laporan ekstraksi 1

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40 % dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat umum diantaranya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform dan karbontetraklorida (Budimarwanti, 2014). Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti triester dari gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester .hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Herlina, 2002). Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid yaitu senyawa organik yang

Upload: rahmiiamaliah

Post on 22-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang

menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa

organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40 % dari

makanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat umum diantaranya tidak

larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton,

kloroform dan karbontetraklorida (Budimarwanti, 2014).

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang

berarti triester dari gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan

ester .hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam

karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang

panjang dan tidak bercabang (Herlina, 2002).

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan

lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air tetapi

larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),

Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut

dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas

yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina, 2002).

Hal yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini adalah dilakukan

pengamatan kelarutan minyak dan lemak terhadap beberapa jenis pelarut organik

seperti n-heksana, kloroform, dan butanol sehingga dapat ditentukan pelarut yang

paling tepat digunakan dalam ekstraksi minyak dan lemak.

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta mengetahui metode

ekstraksi minyak dan lemak.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai macam

pelarut.

2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan

lemak.

1.2 Prinsip Percobaan

1.2.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak

menggunakan berbagai pelarut seperti air, butanol, n-heksana dan kloroform dengan

mengamati diameter masing-masing noda yang terbentuk pada kertas saring setelah

pemanasan.

1.2.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan ekstraksi minyak dan lemak

dengan menambahkan pelarut n-heksana atau kloroform hingga terbentuk dua lapisan

yaitu air dan organik yang tidak saling campur. Kemudian kedua lapisan dipisahkan

dan mengamati diameter noda yang dihasilkan untuk tiap lapisan setelah pemanasan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Minyak atau Lemak

Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan

asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai

hasil kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak,

sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam

lemak penyusun lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Pada umumnya

trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika

dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul

gliserol (Budimarwanti, 2014).

Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan kandungannya yang

tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai

titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak merupakan bahan cair pada suhu ruang

disebabkan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau

lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur

yang rendah (Mahrani, 2011).

Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan

lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil

komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks, sterol yang berada dalam

keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang

larut dalam lemak, dan hidrokarbon (Budimarwanti, 2014).

Sifat kimia, fisika dan biokimia (metabolisme dan sifat aterogenik) dari suatu

lemak ditentukan oleh komposisi dan posisi (sn-1, 2 dan 3) asam lemak yang

teresterkan di dalam molekul lemak (triasilgliserol). Walaupun 2 produk minyak

nabati atau lemak hewani memiliki komposisi asam lemak yang sama belum tentu

memiliki sifat aterogenik yang sama. Perbedaan sifat ini terjadi karena

metabolismenya dan cara mempengaruhi kadar lipoprotein kolesterol dalam darah

berbeda (Silalahi, 2011).

Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu

dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in, misalnya,

tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, tripalmitat dari gliserol diberi nama

tripalmitin. Selain itu, lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa

dipakai untuk penamaan suatu ester, misalnya triestearat dari gliserol disebut gliseril

tristearat, tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat (Herlina, 2002).

Sebagian besar lemak yang terdapat dalam tubuh akan masuk ke dalam

kategori asam lemak dan triasilgliserol; gliserofosfolipid dan slingolipid; eikosanoid;

kolesterol, garam empedu, dan hormon steroid; serta vitamin larut lemak. Lemak-

lemak ini memiliki fungsi dan struktur kimia yang sangat beragam. Namun, mereka

memiliki satu sifat yang sama yaitu relatif tidak larut dalam air (Marks, 2000).

Lemak dapat dibagi berdasarkan komposisi asam lemak yang dikandungnya

yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh adalah lemak yang

mengandung asam lemak jenuh lebih dari 60 %, sedangkan lemak tak jenuh

mengandung asam lemak tak jenuh diatas 60 %. Biasanya lemak nabati adalah lemak

tak jenuh dan cair pada suhu kamar sehingga disebut minyak kecuali minyak kelapa

dan minyak inti sawit karena banyak mengandung asam lemak rantai sedang.

Sebaliknya, lemak hewani termasuk lemak jenuh dan berwujud padat pada suhu

kamar dan disebut sebagai lemak kecuali minyak ikan karena mengandung banyak

asam lemak tak jenuh (Silalahi, 2011).

2.2 Tinjauan Umum Kelarutan

Lemak larut dalam pelarut organik tetapi sedikit larut atau tidak larut dalam

air. Prosedur yang ada untuk ekstraksi lipid dari sumber bahan biasanya melibatkan

ekstraksi pelarut selektif dan bahan awal dapat mengalami pengeringan sebelum

ekstraksi. Kelarutan lipid merupakan kriteria penting untuk ekstraksi dari bahan

sumber dan sangat tergantung pada jenis lipidnya dan proporsi lipid nonpolar dan

polar dalam sampel ( Wrolstad, 2005).

Pemisahan unsur-unsur yang terkandung dalam suatu senyawa dapat

dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pengendapan, penguapan,

elektroanalisis, dan ekstraksi pelarut. Metode pemisahan yang paling baik dan

populer adalah ekstraksi pelarut, karena dapat dilakukan baik dalam tingkat makro

maupun mikro (Utami, 2008).

2.3 Tinjauan Umum Ekstraksi

Tujuan ekstraksi lipid adalah secara kuantitatif mengembalikan semua lemak

dari sumber tertentu dalam keadaan tidak terurai dan tidak terkontaminasi dengan

komponen nonlipid. Meskipun berbagai metode ekstraksi tersedia, yang paling dapat

diandalkan adalah dengan menggunakan kombinasi pelarut polar dan nonpolar.

Langkah pertama dari prosedur ekstraksi adalah untuk menghancurkan beberapa

ikatan dari minyak, pelarut polar seperti metanol dapat digunakan dan pelarut

nonpolar seperti kloroform dapar melarutkan lemak (Spiller, 1995).

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi

yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat-cair atau

leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam

pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut

kemudian dikembalikan lagi keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.

Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut

dalam pelarut pengekstraksi (Irawan, 2010).

Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut

yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke

pelarut lain. Makin besar tetapan kesetimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut

awalnya ke dalam pelarut pemisah, maka makin sempurna proses pemisahannya

(Oxtoby, 2002).

Proses ekstraksi dengan metode Soxhlet telah dipelajari secara eksperimental

dan keuntungan dari penerapan ekstraksi Soxhlet konvensional meliputi perpindahan

transfer keseimbangan dengan berulang kali membawa pelarut ke dalam kontak

dengan matriks padat, mempertahankan ekstraksi dengan suhu yang relatif tinggi dan

tidak ada persyaratan filtrasi setelah pencucian. Metode ekstraksi soxhlet lebih

sederhana dan peralatan murah dan mudah dioperasikan (Ahmad, 2009).

Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut

organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam wadah

(ketel) yang disebut ”extractor”. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya

digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan

dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan

(Munawaroh, 2010).

Ekstraksi minyak esensial menggunakan teknik konvensional memiliki

keterbatasan, seperti daya ekstraksi dan selektivitasnya rendah, kemungkinan

kontaminasi pelarut, degradasi produk dan lingkungan tidak stabil, tingginya biaya

pelarut organik dan peraturan lingkungan yang semakin ketat (Kumoro, 2010).

2.4 Tinjauan Umum Pelarut Organik

Ekstraksi dengan pelarut biasanya dilakukan pada ekstraksi lemak. Pelarut

yang digunakan antara lain heksana dan petroleum eter. Untuk ekstraksi lemak biji-

bijian, biasanya bijinya digiling lebih dahulu, kemudian dipanaskan untuk

mempermudah proses ekstraksi lemaknya. Pelarut yang digunakan harus dipilih

dengan tepat agar terikutnya bahan-bahan nonlemak dapat dicegah sehingga tidak

mengganggu proses pemurnian lemak kasarnya. Proses ekstraksi dapat dilakukan

pada bahan dasar yang masih utuh atau pada bahan yang sudah dikeluarkan

lemaknya dengan cara pengepresan. Pelarut yang digunakan akhirnya dipisahkan

dengan cara distilasi atau evaporas (Makfoeld, 2002).

Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai

hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut disimpan.

Besarnya asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas minyak. Makin

besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak tersebut maka kualitasnya

makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang

tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak atau lemak

dengan kandungan asam lemak bebas tinggi (Andaka, 2009).

Pemilihan pelarut untuk ekstraksi minyak merupakan faktor penting. Pelarut

harus memiliki kapasitas ekstraksi yang baik, viskositas rendah dan kelarutan yang

lebih tinggi dengan minyak. Penetrasi yang tepat dari pelarut diperlukan untuk

mengekstrak minyak secara efektif dengan polaritas hampir sama pelarut dan

minyak. Umumnya, pelarut organik memiliki semua kriteria di atas dan digunakan

untuk ekstraksi minyak sejak bertahun-tahun. Heksana, etanol, petroleum eter,

isopropanol dan karbon tetraklorida digunakan untuk menemukan pelarut terbaik

untuk ekstraksi minyak (Banat, 2013).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah VCO (Virgin

Coconut Oil), minyak kelapa kopra, minyak wijen, minyak sawit, akuades, butanol,

n-heksana, kloroform, tissue roll, kertas label, dan sabun cair.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, cawan petri, penggaris, oven, gelas kimia, gegep, kertas saring,

dan pensil.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Disiapkan 4 buah tabung reaksi kemudian masing-masing tabung reaksi diisi

dengan 5 tetes minyak kelapa VCO (Virgin coconut oil). Kemudian tabung pertama

ditambahkan dengan akuades, tabung kedua ditambahkan dengan butanol, tabung

ketiga ditambahkan dengan n-heksana dan tabung keempat ditambahkan dengan

kloroform masing-masing sebanyak 2 mL. Kemudian tabung reaksi yang berisi

minyak kelapa VCO dan pelarut di kocok dan diteteskan diatas kertas saring lalu

diberi tanda. Kemudian dikeringkan dalam oven, diukur dan dicatat diameter masing-

masing noda yang terbentuk. Dilakukan prosedur seperti diatas pada masing-masing

contoh yang lain.

3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Tabung bagian pertama percobaan kelarutan minyak dan lemak digunakan

kembali pada percobaan ini, yaitu campuran akuades dan VCO; akuades dan minyak

kelapa kopra; akuades dan minyak wijen; akuades dan minyak kemiri.

Untuk campuran akuades dan VCO ditambahkan kloroform sebanyak 1 mL

kemudian dihomogenkan hingga terbentuk dua fase yaitu fase air dan organik. Kedua

fase tersebut dipisahkan, lalu pada fase air ditambahkan kembali kloroform sebanyak

1 mL. Setelah terbentuk lagi dua fase, gabungkan fase organik kedua dengan fase

organik pertama. Pipet masing-masing tabung lalu diteteskan sebanyak 2 tetes pada

kertas saring dan dikeringkan di oven. Noda yang tampak kemudian diukur

diameternya.

Untuk campuran akuades dan minyak kelapa kopra; akuades dan minyak

wijen; serta akuades dan minyak kemiri, masing-masing ditambahkan n-heksana

sebanyak 1 mL kemudian dihomogenkan hingga terbentuk dua fase yaitu fase air dan

organik. Kedua fase tersebut dipisahkan, lalu pada fase air ditambahkan kembali n-

heksana sebanyak 1 mL. Setelah terbentuk lagi dua fase, gabungkan fase organik

kedua dengan fase organik pertama. Pipet masing-masing tabung lalu diteteskan

sebanyak 2 tetes pada kertas saring dan dikeringkan di oven. Noda yang tampak

kemudian diukur diameternya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu untuk larut dalam suatu

pelarut yang bergantung pada jenis zat terlarut dan membentuk dispersi molekuler

yang homogen. Suatu larutan dikatakan larutan jenuh apabila terjadi kesetimbangan

antara fase solute dan fase solute dalam larutan yang bersangkutan.

Pada percobaan ini dilakukan uji kelarutan minyak dengan menggunakan

beberapa pelarut yaitu akuades, butanol, n-heksana dan kloroform untuk mengetahui

kelarutan minyak dalam pelarut tersebut dengan cara meneteskan campuran minyak

dengan masing-masing pelarut keatas kertas saring yang kemudian dikeringkan

didalam oven. Tujuan pengeringan kertas saring adalah untuk menguapkan pelarut.

Hasil uji kelarutan dari beberapa sampel yang digunakan (minyak kopra,

minyak VCO, minyak kelapa sawit dan minyak wijen) dengan beberpa pelarut

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Data kelarutan minyak dan lemak pada berbagai pelarut

Pelarut

Diameter Noda (cm)

Minyak Kopra

Minyak VCO

Minyak Sawit

Wijen

Air 0 0 1,8 1,3

Butanol 4 3,3 3,3 3,7

n-heksan 1,2 1,7 3,9 2,1

Kloroform 1,9 2,9 2,8 2,1

4.1.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Pelarut yang

digunakan biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap. Untuk

membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat

dalam jumlah yang lebih besar.

Pada percobaan ini, hasil ekstraksi dari campuran minyak/lemak dan air

dengan menggunakan beberapa pelarut organik yakni khloroform dan n-heksan

adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Data ekstraksi minyak dan lemak pada berbagai pelarut organik

PelarutDiameter Noda (cm)

Minyak Kelapa

Air 0

Organik I (n-heksana) 2,6

Organik II (kloroform) 2,9

Campuran Organik I + Organik II

2,5

1.1 Reaksi

1.1.1 Minyak dengan air

+ H2O

1.1.2 Minyak dengan Butanol

+ C2H5OH

C2H5OH

1.1.3 Minyak dengan n-Heksana

+ CH3(CH2)4CH3

CH3(CH2)4CH3

1.1.4 Minyak dengan Kloroform

+ CHCl3

CHCl3

1.1 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Pada percobaan kelarutan minyak, diuji kelarutan minyak pada berbagai

pelarut yaitu akuades, etanol, n-heksana dan kloroform. Dari tabel, dapat dilihat

mana yang merupakan pelarut terbaik ditinjau dari semakin besarnya noda yang

dihasilkan. Hal ini terjadi karena semakin larutnya suatu minyak dan lemak pada

pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak akan semakin terdistribusi secara

merata dalam pelarut begitupun sebaliknya, jika minyak dan lemak tidak larut, maka

partikel-partikel minyak dan lemak tidak terdistribusi dan akhirnya pada saat pelarut

menguap, noda yang dihasilkan pada kertas saring relatif kecil bahkan tidak ada.

Pada pelarut pertama yaitu akuades, ada yang menghasilkan noda pada kertas

saring dan ada pula yang tidak menghasilkan noda yang artinya kelarutan minyak

sangat kecil pada akuades. Hal ini disebabkan karena akuades adalah pelarut polar

sedangkan minyak bersifat non-polar sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur.

Pada pelarut butanol dengan minyak menghasilkan noda dengan diameter 3,3 cm pada

minyak VCO dan 3,7 cm pada minyak wijen, sedangkan pada minyak kelapa kopra

diameter nodanya 4 cm dan 3,3 pada minyak kelapa sawit. Hal tersebut menunjukkan

bahwa minyak sedikit larut pada pelarut butanol karena sifat butanol yang semi polar.

Pada pelarut kloroform dengan minyak menghasilkan noda pada kertas saring yaitu

minyak VCO dengan diameter 2,9 cm, minyak wijen dengan diameter 2,1 cm,

minyak kopra dengan diameter 1,9 cm dan minyak sawit 2,9 cm. Sampel minyak

mulai larut karena kloroform merupakan pelarut non-polar yang lemah. Pada pelarut

n–heksana dengan minyak menghasilkan noda pada keempat jenis sampel minyak

yaitu minyak VCO dengan diameter 1,7 cm, minyak wijen dengan diameter 3,1 cm,

minyak kelapa kopra dengan diameter 1,2 cm dan minyak sawit dengan diameter

3,9 cm. Untuk n-Heksana yang mempunyai sifat non-polar lebih besar dari pada

kloroform sehingga menghasilkan diameter paling besar karena sampel minyak larut

pada pelarut non polar. Tetapi untuk sampel minyak VCO dan minyak kelapa kopra

menunjukkan diameter yang lebih besar pada kloroform kemungkinan terjadi

kesalahan pada saat pemipetan atau pengocokan sehingga diperoleh hasil yang

berbeda dengan teori.

4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak digunakan metode ekstraksi cair-

cair yang menggunakan pelarut n-heksana dan kloroform. Kedua pelarut ini dapat

melarutkan senyawa nonpolar maupun semipolar. Pada saat pelarut ditambahkan,

maka kepolaran kedua larutan akan terbagi dan memisahkan larutan air beserta

minyak dan lemak.

Pertama, diuji sampel minyak VCO pada berbagai pelarut. Pada percobaan

ini larutan air dan minyak yang telah ditambahkan dengan pelarut organik (n-

Heksana dan kloroform), dihasilkan dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan

air bersifat polar sehingga tidak bercampur dengan pelarut organik yang bersifat non

polar. Oleh sebab itu keduanya mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Pada bagian

organik untuk n-heksana mempunyai diameter 2,6 cm, bagian organik untuk

kloroform mempunyai diameter 2,9 cm, campuran dari organik (n-heksana +

kloroform) mempunyai diameter 2,5 cm, sedangkan pada air tidak memiliki noda

karena kelarutan minyak sangat kecil.

Dari hasil pengamatan, n-heksana dan kloroform merupakan jenis pelarut

yang baik untuk minyak dan lemak, sedangkan air bukan jenis pelarut yang baik, ini

dilihat dari tidak adanya diameter noda yang dihasilkan pada kertas saring.

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa n-heksana dan kloroform

merupakan pelarut yang sangat baik untuk minyak dan lemak. Hal ini sesuai dengan

teori, dimana pelarut yang baik untuk minyak dan lemak adalah pelarut yang bersifat

non polar. Akuades bersifat polar sehingga tidak terbentuk noda, sedangkan

kloroform dan n-heksana merupakan pelarut non polar sehingga terbentuk noda pada

kertas saring.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Urutan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan beberapa pelarut

adalah sebagai berikut, Butanol > kloroform > n-Heksana > air.

2. Pelarut yang baik untuk melarutkan minyak adalah n-heksana.

5.2 Saran

Saran untuk laboratorim yaitu menambah jumlah alat agar percobaan yang

dilakukan lebih efektif.

Saran untuk asisten agar dipertahankan pengawasannya dan terus

membimbing praktikan.

Saran untuk percobaan agar menambah lagi sampel dan macam pelarut yang

digunakan agar semakin banyak pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A., 2009, Extraction, Separation and Identification of Chemical Ingredients of Elephantopus Scaber L. Using Factorial Design of Experiment, International Journal of Chemistry, 1(1): 36-49.

Andaka, G., 2009, Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan Pelarut n-Heksana, Jurnal Teknologi, 2(1):80-88.

Banat, F., 2013, Extraction of Olive Oil from Olive Cake using Soxhlet Apparatus, American Journal of Oil and Chemical Technologies, 1(4):1-8.

Budimarwanti, C., 2014, Analisis Lipida Sederhana dan Kompleks, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Herlina, N., 2002, Lemak dan Minyak (Online), (http://repository.usu.ac.id/, diakses pada tanggal 27 Februari 2014).

Irawan, B., 2010, Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Kumoro, A.C., 2010, Extraction of Sarawak Black Pepper Essential Oil Using Supercritical Carbon Dioxide, The Arabian Journal for Science and Engineering, 35(2B):7-16.

Mahrani, R., 2011, Analisis Lipid (Online), (http://staff.uny.ac.id/, diakses pada tanggal 28 Februari 2014).

Makfoeld, D., 2002, Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi, Kanisius, Yogyakarta.

Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar, Penerbit EGC, Jakarta.

Munawaroh, S., 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) dengan Pelarut Etanol dan n-Heksana, Jurnal Kompetensi Teknik, 2(1):73-78.

Oxtoby., G., dan Nachtrieb., Prinsip-prinsip Kimia Modern, Erlangga, Jakarta.

Silalahi, Y.C.E., 2011, Evaluasi Nilai Gizi Minyak Goreng yang Beredar di Pasaran Kota Medan Berdasarkan Komposisi Asam Lemak, (Skripsi), Universitas Sumatera Utara, Medan.

Spiller, G.A., 1995, Handbook of Lipids in Human Nutrition, CRC Press, London.

Wrolstad, R., Acree, T., Decker, E., Penner, M., Reid, D., Schwartz, S., Shoemaker, C., Smith, D., dan Sporns, P., 2005, Handbook of Food Analitical Chemistry, Published by John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 19 Februari 2014 Asisten Praktikan

(MUH. ADE ARTASASTA) (RACHMA SURYA M.)

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN PEREAKSI

NAMA : RAHMI AMALIA

NIM : H311 12 274

HARI/ TGL PERCOBAAN : RABU/ 26 FEBRUARI 2014

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : MUH. ADE ARTASASTA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Lampiran 1. Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak

Masing-masing diteteskan pada 4 buah tabung reaksi

Pada tabung bagian pertama ditambahkan 2 mL akuades

Pada tabung bagian kedua ditambahkan 2 mL etanol

Pada tabung bagian ketiga ditambahkan 2 mL n-heksana

Pada tabung bagian keempat ditambahkan 2 mL kloroform

Dihomogenkan lalu dipipet

Diteteskan 2 tetes pada kertas saring

Dikeringkan dalam oven

Diukur diameter noda yang terbentuk.

Lampiran 2. Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak

5 tetes VCO, margarin, minyak kelapa kopra, minyak wijen, minyak kemiri

Data

Ditambahkan 1 mL kloroform

Dikocok

Kedua lapisan dipisahkan

Ditambah 1 mL kloroform Disimpan

Dikocok dan dipisahkan lagi

Dikocok dan dipipet Digabungkan (I & II)

Diteteskan 1 tetes pada kertas Dikocok dan dipipet

saring Diteteskan 1 tetes pada

kertas saring

Dikeringkan dalam oven Dikeringkan dalam oven

Diukur diameter noda Diukur diameter noda

Larutan dengan dua lapisan

Lapisan organik (I)Lapisan air (I)

Lapisan air (II) Lapisan Organik (II)

Noda

Data

Noda

Data

Campuran air dan minyak

Lampiran 3. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 1. Kelarutan Minyak dan Lemak

Gambar 2. Ekstraksi Minyak dan Lemak