laporan ekstraksi fix

35
I. Judul : Teknik Ekstraksi, Pemisahan, dan Pemurnian Senyawa II. Hari/tanggal Percobaan : Jumat, 12 April 2013 Selesai Percobaan : Jumat, 12 April 2013 III. Tujuan Percobaan 1.Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dilakukan 2.Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dikerjakan 3.Melakukan teknik isolasi dengan baik dan benar 4.Memilih pelarut yang tepat untuk melakukan pemisahan 5.Melakukan teknik pemisahan dengan baik dan benar 6.Melakukan pemurnian senyawa dan melakukan teknik rekristalisasi 7.Mengoperasikan alat IR dengan baik dan benar 8.Melakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi menggunakan spectrum IR IV. Dasar Teori 1. Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis ekstraksi yang tepat bergantung pada jenis senyawa yang terkandung pada bahan/sampel yang akan diisolasi. Methanol atau alkohol merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada

Upload: yeni-mareta-dwi-rakhmada

Post on 24-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sss

TRANSCRIPT

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. Judul

:Teknik Ekstraksi, Pemisahan, dan Pemurnian SenyawaII. Hari/tanggal Percobaan

: Jumat, 12 April 2013Selesai Percobaan

: Jumat, 12 April 2013III. Tujuan Percobaan

1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dilakukan

2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dikerjakan

3. Melakukan teknik isolasi dengan baik dan benar

4. Memilih pelarut yang tepat untuk melakukan pemisahan

5. Melakukan teknik pemisahan dengan baik dan benar

6. Melakukan pemurnian senyawa dan melakukan teknik rekristalisasi

7. Mengoperasikan alat IR dengan baik dan benar

8. Melakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi menggunakan spectrum IR

IV. Dasar Teori

1. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis ekstraksi yang tepat bergantung pada jenis senyawa yang terkandung pada bahan/sampel yang akan diisolasi. Methanol atau alkohol merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

a. Metode Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyaring selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyaring simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyaring yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.b. Metode PerkolasiMerupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara, perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan. Prosedurnya: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya

sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.

c. Metode SoxhletasiSoxhletasi merupakan penyaringan simplisia secara berkesinambungan, cairan ini dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyaringan terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon

Keuntungan metode ini adalah : Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. Digunakan pelarut yang lebih sedikit Pemanasannya dapat diaturKerugian dari metode ini : Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.2. Kromatografi

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom

3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah metode analisa kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan dua peubah yaitu sifat fase diam atau penyerap dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang.

Fasa diam adalah zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapisi secara merata pada lempeng kromatografi yang berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Fasa diam yang biasa digunakan adalah silica gel. Umumnya silica gel ditambah dengan bahan pengikat untuk member kekuatan pada pendukungnya. Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan gel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Fasa gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut yang bergerak di dalam fasa karena adanya gaya kapiler. Fasa gerak yang biasa digunakan berupa pelarut bertingkat mutuanalitik dan bila diperlukan, sistem pelarut multi komponen ini harus berupa suatu campuran yang sedsederhana mungkin terdiri atas maksimal tiga komponen.

Deteksi paling sederhana ialah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (254 nm) atau senyawa itu dapat dieksitasi fluorensi radiasi UV gelombang pendek dan gelombang panjang (365 nm). Jika dengan dua cara senyawa tidak dapat dideteksi harus dicoba dengan reaksi kimia dengan atau tanpa pemanasan.

4. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLT-P)

Kromatografi lapis tipis preparative merupakan salah satu metode pemisahan yang mempunyai prinsip penyerap (fasa diam) berkisar antara 0,5-2 mm, dimana ketebalan dari penyerap inilah yang menentukan kualitas pemisahan stabil dalam ketebalan penyerap 1 mm dari gel atau aluminium oksida 20 x 20 cm adalah sebanyak 10-100 mg. Fasa gerak biner dalam bentuk perbandingan sering digunakan dalam KLT-P diantaranya heksana-etil asetat, heksana-aseton, dan kloroform-methanol. Penambahan sedikit asam asetat atau dietilamina berguna untuk memisahkan berturut-turut senyawa asam dan basa.

Kandungan yang sudah dipisah dapat diperoleh kembali dengan cara mengeroyok penyerap di tempat yang sesuai pada plat yang telah dikembangkan, lalu serbuk dielusi dengan pelarut seperti eter, dan akhirnya diputar untuk menghilangkan penyerap. Demikian kuatnya lapisan penyerap melekat pada kaca sehingga memungkinkan pengembangan plat berulang-ulang dengan pengembang yang sama atau beberapa pengembang yang berbeda, dengan mengeringkan plat sebelum pengembangan berikutnya.

5. Prinsip Penampakan Nodaa. Pada UV 254 nmPada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.b. Pada UV 366 nmPada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:

Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.

Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.

Anggaplah bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.V. Alat dan Bahan Alat

Pipa kapiler

Kertas saring

Botol vial 5 mL

Pipet tetes

Chamber 10cm x 20 cm x 20 cm

Spatula

Gelas ukur 10 mL

Gelas kimia 100mL Batang Pengaduk

Lampu UV

Instrumen IR

Pensil 2B

Pinset

Corong gelas kecil

Hot plate

Bahan

Sampel

Methanol terdestilasi

Heksana terdestilasi Kloroform p.a

Pelat KLT 4 cm x 20cm

VI. Alur Kerja

1. 2. 3. 4. 5. VII. Hasil Pengamatan

NoAlurHasil PengamatanDugaan /reaksiKesimpulan

1

2

3

4

5

6

Persiapan sampel

Persiapan Plat

Persiapan Eluen

Memeasukkan Plat dalam Chamber

Sebelum Sampel A : kristal putih Methanol : jernih tak berwarna

Sesudah Larutan sampel A : jernih tak berwarnaSebelum :

Pelat sepanjang 4 x 20 cmSebelum n-heksana :larutan jernih tak berwarna kloroform:larutan jernih tak berwarna Eluen: HKM 8 mL: 10mL:2 mL Jernih tak berwarna

Setelah :

Noda pada plat : putih

Eluen naik sampai bnatas atas Noda yang terlihat dibawah sinar terlihat biru pada plat yang menunjukkan adanya noda Serbuk hasil kerukan : serbuk putih

Hasil filtrasi : jernih tak berwarna

Kristal :putih menempel dikaertas saringsetelah diterangi sinar UV terlihat noda

kristal sampel kristal putih pada dinding tabung vial

diuji dengan IR : terdapat gugus fungsional

Senyawa mengandung gugus fungsi C=C (ikatan sp2)

C=O (karbonil)

C-O (ester)

OH atau NH

C-H alkil dan aromatis

Senyawa merupakan senyawa yang polar karena menggunakan pelarut methanolSenyawa mengandung gugus fungsi C=C (ikatan sp2)

C=O (karbonil)

C-O (ester)

OH atau NH

C-H alkil dan aromatis

Senyawa merupakan senyawa yang polar karena menggunakan pelarut methanol

3443,6/cm : OH

1667/cm : C=O

1667/cm : C=C

1449,6/cm : cincin aromatis

1387,6/cm : CH dari alkil

142,3/cm : C-O

Sampel A larut dalam methanol

Terbentuk kristal murniDapat diketahui bahwa sampel A mengandung ikatan C O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus amina.

VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Percobaan Teknik Ekastraksi, Pemisahan dan Pemurnian Senyawa kali ini teknik pemisahan yang digunakan adalah menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Teknik pemisahan dan pemurnian senyawa yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan teknik pemisahan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan dua perubahan yaitu sifat fase diam atau penyerap dan sifat fase gerak atau campuran pearut pengembang. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina merupakan fase diam, sedangkan eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.

Diharapkan dalam praktikum ini dapat memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dilakukan, memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dikerjakan, melakukan teknik isolasi dengan baik dan benar, memilih pelarut yang tepat untuk melakukan pemisahan, melakukan teknik pemisahan dengan baik dan benar, melakukan pemurnian senyawa dan melakukan teknik rekristalisasi, mengoperasikan alat IR dengan baik dan benar, melakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi menggunakan spectrum IR.Persiapan sampel

Sampel A berwujud serbuk putih sebanyak 10 mg, dilarutkan dengan methanol sebanyak 1 ml yang berwujud cair jernih tak berwarna. Setelah dilarutkan, larutan sampel tersebut jernih tak berwarna.Persiapan Plat KLT

Disisi lain menyiapkan Plat KLT berukuran 4 cm x 20 cm yang sebelumnya dimasukan terlebih dahulu kedalam oven selama 5 menit. Pemenasan ini bertujuan untuk mengaktifkan adsorben dan agar molekul-molekul air yang terikat pada pelat hilang, karena jika dalam pelat masih mengandung molekul air, maka pelat tidak bisa aktif. Selanjutnya memberikan garis tepi atas sebesar 0,3 cm dan tepi bawah 1,0 cm menggunakan pensil. Karena jika dilakukan menggunakan polpen tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Sehingga akan terjadi penumpukan noda, yang menyebabkan noda sampel tidak terdeteksi. Pemberian garis tepi atas dan tepi bawah pada plat KLT bertujuan untuk menunjukkan posisi awal dari naiknya eluen dan posisi akhir bergeraknya eluen. Selanjutnya memberikan titik titik pada sepanjang garis tepi bawah dengan jarak 0,5 cm menggunakan pensil. Dan sampel yang sudah dilarutkan dengan methanol diawal kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada titik-titik garis yang telah dibuat sampai larutan smpel habis.

Persiapan Eluen

Eluen terbuat dari campuran n-heksan, klorofrom, dan methanol yang semua berwujud larutan caiR jernh tak berwarna dengan perbandingan 8:10:2 ml. eluen jernih tak berwarna yang sudah siap kemudian dimasukkan kedalam Chamber. Setelah chamber sudah siap, plat KLT yang sudah disiapkan dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen. Kemudian chamber ditutup agar kondisi chamber terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh dalam chamber dapat mencegah penguapan pelarut. Setelah semua sudah siap eluen siap digunakan.

Persiapan Kromatografi

Ketika memasukkan plat tersebut kedalam chamber yang berisi eluen dan diupayakan batas garis bawah tidak sampai terendam semua. Hal ini dikarenakan pelarut bergerak lambat pada plat KLT, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Elusi dibiarkan berjalan hingga eluen mencapai garis batas dan plat KLT segera diangkat ketika mencapai garis batas atas. Ketika pelarut mulai membasahi plat, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada plat kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut; bagaimana senyawa melekat pada fase diam, yaitu gel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.

Penyerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Penyerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan gel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada plat selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada gel silika-untuk sementara waktu proses penyerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas plat.

Absorbsi dan partisi pada KLT terjadi berdasarkan pada jumlah dan cara penotolan larutan yang berkesinambungan dengan hasil akhir membentuk pita. Adsorpsi adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan terjadi pemisahan.

Pada plat KLT yang telah ditotoli dengan larutan sampel A ternyata memberikan warna noda yang hampir mirip dengan warna plat KLT, sehingga untuk melihat noda dari larutan sampel A harus dilakukan dibawah sinar UV. Setelah diletakkan dibawah sinar UV laju pergerakan noda terlihat jelas, dengan adanya warna ungu pada bagian noda, noda yang terlihat kemudian diberi tanda dengan pensil. Daerah yang telah diberi tanda dengan pensil tersebut kemudian dikeruk menggunakan spatula besi dengan hati-hati diatas kertas saring yang diletakkan diatas corong kecil. Hasil kerukan tersebut kemudian dibahasi dengan 2 mL methanol dan 1 mL kloroform dibiarkan terjadi proses filtrasi. Setelah proses filtrasi terjadi maka terbentuklah residu dan filtrat, residunya berupa serbuk plat berwarna putih, sedangkan filtrat berbentuk cair, jernih tak berwarna.

Reskristalisasi

Setelah didapatkan filtrat, langkah selanjutnya adalah melakukan rekristalisasi dengan cara filtrat dimasukkan dalam vial lalu dipanaskan dan diuapkan dengan menggunakan hot plate sehingga larutan habis dan terbentuk kristal sampel A. Tujuan dari rekristalisasi adalah untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar diperoleh senyawa yang lebih murni.

Saat rekristalisasi, bila larutan tersebut didinginkan, maka molekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut mengendap. Selanjutnya, Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah nukleasi primer atau pembentukkan inti, yaitu tahap dimana kristal-kristal mulai tumbuh namun belum mengendap. Tahap ini membutuhkan keadaan super jenuh dari zat terlarut. Saat larutan didinginkan, pelarut tidak dapat menahan semua za-zat terlarut, akibatnya molekul-molekul yang lepas dari pelarut saling menempel, dan mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin banyak inti-inti yang bergabung, maka akan semakin cepat pula pertumbuhan kristal tersebut. Tahap kedua setelah nukleasi primer adalah nukleasi sekunder. Pada tahap ini petumbuhan kristal semakin cepat, yang ditandai dengan saling menempelnya inti-inti menjadi kristal-kristal padat.

Dari proses rekristalisasi diperoleh Kristal berwarna putih yang menempel didinding-dinding botol vial. Untuk selanjutnya Kristal yang diperoleh di uji menggunakan instrument spektrofotometer Infra Red untuk mengidentifikasi gugus pada senyawa dari sampel A melalui interpretasi gugus fungsi.

Identifikasi Gugus Fungsi dengan Spektrofotometer Infra Red (IR)

Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.751.000m atau pada bilangan gelombang 10.000400 cm-1. Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik yang banyak berperan dalam spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan, dan penyerapan.

Setelah kristal sampel diuji dan dibaca oleh spektroskopi IR (infrared), maka nampak gambar suatu pita yang dapat menunjukkan gugus suatu senyawa dari daerah pita yang dihasilkan pada panjang gelombang tertentu. Pada daerah dibawah 1000 cm-1 hasil serapan gugus-gugus fungsi tersebut dapat dibaca, namun karena terletak pada daerah sidik jari spectrum inframerah pita dalam daerah ini tak dapat digunakan untuk memeriksa adanya suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa organic tanpa adanya informasi tambahan, hadirnya atau tidak hadirnya sesuatu pita dalam daerah tersebut. Pada table serapan khas, terdapat serapan pada frekuensi (bilangan gelombang) 692.6 cm-1 itu mengindikasikan bahwa pada sampel terdapat gugus haloalkana C-X, karena terdapat pada rentang 500 - 1430 cm-1 (Fessenden, 319). Pada daerah serapan 1142,3cm-1 menunjukkan pita ikatan C O ester yaitu pada daerah 1250-1050 cm-1 . Terdapat juga serapan pada frekuensi 1387,6 cm-1 yang mengindikasikan bahwa pada sampel terdapat gugus C-H dari akil yaitu pada daerah 1475-1300 cm-1.

Ikatan lainnya yang terbaca dari hasil spectrum inframerah adalah cincin aromatis atau benzena yaitu pada frekuensi 1449,6 cm-1 karena cincin aromatis menyerap pada frekuensi 1430-1500- cm-1. Pada daereah serapan 1667 cm-1 dapat di identifikasi sebagai pita ikatan C=C dari alkena yaitu pada daerah 1675-1500 cm-1 atau C=O dari karbonil yaitu pada daerah 1900-1650 cm-1 . Ikatan yang terbaca selanjutnya pada daerah 3443,6 cm-1 adalah pita ikatan O-H gugus alcohol yang menyerap pada 3700-3000 cm-1 atau O-H gugus alcohol pada daerah 3500-3300 cm-1. Ikatan lainnya yang dapat diidentifikasi adalah pita ikatan N-H karena pita ikatan N-H menyerap pada 3500-3300 cm-1. Ikatan O-H gugus alcohol akan sangat mudah dikenali karena akan menghasilkan lembah yang sangat luas pada daerah sekitar 3700-3000 cm-1. Karena ikatan hydrogen yang terbentuk kurang ekstensif sehingga nampak pita OH yang runcing dan kurang intensif. Sedangkan resapan oleh ikatan-ikatan N-H kurang intensif jika dibandingkan resapan oleh OH, karena dalam amina ikatan hydrogen lebih lemah dan ikatan NH kurang polar, sehingga pita yang terbentuk merupakan pita bahu dan pita lemah.

Dari hasil pembacaan spektrum inframerah dapat dilakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi pada sampel A. Dapat diketahui bahwa sampel A mengandung ikatan C O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus amina. Senyawa dari sampel A tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan instrument spektrofotometer IR, karena IR hanya dapat digunakan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam senyawa tersebut. Untuk mengetahui secara pasti senyawa yang terdapat pada sampel A perlu dilakukan uji lebih lanjut menggunakan spektrofotometer yang lain.

X. Kesimpulan

1. Pada percobaan Teknik Ekastraksi, Pemisahan dan Pemurnian Senyawa kali ini teknik pemisahan yang digunakan adalah menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Eluen yang digunakan sebagai pelarut dibuat dari n-heksan, kloroform dan methanol dengan perbandingan n-heksan; kloroform; methanol sebesar 8:10:22. Pemisahan zat dilakukan dengan kristalisasi, yaitu pemisahan suatu campuran zat padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang lebih murni.3. Dari hasil spectrum IR yang didapatkan dilakukan pembacaan dan diperoleh hasil gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam sampel A adalah ikatan C O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus amina. Hasil serapan ikatan gugus fungsi yang diperoleh dapat dibaca dengan melihat table serapan khas beberapa gugus fungsi. XII. Jawaban Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan teknik ekstraksi, pemisahan dan pemurnian suatu senyawa?

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis ekstraksi yang tepat bergantung pada jenis senyawa yang terkandung pada bahan/sampel yang akan diisolasi.

2. Apa yang dimaksud dengan teknik kromatografi? Mengapa dipilih KLT preparative dalam melakukan pemisahan di atas?

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.

Dipilih KLT-P karenamerupakan metode pemisahan yang mempunyai prinsip penyerap (fasa diam) berkisar antara 0,5-2 mm, dimana ketebalan dari penyerap inilah yang menentukan kualitas pemisahan stabil dalam ketebalan penyerap 1 mm dari gel. Selain itu fasa gerak biner dalam bentuk perbandingan yang digunakan dalam KLT-P diantaranya heksana-etil asetat, heksana-aseton, dan kloroform-methanol sesuai dengan fasa gerak yang digunakan dalam percobaan ini.

3. Apa yang dimaksud dengan eluen dan jenis pelarut apa yang digunakan sebagai eluen di atas?

Eluen merupakan fasa gerak dalam KLT dan jenis pelaru yang digunakan sebagai eluen adalah pelarut non polar

4. Mengapa perlu dilakukan teknik pemurnian? Terangkan prinsip dasar reksristalisasi!

Pemurnian dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam percobaan ini.

Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.

Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya.

Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya. Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil.

5. Apa fungsi dan manfaat alat/instrument spektrofotometer IR?

Untuk mengetahui gugus yang terdapat dalam senyawa yang digunakan dalam percobaan

6. Senyawa apa yang dapat Anda tetapkan?Dari hasil spectrum IR yang didapatkan dilakukan pembacaan dan diperoleh hasil gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam sampel A adalah ikatan C O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus amina. Hasil serapan ikatan gugus fungsi yang diperoleh dapat dibaca dengan melihat table serapan khas beberapa gugus fungsi.DAFTAR PUSTAKA

Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis (online) http://www.chem-is-try.org/diakses pada tanggal 17 April 2013

Dinda. 2008. Ekstraksi. (online) http://www.medicafarma.blogspot.com/ diakses pada tanggal 17 April 2013

Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Hamdani, S. 2012. Metoda Ekstraksi. (online) http://catatankimia.com/ diakses pada tanggal 17 April 2013

Jafas. 2011. Pemurnian dan Pemisahan Zat dengan Prinsip Rekristalisasi. (online) http://www.gudangmateri.com/ diakses pada tanggal 11 Maret 2012

Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang: Jurusan Kimia UM

Takeuchi, Y. 2009. Kromatografi. (online) http://www.chem-is-try.org/ diakses pada tanggal 17 April 2013

Tim Kimia Organik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik III. Surabaya: Jurusan Kimia Unesa

LAMPIRAN FOTO

10 mg sampel A

10 mg sampel A + 2 mL metanol

Plat KLT 4 cm x 20 cm

Hasil totolan plat KLT dimasukkan

(batas atas 0,3 cm dan garis bawah 0,3 cm)

dalam chamber yang berisi eluen Plat Letakkan dibawah lampu UV

Plat KLT yang telah bernoda diberi tanda

Hasil kristasl setelah dikeruk pada plat KLT

kristal +metanol+heksanol dan disaring

Dipanaskan diatas kompor listrik kristal yang akan diuji dengan IR

Spektrum IR dan senyawa dalam sampel A

Diambil sedikit

Diuji dengan spektroskopi IR

Dicatat dan diamati

Rekristalisasi

Diuapkan dan direkristalisasi

Hasil filtrasi

Basahi dengan methanol 2 mL

Proses filtrasi terjadi

Serbuk hasil kerukan

Dikeruk dengan spatula di atas kertas saring yang terpasang dengan corong dan gelas kimia

Pita noda

Muncul pita noda

Dibiarkan mengering 1 menit

Diletakkan dibawah lampu UV

Plat KLT

Plat KLT

Dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen

Dibiarkan agar elusi berjalan hingga eluen mencapai batas atas

Diangkat perlahan dengan pinset

Hasil totolan plat KLT

Hasil totolan

Batas garis atas 0,3 cm, garis bawah 1,0 cm

Menotolkan larutan sampel A pada garis bawah dengan jarak 0,5 cm

Plat KLT 4 cm x 20 cm

Dilarutkan ke dalam methanol 2 mL

larutan sampel A

10 mg sampel A

Muncul pita noda

Dibiarkan mengering 1 menit

Diletakkan dibawah lampu UV

Plat KLT

Diambil sedikit

Diuji dengan spektroskopi IR

Dicatat dan diamati

Spektrum IR dan senyawa dalam sampel A

Spektrum IR dan senyawa dalam sampel A

Diambil sedikit

Diuji dengan spektroskopi IR

Dicatat dan diamati

Kristal hasil Rekristalisasi

Kristal

Diuapkan dan direkristalisasi

Hasil filtrasi

Basahi dengan methanol 2 mL

Proses filtrasi terjadi

Serbuk hasil kerukan

Dikeruk dengan spatula di atas kertas saring yang terpasang dengan corong dan gelas kimia

Pita noda

Plat KLT

Dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen

Dibiarkan agar elusi berjalan hingga eluen mencapai batas atas

Diangkat perlahan dengan pinset

Hasil totolan plat KLT

Hasil totolan

Batas garis atas 0,3 cm, garis bawah 1,0 cm

Menotolkan larutan sampel A pada garis bawah dengan jarak 0,5 cm

Plat KLT 4 cm x 20 cm

Dilarutkan ke dalam methanol 2 mL

larutan sampel A

10 mg sampel A