cestoda blok 19

31
CESTODA TRI WULANDARI

Upload: hafida-auliarista

Post on 14-Dec-2014

83 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Cestoda Blok 19

TRANSCRIPT

Page 1: Cestoda Blok 19

CESTODA

TRI WULANDARI

Page 2: Cestoda Blok 19

CESTODA

Spesies penting :

Taeniidae (T. solium, T. saginata, E. granulosus)

Diphyllobothriidae (D. latum)

Dilepididae (D. caninum)

Hymenolepididae (H. nana ; H. diminuta)

Page 3: Cestoda Blok 19

PENDAHULUAN• MORFOLOGI

– Dewasa : Skolex; Proglottid (imatur, matur, gravid) Strobila

– Telur : bulat, b’ddg tebal dg garis radier, berisi onkosfere

• SIKLUS HIDUP– Kompleks : butuh HP dan HD– Manusia :

• HD (D. latum, T. saginata, D. caninum, H. diminuta)

• HD dan HP (T. solium, H. nana).

Page 4: Cestoda Blok 19

•1. Excretory canal

•2. Testes

•3. Uterus

•4. Genital pore

•5. Vas deferens

•6. Vagina

•7. Ovaries

•8. Yolk glands

Page 5: Cestoda Blok 19

Taenia solium Taenia saginata

– Skolex dg 4 batil isap ; rostelum berkait

– Identifikasi : proglottid gravid dg 7-13 cabang utama lateral

– HP : babi

– Skolex dg 4 batil isap ; tanpa rostelum

– Identifikasi : proglottid gravid dg 15-20 cabang utama lateral

– HP : sapi

Page 6: Cestoda Blok 19

Siklus Hidup T. solium

Page 7: Cestoda Blok 19

Epidemiologi

• Menyebabkan sistiserkosis dan taeniasis pd manusia

• Manusia dapat terinfeksi melalui : – Telur cacing di feses (kontaminasi tanah/air)

termakan– Makan daging babi tidak matang yg mengandung

sistiserkus autoinfeksi

Page 8: Cestoda Blok 19

Klinik• Taeniasis

– Asimptom– Iritasi ringan pada tpt

perlekatan (gejala abdominal ringan : abdominal discomfort, diare/konstipasi)

– Eosinofilia ringan– By T. solium, T.

saginata

• Sistiserkosis– Adanya larva

(sistiserkus) di organ-organ

– Gejala tgt organ yg terkena (ggn SSP, mata, muscular pseudohipertrofi,dl)

– By T. solium

Page 9: Cestoda Blok 19

• Diagnosis Sistiserkosis– SC Pembedahan nodul ; – Otot Radiograf ; – Mata Tampak sistiserkus– Serologis Gejala ggn neurologis dg sistiserkus di tpt lain

• Pengobatan/Treatment– Cacing dewasa :

• praziquantel; niklosamid• Pengobatan segera setl diagnosis ditegakkan (autoinfeksi!).

– Sistiserkosis :• Sistiserkosis mata pembedahan.• Sistiserkosis kulit / otot : praziquantel; metrifonat• Sistiserkosis otak (rasemosa) : praziquantel, antikonvulsan,

corticosteroids, pembedahan pd kasus-kasus tertentu.

Page 10: Cestoda Blok 19

• Pencegahan– Waspada thd cara-cara infeksi

• Menjaga sanitasi dan personal hygiene • Tdk makan sayuran mentah dg pupuk limbah• Memasak daging babi dan produk lain dg benar (>

65oC; asam / garam tidak efektif)

Page 11: Cestoda Blok 19

Echinococcus granulosus

Page 12: Cestoda Blok 19

Siklus Hidup

Page 13: Cestoda Blok 19

Epidemiologi

• Ada 3 spesies yang mengifeksi manusia (E. granulosus, E. multilokularis, dan E. vogelli)

• Hospes definitif pada anjing, sdgkan manusia sebagai hospes perantara (hydatid disease)

• Manusia terinfeksi dari makan telur cacing

Page 14: Cestoda Blok 19

Hidatidosis

• Infeksi melalui tertelannya telur cacing di feses anjing atau Canidae lain

• Larva ada di dalam jaringan• 60% di hepar, 20% di paru-paru, 3

% di otak (Multiceps (senurosis) lebih sering di otak)

• Gejala: tergantung lokasi – desakan sista yang membesar (seperti

tumor)– reaksi alergi cairan yang keluar

• Pengobatan: – tindakan bedah (tidak dianjurkan untuk

E. multilokularis), mebendazole, prazikuantel

Page 15: Cestoda Blok 19

Patologi – Gejala Klinis• Telur termakan menetas : onkosfere penetrasi

mukosa usus scr hematogenous jaringan / organ lain terutama hepar berkembang dan membentuk sista berdinding epithel germinatif yg mampu menghasilkan protoscolices (calon skoleks) dan diselubungi membran nonseluler sista hidatida.

• Bentuk dan perkembangan sista dari ketiga spesies berbeda

• Sista hidatida nekrosis jaringan sekitar. • Gejala klinis tgt dari lokasi sista. Biasanya asimtom

kecuali bila berukuran cukup besar (hepar : ruptur duktus biliverus atau pembuluh darah kecil; paru : batuk, nafas pendek atau nyeri dada; otak : bisa serius)

• Sista hidatida pecah krn trauma atau bedah syok anafilaktik atau menyebar ke organ lain dan terbentuk sista baru.

Page 16: Cestoda Blok 19

Treatment dan prevensi

• Treatment meliputi pembedahan untuk mengambil sista atau inaktivasi hydatid sand dengan injeksi 10% formalin dan segera diambil.

• Pemberian dosis tinggi Mebendazole dilaporkan sukses mengatasi hidatidosis (pasien yang tidak mungkin dibedah).

• Prevensi dengan mencegah kontak dengan anjing terinfeksi dan eliminasi infeksi pada anjing.

Page 17: Cestoda Blok 19

Diphyllobothrium latum

EPIDEMIOLOGI

• Manusia terinfeksi dari makan ikan kurang matang yg mengandung larva pleroserkoid atau minum air yang mengandung larva proserkoid distribusi prevalensi berkaitan dg kebiasaan makan ikan kurang matang (Skandinavia, Finlandia, Alaska dan Kanada)

Page 18: Cestoda Blok 19

Penularan Diphyllobothriasis

Page 19: Cestoda Blok 19

Penularan Sparganosis

Page 20: Cestoda Blok 19

Sparganosis

• Sparganosis adalah infeksi larva berbagai spesies cacing pita diphyllobothroid (Diphyllobothrium latum).

• Sparganosis dilaporkan secara sporadis di seluruh dunia, terutama di negara-negara di Asia.

Page 21: Cestoda Blok 19

Penularan sparganosis• Sparganosis terjadi melalui 3 cara:

– Infeksi melalui minum air terkontaminasi copepods yang mengandung larva procercoid Larva menembus dinding usus dan migrasi ke otot atau subkutan dan berkembang menjadi larva Sparganum

– Infeksi melalui makan daging kurang matang (babi, ular) yang terinfeksi pleroserkoid. Larva plerocercoid (sparganum) di usus akan melepas strobila, meninggalkan usus melalui dinding usus dan menuju ke jaringan untuk kembali berkembang ke bentuk sparganum.

– Infeksi dapat juga terjadi karena menapelkan daging katak atau ular yang mengandung pleroserkoid pada luka terbuka atau konjungtiva untuk pengobatan.

Page 22: Cestoda Blok 19

Gejala Klinis Sparganosis

• Tergantung Jaringan yg terkena: – dinding usus, payudara, skrotum, epididymis,

ureter, kantung kemih, rongga perut, jantung, paru-paru, otak, subcutan atau mata.

• Stadium awal (migrasi) asimtomatik, • Di tempat akhir radang di jaringan

sekitar. Contoh:• Ocular sparganosis

– radang berat dengan edema periorbital kebutaan.

• Cerebral sparganosis – gangguan CNS.

• Proliferative sparganosis (S. proliferum)– tumor pada sc di leher menyebar ke

seluruh tubuh. – Dapat berlangsung 5-25 tahun dan biasanya

fatal.

Page 23: Cestoda Blok 19

Terapi• Praziquantel dg total dosis 120

- 150 mg/kg BB diberikan selama 2 hari, dengan tingkat keberhasilan rendah.

• Operasi (mengambil sparganum)– Cerebral sparganosis tidak

efektif dengan praziquantel.

• Tidak ada tindakan yg efektif – sparganum proliferum yg sudah

menyebar.

Page 24: Cestoda Blok 19

Prevensi• Daerah endemik

– (Asia: Cina, Jepang, Taiwan, Vietnam,

– Amerika: Florida, Venezuela, Paraguay).

• Dilarang minum air mentah yang mungkin mengandung copepods

• Penyediaan air bersih. • Pencegahan penggunaan hewan

yang potensial terinfeksi untuk pengobatan.

Page 25: Cestoda Blok 19

Hymenolepis nana Siklus Hidup

Page 26: Cestoda Blok 19

• EPIDEMIOLOGI– Perkiraan 20 juta orang terinfeksi, terutama anak-anak.– Penularan melalui menelan telur cacing ( dapat menyebabkan

hiperinfeksi) atau menelan kutu beras (Tenebrio molitor) yang mengandung larva.

• KLINIK – Telur yg tertelan – onchosphere masuk ke mukosa usus – larva

(sistiserkoid) – cacing dewasa (hymenolepiasis)– Gejala Klinis: ringan: asimtomatik; berat: nyeri perut, diare,

anoreksi, gejala tidak spesifik lainnya.

• TREATMENT DAN PREVENSI – Praziquantel 25 mg/kg BB single oral dose– Niklosamid, Nitazoxanide.

Page 27: Cestoda Blok 19

Hymenolepis diminuta• Morfologi hampir sama dengan H. nana, ukuran lebih

besar.• Parasitik pada tikus, zoonotik bagi manusia.• Dalam siklus hidup membutuhkan hospes intermedier

arthropoda (kumbang tepung). • Penularan: tertelannya kumbang tepung terinfeksi

(sistiserkoid).

KLINIK: hampir sama dengan H. nana, tidak ada hiperinfeksi.

PENCEGAHAN: pengendalian tikus, mengkonsumsi tepung/ sereal matang, melindungi sereal siap konsumsi dari insekta atau tikus.

Page 28: Cestoda Blok 19

Diphyllidium caninum

• Dipylidium caninum – adalah parasit pada anjing-kucing, – tersebar di seluruh dunia, – pinjal sebagai hospes perantara.– Hidupnya tergantung pada keberadaan pinjal

dan anjing-kucing, kemampuan survive di luar tubuh sambil menunggu ditelan oleh pinjal.

Page 29: Cestoda Blok 19

Diphyllidium caninum Siklus hidup

Page 30: Cestoda Blok 19

Morfologi

• Dipylidium caninum dewasa– Bentuk: seperti pita, 40-50 cm. – Tubuh: scolex, leher dan strobila. – Scolex : mempunyai duri untuk melekat, tiap proglotid

mengandung organ reproduksi. – Identifikasi Dipylidium caninum berdasarkan segmen

yang keluar melalui anus. – Dipylidium caninum mempunyai porus genitalis yg

terletak di lateral tiap segmen, dg dua proglotid tiap segmen. Segmen seperti biji mentimun, dan terlihat sangat aktif ketika keluar bersama feses.

Page 31: Cestoda Blok 19

Infeksi pada manusia

• Epidemiologi:– Terbanyak terjadi pada anak-anak, termasuk bayi. – Pola infeksi : kemungkinan melalui kontak antara

anak-anak dengan hewan peliharaan yang mengandung pinjal (menelan pinjal anjing/ kucing)

• Gejala Klinis: – Asimtomatik - nyeri abdomen, diare, iritabilitas dan

pruritus ani. • Treatment – Pengendalian:

– Praziquantel: single dose 5-10 mg/kg BB, Niklosamide

– Pengobatan cacing dan kontrol pinjal pada anjing-kucing secara periodik.