laporan ekstraksi sokhlet
DESCRIPTION
Laporan ekstraksi sokhletTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki 17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas
perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia)
(Reina,2004).
Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif, menjadikan Indonesia
mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang
sangat besar, walaupun belum terdaya gunakan.
Mengingat prospek ekonomi yang besar dari sumber sumber hayati
di laut sebagai bahan obat-obatan itu, Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP) menjadikan bioteknologi kelautan sebagai progam unggulan sejak
tahun 2002. Bioteknologi kelautan yang berkembang pesat bertujuan
memanfaatkan biota laut, salah satunya dengan ekstraksi senyawa bioaktif
sebagai obat-obatan dan bahan farmasi (Dahuri, 2005).
Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara
membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan
hewan dan tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal
ataupun disintesis.
Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan
apa yang ada di dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu
caranya adalah melalui ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak yang
nantinya akan mempermudah proses identifikasi. Ada beberapa metode
yang digunakan untuk mengekstrasi yaitu, maserasi, sokletasi dan refluks.
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan
di laboratorium kimia organik. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai
metode pemisahan komponen dari suatu campuran dengan menggunakan
pelarut berdasarkan beda kelarutan antara zat satu dan yang lainnya.
Ekstraksi dingin dapat dilakukan dengan maserasi (perendaman) dan
enfleurasi. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan pemisahan
mengguanakan alat (metode sokhletasi). Pelarut yang digunakan sedikit
dan keefisienan dari pelarut tersebut tinggi. Yang menjadi kekurangan
dalam metode ini adalah tidak dapat digunakan pada senyawa yang titik
didihnya rendah.
Pada praktikum kali ini kami akan melakukan ekstraksi pada salah
satu sampel biota laut yaitu bulu babi (Diadema setosum) dengan
menggunakan metode soxhletasi
1. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui cara ekstraksi biota laut dengan menggunakan metode
soxhletasi.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu mahasiswa dapat
mengamati dan memahami prinsip kerja metode soxhletasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Ruang lingkup fitokimia, suatu bagian ilmu pengetahuan alam,
diartikan secara berbeda-beda. Istilah fitokimia (dari kata “phyto” =
tanaman). Dari maknanya dapat ditafsirkan bahwa fitokimia menguraikan
aspek kimia suatu tanaman. Sementara itu, penyelidikan tentang kehidupan
tanaman secara kimia merupakan tugas dari biokimia. Dengan demikian
fitokimia berarti kimia suatu tanaman, jadi meliputi dari biokimia sehingga
dinyatakan juga sebagai biokimia tanaman.
Kajian fitokimia meliputi (Sirait, 2007) :
1. Uraian tentang isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman.
2. Perbandingan struktur senyawa kimia tanaman; berdasarkan definisi
ini dilakukan penggolongan senyawa kimia yang ditemukan di alam.
3. Perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis
tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa kimia dalam
tanaman.
Fitokimia tidak hanya meliputi tentang tanaman tetapi juga dengan
hewan biota laut. Fitokimia pun mempunyai peran dalam penelitian obat
yang secara khusus dibahas dalam farmakoterapi, demikian pula dengan
farmakognosi. Pada umumnya dalam buku farmakognosi dibagian
utamanya diuraikan tentang senyawa kimia tanaman yang penting sebagai
obat dan uraian botanis tentang tanaman yang mengandung senyawa kimia
berkhasiat (Sirait, 2007).
Biota Laut
Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang
menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan
biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik,
kedua adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat
organik dari luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah
produsen merupakan biota laut yang tidak mampu menelan zat organik
dalam bentuk butiran, tidak mampu berfotosintesis namun mampu memecah
molekul organik menjadi lebih sederhana (Dahuri, 2005).
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi
merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan
pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran
(Khamidinal. 2009).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstraksi yaitu
pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang
ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia
yang diduga dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan
adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan untuk
memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus
karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan
lamanya poses ekstraksi (Khamidinal. 2009) .
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara
lain (Harborne, 1987) :
1) Maserasi.
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya
terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung
cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan
warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu
lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh.
2) Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut
(perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan
pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir
turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk
kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi
proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak
terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi
keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam seldengan cairan
disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut
segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian
ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang
dapat diekstraksi mencapai 95%).
3) Sokletasi
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi
diletakkan dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya)
dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu
(perkulator). Wadah gelas yang mengandung kantung ndiletakkan diantar
labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan
labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan
mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang
berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan
menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul didalam
wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis
dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi
terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya.
4) Refluks
Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk
mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya
digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguapa
atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip
dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga
pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor
dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada
selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak
ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
II.2 Isolasi
Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa
yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang
murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa sebagai metabolit primer
dan metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami
mengisolasi senyawa metabolit sekunder,karena dapat memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia (Khamidinal. 2009).
Kandungan senyawa dari tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan
pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha isolasi
senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang
akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih
mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawaa non polar lebih
mudah larut dalam pelarut non polar (Harborne, 1987).
II.3 Metode
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik (Sirait M. 2007).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut
konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak dengan
metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari bahan
dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang
benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan yang larut
air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta keaktifan pelarut
tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut
hexana (Dahuri,2005).
Ekstraksi soxhlet memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
Keuntungan dari metode ekstraksi soxhlet ini antara lain yaitu dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasansecara langsung. Selain itu, pelarut dapat didapatkan kembali
setelah proses ekstraksi selesai dilakukan. Hasil ekstraksi menggunakan
soxhlet juga memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, sebab susunan alat
membuat proses berjalan efektif. Sedangkan kerugian dari metode ini yaitu
penggunaannya hanya terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau
campuran azeotropik dan tidak dapatdigunakan utnuk ekstraksi dengan
campuran pelarut, misalnya campuran pelarut heksan dan diklorometana,
atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karenakomposisinya saat
berupa uap akan berbeda dengan komposisi saat berupa pelarut cair dalam
wadah (Harborne, 1987).
Gambar 1. Rangkaian alat Sokhletasi
Keterangan alat beserta fungsinya :
1. Kondensor : Berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk
mempercepat proses pengembunan.
2. Timbal : Berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin
diambil zatnya.
3. Pipa F : Berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang
menguap dari proses penguapan.
4. Sifon : Berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon
larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat
maka hal ini dinamakan 1 siklus.
5. Labu alas bulat : Berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
6. Hot plate : Berfungsi sebagai pemanas larutan.
II.4 Uraian Hewan
Bulu babi (Deadema setosum)
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidae
Ordo : Camiodonia
Famili : Echinoiceae
Genus : Deadema
Spesies : Deadema setosum
b) Uraian
Bulu babi adalah anggota phylum Echinodermata, meliputi
bintang laut, ketimun laut, bintang rapuh, dan crinoids. Seperti
echinoderms lain bulu babi mempunyai bentuk lima simetri (disebut
pentamerisme) dan pergerakkan denga pertolongan ratusan tiny kecil,
transparan, melekat " kaki tabung ". Pentamerous simetri tidak jelas
nyata pada peristiwa kebetulan tetapi mudah dilihat di kulit bulu babi
kering atau test. Bersama dengan ketimun laut (Holothuroidea),
menyusun subphylum Echinozoa, yang digambarkan terutama
mempunyai bentuk globoid tanpa lengan atau memproyeksikan sinar.
Ketimun Laut dan echinoids irregular mempunyai perubahan bentuk
berbeda. Walaupun banyak ketimun laut mempunyai lengan bercabang
disekeliling pembukaan mulutnya, ini berasal dari modifikasi kaki
tabung dan tidak sama dengan lengan dari crinoids, bintang laut dan
bintang rapuh (Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 1999).
c) Anatomi Dan Fisiologi
Pada mulanya, bulu babi sering terlihat sessile (diam), yaitu. tidak
mampu untuk yang bergerak. Kadang-kadang tanda kehidupan yang
paling menyolok adalah tulang belakang, yang dipasang pada dasar ke
sendi peluru dan dapat menunjuk ke segala arah. Kebanyakan bulu
babi, sentuhan cahaya menimbulkan gerakan dan reaksi yang dapat
terlihat dari tulang belakang, yang memusat ke arah titik yang
disentuh. Bulu babi tidak punya mata yang dapat melihat, kaki, atau
alat bergerak, tetapi dapat bergerak dengan bebas di atas permukaan
atas pertolongan pelekatan kaki tabungnya, bekerja bersama dengan
tulang belakang. Diatas permukaan mulut bulu babi yaitu lokasi
pertengahan mulut dapat menyusun lima gigi kalsium karbonat yang
dipersatukan atau jaws, dengan struktur seperti lidah di dalam.
Keseluruhan organ pengunyahan dikenal sebagai Lentera Aristotle's,
nama yang berasal dari deskripsi akurat Aristotle's dalam Story of
Animals bulu babi mempunyai apa yang disebut kepala dan mulut
menurun, dan ditempatkan untuk isu residu atas di atas (Nybakken, J.
W. 1993).
Bulu babi juga mempunyai, lima gigi berongga di dalam, dan
pada pertengahan gigi ini terdapat unsur gemuk yang melayani lidah.
Kemudian kerongkongan, dan kemudian perut, dibagi menjadi lima
bagian, dan terisi dengan kotoran ekskresi, semua lima bagian
dipersatukan pada lubang anal, di mana kulit dilubangi untuk suatu
saluran pembuangan... Pada kenyataannya anggota mulut bulu babi
berlanjut dari suatu akhir ke lain, tetapi pada penampilan luar tidak
demikian, tetapi kelihatan seperti suatu lentera tanduk dengan kaca
tanduk dihilangkan (Nybakken, J. W. 1993).
II.5 Uraian Bahan
Alkohol (FI III, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol, alcohol
RM/BM : C2H6O/46,07
Rumus struktur :
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut
menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada
lidah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk jauh dari nyala api.
Khasiat : Sebagai antiseptic
Kegunaan : Bakteriostatik
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1) Cawan porselin
2) Gelas ukur
3) Heating mantle
4) Kondensor
5) Labu alas bulat
6) Lemari asam
7) Mangkuk
8) Neraca mekanik
9) Plat kaca
10) Sendok tanduk
III.1.2 Bahan
1) Aluminium foil
2) Bulu Babi (Deadema Setosum)
3) Etanol
4) Kelereng
5) Lap kasar
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihaluskan sampel bulu babi (Diadema setosum)
3. Ditimbang sampel sebanyak 25 gram dengan menggunakan neraca
duduk
4. Diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur
5. Dibungkus sampel bulu babi (Diadema setosum) dengan
menggunakan kertas saring, kemudian diikat kedua ujung kertas
saring tersebut
6. Dimasukkan sampel yang telah dibungkus kedalam klonsong
7. Dimasukkan etanol kedalam labu alas bulat
8. Dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat
9. Diletakkan diatas hot plate dan alat sokhlet dirangkaikan
10. Dilakukan penyarian dengan menggunakan metode sokhlet hingga
semua zat aktif dari sampel habis terekstraksi (24 siklus)
11. Dimasukkan kedalam lemari asam dan diuapkan
12. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial
13. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar
dan non polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi
H2SO4 10%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel
Metode
Ekstraks
i
Berat Sampel (g)
(Bulu Babi)
Volume Pelarut
(Ethanol)
Soxhlet 25 gram 250 mL
IV.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif yang
terkandung di dalam tanaman atau biota laut. Tujuannya untuk menarik
komponen senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia.
Percobaan yang dilakukan kali ini, yakni mengekstraksi simplisia
bulu babi. Bulu babi atau Urchin adalah binatang kecil, berbentuk bulat,
bertulang belakang, yang merupakan bagian dari kelas Echinoidea, yang
mengandung alkaloid dengan menggunakan metode ekstraksi soklet.
Ekstraksi soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang
kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor-pengotornya tidak
larut dalam pelarut tersebut. Metode ini dirasa cocok dengan sampel bulu
babi karena pengotor pada bulu babi tdk akan jatuh dan larut dalam larutan
penyari karena telah dibungkus dengan kertas saring.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang serbuk
simplisia bulu babi sebanyak 25 gram dan mengukur ethanol sebanyak 250
mL. Pada percobaan kali ini digunakan ethanol sebagai pelarut karena,
ethanol merupakan pelarut atau cairan penyari yang bersifat semi polar.
Sehingga ethanol dapat menyari semua komponen senyawa pada bulu babi
yang bersifat polar atau non polar.
Setelah itu sampel bulu babi dibungkus dengan menggunakan
kertas saring. Pembungkusan dilakukan dengan cara mengikat bagian
ujung kertas saring menggunakan benang. Diusahakan ikatan yang dibuat
tidak memungkinkan sampel untuk keluar atau bocor selama proses
pengekstraksian. Setelah itu sampel dimasukkan klonsong. Benang sisa
ikatan, di panjangkan di salah satu sisi kemudain dijepitkan pada bagian
ujung kelonsong untuk menjaga sampel tidak bergeser selama proses
ekstraksi karena dapat mengganggu proses ekstraksi.
Setelah siap, kelonsong disambungkan dengan pendingin yang
berfungsi untuk mempercepat pengembunan selama proses ekstraksi.
Setelah itu dimasukkan pelarut atau cairan penyari ethanol sebanyak
250mL ke dalam labu alas bulat. Setelah itu dimasukkan 2 (dua) buah
kelereng dalam labu alas bulat untuk menjaga panas tetap pada suhu
konstan. Suhu yang berubah atau meningkat dapat mempengaruhi kualitas
ekstrak yang didapat.
Kemudian dirangkai alat sokletasi sesuai dengan yang tertera pada
literatur yaitu, dirangkaikan pendingin, klonsong dan labu alas bulat serta
disambungkan dengan keran air, setelah itu diletakkan di atas hot plate.
Kemudian dilakukan penyarian sampai 24 siklus hingga semua zat
aktif dari sampel habis terekstraksi. Tiap siklus ditandai dengan penuhnya
pipa sifon dengan pelarut, dan masuk lagi ke dalam labu alas bulat.
Penyarian dilakukan sampai 24 siklus karena sampel bulu babi tidak
berwarna ketika di ekstraksi sehingga menurut literatur ditentukan 24
siklus. Pada siklus ini dirasa semua komponen senyawa dalam sampel
telah habis terekstraksi.
Hasil ektrakasi yang didapat, dimasukkan kedalam baskom
berwarna bening dan ditutup dengan menggunakan aluminium foil
kemudian dievaporasi dalam lemari asam untuk memekatkan ekstrak.
Pemekatan ekstrak di tandai dengan mengentalnya sampel sampai
menempel pada bagian bawah baskom.
Hasil ekstraksi kemudian dimasukkan dalam botol vial untuk
dilakukan pengujian selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa prinsip kerja dari metode soxkletasi yaitu penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara sampel ditempatkan dalam klonsong
yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan
oleh kondensor diubah menjadi molekul-molekul cairan penyari yang
jatuh ke dalam klonsong menyari simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas
bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
V.2 Saran
V.2.1 Laboratorium
Adapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah mengenai
kelengkapan alat-alat laboratorium untuk lebih dilengkapi untuk
mengefisiensikan proses berjalannya praktikum agar praktikan lebih
efektif dalam melakukan praktikum.
V.2.2 Jurusan
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu agar lebih
memperhatikan sarana dan prasarana untuk mahasiswa farmasi sehingga
mahasiswa farmasi dapat belajar lebih nyaman dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Dachrianus, Drs. (2002). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Andalas University Press.
Dahuri R. 2005. Menggali Bahan Baku Obat di dalam Laut. Departemen
Perikanan dan Kelautan. [Jurnal]. (diakses 8 November
2013,http://www/dkp )
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Harbone, J.B, 1987. “Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi
Tumbuhan” Terjemahan Padmawinata, K. Bandung : Penerbit ITB.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nybakken, J. W. 1993. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Reina, 2004. Potensi dari Laut Belum dimaksimalkan. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi: Jakarta.
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.