dk kasus 1

36
BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, banyak kita temui dokter-dokter yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Karena 1ocial1 banyak nya pasien setiap hari nya, sang dokter tidak sempat meluangkan waktu nya untuk mengupdate informasi terbaru mengenai dunia kedokteran , sehingga kebanyakan dokter-dokter tersebut kewalahan dengan kasus-kasus baru karna hanya berpedoman dengan ilmu yang ia peroleh sewaktu kuliah saja. Oleh karena itu, para dokter di tuntut memiliki mawas diri sebagai seorang dokter. Dimana definisi mawas diri bagi seorang dokter ialah kondisi dimana seorang dokter wajib menginstropeksi dirinya mengenai cara kerja dokter tersebut. Bagaimana sang dokter membagi waktu nya bukan hanya untuk praktek, tapi juga menyempatkan diri mengupdate informasi terbaru dengan berbagai cara. Dengan hal tersebut, seorang dokter mendapat SKP (satuan kredit partisipan) sebagai salah satu syarat memperpanjang surat izin praktek ( SIP ). Dengan cara itu, dokter bukan hanya dapat menambah pengetahuan nya, namun sang dokter pun ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat guna mendekat kan diri dengan masyarakat. 1

Upload: shelly-sellot-sommerfeld

Post on 08-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KASUS KODE ETIK

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, banyak kita temui dokter-dokter yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Karena ocial banyak nya pasien setiap hari nya, sang dokter tidak sempat meluangkan waktu nya untuk mengupdate informasi terbaru mengenai dunia kedokteran , sehingga kebanyakan dokter-dokter tersebut kewalahan dengan kasus-kasus baru karna hanya berpedoman dengan ilmu yang ia peroleh sewaktu kuliah saja.

Oleh karena itu, para dokter di tuntut memiliki mawas diri sebagai seorang dokter. Dimana definisi mawas diri bagi seorang dokter ialah kondisi dimana seorang dokter wajib menginstropeksi dirinya mengenai cara kerja dokter tersebut. Bagaimana sang dokter membagi waktu nya bukan hanya untuk praktek, tapi juga menyempatkan diri mengupdate informasi terbaru dengan berbagai cara. Dengan hal tersebut, seorang dokter mendapat SKP (satuan kredit partisipan) sebagai salah satu syarat memperpanjang surat izin praktek ( SIP ).

Dengan cara itu, dokter bukan hanya dapat menambah pengetahuan nya, namun sang dokter pun ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat guna mendekat kan diri dengan masyarakat. 1.2 KASUSDokter x (30 tahun) sudah lulus dokter sejak 5 tahun lalu, dan praktek umum di rumahnya. Karena kesibukannya dalam berpraktek dimana pasiennnya sangat banyak, ia tidak pernah memiliki waktu untuk membaca jurnal-jurnal kedokteran yang baru, dan juga jarang menghadiri seminar-seminar kedokteran. Ketika ia mengajukan pembaruan ijin prakteknya, ternyata ditolak karena skp miliknya sangat kurang.sebelum inipun ia beberapa kali menghadapi permasalahan pasien yang tidak bias ditanganinya, sehingga ia langsung merujuknya ke dokter spesialis. Tidak jarang dokter-dokter spesialis tersebut menegur dirinya, mengapa harus dirujuk karena permasalahan tersebut seharusnya merupakan kompetensi dokter umum untuk mengatasinya.

1.3 CLARIFY UNFAMILIAR TERMS

1. SKP

: Satuan kredit partisipasi

2. Mawas Diri

: Mengoreksi/memeriksa diri/mengintropeksi diri13. Jurnal Kedokteran : Catatan akhir penelitian

4. Pembaruan Izin : Perpanjangan izin

5. Seminar Kedokteran : Salah satu kegiatan ilmiah dalam bentuk perkumpulan

1.4. DEFINE THE PROBLEM

1. Berapa SKP yang harus dimiliki dokter umum?

2. Bagaimana cara mendapatkan SKP?

3. Berapa lama jangka waktu pembaruan izin praktek?

4. Dimana mendapatkan sertifikat IDI?

5. Apa tujuan SKP?

6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mawas diri dokter?

7. Apa saja contoh masalah penyakit pasien yang tidak bisa ditangani dokter?

8. Sebutkan contoh-contoh seminar kodokteran?

9. Kenapa dokter tidak dapat menangani penyakit pasien?

10. Bagaimana cara memperbaiki prilaku dokter indonesia?

11. Bagaimana cara dokter yang tinggal di pedesaan agar tetap bisa mendapatkan informasi terbaru (UPDATE)

12. Apa saja syarat-syarat izin praktek?

13. Apa peranan IDI pada dokter umum?

14. Apa yang seharusnya IDI lakukan terhadap dokter x?

15. Mawas diri apa yang harus dimiliki dokter dari segi agama,sosial dan hukum?

16. Apa saja hak dan kewajiban dokter juga pasien?

17. Mengapa masyarakat indonesia lebih memilih berobat ke luar negri dari pada berobat di indonesia

18. Bagaimana cara untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan dokter di indonesia agar tidak lagi berobat ke luar negri?

1.5. BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION

1. SKP Dokter umum 250 SKP dalam 5 tahun

2. Cara mendapatkan SKP :

a. melalui seminar/pelatihan-pelatihan

b. adanya sertifikat kompetensi dari IDI

c. memiliki tempat prakik.

d. melaksanakan ketentuan etika profesi dokter

3. jangka waktu pembaruan izin praktek 5 tahun

4. sertifikat IDI di dapatkan di DINAS KESEHATAN

5. Tujuan SKP:

a. memperbarui izin praktek.

b. mendapatkan informasi terbaru (update)

c. mengurangi adanya malpraktek

d. agar kompetensi dokter semakin tinggi

e. agar kepercayaan masyarakat terhadap profesi dokter kembali membaik

f. mengetahui keahlian dokter

6. Faktor yang mempengaruhi mawas diri dokter

a. agama:sumpah dokter

b. diri sendiri:kesadaran diri akan kesalahan

c. hukum:UUD yang mengatur serta memberikan saknsi yaitu UU NO 29 tahun 2004

d. lingkungan: nasehat/masukan dari IDI ,orang terdekat dan pasien

7. Penyakit pasien yang tidak bisa ditangani dokter umum:

a. komplikasi jantung

b. DBD

c. persalinan

8. Seminar kedokteran :

a. penyuluhan tenteng lingkungan

b. narkoba

9. Penyebab dokter tidak bisa menangani penyakit pasien:

a. Kurangnya mengupdate informasi terbarub. kurang membangun relasi dengan pasien

c. kurang nya waktu berkomunikasi

d. karena penyakit telah diluar wewenang dokter tsb10. cara memperbaiki prilaku dokter indonesia:

a. memberikan surat terguran dari IDI

b. menyarankan agar membaca jurnal,agar mengetahui informasi terbaru(update)

c. menberikan efek jera pada sang dokter

11. Cara dokter yang tinggal di pedesaan mendapatkan informasi terbaru:

a. membuat proposal agar dapat mengakses internet di pedesaan

b. mengadakan kerja sama antar desa lain untuk mengadakan seminar

c. dengan layanan website dokter-online yang dapat di akses lewat internet/hp

12. Syarat izin praktek:

a. surat tanda selesai masa pengabdian

b. foto

c. izin dinas kesehatan setempat

d. surat pengantar dari IDI

13. Peranan IDI pada dokter umum:

a. memberi peringatan dokter indonesia

b. mengawasi dokter indonesia

c. memberi penilain pada dokter indonesia

14. Yang harus IDI lakukan terhadap dokter x adalah menegur dokter x dan memberi peringatan

15. mawas diri yang harus dimiliki seorang dokter dari segi agama,sosial dan hukum.

16. HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER JUGA PASIEN

Dalam memberikan pelayanan kedokteran,dokter mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana tercantum dam UU RI NO 29 tahun 2004 TENTANG PRAKTEK DOKTER

HAK DOKTER

1. Kekuasaan/wewenang dokter untuk mendapatkan/memutuskan untuk berbuat sesuatu

2. Hak memperoleh perundangan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai denagan standar profesi dan standar prosedur operasional

3. Hak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan profesi dan etika

4. Hak atas privacy

5. Hak untuk diperlakukan adil dan jujur,baik oleh rumah sakit maupun pasien

6. Hak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/keluarganya

KEWAJIBAN DOKTER

1. Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai hukum antara dokter tersebut dengan rumah sakit

2. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien

4. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

5. Wajib menjunjung tinggi,menghayati dan mengutamakan sumpah dokter dan kode etik kedokteran indonesia

HAK PASIEN

1. Hak atas pelayanan manusiawi adil dan jujur

2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai standar profesi kedokteran

3. Hak untuk memperoleh informasi atau penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.

KEWAJIBAN PASIEN

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada dokter yang merawat

2. Mematuhi ketentuan atau peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah sakit

3. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter

4. Melunasi semua imbalan jasa staf pelayanan yang di terima17. Penyebab masyarakat indonesia lebih memilih berobat keluar negri:

Kurangnya pelayanan medis dan kemampuan tenaga medis di indonesia

Kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter indonesia18. Cara untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan dokter di indonesia agar tidak lagi berobat ke luar negri:

Memberi pelayanan yang baik

Mengerti kebutuhan pasien akan kebutuhan pasien1.6. ARRANGE EXPLANATIONS INTO TENTATIVE SOLOTIONS

1.7 Define learning objectives

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian mawas diri.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu kompetensi dokter.

3. Mahasiswa mengetahui berapa jumlah SKP yang pasti bagi seorang dokter.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan factor yang mempengaruhi mawas diri dari segi agama, diri sendiri, hokum dan lingkungan.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan hak dan kewajiban dokter dan pasien.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan apa-apa saja syarat izin dokter.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu MKEK.

8. Mahsiswa mampu menjelaskan apa itu KKI.

2.1. SYNTHESIZE AND TEST ACQUIRED INFORMATION1. MAWAS DIRI: Mengoreksi/intropeksi diri12. kompetensi dokter indonesia adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang medis.5,63. Faktor yang mempengaruhi mawas diri dokter dari segi

a. Agama:sumpah dokter

b. Diri sendiri:kesadaran diri akan kesalahan

c. Hukum:uud yang mengatur serta memberi sanksi yaitu uu no 2009 th 2004

d. Lingkungan: nasehat/masukan dr orng terdekat/keluarga

4. Jumlah SKP yang pasti adalah 250 SKP 65. Syarat izin dokter

a. KTP

b. Surat penugasan

c. Surat rekomendasi IDI

d. Pas fotoe. Prosedur:mengajukan permohonan kepada kantor departemen kesehatan sesuai dengan persyaratan yang berlaku 76. MKEK(majelis kehormatan etikkedokteran indonesia) adalah cabang ikatan dokter indonesia yang mengatur kode etik kedokteran indonesia serta pedoman pelaksanaan kode etik tsb. 4Konsil kedokteran indonesia ialah suatu badan IDI yang mengurusi kompetensi dokter Indonesia 1

2.2 Informasi baru

1. Mawas Diri Dunia Kedokteran Indonesia Rabu, 11 Apr 2007 12:46:40

Pdpersi, Jakarta - oleh :Dr Widodo Judarwanto SpA

Presiden SBY memprihatinkan peningkatan perilaku masyarakat yang berobat ke luar negeri. Demikian salah satu masalah yang disampaikan dalam siaran pers presiden setelah menghadiri rapat kerja di Departemen Kesehatan, Selasa tanggal 13 Maret 2007 (http://www.presidensby.info). Hal ini mungkin menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah. Tampaknya bukan hanya mengakibatkan masalah ekonomi tetapi juga menyangkut harga diri bangsa. Mengapa tenaga dokter dari anak bangsa tidak dipercaya masyarakatnya sendiri?

PERSAINGAN GLOBAL Sebuah fakta menyebutkan, pejabat rumah sakit pemerintah negara tetangga mengatakan lebih dari seratus ribu warga Indonesia berobat ke Singapura setiap tahunnya. Selain Singapura, pasien asal Indonesia juga mendominasi di sejumlah rumah-rumah sakit di Malaysia dan Ghuang Zou Cina. Jumlah devisa negara yang tersedot ke RS-RS luar negeri mencapai US$600 juta setiap tahunnya. General Manager National Healthcare Group International Business Development Unit (NHG IBDU) Kamaljeet Singh Gill mengungkapkan, sebanyak 50% pasien internasional yang berobat ke Singapura adalah warga Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun, setiap tahunnya, wisatawan medis atau medical tourist yang berobat ke Singapura mencapai 200.000 per tahun.

Data lainnya menunjukkan, jumlah pasien Indonesia yang berobat di RS Lam Wah Ee Malaysia mencapai 12.000 per tahun atau sekitar 32 pasien per hari. Sementara, di RS Adventist Malaysia jumlah pasien Indonesia yang terjaring mencapai 14.000 per tahun atau sekitar 38 pasien per hari.2. Sementara jumlah warga Sumatera Utara dan sekitarnya yang berobat ke Penang, Malaysia, mencapai seribu orang setiap bulannya.

MENGAPA TERJADI Faktor penyebab terjadinya peningkatan kebiasaan berobat ke luar negeri sangat bervariasi. Pada umumnya masyarakat beranggapan hal itu terjadi karena kecanggiahn sarana medis dan kemampuan tenaga media di Indonesia yang kurang. Sebagian besar indikasi berobat ke luar negeri adalah bukan karena keterbatasan alat dan kemampuan dokter, tetapi karena permintaan keluarga pasien. Secanggih apapun sarana medis atau sepintar apapun dokternya tidak akan berarti bila tidak ada rasa percaya. Kepercayaan pasien terhadap dokter adalah kunci utama keberhasilan penanganan suatu penyakit.

Banyak opini menyebutkan, cara berkomunikasi dengan pasien dokter di Indonesia kalah jauh dibandingkan dokter di luar negeri. Padahal pasien dan dokter Indonesia berbahasa yang sama, bahasa Indonesia. Beberapa pasien mengungkapkan berobat di Singapura sangat puas, karena dapat berkonsultasi dengan dokter hingga 1 jam. Di Indonesia, seorang pasien dapat masuk ruang praktek dokter 15 menit saja sudah menjadi hal yang langka.

Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan partisipasi aktif peneliti dan dokter di Indonesia di forum ilmiah Internasional tidak terlalu menonjol dibandingkan negara tetangga. Tetapi kita juga harus bangga masih ada dokter Indonesia yang disegani dan diakui di dunia ilmiah internasional.

Permasalahan lain seperti maraknya kasus yang dicurigai malpraktek, masalah flu burung atau gizi buruk masih menjadi ganjalan. Meskipun hal itu bukan parameter bermakna yang menunjukkan dunia kedokteran Indonesia mundur. Tetapi, dunia kedokteran di Indonesia harus mawas diri dengan beberapa fenomena tersebut.

Dalam menghadapi era globalisasi beberapa negara maju membagi tenaga dokter menjadi pendidik atau dosen, klinikus atau dokter praktek dan peneliti. Di Indonesia secara ideal beban dokter pengajar sebagian besar adalah mengajar mahasiswa dan sebagian kecil penelitian dan edukasi masyarakat. Sedangkan dokter klinisi kegiatannya sebagian besar adalah melayani masyarakat, sebagian kecil penelitian dan edukasi masyarakat. Dokter peneliti sebagian besar kegiatannya adalah penelitian, sebagian kecil lainnya mengajar mahasiswa dan edukasi masyarakat.

Konsep pembagian fungsi dokter yang ideal ini, di Indonesia saat ini sulit terlaksana. Alasan utama adalah menyangkut masalah dukungan dana. Tidak dipungkiri, di Indonesia hanya menjadi seorang dokter peneliti atau pengajar sulit untuk dapat hidup layak. Sehingga pada umumnya di Indonesia seorang dokter harus merangkap ketiga fungsi itu secara bersamaan. Belum lagi ditambah dengan aturan membolehkan praktek di tiga tempat. Pada umumnya di negara maju dokter hanya diperbolehkan praktek di satu tempat. Meski dengan manajemen waktu yang paling canggih atau sepintar apapun dokternya. Bila menerima beban berat ini seorang dokter pasti sulit menghasilkan out come yang maksimal. Permasalahan di atas bertambah karena rasio dokter dengan masyarakat yang masih sangat kecil. Belum lagi dalam posisi tertentu dokter seperti dokter Puskesmas, sering dibebani tugas administrasi dan birokrasi yang banyak dan rumit.

Bagaimana kualitas pendidikan dokter bila dosennya sepanjang sore dan malam sudah letih praktek di 3 tempat ? Bagaimana kuantitas dan kualitas penelitian bila ketiga fungsi yang menyita waktu itu dikerjakan secara bersamaan ? Bagaimana kualitas komunikasi dokter dengan pasien bila sebelumnya harus praktek di banyak tempat, pasien banyak atau setelah letih mengajar ? Buruknya komunikasi diyakini sebagai penyebab rendahnya kualitas dokter di Indonesia dan penyebab utama kasus yang dicurigai malpraktek. Bagaimana layanan medis di Puskesmas bila dokter harus setiap hari dihadapkan pada acara rapat dan birokrasi yang melelahkan. Sebenarnya kita harus kagum dengan profil dokter di Indonesia, yang bisa sukses di semua fungsi tersebut. Tetapi tidak banyak orang untuk bisa menjadi manusia super seperti itu.

Dokter sudah terlanjur dianggap masyarakat sebagai profesi sosial oleh masyarakat. Dokter juga manusia, membutuhkan kehidupan layak seperti profesi lainnya. Tetapi bila dokter memberikan tarif yang agak mahal, langsung divonis mata duitan. Tetapi masyarakat tidak akan pernah memvonis negatif bila profesi pengacara dengan tarifnya yang jutaan hingga ratusan juta. Kecenderungan dominasi pertimbangan materi ini, nantinya akan diperumit oleh semakin tingginya pendidikan dokter umum atau dokter spesialis saat ini. Bayangkan untuk sekolah dokter dan dokter spesialis harus menghabiskan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah.

MAWAS DIRI Melihat kondisi yang demikian kompleks permasalahan dunia kedokteran di Indonesia ini sepertinya sulit terpecahkan. Tetapi hal ini bukan alasan untuk dapat meningkatkan kualitas dunia kedokteran di Indonesia. Pemerintah dan institusi profesi harus segera bekerjasama untuk merumuskan modifikasi pembagian fungsi dokter pendidik, peneliti dan klinisi secara tegas. Dengan tetap mempertimbangkan kehidupan yang layak bagi tugas yang dibebankan.

Aturan satu tempat praktek untuk dokter klinisi atau dua tempat untuk dokter pengajar di rumah sakit pendidikan mungkin bisa mengurangi permasalahan yang ada. Kecuali dokter yang berpraktek di daerah dengan keterbatasan tenaga dokter. Dengan membuat aturan satu tempat praktek sebenarnya tidak akan mengurangi lahan dokter. Karena secara alamiah pasien akan tetap mencari karisma dan profesionalitas dokter tertentu dimanapun tempatnya. Dalam hal manajemen waktu dan kualitas layanan akan menguntungkan tugas dokter dan kepentinganpasien.

Pendidikan kedokteran di Indonesia yang mencetak dokter masa depan juga harus mawas diri. Peningkatan kualitas dokter yang berorientasi ilmiah dengan basis penelitian, menggunakan kemajuan teknologi dan meningkatkan pendidikan moral. Pendidikan dokter umum dan spesialis tidak harus dengan biaya tinggi. Karena, mengurangi kesempatan calon mahasiswa tidak mampu yang berkualitas tetapi juga mengurangi perilaku profesi anti sosial di masa depan. Seleksi penerimaan calon dokter dan dokter spesialis harus transparan, bukan hanya mempentingkan kalangan sendiri. Tampaknya hal yang ideal ini dalam waktu dekat sulit diwujudkan. Tetapi bila ada kemauan maka akan tercipta dunia kedokteran Indonesia yang berkualitas dan dipercaya masyarakatnya. Dokter masa depan adalah mengutamakan profesionalitas, bertehnologi tinggi, beretika dan berkomunikasi baik dengan pasiennya. Sehingga keprihatinan presiden SBY tentang perilaku masyarakat yang berobat di luar negeri dapat diminimalkan.

3. MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PP No. 1 Tahun 1988, LN. 1988-1.

Anotasi:

Dg. ini PP No. 36/1964 tentang Pendaftaran Ijazah Dan Pemberian Izin Pelaksanaan Pekerjaan Dokter/Dokter Gigi/Apoteker dinyatakan tidak berlaku lagi. (Lihat pasal 16 PP. ini).Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068)

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana (Lembaran) Negara Tahun 1961 Nomor 207, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2270);

4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576);

BAB I. KETENTUAN UMUM

Pasal 1. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Dokter dan dokter gigi adalah dokter umum dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan dokter gigi spesialis;

2. Surat Izin Praktek (SIP) adalah izin yang diberikan kepada dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan;3. Masa bakti adalah masa pengabdian profesi dokter dan dokter gigi dalam rangka menjalankan tugas yang diberikan oleh Pemerintah pada suatu sarana kesehatan;

4. Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

BAB II. PELAPORAN

Pasal 2.

1. Pimpinan Perguruan Tinggi wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri Kesehatan yang berisikan daftar dokter dan dokter gigi yang baru lulus, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah diberikannya Ijazah asli.

2. Berdasarkan laporan sebagaimaa dimaksud dalam ayat (1) Menteri atau Pejabat yang ditunjuk meminta kepada dokter dan dokter gigi yang bersangkutan untuk melengkapi persyaratan dalam rangka penugasan masa bakti.

3. Dokter dan dokter gigi lulusan Perguruan tinggi luar negeri wajib melaporkan diri kepada Departemen Keehatan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah tiba di Indonesia.

4. Ketentuan mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur oleh Menteri.

Pasal 3.

1. Dokter dan dokter gigi yang telah melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diberikan Surat penugasan.

2. Surat Penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberikan kewenangan kepada dokter dan dokter gigi untuk dapat melakukan pekerjaan sebagai dokter atau dokter gigi dalam rangka pelaksanaan masa bakti dan sekaligus merupakan dasar bagi pengajuan permintaan izin praktek.

BAB III MASA BAKTI

Pasal 4.

1. Dokter dan dokter gigi wajib melaksanakan masa bakti sekurang-kurangnya dalam waktu sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangundangan dan selama-lamanya 5 (lima) tahun.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan untuk daerah tertentu, yang tempat dan masa baktinya ditetapkan oleh Menteri.

3. Masa bakti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan di sarana kesehatan milik Pemerintah, di sarana kesehatan milik swasta yang ditunjuk oleh Pemerintah, di Perguruan tinggi sebagai staf pengajar, dan di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

4. Ketentuan mengenai masa bakti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri, dan masa bakti di lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajar diatur oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia diatur oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan Menteri Pertahanan Keamanan dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Pasal 5.

1. Dokter dan dokter gigi yang telah selesai menjalankan masa bakti dapat mengikuti pendidikan spesialisasi.

2. Ketentuan mengenai tata cara dan syarat-syarat administrasi mengikuti pendidikan spesialisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pasal 6.

1. Dokter dan dokter gigi yang telah menyelesaikan pendidikan spesialisasi wajib melaksanakan masa bakti spesialis sekurang-kurangnya dalam waktu sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan untuk selama-lamanya 5 (lima) tahun.

2. Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku pula pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2).

3. Ketentuan mengenai masa bakti spesialis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

BAB IV. IZIN PRAKTEK

Pasal 7.

1. Dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktek wajib memiliki Surat Izin Praktek.2. Untuk memperoleh Surat Izin Praktek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dokter dan dokter gigi mengajukan permohonan kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.3. Surat Izin Praktek diberikakn oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk setelah memenuhi persyaratan:a. memiliki Surat penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;b. memiliki kemampuan jasmani dan rohani untuk menjalankan pekerjaan dokter atau dokter gigi;c. memiliki Surat Keputusan penempatan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan atau Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau Departemen Pertahanan Keamanan atau Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dalam rangka pelaksanaan masa bakti.4. Surat Izin Praktek (SIP) diberikan dengan memperhatikan asas pemerataan pelayanan Kesehatan, penyebaran dokter dan dokter gigi serta pelaksanaan masa bakti.

Pasal 8.

1. Permohonan Izin Praktek ditolak, apabila:a. daerah atau tempat praktek telah tertutup untuk praktek dokter dan dokter gigi;b. dokter dan dokter gigi menjalani pidana penjara;c. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3).

2. Daerah atau tempat tertutup untuk praktek dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 9.

Tata cara pemberian atau penolakan permohonan izin praktek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 diatur oleh Menteri.

Pasal 10.

1. Surat Izin Praktek (SIP) berlaku selama memenuhi persyaratan yaitu:a. dilaksanakan di daerah yang ditunjuk dalam Surat Izin Praktek;b. dokter dan dokter gigi yang bersangkutan tidak cacat jasmani dan/ atau rohani yang tidak memungkinkan untuk menjalankan pekerjaan dokter atau dokter gigi;c. tidak sedang menjalankan pidana penjara atau hukuman administratif.2. Surat Izin Praktek (SIP) yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan tidak berlaku oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB V. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 11.

1. Menteri atau pejabat yang ditunjuk, membina dan mengawasi dokter dan dokter gigi dalam menjalankan profesinya.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri dengan mengikutsertakan organisasi profesi yang terkait.3. Dokter dan dokter gigi selama menjalankan tugas profesinya, wajib menaati semua peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 12.

1. Dokter dan dokter gigi yang telah mendapatkan Surat Izin Praktek dilarang:a. menjalankan praktek di luar ketentuan yang tercantum dalam Surat Izin Praktek;b. memberikan atau meracik obat, kecuali suntikan;c. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan profesi dokter dan dokter gigi.

2. Bagi dokter dan dokter gigi yang menolong orang sakit dalam keadaan darurat atau yang menjalankan tugas di Puskesmas atau di daerah terpencil yang tidak ada apotik, dikecualikan dari larangan memberi atau meracik obat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b.

BAB VI. SANKSI

Pasal 13.

Dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 6 ayat (1) dikenakan pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana.Pasal 14.

1. Tanpa mengurangi ketentuan yang berlaku dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja atau kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (3) dan Pasal 12 ayat (1) dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa pencabutan Surat Izin Praktek untuk jangka waktu selama-lamanya 1 (satu) tahun, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat dimungkinkan pencabutan lebih dari 1 (satu) tahun.3. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB VII. KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 15.

1. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1964 tentang Pendaftaran Ijazah dan Pemberian Izin Menjalankan Pekerjaan Dokter/Dokter Gigi/Apoteker dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

2. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, Surat Izin Praktek Perorangan dan Surat Izin Praktek Perorangan semata-mata yang telah diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1964 masih tetap berlaku sampai habis masa waktu berlakunya.BAB VIII. KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16.

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1964 tentang Pendaftaran Ijazah Dan Pemberian Izin Menjalankan Pekerjaan Dokter/Dokter Gigi/Apoteker, sepanjang mengenai dokter dan dokter gigi dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 17.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juni 1988.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Pebruari 1988.

3. Etik Profesi KedokteranEtik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter.

World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional.

Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis.Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian profesi).Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi).

Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar hanya akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.DAFTAR PUSTAKA

1. Moeloek, F. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. h. 22,41,44.2. Wahyu, Y. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Batam : Karisma. 2006. h. 311,421.3. Djojosugito, M. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta : Irama Widya. 20074. Suharto, G. Aspek Medikolegal Praktik Kedokteran. Semarang : Universitas Diponegoro. 20085. Dahlan, sofwan. Hukum Kesehatan Rambu-Rambu Bagi Profesi Dokter. Semarang : Universitas Diponegoro. 20036. Trihatanto. The Doctor Catatan Hati Seorang Dokter. Jakarta : Pustaka anggrek . 20097. SK Mendiknas No. 45/U/20028. UU No. 29 tahun 2004

9. Peraturan Mentri Kesehatan nomor 916/Menkes/VII/1997UU RI NO 29 th 2004

Sumpah Dokter

Hukum

Diri sendiri

Agama

Lingkungan

Faktor

IDI

Hak 4 kewajiban

Mawas diri

Organisasi

MKEK

Pasien

Dokter

Konsil

Kode etik

STR

Syarat

Pelanggaran

250 SKP

SKP

Kompetensi Dokter

Praktek Dokter

10