ekstraksi dan enkapsulasi minyak omega-3 dari daun...

66
EKSTRAKSI DAN ENKAPSULASI MINYAK OMEGA-3 DARI DAUN KROKOT (Portulaca oleracea L.) MENGGUNAKAN PELARUT ALKOHOL FOOD GRADE 96% Skripsi Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Kimia Oleh Nurahmad Rifai NIM. 5213414068 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2018

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • EKSTRAKSI DAN ENKAPSULASI

    MINYAK OMEGA-3 DARI DAUN KROKOT

    (Portulaca oleracea L.) MENGGUNAKAN

    PELARUT ALKOHOL FOOD GRADE 96%

    Skripsi

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknik Program Studi Teknik Kimia

    Oleh

    Nurahmad Rifai

    NIM. 5213414068

    TEKNIK KIMIA

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    SEMARANG

    2018

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Nama : Nurahmad Rifai

    NIM : 5213414068

    Skripsi

    Judul : Ekstraksi Dan Enkapsulasi Minyak Omega-3 Dari Daun Krokot

    (Portulaca Oleracea L.) Menggunakan Pelarut Alkohol Food Grade 96%.

    Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.

    Semarang, 19 Desember 2018

    Pembimbing

    Dr. Ratna Dewi K., S.T., M.T.

    NIP. 197603112000122001

  • iii

    PENGESAHAN

    Skripsi dengan judul “Ekstraksi Dan Enkapsulasi Minyak Omega-3 Dari Daun

    Krokot (Portulaca Oleracea L.) Menggunakan Pelarut Alkohol Food Grade

    96%.” telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik

    UNNES pada tanggal 19 bulan 12 tahun 2018.

    Oleh :

    Nama : Nurahmad Rifai

    NIM : 5213414068

    Program Studi : S-1 Teknik Kimia

    Ketua Panitia Sekretaris

    Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T. Dr. Megawati, S.T., M.T.

    NIP.197405191999032001 NIP.197211062006042001

    Penguji 1 Penguji 2 Pembimbing

    Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T. Rr. Dewi Artanti Putri, S.T., M.T. Dr. Ratna Dewi K., S.T., M.T.

    NIP.197405191999032001 NIP. 198711192014042002 NIP. 197603112000122001

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

    Dr. Nur Qudus, M.T

    NIP.196911301994031001

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

    gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES)

    Maupun di perguruan tinggi lain.

    2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

    tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim

    Penguji.

    3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

    atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

    dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

    pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

    hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

    maka saya bersedia menerima sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

    berlaku di perguruan tinggi ini.

    Semarang, 19 Desember 2018

    Yang membuat pernyataan

    Nurahmad Rifai

    NIM.5213414068

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    “Antusiasme adalah ragi yang membuat harapan Anda bersinar ke bintang.

    Antusiasme adalah kilau di mata Anda, ayunan dalam gaya berjalan anda.

    Cengkeraman tangan Anda, gelombang kehendak dan energi yang tak tertahankan

    untuk mengeksekusi gagasan Anda ”

    –Henry Ford–

    “Tak ada yang tak mungkin, selama masih berusaha menggapainya”

    –Anonim–

    PERSEMBAHAN

    1. Allah SWT.

    2. Orang Tua

    3. Saudaraku

    4. Dosen – dosenku

    5. Sahabat – sahabatku

    6. Almamaterku

  • vi

    ABSTRAK

    Krokot (Portulaca oleracea L.) dapat dimanfaatkan sebagai suplemen

    makanan karena kandungan asam alpha-linoleat (ALA) yang cukup tinggi.

    Penggunaan pelarut alkohol foodgrade 96% dalam berbagai varian jumlah pelarut

    dan waktu didapatkan hasil ekstrak omega-3 yang dapat dijadikan acuan dalam

    menentukan variasi jumlah pelarut terbaik dalam ekstraksi organik tanaman

    krokot dengan simplisia daun kering. Ekstraksi maserasi dipilih karena biaya yang

    digunakan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lain

    dan lebih mudah dalam perlakuannya. Ekstraksi paling optimal terjadi pada

    variasi jumlah pelarut 2 L dan waktu ekstraksi 30 hari dengan hasil filtrat 14,82 g

    lebih baik daripada menggunakan variasi pelarut 1 L dan 1,6 L yang

    menghasilkan massa filtrat 7,42 g dan 7,67 g untuk perbandingan variasi jumlah

    pelarut dan lebih baik daripada menggunakan variasi waktu 20 hari menghasilkan

    9,389 g, sehingga variasi pelarut 2 L menggunakan pelarut alkohol foodgrade

    96% adalah variasi pelarut yang paling optimal digunakan untuk ekstraksi organik

    tanaman krokot dan waktu ekstraksi yang paling optimal pada waktu 30 hari

    ekstraksi. Konsentrasi minyak omega-3 hasil ekstraksi menggunakan pelarut

    alkohol foodgrade 96% adalah 1.61 g omega-3/100g simplisia daun kering. Hasil

    enkapsulasi menggunakan metode plate driying dapat menjaga kualitas bahan inti

    dengan ditandai perubahan fase menjadi kristal pada waktu proses sehingga

    terhindar dari kerusakan akibat radikal bebas.

    Kata kunci: ekstraksi maserasi, tanaman krokot, konsentrasi omega-3, enkapsu -

    lasi.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

    dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Ekstraksi Dan

    Enkapsulasi Minyak Omega-3 Dari Daun Krokot (Portulaca Oleracea L.)

    Menggunakan Pelarut Alkohol Food Grade 96%.”. Skripsi ini disusun sebagai

    salah satu syarat untuk menyelesaikan Jurusan Strata I untuk memperoleh gelar

    Sarjana Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

    Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

    2. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Kimia

    Universitas Negeri Semarang.

    3. Dr. Ratna Dewi K., S.T., M.T. Dosen Pembimbing yang selalu memberikan

    bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi.

    4. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T. dan Rr. Dewi Artanti Putri, S.T., M.T.,

    Dosen Penguji yang telah memberi masukan dan pengarahan dalam

    penyempurnaan Skripsi.

    5. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun

    material.

    6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi.

    Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak.

    Semarang, 19 Desember 2018

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    COVER ......................................................................................................... ...........i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

    PENGESAHAN ..................................................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

    ABSTRAK ............................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 7

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

    2.1 Tanaman Krokot ....................................................................................................... 6

    2.2 Karakteristik Tanaman Krokot ................................................................................. 7

    2.3 Karakteristik Asam Lemak ..................................................................................... 10

    2.3.1 Jenis Asam Lemak dan Sumbernya ................................................................ 10

    2.3.2 Asam Lemak Omega- 3 .................................................................................. 13

    2.3.3 Asam Lemak dan Kesehatan ........................................................................... 15

    2.4 Asam Lemak Omega- 3 dalam Tanaman Krokot ................................................... 17

    2.5 Macam – Macam Proses Ekstraksi ......................................................................... 17

    2.5.1 Pemilihan Pelarut dalam Proses Ekstraksi ...................................................... 20

    2.5.2 Proses Ekstraksi Senyawa Aktif dalam Industri Farmasi ............................... 22

    2.5.3 Ekstraksi Maserasi Krokot Omega- 3 ............................................................. 22

    2.6 Enkapsulasi ............................................................................................................. 23

    2.6.1 Enkapsulasi dengan Metode Plate Drying ...................................................... 24

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 26

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................. 26

  • ix

    3.2 Variabel .................................................................................................................. 26

    3.2.1 Variasi rasio bahan ekstraksi........................................................................... 26

    3.2.2 Variasi waktu ekstraksi ................................................................................... 26

    3.3 Alat ......................................................................................................................... 27

    3.4 Bahan ...................................................................................................................... 28

    3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 28

    3.5.1 Preparasi Simplisia Kering ............................................................................. 28

    3.5.2 Maserasi Daun Tanaman Krokot .................................................................... 28

    3.5.3 Perhitungan Filtrat dan Analilis Asam Lemak Minyak Omega -3 ................. 30

    3.5.4 Enkapsulisasi Filtrat Minyak Omega – 3 Hasil Ekstraksi ............................... 31

    3.5.5 Analisis Asam Lemak Minyak Omega Tiga ................................................... 31

    3.4 Diagram Alir Penelitian Pembuatan Suplemen Minyak Omega -3 ........................ 31

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34

    4.1 Pengaruh Ekstraksi dengan Metode Maserasi Menggunakan Pelarut Alkohol

    Foodgrade Terhadap Hasil Filtrat Omega -3 ......................................................... 34

    4.2 Hasil Uji GC Terhadap Kadar Kandungan Minyak Omega-3 Pada Ekstrak .......... 37

    4.3 Perbandingan Kadar Omega- 3 Esktrak dengan Penelitian Bahan Lain ................. 39

    4.4 Pengaruh Enkapsulasi Menggunakan Metode Plate Drying Terhadap Hasil Filtrat

    Ekstraksi Menggunakan Pelarut Alkohol Foodgrade 96% .................................... 41

    BAB V PENUTUP ................................................................................................. 44

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 44

    5.2 Saran ....................................................................................................................... 44

    Daftar Pustaka ........................................................................................................ 45

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Komposisi Nutrisi Tanaman Krokot per 100 g ............................ 8

    Tabel 2.2. Sumber Asam Lemak Omega – 3 Pada Bahan Pangan Nabati

    per 100 g ....................................................................................... 9

    Tabel 2.3. Komposisi Perbandingan Kandungan Asam Lemak (mg/100 g). 10

    Tabel 4.1. Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega – 3 .......................... 34

    Tabel 4.2. Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil Ekstraksi ........................ 37

    Tabel 4.3. Perbandingan Kadar Konsentrasi Senyawa Omega -3 antara

    Daun Krokot dengan Berbagai Jenis Rumput Laut...................... 41

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Penomoran atom karbon .......................................................... 10

    Gambar 2.2. Beberapa jenis sumber asam lemak tak jenuh (PUFAs), ......... 12

    Gambar 2.3. Struktur jenis asam lemak ........................................................ 12

    Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 31

    Gambar 4.1. Grafik Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega – 3 ........... 35

    Gambar 4.2. Blok Diagram Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil

    Ekstraksi .................................................................................. 38

    Gambar 4.3. Minyak omega -3 hasil ekstrak dari berbagai simplisia dan

    pelarut ....................................................................................... 40

    Gambar 4.4. Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1:

    ) ............... 42

    Gambar 4.4. Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1: ) .............. 42

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Bahan baku tanaman krokot segar ............................................. 47

    Lampiran 2 Pencucian tanaman krokot ......................................................... 47

    Lampiran 3 Pengeringan daun krokot ........................................................... 47

    Lampiran 4 Hasil Uji FTIR ........................................................................... 47

    Lampiran 5 Sortasi simplisia kering ............................................................. 47

    Lampiran 6 Ekstraksi maserasi ..................................................................... 47

    Lampiran 7 Hasil ekstraksi maserasi ............................................................ 47

    Lampiran 8 Hasil evaporasi .......................................................................... 48

    Lampiran 9 Hasil enkapsulasi ....................................................................... 48

    Lampiran 10 Hasil GC- MS .......................................................................... 48

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Grand design untuk mewujudkan bangkitnya Generasi Indonesia

    Emas 2045 telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia, khususnya

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Triyono, 2018). Dalam rangka

    mewujudkan hal itu, generasi muda Indonesia dituntut untuk menjadi

    generasi yang berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM)

    yang berkualitas terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya,

    diantaranya faktor gizi, kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan jasa

    pelayanan lainnya. Di antara faktor-faktor tersebut, faktor gizi merupakan

    faktor yang sangat berperan dalam mewujudkan SDM yang berkualitas.

    Faktor gizi yang memadai harus diberikan sejak usia dini karena tumbuh

    kembang anak paling cepat terjadi pada anak usia dini (AUD). Jika gizi pada

    anak usia dini tidak terpenuhi dengan baik maka akan terjadi hambatan

    perkembangan otak pada anak (Elnovriza, 2012).

    Zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sel-sel neuron otak

    untuk bekal kecerdasan pada anak usia dini adalah asam lemak. Asam lemak

    terdiri dari asam lemak esensial (omega-3, EPA, DHA, omega-6 dan AA) dan

    asam lemak non esensial (omega-9). Asam lemak omega-3 merupakan asam

    lemak tak jenuh ganda. Omega-3 (α-linolenat) berfungsi untuk pembentukan

  • 2

    spingomielin dan merupakan komponen struktural sel saraf atau mielin

    (Diana, 2013).

    Asam lemak omega-3 adalah lemak - lemak yang terdapat dalam

    minyak hewani dan minyak nabati. Asam lemak omega-3 adalah asam lemak

    politakjenuh dengan sebuah ikatan rangkap-dua dimulai setelah atom karbon

    ketiga dari salah satu ujung rantai karbonya. Asam lemak ini mempunyai dua

    ujung - salah satu ujungnya adalah asam (-COOH) dan ujung yang lain adalah

    metil (-CH3). Lokasi ikatan rangkap-dua pertama adalah berlawanan dari

    ujung metilnya, yang juga dikenal sebagai ujung omega (ω) atau ujung n

    (Diana, 2012).

    Asam lemak omega-3 adalah asam lemak esensial yang diperlukan

    oleh tubuh manusia karena berperan penting dalam proses metabolisme,

    namun tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia. Salah satu komponen

    utama dalam asam lemak omega-3 adalah asam alpha-linolenat (ALA, 18

    karbon dengan 3 ikatan rangkap) yang mempunyai khasiat lebih dibandingkan

    asam lemak lain karena berfungsi mecegah rusaknya membran sel dalam

    tubuh dan sebagai pra-pembetukan komponen utama lain dalam asam lemak

    omega-3 yang meliputi asam eicosapentaenoic acid (EPA, 20 karbon dan 5

    ikatan rangkap) dan asam docosahexaenoic acid (DHA, 22 karbon dengan 6

    ikatan rangkap) (Bellows, 2015).

    Sumber-sumber umum dari asam lemak omega-3 meliputi minyak

    ikan, minyak alga, minyak cumi-cumi dan beberapa minyak tanaman seperti

    minyak echium dan minyak biji rami. Selain itu banyak sumber omega-3 di

  • 3

    Indonesia yang aplikasinya belum digunakan dengan maksimal seperti halnya

    krokot, jenis kacang – kacangan (kedelai, kacang hijau, kacang merah),

    bayam, kangkung, kembang kol, selada dan brokoli sehingga dipilih krokot

    yang mempunyai kandungan tertinggi diantara bahan pangan di Indonesia

    yang berpotensi untuk dimaksimalkan potensi kandungan omega-3 (Li,

    2012).

    Omega-3 banyak terkandung dalam tanaman pangan lokal krokot

    (Portulaca oleracea L.) yang teridentifikasi sebagai bahan pangan lokal

    sumber penghasil asam α-linolenat yang baik untuk kecerdasan otak anak.

    Kandungan omega-3 dalam krokot mencapai 3% (lrawan et, al. 2003). Oleh

    karena itu, tanaman krokot berpotensi untuk diolah menjadi produk suplemen

    yang dapat meningkatkan kecerdasan otak pada anak usia dini. Menurut

    Simopuolous, (2016) dalam 100 gram satu porsi daun krokot segar me-

    ngandung sekitar 300 – 400 mg asam α-linolenat, 12,2 mg α-tochoperol, 26,6

    mg asam askorbat 1,9 mg beta-carotene, dan 14,8 mg glutathione. Defisiensi

    omega-3 yang berkepanjangan dapat berakibat fatal. Kekurangan asam lemak

    omega-3 menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan serta bisa

    mengganggu perkembangan sistem saraf akan mengakibatkan gangguan pada

    sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan. Penelitian ini

    akan menghasilkan minyak omega-3 hasil ekstraksi tanaman krokot dan akan

    dianlisis kandungan asam lemak dengan menggunakan inovasi pelarut

    alkohol food grade, dengan harapan untuk merintis produk olahan berbasis

  • 4

    tanaman pangan lokal yang mempunyai manfaat tinggi dan belum

    dimaksimalkan dalam aplikasinya.

    Teknik pengambilan suatu zat aktif tertentu di dalam simplisia

    tanaman yang paling umum adalah menggunakan ekstraksi, zat yang diambil

    berupa zat aktif yang dapat bermanfaat bagi tubuh atau membantu

    memulihkan kesehatan manusia. Ekstraksi yang digunakan untuk mengambil

    senyawa asam lemak omega-3 dari tanaman krokot adalah ekstraksi dengan

    metode maserasi karena dinilai paling efisen, langkah kerja yang digunakan

    cukup sederhana, dan dapat menggunakan bahan baku simplisia yang banyak

    dalam sekali proses sehingga tidak menghabiskan banyak waktu untuk

    proses. Menurut Tan (2014), ekstraksi minyak omega-3 dari simplisia nabati

    bergantung pada tingkat konsentrasi dan kepolaran pelarut, semakin tinggi

    konsentrasi pelarut makan semakin banyak filtrat yang dihasilkan dan

    semakin non-polar pelarut maka semakin banyak filtrat yang dihasilkan.

    Pemilihan pelarut alkohol foodgrade adalah untuk mengetahui filtrat yang

    dihasilkan dari proses ekstraksi layak untuk menjadi produk pangan atau

    edible karena semakin polar suatu pelarut yang digunakan dalam proses

    pembuatan suatu produk pangan maka semakin tinggi tingkat keamanan

    untuk dapat dikonsumsi oleh manusia.

    Dalam industri secara nyata yang melibatkan ekstraksi dalam proses

    pembuatan seperti salah satunya adalah jamu menggunakan pelarut polar

    seperti alkohol. Tingkat keamanan dari pelarut alkohol cukup tinggi dan tidak

    meninggalkan residu yang berbahaya seperti metanol, dengan demikian layak

  • 5

    untuk menjadi bahan pelarut yang digunakan dalam proses untuk mengolah

    produk pangan bagi manusia. Menurut BPOM (2014), suatu produk olahan

    pangan yang dalam prosesnya menggunakan bahan kimia dikategorikan

    sebagai produk high risk. Kategori produk high risk berarti dalam proses

    pembuatan produk olahan pangan tersebut harus melalui seleksi ketat

    sehingga benar – benar aman untuk dikonsumsi bagi manusia.

    Menurut Anwar (2011), dalam suatu industri yang menghasilkan

    produk berupa cairan atau dalam hal ini adalalah minyak omega-3, zat aktif

    dan zat gizi yang terkan-dung di dalamnya mempunyai sifat yang mudah

    rusak terhadap lingkungan, atau sifat alami dari bahan itu sendiri seperti

    mudah teroksidasi maupun memiliki stabilitas penyimpanan yang rendah atau

    mudah menguap. Salah satu usaha untuk melindungi zat aktif atau zat gizi

    tersebut adalah menggunakan teknologi enkapsulasi. Enkapsulasi yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah enkapsulasi metode plate driying

    dengan menggunakan bahan kapsul gelatin. Dengan demikian zat aktif dan

    zat gizi yang terkandung dalam miyak omega-3 dapat dipertahankan karena

    stabilitas penyimpanan menjadi lebih stabil dan melindungi zat aktif dan zat

    gizi tersebut.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat

    dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

  • 6

    a. Bagaimana pengaruh ekstraksi dengan metode maserasi

    menggunakan pelarut alkohol food grade 96% pada daun krokot

    terhadap jumlah kandungan asam lemak omega-3?

    b. Berapa rasio antara simplisia dengan pelarut dan variasi waktu

    esktraksi yang menghasilkan filtrat paling banyak untuk maserasi

    minyak omega-3 menggunakan pelarut alkohol food grade 96%?

    c. Apakah pengaruh enkapsulasi dengan metode plate driying

    terhadap filtrat hasil ekstraksi minyak omega-3 menggunakan

    pelarut alkohol food grade 96%?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini, diantaranya

    yaitu :

    a. Untuk mengetahui pengaruh ekstraksi dengan metode maserasi

    menggunakan pelarut alkohol food grade 96 pada daun krokot

    terhadap jumlah kandungan asam lemak omega-3.

    b. Untuk mengetahui rasio antara simplisia dengan pelarut dan variasi

    waktu esktraksi yang menghasilkan filtrat paling banyak untuk

    maserasi minyak omega-3 menggunakan pelarut alkohol food

    grade 96%

    c. Untuk mengetahui pengaruh enkapsulasi dengan metode plate

    driying terhadap filtrat hasil ekstraksi minyak omega-3

    menggunakan pelarut alkohol food grade 96%

  • 7

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini,

    diantaranya yaitu :

    a. Memberikan alternatif pengolahan daun krokot untuk efektifitas

    teknologi pangan sebagai sumber omega-3

    b. Kajian baru mengenai proses ekstraksi omega- 3 dari daun krokot

    menggunakan pelarut alkohol food grade 96%

    c. Menerapkan enkapsulasi model baru dengan metode plate driying

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Krokot

    Bahan utama dalam penelitian ini adalah tanaman krokot yang mempunyai

    tingkat nutraceutical tinggi, menyediakan sumber nutrisi yang baik untuk

    manusia, serta mencegah beberapa penyakit. Meskipun dikenal sebagai gulma,

    pengunaan krokot sebagai bahan makanan telah dilaporkan di berbagai negara,

    sebagian besar terbatas pada daerah Asia dan Mediterania. Krokot juga diakui

    sebagai bahan makanan di Amerika Utara karena status gizinya yang tinggi

    (Mosquera, 2013).

    Tabel 2.1. Komposisi Nutrisi Tanaman Krokot per 100 g

    Kandungan Komposisi (%)

    Protein 26

    Lemak 4

    Karbohidrat 40

    Serat 10

    Abu 20

    Sumber: (Mosquera, 2013)

    Dari tabel 2.1. kandungan lemak krokot yang merupakan asam lemak

    mencapai 4% dengan jumlah kandungan mencapai 300 – 400 mg ALA omega-3

    per 100 g tanaman krokot, dibandingkan dengan kandungan asam lemak dalam

    beberapa bahan pangan nabati seperti bayam, brokoli, selada air, peterseli, dan

    lainnya kandungan ALA dalam tanaman krokot paling besar, sehingga berpotensi

    untuk diolah sebagai sumber bahan pangan alternatif. Kandungan asam lemak

    omega–3 yang terdapat pada beberapa bahan pangan nabati ditampilkan pada

    tabel 2.2.

  • 9

    Tabel 2.2. Sumber Asam Lemak Omega – 3 Pada Bahan Pangan Nabati per 100 g

    Sumber Jumlah kandungan omega- 3 (mg)

    Bayam 150

    Selada air 225

    Brokoli 114

    Peterseli 169

    Sawi 125

    Tauge 101

    Sumber: (Li, 2012)

    2.2 Karakteristik Tanaman Krokot

    Uji yang dilakukan tanaman krokot mengindikasiakn adanya peningkatan

    konsentrasi asam linoleat dan asam ⍺-linolenat yang terdapat dalam biji, batang

    dan daun, dan adanya antioksidan dan asam oksalat, hasil penelitian yang

    dilakukan juga telah menjadi terobosan alternatif dalam pengembangan obat pada

    seseorang yang beresiko memiliki penyakit batu ginjal (Fontana 2006, Sara 2013).

    Krokot adalah sumber asam α-linolenat yang sangat baik. ⍺-linolenat

    adalah asam lemak omega-3 yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan

    dan perkembangan manusia dan dalam mencegah penyakit. Krokot telah terbukti

    mengandung asam lemak omega-3 lima kali lebih tinggi dari bayam. Asam lemak

    Omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak tak jenuh ganda yang penting

    untuk pertumbuhan, perkembangan, pencegahan berbagai penyakit kardio-

    vaskular, dan pemeliharaan sistem kekebalan tubuh. Komposisi asam linoleat dan

    asam α-linolenat yang terdapat dalam tanaman krokot dibandingkan dengan

    tanaman lain dapat dilihat pada tabel 2.3.

  • 10

    Tabel 2.3. Komposisi Perbandingan Kandungan Asam Lemak (mg/100 g)

    Tanaman Asam linoleat Asam ⍺-linolenat Krokot 204 457

    Bunga Matahari 1200 74

    Bayam 26 138

    Alpukat 1440 110

    Selada 0 0

    Zaitun 810 64

    Rami 55 280

    Sumber: (Mosquera, 2013)

    2.3 Karakteristik Asam Lemak

    Asam lemak merupakan suatu senyawa yang terbentuk dari ikatan asam

    karboksilat dengan ikatan alifatik bersifat jenuh maupun tak jenuh. Asam lemak

    merupakan unsur dasar pembangun lemak (lipid) atau biasa disebut sebagai

    turunan dari trigliserida atau fosfolipid dan merupakan komponen utama

    penyusun lemak yang mempunyai rumus kimia R-COOH atau R-CO2H. Asam

    lemak alami mempunyai rantai dengan jumlah karbon genap dari 4 hingga 28.

    Gambar 2.1 Penomoran atom karbon

    (www.en.wikipedia.org/wiki/Fatty_acid.com)

    2.3.1 Jenis asam lemak dan sumbernya

    Menurut JH (2008), asam lemak dibagi menjadi beberapa macam, antara

    lain asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, asam lemak asetilenik, asam lemak

    trans, asam lemak bercabang, asam lemak siklik, asam lemak epoksi dan hipoksi,

    dan asam lemak furanoid.

  • 11

    Definisi dari asam lemak jenuh merupakan asam karboksilat yang

    mempunyai 1 hingga 32 atom karbon di mana ikatan antara atom-atom karbonnya

    tidak mempunyai ikatan rangkap (JH, 2008). Dalam kehidupan sehari – hari

    ditemukan beberapa jenis makanan yang mengandung asam lemak jenuh,

    beberapa ditemukan dengan proporsi tinggi (lebih dari 40%) antara lain dairy

    products (krim, keju, butter, es krim), cokelat, beberapa jenis kue, pastry, butter,

    lemak daging, dan minyak kelapa sawit.

    Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan

    rangkap pada struktur kimianya. Asam lemak tak jenuh terbagi menjadi 2 jenis,

    yaitu asam lemak tak jenuh tunggal (MUFAs) dan asam lemak tak jenuh ganda

    (PUFAs). MUFAs merupakan asam lemak tak jenuh yang mempunyai 1 ikatan

    rangkap, sedangkan PUFAs merupakan asam lemak yang mempunyai lebih dari 1

    ikatan rangkap. PUFAs terdiri dari asam lemak omega-3 (n-3), omega-6 (n-6), dan

    omega-9 (n-9). Banyaknya ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak

    jenuh mempengaruhi sifat asam lemak tersebut terhadap oksidasi lemak, dimana

    semakin banyak ikatan rangkap dalam asam lemak tersebut semakin rentan

    terhadap oksidasi lemak. Selain itu, asam lemak tak jenuh juga akan rusak apabila

    terkena panas dan perubahan suhu. Asam lemak tak jenuh banyak ditemukan pada

    kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, kekerangan, udang-udangan, alga (makroalga

    dan mikroalga), dan daun yang berwarna hijau.

  • 12

    Gambar 2.2. Beberapa jenis sumber asam lemak tak jenuh (PUFAs), (a) ikan, (b)

    rumput laut, (c) minyak kanola, (d) minyak ikan, (e) walnut.

    Gambar 2.3. Struktur jenis asam lemak (sumber:

    https://www.123rf.com/photo_32093881_stock-vector-saturated-fatty-acids-

    styl.html)

  • 13

    Beberapa jenis asam lemak dalam bahan pangan dapat kita lihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4. Beberapa Jenis Asam Lemak. Simbol * menandai asam lemak esensial.

    Rumus

    Kimia

    Nama Asam Lemak Jenis Asam lemak Sumber

    12:0 Asam lemak laurat Jenuh Minyak kelapa

    14:0 Asam lemak miristat Jenuh Susu sapi, minyak

    ikan, alga

    16:0 Asam lemak palmitat Jenuh Minyak sawit

    (>40%), alga

    18:0 Asam lemak stearat Jenuh Cocoa butter

    18:1n-9 Asam lemak oleat Tak jenuh (-9) Minyak zaitun,

    pecan oil, minyak

    biji bunga

    matahari

    18:1n-7 Asam lemak vacenat Tak jenuh Bakteri

    18:2n-6* Asam lemak linoleat Tak jenuh ( Minyak jagung,

    minyak bunga

    matahari

    18:3n-6 Asam lemak -linoleat Tak jenuh ( Minyak kanola,

    kedelai, walnut

    18:3n-3* Asam lemak -linoleat Tak jenuh ( Spirulina, rumput

    laut, jagung,

    krokot

    18:4n-3 Asam lemak stearidonat Tak jenuh ( Blackcurrant, alga

    laut

    20:0 Asam lemak arakidat Jenuh Mikroorganisme

    20:2n-6 Asam lemak eicosadienat Tak jenuh ( Jaringan hewan

    20:3n-3 Asam lemak eicosatrienat Tak jenuh ( Teh, rumput laut

    20:3n-6 Asam lemak dihomo -

    linoleat

    Tak jenuh ( Jaringan hewan

    20:4n-6 Asam lemak arakidonat Tak jenuh ( Alga laut, daging,

    telur

    20:5n-3 Asam lemak EPA Tak jenuh ( Ikan, alga laut

    22:0 Asam lemak behenat Jenuh Minyak kelapa

    22:1 Asam lemak erukat Tak jenuh Minyak mustard

    22:6n-3 Asam lemak DHA Tak jenuh ( Ikan, alga laut

    24:0 Asam lemak lignoserat Jenuh Peanut oil

    24:1n-9 Asam lemak nervonat Tak jenuh ( Ikan kod

    Sumber: www.cyberlipid.org

    2.3.2. Asam Lemak Omega-3

    Asam lemak Omega-3 adalah komponen lemak dalam makanan yang kita

    makan. Istilah omega dan nomor tiga mengacu pada bahan kimia

  • 14

    struktur asam lemak. Ada tiga asam lemak omega-3 utama: Asam ⍺-linolenat

    (ALA) adalah kandungan yang paling banyak terdapat dalam asam lemak omega-

    3 dan universal digunakan untuk bahan makanan mayoritas terutama negara di

    Eropa dan Amerika barat, eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic

    acid (DHA) diketahui sebagai "rantai panjang" atau asam lemak omega-3 laut

    karena kebanyakan ditemukan pada ikan dan minyak ikan.

    . ALA berasal dari tumbuhan, dan ditemukan di minyak sayur, terutama

    biji rami, kenari, minyak kanola dan kedelai. ALA adalah asam lemak esensial

    yang diperlukan bagi tubuh, tubuh kita harus mengkonsumsinya karena tubuh kita

    membutuhkan ALA tetapi tidak bisa memproses dan memproduksinya yang

    dibutuhkan untuk membentuk fungsional asam lemak omega-3 esensial, EPA dan

    DHA.

    EPA dan DHA memiliki manfaat yang berperan penting dalam menjaga

    kesehatan tubuh. Meskipun bahan makanan yang mengandung ALA dalam

    prosesnya tidak dapat dikonversi dengan baik menjadi EPA dan DHA. Namun,

    pra-pembentukan EPA dan DHA diperlukan untuk menjaga kesehatan optimal

    pada tubuh seseorang, khususnya selama periode pertumbuhan yang cepat dan

    perkembangan seperti kehamilan dan dalam tahun pertama kehidupan.

    .

  • 15

    2.3.3. Asam lemak dan kesehatan

    Asam lemak dan kesehatan saling memiliki keterkaitan satu dengan yang

    lain. Asam lemak jenuh menurut berbagai organisasi kesehatan dunia (WHO,

    FDA) merupakan faktor penyebab penyakit yang berhubungan dengan

    kardiovaskular. Selain itu, konsumsi asam lemak jenuh yang berlebihan dapat

    menyebabkan timbulnya penyakit dyslipidemia, kanker (payudara, ovarium,

    colorectal, dan prostat). Mereka menyarakan agar asupan asam lemak jenuh

    sebaiknya kurang dari 10 % bagi orang normal dan kurang dari 7% bagi yang

    berisiko tinggi. Selain asam lemak jenuh, jenis asam lemak trans yang terdapat

    pada makanan cepat saji dan snack juga tidak baik bagi kesehatan. Pada tahun

    2002, National Academy of Sciences memberikan rekomendasi terkait konsumsi

    asam lemak trans dimana asam lemak trans dapat meningkatkan LDL (kolesterol

    jahat) dan menurunkan HDL (kolesterol baik) serta meningkatkan risiko penyakit

    jantung. Selain itu, konsumsi asam lemak trans yang berlebihan dapat

    menyebabkan penyakit alzheimer, kanker, diabetes, obesitas, disfungsi hati,

    ketidaksuburan pada wanita, serta depresi.

    Berkebalikan dengan kedua jenis asam lemak tersebut, asam lemak tak

    jenuh mempunyai peran penting dalam kesehatan. Asam lemak tak jenuh yang

    banyak terdapat pada alga, minyak ikan, seafood dan biji-bijian dapat menurunkan

    resiko terhadap serangan jantung. Selain itu, Omega-6 pada minyak bunga

    matahari juga dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Omega-3 dapat

    menurunkan resiko penyakit jantung, serangan jantung, resiko kanker payudara,

    depresi, dan hipertensi. Konsumsi omega-3 dianjurkan bagi wanita hamil untuk

  • 16

    meningkatkan kesehatan otak dan mata. Namun yang lebih penting dalam

    konsumsi makanan yang mengandung asam lemak adalah kecukupan rasio antara

    asam lemak omega-6 dan omega 3. Beberapa sumber menyebutkan bahwa rasio

    yang baik antara asam lemak esensial (n-6/n-3) adalah ~1

    Studi menurut Diana (2012), Asam lemak omega-3 akan menghasilkan

    asam-asam lemak dan kolesterol yang dibutuhkan untuk membentuk sel-sel

    membran pada organ – organ vital tubuh seperti retina dan sistim saraf pusat

    terutama terssusun oleh lemak. Asam lemak omega-3 termasuk asam lemak

    esensial. Asam lemak yang esensial adalah asam lemak yang tidak dapat

    diproduksi dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar dengan cara

    menkonsumsi makanan, terdiri dari asam linoleat, linulenat dan arakidonat.

    Menurut Diana (2012) kekurangan omega-3 yang berkepanjangan dapat

    mengakibatkan gangguan saraf dan penglihatan serta bisa mengganggu

    perkembangan sistem saraf. Akibatnya, dapat terjadi gangguan pada sistem

    kekebalan tubuh, daya ingat, mental,dan penglihatan. Namun kelebihan asam

    lemak dapat menyebabkan obesitas dan penyakit jantung serta dapat

    meningkatkan kadar kolesterol, LDL yang dapat memacu terjadinya

    atherosclerosis dan penyakit jantung koroner karena asam lemak pada dasarnya

    adalah energi yang diperlukan oleh tubuh pada kadar tertentu yang bersifat

    esensial sehingga tidak baik apabila diberikan secara berlebih, akbiatnya dapat

    meningkatkan kadar kolestrol dan kadar LDL

  • 17

    2.4. Asam Lemak Omega–3 dalam Tanaman Krokot

    Krokot adalah salah satu sumber tanaman hijau yang kaya asam lemak

    omega-3. Asam lemak omega-3 dalam tanaman krokot tergolong asam lemak

    nabati yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, dan

    meningkatkan kadar lipoprotein dalam darah yang bermanfaat bagi kesehatan.

    Selain itu, kemampuan asam lemak omega-3 untuk mengurangi kepekatan dalam

    darah dapat menguntungkan dalam pengobatan penyakit vaskular. Tidak seperti

    minyak ikan dengan kandungan kolesterol dan kalori yang tinggi, krokot juga

    menyediakan sumber asam lemak omega-3 bermanfaat yang sangat baik bagi

    tubuh tanpa kolesterol seperti dalam minyak ikan, karena tidak mengandung

    kolesterol. Ada 3 varietas krokot, yaitu, hijau, emas, dan varietas emas berdaun

    lebar.

    2.5. Macam – Macam Proses Ekstraksi

    Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

    pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk

    mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi

    bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan

    tanaman ke dalam pelarut yang dipakai untuk proses ekstraksi tersebut.

    a. Metode Maserasi

    Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

    dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

    Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

    sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya

  • 18

    perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di

    luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut

    berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar

    sel dan di dalam sel.

    b. Metode Perkolasi

    Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan

    melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu

    percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya

    dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak

    tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui

    serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

    dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh

    kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan

    daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan

    pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan

    permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

    c. Metode Refluks

    Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks,

    metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut

    yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka

    pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari

    metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada

    suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut

  • 19

    yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan

    turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama

    reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap

    air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam

    untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.

    d. Metode Soxhlet

    Sokletasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen yang

    terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan

    menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan

    akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.

    Menggunakan metode pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah

    dingin secara terus - menerus akan membasahi sampel, secara teratur

    pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa

    senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa

    senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator

    sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik

    berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat

    diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

    e. Metode Destilasi uap

    Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-

    minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air

    diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak

  • 20

    menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih

    tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L . 2008).

    Dari beberapa jenis metode ekstraksi yang ada, teknik ekstraksi dengan

    metode maserasi menjadi pilihan untuk penelitian ini karena dinilai paling efisen,

    langkah kerja yang digunakan cukup sederhana, dan dapat menggunakan simplisia

    yang banyak dalam sekali proses sehingga filtrat yang dihasilkan cukup banyak,

    maka dari itu ekstraksi dengan metode maserasi adalah pilihan yang tepat

    digunakan untuk penelitian ini.

    2.5.1. Pemilihan Pelarut dalam Proses Ekstraksi

    Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya

    melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi

    ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang

    diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut

    polar dan sebaliknya.

    Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:

    a. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

    b. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan

    ekstrak yang besar.

    c. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak

    boleh larut dalam bahan ekstraksi.

    d. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar

    antara pelarut dengan bahan ekstraksi.

  • 21

    e. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia

    pada komponen bahan ekstraksi.

    f. Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak

    dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

    g. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak

    beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak

    korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan

    fisik.

    Dalam penelitian ini pelarut alkohol foodgrade dipilih menjadi pelarut

    karena tingkat keamanan dari pelarut tersebut tinggi dan tidak meninggalkan

    residu yang berbahaya seperti methanol,maupun hexane dengan demikian layak

    untuk menjadi bahan pelarut yang digunakan dalam proses untuk mengolah

    produk pangan bagi manusia.

    Studi oleh (Damayanti, 2012) dalam esktrak senyawa minyak

    menggunakan metode maserasi dengan pemilihan pelarut alkohol mendapatkan

    rendemen 8,76 % sedangkan dengan pelarut n-hexane sebanyak 0,34 %, hal ini

    menunjukkan bahwa pelarut alkohol lebih baik melarutkan senyawa minyak

    namun dalam percobaan percobaan yang dilakukan oleh Damayanti minyak yang

    diekstrak adalah miyak atsiri dengan bahan aktif eicosane dan octadecane pada

    bunga mawar.

  • 22

    2.5.2 Proses Ekstraksi Senyawa Aktif dalam Industri Farmasi

    Ekstraksi, dalam farmasi istilah ini digunakan untuk proses yang

    melibatkan pemisahan bagian aktif dari tumbuhan atau jaringan hewan dari

    komponen inaktif atau inert dengan menggunakan pelarut selektif dalam prosedur

    ekstraksi standar. Produk yang diperoleh dari hasil ekstraksi tanaman relatif tidak

    murni cairan, terdapat juga semisolids atau bubuk dan hasil dari proses ini hanya

    digunakan sebagai obat untuk penggunaan oral atau eksternal.

    Ada beberapa teknik ekstraksi dalam mengekstrak pada tanaman, dalam

    hal ini merupakan tanaman yang memiliki senyawa aktif khusus yang berfungsi

    sebagai obat, prosedur ekstraksi tanaman obat dalam dunia indsutri mempunyai

    tahapan yaitu, decoctions, infus, liquid extraction, tincture, pilular extract (ekstrak

    semipadat) dan ekstrak bubuk. Tahapan ekstrak tersebut bernama galenicals,

    dinamai oleh Galen, dokter Yunani abad ke-2. Tujuan prosedur ekstraksi dalam

    dunia farmasi adalah untuk memberlakukan prosedur standar yang benar untuk

    mengekstrak tanaman obat-obatan agar menpatkan senyawa aktif yang diinginkan

    dan untuk menghilangkan bahan inert dengan pelarut selektif yang dalam farmasi

    dikenal sebagai menstruum.

    2.5.3 Ekstraksi Maserasi Krokot Omega 3

    Ekstraksi secara maserasi dalam ilmu farmasi melibatkan teknik

    mengekstrak tanaman obat untuk memperoleh agen obat dalam bentuk tincture

    dan ekstrak cairan, hasil proses ekstraksi yang didapatkan disimpan dalam bentuk

    sediaan seperti tablet atau kapsul, atau difraksinasi untuk mengisolasi entitas

    kimia individu. seperti ajmalicine, hyoscine dan vincristine, yang merupakan obat

  • 23

    modern. Dengan demikian, standardisasi prosedur ekstraksi memberikan

    kepastian terhadap kualitas akhir dari obat herbal yang diproses dengan ekstraksi

    secara maserasi.

    Dalam proses ini, simplisia tanaman kering atau bubuk ditempatkan dalam

    suatu wadah dengan pelarut dan dibiarkan pada suhu kamar untuk jangka waktu

    minimal 3 hari dengan pengadukan yang sering sampai zat terlarut larut.

    Campuran kemudian disaring, lalu akan meninggalkan marc (residu bahan padat

    basah) dan cairan gabungan (pelarut dan filtrat) yang dapat dipekatkan dengan

    melakukan penyaringan lanjutan atau dekantasi seperti mealukan evaporasi

    pelarut.

    2.6. Enkapsulasi

    Enkapsulasi merupakan teknik melindungi suatu material yang dapat

    berupa komponen bioaktif berbentuk cair, padat, atau gas menggunakan penyalut

    yang membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang

    dilindungi dalam proses enkapsulasi disebut sebagai core dan struktur yang

    dibentuk oleh bahan pelindung yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding,

    membran, atau kapsul (Kailasapathy, 2002; Krasaekoopt et al., 2003). Melalui

    teknik enkapsulasi, inti yang berada di dalam kapsul akan terhindar dari pengaruh

    lingkungan sehingga akan terjaga dalam keadaan baik dan inti tersebut akan

    dilepaskan hanya ketika persyaratan kondisi terpenuhi.

    Teknik enkapsulasi dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat

    pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Saat ini teknik enkapsulasi

    dikembangkan untuk melindungi komponen bioaktif seperti polifenol, enzim, dan

  • 24

    antioksidan dalam ukuran yang lebih kecil sehingga lebih efisien dan efektif

    dalam distribusi dan penanganannya karena melalui proses enkapsulasi mampu

    mengubah bentuk dari senyawa bioaktif yang semula berupa cair atau gas menjadi

    mampat dalam bentuk bubuk (padatan) yang stabil. Teknik enkapsulasi saat ini

    dapat dibedakan atas ukuran partikel yang dihasilkan. Makrokapsul ditujukan

    untuk partikel yang memiliki partikel berukuran > 5.000 μm, mikroenkapsulasi

    apabila memiliki ukuran partikel 1-5.000 μm, dan nanoenkapsulasi apabila

    menghasilkan partikel berukuran < 1μm.

    Beberapa metode enkapsulasi yang sering digunakan dalam dunia indsutri

    adalah Spray drying dan Freeze drying. Spray drying ini banyak digunakan karena

    biayanya yang relatif lebih rendah namun dibandingkan plate driying biaya masih

    jauh lebih mahal. Proses spray drying adalah dengan pembentukan emulsi atau

    suspensi antara bahan aktif dan pelapis, dan pengkabutan emulsi ke sirkulasi

    udara kering panas dalam ruang pengering menggunakan atomizer ataupun nozzle.

    Kadar air dalam droplet emulsi diuapkan akibat kontak dengan udara panas.

    Padatan yang tersisa dari bahan pelapis menjebak bahan inti. Meski demikian,

    pengeringan menggunakan spray dyer yang melibatkan suhu tinggi dapat merusak

    beberapa komponen dalam bahan pangan yang sensitif atau mudah rusak oleh

    suhu yang tinggi

    2.6.1. Enkapsulasi dengan Metode Plate Drying

    Metode yang digunakan untuk mengaplikasikan teknologi mikro-

    enkapsulasi pada penelitian ini adalah Plate drying karena biayanya yang lebih

    rendah dibandingkan dengan semua proses enkapsulasi yang ada. Proses plate

  • 25

    drying adalah dengan pembentukan kristal antara bahan inti dan pelapis dengan

    panas sebagai pengering menggunakan plate. Kadar air dalam suspensi bahan inti

    dan penyalut diuapkan akibat kontak dengan plate yang sudah mengalami

    penaikkan suhu. Padatan yang tersisa dari bahan pelapis menjebak bahan inti dan

    terjadi pengkristalan. Beberapa metode pengeringan, misalnya menggunakan

    spray dyer yang melibatkan suhu tinggi dapat merusak beberapa komponen dalam

    bahan pangan yang sensitif atau mudah rusak oleh suhu yang tinggi. Namun

    proses ini dinilai cocok karena selain biaya yang relatif cukup rendah aplikasi

    penggunaan metode ini cukup sederhana dan suhu yang digunakan tidak terlalu

    tinggi, sehingga dipilih enkapsulasi menggunakan metode plate driying.

  • 26

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Penelitian tentang ekstrak minyak omega-3 dari bahan pangan tanaman

    lokal krokot (Portulaca oleracea L.) dengan menggunakan pelarut alkohol food

    grade dan aplikasinya sebagai sumber minyak omega-3 yang disediakan dalam

    bentuk suplemen kesehatan dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi.

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Universitas

    Negeri Semarang dengan waktu pelaksanaan pada semester genap

    2017/2018.

    Ekstrak minyak omega-3 dari bahan pangan tanaman lokal krokot

    (Portulaca oleracea L.) dengan menggunakan pelarut alkohol food grade

    dan aplikasinya sebagai suplemen sumber minyak omega–3. Ekstraksi

    menggunakan metode maserasi dari daun krokot memiliki beberapa

    variabel sebagai berikut.

    3.2 Variabel

    3.2.1 Variasi rasio bahan ekstraksi

    a. Penggunaan rasio bahan dengan perbandingan kadar simplisia dan

    pelarut 1 : 5, dengan kuantitas 100 gram simplisia dan 1 liter

    pelarut.

  • 27

    b. Penggunaan rasio bahan dengan perbandingan kadar simplisia dan

    pelarut 1 : 8, dengan kuantitas 100 gram simplisia dan 1,6 liter

    pelarut

    c. Penggunaan rasio bahan dengan perbandingan kadar simplisia dan

    pelarut 1 : 10, dengan kuantitas 100 gram simplisia dan 2 liter

    pelarut

    3.2.2 Variabel waktu ekstraksi

    a. Variasi waktu dalam proses ekstraksi selama 20 hari, dengan satu

    kali waktu siklus setelah ekstraksi selama dua minggu.

    b. Variasi waktu dalam proses ekstraksi selama 30 hari, dengan satu

    kali waktu siklus setelah ekstraksi selama tiga minggu.

    . Penelitian tentang ekstrak minyak omega-3 dari bahan pangan

    tanaman lokal krokot (Portulaca oleracea L.) dengan menggunakan pelarut

    alkohol food grade 96% dan aplikasinya sebagai sumber minyak omega-3,

    menggunakan alat,bahan dan prosedur kerja sebagai berikut:

    3.3. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Timbangan digital

    2. Gelas ukur 100 mL (2)

    3. Pipet tetes (2)

    4. Labu takar 100 mL (1)

    5. Beaker glass 500 mL (1)

    6. Gelas arloji

  • 28

    7. Spatula

    8. Corong kaca

    9. Kertas saring

    10. Alat uji GC-MS

    11. Vial glass 5 mL (9)

    12. Ember (9)

    13. Termometer100°C

    3.4 Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

    1. Daun tanaman krokot 50 kg

    2. Pelarut alkohol food grade 96% sebanyak 9 L

    3. Maltodekstrin 50 g

    3.5. Prosedur Penelitian

    3.5.1. Preparasi Simplisia Kering

    Daun krokot dibersihkan menggukan air bersih sampai kotoran

    yang menempel hilang kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari

    hingga kering. Daun krokot yang sudah cukup kering kemudian

    disimpan dalam ruangan terhindar dari sinar matahari dalam keadaan

    dihamparkan kemudian telah siap untuk menjalani proses ekstraksi.

    3.5.2. Maserasi Daun Tanaman Krokot

    Daun krokot yang telah menjadi simplisia kering diambil

    menggunakan spatula ke dalam gelas arloji kemudian ditimbang

    menggunakan timbangan digital sebanyak 100 gram/sampel sampai

  • 29

    mendapat 9 sampel. Masukkan sampel variabel pertama(A) ke dalam

    wadah maserasi sebanyak 100 gram kemudian tuangkan sebanyak 1 L

    pelarut menggunakan corong dan glass beaker, kemudian untuk

    sampel variabel kedua(B) masukkan 100 gram simplisia ke dalam

    wadah maserasi kedua dan tambahkan pelarut sebanyak 1,6 L

    menggunakan corong dan glass beaker, dan sampel variabel ketiga(C)

    masukkan 100 gram simplisia ke dalam wadah maserasi ketiga dan

    tambahkan pelarut sebanyak 2 L menggunakan corong dan glass

    beaker. Setelah itu buat kembali sampel variabel pertama(A) sampai

    terdapat 3 sampel variabel pertama(A), kemudian melakukan

    perlakuan yang sama untuk variabel kedua(B), dan ketiga(3).

    Wadah tempat maserasi ditutup rapat dan disimpan pada tempat

    yang terlindung dari sinar matahari langsung untuk 3 sampel pertama

    variabel A, B, dan C selama 20 hari dan untuk 3 sampel kedua selama

    30 hari. Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kain saring

    untuk memisahkan filtrat dan pelarut alkohol food grade dengan

    ampasnya. Kemudian larutan yang telah dipisahkan dibawa ke

    Laboratorium Terpadu Undip untuk melakukan penguapan

    menggunakan rotary evaporator sehingga mendapatkan hasil ekstrak

    yang lebih pekat.

  • 30

    3.5.3. Perhitungan Filtrat dan Analilis Asam Lemak Minyak Omega – 3

    Hasil ekstrak daun krokot yang berupa suspensi pekat kemudian

    dilakukan perhitungan pada setiap variabel sampel dengan

    menggunakan persamaan (1) :

    Filtrat (g) = Keseluruhan berat (vial+ekstrak), (g) – berat vial (g), (1)

    Setelah itu mencatat dan pisahkan hasil perhitungan pada tiap sampel.

    Untuk analisis asam lemak minyak omega-3, siapkan satu set alat

    GC (Gas Chromatography) Shimadzu QP 5000. Sampel sebanyak 1 μl

    diinjeksikan ke alat GC yang dioperasikan menggunakan kolom kaca

    panjang 25 m, diameter 0,25 mm, dan ketebalan 0,25 μm dengan fasa

    diam CP- Sil 5 CB dengan set temperatur 50°C – 250°C, dengan

    pengaturan 25°C/ menit menuju 200°C, 30°C/ menit menuju 230°C,

    dan 18 menit untuk split rasio dengan pemilihan gas helium sebagai

    gas carrier bertekanan 12 kPa. Hasil dari pengamatan alat GC

    kemudian dibuat tabel pengamatan. Kemudian menganalisis

    kandungan asam lemak omega – 3 dinyatakan dalam persen (%)

    dengan menggunakan persamaan (2) :

    k𝑜𝑛.𝜔 − 3 =

    (2)

    Kon.ω-3 berarti konsentrasi dari ekstrak omega 3, (g/ 100g); C berarti

    konsentrasi omega 3 yang diperoleh dari hasil pembacaan tabel GC-

    MS, (%); Y berarti berat dalam suspensi filtrat hasil evaporasi

  • 31

    menggunakan rotary evaporator (RE) setelah proses ekstraksi, (g) dan

    Wsimplisia adalah berat dari simplisia awal, (g).

    3.5.4. Enkapsulisasi Filtrat Minyak Omega – 3 Hasil Ekstraksi

    Mengenkapsulasi minyak hasil ekstraksi dengan metode plate

    driying menggunakan kapsul gelatin yang dilakukan di Laboratorium

    Terpadu Jurusan Teknik Kimia Unnes, kemudian pisahkan hasil

    enkapsulasi untuk setiap sampel.

    3.5.5. Analisis Asam Lemak Minyak Omega- 3

    Komposisi jenis asam lemak bebas dalam minyak akan

    menentukan kualitas dan kemudahan dalam mengalami kerusakan

    minyak. Minyak yang terdiri dari banyak asam lemak tak jenuh

    (unsaturated) akan lebih mudah rusak dan tidak sesuai untuk digunakan

    dalam proses pemanasan suhu tinggi dalam waktu lama. Oleh karena

    itu, pengetahuan mengenai komposisi asam lemak suatu minyak

    menjadi penting untuk menentukan kualitas dan kesesuaian

    penggunaan. Analisis komposisi asam lemak dapat dilakukan dengan

    menggunakan instrumen Gas Chromatography (GC) (Hussain, 2014).

    3.6. Diagram Alir Penelitian Pembuatan Suplemen Minyak Omega -3

    Daun Krokot

    Pencucian

    (Menggunakan air bersih)

  • 32

    Pengeringan

    (Menggunakan sinar matahari)

    Sortasi

    (Memilih bagian daun sebagai simplisa)

    Ekstraksi Maserasi (perbadingan 100 gram

    sampel : 200 mL pelarut )

    Rasio = 1 : 8

    Rasio = 1 : 5 Rasio = 1 : 10

    t = 20 hari t = 30 hari

    Pembagian Ekstraksi Maserasi dalam 3

    variabel waktu dengan satu kali siklus dan

    pengadukan (setiap 3 hari) sekali

    Penyaringan dengan kain

    saring dan kertas saring

    Pemurnian dengan rotary

    dryer

  • 33

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

    Analisis asam lemak minyak

    omega 3 (GC-MS)

    Enkapsulasi filtrat omega 3

  • 34

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengaruh Ekstraksi dengan Metode Maserasi Menggunakan Pelarut

    Alkohol Foodgrade Terhadap Hasil Filtrat Omega–3

    Pada proses ekstraksi omega-3 dari daun krokot menggunakan pelarut

    alkohol foodgrade 96%, hasil ekstrak setelah mengalami treatment berupa

    pemekatan hasil ekstrak sampel dengan metode rotary evaporator yang dilakukan

    di Laboratorium Terpadu Undip menunjukkan bahwa sampel dengan variabel

    proses 30 hari dengan volume 2 L pelarut mendapatakan hasil ekstrak yang paling

    banyak sedangkan hasil ekstrak paling sedikit ditunjukkan dengan variabel 20 hari

    dengan volume pelarut 1 L. Hasil ekstraksi maserasi setelah mendapatkan

    treatment pemekatan dengan rotary evaporator dapat dilihat pada gambar 4.1.

    Tabel 4.1. Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega–3

    volume

    pelarut (L)

    massa filtrat hasil evaporasi rotay evaporator (g)

    waktu (20 hari) waktu (30 hari)

    1

    5,532

    7,42

    1,6

    6,472

    7,67

    2

    9,389

    14,82

  • 35

    Gambar 4.1. Grafik Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega–3

    Pada Krokot (Portulaca oleracea L.)

    Dari grafik hasil percobaan jumlah ekstrak yang dihasilkan meningkat

    seiring dengan meningkatnya waktu ekstraksi. Percobaan dengan variabel waktu

    30 hari dengan perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 1, diperoleh jumlah

    ekstrak 7,42 g lebih banyak dibandingkan dengan percobaan variabel waktu 20

    hari dengan perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 1, diperoleh jumlah

    ekstrak 7,42 g. Percobaan dengan variabel waktu 30 hari perbandingan rasio

    simplisia dan pelarut 1 : 1,6, diperoleh jumlah ekstrak 7,67 g lebih banyak

    dibandingkan dengan percobaan dengan variabel waktu 20 hari perbandingan

    rasio simplisia dan pelarut 1 : 1,6, diperoleh jumlah ekstrak 6,47 g. Percobaan

    dengan variabel waktu 30 hari perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 2,

    diperoleh jumlah ekstrak 14,82 g lebih banyak dibandingkan dengan percobaan

    dengan variabel waktu 20 hari perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 2,

    diperoleh jumlah ekstrak 9,42 g.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    0 0.5 1 1.5 2 2.5

    Ma

    ssa

    fil

    tra

    t m

    iny

    ak

    om

    ega

    - 3

    (g)

    Volume Pelarut (L)

    m pada 20 hari

    m pada 30 hari

  • 36

    Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam metode ekstraksi

    maserasi variabel waktu berpengaruh dalam hasil ekstraksi misalnya pada variabel

    B(1) dan B(2) perbandingan hasil esktraksi hanya meningkat sebanyak

    18%, ,maupun dengan variabel A(1) dan A(2) meingkatkan hasil ekstraksi

    sebanyak 31%.

    Dari hasil percobaan jumlah ekstrak yang dihasilkan meningkat seiring

    dengan jumlah pelarut yang digunakan. Percobaan dengan variabel waktu 30 hari

    perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 1, untuk 100 g simplisia dengan

    menggunakan 1 L pelarut diperoleh jumlah ekstrak 7,42 g. Perbandingan rasio

    simplisia dan pelarut 1 : 1,6 untuk 100 g simplisia dengan menggunakan 1 L

    pelarut diperoleh jumlah ekstrak 7,67 g. Perbandingan rasio simplisia dan pelarut

    1 : 2 untuk 100 g simplisia dengan menggunakan 2 L pelarut diperoleh jumlah

    ekstrak 14,82 g. Hasil pengamatan dapat disimpulkan rasio perbadingan antara

    simplisia dan pelarut yang paling optimal untuk menghasilkan jumlah ekstrak

    yang paling banyak adalah dengan menggunakan rasio perbandingan 1 : 2, untuk

    100 gr simplisia dengan menggunakan 2 L pelarut diperoleh jumlah ekstrak 14,82

    g.

    Dari hasil dapat disimpulkan variabel volume pelarut sangat berpengaruh

    dalam hasil ekstraksi misalnya pada variabel A(1) terhadap C(1) yaitu meningkat

    sebesar 100% yaitu 7,42 g dan 14,82 g.

    Dari hasil pengamatan rasio waktu yang paling optimal untuk memperoleh

    hasil ekstrak yang paling banyak adalah pada hasil esktraksi rasio waktu 30 hari.

  • 37

    4.2 Hasil Uji GC Terhadap Kadar Kandungan Minyak Omega-3 Pada

    Ekstrak

    Hasil uji GC dari salah satu sampel terbaik yaitu pada waktu 30 hari dan

    volume pelarut 2 L menunjukkan asam lemak omega-3 yang dapat diekstrak

    sebesar 10,84 %, dengan penjabaran sebagai berikut :

    Tabel 4.2 Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil Ekstraksi

    Nama Komponen Jenis Asam Lemak Persen komposisi (%)

    Hexadecanoic acid

    (Asam palmitat)

    Jenuh 14,79

    9-Octadecenoic acid

    (Asam oleat) Tak jenuh (-9) 40,68

    Octadecenoic acid

    (Asam oleat) Tak jenuh (-9) 01,90

    2-hexadecen-1-ol

    (Asam palmitat)

    Jenuh 08,61

    9,12,15-Octadecatrienoic

    acid

    (⍺-linolenat)

    Tak jenuh (-3) 03,89

    1-Eicosanol

    (Arachidic acid) Tak jenuh (-3) 06,95

    Methyl 9-Dideutero-

    Octadecanoate

    (Asam oleat)

    Tak jenuh (-9) 02,80

    Ethyl 9-Octadecanoate

    (Asam oleat) Tak jenuh (-9) 01,70

    Hexadecanamide

    (Asam palmitat)

    Jenuh 10,30

    9-Octadecenamide

    (Asam oleat) Tak jenuh (-9) 08,37

    Total 100,00

  • 38

    Gambar 4.2. Blok Diagram Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil Ekstraksi

    Dari komponen senyawa omega-3 yang dapat dianalisis oleh

    spektrofotometri GC teridentifikasi menjadi 2 senyawa komponen asam lemak

    omega-3, yaitu ALA dan EPA Hasil analisis yang merupakan seyawa ALA adalah

    Octadecatrienoic acid yang mempunyai persentase kadar kandungan 3,89% dan

    EPA adalah 1-Eicosanol (Arachidic acid) yang mempunyai persentase kadar

    kandungan 6,95%, sehingga total persen kandungan omega-3 hasil analisis GC

    dari filtrat hasil ekstraksi sebesar 10,84%.

    Kemudian melakukan perhitungan konsentrasi omega-3 dalam satuan

    berat (g/100g simplisa daun krokot) menggunakan persamaan :

    k𝑜𝑛.𝜔−3 =

    =

    = 1,606 g/ 100 g simplisia daun krokot

    = 1606 mg/ 100 g simplisia daun krokot

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    15%

    41%

    2% 9%

    4% 7% 3% 2%

    10% 8%

    Per

    sen

    Ko

    mp

    osi

    si (

    %)

    Nama Komponen

    Hexadecanoic acid 9-Octadecenoic acid

    Octadecenoic acid 2-hexadecen-1-ol

    9,12,15-Octadecatrienoic acid 1-Eicosanol

    Methyl 9-Dideutero-Octadecanoate Ethyl 9-Octadecanoate

    Hexadecanamide 9-Octadecenamide

  • 39

    dengan :

    Kon.ω-3 = konsentrasi dari ekstrak omega 3, (mg/ 100g simplisia daun krokot)

    C = konsentrasi omega 3 yang diperoleh dari hasil pembacaan tabel

    GC-MS, (%)

    Y = berat dalam suspensi filtrat hasil evaporasi menggunakan RE

    (rotary evaporator) setelah proses ekstraksi, (g)

    Wsimplisia = berat dari simplisia awal, (g)

    Pada 1,3 kg tanaman krokot segar dapat menghasilkan sekitar 100 g

    simplisia daun krokot kering sehingga persen kandungan dalam 1,3 kg tanaman

    krokot segar menganduk senyawa asam lemak minyak omega-3 sebesar 0,12%.

    Semakin banyak kandungan ALA dalam suatu komponen asam lemak

    omega-3 maka semakin baik tingkat kualitas omega-3 tersebut karena ALA

    berperan penting dalam pra-pembentukan DHA yang berperan dalam

    pertumbuhan dan perkembangan otak dan retina mata. ALA bersifat esensial

    diperlukan oleh tubuh manusia namun tubuh tidak dapat memproduksi sendiri

    sehingga kebutuhan ALA penting untuk menjaga kesehatan tetap optimal pada

    tubuh

    4.3. Perbandingan Kadar Omega- 3 Esktrak dengan Penelitian Bahan Lain

    Penelitian mengenai ekstrak omega-3 dari bahan alam lain seperti biji

    perah (Elacteriospermum tapos blume) dan beberapa jenis ikan dan hewan laut,

    setelah mengalami perbandingan dengan daun krokot (Portulaca oleracea L.)

    kandungan omega-3 di dalam daun krokot termasuk besar meskipun

    menggunakan pelarut polar seperti alkohol foodgrade 96% dibandingkan dengan

  • 40

    hasil perbandingan ekstrak omega-3 yang menggunakan pelarut hexan yang non-

    polar dengan jurnal simplisia lain. Gambar diagram perbandingan disajikan dalam

    Gambar 4 .3.

    Gambar 4.3. Minyak omega-3 hasil ekstrak dari berbagai simplisia dan pelarut

    Dari hasil tabel diperoleh bahwa jumlah kandungan ekstrak minyak

    omega-3 dari daun tanaman krokot cukup besar dibandingkan dengan simplisia

    lain sebesar 1,6 mg/100 g simplisia dengan hasil tertinggi diperoleh dari ikan

    makarel sebesar 2,5 mg/100 g simplisia dan hasil terendah diperoleh dari biji

    perah dengan pelarut (etanol : metanol, 7: 3) sebesar 0,13 mg/100 g simplisia, hal

    ini membuktikan bahwa daun krokot berpotensi menjadi alternatif bahan pangan

    sumber omega-3 karena kandungan omega-3 yang cukup besar.

    Pengeleompokan senyawa omega-3 yang terekstrak dalam daun krokot

    dibandingkan dengan beberapa jenis rumput laut disajikan dalam tabel 4.3.

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    0.13 0.14 0.12 0.2

    0.6

    1.2

    1.6 1.7

    2.5

    Ju

    mla

    h K

    an

    du

    ng

    an

    om

    ega

    -3

    (g/

    10

    0 g

    sim

    pli

    sa)

    Simplisia dan Pelarut

    biji perah (ethanol- methanol, 7: 3) biji perah (hexane- methanol, 9:1)

    biji perah (hexane) Lobster (hexane)

    Cumi - Cumi (Hexane) Salmon (hexane)

    daun krokot (alkohol foodgrade 96%) Herring (hexane)

    Makarel (hexane)

  • 41

    Tabel 4.3. Perbandingan Kadar Konsentrasi Senyawa Omega-3 antara

    Daun Krokot dengan Berbagai Jenis Rumput Laut

    Nama

    Komponen

    Nama Simplisia

    Daun krokot Gracilaria S Ulva sp. Euchema C Euchema S

    DHA - - - 0,68 % 1,55 %

    ALA 3,89 % 1,49 % - 0,91 % 1,33 %

    EPA 6,95 % 0,93 % 1,10 % 2,37 % 1,33 %

    ETE - 1,66 % 0,77 % 1,38 % 1,55 %

    Total 10,84 % 4,08 % 1,87 % 5,34 % 5,76 %

    Perbandingan berdasar persen kandungan senyawa omega-3 antara daun

    krokot dan beberapa jenis rumput laut menunjukkan bahwa kualitas asam lemak

    yang dihasilkan dari ekstrak daun tanaman krokot lebih bagus dari keseluruhan

    simplisa rumput laut ditinjau dari jumlah komponen ALA dan total senyawa

    komponen omega-3 yang lebih besar.

    4.4. Pengaruh Enkapsulasi Menggunakan Metode Plate Drying Terhadap

    Hasil Filtrat Ekstraksi Menggunakan Pelarut Alkohol Foodgrade 96%

    Proses enkapsulasi menurut Lachman adalah suatu proses penyalutan tipis

    suatu bahan inti baik berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer

    sebagai pelapis untuk membentuk sediaan kapsul. Kapsul yang dihasilkan dalam

    proses dapat berupa partikel atau dalam bentuk agregat, dan memiliki rentang

    ukuran partikel antara 5–5000 μm.

    Hasil proses enkapsulasi yang mengubah bentuk bahan inti berupa minyak

    omega-3 hasil ekstrak tanaman krokot menjadi bentuk partikel atau dalam bentuk

    agregat kemudian dimasukan kedalam sediaan pelapis berupa kapsul dalam hal ini

    menggunakan metode plate drying menunjukkan bahwa bahan inti dapat

    terlindungi di dalam sediaan terhadap lingkungan luar.

  • 42

    Gambar 4.4 Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1:

    )

    Gambar 4.5 Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1:1)

    Gambar 4.4 dan 4.5 menunjukkan bahan inti yang sudah mengalami

    pengkristalan dan telah dienkapsulasi. Gambar 4.4 menunjukkan proses

    pengkristalan berjalan kurang sempurna karena rasio bahan penyalut yang kurang,

    sedangkan gambar 4.5 proses pengkristalan berjalan sempurna menggunakan rasio

    bahan penyalut dan ekstrak 1 : 1.

    Menurut Lachman (1994), keuntungan menggunakan proses enkapsulasi

    adalah dengan adanya lapisan dinding polimer, bahan inti akan terlindung dari

    pengaruh lingkungan luar.

    4.4.1.a Dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat menjaga

    stabilitas bahan inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang

    lama.

    4.4.1.b Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan

    bahan inti

  • 43

    Dengan adanya proses enkapsulasi terhadap hasil ekstrak daun krokot

    minyak omega – 3 maka memperoleh manfaat sebagai berikut

    4.4.2.a. Proteksi: beberapa senyawa aktif mudah terurai bila mengalami

    kontak lansung dengan lingkungan. Contoh: vitamin dan asam

    lemak tak jenuh sangat mudah bereaksi dengan oksigen. Beberapa

    senyawa aktif dalam obat dan probiotik dapat terurai ketika

    berada dalam lambung

    4.4.2.b. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan

    4.4.2.c. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan

    4.4.2.d. Memperbaiki stabilitas bahan inti

    Dalam bidang farmasi mikroenkapsulasi bertujuan untuk mengubah

    bentuk zat aktif, perlindungan, penutupan rasa dan pelepasan zat aktif secara

    terkendali

  • 44

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Menggunakan metode ekstraksi maserasi diperoleh dari hasil

    perhitungan kandungan omega- 3 di dalam 100 g simplisia daun krokot

    kering sebesar 1606 mg/ 100 g simplisia daun krokot dan 0,12% dalam

    1,3 kg tanaman krokot segar.

    2. Menggunakan metode ekstraksi maserasi kualitas ekstrak minyak

    omega- 3 akan semakin baik seiring bertambahnya jumlah pelarut dan

    waktu ekstraksi.

    3. Proses enkapsulasi dengan metode plate driying dapat melindungi

    ekstrak minyak omega- 3 ditandai dengan perubahan fase ekstrak yang

    menjadi kristal sehingga bahan penyalut dapat melindungi bahan aktif

    di dalam ekstrak.

    5.2. Saran

    1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dalam menggunakan satu

    sumber bahan baku sebagai simplisia sehingga hasil penelitian lebih

    akurat.

    2. Gunakan kondisi operasi yang sama pada proses penyaringan setelah

    ekstraksi sehingga diperoleh simplisia filtrat sampel yang memiliki

    kondisi serupa dengan sampel lainnya.

    3. Pada saat proses enkapsulasi dengan maltodekstrin menggunakan

    metode plate driying lebih baik memasukkan semua bahan di awal

    selanjutnya diaduk sampai jenuh kemudian baru melakukan proses

    pemanasan sehinnga terbentuk serbuk.

  • 45

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, S.H. 2011. Microencapsulation of omega-3 fatty acids: What it is, howit’s

    made, and challenges in food technology. Proceedings of The Annual International Conference Syiah Kuala University. 1 (1): 39-47.

    BPOM RI. 2014. User Manual. E-Registration versi. 2.1. Kementrian Kesehatan

    Republik Indonesia: Jakarta

    Bullows, L. Clifford, J. Niebaum, K., dan Bunning, M. Omega- 3 Fatty Acid.

    Journal of Health, Food and Nutritioon Series. No.9.382. Colorado State

    University, U.S. Department of Agriculture and Colorado counties

    cooperating

    Damayanti, A dan Endah, A.F. 2012. Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose

    oil) dengan Metode Maserasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan 1 (2)

    Diana, F.M. 2012. Omega 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (2): 113-117

    Diana, F.M. 2013. Omega 3 dan Kecerdasan Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

    7 (2): 82-88

    Elnovriza, D. dan Rina, Y. 2012. Hubungan Status Gizi dan Keikutsertaan Dalam Layanan Tumbuh Kembang Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Usia 2-

    5 Tahun di Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (2): 80-85

    Irawan, D. Hariyadi, P. dan Wijaya, H. 2003. The Potency of Krokot (Portulaca

    oleracea) as Functional Food Ingredients. Indonesian Food and Nutrition

    Progress. 10 (1): 1-12

    JH, L. O’keefe, JH. Lavie, CJ. Marchioli, R. dan Harris, W.S. Omega-3 Fatty

    Acids For Cardioprotection. Mayo Clinic Proceedings, 83 (3), 324 – 332.

    Kailasapathy, K. 2002. Microencapsulation of probiotic bacteria: technology and

    potential applications. Curr. Issues Intest. Microbiol. 3, 39–48

    Krasaekoopt, W. Bhandari, B. and Deeth, H. 2003. Evaluation of encapsulation

    techniques of probiotics for yoghurt. International Dairy Journal.

    13:3–13.

    Lachman, L. dan Lieberman, H. A. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri.

    Edisi Kedua. 1091-1098.UI Press: Jakarta

    Li, D. 2012. Omega – 3 (n-3) fatty acid. Journal of lipids for functional foods and

    nutraceuticals. Hangzhou University of commerce.

  • 46

    Simopolous, AP. 2016. An Increase in the Omega – 6/Omega – 3 Fatty acid ratio

    Increases the Risk for obesity. Journal of Nutrients volume 8 number 128.

    The Center of Genetics Nutrition, and Health.

    Sutriani, L. 2008. Metode – Metode Ekstraksi. http://www.chemistry.org/

    artikel_kimia/teknologi_tepat_guna/analisis_total_minyak_atsiri/. Diakses

    pada hari Selasa, 8 Mei 2018

    Tan, N.A.H. Ida, I.M, dan Bazlul, M.S. 2014. The Effect of Solvents on the

    Soxhlet Extraction of Omega 3 from Perah Oil. Jurnal Teknologi. UTM

    Mosquera, S.M.E. 2013. Purslane (Portulaca Oleracea L.) An Excellent Source

    Of Omega-3 And Omega-6 Fatty Acids With Abatement of Risk Factors.

    Thesis. Department of Plant Science. McGill University, Montreal.

  • 47

    Lampiran

    Gambar 1. Tanaman Krokot Segar Gambar 2. Pencucian tanaman krokot

    Gambar 3. Pengeringan daun krokot Gambar 4. Sortasi simplisia kering

    Gambar 5. Ekstraksi maserasi Gambar 6. Hasil ekstraksi maserasi

  • 48

    Gambar 7. Hasil evaporasi Gambar 8. Hasil enkapsulasi

    Lampiran Hasil GC-MS

  • 49

  • 50

  • 51

  • 52

  • 53

  • 54