laporan ekstraksi fitokimia

27
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN EKSTRAKSI OLEH : KELOMPOK I GOLONGAN KAMIS SIANG LA DARI ADRIANUS N111 12 256 AKHYAR SUKARDI N111 13 013 FITRIA DEWI N111 13 019 SILVA MALIKU N111 13 026 SITI HAJAR N111 13 065 REZKY APRHODYTA D. M. N111 13 312 DERISYANTI K. N111 13 533 ASISTEN: DIAN PRATIWI

Upload: rezky-aprhodyta

Post on 22-Dec-2015

149 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

sampel Mirabilis jalapa dan Tinospora crispa

TRANSCRIPT

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN

EKSTRAKSI

OLEH :

KELOMPOK I

GOLONGAN KAMIS SIANG

LA DARI ADRIANUS N111 12 256

AKHYAR SUKARDI N111 13 013

FITRIA DEWI N111 13 019

SILVA MALIKU N111 13 026

SITI HAJAR N111 13 065

REZKY APRHODYTA D. M. N111 13 312

DERISYANTI K. N111 13 533

ASISTEN: DIAN PRATIWI

MAKASSAR

2015

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.1.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara-cara ekstraksi dan identifikasi

komponen kimia yang terkandung dari sampel daun bunga pukul empat

(Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa) dengan metode

tertentu.

I.1.2 Tujuan Percobaan

Mengekstraksi komponen kimia yang terdapat dalam sampel daun

bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) dan batang brotowali (Tinospora crispa)

dengan menggunakan metode maserasi.

I.2 Prinsip Percobaan

Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang

terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan komponen

kimia dalam rongga sel, karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam

dan di luar sel maka akan terjadi difusi dimana zat aktif bersama cairan

penyari akan keluar menembus dinding sel. Demikian seterusnya hingga

terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota

laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa

jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah

larut dalam pelarut organik. Pelarut organik yang paling umum digunakan

untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel tanaman adalah

methanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton, benzene dan etil asetat.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah

pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik

di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini

akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi

cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (1).

Jadi tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat

yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan

pelarut cair (1).

II.2 Proses Ekstrak bahan alam

a. Pengeringan dan perajangan

Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga

simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringanakan

menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim.

Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan

mikroorganismedan kapang (jamur). Jamur Aspergilus flavus akan

menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun dan dapat menyebabkan

kanker hati,senyawa ini sangat ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut

persyaratan obat tradisional tertera bahwa Angka khamir atau kapang

tidak Iebih dari 104. Mikroba patogen harus negatif dan kandungan

aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj). Tandanya simplisia

sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah.

Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar

air tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang

tertera dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia.

Pengeringan sebaiknya jangan di bawah sinar matahari langsung,

melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas

penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa

dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup

dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan

debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus

dibuat rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara

pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak

kandungan aktifnya (1).

Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses

pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan

“manual” atau dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan yang

sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama

dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang

terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia karena oksidasi

atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya bukan

dari besi (misalnya “stainless steel” atau baja nirkarat) (1).

b. Pemilihan pelarut

Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat

kandungan kimia (metabolit sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang

penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa

tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam

pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam

pelarut non polar. Derajat kepolaran tergantung kepada ketetapan

dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut (2).

Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (2):

a. Kapasitas besar

b. Selektif

c. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup

rendah) Cara memperoleh penguapannya adalah dengan cara

penguapan diataspenangas air dengan wadah lebar pada temperature

60oC, destilasi, danpenyulingan vakum.

d. Harus dapat diregenerasi

e. Relatif tidak mahal

f. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius

dalamkeadaan uap

g. Viskositas cukup rendah

c. Pemilihan metode ekstraksi

Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan

yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh

dengancara maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi.

untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan

cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan

dapat diekstrasi dengan metode soxhlet (2). Hal-hal yang dipertimbangkan

dalam pemilihan metode ekstraksi (2):

1. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan

2. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi

3. Jenis senyawa yang akan diekstraksi

4. Sifat senyawa yang akan diekstraksi

II.3 Pembagian Jenis Ekstraksi

a. Ekstraksi Secara Dingin

Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan

pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung

komponen kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang

mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk ekstraksi secara dingin

adalah (3):

1. Metode Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung

dari cahaya (Ditjen POM, 1986).

Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung

komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks

dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa

daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk

melarutkan lemak/lipid (3).

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: memasukkan simplisia

yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10

bagian dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik,

kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya

sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, cairan penyari disaring

ke dalam wadah penampung, kemudian ampasnya diperas dan

ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian

disaring lagi sehingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh

ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama

2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan

(3).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah

diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat

minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya

lama dan penyariannya kurang sempurna (3).

2. Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia

secara berkesinambungan, cairan penyari

dipanaskan sehingga menguap, uap cairan

penyari terkondensasi menjadi

molekul-molekul air oleh

pendingin balik dan turun

menyari simplisia dalam

klongsong dan selanjutnya

masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.

Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang

a

b

c

d

e

Keterangan :

a. pendingin

b. mantel

c. pipa samping

d. sifon

e. labu alas bulat

Alat Soxhket

a

b

c

d

e

Keterangan :

a. pendingin

b. mantel

c. pipa samping

d. sifon

e. labu alas bulat

Alat Soxhket

ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau

jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan

noda lagi (3).

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu

diserbukkan dan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam klongsong

yang telah dilapisi dengan kertas saring sedemikian rupa (tinggi

sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa sifon), karena dapat

mempengaruhi kesetimbangan pergerakan eluen yang telah terelusi

keluar dari pipa sifon, dimana jika tinggi sampel melebihi kertas saring

(pipa sifon), maka eluen hasil elusi akan keluar melalui pipa aliran uap

yang berada diatas sampel, bukan keluar melalui pipa sifon.

Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai

kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel dan

diklem dengan kuat kemudian klongsong yang telah diisi sampel

dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan

penyari ditambahkan untuk membasahkan sampel yang ada dalam

klongsong. Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem

pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan hingga

terjadi proses ekstraksi dimana pada saat pelarut telah mendidih,

maka uapnya akan melalui pipa samping lalu naik ke kondensor. Di

sini uap akan didinginkan sehingga uap mengembun dan menjadi

tetesan-tetesan cairan yang akan menetes turun ke klongsong dan

membasahi simplisia. Tetesan-tetesan uap air cairan penyari ini akan

ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika ekstrak mencapai

ketinggian ujung sifon sehingga pelarut ini akan turun kembali ke

dalam wadah pelarut secara cepat. Proses ini berulang hingga

penyarian yang dilakukan sempurna dalam hal ini, cairan penyari yang

pada awalnya berwarna, di dalam pipa sifon sudah tidak berwarna lagi

atau jika cairan penyari pada awalnya memang tidak berwarna maka

biasanya dilakukan 20-25 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh

dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (3).

Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih

menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia,

tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah jumlah ekstrak yang

diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi (3).

3. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian

dengan mengalirkan penyari melalui serbuk

simplisia yang telah dibasahi. Prinsip

ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk

simplisia ditempatkan dalam suatu bejana

silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke

bawah melalui serbuk tersebut, cairan

penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-

sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke

bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan

penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (3).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi

karena (3):

a) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan

yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah

sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b) Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang

mengadung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila

diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan

segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (3).

Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,

kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi,

daya kapiler dan daya geseran (friksi) (3).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan

yang digunakan untuk menyari disebut  cairan penyari atau

menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari

atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian

disebut ampas atau sisa perkolasi (3).

b. Ekstraksi Secara Panas

Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi  komponen

kimia yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan

minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu

pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia

sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan

komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas yaitu (4):

1. Metode Refluks

Metode refluks adalah

termasuk metode

berkesinambungan dimana cairan

penyari secara kontinyu menyari

komponen kimia dalam simplisia

cairan penyari dipanaskan

sehingga menguap dan uap

tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami

kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu

alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara

berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam

(3).

Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai

komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai

tekstur yang keras seperti akar, batang, buah, biji dan herba (3).

Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks

ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan

ditambahkan pelarut organik misalnya methanol sampai serbuk

simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas permukaaan simplisia

atau 2/3 dari volume labu, kemudian labu alas bulat dipasang kuat

pada statif pada waterbath atau heating mantel, lalu kondendor

dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif.

Aliran air dan pemanas (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu

pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam dilakukan penyarian. Filtratnya

ditampung pada wadah penampung dan ampasnya ditambah lagi

pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan selama 3-4

jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan

rotavapor, kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (3).

Keuntungan dari metode ini adalah (3):

a) Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama

proses pemanasan jika digunakan pelarut yang mudah menguap

atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.

b) Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak

dengan adanya pemanasan.

Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama

dan diperlukan alat – alat yang tahan terhadap pemanasan (3).

2. Metode Destilasi Uap Air

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia

yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen

kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal,

misalnya pada penyarian minyak

atsiri yang terkandung dalam

tanaman Sereh (Cymbopogon

nardus). Pada metode ini uap air

digunakan untuk menyari simplisia

dengan adanya pemanasan kecil

uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul

air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi

air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna (3).

Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas kimia selama

2 jam setelah itu dimasukkan ke dalam bejana B, bejana A diisi air

dan pipa-pipa penyambung serta kondensor dan penampung corong

pisah dipasang dengan kuat. Api Bunsen bejana A dinyalakan

sehingga airnya mendidih dan diperoleh uap air yang selanjutnya

masuk ke dalam bejana B melalui pipa penghubung untuk menyari

sampel dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak

menguap yang telah tersari selanjutnya menguap menuju kondensor,

karena adanya pendinginan balik uap dari minyak menguap ini, maka

uap air yang terbentuk menetes ke dalam corong pisah penampung

yang telah berisi air (3).

Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur

digabungkan, tiap cairan bertindak seolah – olah pelarut itu hanya

sendiri, dan menggunakan tekanan uap. Tekanan uap total dari

campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial,

yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal, karena

pendidihan yang dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan

tekanan atmosfer, titik didih dicapai pada temperatur yang lebih

rendah daripada jika tiap-tiap cairan berada dalam keadaan murni (3).

Keuntungan dari destilasi uap ini adalah  titik didih dicapai pada

temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap– tiap cairan berada

dalam keadaan murni. Selain itu, kerusakan zat aktif pada destilasi

langsung dapat diatasi pada destilasi uap ini. Kerugiannya adalah

diperlukannya alat yang lebih kompleks dan pengetahuan yang lebih

banyak sebelum melakukan destilasi uap ini (3).

BAB III

HASIL PENGAMATAN

III.1 Tabel Pengamatan

SampelJenis

ekstraksiPelarut

Volume

pelarut

Berat

ekstrak

Mirabilis jalapa Maserasi Metanol 1,2 L 5,03 gr

Tinospora

crispaMaserasi

Etanol

96%1,3 L

3,01 gr

III.2 Perhitungan

% Rendamen ekstrak daun = 5,03gram140gram

x 100% = 3,59%

% Rendamen ekstrak batang = 3,01gram120gram

x 100% = 2,5%

III.3 Gambar

BAB V

PEMBAHASAN

Tujuan dilakukannya percobaan

ekstraksi adalah untuk

memperoleh ekstrak etanol dari

batang tanaman brotowali

LABORATORIUMFARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Simplisia Daun Bunga Pukul Empat

(Mirabilis jalapa)

LABORATORIUMFARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Simplisia Batang Brotowali(Tinospora crispa L.)

(Tinospora crispa) dan ekstrak meranol dari daun bunga pukul empat

(Mirabilis jalapa) yang selanjutnya akan digunakan dalam praktikum

berikutnya.

Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa aktif dari suatu simplisia

menggunakan pelarut tertentu, dimana ektraksi memiliki prinsip umum

yaitu difusi dan osmosis

Pada praktikum ini digunakan metode maserasi karena tekstur

sampel daun yang bertekstur lunak, dan hasil ekstrak yang diperoleh dari

maserasi lebih banyak dari metode lainnya.

Praktikum ini dilakukan dengan cara menimbang bobot simplisia

daun dan batang kemudian dimasukan kedalam toples, lalu ditambakan

1300 ml etanol 96% untuk simplisia batang lalu didiamkan selama

beberapa hari sambil diaduk-aduk sesekali, setelah itu disaring kemudian

diuapkan.

Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam

pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-

zataktif yang juga bersifat polar. Etanol digunakan sebagai cairan penyari

karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuhdalam etanol 20% ke

atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur dengan air pada

segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih

rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan

tidakmengakibatkan pembengkakan membran sel.

Keuntungan dari maserasi yaitu mudah dan sederhana, selain itu

hasil yang diperoleh juga banyak, sedangkan kerugiannya yaitu

membutuhkan banyak pelarut, membutuhkan waktu yang lama dan

penyariannya kurang sempurna.

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan diperoleh bobot ekstrak metanol daun

bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) sebesar 5,03 gram dengan persen

rendamen 3,59% dan bobot ekstrak etanol batang brotowali (Tinospora

crispa) sebesar 3,01 gram dengan persen rendamen 2,59%.

VI.2 Saran

Semoga kakak asisten bisa terus mendampingi praktikannya saat

praktikum berlangsung dan dapat membimbing kami untuk menjadi lebih

baik lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dijten POM, 1990, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia: Jakarta.

2. Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

3. Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia: Jakarta.

4. Tobo, Fachruddin, (2001), Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia,

Laboratorium  Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.