laporan modul 7 ekstraksi minyak finished

20
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA HAYATI-2 BE-3214 EKSTRAKSI MINYAK NABATI SECARA MEKANIK NAMA: MUHAMMAD FADHLULLAH NIM: 11210001 KELOMPOK: 1 TANGGAL PRAKTIKUM: 11 DAN 18 APRIL 2013 TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN: 25 APRIL 2013 ASISTEN: NEIL PRIHARTO PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2013

Upload: muhammad-fadhlullah

Post on 21-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA HAYATI-2 BE-3214

EKSTRAKSI MINYAK NABATI SECARA MEKANIK

NAMA: MUHAMMAD FADHLULLAH

NIM: 11210001

KELOMPOK: 1

TANGGAL PRAKTIKUM: 11 DAN 18 APRIL 2013

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN: 25 APRIL 2013

ASISTEN: NEIL PRIHARTO

PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2013

Page 2: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! "!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidang Rekayasa Hayati (Bioengineering) merupakan bidang yang

meliputi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia seperti kesehatan, pangan,

dan energi (Shuler dan Kargi, 2002). Kaitan Rekayasa Hayati dengan energi

adalah cakupan bidangnya dalam memproduksi bahan bakar yang

berbasiskan hayati, yakni biofuel. Beberapa kelebihan biofuel dibandingkan

dengan bahan bakar yang sudah ada saat ini dan berbagai bahan bakar

alternatif lainnya adalah sifatnya yang dapat terbarukan serta tidak

memberikan dampak bagi lingkungan (Pandey, 2009).

Jenis biofuel yang cukup popular saat ini adalah biodiesel dan

bioethanol (Pandey, 2009). Kedua jenis biofuel ini dihasilkan dari kandungan

minyak yang terdapat dalam tumbuhan, yang disebut dengan minyak nabati.

Untuk memperoleh minyak tersebut dari dalam tumbuhan dibutuhkan

berbagai tahap pengolahan. Tahapan pengolahan ini tidaklah bertujuan hanya

sekedar untuk memperoleh minyak nabati saja, tetapi memperoleh minyak

nabati dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan efisien.

Salah satu tahap penting dalam pengolahan minyak nabati adalah proses

ekstraksi minyak nabati dari sumbernya (seperti dari biji). Oleh karena itu,

seorang Bioengineer harus memahami serta menguasai proses ekstraksi

tersebut. Untuk itu, modul praktikum ini diberikan kepada mahasiswa

Rekayasa Hayati sebagai media untuk mempelajari salah satu metode

ekstraksi minyak nabati yang umum digunakan, yakni ekstraksi minyak

nabati secara mekanis.

1.2 Tujuan

Praktikum modul "Ekstraksi Minyak Nabati secara Mekanik" ini

bertujuan:

Page 3: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! #!

a. Menentukan kadar air dalam biji/kacang

b. Menentukan fraksi minyak dari tiap jenis biji/kacang

c. Menentukan hasil uji bakar sederhana pada minyak dari tiap jenis

biji/kacang.

Page 4: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! $!

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Nabati

Minyak nabati merupakan trigliserida yang diekstraksi dari tumbuhan.

Istilah minyak nabati umumnya digunakan pada minyak yang pada

temperatur ruangan berfasa cair. Sedangkan minyak nabati yang pada

temperatur ruangan berfasa padat disebut dengan lemak nabati. Kebanyakan

bagian tubuh tumbuhan dapat menghasilkan minyak nabati, namun bagian

tumbuhan yang umum diekstrak untuk diperoleh minyaknya adalah biji

(McCullough, 2006).

Berdasarkan peninggalan dokumen yang ada, penggunaan minyak

nabati diketahui telah dimulai dari 4000 tahun yang lalu. Masyarakat pada

saat itu menggunakan batu untuk menghancurkan biji, lalu dilakukan

pendidihan untuk mengekstrak minyaknya (McCullough, 2006).

Saat ini minyak nabati digunakan untuk berbagai jenis keperluan,

seperti untuk memasak, industri (pembuatan sabun, produk kosmetik,

pewarna, dll), feed (pakan ternak), serta bahan bakar (McCullough, 2006).

Berdasarkan publikasi Oil World, di dunia terdapat 17 jenis komoditas

minyak, dimana empatnya berasal dari hewan dan sisanya berasal dari

tumbuhan (nabati). Contoh minyak nabati di antaranya: minyak kacang

kedelai, minyak kelapa sawit, minyak canola, minyak biji bunga matahari,

minyak kacang tanah, minyak kelapa, minyak zaitun, dsb (Gunstone, 2002).

Page 5: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! %!

2.2 Ekstraksi, Pengilangan, dan Pengolahan Minyak Nabati

Mayoritas minyak nabati diperoleh dari bagian biji atau kacang suatu

tanaman. Ekstraksi biji dapat dilakukan dengan melakukan pressing atau

ekstraksi menggunakan pelarut. Beberapa jenis minyak nabati dapat

digunakan tanpa melalui perlakuan lebih lanjut, namun kebanyakan minyak

nabati akan melalui proses pengilangan (Gunstone, 2002).

Proses pengilangan berguna untuk memisahkan minyak dari zat-zat

lainnya, baik zat pengotor (contohnya fosfolipid dan pigmen) maupun zat

yang bernilai tinggi (contohnya antioksidan dan vitamin). Zat bernilai tinggi

tersebut dapat diperoleh kembali melalui aliran samping agar diproses lebih

lanjut (Gunstone, 2002).

Seringkali jumlah minyak nabati yang terbatas dalam skala komersil

tidak cukup untuk memenuhi syarat fisik, nutrisi, serta kimia yang

dibutuhkan dalam menghasilkan suatu produk. Namun dalam 1 abad terakhir

para peneliti telah berhasil menemukan metode untuk mengatasi masalah

tersebut, salah satunya dengan memodifikasi komposisi asam lemak

(Gunstone, 2002).

Metode-metode pengolahan minyak nabati yang sering kali digunakan

adalah fraksionasi, hidrogenasi, serta modifikasi komposisi asam lemak, baik

Gambar 2.1.1 Minyak zaitun yang merupakan contoh minyak nabati

Page 6: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! &!

secara konvensional (pembiakan biji) maupun melalui rekayasa genetika.

Metode-metode pengolahan tersebut berguna untuk meningkatkan

pemenuhan syarat fisik, nutrisi, serta kimia minyak (Gunstone, 2002).

2.3 Ekstraksi Minyak secara Mekanik

Metode pengekstraksian minyak telah mengalami evolusi dari waktu ke

waktu, termasuk metode ekstraksi secara mekanis. Ekstraksi minyak secara

mekanis yang terdokumentasi oleh sejarah dimulai dari tahun 1650 SM di

Mesir, yakni ekstraksi minyak zaitun dengan metode pressing menggunakan

tangan. Pada tahun 1795, J Bramah mengembangkan hydraulic press

extraction. Alat ini digunakan secara umum hingga tahun 1950-an, sebelum

akhirnya kalah pamor oleh continuous screw extraction. Walaupun begitu,

industri minyak zaitun masih menggunakan hydraulic press extraction hingga

saat ini. Screw press extraction pertama kali dikembangkan pada tahun 1900

oleh Valerius D. Anderson. Hingga kini metode ini terus mengalami

perkembangan, dan masih merupakan metode yang popular digunakan untuk

mengekstraksi minyak (Kemper, 2005).

!

Gambar 2.3.1 Hydraulic press extraction (a), screw press extraction (b)

a. b.

Page 7: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! '!

Ekstraksi (secara mekanis) merupakan faktor penentu kualitas minyak

yang dihasilkan. Prinsip dasar ekstraksi minyak secara mekanis ialah

pemberian gaya yang cukup besar pada biji sehingga tekanan yang besar akan

meremukkan biji. Oleh karena itu minyak yang terkandung dalam biji pun

dapat terbebas (Herkes, et al, 2012).

Pada screw press extraction, tekanan pada biji berasal dari sekrup

(screw) yang bergerak mendorong biji pada suatu ruangan tetap. Selain

memberikan tekanan, gerakan sekrup pun akan menghasilkan gesekan yang

dapat meremukkan biji. Karena tekanan dan gesekan ini, minyak yang

terkandung dalam biji dapat keluar melalui celah kecil pada alat, dimana

serat-serat biji akan tertahan pada celah tersebut. Sedangkan biji yang telah

remuk akan membentuk pasta yang dapat dikeluarkan dari celah lainnya.

Gesekan dan tekanan dalam alat dapat menghasilkan panas dengan suhu 60-

99°C (Spectrum Ingredients, 2013).

2.4 Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar minyak yang dibuat dari bahan nabati

berupa lemak atau minyak untuk digunakan pada mesin genset diesel, mobil,

atau automotif lainnya. Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan karena

dapat ditanam pada areal kehutanan, pertanian, dll (Pakpahan dalam Sudrajat,

2003).

Biodiesel yang merupakan sumber energi alternatif memiliki banyak

keunggulan dibandingkan sumber energi alternatif lainnya, di antaranya:

ketersediaan sumber daya, ketersediaan teknologi, keunggulan kualitas

produk, memberikan dampak positif terhadap ekonomi makro (devisa

negara), dan ekonomi mikro seperti penciptaan lapangan kerja baru. Biodiesel

sendiri pun memiliki keunggulan dibandingkan petrodiesel, di antaranya:

resiko terbakar lebih rendah, kualitas pembakaran seimbang, emisi gas toksik

lebih rendah, lebih mudah terurai secara biologis, pengadaannya banyak

melibatkan masyarakat dari kelompok kurang mampu serta memberikan

dampak positif pada konservasi tanah dan air (Sudrajat, et al., 2003).

Page 8: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! (!

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Pada praktikum modul "Ekstraksi Minyak Nabati secara Mekanik" ini

digunakan alat dan bahan sebagai berikut:

3.1.1 Alat

• Screw press

• Pembakar Bunsen

• Gelas ukur

• Piknometer

• Beaker glass

3.1.2 Bahan

• Berbagai jenis biji/kacang (kacang tanah, kacang edamame, biji

kemiri, biji kemiri sunan, biji jarak pagar, biji jarak merah, dan biji

jarak hijau)

• Kain kassa

3.2 Langkah Kerja

Biji/kacang dikupas, lalu dikeluarkan daging biji/kacangnya secara

manual. Ditimbang daging biji/kacang yang telah diperoleh, kemudian

digiling sampai halus dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 2

jam. Setelah kering, biji/kacang dimasukkan ke dalam screw press sambil

dipanaskan. Lalu biji/kacang dikempa dengan menggunakan tuas sehingga

minyak pun akan keluar melalui lubang-lubang yang terdapat di bagian

pinggir blok ulir. Minyak ditampung, sedangkan bungkilnya dikeluarkan

untuk digiling dan dikempa kembali. Minyak yang telah diperoleh dihitung

Page 9: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! )!

densitasnya, sehingga diperoleh massa minyak. Setelah itu persentase (w/w)

yield minyak yang diperoleh dari biji sampel pun dapat dihitung. Lalu

dilakukan uji pembakaran sederhana pada minyak dengan menambahkan

sumbu yang disulut api.

Page 10: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *+!

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Umpan

Berdasarkan literatur, salah satu syarat suatu biji/kacang dapat

digunakan sebagai sumber minyak nabati yang digunakan untuk membuat

Berat basah Berat kering Kacang/biji yang

Volume minyak kotor Kel

ompok

Jenis Kacang/biji

kacang/biji (g) kacang/biji (g) digiling (g) yang diperoleh (mL)

1 Kacang tanah 300.25 257.36 135.05 2.1

2 Kacang edamame 300.08 100.55 87.517 1

3 Biji kemiri 300.04 293.829 279.102 slurry semua

4 Jarak Pagar (Jathropa curcas) 195 141.6 127.629 slurry > 2ml

5 Kemiri Sunan 302.2 275.95 255.75 75

6 Kemiri Sunan 300.02 205.61 174.54 75

7 Jarak (Ricinus communis) varian warna merah 124.13 115.0248 88.8808 sedikit

8 Jarak (Ricinus communis) varian warna hijau/Kemiri

Sunan 158.69 131.3121 131.3121 slurry semua

Keterangan:

Uji nyala menggunakan minyak jelantah karena minyak edamame sangat sedikit

Menggunakan data kemiri sunan

Menggunakan minyak jarak yang sudah disediakan asisten

Tabel 4.1.1 Data karakterisasi umpan

Page 11: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! **!

biofuel haruslah memiliki kadar air yang rendah. Hal ini berhubungan dengan

efisiensi pengolahan biji/kacang menjadi biofuel. Apabila suatu kacang/biji

memiliki kadar air yang tinggi, maka untuk memperoleh minyak nabati dalam

jumlah besar dibutuhkan biji/kacang dalam jumlah yang jauh lebih besar lagi.

Hal ini tentunya dapat meningkatkan ongkos produksi, menghabiskan waktu,

serta membutuhkan lahan yang besar.

Berdasarkan hasil pengamatan, kacang edamame memiliki kadar air

paling tinggi dibandingkan kacang/biji lainnya, yakni:

{(300.08-100.55) g/300.08 g} x 100% = 66.49%

Sedangkan kacang/biji dengan kadar air terendah adalah jarak varian warna

merah, yakni:

{(124.13-115.03) g/124.13 g} x 100% = 7.33%

Hal ini menunjukkan bahwa dari seluruh jenis kacang/biji yang digunakan,

biji jarak varian warna merahlah yang paling baik digunakan sebagai sumber

minyak nabati dalam pembuatan biofuel. Sedangkan kacang edamame paling

tidak layak untuk dijadikan sebagai sumber minyak nabati dalam pembuatan

biofuel. Oleh karena itu pada kenyataannya, biji jarak merupakan salah satu

jenis biji yang umum digunakan sebagai sumber minyak nabati dalam

pembuatan biofuel. Sedangkan kacang edamame lebih umum digunakan

sebagai bahan pangan.

Selain itu, diperoleh pula volume minyak nabati bruto, yakni volume

minyak nabati yang diperoleh setelah proses penggilingan namun belum

disaring. Dari seluruh jenis kacang/biji yang diuji, kemiri sunanlah yang

paling banyak menghasilkan minyak (75 mL). Hal ini menunjukkan bahwa

kemiri sunan berpotensi dijadikan sebagai sumber minyak nabati untuk

membuat biofuel.

Walaupun data kacang/biji selain kemiri sunan menunjukkan

kandungan minyak yang rendah, belum tentu keadaan nyatanya seperti itu.

Diduga kandungan minyak yang sedikit pada kacang/biji selain kemiri sunan

diakibatkan oleh ukuran kacang/biji yang dimasukkan ke alat penggiling

Page 12: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *"!

kurang optimum, dan alat penggiling tersebut pun kurang optimum untuk

menggiling beberapa jenis kacang/biji tertentu.

4.2 Karakterisasi Minyak

Minyak nabati yang telah diperoleh dari proses penggilingan haruslah

disaring lebih lanjut karena masih mengandung padatan pengotor yang dapat

digiling lebih lanjut. Dari data yang telah diperoleh, kemiri sunan pulalah

Volume minyak setelah

Densitas Minyak Daya Kapilaritas Kel

ompok

Jenis Kacang/biji

disaring (mL) (g/mL) (cm/s)

Massa minyak (g)

1 Kacang tanah 0.75 0.9467 - 0.71

2 Kacang edamame tidak disaring karena terlalu

dikit 0.8881 0.0045 -

3 Biji kemiri 4,5 0.8484 0.002222 0.93324

4 Jarak Pagar (Jathropa curcas) 2 0.895 0.00829 1.7946

5 Kemiri Sunan 15 0.86 0.0058 12.9

6 Kemiri Sunan 10 0.89 - 8.9

7 Jarak (Ricinus

communis) varian warna merah

2 0.89325 0.005 1.7865

8 Jarak (Ricinus

communis) varian warna hijau/Kemiri Sunan

1 0.7857 0.002863 0.7857

Keterangan:

Uji nyala menggunakan minyak jelantah karena minyak edamame sangat sedikit

Menggunakan data kemiri sunan Menggunakan minyak jarak yang sudah disediakan asisten

Tabel 4.2.1 Data karakterisasi minyak

Page 13: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *#!

yang menghasilkan minyak saringan dengan hasil yang paling banyak

dibandingkan kacang/biji lainnya. Sedangkan minyak saringan paling sedikit

dihasilkan oleh kacang tanah. Oleh karena itu, kacang tanah umumnya

digunakan sebagai bahan pangan, bukan sebagai sumber bahan pembuat

biofuel.

Berdasarkan Johnson (1999), densitas minyak nabati berada di kisaran

0.920-0.969 g/mL. Selain itu, umumnya minyak memiliki densitas yang lebih

rendah dibandingkan dengan air (1g/mL). Berdasarkan data yang diperoleh

dalam praktikum, nilai-nilai yang diperoleh tidaklah begitu jauh dengan

literatur. Hal ini menunjukkan bahwa data densitas masing-masing minyak

yang diperoleh pada praktikum ini cukup valid.

Berdasarkan Sunandar (2010) kapilaritas minyak pada sumbu kompor

merupakan salah satu hal penting dalam mempertimbangkan kelayakan suatu

jenis minyak sebagai sumber bahan bakar. Oleh karena itu, pada praktikum

ini dilakukan pula uji kapilaritas minyak nabati pada sumbu. Berdasarkan

data yang diperoleh, minyak jarak pagar memiliki daya kapilaritas yang

paling besar (0.00829 cm/s) dibandingkan minyak dari biji/kacang lainnya.

Hal ini menunjukkan potensi minyak jarak pagar sebagai sumber pembuatan

biofuel.

Yield (g/g) minyak (massa minyak yang dihasilkan per massa

biji/kacang yang diproses) merupakan salah satu pertimbangan yang

digunakan untuk menentukan kelayakan suatu minyak nabati dijadikan

sebagai sumber pembuatan bahan bakar. Berdasarkan data yang diperoleh

pada praktikum, yield paling besar dihasilkan oleh minyak kemiri sunan:

8.9 g/174.54 g = 0.051

Sedangkan yield paling rendah dihasilkan oleh minyak kemiri:

0.93324 g/279.102 g = 0.003

Hasil ini menunjukkan bahwa minyak kemiri sunan memiliki potensi untuk

dijadikan sebagai bahan pembuat biofuel, sedangkan minyak kemiri tidak.

Jika minyak nabati dengan yield yang kecil dipilih sebagai sumber pembuat

Page 14: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *$!

biofuel, maka dalam proses pengolahannya akan terjadi peningkatan ongkos

produksi.

4.3 Uji Pembakaran Minyak dan Uji Halogen

Uji Bakar Kelompok

Jenis Kacang/biji Warna Api Asap Kestabilan Percikan

Uji Halogen

(%)

1 Kacang tanah Merah kejinggaan Ada di awal pembakaran (warna hitam), setelah itu

tidak ada Stabil Tidak

ada 2.8

2 Kacang edamame Kuning Ada di awal pembakaran (warna hitam), setelah itu

tidak ada Stabil Tidak

ada 13.81

3 Biji kemiri Kuning

Ada asap hitam yang muncul dari pembakaran,

api berwarna merah menyala

Stabil Tidak ada 2.07

4 Jarak Pagar (Jathropa curcas) Kuning Asap warna hitam dari

awal Stabil Tidak ada 3.5

5 Kemiri Sunan Merah Asap hitam Stabil Tidak ada 8.52

6 Kemiri Sunan Merah Asap hitam Stabil Tidak ada 7.22

7 Jarak (Ricinus

communis) varian warna merah

Merah Berwarna hitam, sejak awal Stabil Tidak

ada 5.14

8

Jarak (Ricinus communis) varian

warna hijau/Kemiri Sunan

Merah Asap hitam sejak awal Stabil Tidak ada 3.48

Keterangan:

Uji nyala menggunakan minyak jelantah karena minyak edamame sangat sedikit

Menggunakan data kemiri sunan Menggunakan minyak jarak yang sudah disediakan asisten

Tabel 4.3.1 Data uji pembakaran dan uji halogen

Page 15: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *%!

Selain kandungan air, daya kapilaritas, kandungan minyak, serta yield,

pertimbangan yang digunakan dalam menentukan kelayakan suatu minyak

nabati untuk menjadi sumber pembuat biofuel adalah kualitas dari minyak itu

sendiri. Kualitas minyak dapat diuji dengan menggunakan uji bakar. Indikator

yang menentukan bahwa suatu minyak berkualitas baik adalah saat uji

pembakaran, minyak yang dibakar harus menghasilkan api yang berwarna

biru, tidak menghasilkan asap hitam, tidak menghasilkan percikan, tidak

berbau tengik,serta stabil. Data yang diperoleh pada praktikum menunjukkan

bahwa seluruh jenis minyak berkualitas menengah, karena tidak ada hasil uji

bakar minyak yang benar-benar sama dan benar-benar berbeda dengan

indikator yang telah disebutkan sebelumnya. Berdasarkan literatur seharusnya

ada beberapa jenis minyak yang diuji dalam praktikum ini dapat masuk ke

dalam kategori minyak berkualitas baik. Namun dalam praktikum ini tidak

ada minyak yang masuk ke dalam kategori tersebut. Diduga hal ini dapat

terjadi karena kurang baiknya proses pengolahan yang dilakukan, seperti saat

penggilingan serta penyaringan.

Uji halogen berfungsi untuk menunjukkan kadar air dalam suatu

kacang/biji. Semakin tinggi nilai persen pada hasil uji halogen, semakin

tinggi kandungan air dalam kacang/biji tersebut. Berdasarkan data yang

diperoleh dalam praktikum, kandungan air terendah terdapat pada biji kemiri

(2.07%), sedangkan kandungan air terbesar terdapat pada kacang edamame

(13.81%). Hal ini menunjukkan bahwa biji kemiri dapat dipertimbangkan

untuk menjadi sumber pembuat biofuel sedangkan kacang edamame tidak.

Page 16: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *&!

4.4 Kadar Air dalam Minyak Jelantah

Minyak jelantah memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan

pembuatan biofuel (Sunandar, 2010). Sedangkan salah satu syarat bahan

pembuat biofuel ialah kandungan airnya yang harus kecil. Berdasarkan data

di atas, diperoleh kadar air rata-rata dalam minyak jelantah adalah 0.18%.

Data ini meyakinkan penggunaan minyak jelantah sebagai bahan pembuat

biofuel karena kadar airnya yang sangat rendah.

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah dilakukan, indikator

suatu biji/kacang serta minyak nabati yang dapat dipertimbangkan untuk

menjadi sumber pembuat biofuel di antaranya: biji/kacang harus memiliki

kadar air yang rendah, biji/kacang memiliki yield minyak yang tinggi, daya

kapilaritas minyak harus cukup besar, kadar air dalam minyak harus rendah,

Kadar air dalam Kelompok

minyak jelantah (%)

1 0.117

2 0.0062

3 0.10287

4 0.3338

5 0.63

6 0.02968

7 0.211

8 0.0184

Tabel 4.4.1 Kandungan air dalam minyak jelantah

Page 17: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *'!

serta minyak harus memiliki kualitas yang baik. Untuk itu, dalam

menentukan kelayakan suatu biji/kacang serta minyak nabati sebagai sumber

pembuat biofuel, kita harus mempertimbangkan seluruh indikator tersebut.

Kita tidak bisa menentukan kelayakan berdasarkan hanya pada salah satu

indikator tersebut. Dengan praktikum ini, kita sebagai calon Bioengineer

dilatih untuk mengolah suatu bahan menjadi minyak nabati yang dapat

digunakan sebagai bahan pembuat biofuel. Selain itu, kita pun dilatih untuk

menentukan kelayakan bahan tersebut untuk diolah menjadi biofuel.

Page 18: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *(!

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil serta pembahasan praktikum, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

a. Berdasarkan pengeringan, kadar air paling sedikit terdapat pada biji jarak

varian warna merah, dan kadar air paling banyak terdapat pada kacang

edamame. Sedangkan berdasarkan uji halogen, kadar air paling sedikit

terdapat pada biji kemiri dan kadar air paling banyak terdapat pada kacang

edamame.

b. Diperoleh fraksi minyak tiap kacang/biji (g/g) sebagai berikut: kacang

tanah 0.0053, kacang edamame 0, biji kemiri 0.003, jarak pagar 0.014, biji

kemiri sunan 1 0.050, biji kemiri sunan 2 0.051, biji jarak varian merah

0.020, dan biji jarak varian hijau 0.006.

c. Berdasarkan uji bakar, seluruh jenis minyak berkualitas menengah karena

tidak ada hasil uji bakar minyak yang benar-benar sama dan benar-benar

berbeda dengan indikator yang telah disebutkan.

Page 19: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! *)!

DAFTAR PUSTAKA

Gunstone, Frank D. 2002. Vegetable Oils in Food Technology: Composition,

Properties and Uses. Boca Raton: CRC Press.

Herkes, John, Vern Grubinger, Joel Schumacher, Joe Thompson. 2012.

Mechanical Extraction Processing Technology for Biodiesel, (Online),

(http://www.extension.org/pages/26911/mechanical-extraction-processing-

technology-for-biodiesel, diakses pada 21 April 2013).

Johnson, Arthur T. 1999. Biological Process Engineering An Analogical

Approach to Fluid Flow, Heat Transfer, and Mass Transfer Applied to

Biological Systems. New York: John Wiley and Sons.

Kemper, Timothy G. 2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, Sixth

Edition, Six Volume Set. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

McCullough, Bob. 2006. 4,000-year-old 'kitchen' unearthed in Indiana, (Online),

(http://www.stonepages.com/news/archives/001708.html, diakses pada 21

April 2013).

Pandey, Ashok. 2008. Handbook of Plant-Based Biofuels. Boca Raton: CRC

Press.

Shuler, Michael L., Fikret Kargi. 2002. Bioprocess Engineering Basic Concepts

Second Edition. New York: Prentice Hall.

Spectrum Ingredients. 2013. Understanding Oil Extraction Methods: Expeller

pressed vs solvent extracted oils, (Online),

(http://www.spectrumingredients.com/product/gen_info/oil_extract.html,

diakses pada 21 April 2013).

Sudradjat, R., Hendra A., W. Iskandar dan D. Setiawan. 2003. TEKNOLOGI

PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI TANAMAN JARAK

PAGAR, (Online), (http://www.forda-

Page 20: Laporan Modul 7 Ekstraksi Minyak Finished

! "+!

mof.org/files/TEKNOLOGI%20PEMBUATAN%20BIODISEL%20DARI

.pdf, diakses pada 21 April 2013).

Sunandar, Kudrat. 2010. Kajian Kapilaritas Minyak Nabati pada Kompor Sumbu,

(Online),

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26718/2010ksu_ab

stract.pdf?sequence=1, diakses pada 21 April 2013).