laporan dk 6 gha
DESCRIPTION
laporan DKTRANSCRIPT
Respon imun yang terjadi pada saat pemberian vaksin dimulai dari adanya paparan antigen (saat
vaksin disuntikkan). Segmen antigen tertentu akan dibawa oleh APC (Antigen Presenting Cell) seperti sel
dendritik menuju nodi limfatici terdekat, yang merangsang aktivasi sel fagosit dan sel T helper naïve.
Dengan adanya komunikasi dan feedback, akhirnya sel B naïve juga teraktivasi menjadi Sel B efektor (sel
plasma) dan melaksanakan pembentukan antibodi yang sesuai segmen antigen terkait. Kemudian sel T
cytotoxic mencari patogen dan menyerangnya dengan cara fagositosis atau mengeluarkan senyawa
kimia yang bersifat lisis. Antibodi yang telah diproduksi kemudian juga menyerang antigen tersebut,
sehingga akhirnya antigen berhasil dilumpuhkan dan tubuh kita telah siap menghadapi antigen serupa di
masa mendatang karena sudah terbentuk memori akan antibodi yang sesuai (Martini et al, 2012).
(Anonim, 2006)
Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme lain yang telah mati
atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin kemudian merangsang sistem kekebalan
tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan organisme tersebut (tengah). Lain waktu saat
organisme tersebut kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang dan
akan menghentikan infeksi (kanan). (Anonim, 2006)
Berdasarkan jumlah paparan yang menginfeksi manusia, pertahanan tubuh manusia dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Respon Primer
Respon primer merupakan respon pertama yang dilakukan oleh sistem imunitas tubuh
manusia ketika terpapar oleh antigen. Proses ini terjadi jika antigen baru pertama kali
masuk ke dalam tubuh manusia. Prinsip inilah yang digunakan vaksin. Jadi, ketika vaksin
masuk, maka antigen yang ada pad vaksin akan diproses dengan jalan seperti berikut ini:
a. APC : Antigen Presenting Cell
Pada proses ini, antigen akan dikenali oleh berbagai sel yang fungsinya untuk
mengenali benda asing yang masuk. Berbagai sel tersebut adalah : sel dendrit, sel
macrophage, dan sel limfosit B. Sel dendrit kemudian akan mengaktifkan sel T naif
untuk keluar.
b. Pengaktifan sel T
c. Pengaktifan sel B
Pada poses pengaktifan sel B inilah akan dihasilkan antibodi yang merupakan
perkembangan dari plasma sel (sel B yang telah dewasa)
d. Proliferasi
Proliferasi ini merupakan proses yang berupa efek dari penghasilan antibodi. Proliferasi
ini menyangkut 2 mekanisme, yaitu :
1. Mekanisme Seluler : Mekanisme ini berlangsung pada internal sel.
2. Mekanisme Humoral : Mekanisme ini berlangsung pda cairan tubuh manusia.
2. Respon Sekunder
Seperti yang dikatakan sebelumnya, vaksin menggunakan prinsip respon primer guna
pembentukan antibodi pada antigen yang terpapar dalam tubuh manusia. Jika proses
respon primer ini sudah dilaksanakan, maka sistem imunitas akan menjadikan memori guna
sebagai pencegahan jika suatu saat nanti tubuh manusia terpapar pada antigen yang sama.
Proses tersebut bisa dikatakan sebagai respon sekunder dimana sistem imunitas hanya
perlu melakukan sebagian kecil dari proses yang ada pada respon primer sebagai cara untuk
mempertahankan tubuh dari serangan antigen.
Cara Mendapatkan Antibodi
Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu
kekebalan aktif dan pasif.
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif terjadi apabila tubuh memperoleh sistem imun secara aktif dan menghasilkan
respons imun utama. Kekebalan aktif terjadi melalui dua cara, yaitu kekebalan alami dan vaksinasi.
Kekebalan alami diperoleh jika tubuh menderita sakit dan cepat pulih kembali. Respons imun utama
terjadi selama tubuh sakit, sehingga respon sekunder akan meningkat setiap waktu, dan akhirnya tubuh
akan terlindungi dari penyakit. Kekebalan alami akan berkembang selama penyakit menyerang. Setelah
tubuh pernah terkena penyakit, maka selanjutnya tubuh akan kebal. Cara kedua, yaitu kekebalan
diperoleh karena pemberian vaksin. Dengan pemberian vaksin, memicu tumbuhnya sistem kekebalan
tubuh terhadap jenis antigen yang diberikan dalam vaksin.
Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit
penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan
cara membentuk antibodi. Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B
(B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang
berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan
membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak,
dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya. Sel B ini juga
mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh
dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh
maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu
cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa.
Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker,
serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis.
Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil
antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B.
Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Sel limfosit yang
melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B. Baik sel B maupun sel T
dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B
merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen
dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi
dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang
memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen. Saat antigen berikatan dengan reseptor
yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan
populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem
humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan
sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen.
2) Kekebalan Pasif
Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan
berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau benda
asing. Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada di dalam
kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang
dimiliki ibunya. Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan
suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem
kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi tubuh
masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari
atau beberapa minggu saja.
b. Struktur Antibodi
Jenis kekebalan pasif ini adalah mekanisme pertahanan tubuh yang tidak dirangsang. Kekebalan
ini dilakukan dengan memberikan zat antitoksin. Zat antitoksin suatu zat pertahanan kimia diberikan
langsung ke dalam tubuh. Contohnya, jika seorang anak menderita sakit yang membahayakan dan
sebelumnya belum pernah diimunisasi. Maka anak tersebut akan diberi atau disuntik pencegahan.
Kekebalan ini hanya bersifat sementara.
Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat
dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan
kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan
ikatan disulfida (–s–s–) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino
dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi antigen-antibodi berada
pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun.
Struktur antibodi dapat Anda amati pada Gambar 11.6 di samping ini untuk memudahkan dalam
membayangkan bentuk antibodi.
Gambar 11.6 Model struktur antibodi
c. Cara Kerja Antibodi
Bagaimanakah antibodi dikeluarkan oleh tubuh? Langkah pertama adalah penelanan antigen
yang masuk ke dalam tubuh oleh sel-sel fagosit (makrofag), selanjutnya dengan suatu cara tertentu sel-
sel fagosit berinteraksi dengan limfosit . Terkadang sebelum antigen masuk, tubuh telah memiliki
limfosit yang mampu mengenali antigen tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan adanya proses fagositosis.
Dengan adanya fagositosis maka limfosit akan menyatu dengan antigen. Menyatunya antigen dengan
limfosit terjadi di reseptor di permukaan sel yang identik sampai akhirnya antibodi dikeluarkan. Sekali
antigen melekat pada reseptor limfosit yang sesuai akan merangsang limfosit menghasilkan limfoblas
dan akhirnya berkembang menjadi sel-sel plasma. Sel-sel plasma inilah yang akan menghasilkan
antibodi.
Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi
pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh
sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi.
1) Netralisasi
Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga
menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya
netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi.
2) Penggumpalan
Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang
memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibodi memiliki
sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan antigen-antigen yang
berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk
menangkap dan memakan bakteri secara cepat.
3) Pengendapan
Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen
yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat
diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya.
4) Aktifasi Komplemen
Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan
terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran
sel asing dan dapat terjadi lisis. Sistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah
dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon sekunder
dalam sistem imun yang berkaitan dengan memori imun. Berikut ini adalah gambaran respon primer
dan sekunder. Setelah injeksi antigen A yang kedua, respon imun sekunder jauh lebih besar dan lebih
cepat daripada respon primer. Dengan demikian respon sekunder sebenarnya lebih penting peranannya
dalam sistem imun.
Imunodefisiensi dan Alergi
Apabila respons kekebalan sangat rendah atau bahkan hilang, seseorang dikatakan
mengalamiimuniodefisiensi. Imunodefisiensi menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bibit penyakit.
Orang yang mengalami imunodefisiensi tiba-tiba mudah terinfeksi mikroba. Pada beberapa kasus, tiba-
tiba menderita kanker. Imunodefisiensi terjadi mungkin karena dirusaknya sel B atau sel T, atau
keduanya. Sel B dan sel T adalah sel-sel yang dihasilkan oleh limfosit yang berperan dalam merusak
antigen. Melalui percobaan terhadap hewan, didapati apabila sel T dan sel B dipulihkan, fungsi
kekebalan tubuh pun pulih kembali. Banyak penderita imunodefisiensi ditransplantasi kelenjar thymus
dan sumsum tulang, kemampuan imunitasnya pulih. Tentu kita semua memahami tentang penyakit
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom). Mereka menjadi salah satu fokus dan prioritas utama
masyarakat untuk disembuhkan. Penderita AIDS dapat terjangkit segala macam penyakit. Penyakit
ringan pun dapat menjadi pembunuh mereka.
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan alergi? Contohnya, apabila anda makan tiram maka
timbul gatal-gatal pada kulitmu. Respon ini merupakan respon imun yang disebut alergi. Dalam
peristiwa alergi limfosit T sangat berperan, selain itu antibodi juga berperan. Apabila orang terkena
suatu alergen, antibodi IgE akan merangsang sel mast mengeluarkan histamin. Karena pengaruh
histamine ini, maka orang akan merasa gatal-gatal, kulit melepuh, kulit merah-merah, bersin-bersin, dan
mata bengkak. Untuk meringankan penderitaan ini, biasanya akan diberi antihistamin untuk
menghalangi efek histamin. (Budiyanto, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Bagaimana Kerja Vaksin. Available at: http://medicastore.com/med/artikel.php?
id=145&CID (diakses tanggal 23 Maret 2013)
Budiyanto. 2012. Sistem Imunitas Spesifik (Pertahanan Tubuh). Available at:
http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xi-biologi/sistem-imunitas-spesifik-pertahanan-tubuh/
(diakses tanggal 23 Maret 2013)
Martini, Frederic H., Judi L. Nath, Edwin F. Bartholomew. 2012. Fundamentals of Anatomy and
Physiology. Ninth Edition. San Fransisco: Pearson Education, Inc.