isi dk 10.3.2015

Click here to load reader

Upload: hennyhaalim

Post on 09-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ikm lanjutan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGHipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hipertensi adalah penyakit yang umum, tanpa gejala khusus, dan biasanya dapat ditangani secara mudah. Namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang lebih parah berupa: penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, infark serebri; gangguan fungsi ginjal tahap akhir, retinopati dan kematian dini.[1]American Society of Hypertension (ASH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu sindrom kardiovaskular yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Menurut ASH, penderita hipertensi dikelompokkan menjadi kelompok normal, hipertensi tahap 1, tahap 2, dan tahap 3.[2]Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting kematian dini di seluruh dunia. Sekitar 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi setiap tahunnya. Berdasarkan data WHO tahun 2008, prevalensi keseluruhan kasus hipertensi pada orang dewasa diatas usia 25 tahun sebesar 40%. Akibat pertumbuhan populasi dan peningkatan usia, angka pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pasien pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pasien di tahun 2008.Di wilayah Asia Tenggara 36% orang dewasa mengalami hipertensi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk kematian sekitar 1,5 juta jiwa tiap tahun di wilayah Asia Tenggara.[3, 4]Sampai saat ini, hipertensi juga masih merupakan tantangan besar di Indonesia.Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.[5]Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas pada tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi akibat berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, dan masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakithipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8%).[5]Berdasarkan data di Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, hipertensi menempati urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak selama kurun waktu Januari hingga Desember 2014. Dan menempati urutan pertama untuk kasus penyakit tidak menular terbanyak dengan jumlah kasus sebesar 2267. Dari Laporan Kunjungan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga, hipertensi mencapai jumlah 37, kedua terbanyak setelah BGM dengan jumlah 44 kasus.Dari seluruh kasus hipertensi di Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, terjadi peningkatan angka prevalensi pada kasus hipertensi yang tidak terkontrol yaitu sebesar 3% pada bulan Februari 2015 dibandingkan dengan bulan Januari 2015. Peningkatan terbesar terjadi di RT 01 RW 02 Kelurahan Kembangan Utara.

Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi penyebab meningkatnya angka hipertensi tidak terkontrol pada RT 01 RW 02 Kelurahan Kembangan Utara, perlu dilakukan pengumpulan data di masyarakat dan mencari solusi pemecahannya dengan diagnosa komunitas.

1.2 TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum :1. Meningkatkan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah terkontrol.2. Menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dengan mengendalikan tekanan darah

1.2.2. Tujuan Khusus :1. Diketahuinya masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara periode Januari-Februari 20152. Diketahuinya masalah-masalah penyebab meningkatnya jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara.3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek untuk meningkatkan jumlah pasien yang telah mendapatkan pengobatan hipertensi dari puskesmas mencapai tekanan darah terkontrol sebesar 5% pada bulan Maret 2015.

4. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. [5]2.1.2 Epidemiologi

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.[5]2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik (tabel 1.1) (Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2014, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia)Tabel 2.1.Klasifikasi Hipertensi menurut ESH/ESC Guidelines 2007KategoriTD SistolikTD Diastolik

Optimal < 120Dan/atau< 80

Normal 120129Dan/atau8084

Normal tinggi130139Dan/atau8589

Hipertensi tingkat 1140159Dan/atau9099

Hipertensi tingkat 2160179Dan/atau100109

Hipertensi tingkat 3( 180Dan/atau( 110

Hipertensi isolated systolic( 140Dan/atau< 90

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Klasifikasi Sistolik Diastolik

Normal < 120< 80

Prehipertensi 120-13980-89

Hipertensi tingkat 1140-15990-99

Hipertensi tingkat 2160100

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:1. Berdasarkan Penyebab a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.[5]b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya.Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).[5]2. Berdasarkan Bentuk a. Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, b. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), c.Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).[5]2.1.4 Patofisiologi

Curah jantung dan resistensi perifer adalah dua faktor penentu tekanan arteri. Curah jantung ditentukan oleh stroke volume dan denyut jantung; stroke volume berhubungan dengan kontraktilitas miokard dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh perubahan fungsional dan anatomis dari arteri kecil dan arteriol.[6]

Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi, seperti makanan asin, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin (RAS) dan sistem saraf simpatik.[7]2.1.4.1 Hemodinamik pada hipertensi

Keseimbangan antara curah jantung dan resistensi vaskuler perifer berperan penting dalam pengaturan tekanan darah normal. Pada hipertensi esensial, pasien mempunyai curah jantung normal namun terjadi peningkatan resistensi perifer. Resistensi perifer ditentukan oleh arteriol kecil. Kontraksi otot polos yang berkepanjangan mengakibatkan penebalan dinding pembuluh darah arteriol, sehingga menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang tidak dapat pulih kembali.[7]

Dimulai sejak remaja, bertambahnya usia menyebabkan terjadinya perubahan hemodinamik tekanan darah di dalam tubuh. Peningkatan tekanan darah sistol yang berbanding lurus dengan usia bersifat paralel dengan peningkatan tekanan darah diastol dan tekanan arteri rata-rata (MAP). Peningkatan tekanan pada sistol, diastol dan tekanan arteri rata-rata hingga usia 50 tahun disebabkan oleh adanya peningkatan resistensi periferal vaskuler. Setelah usia 50-60 tahun, tekanan diastol menurun dan tekanan deta jantung meningkat. Tekanan darah sistol mengalami peningkatan pada usia lanjut.[8]2.1.4.2 Sistem Renin-Angiotensin

Renin merupakan enzim yang dihasilkan oleh sel jukstaglomerular ginjal. Berbagai faktor seperti status volume, asupan natrium dan stimulasi saraf simpatik menentukan kecepatan sekresi renin. Hampir 20% pasien dengan hipertensi esensial mengalami penekanan aktivitas renin. Sekitar 15% pasien mengalami aktivitas renin di atas normal; peningkatan plasma renin ini meningkatkan tekanan arteri. Sistem renin angiotensin adalah salah satu sistem endokrin penting yang dapat mengatur tekanan darah secara elektif. Renin berperan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II pada paru-paru oleh enzim pengubah angiotensin (ACE).[7]

Angiotensin II adalah vasokintriktor kuat yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Angiotensin II juga menstimulasi pelepasan aldosteron dari bagian glomerulus kelenjar adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan air sehingga meningktkan tekanan darah.[7]2.1.4.3Sistem Saraf Otonom

Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik telah diimplikasikan sebagai prekursor utama hipertensi. Terjadi ketidakseimbangan beberapa neurotransmiter dan neuromodulator pada kondisi hipertensi, yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan peningkatan pelepasan noradrenalin dari pascasinap saraf simpatik. Pada subjek yang sensitif dan hipersensitif terhadap NaCl, asupan NaCl meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik. Stimulasi sistem saraf simpatik dapat menyebabkan kontriksi arteriolar dan juga dilatasi. Hal ini menyebabkan perubahan tekanan darah jangka pendek akibat stress. [7]2.1.5 Gejala

Gejala hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.[5]2.1.6 Tatalaksana

Target penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah < 140 / 90 mmHg. Untuk pasien dengan penyakit penyerta seperti diabetes melitus dan penyakit ginjal kronik, target penurunan tekanan darah adalah < 130/80 mmHg. Tatalaksana pada pasien hipertensi dapat berupa modifikasi gaya hidup dan terapi medikamentosa.[9]2.1.6.1 Modifikasi Gaya HidupPengobatan hipertensi tidak hanya mengutamakan pemberian obat-obat antihipertensi tetapi juga harus disertai perubahan pola hidup.[9]

2.1.6.2 Tatalaksana Medikamentosa

Penelitian besar membuktikan bahwa obat-obat antihipertensi utama berasal dari golongan:

Diuretik

ACE Inhibitor

Antagonis Kalsium

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Beta Blocker (BB)[9]Diuretik

Diuretik bekerja dalam meningkatkan eksresi air dan natrium sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraselular yang menurunkan kardiakoutput, kemudian mengakibatkan penurunan tekanan darah. Diuretik juga berperan dalam menurunkan resistensi perifer (dengan menurunkan natrium interstitial dan intrasel otot polos pembuluh darah yang mengakibatkan hambatan influks kalsium yang menyebabkan tekanan darah turun.[10]Diuretik diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai sedang, kombinasi dengan obat lain. Contoh obat golongan diuretik adalah:

Tiazid : HCT, indapamid

Diuretik kuat : furosemid, bumetamid, asam etakrinat.

Diuretik hemat kalium: amilorid, triamteren, spironolakton.[10]Tiazid

HCT diindikasikan untuk monoterapi terhadap hipertensu ringan sampai sedang, terapi kombinasi, pasien dengan kadar renin rendah. Dosis dimulai dari 12,5 mg, maksimal 25 mg per hari, digunakan satu kali sehari pada pagi hari. Dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan hipokalemia. Selain itu efek samping dari HCT lainnya berupa : hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesia, hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperlipidemia, dan gangguan fungsi seksual pada pria. Waktu paruh HCT 10-12 jam dengan efek hipotensif terlihat setelah 2 sampai 3 hari. Obat ini juga efektif menurunkan risiko KV, tetapi tidak efektif untuk gangguan fungsi ginjal.[10]Diuretik kuat

Diuretik kuat dalam menurunkan tekanan darah, bekerja pada menghambat kotransport natrium, kalium, clorida di ansa henle asenden bagian epitel tebal dan serta menghambat resorpsi air dan elektrolit. Diuretik kuat bekerja cepat dan berefek lebih kuat sehingga jarang digunakan sebagai antihipertensi kecuali untuk gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung.[10]Oleh karena waktu paruh tergolong singkat, maka dosis yang digunakan sebanyak 2 sampai 3 kali sehari dengan dosis 20-80 mg per hari (maksimal 240 mg perhari pada gangguan ginjal atau gagal jantung).Contok diuretik kuat adalah furosemid, torasemid, bumetamid, dan asam etakrinat. Efek samping yang dapat timbul pada golongan ini mirip tiazid kecuali hipokalsemia dan hiperkalsiuria.[10]

Diuretik hemat kalium

Bekerja dalam menghambat antiport natrium dan kalium (reabsorpsi natrium dan sekresi kalium) dengan antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorid) dalam menurunkan tekanan darah. [10]Diuretik hemat kalium diindikasikan sebgaai kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia, hiperaldosteronisme primer (sindrom conn) sebagai antagonis aldosteron. Dosis pengunaan adalah 25 sampai 100 mg per hari maksimal 400 mg per haari.Efek samping obat golongan ini adalah hiperkalemia, dan untuk spironolakson dapat berefek samping ginekomastia; mastodinia; gangguan menstruasi; dan penurunan libido. [10]Beta-bloker

Dalam menurunkan tekanan darah obat ini bekerja pada penghambatan reseptor beta-1 dengan penurunan frektuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan cardiacoutput, menghambat sekresi renin sheingga menurunkan produksi angiotensin II, mempengaruhi saraf simpatis, perubahan sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer, serta peningkatan sintesis PgI2. [10]Diindikasikan terutama pasien usia muda (tidak lanjut usia) dengan hipertensi ringan sampai sedang terutama pada penyakit jantung koroner, hipertensi dengan aritmia supraventrikel, pasien muda dengan sirkulasi hiperdinamik, dan pasien dengan terapi antidepresan trisiklik atau antipsikosis. Pilihan beta-bloker adalah atenolol, metoprolol, labetalol dan karvedilol. [10]Atenolol berekrja sebagai kardioselektif daan penetrasi sistem saraf pusat minimal sehingga efeksamping sentral termasuk rendah.Dosis atenolol 50 sampai 100 mg, satu kali sehari.Dosis metoprolol 50 sampai 100 mg, dua kali sehari dan termasuk kurang selektif.Labetalol dan karvedilol berefek vasodilatasi karena nonselektif sehingga mengurangi rasa dingin ekstremitas, hipotensi postural. [10]Penghentian beta-bloker tidak boleh mendadak, oleh karena dapat menyebabkan rebound hypertension, kambuh serangan angina, infark miokard pasien angina pektoris. Adapun efeksamping beta-bloker adalah bradiaritmia, blokade AV, hambatan nodus SA, menurunkan kekuatan kontraksi miokard, bronkospasme, depresi, mimpi buruk, halusinasi, gangguan fungsi seksual (beta-bloker non selektif), dan menutupi gejala hipoglikemia[10].

Beta-bloker dikontraindikasikan terhadap apsien dengan bradikardia, blokade AV derajad 2 & 3, sick sinus syndrome, gagal jantung belum stabil, asma, PPOK, dan pasien yang menggunakan insulin atau obat anttidiabetes oral.[10]ACE-Inhibitor

Ada 2 kelompok :

1. Kerja langsung : captopril, lisinopril

2. Prodrug : enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, fosinopril, di dalam tubuh akan diubah ke dalam bentuk aktif. [10]

Cara kerja :

Menghambat konversi Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan aldosterone diikuti ekskresi air dan Na yang membantu penurunan volume darah kemudian tekanan darah namun disertai retensi K.

Menghambat degradasi bradikinin sehingga jumlah bradikinin dalam darah meningkat yang diikuti dengan vasodilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Menurunkan resistensi perifer tanpa refleks takikardi. [10]Indikasi :

Hipertensi ringan-berat

Hipertensi dengan gagal jantung kongestif

Hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner

Hipertensi pada DM, dislipidemia dan obesitas, penyakit ginjal kronik

Krisis hipertensi (kaptopril, enalaprilat) [10]Efek samping :

Hipotensi

Batuk kering

Hiperkalemia

Rash

Edema angioneurotik

Gagal ginjal akut

Proteinuria

Teratogenik : gagal ginjal dan kematian fetus[10]Kontraindikasi : stenosis arteri renalis. [10]Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Yang termasuk dalam golongan ini adalah losartan, valsartan, irbesartan, telmisartan, candesartan.Mekanisme kerja sebagai antagonis reseptor angiotensin II sehingga menghambat efek angiotensin II (vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan simpatis) yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Cara kerja ini mirip dengan ACE inhibitor namun tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin sehingga tidak ada efek samping berupa batuk kering dan angioedema. [10]Absorpsi tidak dihambat makanan.Waktu paruh 1-2 jam.Ekskresi melalui feses sehingga dapat digunakan pada pasien gangguan fungsi ginjal, dan penyesuaian dosis pada gangguan fungsi hepar. [10]Calcium Chanel Blocker (CCB)Mekanisme kerja dengan menghambat influks Ca pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard sehingga terjadi relaksasi arteriol (vena kurang dipengaruhi).Antagonis kalsium juga menurunkan resistensi perifer diikuti refleks takikardi dan vasokontriksi (nifedipin). [10]Yang termasuk dalam antagonis kalsium generasi I adalah nifedipin (vaskuloselektif), verapamil, diltiazem.Untuk antagonis kalsium generasi II yang bersifat vaskuloselektif adalah amlodipin, nikardipin, isradipin, felodipin. [10]Keuntungan dari sifat vaskuloselektif ini adalah efek langsung pada nodus AV dan SA minimal, menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung, dan kombinasi dengan -blocker termasuk aman. [10]Bioavailabilitas menurun karena first passmetabolism kecuali amlodipin.Kadar puncak cepat tercapai sehingga tekanan darah turun cepat yang dapat mengakibatkan iskemia miokard atau serebral.Untuk itu antisipasi dengan bentuk sediaan lepas lambat.Waktu paruh singkat, dosis 2-3 kali per hari, kecuali untuk amlodipin dosis 1 kali per hari.Metabolisme di hepar, ekskresi sedikit di ginjal sehingga aman untuk gangguan fungsi ginjal.[10]Indikasi antagonis kalsium adalah pada hipertensi dengan kadar renin rendah (manula). Nifedipin oral untuk hipertensi darurat, dosis 10 mg dapat menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit, efek maksimal 30-40 menit. Kontraindikasi adalah untuk hipertensi dengan penyakit jantung koroner karena dapat meningkatkan risiko infark miokard dan stroke iskemik.[10]Efek samping dari nifedipin kerja singkat adalah hipotensi yang daoat menyebabkan iskemia miokard serebral (terutama pada manula) dan edema perifer. Efek samping verapamil dan diltiazem adalah bradiaritmia, gangguan konduksi (untuk itu kontraindikasi pada bradikardia, blok AV derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome) dan efek inotropik negatif (kontraindikasi pada gangguan jantung kongestif).[10]2.2 Faktor Risiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko hipertensi diantaranya adalah:

1. Usia : hipertensi umumnya berkembang pada usia antara 35-55 tahun.

2. Kondisi penyakit lain (komorbiditas) : Diabetes tipe 2 cenderung meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah dua kali lipat, dan hampir 65% individu dengan diabetes menderita hipertensi

3. Merokok : dapat meningkatkan tekanan darah dan juga kecenderungan terkena penyakit jantung koroner

4. Etnis : etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena hipertensi, 20% kematian yang terjadi pada etnis Amerika keturunan Afrika adalah disebabkan oleh hipertensi

5. Obesitas : kebanyakan penderita hipertensi disertai dengan obesitas. Tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan dan juga sebaliknya.

6. Diet : makanann dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.

7. Keturunan : beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60% kasus hipertensi adalah diturunkan secara genetis.[11]BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

a. Analisis Situasi

Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara terletak di Jalan Raya Kembangan RT 005/02 yang masih merupakan wilayah Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Menurut Laporan Tahunan tahun 2014 Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, hipertensi merupakan penyakit terbanyak kedua dari Rekap Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kembangan Utara selama bulan Januari s/d Desember Tahun 2014 setelah ISPA dengan jumlah kasus mencapai 2267 orang. Dari Laporan Kunjungan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga, hipertensi mencapai jumlah 37, kedua terbanyak setelah BGM dengan jumlah 44 kasus.

Dari data registrasi pasien yang datang ke Puskesmas Kembangan Utara dari bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015 didapatkan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol mencapai peningkatan sebesar 3%. Didapatkan total jumlah pasien hipertensi yang datang pada bulan Januari 2015 sebanyak 158 orang dengan tekanan darah terkontrol berjumlah 76 orang (48,1%) sedangkan sisanya 82 orang datang dengan tekanan darah tidak terkontrol (51,8%). Sedangkan pada bulan Februari 2015 didapatkan jumlah pasien hipertensi yang datang berjumlah 166 orang dengan tekanan darah terkontrol 75 orang (45,1%) sedangkan sisanya 91 orang datang dengan tekanan darah tidak terkontrol (54,8%).

b. Scope tempat

RT 01/ RW 02 dipilih karena alasan dari hasil analisa data registrasi pasien yang datang ke Puskesmas Kembangan Utara dari bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015 didapatkan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol paling banyak. c. Identifikasi Masalah menggunakan Paradigma BLUM

1. Genetik : tidak dinilai2. Medical Care Services :

a. Kegiatan pelayanan kesehatan:

- Promotif dan pencegahan : tidak ada kegiatan promotif dan pencegahan untuk hipertensi.

- Pengobatan :kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol tekanan darah dalam kehidupan sehari-hari.- Perawatan dan rehabilitasi : tidak ada kegiatan perawatan dan rehabilitatif untuk hipertensi.

b. Cakupan atau pencapaian target dari kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan : menurut program kegiatan promosi kesehatan puskesmas seharusnya dilakukan penyuluhan setiap 2 hari sekali di dalam gedung maupun di luar gedung, namun masih belum terlaksana.c. Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan :

- Tenaga : kurangnya tenaga kesehatan yang memadai untuk melakukan kegiatan penyuluhan secara merata.

- Obat : tidak ada masalah, ketersediaan obat hipertensi cukup dan memadai.

- Tempat : ruang tunggu di dalam puskesmas kurang memadai untuk dilakukan penyuluhan di dalam gedung maupun luar gedung.

- Peralatan dan perlengkapan : tidak ada masalah, ketersediaan tensimeter dan stetoskop cukup dan memadai.

3. Perilaku Individu/Masyarakat :

a. Pengetahuan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tekanan darah tinggi, penyebab tekanan darah tinggi, cara mengontrol tekanan darah dan nilai tekanan darah normal yang seharusnya dicapai serta pentingnya minum obat darah tinggi secara teratur setiap hari walaupun tidak ada keluhan.

b. Sikap :Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya kepatuhan pasien untuk minum obat secara teratur setiap hari dan kurangnya niat dan kesadaran pasien untuk menkonsumsi makanan rendah garam. c. Perbuatan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 3 orang pasien periksa ke puskesmas tiap 1 bulan sekali dan sisanya hanya bila ada gejala yang mengganggu. d. Kebiasaan :

Pola makan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 8 dari 10 orang mempunyai pola makan dengan asupan garam yang tinggi seperti ikan asin, masakan yang ditambah dengan MSG, makanan instan, makanan kaleng/berpengawet. Olahraga : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk berolahraga.Merokok :Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol tidak didapatkan adanya kebiasaan merokok.

4. Lingkungan :

a. Physical :tidak ditemukan masalah.b. Sociocultural :

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya mengetahui adanya pandangan masyarakat bila minum obat setiap hari dapat merusak ginjal namun 8 dari 10 pasien tidak mempercayai hal tersebut.

4 dari 10 orang menyatakan bahwa bila tidak ada keluhan seperti pusing/sakit kepala, mereka merasa sudah sembuh dari tekanan darah tinggi dan tidak perlu mengkonsumsi obat.

9 dari 10 orang memiliki pekerjaan namun 4 dari 9 orang mengeluh jenuh dengan pekerjaan sehingga terjadi peningkatan faktor stress.

Gambar 2. Skema Paradigma BlumPenentuan Prioritas Masalah

Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan paradigma BLUM, kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah dilakukan dengan caranon-scoring (Delbeq) pada tanggal 28 Februari 2015. Diskusi dilakukan dengan:

1. Dr. Rosmawati Wijaya, selakudokter dan pembimbing serta kepala Puskesmas Kembangan Utara.

2. Ibu Heni Fitria, selaku koordinator program P2P PTM di Puskesmas Kembangan Utara.3. Ibu Khulyatun, selaku koordinator program promosi kesehatan di Puskesmas Kembangan Utara4. Ibu Ade Fitri, selaku koordinator laporan tahunan di Puskesmas Kembangan UtaraDari hasil diskusi, diantara ketiga aspek pada paradigma BLUM, dipilih faktor lifestyle sebagai prioritas masalah. Selain itu,dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol pun didapatkan aspek lifestyle merupakan penyebab masalah yang dominan dibandingkan aspek lingkungan dan pelayanan kesehatan. Lifestyle yang menjadi permasalahan utama ialah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, kurangnya kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat hipertensi secara teratur, kurangnya perhatian terhadap asupan makanan rendah garam, serta jarang berolahraga .Lifestyle dipilih dengan alasan mudah diintervensi dan memiliki daya ungkit yang besar.Kami berharap dengan memberikan intervensi pada aspek lifestyle, akan terjadi peningkatan pengetahuan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku, sehingga tekanan darah pasien hipertensi dapat mengalami perbaikan dan terkontrol sehingga diharapkan terjadi penurunan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara.BAB IVIDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

4.1 Identifikasi Masalah Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, maka didapatkan permasalahan yang akan diidentifikasi adalah lifestyle penderita hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol pada wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara. Teknik pemecahan dan alternatif jalan keluar dilakukan dengan Fishbone.1. Ketidakpatuhan minum obat

Dari hasil wawancara responden ditemukan 9 dari 10 responden tidak patuh minum obat secara teratur. Hal ini disebabkan oleh karena:

Kebiasaan pasien untuk tidak segera membeli obat atau mengambil obat dipuskesmas saat persediaan obat dirumah hampir habis

Faktor lupa minum obat Tidak adanya gejala seperti pusing dan leher tegang, yang membuat pasien merasa tidak perlu meminum obat. Pasien tidak paham mengenai tujuan pengobatan Efek samping obat yang mengganggu pasien. Contoh : konsumsi captopril menyebabkan batuk.2. Pola diet hipertensi yang salah

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 8 dari 10 orang memiliki pola diet hipertensi yang salah, yaitu:

Pola makan dengan asupan garam yang tinggi seperti ikan asin, masakan yang ditambah dengan MSG, makanan instan, makanan kaleng/berpengawet.3. Kurang olahragaDari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk olahraga. Hal ini dikarenakan: Kurangnya kesadaran dan niat pasien untuk olahraga4. Kurangnya pengetahuan

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tekanan darah tinggi. Yang dikarenakan:

Kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol tekanan darah. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga sulit memahami pengetahuan akan hipertensi.5. Jarang periksa ke puskesmasDari hasil wawancara, 7 dari 10 oranghanya periksa ke puskesmas jika ada gejala yang mengganggu seperti pusing atau leher tegang. Hal ini dikarenakan : Adanya kepercayaan di masyarakat bahwa bila tidak ada gejala seperti pusing atau leher tegang berarti tekanan darahnya sudah normal sehingga tidak perlu kontrol tekanan darah ke puskesmas.Skema Fishbone

BAB V

PERENCANAAN INTERVENSI

5.1 Penyusunan Intervensi

5.1.1 Intervensi I : Mengadakan penyuluhan untuk warga di wilayah Kembangan Utara RT 01/ RW 02A. Kegiatan : Penyuluhan tentang pengetahuan hipertensi, prinsip pengobatan hipertensi dengan pengaturan diet dan berolahraga serta manfaat tekanan darah yang terkontrol dalam batas normal kepada masyarakat di RT 01/ RW 02 Kembangan Utara.Kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan merupakan suatu upaya guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, pengaturan diet dan peran olahraga dalam menurunkan tekanan darah, serta manfaat tekanan darah yang terkontrol dalam batas normal. Tujuan dilakukannya penyuluhan ini adalah supaya masyarakat mengetahui apa itu hipertensi, patokan nilai normal tekanan darah dan tekanan darah tinggi, gejala hipertensi, prinsip pengobatan hipertensi dan komplikasinya yang bisa terjadi, pola makan dan jenis makanan yang baik untuk pasien hipertensi, pentingnya berolahraga rutin guna membantu menurunkan tekanan darah yang seluruhnya disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, dan memotivasi masyarakat untuk rajin dan rutin memeriksakan tekanan darah minimal satu bulan satu kali pemeriksaan.

Penyuluhan ini dilakukan didasarkan hal berikut ini : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tekanan darah tinggi. Tidak adanya pasien yang dapat menjawab dengan benar berapa nilai tekanan darah minimal untuk dikatakan tinggi dan berapa nilai tekanan darah yang baik/ normal. Dari hasil pengamatan di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara didapatkan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol tekanan darah. Sebagian besar pasien hipertensi yang berobat ke Puskesmas Kembangan Utara memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yang mungkin merupakan salah satu masalah penyebab sulitnya memahami pengetahuan akan hipertensi. Maka intervensi ini akan dibawakan dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Dari hasil wawancara ditemukan 9 dari 10 responden tidak patuh minum obat secara teratur. Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 8 dari 10 orang memiliki pola diet hipertensi yang salah, seperti pola makan dengan asupan garam yang tinggi seperti ikan asin, masakan yang ditambah dengan MSG, makanan instan, makanan kaleng/berpengawet.

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk olahraga.

Dari hasil wawancara, 7 dari 10 oranghanya periksa ke puskesmas jika ada gejala yang mengganggu seperti pusing atau leher tegang.

Adanya kepercayaan di masyarakat bahwa bila tidak ada gejala seperti pusing atau leher tegang berarti tekanan darahnya sudah normal sehingga tidak perlu kontrol tekanan darah ke puskesmas.

B. Sasaran :masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas baik pasien dengan tekanan darah normal maupun yang menderita hipertensi di wilayah RT 01/ RW 02 dan wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara.C. Tempat : ???

D. Indikator keberhasilan:

a. Dinilai berdasarkan terjadinya peningkatan pengetahuan masyarakat yang diukur melalui hasil pretest dan post test bila terjadi peningkatan sebesar 30%.5.2 Log Frame Goals

Tabel 2. Log Frame Goals

MasukanKegiatanKeluaranTujuan

Pendek

( 3 minggu )Menengah

( 1 tahun )Panjang

( 5 tahun )

Intervensi 1

Man : Staf Puskesmas dan Koass

Money :

Rp.Material:

Presentasi digitalMethod: Penyuluhan

Memberikan penyuluhan tentang pengetahuan hipertensi, prinsip pengobatan hipertensi dengan pengaturan diet dan berolahraga serta manfaat tekanan darah yang terkontrol dalam batas normal

Menambah pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan hipertensi, prinsip pengobatan hipertensi dengan pengaturan diet dan berolahraga serta manfaat tekanan darah yang terkontrol dalam batas normal

Peningkatan nilai rata-rata pre test ke post test sekurang-kurangnya 30% pada peserta penyuluhan.

Terjadinya perubahan pola makan pada pasien hipertensiTerjadinya peningkatan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah terkontrol di Puskesmas Kembangan Utara

Menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dengan mengendalikan tekanan darah.

5.3 Planning of Action (POA)

Tabel 3. Planning of Action

Kegiatan Tujuan dan TargetSasaran Biaya Tempat Waktu PICRencana Penilaian

P

L

A

N

I

N

GMemilih kasus diagnosis komunitas dengan analisis situasi:

-menganalisis data epidemiologis,-10 penyakit terbanyak,-adanya kecender-ungan peningkatan pasien dengan tekanan darah tidak terkontrol

-diskusi antar anggota kelompokMendapat-kan kasus Diagnosis Komunitas di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara

Wilayah Kerja Puskes-mas Kem-bangan Utara

-Puskes-mas Kem-bangan Utara23 dan 24 Feb-ruari 2015Clarrisa, Henny, Shinta.-

Mengidentifi-kasi faktor penyebab dari kasus yang dipilih:

-memilih target

-survey tanya jawab dengan pasien hipertensi tidak terkontrolMendapat-kan data tentang perilaku, pengetahuan dan sikap terhadap penyakit dan layanan kesehatan.10 pasien hiper-tensi dengan tekanan darah tidak terkon-trol di wilayah kerja Puskes-mas Kem-bangan Utara.-Puskes-mas Kem-bangan Utara28 feb-ruari 2015Clarissa, Henny, Shinta-

Penetapan masalah utama dengan diskusi bersama dokter kepala puskesmas dan staf puskesmas yang bersangkutan (Delbeq)Mendapat-kan masalah utama yang akan diintervensiKepala puskes-mas dan beserta staf puskesmas yang bersangkutan-Puskes-mas Kem-bangan Utara2 Maret 2015Clarissa, Henny, Shinta-

Penetapan indikator keberhasilanDidapatkan penurunan pasien hipertensi dengan TD tidak terkontrol sebesar 5% dibulan Maret 2015--Puskes-mas Kem-bangan Utara28 feb-ruari 2015Clarissa, Henny, Shinta-

Perencanaan IntervensiTersusun-nya rencana intervensiWilayah kerja Puskes-mas Kem-bangan Utara-Puskes-mas Kem-bangan Utara7 dan 9 maret 2015Clarissa, Henny, Shinta-

KegiatanTujuan dan TargetSasaranBiayaTempatWaktuPICRencana Penilaian

OrganizingPembagian TugasAgar setiap orang mendapat tugas masing-masing3 koass IKM-Puskes-mas Kem-bangan UtaraMinggu ke 3 sampai minggu ke 6 kepani-teraan IKMClarissa, Henny, Shinta

ActuatingPembuatan media ajar, berupa leaflet, poster.Membuat media ajar untuk memper-mudah penyampai-an informasi saat pelaksana-an intervensiMasyara-kat berusia 20 tahun ke atas baik tekanan darah normal maupun pendetita hipertensi.

*print leaflet berwarna:Rp x = Rp *foto-copy pretest dan post test: Rp x = Rp

11, 12, 13 februari 2015Clarissa, Henny, Shinta

Pengajuan ijin peminjam-an ruangan di halaman Puskesmas Kembangan Utara

Didapat-kannya tempat pelak-sanaan intervensiKepala Puskes-mas dan kepala desa KU RT 01/ RW 02Ruang-an tata usaha puskes-mas Kem-bangan utara, rumah kediam-an kepala desa13 februari 2015Clarissa, Henny, Shinta-

Melaksanakan kegiatan penyuluhan hipertensi dan nutrisi untuk penderita hipertensiMeningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, gejala hipertensi, prinsip pengobatan dan gizi secara awam, serta pentingnya olahraga Masyara-kat berusia 20 tahun ke atas baik tekanan darah normal maupun pendetita hipertensi.

Konsumsi= RpDoorprize= RpHalaman Puskesmas Kembangan Utara19, 20 februari 2015Clarissa, henny, shintaTerjadi-nya pening-katan penge-tahuan masya-rakat yang diukur melalui hasil pretest dan posttest yang terjadi pening-katan sebesar 30%

5.4 Timeline (Gantt Chart)

Tabel 4 Gantt Chart Timeline Kegiatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.3 LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hipertensi adalah penyakit yang umum, tanpa gejala khusus, dan biasanya dapat ditangani secara mudah. Namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang lebih parah berupa: penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, infark serebri; gangguan fungsi ginjal tahap akhir, retinopati dan kematian dini.[1]American Society of Hypertension (ASH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu sindrom kardiovaskular yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Menurut ASH, penderita hipertensi dikelompokkan menjadi kelompok normal, hipertensi tahap 1, tahap 2, dan tahap 3.[2]Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting kematian dini di seluruh dunia. Sekitar 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi setiap tahunnya. Berdasarkan data WHO tahun 2008, prevalensi keseluruhan kasus hipertensi pada orang dewasa diatas usia 25 tahun sebesar 40%. Akibat pertumbuhan populasi dan peningkatan usia, angka pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pasien pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pasien di tahun 2008.Di wilayah Asia Tenggara 36% orang dewasa mengalami hipertensi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk kematian sekitar 1,5 juta jiwa tiap tahun di wilayah Asia Tenggara.[3, 4]Sampai saat ini, hipertensi juga masih merupakan tantangan besar di Indonesia.Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.[5]Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas pada tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi akibat berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, dan masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakithipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8%).[5]Berdasarkan data di Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, hipertensi menempati urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak selama kurun waktu Januari hingga Desember 2014. Dan menempati urutan pertama untuk kasus penyakit tidak menular terbanyak dengan jumlah kasus sebesar 2267. Dari Laporan Kunjungan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga, hipertensi mencapai jumlah 37, kedua terbanyak setelah BGM dengan jumlah 44 kasus.Dari seluruh kasus hipertensi di Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, terjadi peningkatan angka prevalensi pada kasus hipertensi yang tidak terkontrol yaitu sebesar 3% pada bulan Februari 2015 dibandingkan dengan bulan Januari 2015. Peningkatan terbesar terjadi di RT 01 RW 02 Kelurahan Kembangan Utara.

Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi penyebab meningkatnya angka hipertensi tidak terkontrol pada RT 01 RW 02 Kelurahan Kembangan Utara, perlu dilakukan pengumpulan data di masyarakat dan mencari solusi pemecahannya dengan diagnosa komunitas.

1.4 TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum :3. Meningkatkan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah terkontrol.

4. Menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dengan mengendalikan tekanan darah

1.2.2. Tujuan Khusus :5. Diketahuinya masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara periode Januari-Februari 20156. Diketahuinya masalah-masalah penyebab meningkatnya jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara.7. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek untuk meningkatkan jumlah pasien yang telah mendapatkan pengobatan hipertensi dari puskesmas mencapai tekanan darah terkontrol sebesar 5% pada bulan Maret 2015.

8. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. [5]2.1.2 Epidemiologi

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.[5]2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik (tabel 1.1) (Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2014, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia)

Tabel 2.1.Klasifikasi Hipertensi menurut ESH/ESC Guidelines 2007

KategoriTD SistolikTD Diastolik

Optimal < 120Dan/atau< 80

Normal 120129Dan/atau8084

Normal tinggi130139Dan/atau8589

Hipertensi tingkat 1140159Dan/atau9099

Hipertensi tingkat 2160179Dan/atau100109

Hipertensi tingkat 3( 180Dan/atau( 110

Hipertensi isolated systolic( 140Dan/atau< 90

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Klasifikasi Sistolik Diastolik

Normal < 120< 80

Prehipertensi 120-13980-89

Hipertensi tingkat 1140-15990-99

Hipertensi tingkat 2160100

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:1. Berdasarkan Penyebab a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.[5]b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya.Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).[5]2. Berdasarkan Bentuk a. Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, b. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), c.Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).[5]2.1.4 Patofisiologi

Curah jantung dan resistensi perifer adalah dua faktor penentu tekanan arteri. Curah jantung ditentukan oleh stroke volume dan denyut jantung; stroke volume berhubungan dengan kontraktilitas miokard dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh perubahan fungsional dan anatomis dari arteri kecil dan arteriol.[6]

Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi, seperti makanan asin, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin (RAS) dan sistem saraf simpatik.[7]2.1.4.1 Hemodinamik pada hipertensi

Keseimbangan antara curah jantung dan resistensi vaskuler perifer berperan penting dalam pengaturan tekanan darah normal. Pada hipertensi esensial, pasien mempunyai curah jantung normal namun terjadi peningkatan resistensi perifer. Resistensi perifer ditentukan oleh arteriol kecil. Kontraksi otot polos yang berkepanjangan mengakibatkan penebalan dinding pembuluh darah arteriol, sehingga menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang tidak dapat pulih kembali.[7]

Dimulai sejak remaja, bertambahnya usia menyebabkan terjadinya perubahan hemodinamik tekanan darah di dalam tubuh. Peningkatan tekanan darah sistol yang berbanding lurus dengan usia bersifat paralel dengan peningkatan tekanan darah diastol dan tekanan arteri rata-rata (MAP). Peningkatan tekanan pada sistol, diastol dan tekanan arteri rata-rata hingga usia 50 tahun disebabkan oleh adanya peningkatan resistensi periferal vaskuler. Setelah usia 50-60 tahun, tekanan diastol menurun dan tekanan deta jantung meningkat. Tekanan darah sistol mengalami peningkatan pada usia lanjut.[8]2.1.4.2 Sistem Renin-Angiotensin

Renin merupakan enzim yang dihasilkan oleh sel jukstaglomerular ginjal. Berbagai faktor seperti status volume, asupan natrium dan stimulasi saraf simpatik menentukan kecepatan sekresi renin. Hampir 20% pasien dengan hipertensi esensial mengalami penekanan aktivitas renin. Sekitar 15% pasien mengalami aktivitas renin di atas normal; peningkatan plasma renin ini meningkatkan tekanan arteri. Sistem renin angiotensin adalah salah satu sistem endokrin penting yang dapat mengatur tekanan darah secara elektif. Renin berperan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II pada paru-paru oleh enzim pengubah angiotensin (ACE).[7]

Angiotensin II adalah vasokintriktor kuat yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Angiotensin II juga menstimulasi pelepasan aldosteron dari bagian glomerulus kelenjar adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan air sehingga meningktkan tekanan darah.[7]2.1.4.3Sistem Saraf Otonom

Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik telah diimplikasikan sebagai prekursor utama hipertensi. Terjadi ketidakseimbangan beberapa neurotransmiter dan neuromodulator pada kondisi hipertensi, yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan peningkatan pelepasan noradrenalin dari pascasinap saraf simpatik. Pada subjek yang sensitif dan hipersensitif terhadap NaCl, asupan NaCl meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik. Stimulasi sistem saraf simpatik dapat menyebabkan kontriksi arteriolar dan juga dilatasi. Hal ini menyebabkan perubahan tekanan darah jangka pendek akibat stress. [7]2.1.5 Gejala

Gejala hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.[5]2.1.6 Tatalaksana

Target penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah < 140 / 90 mmHg. Untuk pasien dengan penyakit penyerta seperti diabetes melitus dan penyakit ginjal kronik, target penurunan tekanan darah adalah < 130/80 mmHg. Tatalaksana pada pasien hipertensi dapat berupa modifikasi gaya hidup dan terapi medikamentosa.[9]4.1.6.1 Modifikasi Gaya Hidup

Pengobatan hipertensi tidak hanya mengutamakan pemberian obat-obat antihipertensi tetapi juga harus disertai perubahan pola hidup.[9]

4.1.6.2 Tatalaksana Medikamentosa

Penelitian besar membuktikan bahwa obat-obat antihipertensi utama berasal dari golongan:

Diuretik

ACE Inhibitor

Antagonis Kalsium

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Beta Blocker (BB)[9]Diuretik

Diuretik bekerja dalam meningkatkan eksresi air dan natrium sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraselular yang menurunkan kardiakoutput, kemudian mengakibatkan penurunan tekanan darah. Diuretik juga berperan dalam menurunkan resistensi perifer (dengan menurunkan natrium interstitial dan intrasel otot polos pembuluh darah yang mengakibatkan hambatan influks kalsium yang menyebabkan tekanan darah turun.[10]Diuretik diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai sedang, kombinasi dengan obat lain. Contoh obat golongan diuretik adalah:

Tiazid : HCT, indapamid

Diuretik kuat : furosemid, bumetamid, asam etakrinat.

Diuretik hemat kalium: amilorid, triamteren, spironolakton.[10]Tiazid

HCT diindikasikan untuk monoterapi terhadap hipertensu ringan sampai sedang, terapi kombinasi, pasien dengan kadar renin rendah. Dosis dimulai dari 12,5 mg, maksimal 25 mg per hari, digunakan satu kali sehari pada pagi hari. Dosis yang berlebihan dapat mengakibatkan hipokalemia. Selain itu efek samping dari HCT lainnya berupa : hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesia, hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperlipidemia, dan gangguan fungsi seksual pada pria. Waktu paruh HCT 10-12 jam dengan efek hipotensif terlihat setelah 2 sampai 3 hari. Obat ini juga efektif menurunkan risiko KV, tetapi tidak efektif untuk gangguan fungsi ginjal.[10]Diuretik kuat

Diuretik kuat dalam menurunkan tekanan darah, bekerja pada menghambat kotransport natrium, kalium, clorida di ansa henle asenden bagian epitel tebal dan serta menghambat resorpsi air dan elektrolit. Diuretik kuat bekerja cepat dan berefek lebih kuat sehingga jarang digunakan sebagai antihipertensi kecuali untuk gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung.[10]Oleh karena waktu paruh tergolong singkat, maka dosis yang digunakan sebanyak 2 sampai 3 kali sehari dengan dosis 20-80 mg per hari (maksimal 240 mg perhari pada gangguan ginjal atau gagal jantung).Contok diuretik kuat adalah furosemid, torasemid, bumetamid, dan asam etakrinat. Efek samping yang dapat timbul pada golongan ini mirip tiazid kecuali hipokalsemia dan hiperkalsiuria.[10]

Diuretik hemat kalium

Bekerja dalam menghambat antiport natrium dan kalium (reabsorpsi natrium dan sekresi kalium) dengan antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorid) dalam menurunkan tekanan darah. [10]Diuretik hemat kalium diindikasikan sebgaai kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia, hiperaldosteronisme primer (sindrom conn) sebagai antagonis aldosteron. Dosis pengunaan adalah 25 sampai 100 mg per hari maksimal 400 mg per haari.Efek samping obat golongan ini adalah hiperkalemia, dan untuk spironolakson dapat berefek samping ginekomastia; mastodinia; gangguan menstruasi; dan penurunan libido. [10]Beta-bloker

Dalam menurunkan tekanan darah obat ini bekerja pada penghambatan reseptor beta-1 dengan penurunan frektuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan cardiacoutput, menghambat sekresi renin sheingga menurunkan produksi angiotensin II, mempengaruhi saraf simpatis, perubahan sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer, serta peningkatan sintesis PgI2. [10]Diindikasikan terutama pasien usia muda (tidak lanjut usia) dengan hipertensi ringan sampai sedang terutama pada penyakit jantung koroner, hipertensi dengan aritmia supraventrikel, pasien muda dengan sirkulasi hiperdinamik, dan pasien dengan terapi antidepresan trisiklik atau antipsikosis. Pilihan beta-bloker adalah atenolol, metoprolol, labetalol dan karvedilol. [10]Atenolol berekrja sebagai kardioselektif daan penetrasi sistem saraf pusat minimal sehingga efeksamping sentral termasuk rendah.Dosis atenolol 50 sampai 100 mg, satu kali sehari.Dosis metoprolol 50 sampai 100 mg, dua kali sehari dan termasuk kurang selektif.Labetalol dan karvedilol berefek vasodilatasi karena nonselektif sehingga mengurangi rasa dingin ekstremitas, hipotensi postural. [10]Penghentian beta-bloker tidak boleh mendadak, oleh karena dapat menyebabkan rebound hypertension, kambuh serangan angina, infark miokard pasien angina pektoris. Adapun efeksamping beta-bloker adalah bradiaritmia, blokade AV, hambatan nodus SA, menurunkan kekuatan kontraksi miokard, bronkospasme, depresi, mimpi buruk, halusinasi, gangguan fungsi seksual (beta-bloker non selektif), dan menutupi gejala hipoglikemia[10].

Beta-bloker dikontraindikasikan terhadap apsien dengan bradikardia, blokade AV derajad 2 & 3, sick sinus syndrome, gagal jantung belum stabil, asma, PPOK, dan pasien yang menggunakan insulin atau obat anttidiabetes oral.[10]ACE-Inhibitor

Ada 2 kelompok :

3. Kerja langsung : captopril, lisinopril

4. Prodrug : enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, fosinopril, di dalam tubuh akan diubah ke dalam bentuk aktif. [10]

Cara kerja :

Menghambat konversi Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan aldosterone diikuti ekskresi air dan Na yang membantu penurunan volume darah kemudian tekanan darah namun disertai retensi K.

Menghambat degradasi bradikinin sehingga jumlah bradikinin dalam darah meningkat yang diikuti dengan vasodilatasi sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Menurunkan resistensi perifer tanpa refleks takikardi. [10]Indikasi :

Hipertensi ringan-berat

Hipertensi dengan gagal jantung kongestif

Hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner

Hipertensi pada DM, dislipidemia dan obesitas, penyakit ginjal kronik

Krisis hipertensi (kaptopril, enalaprilat) [10]Efek samping :

Hipotensi

Batuk kering

Hiperkalemia

Rash

Edema angioneurotik

Gagal ginjal akut

Proteinuria

Teratogenik : gagal ginjal dan kematian fetus[10]Kontraindikasi : stenosis arteri renalis. [10]Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Yang termasuk dalam golongan ini adalah losartan, valsartan, irbesartan, telmisartan, candesartan.Mekanisme kerja sebagai antagonis reseptor angiotensin II sehingga menghambat efek angiotensin II (vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan simpatis) yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Cara kerja ini mirip dengan ACE inhibitor namun tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin sehingga tidak ada efek samping berupa batuk kering dan angioedema. [10]Absorpsi tidak dihambat makanan.Waktu paruh 1-2 jam.Ekskresi melalui feses sehingga dapat digunakan pada pasien gangguan fungsi ginjal, dan penyesuaian dosis pada gangguan fungsi hepar. [10]Calcium Chanel Blocker (CCB)Mekanisme kerja dengan menghambat influks Ca pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard sehingga terjadi relaksasi arteriol (vena kurang dipengaruhi).Antagonis kalsium juga menurunkan resistensi perifer diikuti refleks takikardi dan vasokontriksi (nifedipin). [10]Yang termasuk dalam antagonis kalsium generasi I adalah nifedipin (vaskuloselektif), verapamil, diltiazem.Untuk antagonis kalsium generasi II yang bersifat vaskuloselektif adalah amlodipin, nikardipin, isradipin, felodipin. [10]Keuntungan dari sifat vaskuloselektif ini adalah efek langsung pada nodus AV dan SA minimal, menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung, dan kombinasi dengan -blocker termasuk aman. [10]Bioavailabilitas menurun karena first passmetabolism kecuali amlodipin.Kadar puncak cepat tercapai sehingga tekanan darah turun cepat yang dapat mengakibatkan iskemia miokard atau serebral.Untuk itu antisipasi dengan bentuk sediaan lepas lambat.Waktu paruh singkat, dosis 2-3 kali per hari, kecuali untuk amlodipin dosis 1 kali per hari.Metabolisme di hepar, ekskresi sedikit di ginjal sehingga aman untuk gangguan fungsi ginjal.[10]Indikasi antagonis kalsium adalah pada hipertensi dengan kadar renin rendah (manula). Nifedipin oral untuk hipertensi darurat, dosis 10 mg dapat menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit, efek maksimal 30-40 menit. Kontraindikasi adalah untuk hipertensi dengan penyakit jantung koroner karena dapat meningkatkan risiko infark miokard dan stroke iskemik.[10]Efek samping dari nifedipin kerja singkat adalah hipotensi yang daoat menyebabkan iskemia miokard serebral (terutama pada manula) dan edema perifer. Efek samping verapamil dan diltiazem adalah bradiaritmia, gangguan konduksi (untuk itu kontraindikasi pada bradikardia, blok AV derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome) dan efek inotropik negatif (kontraindikasi pada gangguan jantung kongestif).[10]2.2 Faktor Risiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko hipertensi diantaranya adalah:

8. Usia : hipertensi umumnya berkembang pada usia antara 35-55 tahun.

9. Kondisi penyakit lain (komorbiditas) : Diabetes tipe 2 cenderung meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah dua kali lipat, dan hampir 65% individu dengan diabetes menderita hipertensi

10. Merokok : dapat meningkatkan tekanan darah dan juga kecenderungan terkena penyakit jantung koroner

11. Etnis : etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena hipertensi, 20% kematian yang terjadi pada etnis Amerika keturunan Afrika adalah disebabkan oleh hipertensi

12. Obesitas : kebanyakan penderita hipertensi disertai dengan obesitas. Tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan dan juga sebaliknya.

13. Diet : makanann dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.

14. Keturunan : beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60% kasus hipertensi adalah diturunkan secara genetis.[11]BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

a. Analisis Situasi

Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara terletak di Jalan Raya Kembangan RT 005/02 yang masih merupakan wilayah Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Menurut Laporan Tahunan tahun 2014 Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, hipertensi merupakan penyakit terbanyak kedua dari Rekap Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kembangan Utara selama bulan Januari s/d Desember Tahun 2014 setelah ISPA dengan jumlah kasus mencapai 2267 orang. Dari Laporan Kunjungan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga, hipertensi mencapai jumlah 37, kedua terbanyak setelah BGM dengan jumlah 44 kasus.

Dari data registrasi pasien yang datang ke Puskesmas Kembangan Utara dari bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015 didapatkan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol mencapai peningkatan sebesar 3%. Didapatkan total jumlah pasien hipertensi yang datang pada bulan Januari 2015 sebanyak 158 orang dengan tekanan darah terkontrol berjumlah 76 orang (48,1%) sedangkan sisanya 82 orang datang dengan tekanan darah tidak terkontrol (51,8%). Sedangkan pada bulan Februari 2015 didapatkan jumlah pasien hipertensi yang datang berjumlah 166 orang dengan tekanan darah terkontrol 75 orang (45,1%) sedangkan sisanya 91 orang datang dengan tekanan darah tidak terkontrol (54,8%).

b. Scope tempat

RT 01/ RW 02 dipilih karena alasan dari hasil analisa data registrasi pasien yang datang ke Puskesmas Kembangan Utara dari bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015 didapatkan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol paling banyak. c. Identifikasi Masalah menggunakan Paradigma BLUM

5. Genetik : tidak dinilai6. Medical Care Services :

a. Kegiatan pelayanan kesehatan:

- Promotif dan pencegahan : tidak ada kegiatan promotif dan pencegahan untuk hipertensi.

- Pengobatan :kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol tekanan darah dalam kehidupan sehari-hari.- Perawatan dan rehabilitasi : tidak ada kegiatan perawatan dan rehabilitatif untuk hipertensi.

b. Cakupan atau pencapaian target dari kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan : menurut program kegiatan promosi kesehatan puskesmas seharusnya dilakukan penyuluhan setiap 2 hari sekali di dalam gedung maupun di luar gedung, namun masih belum terlaksana.c. Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan :

- Tenaga : kurangnya tenaga kesehatan yang memadai untuk melakukan kegiatan penyuluhan secara merata.

- Obat : tidak ada masalah, ketersediaan obat hipertensi cukup dan memadai.

- Tempat : ruang tunggu di dalam puskesmas kurang memadai untuk dilakukan penyuluhan di dalam gedung maupun luar gedung.

- Peralatan dan perlengkapan : tidak ada masalah, ketersediaan tensimeter dan stetoskop cukup dan memadai.

7. Perilaku Individu/Masyarakat :

a. Pengetahuan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tekanan darah tinggi, penyebab tekanan darah tinggi, cara mengontrol tekanan darah dan nilai tekanan darah normal yang seharusnya dicapai serta pentingnya minum obat darah tinggi secara teratur setiap hari walaupun tidak ada keluhan.

b. Sikap :Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya kepatuhan pasien untuk minum obat secara teratur setiap hari dan kurangnya niat dan kesadaran pasien untuk menkonsumsi makanan rendah garam. c. Perbuatan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 3 orang pasien periksa ke puskesmas tiap 1 bulan sekali dan sisanya hanya bila ada gejala yang mengganggu. d. Kebiasaan :

Pola makan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 8 dari 10 orang mempunyai pola makan dengan asupan garam yang tinggi seperti ikan asin, masakan yang ditambah dengan MSG, makanan instan, makanan kaleng/berpengawet. Olahraga : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk berolahraga.Merokok :Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol tidak didapatkan adanya kebiasaan merokok.

8. Lingkungan :

a. Physical :tidak ditemukan masalah.b. Sociocultural :

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya mengetahui adanya pandangan masyarakat bila minum obat setiap hari dapat merusak ginjal namun 8 dari 10 pasien tidak mempercayai hal tersebut.

4 dari 10 orang menyatakan bahwa bila tidak ada keluhan seperti pusing/sakit kepala, mereka merasa sudah sembuh dari tekanan darah tinggi dan tidak perlu mengkonsumsi obat.

9 dari 10 orang memiliki pekerjaan namun 4 dari 9 orang mengeluh jenuh dengan pekerjaan sehingga terjadi peningkatan faktor stress.

Gambar 2. Skema Paradigma BlumPenentuan Prioritas Masalah

Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan paradigma BLUM, kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah dilakukan dengan caranon-scoring (Delbeq) pada tanggal 28 Februari 2015. Diskusi dilakukan dengan:

5. Dr. Rosmawati Wijaya, selakudokter dan pembimbing serta kepala Puskesmas Kembangan Utara.

6. Ibu Heni Fitria, selaku koordinator program P2P PTM di Puskesmas Kembangan Utara.7. Ibu Khulyatun, selaku koordinator program promosi kesehatan di Puskesmas Kembangan Utara8. Ibu Ade Fitri, selaku koordinator laporan tahunan di Puskesmas Kembangan UtaraDari hasil diskusi, diantara ketiga aspek pada paradigma BLUM, dipilih faktor lifestyle sebagai prioritas masalah. Selain itu,dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol pun didapatkan aspek lifestyle merupakan penyebab masalah yang dominan dibandingkan aspek lingkungan dan pelayanan kesehatan. Lifestyle yang menjadi permasalahan utama ialah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, kurangnya kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat hipertensi secara teratur, kurangnya perhatian terhadap asupan makanan rendah garam, serta jarang berolahraga .Lifestyle dipilih dengan alasan mudah diintervensi dan memiliki daya ungkit yang besar.Kami berharap dengan memberikan intervensi pada aspek lifestyle, akan terjadi peningkatan pengetahuan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku, sehingga tekanan darah pasien hipertensi dapat mengalami perbaikan dan terkontrol sehingga diharapkan terjadi penurunan jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara.BAB IVIDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

4.1 Identifikasi Masalah Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, maka didapatkan permasalahan yang akan diidentifikasi adalah lifestyle penderita hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol pada wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara. Teknik pemecahan dan alternatif jalan keluar dilakukan dengan Fishbone.6. Ketidakpatuhan minum obat

Dari hasil wawancara responden ditemukan 9 dari 10 responden tidak patuh minum obat secara teratur. Hal ini disebabkan oleh karena:

Kebiasaan pasien untuk tidak segera membeli obat atau mengambil obat dipuskesmas saat persediaan obat dirumah hampir habis

Faktor lupa minum obat Tidak adanya gejala seperti pusing dan leher tegang, yang membuat pasien merasa tidak perlu meminum obat. Pasien tidak paham mengenai tujuan pengobatan Efek samping obat yang mengganggu pasien. Contoh : konsumsi captopril menyebabkan batuk.7. Pola diet hipertensi yang salah

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 8 dari 10 orang memiliki pola diet hipertensi yang salah, yaitu:

Pola makan dengan asupan garam yang tinggi seperti ikan asin, masakan yang ditambah dengan MSG, makanan instan, makanan kaleng/berpengawet.8. Kurang olahragaDari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk olahraga. Hal ini dikarenakan: Kurangnya kesadaran dan niat pasien untuk olahraga9. Kurangnya pengetahuan

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tekanan darah tinggi. Yang dikarenakan:

Kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol tekanan darah. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga sulit memahami pengetahuan akan hipertensi.10. Jarang periksa ke puskesmasDari hasil wawancara, 7 dari 10 oranghanya periksa ke puskesmas jika ada gejala yang mengganggu seperti pusing atau leher tegang. Hal ini dikarenakan :

Adanya kepercayaan di masyarakat bahwa bila tidak ada gejala seperti pusing atau leher tegang berarti tekanan darahnya sudah normal sehingga tidak perlu kontrol tekanan darah ke puskesmas.Skema Fishbone

BAB V

PERENCANAAN INTERVENSI

5.1 Penyusunan Intervensi

5.1.1 Intervensi I : Mengadakan penyuluhan untuk warga di wilayah Kembangan Utara RT 01/ RW 02E. Kegiatan : Penyuluhan tentang pengetahuan hipertensi kepada masyarakat di RT 01/ RW 02 Kembangan Utara

Kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan merupakan suatu upaya guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi. Tujuan dilakukannya penyuluhan ini adalah supaya masyarakat mengetahui apa itu hipertensi, patokan nilai normal tekanan darah dan tekanan darah tinggi, gejala hipertensi, prinsip pengobatan hipertensi dan komplikasinya yang bisa terjadi secara awam yang mudah dipahami.

Penyuluhan ini dilakukan didasarkan hal berikut ini : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tekanan darah tinggi. Tidak adanya pasien yang dapat menjawab dengan benar berapa nilai tekanan darah minimal untuk dikatakan tinggi dan berapa nilai tekanan darah yang baik/ normal. Dari hasil pengamatan di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara didapatkan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol tekanan darah. Sebagian besar pasien hipertensi yang berobat ke Puskesmas Kembangan Utara memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yang mungkin merupakan salah satu masalah penyebab sulitnya memahami pengetahuan akan hipertensi. Maka intervensi ini akan dibawakan dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Dari hasil wawancara ditemukan 9 dari 10 responden tidak patuh minum obat secara teratur. F. Sasaran : masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas baik pasien dengan tekanan darah normal maupun yang menderita hipertensi di wilayah RT 01/ RW 02 dan wilayah kerja Puskesmas Kembangan Utara.G. Tempat : ???

H. Indikator keberhasilan:

a. Dinilai berdasarkan terjadinya peningkatan pengetahuan masyarakat yang diukur melalui hasil pretest dan post test bila terjadi peningkatan sebesar 30%. Intervensi II : Mengadakan penyuluhan kedua untuk warga di wilayah kembangan utara RT 01/ RW 02A. Kegiatan :Penyuluhan tentang prinsip pengobatan hipertensi dengan pengaturan diet dan berolahraga serta manfaat tekanan darah terkontrol dalam batas normal.Kegiatan penyuluhan dilakukan merupakan upaya untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah kembangan utara RT 01/ RW 02 tentang pengaturan diet terhadap penderita diabetes, peran olahraga dalam menurunkan hipertensi, dan manfaat tekanan darah terkontrol dalam batas normal.Tujuan dilakukannya penyuluhan supaya masyarakat mengerti dalam mengolah diet untuk penderita hipertensi seperti diet rendah garam dan diet menurut DASH yang diseesuaikan dengan kondisi pasien, pentingnya berolahraga rutin guna membantu menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi, manfaat atas terkontrolnya tekanan darah normal dan memotivasi masyarakat untuk rajin dan rutin memeriksakan tekanan darah minimal satu bulan satu kali pemeriksaan.

Penyuluhan ini dilakukan didasarkan : Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan 8 dari 10 orang memiliki pola diet hipertensi yang salah, seperti pola makan dengan asupan garam yang tinggi seperti ikan asin, masakan yang ditambah dengan MSG, makanan instan, makanan kaleng/berpengawet.

Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk olahraga. Dari hasil wawancara, 7 dari 10 oranghanya periksa ke puskesmas jika ada gejala yang mengganggu seperti pusing atau leher tegang.

Adanya kepercayaan di masyarakat bahwa bila tidak ada gejala seperti pusing atau leher tegang berarti tekanan darahnya sudah normal sehingga tidak perlu kontrol tekanan darah ke puskesmas.B. Sasaran : masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas baik pasien dengan tekanan darah normal maupun yang menderita hipertensi di wilayah RT 01/02 Kembangan Utara dan wilayah kerja puskesmas Kembangan Utara.C. Tempat : ???

D. Indikator keberhasilan :Dinilai berdasarkan terjadinya peningkatan pengetahuan masyarakat yang diukur melalui hasil pretest dan post test bila terjadi peningkatan sebesar 30%.

Intervensi III: Senam aerobic sehat untuk penderita hipertensiA. Kegiatan : senam santai yang bersifat aerobic yang ditujukan pada semua masyarakat di RT 01/02 Kembangan Utara.Kegiatan ini dilakukan merupakan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berolahraga secara rutin tiap minggunya. Tujuan dilakukannya kegiatan olahraga ini supaya masyarakat rajin untuk berolahraga dan meningkatkan serta memotivasi masyarakat Kembangan Utara untuk berolahraga. Dasar penentuan kegiatan: Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol didapatkan seluruhnya tidak pernah meluangkan waktu untuk olahraga yang dikarenakan kurangnya kesadaran dan niat pasien untuk olahraga. Berolahraga rutin setiap minggu minimal 3x per minggu, dapat menurunkan nilai tekanan darah sekitar 4-9 mmHg.E. Sasaran : masyarakat baik dengan tekanan darah normal maupun yang menderita hipertensi di wilayah RT 01/02 Kembangan Utara dan wilayah kerja puskesmas Kembangan Utara.B. Tempat : ???C. Indikator Penilaian:

Partisipasi masyarakat yang mengikuti mencapai minimal 50% dari jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan pada intervensi I dan II. Partisipasi masyarakat untuk ikut berolahraga mencapai minimal 90% dari jumlah peserta yang datang saat hari berolahraga.5.2 Log Frame Goals

Tabel 2. Log Frame Goals

MasukanKegiatanKeluaranTujuan

Pendek

( 3 minggu )Menengah

( 1 tahun )Panjang

( 5 tahun )

Intervensi 1

Man : Kepala Puskesmas beserta staf Puskesmas, koass

Money :

Rp. 42.000,-

Material:

Presentasi digital & leaflet

Method: Penyuluhan

Memberikan penyuluhan tentang nutrisi dan gizi buruk selama kehamilan

Menambah pengetahuan kader tentang nutrisi dan gizi buruk selama kehamilanMeningkatkan pengetahuan kader tentang nutrisi dan gizi buruk selama kehamilan

Peningkatan nilai rata-rata pre test ke post test sekurang-kurangnya15% pada kader

Para kader mampu menyampaikan materi tentang nutrisi pada ibu hamil secara rinci dan jelas di kelas KPKIATerjadinya perubahan pola makan pada ibu hamil dengan KEK

Terjadinya peningkatan status gizi pada ibu hamil KEK

Tidak adanya penderita KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gembong

Intervensi 2

Man :

Staff Puskesmas, kader posyandu, koass.

Money :

Rp. 63.000,-

Material :

Leaflet

Method: pelatihanPelatihan bagi kader berupa penyampaian materi nutrisi dan gizi buruk selama kehamilan

Meningkatnya kualitas penyampaian materi oleh kader dibandingkan waktu survey awal

Meningkatnya pengetahuan ibu hamil KEK tentang nutrisi dan gizi buruk kehamilanMeningkatkan pengetahuan ibu hamil KEK tentang nutrisi pada ibu hamil selama masa kehamilan

Peningkatan nilai rata-rata pre test ke post test sekurang-kurangnya 15% pada ibu hamil KEKTerjadinya perubahan pola makan pada ibu hamil KEK

Terjadinya peningkatan status gizi pada ibu hamil KEK.

Tidak adanya penderita KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gembong

Intervensi 3

Man :

-koass

-dokter umum puskesmas

Money :

Rp 10.000-

Method:

Diskusi dan advokasi

Material :

-SOP ANC

-leafletKegiatan

Advokasi tentang pelaksanaan edukasi saat ANC dengan Kepala Puskesmas Gembong.

Menjelaskan fakta yang didapatkan dari kuesioner tentang rendahnya tingkat edukasi pada ANC pada ibu hamil KEK di wilayah kerja puskesmas Gembong.

Melakukan sosialisasi tentang komponen ANC sesuai dengan SOP dari Kemenkes

Mencetak SOP kemenkes sebagai pengingatTercapainya advokasi kepada kepala Puskesmas berupa kebijakan tentang pelaksanaan edukasi saat ANC

mengingatkan tentang komponen ANC sesuai SOP kemenkes kepada bidan desa

-mengubah perilaku bidan desauntuk memberikan edukasi tentang nutrisi pada ibu hamil pada saat ANCPada ANC di tempat praktik ke empat bidan desa, terdapat 50% responden yang diberikan edukasi nutrisi pada ibu hamilPeningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai nutrisi dan gizi buruk selama kehamilan

Tidak adanya penderita KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gembong

5.3 Planning of Action (POA)

Tabel 3. Planning of Action

KegiatanTujuan dan TargetSasaranBiayaTempatWaktuPICRencana Penilaian

PlanningMemilih kasus diagnosis komunitas dengan analisis situasi:

-menganalisis data epidemiologis, 10 penyakit terbanyak, program kesehatan yang tidak sesuai tolak ukur

-berdiskusi dengan dokter dan kepala puskesmas

-diskusi antar anggota kelompokMendapatkan kasus Diagnosis Komunitas di wilayah kerja Puskesmas Gembong

Wilayah Kerja Puskesmas Gembong

Puskesmas Gembong12 dan 13 Desember 2014Huilee, Indah

Yolanda

Wisni

Mengidentifikasi faktor penyebab dari kasus yang dipilih:

-memilih target

-survey kuesionerMendapatkan target

Tercapainya pembagian kuesioner pada 18 orang ibu hamil KEK

Mendapatkan data tentang perilaku, pengetahuan dan sikap terhadap layanan kesehatan 18 ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas GembongFotocopy kuesioner: Rp 125,- x 6x 18 = Rp 13.500,--desa Cangkudu, Tobat, Suka Murni

,Gembong24 Desember 2014

Penetapan masalah utama dengan diskusi bersama staf puskesmas (Delbeq)Mendapatkan masalah utama yang akan diintervensiPuskesmas Gembong26 Desember 2014

Penetapan indikator keberhasilanMendapatkan tolak ukur Puskesmas Gembong26 Desember 2014

Perencanaan IntervensiTersusunnya rencana intervensiWilayah kerja Puskesmas GembongPuskesmas Gembong31 Desember 2014

KegiatanTujuan dan TargetSasaranBiayaTempatWaktuPICRencana Penilaian

OrganizingPembagian TugasAgar setiap orang mendapat tugas masing-masing4 koass IKM-Minggu ke 3 sampai minggu ke 6 kepaniteraan IKMHuilee, Indah, YolandaWisni

ActuatingPembuatan media ajar, berupa leaflet, presentasi digital, SOP ANCMembuat media ajar untuk mempermudah penyampaian informasi saat pelaksanaan intervensi-kader puskesmas gembong

-bidan desa

-ibu hamil KEK-print leaflet berwarna:Rp 2.000x 16= Rp 32.000,-

fotocopy pretest dan post test: Rp 125 x 60= Rp 7500

fotocopy SOP

Rp 125 x 2 x 4 =Rp 2.0001 Januari 2015Huilee, Indah, YolandaWisni

Pengajuan ijin peminjaman ruangan di balai desa

Didapatkannya tempat pelaksanaan intervensiKepala Puskesmas dan kepala desa Gembong-ruangan tata usaha puskesmas Gembong

-Balai desa Gembong3 dan 5 Januari 2015Huilee, Indah, YolandaWisni

Melaksanakan kegiatan penyuluhan nutrisi dan gizi buruk selama kehamilanMeningkatnya pengetahuan kader tentang nutrisi dan gizi buruk selama kehamilanKader Posyandu di wilayah kerja puskesmas Gembong Konsumsi= Rp 3.500 x 12 = Rp 42.000,--Balai desa Gembong7 Januari 2015Huilee, Indah, YolandaWisniPeningkatan nilai rata-rata post test terhadap pre test sebanyak 20%

Para kader mampu menyampaikan materi tentang nutrisi pada ibu hamil secara rinci dan jelas di kelas KPKIA

Pelatihan bagi kader berupa penyampaian materi nutrisi dan gizi buruk selama kehamilan

Sebagai ajang latihan langsung penyampaian materi bagi kader

Bertambahnya pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi dan gizi buruk selama kehamilanKader Posyandu dan

Ibu hamil KEK di wilayah kerja puskesmas GembongKonsumsi= Rp 3.500 x 18 = Rp 63.000,-Balai desa Gembong7 Januari 2015Huilee, Indah, YolandaWisniPeningkatan nilai rata-rata post test terhadap pre test sebanyak 20%

Sosialisasi tentang langkah ANC yang sesuai dengan SOP Kemenkes, yaitu melaksanakan edukasi nutrisi pada kehamilan

-menambah dan/mengingatkan tentang komponen ANC sesuai SOP kemenkes

-mengubah perilaku bidan desa untuk memberikan edukasi tentang nutrisi pada bumilBidan desa Cangkudu, Tobat, Suka murni dan GembongTempat praktik bidan desa9 dan 12 Januari 2015Huilee, Indah, YolandaWisniPada ANC di tempat praktik ke empat bidan desa, terdapat 50% responden yang diberikan KIE nutrisi pada ibu hamil

5.4 Timeline (Gantt Chart)

Tabel 4 Gantt Chart Timeline Kegiatan

NoKegiatanMinggu

123456

1. Perencanaan

Identifikasi kasus di Puskesmas

Diskusi tentang masalah puskesmas dengan Kepala Puskesmas dan perawat Puskesmas yang bersangkutan

Rapat antar anggota kelompok untuk menentukan masalah yang dipilih

Mengajukan kasus di pleno IKM Untar

Mengidentifikasi faktor penyebab:

-menentukan target

-survey Tanya-jawab

Diskusi untuk menetapkan masalah utama dengan staff Puskesmas (Delbeq)

Diskusi untuk menetapkan indikator keberhasilan

Perencanaan intervensi

2. Pengorganisasian

Pembagian Tugas

3. Pelaksanaan

Pembuatan media ajar

Pengajuan ijin peminjaman ruangan di halaman puskesmas

Penyuluhan kepada masyarakat tentang hipertensi dan tatalaksana serta nutrisi penderita hipertensi

4. Pengawasan

Pengawasan berjalannya penyuluhan kepada masyarakat tentang hipertensi dan tatalaksana serta nutrisi penderita hipertensi

5. Evaluasi

Intervensi I

Pengolahan data pre test dan post test kader

- Kegiatan penyuluhan tentang hipertensi belum maksimal dan menyeluruh.

- Kurangnya tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan

Kurangnya KIE antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol TD.

Belum terlaksananya kegiatan penyuluhan secara merata.

Kurangnya tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan.

Ruang tunggu di puskesmas kurangmemadai untuk penyuluhan. memadai mer

Non Fisik :

-terdapat mitos : jika tidak ada keluhan berarti sembuh dan kecenderungan menghentikan pengobatan (40% penderita)

-jenuh dengan pekerjaan ( meningkatnya faktor stress.

GENETIK

Meningkatnya jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di Puskesmas Kembangan Utara

LINGKUNGAN

MEDICAL CARE SERVICES

LIFESTYLE

-Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.

-Kurangnya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur.

-Kurangnya perhatian terhadap diet rendah garam.

-Periksa ke puskesmas bila ada gejala yang mengganggu.

-Jarang berolahraga.

- Kegiatan penyuluhan tentang hipertensi belum maksimal dan menyeluruh.

- Kurangnya tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan

Kurangnya KIE antara dokter dan pasien tentang hipertensi dan cara mengontrol TD.

Belum terlaksananya kegiatan penyuluhan secara merata.

Kurangnya tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan.

Ruang tunggu di puskesmas kurangmemadai untuk penyuluhan. memadai mer

Non Fisik :

-terdapat mitos : jika tidak ada keluhan berarti sembuh dan kecenderungan menghentikan pengobatan (40% penderita)

-jenuh dengan pekerjaan ( meningkatnya faktor stress.

GENETIK

Meningkatnya jumlah pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol di Puskesmas Kembangan Utara

LINGKUNGAN

MEDICAL CARE SERVICES

LIFESTYLE

-Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.

-Kurangnya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur.

-Kurangnya perhatian terhadap diet rendah garam.

-Periksa ke puskesmas bila ada gejala yang mengganggu.

-Jarang berolahraga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

April 201529