p1- dk 5 imun11

12
Sistem imun dapat dibagi menjadi: 7 (1) sistem alamiah atau nonspesifik/ natural/ innate/ native/ nonadaptif, dan (2) sistem imun didapat/ spesifik/ adaptif. Imunitas spesifik timbul atau bekerja lebih lambat dibanding imunitas nonspesifik. Sel yang penting pada imunitas nonspesifik adalah fagosit, sel NK, monosit/makrofag, netrofil, basofil, sel mast, eosinofil, dan sel dendritik. Sementara sel yang penting untuk imunitas spesifik adalah sel Th, Tdth, Tc, Ts/Tr/Th3, dan sel B. Molekul yang penting pada imunitas nonspesifik adalah lisozim, sitokin, komplemen, APP lisozim, CRP, kolektin, dan molekul adhesi. Sedangkan molekul penting pada imunitas spesifik adalah antibodi, sitokin, mediator, molekul adhesi. 7 Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respon imun, yang dirangsang oleh imunogen spesifik, seperti antibodi atau TCR. Imunogen adalah bahan yang dapat merangsang sel B atau sel T atau keduanya. Antigen dapat berupa gula, lipid, hormon, protein, polisakarida, atau fosfolipid. Secara fungsional, antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. 7 Antigen lengkap adalah antigen yang dapat menginduksi respons imun maupun berinteraksi dengan produknya, sedangkan antigen inkomplit (hapten) tidak dapat dengan sendirinya menginduksi respons imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya (seperti antibodi). Hapten

Upload: beby

Post on 01-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

imun

TRANSCRIPT

Sistem imun dapat dibagi menjadi:7(1) sistem alamiah atau nonspesifik/ natural/ innate/ native/ nonadaptif, dan (2) sistem imun didapat/ spesifik/ adaptif.

Imunitas spesifik timbul atau bekerja lebih lambat dibanding imunitas nonspesifik. Sel yang penting pada imunitas nonspesifik adalah fagosit, sel NK, monosit/makrofag, netrofil, basofil, sel mast, eosinofil, dan sel dendritik. Sementara sel yang penting untuk imunitas spesifik adalah sel Th, Tdth, Tc, Ts/Tr/Th3, dan sel B. Molekul yang penting pada imunitas nonspesifik adalah lisozim, sitokin, komplemen, APP lisozim, CRP, kolektin, dan molekul adhesi. Sedangkan molekul penting pada imunitas spesifik adalah antibodi, sitokin, mediator, molekul adhesi. 7Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respon imun, yang dirangsang oleh imunogen spesifik, seperti antibodi atau TCR. Imunogen adalah bahan yang dapat merangsang sel B atau sel T atau keduanya. Antigen dapat berupa gula, lipid, hormon, protein, polisakarida, atau fosfolipid. Secara fungsional, antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. 7 Antigen lengkap adalah antigen yang dapat menginduksi respons imun maupun berinteraksi dengan produknya, sedangkan antigen inkomplit (hapten) tidak dapat dengan sendirinya menginduksi respons imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya (seperti antibodi). Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa (carier). Hapten biasanya dikenal oleh sel B, sedangkan protein pembawanya oleh sel T.Imunogenesitas adalah kemampuan untuk menginduksi respons imun humoral atau selular. Semua molekul dengan sifat imunogenesitas juga memiliki sifat antigenesitas, namun tidak sebaliknya. Antibodi adalah glikoprotein spesifik yang diproduksi sebagai respons terhadap pajanan antigen. Antibodi digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan dikenal sebagai imunoglobulin (Ig). Fungsi utamanya adalah untuk mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor pemusnah. Imunoglobulin dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka Ig ditemukan terbanyak dalam fraksi gloublin gama, meskipun ada beberapa Ig yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta.\

Mekanisme Reaksi Hipersemsitivitas menurut Gell dan Coombs. 7

Pada umumnya laporan tentang obat tersering penyebab alergi adalah golongan penisilin, sulfa, salisilat, dan pirazolon. Obat lainnya yaitu asam mefenamat, luminal, fenotiazin, fenergen. Alergi obat biasanya tidak terjadi pada paparan pertama. Sensitisasi imunologik memerlukan paparan awal dan tenggang waktu beberapa lama (masa laten) sebelum terjadinya alergi. Alerginitas obat tergantung dari berat molekulnya. Diagnosis alergi obat sering sulit dibuktikan walaupun dugaan sudah kuat. Dasar diagnosis yang terpenting adalah anamnesis rinci tentang berbagai hal penting. Pemeriksaan yang dilakukan adalah 1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit)2Bertujuan untuk mengetahui alergi terhaalergen hiru[p dan makanan. Allergen hirup yaitu debu, tungau debu, serpih kulit manusia, bulu, sari rumput, padi, kecoa,dll. Tes ini dilakukan dilengan bawah sisi dalam, diamati sekitar 30 menit, jika timbul gejala bentol merah dan gatal dianggap positif (+)

2. Pacth Test (Tes Tempel)6Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia atau eskim. Tes ini dilakukan dibunggung. Dibaca setelah 48 jam. Positif bila menimbulkan bercak kemerahan atau betolan atau urtikaria.

3. Skin test Digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan dikulit lengan bawah dengan menyuntikkan obat yang akan dites di lapisan ba2wah kulit. Hasil dibaca setelah 15 menit. Positif bila timbul bentol, merah, gatal.

Tes Alergi pada KulitMacam tes kulit untuk mendiagnosis alergi :1 Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh karena alergen inhalan, makanan atau bisa serangga. Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis kontakSkin Prick Test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit. Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamin dan mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah akibatnya timbul flare/kemerahan dan wheal/bentol pada kulit tersebut.1

Tujuan Tes Kulit pada alergi: Tes kulit pada alergi ini untuk menentukan macam alergen sehingga di kemudian hari bisa dihindari dan juga untuk menentukan dasar pemberian imunoterapi.1

Indikasi Tes Cukit ( Skin Prick Test ) : 4 Rinitis alergi : Apabila gejala tidak dapat dikontrol dengan medikamentosa sehingga diperlukan kepastian untuk mengetahui jenis alergen maka di kemudian hari alergen tsb bisa dihindari. Asthma : Asthma yang persisten pada penderita yang terpapar alergen (perenial). Kecurigaan alergi terhadap makanan. Dapat diketahui makanan yang menimbulkan reaksi alergi sehingga bisa dihindari. Kecurigaan reaksi alergi terhadap sengatan serangga.

Mekanisme Reaksi pada Skin TestDibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan granula-granula yang berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang berikatan dengan IgE. Ketika lengan IgE ini mengenali alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast terpicu untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan setempat, maka timbulah reaksi alergi karena histamin berupa bentol (wheal) dan kemerahan (flare).5

AC

B

Gambar 1. A. Cara menandai ekstrak alergen yang diteteskan pada lengan B. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet C. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukitInterpretasi Tes Cukit ( Skin Prick Test ): 1,6Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of Northern (Scandinavian) Society of Allergology dengan membandingkan bentol yang timbul akibat alergen dengan bentol positif histamin dan bentol negatif larutan kontrol. Adapun penilaiannya sebagai berikut : Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3) Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-) Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol. Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento histamin dinilai ++++ (+4).Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip Rusmono sebagai berikut :1,3- 0 : reaksi (-)- 1+: diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)- 3+: diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)- 4+: diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu karena tehnik yang salah atau faktor material/bahan ekstrak alergennya yang kurang baik.6Jika Histamin ( kontrol positif ) tidak menunjukkan gambaran wheal/ bentol atau flare/hiperemis maka interpretasi harus dipertanyakan , Apakah karena sedang mengkonsumsi obat-obat anti alergi berupa anti histamin atau steroid. Obat seperti tricyclic antidepresan, phenothiazines adalah sejenis anti histamin juga. 6Hasil negatif palsu dapat disebabkan karena kualitas dan potensi alergen yang buruk, pengaruh obat yang dapat mempengaruhi reaksi alergi, penyakit-penyakit tertentu, penurunan reaktivitas kulit pada bayi dan orang tua, teknik cukitan yang salah (tidak ada cukitan atau cukitan yang lemah ).1 Ritme harian juga mempengaruhi reaktifitas tes kulit. Bentol terhadap histamin atau alergen mencapai puncak pada sore hari dibandingkan pada pagi hari, tetapi perbedaan ini sangat minimal. 6Hasil positif palsu disebabkan karena dermografisme, reaksi iritan, reaksi penyangatan (enhancement) non spesifik dari reaksi kuat alergen yang berdekatan, atau perdarahan akibat cukitan yang terlalu dalam. 6Dermografisme terjadi pada seseorang yang apabila hanya dengan penekanan saja bisa menimbulkan wheal/bentol dan flare/kemerahan. Dalam rangka mengetahui ada tidaknya dermografisme ini maka kita menggunakan larutan garam sebagai kontrol negatif. Jika Larutan garam memberikan reaksi positif maka dermografisme.6Semakin besar bentol maka semakin besar sensitifitas terhadap alergen tersebut, namun tidak selalu menggambarkan semakin beratnya gejala klinis yang ditimbulkan. Pada reaksi positif biasanya rasa gatal masih berlanjut 30-60 menit setelah tes.6

Daftar Pustaka :1. Pawarti DR. Tes Kulit dalam Diagnosis Rinitis Alergi, Media Perhati. Volume 10 2004; Vol 10 no 3 :18-23 2. Krouse JH, Marbry RL. Skin testing for Inhalant Allergy 2003 : current strategies. Otolaryngolo Head and Neck Surgary 2003 ; 129 No 4 : 34-9.3. Rusmono N. Diagnosis Rinitis Alergi secra invivo dan invitro. Dalam : Kursus dan Pelatihan Alergi dan Imunologi. Konas XIII Perhati KL. Bali. 2003 ; 56-604. Mayo Clinic staff. Allergy skin tests: Identify the sources of your sneezing, Mayo Foundation for medical education and research, April 2005 ; 1-55. Lie P. An Approach to Allergic Rhinitis, Respirology & Allergy Rounds. April 2004; 39-456. Nelson HS, Lah J, Buchmeier A, McCormick D. Evaluation of Devices for Skin prick Testing. J Allergy and Clin Immunol 1998; 101 : 153-67. Coomb RRA, Gell PGH. Classification of allergic reactions responsible for clinical hypersensitivity and disease. Clin Aspects Immmunol.1968;575-96.