laporan blok 19 modul 1

28
Skenario Gigiku Renggang-Renggang Dovi (19 tahun) datang ke klinik gigi untuk konsultasi mengenai keadaan gigi depan atas yang terlihat maju dan renggang. Dokter gigi melakukan anamnesa menanyakan riwayat gigi keluarganya dan dikatehui susunan gigi ayah dan ibunya normal. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat diastema antara gigi 14 dan 13, 13 dan 12, 11 dan 21, 22 dan 23, 23 dan 24, 34 dan 33, 33 dan 32, 42 dan 43, 42 dan 44. Overjet 2,9mm dan overbite 33mm. relasi gigi 16, 26 terhadap 36,46 tonjol mesiobukal molar satu atas terletak pada lekukan molar satu bawah. Terdapat malposisi gigi 13 mesiopalato versi, 33 dan dan 43 mesiolinguo torsiversi. Kemudian dokter gigi mencetak maksila dan mandibula Dovi. Dokter gigi juga melakukan foto intra oral dan ekstra oral, lalu merujuk Dovi ke bagian radiologi untuk rontgen foto panoramic dan sefalometri. Apa yang harus dilakukan pada kasus Dovi diatas? Terminologi 1. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan keseluruhan gambaran lengkung gigi maksilla dan mandibula termasuk struktur gigi dan struktur pendukungnya. 2. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang memperlihatkan keseluruhan

Upload: demilyadioppy-abevit

Post on 26-Oct-2015

394 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

gjkgkjjg

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Blok 19 Modul 1

Skenario

Gigiku Renggang-Renggang

Dovi (19 tahun) datang ke klinik gigi untuk konsultasi mengenai keadaan gigi

depan atas yang terlihat maju dan renggang.

Dokter gigi melakukan anamnesa menanyakan riwayat gigi keluarganya dan

dikatehui susunan gigi ayah dan ibunya normal. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat

diastema antara gigi 14 dan 13, 13 dan 12, 11 dan 21, 22 dan 23, 23 dan 24, 34 dan

33, 33 dan 32, 42 dan 43, 42 dan 44. Overjet 2,9mm dan overbite 33mm. relasi gigi

16, 26 terhadap 36,46 tonjol mesiobukal molar satu atas terletak pada lekukan molar

satu bawah. Terdapat malposisi gigi 13 mesiopalato versi, 33 dan dan 43 mesiolinguo

torsiversi. Kemudian dokter gigi mencetak maksila dan mandibula Dovi.

Dokter gigi juga melakukan foto intra oral dan ekstra oral, lalu merujuk Dovi

ke bagian radiologi untuk rontgen foto panoramic dan sefalometri.

Apa yang harus dilakukan pada kasus Dovi diatas?

Terminologi

1. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan keseluruhan gambaran

lengkung gigi maksilla dan mandibula termasuk struktur gigi dan struktur

pendukungnya.

2. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang

memperlihatkan keseluruhan hubungan struktur makasilla dan mandibula

terhadap basis kranium.

Identifikasi Masalah

1. Apa perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti?

2. Selain menanyakan riwayat gigi keluarga, apa lagi yang bisa ditanyakan dalam

anamnesa?

3. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi?

4. Apa saja yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto?

5. Kenapa dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap

Dovi?

6. Apa fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho?

7. Selain rontgen foto, apa pemeriksaan lain yang diperlukan?

8. Apa penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario?

Page 2: Laporan Blok 19 Modul 1

Analisa Masalah

1. Perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti:

Anamnesa umum meliputi CC, PI, PMH, PDH, dan FH.

Anamnesa orto lebih memperhatikan hal-hal seperti kebiasaan buruk

pasien, riwayat pencabutan gigi, dan faktor-faktor penyebab lainnya.

2. Hal lain yang dapat ditanyakan dalam anamnesa:

Kebiasaan buruk pasien.

Pada PDH, tanyakan lebih lanjut mengenai riwayat kehilangan gigi

pasien. Hal ini dapat menjadi penyebab malposisi gigi.

Riwayat penyakit.

3. Prosedur yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi:

Anamnesa umum nama, umur, jenis kelamin.

Analisa lokal keadaan IO dan EO.

Analisa fungsional TMJ, pola pembukaan rahang.

Analisa model sbg acuan diagnosa.

Analisa sefalometri

4. Yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto:

Lampiraqn odontogram

Foto profil

Rontgen foto

5. Alasan dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap

Dovi:

Untuk membantu dokter gigi dalam menentukan diagnosa terhadap kasus

Dovi.

6. Fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho:

Penentuan rencana perawatan;

Sebagai evaluasi;

Melihat keadaan gigi geligi, ex.gigi impaksi, benih gigi ada atau tidak;

Melihat keadaan struktur jaringan keras, ex.adakah pola kerusakan

tulang atau tidak.

7. Selain rontgen foto, pemeriksaan lain yang diperlukan:

Foto profil

Model studi (cetakan rahang pasien)

8. Penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario:

Page 3: Laporan Blok 19 Modul 1

Kebiasaan buruk;

Kombinasi rahang dan gigi ibu dan ayah, terjadi disharmonisasi’

Malposisi gigi.

Skema

Tujuan Pembelajaran

I. Analisa Umum dalam Bidang Orthodonti

II. Analisa Lokal dalam Bidang Orthodonti

III. Analisa Fungsional dalam Bidang Orthodonti

IV. Analisa Model dalam Bidang Orthodonti

V. Analisa Sefalometri dan Panoramic dalam Bidang Orthodonti

LO II. Analisa Lokal

Dovi (19th)

konsultasi ke drg

pemeriksaan

penunjang

pencetaka

n

studi

model

rontgen

subjektif

anamnesa

objektif

Intra oral

ekstra oral

foto prof

il

Rekam Medis

Page 4: Laporan Blok 19 Modul 1

Ekstra Oral :

1. Bentuk muka : simetris / asimetris

2. Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :

Brahisepali : lebar, persegi

Mesosepali : lonjong / oval

Oligisepali : panjang / sempit

Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100

Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka :

Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9

Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9

Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop

> 94,9 : Hiper Leptoprosop

Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100

Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)

Klasifikasi indeks kepala :

Page 5: Laporan Blok 19 Modul 1

Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9

Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9

Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9

Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali

> 84,9 : Hiper Brahisepali

3. Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka

Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis

Gl-Pog

Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-

Pog

Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis

Gl-Pog

4. Profil muka : Menurut Schwarzt dikenal 9 tipe profil muka

Page 6: Laporan Blok 19 Modul 1

Intra oral

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :

Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek

Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan

mulutnya jelek kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek

lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan

mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.

Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia

Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :

o Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya

o Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi

permukaan oklusal gigi-gigi bawah.

o Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan

lingual mahkota gigi (tongue of identation)

o Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)

Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit

Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang

(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang

Page 7: Laporan Blok 19 Modul 1

pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah

lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus,

palatoschisis,dll. Dicatat.

Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy

Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks

(GI) 15

Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya

Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan

mucosa yang inflamasi dan hypertropy.

Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya

(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan

mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu

pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang.

Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy

Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy

Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy

Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan

menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan

yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat

ortodontik.

Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengahn

elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran

Pemeriksaan gigi geligi :

o Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien.

Tulislah rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri

keterangan.

o Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi

yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.

LO III. Analisa Fungsional

Page 8: Laporan Blok 19 Modul 1

Freeway space

Freeway space adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam keadaan

posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam

posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik diujung

hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam

keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di

ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak

pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris. Nilai normal

menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan

sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit diposterior sehubungan

dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar dari pada tumpang

gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih

kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.

Pola penutupan rahang

Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi

sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke

muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan

relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis. Sedangkan

yang tidak normal apabila terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula.

Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa

gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam

perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan

displacement mandibula.

Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena

perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan pada

gigi atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada jangka panjang

dapat menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.

Deviasi Mandibula

Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila mandibula

dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan

kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides. Arah path of closure

adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi

mandibula terletak dalam relasi sentrik.

Displacement Mandibula

Page 9: Laporan Blok 19 Modul 1

Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak

premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan

hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang

displacement dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam beberapa keadaan

displacement terjadi pada fase gigi sulung, kemudian pada saat gigi permanen

erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang

memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat terjadi pada usia

lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan karena

hilangnya posterior akibat pencabutan. Displacement dalam jurusan

transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan silang posterior. Bila

lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacement mandibula

ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila

haltersebut terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior

pada satu sisi. Displacement ke transversal tidak berhubungan dengan

bertambahnya jarak antaroklusal. Adanya gigitan silang unilateral gigi

posterior yang disertai adanya garis median atas dan bawah yang tidak segaris

akan menimbulkan dugaan adanya displacement ke transversal. Keadaan ini

perlu diperiksa dengan seksama dengan memperhatikan pasien pada saat

menutup mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu

diperhatukan adalah letak garis median baik pada possisi istirahat maupun

pada posisi oklusi. Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini,

perlu dilakukan ekspansi regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak

semua gigitan silang unilateral berhubungan dengan dispacement. Kadang-

kadang didapatkan asimetri rahang atas dan bawah. Bila tidak terdapat

displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu

dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya. Displacement ke arah

sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada daerah insisiv. Pada

keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula. Pada kasusu kelas

III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi, mandibula bergeser ke

anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal Displacement ke posterior

kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan perbedaan displacement

mandibula ke posterior yang sering terjadi pada relasi inisisivi kelas II dengan

displacement ke posterior pada pasien dengan gigi yang masih lengkap.

Page 10: Laporan Blok 19 Modul 1

Displacement ke posterior sering terjadi pada pasien yang kehilangan gigi

posterior.

Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi

istirahat. Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi sentris

dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis

median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran

berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisi garis media pada saat

posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan

path of closure.

TMJ

Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya

tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya

menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting tentang

sendi temporomandibulaadalah lebar pembukaan maksimal, yang pada keadaan

normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan. Palpasi pada

otot pengunyahan dan sendi temporomandibula merupakan bagian pemeriksaan rutin

dan perlu dicatat tanda-tanda adanya masalah pada sendi temporomandibula, misalnya

adanya rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan pembukaan Cara pemeriksaaanya

adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk

operator dibagian luar meatus accuticus externus kiri dan kanan penderita dan

penderita diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa

adanya krepitasi saat palpasi bagian luar meatus accustucus evternus atau

bunyinclicking pada saat mandibula memb uka dan menutup mulut BERARTI pola

pergerakan TMJ normal.

Page 11: Laporan Blok 19 Modul 1

LO IV. Analisa Model

Analisis mode lstudi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan

kelengkapan rencanaperawatan.

Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan

pereawatan. Selain menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat bantu

lain, sepertialat bantu ukur, gambaran radiografisdantabel perkiraan.

Analisis dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan

sistemkomputerisasi, dengankelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada berbaga

ianalisis yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih sangat

bergantung pada kasus.

Macam-macam analisis pada geligi tetap antara lainuntuk melihat hubungan

geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal,

dan analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkunggigi dengan rahang

antara lain Nance Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dandiagnostic setup.

Analisis untuk geligi campuran antara lain Analisis gambaran radiografis,

Moyers, dan Tanaka-Johnston.

Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat bantu

yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan teknik

analisis yang tepat untuk setiap kasus.

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada

rahang atas maupunrahang bawah,serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.

Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannyadengan geligi pada rahang lawan

dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.

Macam-macam Analisis Model Studi

Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah

sagital, transversal, dan vertikal.

Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama,

kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III

Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,

dan crossbite anterior.

Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis

median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior.

Page 12: Laporan Blok 19 Modul 1

Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite,

openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.

Analisis Bolton

Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap

ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh

membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang

mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada

oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena

ukuran gigi yang tidak sesuai.

Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:

jumlah lebar 12 gigi rahang bawah x100

jumlah 12 gigi rahang atas

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang

akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.

Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan

Analisis Howes

Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal

cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth

Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri

sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau fosa

kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis

apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur

menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.

Rasio diperoleh dari membagi:

PMBAW x 100

TM

Howes percaya bahwa dalam keadaan normalperbandingan PMBAW

dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan inimenunjukkan bahwa

basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua gigi.

Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti

terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar.

Page 13: Laporan Blok 19 Modul 1

Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar,

maka dapat dilakukan ekspansi premolar.

Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan

dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan

apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi

atau (3) ekspansi palatal.

LO V. Analisa Sefalometri dan Panoramic

Analisa chepalometri

Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat

kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi

tentang pola kraniofasial.

Page 14: Laporan Blok 19 Modul 1

Manfaat sefalometri radiografik adalah:

Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan

membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang

berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).

Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat

dengan tipe fasial.

Ada 2 hal penting yaitu :

(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan

(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk

profil : cembung, lurus atau cekung.

Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan

pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan

ortodontik yang dilakukan.

Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan sefalogram

yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan ortodontik.

Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan

membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut

terbuka dan posisi istirahat.

Penelitian

Page 15: Laporan Blok 19 Modul 1

Alat :

Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari

sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang

berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen).

Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar

pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan.

Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan

sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat

menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras dan

dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.

Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:

a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga

objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi

lateral atau antero-posterior.

b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat

berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam

proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini

yaitu Rotating

Kelemahan sefalometrik

Kesalahan sefalometer

Kesalahan sefalometer meliputi:

o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering

dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak cukup,

Page 16: Laporan Blok 19 Modul 1

penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat diatasi

dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.

o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap

film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran

semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek semakin kecil

terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik

pemotretan yang benar.

Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan

o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih

atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik.

Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan pengalaman.

o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3

dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat

pertumbuhan dan perawatan.

Analisa Panoramik

Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran

tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan

mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari

detail anatomi pada sisi kontralateral.

Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi

ditemukan dalam satu film.

Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi

sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup

seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah.

Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan

diagnosa diantaranya seperti:

Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi

gambaran pada intra-oral.

Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.

Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto

rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan

Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan

gigi atau benih gigi.

Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.

Page 17: Laporan Blok 19 Modul 1

Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height

Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik :

Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.

Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat

dirangkum meliputi:

Persiapan Alat:

1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan

kedalam tempatnya.

2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.

3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.

4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan

tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan.

5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.

Persiapan pasien

1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris

rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.

2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan

jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.

3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada

yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.

4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk

memegang handel agar tetap seimbang.

Page 18: Laporan Blok 19 Modul 1

5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka

bersentuhan pada tempat dagu.

6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.

7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke

palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.

8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam

saat penyinaran.

Persiapan Operator :

1) Operator memakai pakaian pelindung.

2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-

ray ketika waktu penyinaran.

3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak

ada pergerakan.

4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala

pada tempatnya.

5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.

Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi

1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter

secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.

2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus

radiopaque.

3) Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter

bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai

70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk

kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.

Sumber:

Foster,T.D. 1993. Buku Ajar Ortodonsi, edisi 3. Jakarta : EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8279/1/970600053.pdf

http://wayanardhana.staff.ugm.ac.id/pwpnt_orto1_sef.pdf

Page 19: Laporan Blok 19 Modul 1