dk ameloblatoma rev sit
TRANSCRIPT
DISKUSI KASUS
AMELOBLASTOMA
Oleh:
Nadya Arinda Musri (160112120514)
Eni Purwanti (160112120516)
Siti Mutia Chairunissa (160112120515)
Fitri Dwi Primadisya (160112120510)
Ivhatry Rizky OPS (160112120507)
Pembimbing:
Herman Hambali, drg., Sp.BM
BAGIAN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ameloblastoma adalah tumor jinak odontogenik yang berasal dari epitel yang
menunjukkan perilaku local agresif dengan tingkat rekurensi yang tinggi, yang diyakini secara
teoritis berasal dari sisa lamina dentalis, organ enamel, lapisan epitel kista odontogenik atau
dari sel-sel dari lapisan basal mukosa mulut. Terutama, lesi yang agresif memerlukan
pendekatan bedah yang lebih radikal yang dapat mengakibatkan defek rahang yang besar.
Tumor odontogenik terdiri dari sekelompok lesi yang komplek dan mempunyai
gambaran histologi dan sifat klinis yang bervariasi. Dari semua pembengkakan rongga mulut,
9% adalah tumor odontogenik dan dalam kelompok ini, ameloblastoma 1% dari lesi. WHO
mendefinisikan sebagai neoplasia polimorfik lokal invasif yang sering kali memiliki pola
folikel atau plexiform dalam stroma berserat. Perilakunya digambarkan sebagai tumor yang
jinak namun lokal agresif. Di 20% dari semua kasus tumor dapat ditemukan di rahang atas,
terutama di regio kanin atau molar. Pada mandibula, 70% berada di regio molar atau ramus
ascending, 20% di daerah premolar dan 10% di bagian anterior. Ameloblastoma terjadi
dengan frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin.
Biasanya terjadi pada usia antara dekade pertama dan ketujuh dengan rata-rata pada
dekade keempat. Secara klinis, ameloblastoma dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok:
unikistik, solid atau multikistik, periferal, dan maligna. ameloblastoma unikistik biasanya
muncul sebagai lesi "kistik" dengan proliferasi lapisan kistik secara intraluminal atau
intramural. Radiografinya, radiolusensi. Ameloblastoma Multikistik dapat menyelinap ke
dalam jaringan yang berdekatan dan memiliki kemampuan untuk rekuren dan bahkan
bermetastase. Terjadi pada kelompom usia yang sedikit lebih tua dibandingkan
ameloblastoma unikistik. Radiografis, penampilan umumnya unilokular atau multilokular.
Ameloblastoma Periferal sebagian besar muncul di mukosa alveolar. Ini adalah versi
ameloblastoma jaringan lunak tetapi juga dapat melibatkan tulang yang mendasarinya.
Ameloblastoma maligna merupakan bentuk yang jarang. Hal ini didefinisikan sebagai
ameloblastoma yang telah menyebar namun masih mempertahankan fitur klasik mikroskopis.
Klasifikasi histologi meliputi folikel, plexiform, ameloblastoma acanthomatous dan
granular. Dalam kebanyakan kasus, tumor termasuk asimtomatik yang memperlihatkan
sebagai temuan insidental pada orthopantomografi. Gejala yang paling umum adalah
pembengkakan wajah, nyeri, maloklusi, kegoyangan gigi, gigi palsu tidak pas, penyakit
periodontal atau ulserasi, fistula oroantral dan obstruksi jalan nafas hidung. Pada dasarnya di
dalam literatur digambarkan dua strategi terapi: cara pengobatan konservatif dan prosedur
radikal. Sementara lesi kecil umumnya diperlakukan dengan pendekatan yang kurang agresif,
lesi yang lebih besar memerlukan bedah radikal ablasi tumor yang mengakibatkan defek besar
dan membuat rekonstruksi menjadi sulit.
BAB II
KASUS PASIEN
Tanggal Pemeriksaan : 26 juni 2013
No. Medrek : 0001290503
Nama Lengkap : AS
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Sukaendah
2.1. Keluhan Utama dan Anamnesis
Keluhan utama :
Terdapat benjolan pada daerah dagu
Anamnesis :
Pasien laki-laki usia 37 tahun datang dengan keluhan terdapt benjolan pada daerah dagu,
benjolan ada sejak 7 tahun yang lalu, awalnya sebesar kelereng dan lama kelamaan membesar
hingga sebesar buah mangga, terjadi penurunan berat badan dari 7 tahun yang lalu kira-kira 2
kg. Awalnya terasa sakit, namun seterusnya tidak terasa sakit lagi. Tidak ada riwayat penyakit
yang sama pada keluarga. Pembengkakan tersebut pernah pecah dan mengeluarkan cairan
erwarna kuning pada gusi belakang disebelah kiri. Pernah dilakukan operasi pengambilan
jaringan dalam bius lokal pada tahun 1997.
2.2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 100/70 mm Hg
Nadi : 88x / menit
Pernafasan : 22x / menit
Suhu : Afebris
Ukuran : 15 x 10 x 8 cm
Indurasi : (+) Submandibula kanan
Fluktuasi : (+) Submandibula kiri
Status Lokalis
Ekstra Oral :
• Wajah : asimetris, pembengkakan pada daerah submandibula hingga
submental melus ke daerah buka kiri.
• KGB : Kanan tidak teraba dan tidak sakit, Kiri tidak bisa dilakukan
pemeriksaan.
Intraoral
• Mukosa bukal : Terdapat fistula pada bukal bagian posterior sinistra
• Gingiva : Oedem pada daerah radiks
• Dasar mulut : Terdapat benjolan
• Lidah : tak
• Bibir : inkomplit
• Palatum : tak
• Tonsil : T1-T1
Status Gigi Geligi
2.3. Diagnosis
Diagnosis kerja : Suspek Ameloblastoma a/r mandibula
2.4 Penatalaksanaan
- Pro biopsy insisi dalam anastesi lokal
- Pro panoramic foto
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman)
adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama
pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada
tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada
1885.
Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain
dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang
parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah
infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk
mengobati gangguan ini.
Jadi, Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel – sel embrional dan terbentuk
dari sel – sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan
lambat, secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi
lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul
atau tidak berkapsul.
3.2 Etiologi
Pada saat ini kebanyakan para ahli mempertimbangkan ameloblastoma dengan asal
yang bervariasi, walaupun stimulus yang menimbulkan proses tersebutbelum diketahui.
Selanjutnya, tumor tersebut kemungkinan terbentuk dari :
1. Sisa sel – sel dari organ enamel, baik itu sisa lamina dental, sisa-sisa epitel Mallasez
atau sisa-sisa pembungkus Hertwig yang terkandung dalam ligamen periondontal gigi
yang akan erupsi.
2. Epitelium dari kista odontogenik terutama kista dentigerous.
3. Gangguan perkembangan organ enamel.
4. Sel-sel basal dari epitelium permukaan rahang.
5. Epitelium Heterotropik pada bagian-bagian lain dari tubuh, khususnya kelenjar
pituitary. Stankey dan Diehl (1965) yang mengulas 641 kasus ameloblastoma,
menemukan bahwa108 kasus dari tumor-tumor inidihubungkan dengan gigi impaksi
dan suatu kista folikular ( dentigerous).
3.3 Gambaran Klinis
Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara
lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun sebelum
gejala-gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum
terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahundan hampir dua pertiga
pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan
menunjukkan bahwa ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding
pada maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan
ramus, Ameloblastoma maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa
diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran
berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi
tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak.
Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian bukal
mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak
umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi
memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada
rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.(3,4,6)
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting. Sisi
asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat. Perkembangan tumor
tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau terjadi komplikasi infeksi
sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan selama beberapa tahun
tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat menimbulkan ulkus namun tipe
ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya
bertambah besar dapat menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan
ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh
pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus
tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan
hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena sifat
invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan ditakutkan
akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi sudah dinyatakan
bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.
3.4 Gambaran Histopatologis
Sejumlah pola histologis digambarkan dalam ameloblastoma. Beberapa diantaranya
memperlihatkan tipe histologis tunggal, yang lainnya dapat menunjukkan beberapa pola
histologis didalam lesi yang sama. Yang umum untuk semua tipe ini adalah polarisasi sel-sel
sekitar dibentuk seperti sarang yang berproliferasi kedalam pola yang serupa dengan
ameloblas dari organ enamel. Secara kasar, ameloblas terdiri dari jaringan kaku yang
berwarna keabu-abuan yang memperlihatkan daerah kistik yang mengandung cairan kuning
yang bening.
Amelobalstoma secar dekat menyerupai organ enamel, walaupun kasus-kasus yang
berbeda dapat dibedakan dari kemiripan mereka untuk tahap-tahap odontogenesisyang
berbeda. Karena pola-pola histologis ameloblastoma sangat bervariasi, maka sejumlah tipe
yang berbeda secara umum dijelaskan :
1. Folikular
Ameloblastoma folikular terdiri dari pulau-pulau epitel dengan dua komponen
berbeda. Bagian sentral dari pulau epitel mengandung suatu jalinan sel-sel yang rumit dan
longgar yang menyerupai stelate retikulum dari organ enamel. Disekeliling sel-sel ini adalah
lapisan sel-sel kolumnar tinggi dan tunggal dengan nukleusnya berpolarisai jauh dari
membran dasar. Degenerasi kistik umumnya terjadi dibagian sentral pulau-pulau epitel,
meninggalkan ruang yang jelas dan dibatasi oleh sel-sel stelate padat. Kelompok sel-sel epitel
dipisahkan oleh sejumlah steoma jaringan fibrosa.
2. Pleksiform
Pada ameloblastoma pleksiform, sel-sel tumor yang menyerupai ameloblas tersusun
dalam massa yang tidak teratur atau lebih sering sebagai suatu jaringan dari untaian sel-sel
yang berhubungan. Masing-masing massa atau untaian ini dibatasi oleh lapisan sel-sel
kolumnar dan diantara lapisan ini kemungkinan dijumpai sel-sel yang menyerupai stalate
retikulum. Namun demikian, jaringan yang menyerupai stalate retikulum terlihat kurang
menonjolpada tipe ameloblastoma pleksiform dibanding pada ameloblastoma tipe folikuler
dan ketika dijumpai secara keseluruhan tersusun pada bagian perifer daerah degenerasi kistik.
3. Akantomatosa
Dalam ameloblastoma akantomatosa, sel-sel yang menempati posisi stalate retikulum
mengalami metaplasia squamous, terkadang dengan pembentukan keratinpada bagian sentral
dari pualu-pulau tumor. Terkadang, epitel pearls atau keratin pearls dapat dijumpai.
4. Granular
Pada ameloblastoma sel granular, ada ciri-ciri transformasi sitoplasma, biasanya sel-
sel yang menyerupai stelate retikulum sehingga mengalami bentuk eosinofil, granular yang
sangat kasar. Sel-sel ini sering meluas hingga melibatkan sel-sel kolumnar atau kuboidal
periperal. Penelitian ultrastruktural, seperti yang dilakukan Tandler dan Rossi, menunjukkan
bahwa granul-granul sitoplasmik ini menunjukkan lisosomal dengan komponen-komponen sel
yang tidak dapat dikenali. Hartman telah melaporkan serangkaian kasus ameloblastoma sel
granular dan memperkirakan bahwa tipe sel granular ini terlihat menjadi lesi yang agresif dan
cenderung untuk kambuh kecuali dilakukan bedah yang sesuai pada operasi pertama.
Walaupun pola histologis yang berbeda telah memunculkan berbagai nama-nama untuk
menjelaskan lesi tersebut, namun gambaran klinisnya adalah sama.
Ameloblastoma terkadang perkembangnnya ditemukan didalam dinding kista
odontogenik. Tergantung pada tahap perkembangan tumor, berbagai istilah digunakan untuk
menjelaskan perubahan-perubahan seperti intarluminal, mural dan amelobalstoma invasif.
Istilah amelobastoma intraluminal digunakan ketika ameloblastoma berkembang kedalam
lumen dan tidak menganggu dinding kista.
Istilah ameloblastoma mural digunakan ketika amelobalstoma dijumpai didinding
kista dan masih dibatasi oleh dinding-dinding kista. Pada dua situasi tumor ini secara komplit
dibatasi didalam kista, suatu pendekatan bedah yang lebih konversatif sering dilakukan.
Istilah ameloblastoma invasif digunakan ketika tumor tersebut telah meluas keluar dinding
kista dan kedalam tulang yang berbatasan atau kedalam jaringan lunak atau ketika tumor
berkembang dari epitel lain selain dari epitel kista. Suatu prosedur bedah yang lebih radikal
sering disarankan untuk keadaan ini.
3.5 Gambaran Radiografi
Pada radiografi ameloblastoma secara klasik digambarkan sebagai suatu lesi yang
menyerupai kistamultilokular pada rahang. Tulang yang terlibat digantikan oleh berbagai
daerah radiolusen yang berbatas jelas yang member lesi suatu bentuk seperti sarang lebah atau
gelembung sabun. Kemungkinan juga ada radiolusen berbatas jelas yang menunjukkan suatu
ruang tunggal. Suatu ameloblastoma menghasilkan lebih luas resobsiakar gigi yang berkontak
dengan lesi.
Ada dua tipe ameloblastoma yang menunjukkan gambaran yang khas secara rontgenografi
yaitu:
1. Ameloblastoma monokistik
Terlihat sebagai suatu rongga kista tunggal yang menyerupai kista radikular atau
folikular yang garis luarnya tidak halus, bulat tetapi irregular dan berlobul serta bagian
perifernya seringkali bergerigi. Tipe ini jarang dijumpai.
2. Ameloblastoma multikistik
Tipe ini menghasilakn suatu gambaran yang khas secara rontgenografi. Ada
pembentukan kista multipel yang biasanya berbentuk silinder dan terpisah satu sama lain oleh
trabekula tulang. Kista yang bulat ini bervariasi ukuran serta jumlahnya.
Walaupun berbagai jenis gambaran radiografidari ameloblastoma memungkinkan, namun
kebanyakan memiliki gambaran yang khas dimana sejumlah loculation dijumpai. Jika
ameloblastoma menempati suatu rongga tunggal atau monokistik, maka diagnosa radiografi
menjadi bertambah sulit karena kemiripannya terhadap kista dentigerous danterhadap kista
residual berbatas epitel pada rahang. Pada suatu kista yang berbatas epitel, maka jaringan
tersebut lebih radiopak dibanding cairan tersebut, tetapi pada banyak hal perbedaan tersebut
begitu ringan yang menjadi tidak bernilai diagnostik.
Ameloblastoma secara radiografi menyerupai kista dentigerous telah dilaporkan oleh
Chan(1933), Bailey(1951) dan yang lainnya. Suatu rongga kista pada mandibula dimana
mahkota molar kedua yang tidak erupsi. Bentuk bulat rongga tersebut, batas yang teratur dan
posisinya yang berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi diduga sebagai suatu kista
dentigerous, tetapi pada pemeriksaan mikroskopis, kandungan rongga tersebut terbukti
sebagai ameloblastoma.
Suatu ameloblastoma yang secara radiografi menyerupai kista residualberbatas epitel.
Bentuknya bulat dan memiliki batas yang jelas dan teratur. Suatu kerusakan kecil pada tulang
didekat daerah puncak alveolus memberikan suatu gambaran radiolusen yang dapat
diinterpretasikan dengan baik sebagai kerusakan setelah operasi.
Chan (1933) menyebutkan kemungkinan bahwa suatu ameloblastoma dapat terbentuk
dari folikel-folikel yang tidak sepenuhnya disingkirkan pada saat penyingkiran gigi yang tidak
erupsi danmungkin ameloblastoma pada keadaan ini dibentuk dari sumber tersebut.
Dengan meningkatnya ukuran lesi, maka korteks dilibatkan, dirusak dan jaringan lunak
diinvasi. Dalam hal ini, ameloblastoma berbeda dari lesi fibrous dan fibroosseus yang
mengekspansi tetapi cenderung mempertahankan korteks.
Walaupun pemeriksaan rontgen bernilai penting untuk menentukan perluasan
keterlibatannya, namun ini tidak selalu bernilai diagnostik yang pasti. Lesi-lesi yang kecil
sulit untuk diinterpretasikan, dan pada beberapa kasus harus bergantung pada pemeriksaan
patologis yang seharusnya dibuat pada semua kasus yang dicurigai.
3.6 Diagnosa
3.6.1 Pemeriksaan klinis
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis. Tumor tumbuh secara
perlahan selama bertahun-tahun dan ditemukan pada rontgen foto. Pada tahap berikutnya,
tulang menipis dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada
penekanan. Degan pembesarannya, maka tumior tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal
yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi
menyadari adanya pembengkakan, biasanya pada bagian bukal mandibula dan dapat
mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista
odontogenik. Sisi yang paling sering dikenai adalah sudut mandibula dengan pertumbuhan
yang meluas karamus dan kedalam badan mandibula. Secara ekstra oral dapat terlihat adanya
pembengkakan wajah dan asimetri wajah. Sisi asimetri tergantungpada tulang-tulang yang
terlibat. Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan pada saraf
atau terjadi komplikasi infeksi sekunder. Ukuran tumor yang bertambah besar dapat
menyebabkan gangguan pengunyahan dan penelanan.
3.6.2 Pemeriksaan radiologis
Tampak radiolusen unilokular atau multilokular dengan tepi berbatas tegas. Tumor ini
juga dapat memperlihatkan tepi kortikal yang berlekuk, suatu gambaran multilokular dan
resobsi akar gigi yang berkontak dengan lesi tanpa pergeseran gigi yang parah dibanding pada
kista. Tulang yang terlibat digantikan oleh berbagai daerah radiolusen yang berbatas jelas dan
member lesi suatu bentuk seperti sarang lebah atau gelembung sabun. Kemungkinan juga ada
radiolusen berbatas jelas yang menunjukkan suatu ruang tunggal.
3.6.3 Pemeriksaan patologi anatomi
Kandungan tumor ini dapat keras atau lunak, tetapi biasanya ada suatu cairan mucoid
berwarna kopi atau kekuning-kuningan. Kolesterin jarang dijumpai. Secara makroskopis ada
dua tipe yaitu tipe solid (padat) dan tipe kistik. Tipe yang padat terdiri dari massa lunak
jaringan yang berwarna putih keabu-abuan atau abu-abu kekuning-kuningan. Tipe kistik
memiliki lapisan yang lebih tebal seperti jaringan ikat dibanding kista sederhana. Daerah-
daerah kistik biasanya dipisahkan oleh stroma jaringan fibrous tetapi terkadang septum tulang
juga dapat dijumpai. Mikroskopis terdiri atas jaringan tumor dengan sel-sel epitel tersusun
seperti pagar mengelilingi jaringan stroma yang mengandung sel-sel stelate retikulum,
sebagian menunjukkan degenerasi kistik.
Dari pemeriksaan klinis, radiologis dan patologi anatomi dapat didiagnosa bahwa
tumor tersebut ameloblastoma. Biasanya tidak sulit untuk mendiagnosa pertumbuhan tumor
ini dengan bantuan rontgenogram dan dari data klinis, kelenjar limfe tidak terlibat.
3.7 Penatalaksanaan
Secara umum perawatan ameloblastoma adalah perawatan konservatif dan perawatan
radikal. Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang terlibat,
letak anatomis munculnya tumor, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang
didapat. Perawatan konservatif diindikasikan pada pasien usia muda dan ameloblastoma
unikistik. Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan
tepi yang tidak jelas, lesi dengan gambaran radiografi seperti busa sabun (soap bubble), lesi
yang tidak efektif dengan penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran
besar. Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi segmental, hemimandibulektomi dan
reseksi marginal (reseksi enblok).
3.7.1 Perawatan konservatif
1. Kuretase
Kuretase merupakan penyingkiran tumor dengan mengikisnya dari jaringan normal
yang ada disekelilingnya. Kegagalan dari kuretase disebabkan karena tertinggalnya pinggiran
tumor pada jaringan. Teknik ini dapat digunakan untuk lesi kecil ameloblastoma unikistik di
mandibula
2. Enukleasi
Enukleasi adalah pengangkatan kista baik lapisan pembungkusnya hingga isinya.
Indikasi enukleasi adalah lesi odontogenik keratosis yang memiliki tingkat rekurensi tinggi.
Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati. Pengangkatan kista dalam satu potongan
tanpa fragmentasi akan mengurangi kecenderungan terjadinya rekurensi.
3. Kombinasi Enukleasi dan Kuretase (Dredging Method)
Metode dredging adalah suatu perawatan dimana setelah dilakukan enukleasi, kuret atau
bur digunakan untuk mengangkat 1-2 mm tulang di sekitar rongga tumor. Indikasi
dilakukanya metode dredging ini adalah :
Mengangkat odontogenic keratocyst
Tumor yang rekuren setelah pengangkatan
Keuntungan
Bila enukleasi meninggalkan sisa-sisa epitel, kuretase bisa mengangkat sisa-sisa tersebut,
sehingga kemungkinan terjadinya rekurensi menurun.
Kerugian
Kuretase bersifat lebih destruktif terhadap tulang sekitar dan jaringan lainnya (misal : saraf
dan pembuluh darah) sehingga harus ekstra hati-hati dalam pelaksanaannya
Teknik
Tumor dilakukan enukleasi
Inspeksi pada rongga tulang untuk melihat struktur sekitarnya
Kuret tajam atau bur tulang diikuti dengan irigasi steril digunakan untuk mengangkant 1-
2 mm lapisan tulang di perifer rongga kista, lakukan dengan ekstra hati-hati
Rongga dibersihkan kemudian ditutup
3.7.2 Perawatan Radikal
1. Reseksi En-blok / Reseksi Marginal
Reseksi En-blok adalah pengangkatan tumor dengan pinggir tulang yang tidak terlibat,
namun mempertahankan kontinuitas rahang. Teknik reseksi en-blok memerlukan osteotomi
kira-kira 1-2 cm dari pinggir tumor. Bila jaringan lunak ikut terlibat, dilakukan reseksi luas
dari pinggir jaringan lunak. Keuntungan dari reseksi en-blok yaitu tidak mencederai pinggir
tumor saat reseksi, yang memungkinkan tumour seeding pada daerah pembedahan.
Pendekatan intraoral digunakan untuk lesi yang letaknya lebih anterior dari ramus
mandibula, sedangkan pendekatan ekstraoral untuk lesi yang melibatkan ramus mandibula.
a. Pendekatan Intraoral
Jika bukaan mulut tidak mencukupi akses untuk membuang segmen tulang
mandibula yang besar, atau mencapai tumor pada regio posterior, digunakan
midline lip-spliting incision.
Midline dipilih karena :
o injuri minimal terhadap struktur anatomis
o fungsi bibir pada midline tiddak terganggu
o estetis
Insisi dihubungkan dengan insisi intraoral untuk membentuk flap.
Flap mukoperiosteal dibuka, menunjukkan area yang akan direseksi dengan
utuh.
Segmen tulang dibuang dengan saw atau bur. Margin tulang normal juga ikut
diangkat.
Hemostasis dicapai, flap dikembalikan & dijahit.
b. Pendekatan Ekstraoral untuk lesi yang melibatkan regio posterior dari
mandibula dan ramus
Digunakan insisi submandibula (1,5 – 2 cm di bawah batas inferior
mandibula); insisi midline lip-splitting mungkin dibutuhkan.
Segmen mandibula dibuang dengan bur atau saw, menyisakan tepi batas
inferior.
Flap dikembalikan & dijahit.
2. Osteotomi Perifer
Osteotomi Perifer Adalah teknik eksisi sempurna dari tumor dan mempertahankan
jarak tulang untuk memelihara kontuinuitas rahang sehingga kelainan bentuk, kecacatan dan
kebutuhan untuk pembedahan kosmetik sekunder dan restorasi prostetik dapat
dihindari.Kuretase dengan osteotomi perifer disarankan untuk perawatan ameloblastoma saat
mempertahankan struktur vital dan fungsi rahang.
Teknik ini memerlukan eksposur dan kuretase seluruh tumor yang terlihat. Setelah
kuretase seluruh tumor, pinggir tulang yang membatasi seluruh defek dibuang dengan bur.
Kerugian dari teknik ini adalah memungkinkan tumour seeding pada jaringan sekitar.
3. Reseksi Segmental
Pengangkatan segmen mandibula atau maksila yang terlibat oleh tumor, hal ini
bertujuan untuk mengurangi tingkat rekuren tumor. Hemimandibulektomi &
hemimaksilektomi termasuk dalam perawatan ini. Rekonstruksi segera dapat dilakukan bila
tumor telah diangkat dengan bersih saat operasi menggunakan autogenous bone graft yang
berasal dari tulang panggul atau rusuk, atau menggunakan plat logam.
a. Hemimandibulektomi atau Parsial Mandibulektomi
Pada teknik ini, kontinuitas batas inferior mandibula tidak dipertahankan.
Defek mandibula: dalam kasus defek mandibula, rekonstruksi langsung dengan
menggunakan alloplastic graft atau bone graft dapat dilakukan tergantung
prognosis tumor yang dieksisi.
b. Maksilektomi
Dalam kasus tumor yang melibatkan maksila, partial atau total maxillectomy
dilakukan tergantung pada perluasan keterlibatan tumor. Dalam kasus yang
melibatkan sinus maksila, perawatan yang dipilih adalah hemimaxillectomy.
Partial maxillectomy dilakukan melalui pendekatan intraoral, sedangkan
hemimaxillectomy dilakukan dengan pendekatan ekstraoral yang dikenal dengan
Weberfergusson approach untuk mendapatkan akses yang cukup ke dalam sinus
dan area orbital.
4. Cauterisasi
Kauterisasi adalah suatu desikasi atau elektrokuagulasi dari lesi, termasuk sejumlah
jaringan di sekitarnya. Kauter merupakan terapi yang lebih efektif dengan tingkat rekurensi
50% dibandingkan dengan kuretase yang memiliki tingkat rekurensi hingga 90%. Iskemia
sekunder dan nekrosis yang terjadi selama penggunaan kauter dari jarak tertentu dari margin
tumor dapat menghancurkan sel tumor yang tidak dapat dicapai dengan instrumentasi
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjiptono TP, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu Bedah Mulut. Edisi 3, Medan:
Percetakan Cahaya Sukma.1989 : 145 – 6, 258 – 9.
2. Ernawati MG. Hubungan Gigi Impaksi Dengan Ameloblastoma. KPPIKG X. FKG UI.
Jakarta, oktober 1994 : 29-32.
3. Archer WH. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol I; 5th ed. Philadelphia : W B. Saunders
Co. 1975 : 273, 735 – 9.
4. Cheraskin E, Langley LL. Dynamic of Oral Diagnosis. 1ST ed. Chicago : The Year Book
Publiser Inc. 1956 : 119 – 22.
5. Harahap S. Gigi Impaksi, Hubungannya dengan Kista dan Ameloblastoma. Dentika Dental
Journal. Vol 6. No 1. FKG USU. Medan, 2001 : 212 – 6