laporan prak. fitokimia ii

33
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DALAM KULIT BUAH MAHKOTA DEWA GRUP C Kelompok IV Mario Helmi S 1243050007 Emmanuel 1243050010 Vemy Alvionita B 1243050016 Yonathan Ardi R 1243050063 Elisnayanti Tahalele 1243050072 Riska arguar Syah 1243050073 Fakultas Farmasi 1

Upload: arguar

Post on 10-Feb-2016

295 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

TUMBUHAN

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Prak. Fitokimia II

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA II

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DALAM

KULIT BUAH MAHKOTA DEWA

GRUP C

Kelompok IV

Mario Helmi S 1243050007

Emmanuel 1243050010

Vemy Alvionita B 1243050016

Yonathan Ardi R 1243050063

Elisnayanti Tahalele 1243050072

Riska arguar Syah 1243050073

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

2014 - 2015

1

Page 2: Laporan Prak. Fitokimia II

BAB I

(PENDAHULUAN)

I.1 LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan bahan alam sejak dahulu kala sebagai warisan nenek moyang. Penggunaan bahan alam untuk pengobatan fitoterapi telah dikenal oleh masyarakat Mesir Kuno dan Cina sejak seribu tahun. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh suku bangsa tertentu disebut dengan “Indigenous Medicine” dan “Etnobotani”. Bahan alam yang digunakan untuk pengobatan dapat berupa jamu maupun tanamannya. Penggunaan bahan obat dapat untuk beberapa tujuan yaitu preventif, promotif, dan kuratif.

Pada zaman sekarang ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi satu disiplin tersendiri. Materia Medika Indonesia berlaku sebagai pedoman untuk simplisia yang akan digunakan untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang akan dipergunakan untuk keperluan lain yang dijual dengan nama yang sama.

I.2 TUJUAN

I.2.1 Mengidetifikasi golongan senyawa kimia yang terdapat pada kulit buah mahkota dewa.

I.2.2 Mengisolasi senyawa flavonoid pada kulit buah mahkota dewa.

I.2.3 Mengetahui cara ekstraksi simplisia kulit buah mahkota dewa.

I.2.4 Mengetahu pelarut yang cocok untuk mengisolasi senyawa flavonoid pada kulit buah mahkota dewa.

2

Page 3: Laporan Prak. Fitokimia II

BAB II

(TEORI)

II.1 MAHKOTA DEWA

II.1.1 Monografi Mahkota Dewa

Mahkota dewa merupakan tumbuhan yang memiliki umur panjang

(parenial). Sebagaimana diketahui, kata simalakama selalu identik dengan dua

pilihan yang beresiko buruk. Mahkota dewa terkenal beracun, tetapi dibalik itu

mahkota dewa juga dapat menyembuhkan suatu penyakit. Dalam pengobatan,

mahkota dewa dapat menimbulkan reaksi seperti pusing dan mual.

Mahkota dewa merupakan tanaman perdu yang berasal dari Papua

(Irian Jaya). Secara fisik mahkota dewa terlihat sama dengan tumbuhana

lainnya, namun para ahli tanaman membagi klasifikasi mahkota dewa kedalam

1200 spesies yang terbesar kepada 67 negara di dunia. Berdasarkan

klasifikasinya, mahkota dewa dapat digolongkan sebagai tumbuhan dengan

buah dan biji. Berbentuk selayaknya pohon yang tumbuh keatas, dengan

maksimal ketinggian 1 hingga 2.5 meter.

II.1.2 Klasifikasi Tumbuhan

Tanaman mahkota dewa memiliki diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

3

Page 4: Laporan Prak. Fitokimia II

Famili : Thymelaeaceae

Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

II.1.3 Nama Lain / Daerah

Mahkota dewa dan simalakama (Indonesia), simalakama (Melayu).

Makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Pulau Jawa), dan boh

anggota dewa.

II.1.4 Morfologi Tanaman

Berdasarkan morfologinya tumbuhan mahkota dewa dapat dibagi

menjadi beberapa bagian seperti, akar, batang, daun, buah, cangkang, dan biji.

Akar

Akar dari tanaman mahkota dewa berupa akar tunggang.

Batang

Batang berkayau, berbentuk slindris, tegak, berwarna coklat, dengan

permukaan kasar, percabangan simpodial arah ke atas.

Daun

Berdaun tunggal, agak menjorok dengan panjang 7-10 cm dan lebar 2-

2.5 cm. Daunnya memiliki warna hijau tua dan tersusun secarafolia

oposita / berhadapan.

Buah

Terdiri dari kulit, daging, cangkang, dan biji. Berbentuk bulat dengan

diameter 3-5 cm, permukaan licin dan beralur. Warna dari buah

mahkota dewa yaitu hijau dan merah setelah masak dengan daging

putih yang berserat dan berair.

Cangkang

4

Page 5: Laporan Prak. Fitokimia II

Merupakan kulit yang berguna sebagai obat, namun harus direbus

terlebih dahulu.

Biji

Memiliki racun, berbentuk bulat lonjong dengan diameter sekitar 1 cm.

Pada usia muda warnanya hijau lalu saat matang berwarna merah

terang dengan bagian dalam berwarna putih.

II.1.5 Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada tanaman mahkota dewa berada pada masing-

masing bagian tumbuhan, sebagaimana dibawah ini :

Kandungan Kimia(Metabolit Sekunder)

Daun Kulit Buah Buah

Alkaloid

Flavonoid

Polifenol

(Lignan)

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Alkaloid • Minyak atsiri

Fenol • Saponin

Flavonoid • Sterol

Lignan • Tanin

II.1.6 Khasiat

Mahkota dewa dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti

eksim hingga kanker. Penyakit lain yang dapat disembuhkan yaitu tumor,

disentri, diabetes melitus, hapatitis, kolesterol, leukimia. Mahkota dewa juga

dapat digunakan sebagai anti bakteria dan anti virus, meningkatkan sistem

kekebalan tubuh, pencegah penyumbatan pembuluh darah, anti inflamasi, anti

oksidan, mengobati rematik dan asam urat, dan mengobati jerawat.

II.2 TAHAPAN ISOLASI FITOKIMIA

Pada dasarnya setiap tumbuhankan akan menghasilkan metabolit sebagai hasil

proses kehidupan tumbuhan. Metabolit pada tanaman terdapat dua jenis yaitu metabolit

primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan metabolit yang digunakan

tanaman untuk kelangsungan hidup tanaman, seperti karbohidrat, lemak, dan protein.

5

Page 6: Laporan Prak. Fitokimia II

Sedangkan metabolit sekunder merupakan metabolit yang digunakan tanaman sebagai

pertahanan hidup tanaman, seperti flavonoid, terpenoid, alkaloid, steroid, glikosida,

resin, dll.

Metabolit sekunder dalam dunia fitofarmaka merupakan senyawa yang

memiliki berkhasiat dalam mengobati berbagai penyakit. Untuk mendapatkan metabolit

sekunder harus melewati beberapa tahapan fitokimia, seperti :

II.2.1 Persiapan Bahan

Merupakan langkah awal dari proses tahapan fitokimia, dimana pada

langkah ini bahan yang akan di isolasi dipersiapakan dengan berbagai bentuk

preparasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Preparasi yang digunakan dapat

berupa preparasi kering maupun segar. Preparasi kering merupakan bahan

dalam bentuk serbuk simplisia, sedangkan preparasi segar bahan yang dipotong-

potong halus.

II.2.2 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan proses penapisan untuk mengetahui

golongan kandungan kimia yang ada dalam tumbuhan, serta mengetahi dan

mempelajari senyawa apa saja yang terdapat dalam satu golongan tanaman.

II.2.3 Isolasi

Isolasi adalah tahapan yang berfungsi untuk pengambilan satu senyawa

kimia dari campuran senyawa. Pada tahapan isolasi terdapat beberapa langkah

yaitu ekstraksi, pemisahan, dan pemurnian.

a. Ekstraksi

Yaitu pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat

atau cair dari suatu dapatan menggunakan pelarut air atau pelarut

organik, hingga mendapatkan ekstrak. Metode ekstraksi meliputi

beberapa cara yaitu cara dingin (untuk bahan yang tidak tahan terhadap

pemanasan), seperti maserasi dan perkolasi. Selanjutnya cara panas

seperti soxhlet, refluks, digesti, infus, dan dekok. Cara khusus seperti

destilasi yang digunakan untuk mengekstrak bahan yang mengandung

6

Page 7: Laporan Prak. Fitokimia II

minyak atsiri. Serta cara lainnya seperti ekstraksi berkesinambungan,

superkriktikal CO2, ekstraksi ultrasonik, dan ekstraksi energi listrik.

b. Pemisahan

Pemisahan merupakan metode yang digunakan untuk

memisahakan senyawa-senyawa dalam tumbuhan dengan cara partisi

(fraksinasi) dan kromatografi. Fraksinasi merupakan pemisahan antara

dua fase cair yang tidak saling bercampur bedasarkan kepolarannya.

Fraksinasi biasa digunakan untuk memisahkan ekstrak kasar berupa

ekstrak metanol yang diperoleh dari ekstraksi langsung. Sedangkan

kromatografi, digunakan untuk pemisahan ekstrak yang telah

terfraksinasi. Kromatografi yang dilakukan dapat berupa kromatografi

kertas, kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT),

kromatografi preparatif, dll.

c. Pemurnian

Merupakan cara yang digunakan untuk memurnikan senyawa

yang telah dipisahkan, untuk di identifikasi secara lanjut. Pemurnian

dapat dilakukan apabila hasil dari kromatografi kolom atau hasil KLT

preparatif telah satu noda. Metode pemurnian meliputi rekristalisasi,

penghabluran ulang, sublimasi, dekantasi, penyerapan dengan karbon

aktif, HPLC, dan LC.

II.2.4 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi

Tahapan akhir dari tahapan isolasi fitokimia merupakan identifikasi

yang digunakan untuk memastikan bahan senyawa yang telah diisolasi benar

merupakan senyawa yang diinginkan. Pada tahapan identifikasi dapat melalui

beberapa cara yaitu :

a. Reaksi kimia, seperti reaksi warna dan KLT.

b. Reaksi fisika, dilihat dari titik didih, titik leleh, dan titik, lebur.

c. KLT dan KLT dua arah.

II.3 KROMATOGRAFI

7

Page 8: Laporan Prak. Fitokimia II

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan suatu bahan berdasarkan

perbedaan afinitas antara fase diam dan fase gerak. Atau merupakan teknik untuk

memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik

masing-masing komponen. Kromatografi yang sering dikenal antara lain kromatografi

kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi preparatif,

kromatografi dua arah, kromatografi gas, HPLC, dan lain-lain.

II.3.1 Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan campuran untuk

menjadi komponen-komponennya, dengan menggunakan alat berupa kolom

atau tabung berbentuk slinder yang terbuat dari kaca yang mana diujungnya

terdapat lubang untuk mengalirkan fase diam dan analit. Kromatografi kolom

mengunakan fase diam atau penyerap seperti alumina oksida yang telah

diaktifkan, silika gel kieselgur yang telah dijadikan bubur.

Prinsip dari kromatografi kolom didasarkan pada absorbsi komponen-

komponen campuran dengan afinitas beda terhadap permukaan fase diam, dan

juga mengalirnya fase gerak. Dimana dengan mengalirkan pelarut dengan atau

tanpa tekanan udara, masing-masing zat akan turun dengan kecepatan yang khas

sehingga terjadi pemisahan.

II.3.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT adalah proses pemisahan yang sederhana dengan menggunakan

fase diam berupa serbuk silika, poliamil, selulosa, dan lainnya. yang melapisi

lempeng atau plat kaca atau alumunium. KLT adalah cara pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang

digunakan. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk memisahkan

senyawa–senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida–lipida dan

hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT pada

dasarnya bergantung dari nilai Rf (faktor retensi). Nilai Rf adalah nilai yang

diperoleh dari jarak substansi yang ditempuh yang berbanding dengan jarak

tempuh eluen.

BAB III

8

Page 9: Laporan Prak. Fitokimia II

(PROSEDUR KERJA)

III.1 ALAT

• Wadah besar berwarna coklat • Rotari evaporator

• Corong • Erlenmeyer

• Beaker glass • Gelas ukur

• Cawan penguap • Corong pisah

• Plat KLT • Chamber

• Kolom + Tiang • Spatel

• Batang pengaduk • Water bath

• Kompor • Kertas saring

• Kapas • Vial

III.2 BAHAN

• Metanol • Aqua dest (air panas)

• FeCl3 • Fehling A dan Fehling B

• HCl pekat • HCl 2N

• H2SO4 pekat • NH4OH 10% dan NH4OH 25%

• CHCl3 • Mayer

• Dragendroff • Bouchardat

• Logam Mg • Amil alkohol

• CH3COOH anhidrat • Hexan

• Etil asetat • Silika gel

III.3 LANGKAH KERJA

9

Page 10: Laporan Prak. Fitokimia II

III.3.1 Skrining Fitokimia

- Simplisia mahkota dewa yang halus dan kering, ditimbang sebanyak 250

gram dan masukkan kedalam erlenmeyer.

- Tambahkan dengan pelarut metanol, hingga simplisia terendam

seluruhnya.

- Tutup erlenmeyer dengan kaca arloji dan panaskan di penangas air

hingga panas.

- Lalu, angkat erlenmeyer dan aduk hingga homogen, saring dengan kertas

saringdan pisahkan antara filtrat dengan ampas.

- Lakukan pengujian pada filtrat tersebut.

10

Page 11: Laporan Prak. Fitokimia II

III.3.2 Maserasi

- Siapkan mahkota dewa halus dan kering ditimbang sebanyak 250 gram,

dan masukkan kedalam wajad besar berwarna gelap (coklat).

- Maserasi dengan cara melarutkan simplisia dengan pelarut metanol

sebanyak 2 liter, diamkan selama 3 hari.

- Ganti pelarut metanol 80% tiap 3 hari sebanyak 3 kali pergantian.

- Kumpulkan filtrat hasil maserasi ke 1, 2, dan 3.

- Lalu kentalkan filtrat dengan menggunaka rotary evaporator, dan

diuapkan pada cawan penguap diatas penangas air sampai menjadi

ekstrak yang kental.

- Hitung bobot ekstrak kental, dan hitung rendamennya

III.3.3 Fraksinasi

- Ekstrak kental ditambahkan dengan air panas hingga melarut, dan

masukkan kedalam corong pisah.

- Kemudian tambahkan hexan sama banyak dengan air panas kedalam

corong pisah, dan tutup corong pisah.

- Kocok corong pisah hingga fraksi hexan dan fraksi air terpisah. Dimana

fraksi air berada dibawah dan fraksi hexan berada diatas.

- Ambil fraksi air dan fraksinasi dengan hexan dalam corong pisah.

- Lakukan fraksinasi terus hingga fraksi hexan berwarna bening, dan

untuk fraksi hexan dikumpulkan.

- Apabila fraksi hexan sudah bening, maka fraksi air dapat difraksinasi

dengan pelarut etil asetat.

- Hasil dari fraksi hexan dan fraksi etil asetat lalu di rotary evaporator dan

dimasukkan dalam wadah vial yang berbeda.

III.3.4 Kromatografi Lapis Tipis

11

Page 12: Laporan Prak. Fitokimia II

- Siapkan eluen berupa hexan dan etil asetat dengan perbandingan 5 : 5

dan 7 : 3 dalam erlenmeyer terpisah.

- Kocok eluen selama 50-60 menit atau sampai eluen jenuh.

- Masukkan eluen yang telah jenuh kedalam chamber, dan tes kejenuhan

eluen tersebut. Dimana jenuhnya eluen ditandai dengan naiknya eluen

pada kertas saring secara cepat.

- Kemudian ekstrak hexan dan ekstrak etil asetat di ambil sedikit pada plat

tetes, dan tambahkan pelarut sesuai ekstrak untuk mengencerkan ekstrak.

- Siapkan 2 buah plat / lempeng KLT, totol ekstak hexan dan ekstak etil

asetat pada lempeng KLT pertama, dan lakukan penotolan kembali pada

lempeng KLT kedua.

- Masukkan salah satu lempeng KLT pada chamber berisi eluen dengan

perbandingan 5:5, dan lempeng satunya lagi masukkan kedalam chamber

berisi eluen dengan perbandingan 7:3. Lalu eludasi hingga batas atas.

- Angkat lempeng KLT dari dalam chamber, keringkan dan lihat noda

dengan sinar UV, serta tandai dengan menggunakan pensil dan hitung

nilai Rf nya.

III.3.5 Kromatografi Kolom

- Persiapan Sampel

o Ekstrak dikeringkan dengan cara menambahkan silika sebanyak ½

dari bobot ekstrak.

o Lalu panaskan diatas penangas air, sambil di gerus hingga berubah

menjadi kering / serbuk yang siap dimasukkan kedalam kolom.

- Persiapan Fase Diam

Fase diam menggunakan silika yang dilarutkan dengan hexan dan aduk

hingga menjadi bubur.

- Persiapan Kolom

12

Page 13: Laporan Prak. Fitokimia II

o Kolom dibersihkan dan dikeringkan dari air, bilas dengan eluen.

o Masukkan kapas sebagai saringan pada ujung kolom.

o Masukkan bubur silika yang telah disiapkan kedalam kolom,

ketuk-ketuk dinding kolom supaya gelembung udara yang ada

didalam kolom keluar dan silika rapat.

o Tutup dengan kertas saring dan kapas lalu masukkan ekstrak, dan

tutup kembali dengan kertas saring kemudian kapas.

– Pemisahan

o Tambahkan sedikit-sedikit eluen berupa hexan murni, lalu hexan

dan etil asetat perbandingan 9:1, 8:2 dan 7:3 kedalam kolom.

o Buka kran kolom dan tampung eluat dengan botol penampung

hingga 100 ml sebanyak 50 vial.

o Lalu uapkan dengan rotary evaporator dan masukkan dalam vial.

o Terakhir dilakukan pengujian identifikasi dengan cara KLT.

o KLT dengan eluen hexan dan etil esetat (7:3), hitung nilai Rf nya.

BAB IV

(DATA DAN PERHITUNGAN)

IV.1 SKRINING FITOKIMIA

No. Cara Identifikasi/Uji Teori Hasil

Pengamatan

Hasil

(+/-)

1. Pemeriksaan Tanin :

Sari metanol + 3 tetes FeCl3.

Biru kehijauan /

hijau tua.

Hijau tua (+)

2. Pemeriksaan Gula Pereduksi:

Sari metanol + 2 tetes fehling

A + 2 tetes fehling B → Merah bata Coklat tua (-)

13

Page 14: Laporan Prak. Fitokimia II

panaskan dalam water bath.

3. Pemeriksaan Alkaloid:

Sari metanol + HCl panaskan

sambil kocok, jika bening

maka langsung lakukan uji.

Jika tidak, maka tambahkan

NH4OH + CHCl3 kocok,

ambil lapisan CHCl3

(bawah), lalu tambahkan

HCL 2N. Dan bagi menjadi 4

bagian :

1. Pembanding

2. + Mayer

3. + Dragendrof

4. + Bauchardat

Putih

Jingga

Coklat

Putih

Pereaksi tidak ada

Jingga

(+)

(-)

(+)

4. Pemeriksaan Emodol :

Sari metanol dipekatkan lalu

dinginkan + NH4OH 25%

kocok.

Warna merah Larutan kuning (-)

5. Pemeriksaan Flavonoid :

Sari etil asetat + HCl (P) +

logam Mg → terbentuk warna

merah, dinginkan + amil

alkohol dan kocok.

Warna merah

naik →Flavonoid

Warna merah

tetap dibawah

→ tanin.

Merah dibawah (+)

Tanin

Dan

Flavonoid

6. Pemeriksaan Kumarin

Ekstrak di uapkan ad kering

dan tambahkan air panas, lalu

dinginkan dan bagi menjadi 2

tabung.

1. Pembanding Flourensensi Flourensensi (+)

14

Page 15: Laporan Prak. Fitokimia II

2. + NH4OH 10%

Lihat dibawah sinar UV.

kehijauan /

kebiruan

kuning kehijauan.

7. Pemeriksaan Steroid dan

Triterpenoid :

a. Sari metanol diuapkan ad

kering, kemudian

tambahkan CH3COOH

anhidrat dan CHCl3 +

H2SO4 (P) melalui dinding

tabung.

b. Ekstrak dalam plat tetes +

H2SO4 (P) + CH3COOH

anhidrat.

Jika terdapat

cincin

Hijau/biru → Steroid

Hijau /

merah →

Terpenoid

Jika terdapat

warna

Hijau / biru

→ Steroid.

Ungu/merah/

coklat → Terpenoid

Cincin Merah

Hijau

(+)

Terpen

(+)

Terpen

IV.2 DATA RENDEMEN

Berat simplisia awal = 250.0000 gram

Berat cawan uap kosong = 76.8500 gram

Berat cawan uap kosong + ekstrak kental= 137.6200 gram

Ekstrak kental = 137.6200 gram - 76.8500 gram

= 60.7700 gram

Rendemen= Berat ekstrak kentalberat simplisiaawal

×100 %

Rendemen=60.7700250

×100 %

= 24.308%

15

Page 16: Laporan Prak. Fitokimia II

IV.3 DATA DAN PERHITUNGAN KLT

Eluen = Hexan : Etil asetat (5 : 5)

Jarak Eluen = 3.5 cm

Noda Jarak Yang Ditempuh (cm)

Ekstrak Hexan Ekstrak Etil Asetat

1. 0.4 0.4

2. 1.5 1.2

3. 2.7 —Perhitungan

R f=Jarak Subtansi/noda

Jarak Eluen hRf = Rf x 100%

Ekstrak Hexan

- Rf1 = 0.43.5

=0.1142 hRf1 = 0.1142 x 100% = 11.42%

- Rf2 = 1.53.5

=0.4285 hRf2 = 0.4285 x 100% = 42.85%

- Rf3 = 2.73.5

=0.7714 hRf2 = 0.7714 x 100% = 77.14%

Ekstrak Etil Asetat

- Rf1 = 0.43.5

=0.1142 hRf1 = 0.1142 x 100% = 11.42%

- Rf2 = 1.23.5

=0.3428 hRf2 = 0.3428 x 100% = 34.28%

Eluen = Hexan : Etil asetat (7 : 3)

Jarak Eluen = 3.5 cm

Noda Jarak Yang Ditempuh (cm)

16

Page 17: Laporan Prak. Fitokimia II

Ekstrak Hexan Ekstrak Etil Asetat

1. 0.4 0.6

2. 1.2 —3. 1.6 —

Perhitungan

Ekstrak Hexan

- Rf1 = 0.43.5

=0.1142 hRf1 = 0.1142 x 100% = 11.42%

- Rf2 = 1.23.5

=0.3428 hRf2 = 0.3428 x 100% = 34.28%

- Rf3 = 1.63.5

=0.4571 hRf2 = 0.4571 x 100% = 45.71%

Ekstrak Etil Asetat

- Rf1 = 0.63.5

=0.1714 hRf1 = 0.1714 x 100% = 17.14%

IV.4 DATA DAN PERHITUNGAN KLT HASIL KROMATOGRAFI KOLOM

Eluen = Hexan : Etil Asetat (7 :3)

Data

Noda

Nomer Vial yang di KLT (Fraksi yang di KLT)

Jarak eluen = 3.5 cm Jarak eluen = 3.4 cm

2 6-11 16 21-26 31-36 41 46

1. 2.0 cm 0.5 cm 0.5 cm 0.6 cm 0.2 cm 0.3 cm 1.2 cm

2. 3.3 cm 1.1 cm 1.0 cm 0.9 cm 0.6 cm 0.7 cm 2.5 cm

3. — 1.4 cm 1.3 cm 1.3 cm 1.0 cm 1.2 cm —4. — 1.9 cm 1.6 cm 1.8 cm 1.8 cm 2.1 cm —5. — 2.3 cm — 2.5 cm — — —

17

Page 18: Laporan Prak. Fitokimia II

6. — 3.3 cm — 3.4 cm — — —

Perhitungan

R f=Jarak Subtansi/noda

Jarak Eluen hRf = Rf x 100%

Vial 2

- Rf1 = 2.03.5

=0.5714 hRf1 = 0.5714 x 100% = 57.14%

- Rf2 = 3.33.5

=0.9428 hRf2 = 0.9428 x 100% = 94.28%

Vial 6-11

- Rf1 = 0.53.5

=0.1428 hRf1 = 0.1428 x 100% = 14.28%

- Rf2 = 1.13.5

=0.3142 hRf2 = 0.3142 x 100% = 31.42%

- Rf3 = 1.43.5

=0.4000 hRf3 = 0.4000 x 100% = 40.00%

- Rf4 = 1.93.5

=0.5428 hRf4 = 0.5428 x 100% = 54.28%

- Rf5 = 2.33.5

=0.6571 hRf5 = 0.6571 x 100% = 65.71%

18

Page 19: Laporan Prak. Fitokimia II

- Rf6 = 3.33.5

=0.9428 hRf6 = 0.9428 x 100% = 94.28%

Vial 16

- Rf1 = 0.53.5

=0.1428 hRf1 = 0.1428 x 100% = 14.28%

- Rf2 = 1.03.5

=0.2857 hRf2 = 0.2857 x 100% = 28.57%

- Rf3 = 1.33.5

=0.3714 hRf3 = 0.3714 x 100% = 37.14%

- Rf4 = 1.63.5

=0.4571 hRf4 = 0.4571 x 100% = 45.71%

Vial 21-26

- Rf1 = 0.63.5

=0.1714 hRf1 = 0.1714 x 100% = 17.14%

- Rf2 = 0.93.5

=0.2571 hRf2 = 0.2571 x 100% = 25.71%

- Rf3 = 1.33.5

=0.3714 hRf3 = 0.3714 x 100% = 37.14%

- Rf4 = 1.83.5

=0.5142 hRf4 = 0.5142 x 100% = 51.42%

- Rf5 = 2.53.5

=0.7142 hRf5 = 0.7142 x 100% = 71.42%

- Rf6 = 3.43.5

=0.9714 hRf6 = 0.9714 x 100% = 97.14%

Vial 31-36

- Rf1 = 0.23.4

=0.0588 hRf1 = 0.0588 x 100% = 5.88%

- Rf2 = 0.63.4

=0.1764 hRf2 = 0.1764 x 100% = 17.64%

19

Page 20: Laporan Prak. Fitokimia II

- Rf3 = 1.03.4

=0.2941 hRf3 = 0.2941 x 100% = 29.41%

- Rf4 = 1.83.4

=0.5294 hRf4 = 0.5294 x 100% = 52.94%

Vial 41

- Rf1 = 0.33.4

=0.0882 hRf1 = 0.0882 x 100% = 8.82%

- Rf2 = 0.73.4

=0.2058 hRf2 = 0.2058 x 100% = 20.58%

- Rf3 = 1.23.4

=0.3529 hRf3 = 0.3529 x 100% = 35.29%

- Rf4 = 2.13.4

=0.6176 hRf4 = 0.6176 x 100% = 61.76%

Vial 46

- Rf1 = 1.23.4

=0.3529 hRf1 = 0.3529 x 100% = 35.29%

- Rf2 = 2.53.4

=0.7352 hRf2 = 0.7352 x 100% = 73.52%

Hasil Rf KLT Hasil Kromatografi Kolom

Nod

a

Nilai Rf Fraksi Yang Di KLT

2 6-11 16 21-26 31-36 41 46

1. 0.5714 0.1428 0.1428 0.1714 0.0588 0.088

2

0.3529

2. 0.9428 0.3142 0.2857 0.2571 0.1764 0.205

8

0.7352

3. — 0.4000 0.3714 0.3714 0.2941 0.352

9

4. — 0.5428 0.4571 0.5142 0.5294 0.617

6

5. — 0.6571 — 0.7142 — — —

20

Page 21: Laporan Prak. Fitokimia II

6. — 0.9428 — 0.9714 — — —

BAB III

(PEMBAHASAN)

21

Page 22: Laporan Prak. Fitokimia II

BAB IV

(KESIMPULAN)

22

Page 23: Laporan Prak. Fitokimia II

DAFTAR PUSTAKA

23