laporan ekstraksi sokhlet

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia) (Reina,2004). Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif, menjadikan Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar, walaupun belum terdaya gunakan. Mengingat prospek ekonomi yang besar dari sumber sumber hayati di laut sebagai bahan obat- obatan itu, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menjadikan bioteknologi kelautan sebagai progam unggulan sejak tahun 2002. Bioteknologi kelautan yang berkembang pesat bertujuan memanfaatkan biota laut, salah satunya dengan ekstraksi senyawa bioaktif sebagai obat-obatan dan bahan farmasi (Dahuri, 2005). Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan dan tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal ataupun disintesis.

Upload: edysputi

Post on 25-Oct-2015

199 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan ekstraksi sokhlet

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan ekstraksi sokhlet

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang

memiliki 17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas

perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia)

(Reina,2004).

Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif, menjadikan Indonesia

mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang

sangat besar, walaupun belum terdaya gunakan.

Mengingat prospek ekonomi yang besar dari sumber sumber hayati

di laut sebagai bahan obat-obatan itu, Departemen Kelautan dan Perikanan

(DKP) menjadikan bioteknologi kelautan sebagai progam unggulan sejak

tahun 2002. Bioteknologi kelautan yang berkembang pesat bertujuan

memanfaatkan biota laut, salah satunya dengan ekstraksi senyawa bioaktif

sebagai obat-obatan dan bahan farmasi (Dahuri, 2005).

Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara

membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan

hewan dan tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal

ataupun disintesis.

Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan

apa yang ada di dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu

caranya adalah melalui ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak yang

nantinya akan mempermudah proses identifikasi. Ada beberapa metode

yang digunakan untuk mengekstrasi yaitu, maserasi, sokletasi dan refluks.

Ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan

di laboratorium kimia organik. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai

metode pemisahan komponen dari suatu campuran dengan menggunakan

pelarut berdasarkan beda kelarutan antara zat satu dan yang lainnya.

Ekstraksi dingin dapat dilakukan dengan maserasi (perendaman) dan

enfleurasi. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan  dengan pemisahan

mengguanakan alat (metode sokhletasi). Pelarut yang digunakan sedikit

Page 2: Laporan ekstraksi sokhlet

dan keefisienan  dari pelarut tersebut tinggi. Yang menjadi kekurangan

dalam metode ini adalah tidak dapat digunakan pada senyawa yang titik

didihnya rendah.

Pada praktikum kali ini kami akan melakukan ekstraksi pada salah

satu sampel biota laut yaitu bulu babi (Diadema setosum) dengan

menggunakan metode soxhletasi

1. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat

mengetahui cara ekstraksi biota laut dengan menggunakan metode

soxhletasi.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu mahasiswa dapat

mengamati dan memahami prinsip kerja metode soxhletasi.

Page 3: Laporan ekstraksi sokhlet

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Ruang lingkup fitokimia, suatu bagian ilmu pengetahuan alam,

diartikan secara berbeda-beda. Istilah fitokimia (dari kata “phyto” =

tanaman). Dari maknanya dapat ditafsirkan bahwa fitokimia menguraikan

aspek kimia suatu tanaman. Sementara itu, penyelidikan tentang kehidupan

tanaman secara kimia merupakan tugas dari biokimia. Dengan demikian

fitokimia berarti kimia suatu tanaman, jadi meliputi dari biokimia sehingga

dinyatakan juga sebagai biokimia tanaman.

Kajian fitokimia meliputi (Sirait, 2007) :

1. Uraian tentang isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman.

2. Perbandingan struktur senyawa kimia tanaman; berdasarkan definisi

ini dilakukan penggolongan senyawa kimia yang ditemukan di alam.

3. Perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis

tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa kimia dalam

tanaman.

Fitokimia tidak hanya meliputi tentang tanaman tetapi juga dengan

hewan biota laut. Fitokimia pun mempunyai peran dalam penelitian obat

yang secara khusus dibahas dalam farmakoterapi, demikian pula dengan

farmakognosi. Pada umumnya dalam buku farmakognosi dibagian

utamanya diuraikan tentang senyawa kimia tanaman yang penting sebagai

obat dan uraian botanis tentang tanaman yang mengandung senyawa kimia

berkhasiat (Sirait, 2007).

Biota Laut

Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang

menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan

biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik,

kedua adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat

organik dari luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah

produsen merupakan biota laut yang tidak mampu menelan zat organik

Page 4: Laporan ekstraksi sokhlet

dalam bentuk butiran, tidak mampu berfotosintesis namun mampu memecah

molekul organik menjadi lebih sederhana (Dahuri, 2005).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi

merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan

pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran

(Khamidinal. 2009).

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstraksi yaitu

pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang

ingin  diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia

yang diduga dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan

adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan untuk

memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus

karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan

lamanya poses ekstraksi (Khamidinal. 2009) .

Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara

lain (Harborne, 1987) :

1) Maserasi.

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan

simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya

terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan

pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung

cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan

warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu

lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope

mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak

memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan

simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang

diperoleh.

Page 5: Laporan ekstraksi sokhlet

2) Perkolasi

Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut

(perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan

pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir

turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk

kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi

proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak

terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi

keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam seldengan cairan

disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut

segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian

ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang

dapat diekstraksi mencapai 95%).

3) Sokletasi

Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi

diletakkan dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya)

dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu

(perkulator). Wadah gelas yang mengandung kantung ndiletakkan diantar

labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan

labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan

mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang

berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan

menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul didalam

wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis

dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi

terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya.

4) Refluks

Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk

mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya

digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguapa

atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka

pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip

Page 6: Laporan ekstraksi sokhlet

dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap

pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga

pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor

dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada

selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak

ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa

organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.

II.2 Isolasi

Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa

yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang

murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa sebagai metabolit primer

dan metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami

mengisolasi senyawa metabolit sekunder,karena dapat memberikan manfaat

bagi kehidupan manusia (Khamidinal. 2009).

Kandungan senyawa dari tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan

pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha isolasi

senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang

akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih

mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawaa non polar lebih

mudah larut dalam pelarut non polar (Harborne, 1987).

II.3 Metode

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik (Sirait M. 2007).

Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut

konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak dengan

metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari bahan

dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang

benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan yang larut

air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta keaktifan pelarut

Page 7: Laporan ekstraksi sokhlet

tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut

hexana (Dahuri,2005).

Ekstraksi soxhlet memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.

Keuntungan dari metode ekstraksi soxhlet ini antara lain yaitu dapat

digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap

pemanasansecara langsung. Selain itu, pelarut dapat didapatkan kembali

setelah proses ekstraksi selesai dilakukan. Hasil ekstraksi menggunakan

soxhlet juga memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, sebab susunan alat

membuat proses berjalan efektif. Sedangkan kerugian dari metode ini yaitu

penggunaannya hanya terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau

campuran azeotropik dan tidak dapatdigunakan utnuk ekstraksi dengan

campuran pelarut, misalnya campuran pelarut heksan dan diklorometana,

atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karenakomposisinya saat

berupa uap akan berbeda dengan komposisi saat berupa pelarut cair dalam

wadah (Harborne, 1987).

Gambar 1. Rangkaian alat Sokhletasi

Keterangan alat beserta fungsinya :

1. Kondensor : Berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk

mempercepat proses pengembunan.

Page 8: Laporan ekstraksi sokhlet

2. Timbal : Berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin

diambil zatnya.

3. Pipa F : Berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang

menguap dari proses penguapan.

4. Sifon : Berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon

larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat

maka hal ini dinamakan 1 siklus.

5. Labu alas bulat : Berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.

6. Hot plate : Berfungsi sebagai pemanas larutan.

II.4 Uraian Hewan

Bulu babi (Deadema setosum)

a) Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Echinoidae

Ordo : Camiodonia

Famili : Echinoiceae

Genus : Deadema

Spesies : Deadema setosum

b) Uraian

Bulu babi adalah anggota phylum Echinodermata, meliputi

bintang laut, ketimun laut, bintang rapuh, dan crinoids. Seperti

echinoderms lain bulu babi mempunyai bentuk lima simetri (disebut

pentamerisme) dan pergerakkan denga pertolongan ratusan tiny kecil,

transparan, melekat " kaki tabung ". Pentamerous simetri tidak jelas

nyata pada peristiwa kebetulan tetapi mudah dilihat di kulit bulu babi

kering atau test. Bersama dengan ketimun laut (Holothuroidea),

menyusun subphylum Echinozoa, yang digambarkan terutama

mempunyai bentuk globoid tanpa lengan atau memproyeksikan sinar.

Ketimun Laut dan echinoids irregular mempunyai perubahan bentuk

berbeda. Walaupun banyak ketimun laut mempunyai lengan bercabang

disekeliling pembukaan mulutnya, ini berasal dari modifikasi kaki

Page 9: Laporan ekstraksi sokhlet

tabung dan tidak sama dengan lengan dari crinoids, bintang laut dan

bintang rapuh (Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 1999).

c) Anatomi Dan Fisiologi

Pada mulanya, bulu babi sering terlihat sessile (diam), yaitu. tidak

mampu untuk yang bergerak. Kadang-kadang tanda kehidupan yang

paling menyolok adalah tulang belakang, yang dipasang pada dasar ke

sendi peluru dan dapat menunjuk ke segala arah. Kebanyakan bulu

babi, sentuhan cahaya menimbulkan gerakan dan reaksi yang dapat

terlihat dari tulang belakang, yang memusat ke arah titik yang

disentuh. Bulu babi tidak punya mata yang dapat melihat, kaki, atau

alat bergerak, tetapi dapat bergerak dengan bebas di atas permukaan

atas pertolongan pelekatan kaki tabungnya, bekerja bersama dengan

tulang belakang. Diatas permukaan mulut bulu babi yaitu lokasi

pertengahan mulut dapat menyusun lima gigi kalsium karbonat yang

dipersatukan atau jaws, dengan struktur seperti lidah di dalam.

Keseluruhan organ pengunyahan dikenal sebagai Lentera Aristotle's,

nama yang berasal dari deskripsi akurat Aristotle's dalam Story of

Animals bulu babi mempunyai apa yang disebut kepala dan mulut

menurun, dan ditempatkan untuk isu residu atas di atas (Nybakken, J.

W. 1993).

Bulu babi juga mempunyai, lima gigi berongga di dalam, dan

pada pertengahan gigi ini terdapat unsur gemuk yang melayani lidah.

Kemudian kerongkongan, dan kemudian perut, dibagi menjadi lima

bagian, dan terisi dengan kotoran ekskresi, semua lima bagian

dipersatukan pada lubang anal, di mana kulit dilubangi untuk suatu

saluran pembuangan... Pada kenyataannya anggota mulut bulu babi

berlanjut dari suatu akhir ke lain, tetapi pada penampilan luar tidak

demikian, tetapi kelihatan seperti suatu lentera tanduk dengan kaca

tanduk dihilangkan (Nybakken, J. W. 1993).

Page 10: Laporan ekstraksi sokhlet

II.5 Uraian Bahan

Alkohol (FI III, 1979) 

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut

menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada

lidah.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di

tempat sejuk jauh dari nyala api.

Khasiat : Sebagai antiseptic

Kegunaan : Bakteriostatik

Page 11: Laporan ekstraksi sokhlet

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1) Cawan porselin

2) Gelas ukur

3) Heating mantle

4) Kondensor

5) Labu alas bulat

6) Lemari asam

7) Mangkuk

8) Neraca mekanik

9) Plat kaca

10) Sendok tanduk

III.1.2 Bahan

1) Aluminium foil

2) Bulu Babi (Deadema Setosum)

3) Etanol

4) Kelereng

5) Lap kasar

III.2 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dihaluskan sampel bulu babi (Diadema setosum)

3. Ditimbang sampel sebanyak 25 gram dengan menggunakan neraca

duduk

4. Diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur

5. Dibungkus sampel bulu babi (Diadema setosum) dengan

menggunakan kertas saring, kemudian diikat kedua ujung kertas

saring tersebut

6. Dimasukkan sampel yang telah dibungkus kedalam klonsong

7. Dimasukkan etanol kedalam labu alas bulat

8. Dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat

Page 12: Laporan ekstraksi sokhlet

9. Diletakkan diatas hot plate dan alat sokhlet dirangkaikan

10. Dilakukan penyarian dengan menggunakan metode sokhlet hingga

semua zat aktif dari sampel habis terekstraksi (24 siklus)

11. Dimasukkan kedalam lemari asam dan diuapkan

12. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial

13. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar

dan non polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi

H2SO4 10%.

Page 13: Laporan ekstraksi sokhlet

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel

Metode

Ekstraks

i

Berat Sampel (g)

(Bulu Babi)

Volume Pelarut

(Ethanol)

Soxhlet 25 gram 250 mL

IV.2 Pembahasan

Ekstraksi adalah penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif yang

terkandung di dalam tanaman atau biota laut. Tujuannya untuk menarik

komponen senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia.

Percobaan yang dilakukan kali ini, yakni mengekstraksi simplisia

bulu babi. Bulu babi atau Urchin adalah binatang kecil, berbentuk bulat,

bertulang belakang, yang merupakan bagian dari kelas Echinoidea, yang

mengandung alkaloid dengan menggunakan metode ekstraksi soklet.

Ekstraksi soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang

kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor-pengotornya tidak

larut dalam pelarut tersebut. Metode ini dirasa cocok dengan sampel bulu

babi karena pengotor pada bulu babi tdk akan jatuh dan larut dalam larutan

penyari karena telah dibungkus dengan kertas saring.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang serbuk

simplisia bulu babi sebanyak 25 gram dan mengukur ethanol sebanyak 250

mL. Pada percobaan kali ini digunakan ethanol sebagai pelarut karena,

ethanol merupakan pelarut atau cairan penyari yang bersifat semi polar.

Sehingga ethanol dapat menyari semua komponen senyawa pada bulu babi

yang bersifat polar atau non polar.

Setelah itu sampel bulu babi dibungkus dengan menggunakan

kertas saring. Pembungkusan dilakukan dengan cara mengikat bagian

ujung kertas saring menggunakan benang. Diusahakan ikatan yang dibuat

tidak memungkinkan sampel untuk keluar atau bocor selama proses

pengekstraksian. Setelah itu sampel dimasukkan klonsong. Benang sisa

Page 14: Laporan ekstraksi sokhlet

ikatan, di panjangkan di salah satu sisi kemudain dijepitkan pada bagian

ujung kelonsong untuk menjaga sampel tidak bergeser selama proses

ekstraksi karena dapat mengganggu proses ekstraksi.

Setelah siap, kelonsong disambungkan dengan pendingin yang

berfungsi untuk mempercepat pengembunan selama proses ekstraksi.

Setelah itu dimasukkan pelarut atau cairan penyari ethanol sebanyak

250mL ke dalam labu alas bulat. Setelah itu dimasukkan 2 (dua) buah

kelereng dalam labu alas bulat untuk menjaga panas tetap pada suhu

konstan. Suhu yang berubah atau meningkat dapat mempengaruhi kualitas

ekstrak yang didapat.

Kemudian dirangkai alat sokletasi sesuai dengan yang tertera pada

literatur yaitu, dirangkaikan pendingin, klonsong dan labu alas bulat serta

disambungkan dengan keran air, setelah itu diletakkan di atas hot plate.

Kemudian dilakukan penyarian sampai 24 siklus hingga semua zat

aktif dari sampel habis terekstraksi. Tiap siklus ditandai dengan penuhnya

pipa sifon dengan pelarut, dan masuk lagi ke dalam labu alas bulat.

Penyarian dilakukan sampai 24 siklus karena sampel bulu babi tidak

berwarna ketika di ekstraksi sehingga menurut literatur ditentukan 24

siklus. Pada siklus ini dirasa semua komponen senyawa dalam sampel

telah habis terekstraksi.

Hasil ektrakasi yang didapat, dimasukkan kedalam baskom

berwarna bening dan ditutup dengan menggunakan aluminium foil

kemudian dievaporasi dalam lemari asam untuk memekatkan ekstrak.

Pemekatan ekstrak di tandai dengan mengentalnya sampel sampai

menempel pada bagian bawah baskom.

Hasil ekstraksi kemudian dimasukkan dalam botol vial untuk

dilakukan pengujian selanjutnya.

Page 15: Laporan ekstraksi sokhlet

BAB V

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa prinsip kerja dari metode soxkletasi yaitu penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara sampel ditempatkan dalam klonsong

yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan

oleh kondensor diubah menjadi molekul-molekul cairan penyari yang

jatuh ke dalam klonsong menyari simplisia dan jika cairan penyari telah

mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas

bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.

V.2 Saran

V.2.1 Laboratorium

Adapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah mengenai

kelengkapan alat-alat laboratorium untuk lebih dilengkapi untuk

mengefisiensikan proses berjalannya praktikum agar praktikan lebih

efektif dalam melakukan praktikum.

V.2.2 Jurusan

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu agar lebih

memperhatikan sarana dan prasarana untuk mahasiswa farmasi sehingga

mahasiswa farmasi dapat belajar lebih nyaman dan efektif.

Page 16: Laporan ekstraksi sokhlet

DAFTAR PUSTAKA

Dachrianus, Drs. (2002). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Andalas University Press.

Dahuri R. 2005. Menggali Bahan Baku Obat di dalam Laut. Departemen

Perikanan dan Kelautan. [Jurnal]. (diakses 8 November

2013,http://www/dkp )

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Harbone, J.B, 1987. “Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi

Tumbuhan” Terjemahan Padmawinata, K. Bandung : Penerbit ITB.

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nybakken, J. W. 1993. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.

Gramedia.

Reina, 2004. Potensi dari Laut Belum dimaksimalkan. Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi: Jakarta.

Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang

Biota Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.