.000 90.000 100.000
Pisau stainless 6 3 200.000 165.000 70.000
Panci 3 3 500.000 380.000 120.000
Spatula kayu 3 2 14.000 7.000 10.500
Pemeras buah 1 3 4.000.000 3.400.000 200.000
T o t a l 550.500
Dodol Buah
Baskom stainless 3 3 150.000 110.000 40.000
Pisau stainless 3 3 200.000 165.000 35.000
Penyaring 3 3 150.000 100.000 50.000
Wajan 2 3 850.000 790.000 40.000
Loyang stainless 20 3 36.000 27.000 60.000
Sendok 6 3 2.000 1.000 2.000
Spatula stainless 2 3 136.000 100.000 36.000
Wajan 1 3 500.000 380.000 40.000
Kompor 3 3 650.000 600.000 50.000
Blender 2 3 500.000 350.000 100.000
T o t a l 453.000
Selai Buah
Kompor 3 3 650.000 600.000 50.000
Penyaring 3 3 150.000 100.000 50.000
Pisau stainless 3 3 200.000 165.000 35.000
Baskom stainless 3 3 150.000 110.000 40.000
Wajan 2 3 850.000 790.000 40.000
Spatula stainless 2 3 136.000 100.000 36.000
Sendok besar 3 3 2.000 1.000 1.000
Blender 2 3 500.000 350.000 100.000
Panci 1 3 500.000 380.000 40.000
Sealer 1 3 1.000.000 880.000 40.000
T o t a l 432.000
209
Lampiran 32. Hari Orang Kerja (HOK) Tenaga Kerja Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Uraian TK HK JK HOK
Sari buah
Pengadaan bahan baku 1 12 1 1,7
Pengolahan 4 12 3 20,5
Pengemasan 2 12 2 6,85
Dodol buah
Pengadaan bahan baku 1 12 1 1,7
Pengolahan 4 12 5 34,28
Pengemasan 2 12 2 6,85
Selai buah
Pengadaan bahan baku 1 12 1 1,7
Pengolahan 4 12 7 48
Pengemasan 2 12 2 6,85
Keterangan:
Jam Kerja Standar (JKS) = 7 jam
JKtotal = TK x HK x JK
HOK = JKtotal/JKS
210
Lampiran 33. Upah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Uraian HOK Upah (Rp) Upah Tenaga Kerja
(Rp/Tahun)
Sari buah
Pengadaan bahan baku 1,7 50.000 85.000
Pengolahan 20,5 50.000 1.025.000
Pengemasan 6,85 50.000 342.500
Dodol buah
Pengadaan bahan baku 1,7 50.000 85.000
Pengolahan 34,28 50.000 1.714.000
Pengemasan 6,85 50.000 342.500
Selai buah
Pengadaan bahan baku 1,7 50.000 85.000
Pengolahan 48 50.000 2.400.000
Pengemasan 6,85 50.000 342.500
211
Lampiran 34. Pajak Bangunan Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Luas Lahan (Ha) Pajak Lahan (Rp)
0,0063 10.000
212
Lampiran 35. Analisis Pendapatan Industri Pengolahan Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
No. Uraian Jumlah Fisik Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp)
Sari Buah
1. Penerimaan
Total Produksi (Botol) 7.500 3.500 26.250.000
2. Biaya Pengolahan Sari Buah Jeruk Pamelo
a. Biaya Variabel
Biaya bahan baku (Buah) 1.500 1.750.000
Biaya bahan penunjang (1 paket/tahun) - - 7.206.240
Biaya tenaga kerja
Pengadaan bahan baku (HOK) 1,7 50.000 85.000
Pengolahan (HOK) 20,5 50.000 1.025.000
Pengemasan (HOK) 6,85 50.000 342.500
Biaya transportasi 4 30.000 120.000
b. Biaya Tetap
Nilai Penyusutan Alat (NPA) (1 paket/tahun) 550.500
Pajak Bangunan (Ha) 0,0063 10.000
Total Biaya 11.089.240
3. Pendapatan 15.160.760
Dodol Buah
1. Penerimaan
Total Produksi (Kotak) 6.700 10.000 75.000.000
2. Biaya Pengolahan Dodol Buah Jeruk Pamelo
a. Biaya Variabel
Biaya bahan baku (Buah) 1.500 1.750.000
Biaya bahan penunjang (1 paket/tahun) - - 43.374.000
Biaya tenaga kerja
Pengadaan bahan baku (HOK) 1,7 50.000 85.000
Pengolahan (HOK) 34,28 50.000 1.714.000
Pengemasan (HOK) 6,85 50.000 342.500
Biaya transportasi 4 30.000 120.000
b. Biaya Tetap
Nilai Penyusutan Alat (NPA) (1 paket/tahun) - - 453.000
Pajak Bangunan (Ha) - - -
Total Biaya 47.838.500
3. Pendapatan 27.161.500
213
Lampiran 35. (Lanjutan) No. Uraian Jumlah Fisik Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp)
Selai Buah
1. Penerimaan
Total Produksi (Botol) 3.000 12.000 36.000.000
2. Biaya Pengolahan Selai Buah Jeruk Pamelo
a. Biaya Variabel
Biaya bahan baku (Buah) 1.750.000
Biaya bahan penunjang (1 paket/tahun) - - 16.203.960
Biaya tenaga kerja
Pengadaan bahan baku (HOK) 1,7 50.000 85.000
Pengolahan (HOK) 48 50.000 2.400.000
Pengemasan (HOK) 6,85 50.000 342.500
Biaya transportasi 4 30.000 120.000
b. Biaya Tetap
Nilai Penyusutan Alat (NPA) (1 paket/tahun) - - 432.000
Pajak Bangunan (Ha) - - -
Total Biaya 21.333.460
3. Pendapatan 14.666.540
214
Lampiran 36. Jumlah dan Harga Produk Olahan Jeruk Pamelo Per Buah di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Jenis Produk
Jumlah Pemakaian
Bahan Baku (Buah)
Jumlah Produk
Harga Produk (Rp)
Total Harga (Rp)
Harga Produk (Rp/Buah)
Sari Buah (Botol)
1.500
7.500 3.500 26.250.000 17.500
Dodol Buah (Kotak) 7.500 10.000 75.000.000 50.000
Selai Buah (Botol) 3.000 12.000 36.000.000 24.000
215
Lampiran 37. Harga Bahan Penunjang pada Pengolahan Jeruk Pamelo Per Buah Bahan Baku di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Jenis Produk Jumlah
Pemakaian Bahan Baku (Buah)
Jumlah Fisik Total Harga (Rp) Harga (Rp/Buah)
Sari Buah
1.500 1 paket/tahun
7.206.240 4.804
Dodol Buah 43.374.000 28.916
Selai Buah 16.203.960 10.802
216
Lampiran 38. Hari Orang Kerja (HOK) pada Tenaga Kerja Industri Pengolahan Jeruk Pamelo Berdasarkan Jumlah Pemakaian Bahan Baku Jeruk Pamelo di Desa Punranga, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
Jenis Produk TK HK JK HOK
Pemakaian Bahan Baku (Buah) 1.500 1.500 1.500 1.500
1. Sari Buah
a. Pengadaan bahan baku 1 12 1 1,70
b. Pengolahan 4 12 3 20,50
c. Pengemasan 2 12 2 6,85
29,05
2. Dodol Buah
a. Pengadaan bahan baku 1 12 1 1,7
b. Pengolahan 4 12 5 34,28
c. Pengemasan 2 12 2 6,85
42,83
3. Selai Buah
a. Pengadaan bahan baku 1 12 1 1,7
b. Pengolahan 4 12 7 48
c. Pengemasan 2 12 2 6,85
56,55
Keterangan:
Jam Kerja Standar (JKS) = 7 jam
JKtotal = TK x HK x JK
HOK = JKtotal/JKS
217
Lampiran 39. Peta Infrastruktur Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, 2016.
218
Lampiran 40. Dokumentasi Penelitian
Foto Bersama Responden (Pedagang Pengumpul)
219
Lampiran 40. (Lanjutan)
Foto Responden (Petani Jeruk Pamelo)
Foto Alat Transportasi (Pedagang Pengecer) menuju Polman
220
Lampiran 40. (Lanjutan)
Foto Responden (Industri Rumah Tangga Pengolahan Jeruk Pamelo)