laporan praktikum ekstraksi milem

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon genap, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua (tidak jenuh). Tingkat kejenuhan dan ketidak jenuhan dari asam lemak menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasilgliserol (merupakan ester asam lemak dengan gliserol). Minyak dan lemak dapat dibedakan berdasarkan pada titik lelehnya. Pada suhu kamar minyak berwujud cair, sedangkan lemak berwujud padat. Titik leleh dari minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, umumnya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Selain itu, minyak dan lemak dapat juga dibedakan berdasarkan sumbernya. Pada umumnya minyak berasal dari tumbuhan (minyak

Upload: shanty-dnampa-denha

Post on 30-Dec-2015

105 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

biokimia

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki

jumlah atom karbon genap, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua

(tidak jenuh). Tingkat kejenuhan dan ketidak jenuhan dari asam lemak

menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya.

Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasilgliserol (merupakan ester

asam lemak dengan gliserol). Minyak dan lemak dapat dibedakan berdasarkan

pada titik lelehnya. Pada suhu kamar minyak berwujud cair, sedangkan lemak

berwujud padat. Titik leleh dari minyak dan lemak tergantung pada strukturnya,

umumnya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya

ikatan ganda dua karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat

berpengaruh. Selain itu, minyak dan lemak dapat juga dibedakan berdasarkan

sumbernya. Pada umumnya minyak berasal dari tumbuhan (minyak nabati),

sedangkan lemak pada umumnya berasal dari hewan (lemak hewani).

Minyak dan lemak dapat diperoleh dengan tiga cara ekstraksi jaringan

tumbuhan atau hewan itu, antara lain rendering, pengepresan dan ekstraksi

pelarut, tergantung pada sumber, jumlah, dan jenis minyak atau lemak tersebut.

Khusus untuk ekstraksi pelarut biasanya digunakan untuk bahan yang kandungan

minyaknya rendah.

Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak atau lipida pada

umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam bahan pelarut organik.

Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah

menentukan derajat polaritasnya. Derajat polaritas lipida berbeda-beda, maka

tidak ada bahan pelarut umum untuk semua macam lipida. Begitupun dengan

pelarut, memiliki kepolaran yang berbeda sehingga dengan demikian pelarut

memiliki kemampuan yang berbeda dalam melarutkan minyak.

Untuk dapat memilih pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak,

maka diadakanlah percobaan ini, yaitu dengan cara melihat besarnya diameter

noda yang timbul pada kertas saring.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk dapat memilih pelarut yang baik

untuk ekstraksi minyak dan lemak dalam suatu bahan.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :

1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan beberapa

pelarut.

2. Menentukan jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan lemak.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Kelarutan minyak dan Lemak

Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan cara melarutkan minyak

dan lemak dalam beberapa pelarut (air, etanol, n-heksana dan kloroform) lalu

diteteskan di kertas saring dan dikeringkan. Kemudian diukur diameter noda yang

dihasilkan.

1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Mengekstraksi minyak dan lemak dengan penambahan kloroform dan n-

heksana ke dalam campuran minyak dan air sebanyak dua kali lalu diteteskan

pada kertas saring dan dikeringkan. Kemudian diukur diameter noda yang

dihasilkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut

di dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar,

seperti kloroform atau eter. Jenis lipida yang paling banyak adalah lemak atau

triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.

Golongan ini adalah bentuk energi kimia simpanan yang paling penting

(Lehninger, 1982).

Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom

karbon dari 4 sampai 24, asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor

hidrokarbon nonpolar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida

bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam

lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau

jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berbagai

kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini oleh

hidrolisis kimia atau enzimatik (Lehninger, 1982).

Lemak atau minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan

bagian terbesar dalam kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil

kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Secara umum,

lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam

keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang

berbentuk cair (Sudarmadji, 1996).

Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam

lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau

trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak

(Poedjiadi, 1994) :

Asam lemak trans adalah lemak tidak jenuh yang terbentuk dari sebuah

proses hidrogenasi. Proses hidrogenasi adalah proses dimana lemak tidak jenuh

(MUFA/PUFA) dipanaskan pada suhu tinggi dan ditambahkan zat hidrogen.

Proses ini bertujuan untuk lebih mengentalkan lemak tidak jenuh yang bersifat

cair dan mencegahnya agar tidak cepat teroksidasi dan basi. Asam lemak tidak

jenuh secara alamiah lebih mudah teroksidasi dan berbau busuk karena tidak

memiliki ikatan hidrogen yang penuh. Hal ini sangat berbeda dengan asam lemak

jenuh pada fermikel yang lebih tahan terhadap proses oksidasi dan tidak mudah

berbau busuk karena memiliki ikatan hidrogen yang penuh (Soeka, 2008).

Sifat fisika dari lemak adalah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

satu atau lebih dari pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena,

yang sering disebut juga pelarut lemak; (2) ada hubungan dengan asam-asam

lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk

hidup. Jadi berdasarkan sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau

tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut

lemak yang lain. Macam-macam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh

melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang

digunakan. Jaringan bawah kulit disekitar perut, ginjal mengandung banyak lipid

terutama lemak kira-kira 90% (Poedjiadi, 1994).

Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak,

terutama yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada

jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol

dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi

karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman

dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan

molekul asam lemak dan kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol

membentuk lemak (Winarno, 2004).

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk

mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali

campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar

sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah

dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat

erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia

dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali

ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin

paling ekonomis (Rahayu, 2009).

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode

pemisahan yang paling baik dan populer diantara berbagai jenis metode

pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan

baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada

distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak

saling campur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya

adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase

pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,

memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode

ini dikenal dalam bidang kimia analitik, kemudian berkembang menjadi metoda

yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang

bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrologam

(Khopkar, 1990).

Bila suatu zat terlarut membagi diri antara cairan-cairan yang tidak dapat

campur ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua

fase kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi diri antara dua cairan yang

tidak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada

keseimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur. Transfer semua atau sama

sekali tidak semacam itu dari satu ke lain pelarut adalah langka, dan boleh jadi

bahwa kita menjumpai campuran zat-zat yang hanya berbeda sedikit dalam

kecenderungannya untuk beralih dari satu ke lain pelarut. Jadi satu transfer

tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih. Dalam hal semacam ini, haruslah

kita pertimbangkan cara terbaik untuk menggabung sejumlah pemisahan parsial

yang berurutan sampai akhirnya kita capai derajat kemurnian yang diinginkan

(Day dan Underwood, 1992).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak

tabung, sikat tabung, pipet tetes 2 ml, pipet skala, oven, penggaris, pensil.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain minyak, air, etanol,

n-heksana, kloroform, kertas saring, kertas label, tissue roll.

3.3 Prosedur

3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Disiapkan 5 buah tabung reaksi. Diisi masing-masing tabung reaksi

dengan 5 tetes minyak. Ditambahkan tabung (1) dan (2) dengan air, tabung (3)

dengan etanol, tabung (4) dengan kloroform, dan tabung (5) dengan n-heksana,

masing-masing 2 ml. Dikocok dan dipipet masing-masing tabung tersebut,

kemudian diteteskan di atas kertas saring sebanyak 2 tetes, kertas saring tersebut

masing-masing diberi tanda. Dikeringkan di dalam oven. Diukur diameter noda

yang timbul pada masing-masing kertas saring.

3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Diambil tabung reaksi (1) dan (2) yang berisi campuran air dan minyak

(dari percobaan kelarutan di atas). Tabung (1) ditambahkan kloroform dan tabung

(2) ditambahkan n-heksana masing-masing 1 ml. Dikocok dan dibiarkan sampai

terbentuk dua lapisan. Untuk tabung (1), lapisan yang berada diatas dipindahkan

ke tabung reaksi yang lain. Lapisan air ditambahkan lagi dengan 1 ml kloroform.

Kemudian dikocok dan dibiarkan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang berada

diatas dipindahkan dan digabungkan dengan yang pertama. Hal yang sama juga

dilakukan untuk larutan yang ditambahkan n-heksana. Masing-masing tabung

yang berisi air dan campuran minyak dengan kloroform atau n-heksana dipipet

dan diteteskan sebanyak 2 tetes di atas kertas saring. Diberi tanda pada masing-

masing kertas saring. Dikeringkan di dalam oven. Diukur diameter noda yang

timbul pada masing-masing kertas saring.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan

dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada

kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat

dalam pelarut organik maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut.

Zat-zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat

yang nonpolar akan larut dalam pelarut-pelarut nonpolar (umumnya

pelarut-pelarut organik).

Data pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh minyak dengan

berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut :

PelarutDiameter Noda (cm) Diameter Noda

rata-rata (cm)I II

Air 5,10 5,25 5,175

Etanol 3,00 2,80 2,925

n-Heksana 2,60 2,80 2,7

Kloroform 2,55 2,75 2,650

Pada percobaan kelarutan minyak, diuji kelarutan sampel minyak pada

berbagai pelarut. Pada pelarut air, di mana noda yang tampak pada kertas saring

paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa sampel minyak tidak larut dalam air.

Pada pelarut etanol, terbentuk noda dengan diameter 3,00 cm dan 2,80 cm. Pelarut

n-heksana menghasilkan noda dengan diameter 2,60 cm dan 2,80 cm. Pada pelarut

kloroform diameter noda yang dihasilkan ialah 2,55 dan 2,75 cm.

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kelarutan minyak dalam berbagai

pelarut yang digunakan dapat diurutkan berdasarkan ukuran diameter yang

terbentuk. Semakin besar diameter noda yang dihasilkan, berarti semakin banyak

minyak yang tak larut dalam pelarut, sehingga kelarutan minyak dalam pelarut

rendah. Maka, urutan kelarutan minyak dalam berbagai pelarut yaitu kloroform >

n-heksana > etanol > air. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.

4.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk

mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Pada

percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini dilakukan pencampuran antara sampel

campuran air dengan minyak dengan kloroform dan n-heksana. Lapisan

organiknya dipisahkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi lain. Lapisan air

yang tetap ada ditambahkan lagi kloroform. Perlakuan yang sama dilakukan juga

untuk n-heksana.

Data pengamatan hasil ekstraksi sampel minyak dapat dilihat pada tabel

berikut :

Lapisan Diameter Noda (cm) keterangan

Kloroform n-Heksana

Air 2,05 3,75 2 fasa

Organik 1,30 2,95 1 fasa

Pada percobaan ekstraksi minyak, diperoleh hasil bahwa pada lapisan air

diameter noda kloroform adalah 2,05 cm, sedangkan pada lapisan organik

diameter nodanya adalah 1,30 cm. Selanjutnya pada n-heksana diperoleh diameter

noda pada lapisan air adalah 3,75 cm, sedangkan pada lapisan organik diameter

nodanya 2,95 cm. Hal ini menunjukkan hasil ekstraksi minyak dengan pelarut n-

heksana lebih banyak dibanding dengan pelarut kloroform. Hal ini telah sesuai

dengan teori di mana minyak lebih baik diekstraksi dengan pelarut yang lebih

nonpolar. Namun, berdasarkan hasil di atas kita lihat bahwa pada lapisan air

diameternya lebih besar dibandingkan pada lapisan organik. Hal ini tidak sesuai

dengan teori yang ada, yang seharusnya diameter noda pada lapisan organik lebih

besar dibandingkan pada lapisan air. Hal ini mungkin disebabkan karena

kesalahan pada saat sampel diteteskan pada kertas saring.

4.3 Reaksi

1. Reaksi minyak dengan air

+ H2O

2. Reaksi minyak dengan etanol`

3.

Reaksi minyak dengan kloroform

4. Reaksi minyak dengan n-heksana

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa :

1. Urutan kelarutan minyak yang paling besar dari pelarut yang digunakan

adalah kloroform > n-heksana > etanol > air.

2. Pelarut yang paling baik digunakan untuk ekstraksi minyak dan lemak adalah

pelarut n-heksana.

5.2 Saran

1. Untuk laboratorium, agar peralatan yang akan digunakan pada saat praktikum

diperiksa terlebih dahulu sebelum praktikum berlangsung.

2. Untuk percobaan, agar dalam melakukan percobaan harus lebih hati-hati

terutama pada saat meneteskan sampel pada kertas saring.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Lehninger, A.L., 1982, Dasar-dasar Biokimia diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Rahayu, S. S., 2009, Ekstraksi, (online), (http://bcrec.ac.id, diakses tanggal 19 Maret 2011, pukul 10:30 wita).

Soeka, Y. S., dkk., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas (online), vol. 9 (2), hal 91-95, (http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl& smod=mki&sp=public&key=MTA1LTE3, diakses tanggal 19 Maret 2011, pukul 10:30 wita).

Sudarmadji, 1996, Analisa Bahan Makanan, Liberty, Yogyakarta.

Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 17 Maret 2011

Asisten Praktikan

(Muh. Ashadi Cangara) (Nurhajrah)

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK

NAMA : NIM : H 311 KELOMPOK : II (DUA)HARI / TGL. PERC. : KAMIS / 17 MARET 2011ASISTEN : MUH. ASHADI CANGARA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011