blok 19 2012

159
[2012] Blok Indera Blok Indera Buku Panduan Tutor Buku Panduan Tutor Fakultas Kedokteran Koordinator: dr. Marie Yuni Andari, SpM Kontributor: dr. Siti Farida SW, Sp. M dr. Wawang Orijanto, Sp. M dr. Gede Supartha, Sp. M dr. Monalisa Nasrul, SpM dr.Marie Yuni Andari, SpM dr. Hamsu Kadriyan, Sp. THT, M. Kes dr. Markus Rambu, Sp. THT dr. I G Ayu Trisna A, Sp THT Siti Rahmatul Aini S.F Apt. M.Sc Agriana Rosmalina Hidayati, Apt. M.Farm dr. Maz Isa Ansyori dr. Muhammad Rizkinov Jumsa

Upload: ardi-widiatmika

Post on 26-Oct-2015

156 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Blok 19 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 19 2012

[2012]

Blok InderaBlok Indera

Buku Panduan TutorBuku Panduan Tutor

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Koordinator:dr. Marie Yuni Andari, SpM

Kontributor: dr. Siti Farida SW, Sp. M dr. Wawang Orijanto, Sp. Mdr. Gede Supartha, Sp. Mdr. Monalisa Nasrul, SpMdr.Marie Yuni Andari, SpMdr. Hamsu Kadriyan, Sp. THT, M. Kesdr. Markus Rambu, Sp. THT dr. I G Ayu Trisna A, Sp THTSiti Rahmatul Aini S.F Apt. M.ScAgriana Rosmalina Hidayati, Apt. M.Farmdr. Maz Isa Ansyoridr. Muhammad Rizkinov Jumsadr. Eka Ariedr. Wahyu Sulistya Affarah

Page 2: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Sambutan Pimpinan Fakultas Kedokteran

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya buku panduan blok Indera ini tepat

pada waktunya. Blok indera merupakan blok yang menekankan pada prinsip-prinsip peranan sistem

indera yang merupakan bagian dari sistem sensori tubuh yang berfungsi untuk memproses informasi

sensorik baik dari luar maupun dalam tubuh sendiri, namun blok ini hanya akan membahas sistem

sensori mata serta telinga, hidung dan tenggorokan (THT). Blok ini berjalan selama 6 minggu dengan

menekankan pada prinsip student centered dengan sistem pembelajaran berbasis kompetensi dan

Problem Base Learning (PBL).

Terdapat berbagai metode pembelajaran yang diterapkan dalam blok indera antara lain:

perkuliahan, diskusi PBL, praktikum, kunjungan lapangan dan student project. Variasi metode

pembelajaran ini diharapkan dapat memacu terciptanya suasana pembelajaran berbasis masalah

menjadi akar dari pembelajaran dengan sistem tersebut diatas.

Buku panduan mahasiswa blok indera tahun 2012 ini diharapkan dapat memandu mahasiswa

dalam menjalankan perannya dengan baik. Buku panduan ini merupakan penyempurnaan dari buku

panduan mahasiswa blok indera tahun sebelumnya. Sebagai halnya dengan kurikulum, buku panduan

juga mengalami perbaikan yang sifatnya dinamis. Perbaikan yang kontinue bertujuan untuk

peningkatan kualitas pembelajaran di blok sehingga mahasiswa mampu mencapai learning outcome

yang diinginkan.

Mataram, Agustus 2012

Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran UNRAM

dr. Doddy Ario Kumboyo, Sp.OG (K)NIP. 195204091980031010

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 1

Page 3: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga buku blok

Indera ini dapat tersusun sesuai dengan rencana. Blok Indera ini merupakan rangkaian blok yang

menekankan pada konsep pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Pada blok ini

tercipta suatu tujuan pembelajaran yang mengkaitkan berbagai disiplin ilmu dan terkait dengan blok-

blok sebelumnya. Prinsip tujuan pembelajaran pada blok ini mengetengahkan peranan sistem indera

yang merupakan bagian dari sistem sensori tubuh yang berfungsi untuk memproses informasi sensorik

baik dari luar maupun dalam tubuh sendiri, yang terdiri dari sistem sensori mata serta telinga, hidung

dan tenggorokan (THT).

Pencapaian kompetensi dalam blok ini dapat dicapai dengan tutorial, self learning (belajar

mandiri), perkuliahan, praktikum, penugasan maupun dengan kunjungan lapangan. Disamping itu

dalam pencapaian kompetensi psikomotor dilaksanakan dengan memberikan keterampilan medik

berupa keterampilan pemeriksaan Mata dan pemeriksaan THT.

Penyusunan buku ini juga tidak terlepas dari kontribusi tim blok Indera pada tahun-tahun

sebelumnya, sehingga dari tahun ke tahun tedapat penyempurnaan isi. Penyusun menyadari bahwa

dalam pembelajaran blok Indera ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharap banyak kritik

dan masukan guna penyempurnaan blok Indera ini di masa yang akan datang.

Mataram, Agustus 2012

Penyusun

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 2

Page 4: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Daftar Isi

Sambutan pimpinan Fakultas Kedokteran ...............................................................

Kata Pengantar ........................................................................................................

Daftar isi ...................................................................................................................

Pendahuluan ............................................................................................................

Tata Tertib Blok.........................................................................................................

Tujuan Umum Blok...................................................................................................

Prior Knowledge........................................................................................................

Hubungan dengan Blok Lain.....................................................................................

Cabang Ilmu yang Mendukung.................................................................................

Butir Kompetensi(Learning Objective)......................................................................

Kerangka Konsep......................................................................................................

Jenis Kegiatan Pembelajaran ...................................................................................

Panduan Perkuliahan ..............................................................................................

Panduan Penugasan Mahasiswa...............................................................................

Sistem Evaluasi.........................................................................................................

Skenario 1.................................................................................................................

Skenario 2.................................................................................................................

Skenario 3.................................................................................................................

Skenario 4.................................................................................................................

Skenario 5.................................................................................................................

Matriks Pembelajaran ..............................................................................................

Jadwal Kegiatan Blok................................................................................................

Tim Blok dan Koordinator Kegiatan..........................................................................

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 3

Page 5: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

I. PENDAHULUAN

Blok Indera ini dilaksanakan pada semester tujuh, tahun keempat, dengan waktu enam minggu

yang terdiri dari lima minggu efektif dan satu minggu ujian. Pada blok ini mahasiswa akan belajar

tentang peranan sistem indera yang merupakan bagian dari sistem sensori tubuh yang berfungsi untuk

memproses informasi sensorik baik dari luar maupun dalam tubuh sendiri, yang terdiri dari sistem

sensori mata serta telinga, hidung dan tenggorokan (THT).

Materi yang dipelajari oleh mahasiswa meliputi anatomi makroskopik dan mikroskopik, fisiologi,

patofisiologi, farmakologi, radiologi serta pembelajaran keterampilan medik guna menunjang

pencapaian kompetensi dalam blok ini. Blok ini akan dipelajari dengan menggunakan strategi Problem

Based Learning (PBL) dengan metode tutorial yang menggunakan seven jumps, self learning, kuliah,

praktikum, kunjungn lapangan dan pembelajaran keterampilan klinis di laboratorium keterampilan

medik.

II. TATA TERTIB BLOK

1. Mahasiswa wajib mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di fakultas dan

laboratorium penyelenggara kegiatan blok (praktikum dan keterampilan medik)

2. Mahasiswa hadir tepat waktu pada semua kegiatan blok. Keterlambatan dapat

mengurangi nilai tutorial, kecuali dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan blok kecuali pada kondisi-kondisi tertentu:

a. Sakit dengan menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter

b. Musibah, antara lain: kematian keluarga inti (ayah, ibu, saudara kandung),

musibah yang bersifat massal, atau kecelakaan lainnya yang memerlukan

perawatan dan harus disertai surat keterangan sakit dari dokter

c. Menikah

d. (Mahasiswa atau istri) melahirkan

e. Penugasan mewakili fakultas/universitas yang dibuktikan dengan surat

penugasan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 4

Page 6: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Bukti tertulis alasan ketidakhadiran diterima tim blok paling lambat 2X24 jam, namun

mahasiswa wajib menginformasikan secara lisan kepada tim blok pada hari saat berhalangan.

4. Sanksi pelanggaran tata tertib

a. Teguran

b. Penugasan

c. Tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan blok termasuk ujian

5. Mahasiswa yang tidak mengikuti diskusi tutorial diwajibkan untuk meminta penugasan

kepada dosen tutor, tetapi nilai tugas tidak menggantikan absensi dalam tutorial.

6. Mahasiswa dengan persentase kehadiran < 80% tidak diperbolehkan mengikuti ujian

tertulis dan atau praktikum, meskipun dengan menunjukkan keterangan yang sah.

III. TUJUAN UMUM BLOK

1. Mahasiswa mampu menggunakan pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup dalam menggali informasi.

2. Mahasiswa mampu menentukan waktu yang tepat untuk memberikan nasehat dan penjelasan (tidak memberikan nasehat maupun penjelasan yang prematur saat masih mengumpulkan data).

3. Mahasiswa mampu menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit sekarang, kelurga atau riwayat kesehatan masa lalu.

4. Mahasiswa mampu menginformasikan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang akan timbul pada saat pemeriksaan.

5. Mahasiswa mampu memberi penjelasan dengan jelas, jujur, lengkap dan benar tentang tujuan, keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan.

6. Mahasiswa mampu meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan yang kurang dimengerti.

7. Mahasiswa mampu menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran maupun harapannya.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 5

Page 7: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

8. Mahasiswa mampu menggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang disampaikan (bila perlu disertai dengan gambar) riwayat penyakit saat ini, medis, keluarga, sosial serta riwayat lain yang relevan.

9. Mahasiswa mampu mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

10. Mahasiswa mampu mengidentifikasi, memilih dan menentukan pemeriksaan lab yang sesuai.

11. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit.

12. Mahasiswa mampu menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, OR atau perubahan prilaku.

13. Mahasiswa mampu menjelaskan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologis, fisiologis, gizi, atau perubahan tingkah laku.

14. Mahasiswa mampu menjelaskan proses perubahan patofisiologi setelah pengobatan.

15. Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan.

16. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat dan waktu paruh obat.

17. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab, patogenesis dan patofisiologi suatu penyakit.

18. Mahasiswa mampu menulis resep secara lege artis dan rasional.

19. Mahasiswa mampu memprediksi, memantau dan mengenali adanya interaksi obat dan efek samping.

IV. PRIOR KNOWLEDGE

1. Mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan mengenai anatomi dan embriologi sistem indera (penglihatan, pendengaran).

2. Mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan mengenai fisiologi sistem indera (penglihatan, pendengaran).

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 6

Page 8: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

V. HUBUNGAN DENGAN BLOK LAIN

1. Blok 1 (Prilaku)

2. Blok 3 (Homeostasis)

3. Blok 6 (Sirkulasi dan distribusi)

4. Blok 10 (Kardiovaskuler)

5. Blok 15 (Endokrin)

6. Blok 17 (Neuropsikiatri)

7. Blok 18 (Muskuloskeletal)

VI. CABANG ILMU YANG MENDUKUNG

1. Anatomi

2. Histologi

3. Fisiologi

4. Farmakologi

5. Neurologi

6. Radiologi

7. Ilmu Penyakit Dalam

8. Ilmu Kesehatan Masyarakat

9. Keterampilan Medik

VII. Butir Kompetensi (Learning Objective)

ASPEK KOGNITIF

1. Mahasiswa mampu memahami penyakit-penyakit indera penglihatan yang meliputi

mekanisme dasar penyakit, diagnosis dan prinsip penatalaksanaannya.

2. Mahasiswa mampu memahami penyakit mata merah yang tidak disertai dengan

penurunan penglihatan yang meliputi :

2.1 Subconjunctival haemorrhage

2.2 Scleritis/episcleritis

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 7

Page 9: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

2.3 Pterygium

2.4 Pinguekula

2.5 Conjunctivitis, allergy

2.6 Conjunctivitis, viral

2.7 Conjunctivitis, bacterial

2.8 Conjunctivitis, mycosis

2.9 Blepharitis

2.10 Hordeolum

2.11 Chalazion

2.12 Trachoma

2.13 Entropion

2.14 Trichiasis

2.15 Dacryoadenitis

2.16 Dacryocystitis

3. Mahasiswa mampu memahami penyakit mata merah yang disertai dengan penurunan penglihatan yang meliputi :

3.1 Keratitis

3.2 Ulkus cornea

3.3 Kerato-conjunctivitis sicca

3.4 Iridocyclitis, iritis

3.5 Endophtalmitis

3.6 Acute glaucoma/ Secondary glaucoma

3.7 Corneal oedema

3.8 Hypopyon

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 8

Page 10: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

4. Mahasiswa mampu memahami penyakit mata dengan penglihatan turun mendadak tanpa mata

merah yang meliputi :

4.1 Retinal detachment

4.2 Retina, vessel occlusion or bleeding

4.3 Optic neuritis

4.4 Vitreous haemmorrhage

4.5 Chorioretinitis

4.6 Scotoma

4.7 Hemianopia, bitemporal dan homonymous

5. Mahasiswa mampu memahami penyakit mata dengan penglihatan turun perlahan tanpa mata

merah yang meliputi :

5.1 Cataract

5.2 Simple glaucoma

5.3 Glaucoma, congenital/ buftalmos

5.4 Degeneration of macula, age dependent

5.5 Retinopathy of prematurity (rop)

5.6 Diabetic retinopathy

5.7 Hypertensive retinopathy

5.8 Papilloedema

5.9 Hypermetropia

5.10 Myopia

5.11 Astigmatism

5.12 Presbyopia

5.13 Anisometropia

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 9

Page 11: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

5.14 Amblyopia

5.15 Diplopia

5.16 Suppresion

5.17 Night-blindness /xerophthalmia

5.18 Optic atrophy

5.19 Optic disc cupping

5.20 Optic neuropathy

6. Mahasiswa mampu memahami penyakit mata akibat trauma, yang meliputi trauma tajam dan

tumpul :

6.1 Trauma tajam

6.1.1 Trauma tajam tidak tembus, yang meliputi :

6.1.1.1 Benda asing conjunctiva dan cornea

6.1.1.2 Erosi cornea dan conjunctiva

6.1.1.4 Lacrimal duct, laceration

6.1.1.5 Eyelid laceration

6.1.2 Trauma tajam tembus, yang meliputi :

6.1.2.1 Intraocular foreign body

6.1.2.2 Penetrasi dan perforasi lapisan-lapisan mata

6.2 Trauma tumpul

6.2.1 Lens dislocation

6.2.2 Hyphaema

6.2.3 Hematome

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 10

Page 12: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

7. Mahasiswa mampu memahami penyakit tumor mata , yang meliputi :

7.1 Tumour of iris

7.2 Retinoblastoma 7.3 Tumor palpebra

8. Mahasiswa mampu memahami kelainan pada kelopak mata, yang meliputi :

8.1 Eyelid retraction

8.2 Lagophtahlmus

8.3 Epicanthus

8.4 Ptosis

8.5 Xanthelasma

9.Mahasiswa mampu memahami kelainan pada :

9.1 Eyeball

Microftalmus

9.2 Cornea

Corneal dystrophy

Keratoconus

9.3Lensa

Aphakia

Pseudoaphakia (artificial lens)

10.Mahasiswa mampu memahami Oftalmologi komunitas yang membahas permasalahan penyakit

mata didalam masyarakat dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah tersebut sehingga dapat

membantu menurunkan angka kejadian Loss of vision and blindness.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 11

Page 13: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

11.Mahasiswa mampu memahami penyakit-penyakit telinga, hidung, tenggorokan yang meliputi mekanisme dasar penyakit, diagnosis dan prinsip penatalaksanaannya.

12. Mahasiswa mampu memahami penyakit infeksi telinga, yang meliputi :

12.1 Inflammation of auricle

12.2 Herpes zoster oticus

12.3 Otitis externa

12.4 Acute otitis media

12.5 Otitis media serous (glue ear)

12.6 Chronic otitis media

12.7 Perforated tympanic membrane

12.8 Bullous myringitis

12.9 Mastoiditis

12.10 Cholesteatoma

13. Mahasiswa mampu memahami penyakit degeneratif pada sistem pendengaran yang meliputi :

13.1 Otosclerosis

13.2 Tymphanosclerosis

13.3 Presbyacusis

14. Mahasiswa mampu memahami adanya gangguan keseimbangan yang melibatkan sistem pendengaran, yang meliputi :

14.1 Benign postural vertigo

14.2 Motion sickness

14.3 Meniere's diseases

14.4 Labyrinthitis

14.5 Vestibular neuritis (1)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 12

Page 14: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

15. Mahasiswa mampu memahami trauma yang melibatkan sistem pendengaran, yang meliputi :

15.1 Acute acoustic trauma

15.2 Foreign body in ear

16. Mahasiswa mampu memahami kelainan kongenital pada sistem pendengaran, yang meliputi :

16.1 Congenital deafness

16.2 Pre-auricular fistula

17. Mahasiswa mampu memahami penyakit keganasan pada sistem pendengaran dan kondisi patologis lainnya, yang meliputi :

17.1 Keganasan : Acoustic neuroma

17.2 Kondisi patologis lain : Wax (serumen)

Aspek Psikomotor

1. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Mata, yang meliputi pemeriksaan :

Palpebra dan adneksa, segmen anterior, pupil, segmen posterior, eversi palpebra, Tekanan Intra ocular (TIO), pergerakan dan posisi bola mata, visus, lapang pandangan.

2. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) , yang meliputi :

2.1. Pemeriksaan THT (Telinga): Inspeksi dan palpasi aurikula, preaurikula, mastoid, pemeriksaan MAE dan membran timpani dengan otoskop, tes pendengaran dengan bisik dan garpu tala, penggunaan lampu kepala dan cermin kepala.

2.2. Pemeriksaan THT (Hidung) : Inspeksi dan palpasi hidung, lubang hidung, rinoskopi anterior dan posterior, transiluminasi sinus.

2.3. Pemeriksaan THT (Tenggorok) : inspeksi rongga mulut, tonsil, faring secara direk dan indirek, inspeksi basis lidah dengan laryngoskop.

Aspek Prilaku

1. Mahasiswa mampu belajar sepanjang hayat

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 13

Page 15: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

2. Mahasiswa mampu memberi kritik dengan baik

3. Mahasiswa mampu menerima kritik dengan baik

4. Mahasiswa mampu bertanggung jawab

5. Mahasiswa mampu Berempati

6. Mahasiswa mampu bekerja sama dengan baik

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 14

Page 16: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

VIII. Jenis Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun diperlukan strategi pembelajaran

sebagai berikut :

1. Tutorial

2. Kuliah Interaktif

3. Praktikum

4. Kunjungan Lapangan

5. Keterampilan Medik

6. Penugasan: Poster session, presentasi bahan kajian tumor mata dan bidang THT

7. Self Learning

IX. Panduan Perkuliahan

Minggu I

1. Kuliah Anatomi mata (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang anatomi sistem indera (mata), yang meliputi

segmen anterior, segmen posterior serta jaringan disekitar bola mata yang dikaitkan

dengan fungsinya masing- masing.

2. Kuliah Ophthalmology Komunitas (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang aspek kesehatan masyarakat meliputi sosial,

budaya, lingkungan, pendidikan dari suatu penyakit mata

3. Kuliah Fisiologi penglihatan (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang fisiologi sistem indera penglihatan (mata) dan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 15

Page 17: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

adnexa

4. Kuliah Inflamasi dan Infeksi I (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata yang disebabkan karena infeksi

dan inflamasi pada orbita, palpebra dan sistem lakrimasi seperti blepharitis, chalazion,

hordeolum, dacryostenosis, dacryoadenitis, dacryocystitis dan trichiasis, entropion,

xanthelasma, epicanthus, ptosis, lagophthalmos dan eyelid retraction

5. Kuliah Inflamasi dan Infeksi II (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata yang disebabkan karena infeksi

dan inflamasi pada external eye dan cornea, misalnya conjunctivitis, pterygium,

edema kornea, keratitis, keratoconjunctivitis sicca, scleritis, keratoconus dan corneal

distropy.

6. Kuliah Inflamasi dan Infeksi III (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata yang disebabkan infeksi dan

inflamasi pada jaringan uvea dan intraocular seperti hipopion, iridosiklitis, iritis dan

endophthalmitis.

7. Kuliah IKM (Tim IKM)

8. Kuliah Kewarganegaraan

Minggu II

1. Kuliah Pediatric Ophthalmology (Tim

bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata yang dapat terjadi pada usia dini

yang dapat disebabkan oleh faktor herediter, genetik maupun lingkungan dan

menjelaskan tentang jenis-jenis strabismus.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 16

Page 18: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

2. Kuliah Refraksi (Tim bagian Ilmu

Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi

seperti myopia, hypermetropia, astigmatism, anisometropia serta presbyopia.

3. Kuliah Katarak : Patofisiologi, klasifikasi

dan Penanganan (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata berupa katarak yang meliputi

patofisiologi, klasifikasi dan penanganannya yakni menjelaskan tentang prinsip-

prinsip dasar dari operasi katarak dan koreksi afakia dengan intraocular lens (IOL) ,

lensa kontak dan kacamata aphakic dan perkuliahan ini menjelaskan tentang

menjelaskan tentang kelainan lensa yang lain.

4. Kuliah Glaukoma : Patofisiologi,

klasifikasi dan Penanganan (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata glaucoma, yang meliputi

patofisiologi, klasifikasi dan penanganannya.

5. Kuliah Neuro-Ophthalmology (Tim

bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan pada sistem persarafan yang terlibat

dalam indera penglihatan seperti adanya kelainan pada N. II intraocular, N. II orbita

serta jaras N. II, fungsi N. III, IV, VI, VII, gerak pupil dan jenis-jenis lapang pandang

pada kelainan N.II.

6. Kuliah Medical Ophthalmology (Tim

bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata akibat faktor sistemik, antara lain

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 17

Page 19: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

oklusi arteri dan vena retina centralis serta percabangannya, retinopati hipertensi,

retinopati diabetes, Grave’s ophthalmopathy, TBC, SLE, HIV-AIDS, kelainan darah dan

toxoplasma.

7. Kuliah IKM (Tim IKM)

8. Kuliah Kewarganegaraan

Minggu III

1. Kuliah Kedaruratan mata non trauma (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata yang termasuk dalam kedaruratan

mata non trauma seperti oklusi arteri dan vena retina centralis dan percabangannya,

retinal detachment/ablatio retina.

2. Kuliah kedaruratan : Trauma mata (Tim bagian Ilmu Penyakit Mata)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan mata yang diakibatkan trauma,

klasifikasi jenis trauma mata, tanda dan gejala trauma mata pada palpebra,

conjunctiva, cornea, bilik mata depan, iris, pupil, lensa, segmen posterior, sistem

lakrimal dan orbita dan menjelaskan tentang pelaksanaannya.

3. Kuliah Farmakologi sistem Indera (bagian Farmakologi)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang farmakologi sistem indera.

4. Kuliah IKM (Tim IkM)

5. Kuliah Kewarganegaraan

Minggu IV

1. Kuliah Anatomi THT (Tim bagian Anatomi)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 18

Page 20: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Perkuliahan ini menjelaskan tentang anatomi telinga, hidung, tenggorokan dan

struktur disekitarnya.

2. Kuliah kelainan kongenital di bidang THT (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang kelainan kongenital dibidang THT, faktor

etiologinya, cara skrining dan diagnosis, penatalaksanaan serta dampak sosial

kelainan kongenital tersebut.

3. Kuliah Fisiologi Pendengaran (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang fisiologi proses mendengar

4. Kuliah Gangguan pendengaran (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang klasifikasi, faktor etiologi lokal dan sistemik,

patofisiologi, cara diagnosis, penatalaksanaan serta dampak sosial dari gangguan

pendengaran.

5. Kuliah Tinitus (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang faktor etiologi baik lokal maupun sistemik,

patofisiologi, penatalaksanaan serta dampak sosial pada tinitus.

6. Kuliah Radiologi sistem Indera (tim bagian Radiologi)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang pemeriksaan radiologi sistem indera serta

menjelaskan indikasi pemeriksaan radiologi sistem indera.

7. Kuliah IKM (Tim KM)

8. Kuliah Kewarganegaraan

Minggu V

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 19

Page 21: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

1. Kuliah Gangguan Penghidu (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang etiologi (mekanik dan neurologik) gangguan

penghidu, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan dampak sosial dari gangguan

penghidu.

2. Kuliah Infeksi Telinga I (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang klasifikasi, faktor etiologi, patofisiologi, diagnosis,

penatalaksaan dan komplikasi dari infeksi telinga luar.

3. Kuliah Infeksi Telinga II (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang klasifikasi, faktor etiologi, patofisiologi, diagnosis,

penatalaksaan dan komplikasi dari infeksi telinga tengah dan dalam.

4. Kuliah Keganasan di bidang THT (Tim bagian Ilmu THT)

Perkuliahan ini menjelaskan tentang jenis-jenis dan epidemiologi keganasan, faktor

resiko, cara skrining, diagnosis dan penatalaksanaan keganasan dibidang THT.

5. Kuliah IKM (Tim IKM)

6. Kuliah kewarganegaraan

X. Penugasan Mahasiswa

1. Kunjungan lapangan ke BKMM

Kunjungan lapangan ke BKMM akan dilaksanakan pada minggu pertama, kedua,

ketiga dan berlangsung selama 1 hari. Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok dalam

satu kunjungan. Di BKMM mahasiswa akan melakukan observasi mengenai organisasi

dan kegiatan didalam BKMM yang akan dipandu oleh Petugas BKMM. Setelah

melakukan kunjungan lapangan mahasiswa wajib membuat laporan kunjungan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 20

Page 22: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

lapangan sesuai dengan format yang telah ditentukan dan akan dipresentasikan

dalam powerpoint pada minggu keempat perkuliahan.

2.Kunjungan lapangan ke Poliklinik Mata RSUP NTB

Kunjungan lapangan ke poliklinik Mata RSUP NTB akan dilaksanakan pada minggu

pertama, kedua, ketiga dan berlangsung selama 1 hari. Mahasiswa dibagi menjadi 2

kelompok dalam satu kunjungan. Di Poliklinik Mata tersebut mahasiswa akan

melakukan observasi kegiatan dan sarana diagnostik penyakit mata yang dipandu oleh

Petugas/dokter di poliklinik mata. Setelah melakukan kunjungan lapangan mahasiswa

wajib membuat laporan kunjungan lapangan sesuai dengan format yang telah

ditentukan dan akan dipresentasikan dalam powerpoint pada minggu keempat

perkuliahan.

3.Kunjungan lapangan ke SLB

Kunjungan lapangan ke SLB akan dilaksanakan pada minggu keempat dan kelima,

serta berlangsung selama 1 hari. Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok dalam satu

kunjungan. Dalam kunjungan ke SLB tersebut mahasiswa akan melakukan observasi

mengenai organisasi SLB, kegiatan siswa SLB, pendanaan, fasilitas, program dan

kesan yang didapat selama kunjungan ke SLB. Kunjungan ke SLB ini akan dipandu oleh

Petugas di SLB. Setelah melakukan kunjungan lapangan mahasiswa wajib membuat

laporan kunjungan lapangan sesuai dengan format yang telah ditentukan dan laporan

dikumpulkan sesaat setelah mahasiswa selesai melakukan kunjungan.

4. Presentasi mengenai tumor mata

Penugasan presentasi mengenai tumor mata pada mahasiswa dilaksanakan pada

minggu kedua. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok

diberikan topik mengenai salah satu tumor mata, misalnya tumor iris, retinoblastoma,

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 21

Page 23: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

tumor-tumor pada palpebra, melanoma maligna, squamous cell Ca dan

rhabdomyosarcoma. Setelah melakukan presentasi, tugas tersebut dikumpulkan

dalam bentuk softcopy.

5.Presentasi mengenai kelainan dibidang THT

Penugasan presentasi mengenai kelainan dibidang THT pada mahasiswa dilaksanakan

pada minggu kelima. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing

kelompok diberikan topik mengenai salah satu kelainan dibidang THT, misalnya

labyrinthitis, vestibular neuritis dan salah satu keganasan dibidang THT yakni acoustic

neuroma. Setelah melakukan presentasi, tugas tersebut dikumpulkan dalam bentuk

softcopy.

6. Poster session

Poster session adalah presentasi dengan menggunakan gambar, foto, diagram dan

skema untuk menyampaikan sebuah tema, dalam hal ini mengenai ”Eye health

promotion” . Tiap kelompok mempresentasikan 1 poster yang bertemakan antara lain

: pemberian jenis obat, mencegah terkena dan menularkan infeksi mata, penanganan

dini kecelakaan mata di rumah tangga/tempat kerja, menghindari computer related

visual disorders, trachoma dan xerophthalmia. Penilaian mecakup isi presentasi, cara

dan sikap dalam menyampaikan presentasi, menjawab pertanyaan dan originalitas.

7. Laporan praktikum

Setiap menyelesaikan praktikum mahasiswa wajib membuat laporan hasil praktikum

sesuai dengan format yang telah tersedia.

XI. Sistem Evaluasi

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 22

Page 24: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Sistem penilaian dalam blok indera ini adalah penilaian formatif dan penilaian sumatif

1. Penilaian Formatif

Penilaian Formatif terdiri dari :

a. Nilai Pelaksanaan Diskusi Tutorial

Pada pelaksanaan diskusi tutorial akan dinilai dari beberapa aspek yakni kehadiran,

keaktifan dalam berdiskusi dengan prosentase 70% dan laporan diskusi tutorial dengan

prosentase 30%. Mahasiswa diwajibkan hadir dalam semua pertemuan diskusi tutorial

(kehadiran 100%) kecuali dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan untuk

mengganti proses tutorial yang ditinggalkan akan diberikan penugasan oleh tutor yang

bersangkutan

b. Nilai Praktikum

Penilaian praktikum didasarkan pada penilaian laporan praktikum dan ujian praktikum.

Mahasiswa diperbolehkan mengikuti ujian praktikum bila kehadirannya minimal 80% dari total

kegiatan praktikum. Apabila kurang dari 80% mahasiswa diperbolehkan mengikuti ujian

praktikum dengan syarat berupa tugas yang diberikan oleh laboratorium penyelenggara

praktikum.

2. Penilaian Sumatif

Penilaian Sumatif didasarkan pada penilaian penugasan, ujian akhir blok dan ujian

keterampilan medik. Nilai akhir blok merupakan pencerminan dari semua ujian dalam blok

dengan prosentase penilaian sebagai berikut :

a. Diskusi tutorial : 5%

b. Praktikum : 5%

c. Penugasan : 10%

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 23

Page 25: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

d. Ujian akhir blok : 65%

e. Ujian keterampilan Medik : 15%

3. Syarat Evaluasi

a. Total Kehadiran

0-< 80 % : tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir

80- 90% : diperkenankan mengikuti ujian dan diberikan penugasan

90% : diperbolehkan mengikuti ujian

b. Nilai batas lulus ujian utama blok 65 apabila kurang dari nilai tersebut wajib mengikuti ujian

ulang blok (remedial)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 24

Page 26: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

XII. Penjabaran Modul

Skenario 1 :

1. Kata kunci : mata terasa gatal, mata terasa basah, mata merah

2. Learning objectives :

o Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi mata

o Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme dan patofisiologi mata merah

o Mahasiwa mampu menjelaskan berbagai diagnosis banding mata merah

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 25

Ibu, kenapa mataku begini?

Lisa, 10 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan kedua matanya terasa

gatal dan terasa seperti basah. keluhan gatal ini sudah dirasakan sejak 2 hari yang lalu,

awalnya hanya mata kiri saja, tapi Lisa tidak menghiraukan. Tadi pagi sebelum Lisa

berangkat ke sekolah, saat sedang berkaca dia kaget mengapa matanya yang kiri nampak

lebih merah daripada yang kanan. Menurut Lisa, teman sebangkunya juga mengalami mata

merah seminggu yang lalu.

Page 27: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

dengan visus turun dan mata merah visus tenang.

o Mahasiwa mampu membedakan konjungtivitis yang disebabkan oleh viral,

bakteri, jamur dan lain-lain

o Mahasiswa mampu menggali dan mencari informasi yang dibutuhkan baik dari

anamnesis maupun pemeriksaan fisik dalam upaya menentukan diagnosis banding

dan menegakkan diagnosis kerja dari keadaan mata merah

o Mahasiswa mampu mengusulkan pemeriksaan penunjang dalam upaya menentukan

diagnosis banding dan menegakkan diagnosis kerja dari keadaan mata merah

o Mahasiwa mampu mengusulkan penatalaksanaan untuk kasus mata merah

o Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis mata merah

o Mahasiswa mampu menjelaskan edukasi pasien dan pencegahan mata merah

Dari skenario ini diharapkan mahasiswa mampu memikirkan diagnosis banding penyakit mata

yang sesuai dengan keadaan mata merah. Diagnosis banding yang dapat dipikirkan :

o Konjungtivitis

o Pterygium

o Blepharitis

o Hordeolum

o Selulitis palpebra

o Keratitis

o Uveitis

o Skleritis

4. Pertanyaan minimal:

1. Bagaimana mekanisme terjadinya mata merah?

2. Mengapa pada Lisa ini kedua mata akhirnya menjadi merah?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya keluhan lain seperti mata berair?

4. Apakah mata merah dapat disertai penurunan tajam penglihatan?

5. Bagaimana anatomi dan fisiologi mata?

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 26

Page 28: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

6. Penyakit-penyakit apa sajakah yang dapat menyebabkan mata merah pada Lisa?

7. Bagaimana patofisiologi dari masing-masing diagnosis banding mata merah?

8. Tambahan data apakah yang diperlukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang yang dapat menyingkirkan diagnosis banding?

9. Bagaimana penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentosa untuk kasus

ini?

10. Bagaimana prognosis penyakit untuk Lisa?

11. Apakah edukasi yang disarankan untuk Lisa?

5. Tinjauan Pustaka

5.1 ANATOMI MATA

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke

dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina.

Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang

membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan

tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid

yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina.

Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di

sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut,

fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.

Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua

komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap

untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk

mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan

kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan

menjalarkannya ke otak.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 27

Page 29: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

(Gambar 1. Anatomi Mata)

Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan masuk ke

dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan

bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan

kornea dengan lensa mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting

untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris yang

berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya

pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh

otot radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk

ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit

dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng

konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.

Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur secara

sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan

tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan kehilangan

fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan objek yang dekat

yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang mempengaruhi bantuk

kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan astigmatisma.

Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua bagiannya dikelilingi

oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa

refraksi dan membantu mempertahankan bentuk mata.

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung

fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 28

Page 30: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

1. Tunica Fibrosa

Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang

transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini

relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang

mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar

yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.

Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae.

Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan,

mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan

berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung

dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina

limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous

humour.

2. Lamina vasculosa

Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar

berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan

choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus

ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan

lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera

anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan

radier.

3. Tunica sensoria (retina)

Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya

melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat

posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu

ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan

hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini

menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.

Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea,

merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea

sentralis.

Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 29

Page 31: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus

oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka

terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta

ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.

5.2 MATA MERAH

5.2.1 Mata merah visus tidak turun

Prinsipnya: mengenai struktur yang bervaskuler (konjungtiva atau sklera) yang tidak

menghalangi media refraksi. Contohnya antara lain konjungtivitis murni, trakoma, mata kering,

xeroftalmia, pterigium,pinguekula, episkleritis dan skleritis.

5.2.1.1 KONJUNGTIVITIS

Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi

selular dan eksudasi

Klasifikasi

A. Konjungtivitis Karena agen infeksi

B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

C. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun

D. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

E. Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui

F. Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

G. Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau Kanalikulitis

A. Konjungtivitis Karena agen infeksi

A.1 Konjungtivitis Bakterial

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab

konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.

Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti

Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 30

Page 32: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

memadai.

Tanda dan Gejala

Iritasi mata, mata merah, sekret mata, palpebra terasa lengket saat bangun tidur, kadang-

kadang edema palpebra

Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan

pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau

Giemsa;

Terapi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya.

Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi topical antimikroba spectrum

luas.

A.2 Konjungtivitis Virus

A.2.1 Demam Faringokonjungtival

Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38.3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan

konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada kedua

konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang

sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang –

kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi.

Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 31

Page 33: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri yang

tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa dan sukar

menular di kolam renang berchlor.

Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10

hari.

A.2. 2 Keratokonjungtivitis Epidemika

Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja, dan

biasanya mata pertama lebih parah. Nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari

oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus

preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva

menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat

membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon.

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terdapat di

pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan

parut.

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroub D

dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes

netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk

pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 32

Page 34: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan

dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi.

Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat

menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu,

yang menjadi sumber penyebaran.

Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes steril

pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara

pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer

juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit,

kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati.

Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi beberapa

gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga

harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial.

A.2.3 Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah keadaan

yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit,

dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu

membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik).

Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra,

disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 33

Page 35: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

ditekan.

Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya folikuler,

reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama

polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel

konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat

dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai

diagnostik.

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas

konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.

Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya

sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun sistemik harus

diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen

kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat

antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari:

trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1

%, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat

pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400

mg lima kali sehari selama 7 hari.

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaian

vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid

dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit

dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.

B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 34

Page 36: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Merupakan reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung.

B.1 Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)

Tanda dan gejala

Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam jerami (rhinitis

alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien

mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya

seakan-akan “tenggelam dalam jaringan sekitarnya”. Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada

palpebra dan konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis berat (yang

menjadi sebab “tenggelamnya” tadi). Mungkin terdapat sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah

mengucek matanya.

Laboratorium

Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva

Terapi

Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000 yang diberikan

secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin

membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung

terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.

B. 2 Konjungtivitis Vernalis

Definisi

Penyakit ini, juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis musiman” atau

“konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi bilateral yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih

jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 35

Page 37: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

selama musim semi, musim panas dan musim gugur daripada musim gugur.

Insiden

Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 – 10 tahun. Penyakit ini

lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.

Tanda dan gejala

Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat. Biasanya terdapat

riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya). Konjungtiva tampak putih seperti susu,

dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering

memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal, dengan atap rata,

dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3

Laboratorium

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan granula

eosinofilik bebas.

Terapi

Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya member hasil

jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang. steroid sisremik, yang mengurangi rasa

gatal, hanya sedikit mempengharuhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak,

dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk

kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan

tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien. Agaknya yang paling baik adalah pindah ke

tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh

total.

5.2.1.2 HORDEOLUM

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 36

Page 38: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Definisi

Hordeolum merupakan infeksi kelenjar sebaseosa yang terlokalisir, purulen dan meradang

(Meibomian atau Zeisian) pada kelopak mata.

Etiologi

Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi stafilokok, biasanya Staphylococcus aureus. Dapat

dicetuskan oleh :

Stress

Nutrisi yang jelek

Penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut disekitar mata dan kumis atau

tempat lain

Infeksi ini mudah menyebar, sehingga diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan

individual. Yaitu dengan tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama,

pemakaian handuk dan washcloth bersama-sama.

Patogenesis

Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasa

mengenai kelenjar Meibom, Zeis dan Moll. . Diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi

kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi

pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan

ditemukannya PMN dan debris nekrotik.

Klasifikasi

Hordeolum internum

o Bila terjadi infeksi di kelenjar Meibom, timbul pembengkakan besar.

Hordeolum interna dapat memecah ke arah kulit atau ke permukaan

konjungtiva.

Hordeolum eksternum

o Terjadi infeksi di kelenjar Zeis atau Moll, sifatnya lebih kecil dan lebih superfisial.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 37

Page 39: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Hordeolum eksterna selalu pecah ke arah kulit.

Gejala Klinis

Sakit, merah, dan bengkak adalah gejala utamanya. Intensitas sakit mencerminkan hebatnya

pembengkakan palpebra. Kalau menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu

benjolan setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan.

Pengobatan

Pengobatannya adalah kompres panas, 3-4 kali sehari selama 10-15 menit. Apabila diperlukan

dapat diberikan antibiotik lokal atau oral. Salep antibiotik pada sakus konjungtiva setiap 3 jam ada

manfaatnya. Antibiotika sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis. Pada hordeolum eksternum,

pasien sering tidak menghiraukannya karena hordeolum dapat pecah sendiri, sehingga tidak

memerlukan tindakan insisi. Apabila terdapat nanah yang berhubungan dengan akar bulu mata, dapat

dikeluarkan dengan mencabut bulu mata. Jika keadaan tidak membaik dalam 48 jam, dilakukan insisi

dan drainase bahan purulen. Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk

menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Sayatan ini dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah.

Jika hordeolum mengarah ke luar, dibuat sayatan horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut.

Resolusi spontan sering terjadi. Pada kasus yang jarang, hordeolum dapat berkembang

menjadi selulitis superficial, bahkan abses pada kelopak mata.

Cara Insisi

Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata pantokain. Untuk lokal anestesi bisa dipakai

lidokain atau prokain 2%. Kalau perlu diberikan anestesi umum, umpamanya pada anak-anak, atau

orang-orang yang takut.

Pada hordeolum internum insisi sebaiknya dilakukan pada konjungtiva tarsal, tegak lurus

margo palpebra untuk menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang tersayat.

Pada hordeolum eksternum dimana didapatkan fluktuasi yang menandakan adanya abses,

insisi dilakukan dari arah luar. Dalam hal ini insisi dibuat horizontal sejajar dengan margo palpebra.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 38

Page 40: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Kemudian diberi salep mata dan bebat mata.

5.2.1.3 PTERYGIUM

Definisi

Pterygium merupakan pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan

invasif . Menurut Hamurwono pterygium merupakan Konjungtiva bulbi patologik yang menunjukkan

penebalan berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke kornea dengan puncak

segitiga di kornea 2. Pterygium berasal dari bahasa yunani, yaitu pteron yangartinya “wing” atau

sayap. Insidens pterygium di Indonesia yang terletak digaris ekuator,yaitu 13,1%. Diduga bahwa

paparan ultraviolet merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium.

Faktor Resiko

Faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :

1. Usia

Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia, Tan berpendapat pterygium

terbanyak pada usia dekade dua dan tiga 5.

2. Pekerjaan

Berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar UV 7.

3. Tempat tinggal

Distribusi geografisnya menunjukkan negara di khatulistiwa memiliki angka kejadian

pterygium yang lebih tinggi. Survei lain juga menyatakan orang yang menghabiskan 5 tahun pertama

kehidupannya pada garis lintang kurang dari 300 memiliki risiko penderita pterygium 36 kali lebih

besar dibandingkan daerah yang lebih selatan

4. Jenis kelamin

Tidak terdapat perbedaan risiko antara laki-laki dan perempuan

5. Herediter

Diturunkan secara autosomal dominan

6. Infeksi

Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium

7. Faktor risiko lainnya

Kelembaban yang rendah dan mikrotrauma karena partikel-partikel tertentu seperti asap

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 39

Page 41: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

rokok , pasir merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium

Patofisiologi

Belum diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa teori tentang patogenesis pterygium yang

berkembang sekarang teori degenerasi, inflamasi, neoplasma, tropik ataupun teori yang

menghubungkan dengan sinar UV

Klasifikasi

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia derajat pertumbuhan pterygium

dibagi menjadi :

1. Derajat I : hanya terbatas pada limbus

2. Derajat II: Sudah melewati limbus tetapi tidak melebihi dari 2 mm melewati kornea

3. Derajat III: jika telah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggir pupil mata dalam keadaan

normal sekitar 3-4 mm

4 Derajat IV : Jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga mengganggu

penglihatan

Gejala klinik

Pterygium umumnya asimptomatis atau akan memberikan keluhan berupa mata sering berair

dan tampak merah dan mungkin menimbulkan astigmatisma yang memberikan keluhan gangguan

penglihatan. Pada kasus berat dapat menimbulkan diplopia. , Biasanya penderita mengelukan adanya

sesuatu yang tumbuh di kornea dan khawatir akan adanya keganasan atau alasan kosmetik, Keluhan

subjektif dapat berupa rasa panas, gatal, ada yang mengganjal

Diagnosis Banding

Diagnosis banding berupa pseudopterygium , pannus dan kista dermoid 1

Penatalaksanaan

Prinsip penanganan pterygium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika

pterygium masih derajat 1 dan 2, sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterygium yangmelebihi

derajat 2. Tindakan bedah juga dipertimbangkan pada pterygium derajat 1 atau 2 yang telah

mengalami gangguan penglihatan.

Pengobatan tidak diperlukan karena bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 40

Page 42: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

muda. Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan1 Lindungi

mata yang terkena pterygium dari sinar matahri, debu dan udara kering dengan kacamata pelindung.

Bila terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu dapat diberikan steroid . Bila terdapat delen

(lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokonstriktor maka perlu

kontrol dalam 2 minggu dan bila telah terdapat perbaikan pengobatan dihentikan

5.2.1.4 BLEFARITIS

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi

kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata. bisanya

melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di

dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang

dalam keadaan normal ditemukan di kulit.

Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir, dan terasa

silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada lingkungan yang

berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan seperti ada benda asing di dalam mata.

Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan kelenjar meibom,

atau gabungan dari ketiganya.

Gejala:

1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng

atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.

2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan kelopak

mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan

beberapa helai bulu mata rontok.

3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.

Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan,

bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun

kelopak matsukar dibuka.

Tanda:

Skuama pada tepi kelopak, jumlah bulu mata berkurang, obstruksi dan sumbatan duktus meibom,

sekresi Meibom keruh, injeksi pada tepi dan abnormalitas air mata

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 41

Page 43: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata. Banyak kasus

blefaritis dapat di diagnose dengan menanyakan tentang tanda, dan melakukan pemeriksaan mata

serta memeriksa adakah penyakit yang bisa mendukung seperti dermatitis seboroik dan rosea.

Pemeriksaan

Pada blefaritis, tepi kelopak merah inflamasi dan krusta, penemuan kondisi baru mengindikasikan tipe

blefaritis dan membantu pada pengobatan. Akan tetapi, blefaritis dapat ditemukan pada bebagai tipe,

dan pada keadaan klinis tidak berbeda jauh dengan tipe yang ada.

5.2.1.4.1 Blefaritis seboroik

Gejalanya adalah:

Batas anterior kelopak mata : eritema, udem, dan telangiektasis dari batas kelopak,

perubahan batas kelopak merupakan tanda karena blefaritis staphylococcus. Bulu mata : mudah

rontok, kulit berminyak. Ditemukan tanda seboroik pada tempat lainnya (kulit kepala, dibelakang

daun telinga, dalam saluran liang telinga luar, diantara alis dan sepanjang siku dan lutut,lengan kaki

dan pangkal paha.

5.2.1.4.2 Blefaritis staphylococcus

Gejalanya adalah :

Di bagian anterior kelopak mata : merah dan sering didapatkan pada kasus berat.bengkak,

ulkus, telangiektasis, (dilatasi pembuluh darah superficial) bulu mata : kulit yang mengelupas dan

rapuh, dapat ditemukan bentuk kolaret disekitar bulu mata, bulu mata mengarah ke dalam mata,

hipopigmentasi, rontok bulu mata.

5.2.1.4.3 Blefaritis posterior (meibomian blefaritis) :

Dilatasi kelenjar meibom, atau tampak obstruksi, telangiektasis, ditemukan dermatitis

seboroik pada tempat lain.

Pengobatan

Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari smua jenis blefaritis adalah menjaga

kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Mengurangi dan menghentikan penguunaan

bedak atau kosmetik saat dalam proses penyembuhan blefaritis sangat dianjurkan, karena jika

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 42

Page 44: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga kelopak mata tetap bersih.

Kompres dengan air hangat untuk menguragi kerak. Disarankan mengunakan bahan pembersi yang

lembut dengan campuran air dan shampoo bayi atau dengan menggunakan produk pembersih

kelopak mata. Pada kasus yang disebabkan infeksi bakteri, antibiotik juga dianjurkan untuk digunakan

untuk membantu membasmi bakteri terkadang diberikan salep antibiotik (misalnya erythromicyn

atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik,

harus diobati terlebih dulu. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum

pada dasar bulu mata.

Jika kelenjar kelopak mata tersumbat, maka perlu dilakukan pemijitan pada kelopak mata

untuk mengeluarkan sisa minyak yang mengumpul sehingga bisa menghambat aliran kelenjar kelopak

mata. Cairan air mata buatan atau minyak pelembut bisa disarankan pada beberapa kasus.

Menggunakan shampoo anti ketombe pada kulit kepala bisa membantu. Jika pasien menggunakan

lensa kontak, sebaiknya disarankan untuk menghentikan pemakaiannya terlebih dahulu selama

proses pengobatan.

Pada beberapa kasus blefaritis memerlukan pengobatan yang kompleks. Blefaritis tidak dapat

disembuhkan secara sempurna, meski pengobatan telah berhasil, kemungkinan kembali terserang

penyakit ini sangat mungkin terjadi.

5.2.1.5 SKLERITIS

Definisi

Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi

kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis.

Etiologi

Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh proses imunologi yakni

terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III (kompleks imun) dan disertai penyakit

sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi invasi mikroba langsung, dan pada sejumlah kasus

proses imunologisnya tampaknya dicetuskan oleh proses-proses lokal, misalnya bedah katarak.

Berikut ini adalah beberapa penyebab skleritis, yaitu: penyakit Autoimun Spondilitis

ankylosing, Artritis rheumatoid, Poliartritis nodosa, Polikondritis berulang, Granulomatosis Wegener,

Lupus eritematosus sistemik, Pioderma gangrenosum, Kolitis ulserativa, Nefropati IgA, Artritis

psoriatic Penyakit Granulomatosa Tuberkulosis, Sifilis, Sarkoidosis, Lepra, Sindrom Vogt-Koyanagi-

Harada (jarang) Gangguan metabolik Gout, Tirotoksikosis, Penyakit jantung rematik aktif Infeksi

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 43

Page 45: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Onkoserkiasis, Toksoplasmosis, Herpes Zoster, Herpes Simpleks, Infeksi oleh

Pseudomonas,Aspergillus, Streptococcus, Staphylococcus. Penyebab lainnya antara lain : fisik (radiasi,

luka bakar termal), kimia (luka bakar asam atau basa), mekanis (cedera tembus), Limfoma, Rosasea,

pasca ekstraksi katarak dan penyebab lain yang tidak diketahui.

Patofisiologi

Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi sel T dan makrofag

pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis. Inflamasi dari sklera bisa berkembang

menjadi iskemia dan nekrosis yang akan menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola

mata.

Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun sistemik dan

penyakit kolagen pada vaskular. Disregulasi pada penyakit auto imun secara umum merupakan faktor

predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan

dengan kerusakan vaskular (reaksi hipersensitivitas tipe III dan respon kronik granulomatous (reaksi

hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut adalah bagian dari sistem imun aktif dimana dapat

menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun pada pembuluh di episklera dan sklera

yang menyebabkan perforasi kapiler dan venula post kapiler dan respon imun sel perantara.

Klasifikasi

Skleritis diklasifikasikan menjadi:

1. Episkleritis

a. Simple

Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia muda yang berpotensi

mengalami rekurensi. Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman pada mata, disertai

berbagai derajat inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran pembuluh darah baik difus maupun

segmental. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dan sering mengenai usia dekade 40-an.

b. Nodular

Baik bentuk maupun insidensinya hampir sama dengan bentuk simple scleritis. Sekitar 30%

penyebab skleritis nodular dihubungkan dengan dengan penyakit sistemik, 5% dihubungkan dengan

penyakit kolagen vaskular seperti artritis rematoid, 7% dihubungkan dengan herpes zoster oftalmikus

dan 3% dihubungkan dengan gout.

2. Skleritis Anterior

95% penyebab skleritis adalah skleritis anterior. Insidensi skleritis anterior sebesar 40% dan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 44

Page 46: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

skleritis anterior nodular terjadi sekitar 45% setiap tahunnya. Skleritis nekrotik terjadi sekitar 14%

yang biasanya berbahaya. Bentuk spesifik dari skleritis biasanya tidak dihubungkan dengan penyebab

penyakit khusus, walaupun penyebab klinis dan prognosis diperkirakan berasal dari suatu inflamasi.

Berbagai varian skleritis anterior kebanyakan jinak dimanatipe noular lebih nyeri. Tipe nekrotik lebih

bahaya dan sulit diobati.

Sebanyak 43% kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis anterior. Biasanya

skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan kemampuan melihat. Dari pemeriksaan

objektif didapatkan adanya perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian

retina, perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan udem makular. Inflamasi

skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior dangkal, proptosis, pergerakan

ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah.

Diagnosis

Skleritis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung oleh

berbagai pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Pada saat anamnesis perlu ditanyakan keluhan utama pasien, perjalanan penyakit, riwayat

penyakit dahulu termasuk riwayat infeksi, trauma ataupun riwayat pembedahan juga perlu

pemeriksaan dari semua sistem pada tubuh. Gejala-gejala dapat meliputi rasa nyeri, mata berair,

fotofobia, spasme, dan penurunan ketajaman penglihatan. Tanda primernya adalah mata merah.

Nyeri adalah gejala yang paling sering dan merupakan indikator terjadinya inflamasi yang aktif.. Nyeri

timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi. Karakteristik nyeri

pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus, pasien

terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan.8 Nyeri dapat hilang sementara dengan

penggunaan obat analgetik. Mata berair atau fotofobia pada skleritis tanpa disertai sekret

mukopurulen. Penurunan ketajaman penglihatan biasa disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke

struktur yang berdekatan yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan

fundus yang abnormal.

Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pada mata menjelaskan adanya penyakit sistemik,

trauma, obat-obatan atau prosedur pembedahan dapat menyebabkan skleritis seperti :

· Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat

· Penyakit infeksi

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 45

Page 47: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

· Penyakit miscellanous ( atopi,gout, trauma kimia, rosasea)

· Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata

· Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, risedronate, zoledronic acid dan ibandronate.

· Post pembedahan pada mata

· Riwayat penyakit dahulu seperti ulserasi gaster, diabetes, penyaki hati, penyakit ginjal, hipertensi

dimana mempengaruhi pengobatan selanjutnya.

· Pengobatan yang sudah didapat dan pengobatan yang sedang berlangsung dan responnya

terhadap pengobatan.

Pemeriksaan Laboratorium

Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan sistemik dan pemeriksaan fisik dapat

ditentukan tes yang cocok untuk memastikan atau menyingkirkan penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan skleritis. Adapun pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi :

· Hitung darah lengkap dan laju endap darah

· Kadar komplemen serum (C3)

· Kompleks imun serum

· Faktor rematoid serum

· Antibodi antinukleus serum

· Antibodi antineutrofil sitoplasmik

· Imunoglobulin E

· Kadar asam urat serum

· Urinalisis

· Rata-rata Sedimen Eritrosit

· Tes serologis

· HBs Ag

Pemeriksaan Radiologi.

Berbagai macam pemeriksaan radiologis yang diperlukan dalam menentukan penyebab dari

skleritis adalah sebagai berikut :

· Foto thorax

· Rontgen sinus paranasal

· Foto lumbosacral

· Foto sendi tulang panjang

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 46

Page 48: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

· Ultrasonography ( Scan A dan B)

· CT-Scan

· MRI

Pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain :

· Skin Test

· Tes usapan dan kultur

· PCR

· Histopatologi

Penatalaksanaan

Terapi skleritis disesuaikan dengan penyebabnya. Terapi awal skleritis adalah obat anti

inflamasi non-steroid sistemik. Obat pilihan adalah indometasin 100 mg perhari atau ibuprofen 300

mg perhari. Pada sebagian besar kasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan.

Obat-obat imunosupresif lain juga dapat digunakan. Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali

untuk memperbaiki perforasi sklera atau kornea.

5.2.2 Mata merah visus turun

Prinsipnya: mengenai struktur bervaskuler yang mengenai media refraksi (kornea, uvea, atau

seluruh mata). Contohnya keratitis, keratokonjungtivitis, uveitis, glaukoma akut, endoftalmitis dan

panoftalmitis.

Skenario 2 :

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 47

Kok berasap ya?

Seorang pasien berumur 60 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan

pandangan kabur. Pasien mengaku bahwa sejak 4 tahun terakhir penglihatan pada kedua

matanya semakin menurun dengan pandangan seperti tertutup kabut/asap. Dia merasa 2

tahun terakhir penglihatan pada mata kiri lebih cepat memburuk dibandingkan dengan

mata kanan yang mengakibatkan kesulitan dalam membaca huruf berukuran kecil

walaupun dengan menggunakan kacamata. Sejak usia 7 tahun sudah menggunakan

kacamata minus dan sejak 15 tahun yang lalu dia telah didiagnosa mengalami penyakit

kencing manis, namun dia jarang kontrol ke dokter untuk penyakitnya itu.

Page 49: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

1. Kata kunci : pandangan kabur, kabur perlahan seperti tertutup

kabut/asap, kesulitan membaca, kacamata minus, kencing manis

2. Learning objectives :

Mahasiswa dapat menjelaskan sistem optik mata dan penghantaran cahaya ke retina

dan dari retina ke jalur visual dan otak.

Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai kelainan refraksi dan akomodasi

Mahasiswa mampu menggali dan mencari informasi yang dibutuhkan baik dari

anamnesis maupun pemeriksaan fisik dalam upaya menentukan diagnosis banding dan

menegakkan diagnosis kerja dari keadaan mata tenang dan visus menurun pada usia

lanjut.

Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari masing-masing diagnosis banding

Mahasiswa mampu mengusulkan dan menjelaskan pentingnya pemeriksaan penunjang

dalam upaya menentukan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis kerja dari

keadaan mata tenang dan visus menurun pada usia lanjut.

Mahasiswa mampu mengusulkan dan menjelaskan penatalaksanaan terapeutik

medikamentosa dan non medikamentosa atau operatif dari masing-masing diagnosis

banding

Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis masing-masing diagnosis

banding

Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan pencegahan dan edukasi untuk

memperlambat progresitas masing-masing penyakit mata tenang dan visus menurun

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 48

Page 50: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

pada usia lanjut.

Dari skenario ini diharapkan mahasiswa mampu memikirkan diagnosis-diagnosis

penyakit mata yang sesuai dengan keadaan mata tenang dan visus menurun pada usia lanjut.

Diagnosis banding yang dapat dipikirkan :

Katarak

Kelainan Refraksi: presbiopia

Glaukoma kronis

Kelainan Retina: Age related macular degenerations, retinopati diabetik, retinopati

hipertensi.

Kelainan Nervus Optikus

4. Pertanyaan Minimal:

1. Apakah yang dimaksud dengan tajam penglihatan?

2.Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan kabur?

3.Organ penglihatan manakah yang berperan dalam menentukan tajam penglihatan?

4.Apa saja kemungkinan penyebab penglihatan kedua mata kabur pada skenario ini?

5.Informasi khas apakah yang bisa didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan

oftalmologi untuk setiap diagnosis banding pada pasien ini?

6.Bagaimana patofisiologi masing-masing diagnosis banding?

7.Pemeriksaan penunjang apakah yang dianjurkan pada pasien ini? Bagaimana interpretasi dari

masing-masing hasil pemeriksaan penunjang?

8.Terapi apakah yang paling tepat untuk masing-masing diagnosis banding pada pasien dalam

skenario ini? Jelaskan masing-masing keuntungan dan kerugiannya.

9.Faktor-faktor apa saja yang menentukan prognosis penglihatan pasien ini?

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 49

Page 51: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

10.Adakah peran faktor keturunan pada penyakit yang diderita pasien yang mungkin diturunkan

pada anak cucunya? Bagaimana mencegahnya?

5. Tinjauan Pustaka

5.1 Tajam Penglihatan

Tajam penglihatan adalah ukuran atau parameter untuk menilai fungsi penglihatan seseorang.

Tajam penglihatan normal adalah 6/6 atau dinyatakan dalam bentuk 20/20 atau bentuk

desimal (logmar) 1.0. 6/6 yang terdiri dari pembilang dan penyebut memiliki arti sebagai

berikut: pembilang adalah jarak antara pasien dengan Snellen chart, umumnya 6 meter.

Penyebut adalah ukuran huruf yang bisa dibaca, bisa diketahui dari angka yang tertera di

samping setiap baris Snellen chart. Secara kasarnya, pepenyebut adalah jarak dimana orang

normal bisa membaca huruf yang terdapat pada baris tersebut. Misalnya visus seseorang 6/9,

artinya, dari jarak pemeriksaan 6 meter, pasien hanya bisa melihat huruf di baris yang orang

normal bisa melihatnya dari jarak 9 meter. Sehingga dikatakan ada kelainan pada visus.

Penilaian tajam penglihatan biasanya dilakukan secara subjektif maupun objektif.

Pemeriksaan subjektif melalui pemeriksaan Snellen chart dan objektif melalui retinometri

(laser interferometry).

Penilaian tajam penglihatan secara subjektif diawali dengan memeriksa tajam

penglihatan tanpa koreksi (visus natural). Bila visus natural tidak mencapai 6/6, dilakukan

pemeriksaan pinhole. Visus yang maju dengan pemeriksaan pinhole diinterpretasikan sebagai

kemungkinan adanya kelainan refraksi pada pasien tersebut. Sedangkan bila tidak ada

kemajuan dengan pemakaian pinhole, kemungkinan pasien tidak mengalami kelainan

refraksi.

Gangguan tajam penglihatan menurut WHO dibagi menjadi:

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 50

Page 52: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Snellen Visual Acuity*

Normal 6/6 – 6/18

Visual Impairement < 6/18 – 6/60

Severe Visual Impairement < 6/60 – 3/60

Blind < 3/60 – NLP ( No Light Perception )

Gangguan tajam penglihatan dapat disebabkan oleh kelainan pada:

Media refraksi: kornea, aquos humor, pupil, lensa, vitreous humor

Retina: bisa berupa kelainan congenital, infeksi, trauma, kelainan pembuluh darah,

keganasan, proses degenerasi, kelainan imunologis.

Jaras penglihatan: dapat terjadi di sepanjang jaras mulai dari N II sampai ke otak. (gambar 2).

Penyebabnya sama seperti di atas.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 51

Page 53: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

(Gambar 2. Visual Pathway)

Area reseptif penglihatan di otak (visual korteks). Kelainan penglihatan karena kelainan di

korteks visual yang menyebabkan kebutaan disebut buta kortikal. Penyebabnya antara

trauma kepala, kelainan pembuluh darah, keganasan, proses degeneratif, zat toksik, dan

infeksi.

5.2 Tajam penglihatan menurun perlahan

Diagnosis banding mata tenang penglihatan turun perlahan: (lihat tabel)

Katarak Glaucoma

kronik

Kelainan

refraksi

ARMD Retinopati

diabetic

Retinopati

hipertensi

Kelainan

nervus

optikus

Penglihata

n – keluhan

lain

Berasap/kabut Tunnel

vision

Tidak

focus,

miring,

bergelomb

ang.

buram

terutama di

bagian

sentral,

kadang

melihat

Buram

perlahan,

kadang

mendadak.

Floaters,

distorsi

Buram

perlahan,

kadang

mendadak

Floaters,

distorsi

Nyeri kadang

+, kadang

mendadak

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 52

Page 54: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

bintik hitam

di tengah

lapang

penglihatan,

bergelomba

ng di bagian

sentral

penglihatan

sentral,

skotoma

sentral

penglihatan

sentral,

skotoma

sentral

bilateralita

s

Bilateral,

asimetris pada

awal

Bilateral,

asimetris

pada awal

Unilateral,

bilateral

Bilateral,

asimetris

Bilateral,

asimetris -

simetris

Bilateral,

asimetris -

simetris

Unilateral,

bilateral

Factor

risiko

utama

Usia, sinar uv,

dm, merokok

Genetik,

usia

Usia,

genetic

Usia Diabetes

mellitus,

usia,

Hipertensi,

usia

kelainan –

penyakit

pembuluh

darah,

Infeksi,

inflamasi

TIO Normal Meningkat Normal Normal Normal, bisa

meningkat

bila ada

komplikasi

neovaskularis

asi iris

Idem

retinopati

diabetik

Normal

Patogenesi

s

Degenerasi pada

protein lensa

menjadi lebih

padat dan berat

molekul lebih

besar.

Trias

glaucoma:

TIO sebagai

factor

risiko

utama

menyebabk

an

kompresi N

II dan

akhirnya

menyebabk

an

gangguan

Gabungan

faktor daya

bias

masing-

masing

media

refraksi

dan

panjang

bola mata

gangguan di

RPE, atrofi

RPE,

gangguan

metabolism

e

lipofuchsin,

inflamasi –

edema sub

retina,

penumpuka

n

lipofuchsin,

iskemi –

Kehilangan

perisit

endotel,

hiperviskosit

as darah,

mikrotrombu

s,

permeabilita

s kapiler

meningkat,

leakage

pembuluh

darah,

eksudat,

Peningkatan

resistensi

pembuluh

darah,

kebocoran

pembuluh

darah,

edema

macula,

eksudat,

perdarahan

retina,

pasien

dengan

Kelainan

darah –

pembuluh

darah

menyebabka

n

vaskularisari

ke optic

terganggu

(iskemik),

inflamasi

(non

iskemik)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 53

Page 55: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

lapang

pandang.

kematian

retina

terkait,

neovaskulari

sasi sub

retina,

perdarahan

retina-pre

retina

perdarahan,

iskemi retina,

edema

macula,

neovaskularis

asi, VGEF,

macular –

retinal

traction –

ablasi –

glaucoma

neovaskularis

asi

hipertensi

maligna bisa

mengalami

papiledem.

Segmen

anterior

Refleks

pupil

(langsung

dan tidak

langsung)

Normal Menurun Normal normal Normal,

menurun

Normal,

menurun

Relative

Afferent

Pupillary

Defect + (tes

dengan

swinging

light reflex)

Bilik mata

depan

Dalam, dangkal

bila intumesens

Dalam Dalam normal Dalam, bisa

dangkal bila

ada

komplikasi

secondary

glaucoma

Dalam, bisa

dangkal bila

ada

komplikasi

secondary

glaucoma

Dalam

Lensa Keruh

(Shadow test)

Jernih Jernih normal Jernih, keruh

bila ada

katarak

komplikata

Jernih Jernih

Segme

n posterior

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 54

Page 56: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Vitreu

s

Jernih Jernih Jernih jernih,

keruh bila

ada

perdarahan

vitreus

Jernih, keruh

bila ada

perdarahan

vitreus

Jernih,

keruh bila

ada

perdarahan

vitreus

Jernih

Retina Normal Cup disk

ratio lebih

dari

normal,

atrofi papil

Normal drusen

(hard –

soft), edema

makula,

perdarahan

submakula,

neovaskulari

sasi koroid,

perdarahan

retina.

Soft

exudates,

hard

exudates,

perdarahan,

neovaskularis

asi, retinal

traction,

hole, ablasi

retina

regmatogen

Soft

exudates,

hard

exudates,

perdarahan,

neovaskulari

sasi, retinal

traction,

hole, ablasi

retina

eksudatif

Edema papil,

atrofi papil

Pemeriksaa

n

Penunjang

USG,

keratometri,

biometri,

retinometri

Ocular

Computed

Tomograph

y (OCT)

papil,

perimetri,

Humphrey

perimetry,

Octopus

Keratometr

y

(astigmat)

Fundus

Fluorescenc

e

Angiography

(FFA), foto

fundus, OCT

makula

FFA, foto

fundus, OCT

makula

FFA, foto

fundus, OCT

makula

perimetri,

Octopus,

Humphrey

Terapi *Operatif,

medikamentosa

dan indikasi

masing-masing

Medikame

ntosa,

operatif

dan

indikasi

masing-

masing

Kacamata,

laser,

bedah

refraksi

dan

indikasi

masing-

masing

roboransia –

antioksidan

u yang dry,

wet: ,

fotokoagula

si, Photo

dynamic

therapy

Kontrol DM,

medikament

osa, Laser

fotokoagulasi

grid, fokal,

panretina,

vitrektomi,

pneumatic

displacement

, injeksi

steroid-anti

Kontrol

hipertensi.

Medikament

osa

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 55

Page 57: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

VGEF dan

indikasi

masing-

masing

Prognosis Baik Buruk Baik sesuai

stadium

Sesuai

stadium:

Sesuai

stadium

Baik bila

diterapi dini

Klasifikasi Usia: K.

congenital, K.

juvenile, K.

senilis.

Derajat katarak:

- immature,

intumesens,

matur,

hipermatur,

brunesens: klinis

lebih mudah

-Lens Opacity

classification

system (LOCSIII):

u kepentingan

penelitian

Etiologi: k.

traumatika, k.

komplikata

lokasi: kortikalis,

nuklearis,

kortikonuklearis,

sub kapsular

posterior, kapsul

anterior, total,

after-cataract

g.

congenital

g. primer

sudut

terbuka

g. primer

sudut

tertutup

g. sekunder

g. akut

g. kronik

creeping

angle

glaucoma

ocular

hipertensi

glaucoma

suspect

Myopia

Hipermetro

pia

Astigmat

Presbiopia

AREDS age

Related Eye

Disease

Study

Group:

normal, dry,

early wet,

late wet .

occult,

classic,

predominan

t classic,

DR non

proliferative

(NPDR): Mild,

moderate,

severe, very

severe

DR

proliferative

(PDR):

dengan atau

tanpa

perdarahan

vitreus

Clinically

significant

macular

edema

(CSME)

Keith-

Wagener-

Baker

classificatio

n: group 1-4

Scheie

classificatio

n – modified

Scheie

classificatio

n: grade 0-4

Neuropati

optik:

anterior

Iskemik

Optik

neuropati

(ION), non

anterior

iskemic optic

neuropathy

(NAION)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 56

Page 58: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

posterior

capsular

opacification).

Skenario 3 :

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 57

Page 59: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

1. Kata kunci : pandangan kabur, mata bengkak dan berdarah, gangguan pergerakan,

penurunan visus, memar, laserasi kelopak mata

2. Learning objective :

Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi/jenis trauma

Mahasiswa mampu menggali dan mencari informasi yang dibutuhkan baik dari anamnesis

maupun pemeriksaan fisik dalam upaya menentukan diagnosis banding dan menegakkan

diagnosis kerja pada keadaan akibat trauma pada mata

Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari masing-masing diagnosis banding

Mahasiswa mampu mengusulkan dan menjelaskan pentingnya pemeriksaan penunjang

dalam upaya menentukan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis kerja pada

keadaan akibat trauma pada mata

Mahasiswa mampu mengusulkan dan menjelaskan penatalaksanaan terapeutik

kedaruratan baik medikamentosa dan non medikamentosa atau operatif pada keadaan

akibat trauma pada mata

Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis masing-masing diagnosis

banding

Dari skenario ini diharapkan mahasiswa mampu memikirkan diagnosis-diagnosis

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 58

Mataku bengkak…

Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke UGD dibawa oleh temannya dengan

keluhan mata sebelah kiri sakit karena terkena pukulan tangan preman yang bercincin

sekitar 30 menit yang lalu. Pasien merasakan pandangannya kabur dan matanya bengkak

dan berdarah. Selain itu pasien juga merasakan adanya gangguan pergerakan mata. Pada

pemeriksaan fisik di dapatkan penurunan visus 1/300, pada inspeksi di dapatkan memar

disekitar bola mata kiri dan laserasi pada daerah tepi kelopak mata bagian bawah. Kelainan

apa saja yang mungkin dapat ditemukan pada pasien tersebut?

Page 60: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Daftar Pustaka

Adams GL., Boies LR., Higler PA , 1997, Boies buku ajar penyakit THT, Ed.6 , EGC, Jakarta Bailey,

Byron J., Etc. 2001. Head and Neck Surgery - Otolaryngology (2-Volume Set) 3rd edition.

Lippincott Williams & Wilkins Publishers. USA

Ballenger JJ., Snow JB., 1996, Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery , A Lea & Febiger

Book

Cummings, Charles W., Etc. 2005. Cummings: Otolaryngology: Head & Neck Surgery, 4th ed.

Mosby. Maryland. USA

Ilyas S., 2009, Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, ed.3, FKUI, Jakarta

Ilyas S., 2008, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, ed.3, FKUI, Jakarta

Ilyas S., 2009, Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta

Ilyas S., 2000, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta

Ilyas S., 2004, Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan, FKUI, Jakarta

James B., Chew C., Bron A., 2003, Lecture Notes in Ophthalmology, ed.9, Erlangga Medical

Series, Penerbit Erlangga, Jakarta

Lalwani, Anil K., Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngologyeal Head & Neck Surgery, 2nd

Edition. Lange. New York. USA

Longston, 2002, Manual of Ocular Diagnostic and Therapy 5th ed.Lippincott Williams&Wilkins

PERDAMI., 2006, Panduan Manajemen Klinis PERDAMI, PP PERDAMI, Jakarta

Riordan-Eva P., 2008, Vaughn and Asbury’s General Ophthalmology, Lange-McGraw-Hill,

International Edition, New York

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 59

Page 61: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Rasad S., 1999,Ekayuda I. Radiologi Diagnostik. Gaya Baru Jakarta

Soepardi EA, Iskandar HN, editor. 2001, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI,

Sutton D., 2003, Textbook of Radiology and Imaging. 7th ed. Churchill Livingstone

Van De Water, Thomas R. 2006. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme

Medical Publishers. New York.USA

XIII. MATRIX PEMBELAJARAN

No Bahan kajian Metode PembelajaranKuliah Tutorial Praktikum Skills

labPenugasan/JR Kunjungan

lapanganKOGNITIF

Telinga

Telinga dan pendengran

Infeksi telinga

Inflammation of auricle

X X

Herpes zoster oticus X XOtitis externa X XAcute otitis media X XOtitis media serous (glue ear)

X X

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 60

Page 62: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Chronic otitis media X XPerforated tympanic membrane

X X

Bullous myringitis X XMastoiditis X XCholesteatoma X XDegeneratif X

Otosclerosis XTymphanosclerosis XPresbyacusis XGangguan

keseimbanganBenign postural

vertigoX X

Motion sickness X XMeniere's diseases X XLabyrinthitis (2) X XVestibular neuritis (1) X X

Trauma

Acute acoustic trauma

X

Ear, other trauma XForeign body in ear XKelainan

kongenitalCongenital deafness XPre-auricular fistula XKeganasan

Acoustic neuroma (1) XLain-lain

Wax (serumen) X

Eye

Mata merah dengan penglihatan tidak menurun

Subconjunctival haemorrhage

X X

Scleritis/episcleritis (2)

X X

Pterygium X XPinguekula X XConjunctivitis,

allergy X X

Conjunctivitis, viral X XConjunctivitis,

bacterial X X

Cunjunctivitis, mycosis

X x

Blepharitis XHordeolum XChalazion XTrachoma XEntropion (2) XTrichiasis (2) X

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 61

Page 63: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Dacryoadenitis XDacryocystitis XDacryostenosis XMata merah

dengan penglihatan turun

Keratitis XUlkus cornea XKerato-

conjunctivitis sicca X

Iridocyclitis, iritis

X

Endophtalmitis XAcute

glaucoma/ Secondary glaucoma

X

Corneal oedema XHypopyon X

Penglihtan turun mendadak tanpa mata merah

Retinal detachment

X

Retina, vessel occlusion or bleeding

X

Optic neuritis (2)

X

Vitreous haemmorrhage

X

Chorioretinitis XScotoma XHemianopia,

bitemporal and homonymous

X

Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah

Cataract XSimple

glaucoma X

Glaucoma, congenital/ buftalmos

X

Degeneration of macula, age dependent

X

Retinopathy of prematurity (rop)

X

Diabetic retinopathy

X

Hypertensive retinopathy

X

Papilloedema XHypermetropia XMyopia XAstigmatism XPresbyopia XAnisometropia XAmblyopia X

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 62

Page 64: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Diplopia XSuppresion XNight-blindness

/xerophthalmiaX

Optic atrophy XOptic disc cupping

(2)X X

Optic neuropathy (2) X XTrauma mata

Trauma tajam

Tidak tembus

Conjunctiva, foreign body

X XErosion of

cornea, conjunctivaX X

Cornea, foreign body

X XLacrimal duct,

lacerationX X

Eyelid laceration

X XTembus

Intraocular foreign body

XPenetrasi dan

perforasi laisan-lapisan mata

X

Trauma tumpul

Lens dislocation X XHyphaema X XHematome X XTumor

Tumour of iris (2) X XRetinoblastoma (2) X XTumor

palpebra(2)X X

Lain-lain

Eyelids

Eyelid retraction XLagophtahlmus XEpicanthus (2) XPtosis (2) XXanthelasma (2) X

Eyeball

Microftalmus XCornea

Corneal dystrophy XKeratoconus XLens

Aphakia X XPsudoaphakia

(artificial lens)X X

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 63

Page 65: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Ophtalmology komunitas

Loss of vision and blindness

X

XV. Daftar nama tim blok,tutor dan instruktur Tramed

blok INDERAFakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 64

Page 66: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Name Phone number

dr. Marie Yuni Andari, SpM 08123218548 Block Coordinator (tramed)

dr. Siti farida ITSW, SpM (K) 081239553313 Supervisor block

dr. Monalisa Nasrul, SpM 0812139223981 tramed

dr. Hamsu Kadriyan, spTHT, M.Kes

0818366217 tramed

dr. Arif Zuhan, SpB 081328490489 tramed

dr. Yusra Pintaningrum, SpJP 08123019155 tutor

dr. Bambang Priyanto, SpBS 08113901282 tramed

dr. Erwin, Sp An 081325859388 tramed

dr. Wahyu Sulistya Affarah 081803150805 1st week Coordinator (tutor)

Agriana Rosmalina H., Apt, M. Farm

081252339933 1st week Coordinator (tutor)

dr. Muhammad Rizkinov Jumsa 087854366606 2nd week Coordinator (tutor)

dr. Eka Arie 081907212887 3rd week Coordinator (tutor/tramed)

dr. Maz Isa Ansyori 081907877793 4rd week Coordinator (tutor/tramed)

Siti Rahmatul Aini S. F apt, M.Sc 081805724800 5th week Coordinator (tutor)

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 65

Page 67: Blok 19 2012

Jadwal Blok INDERA 2012Minggu Jam Hari

I

Senin3

September 2012

Selasa4

September 2012

Rabu5

September 2012

Kamis6

September 2012

Jumat7

September 2012

Sabtu8

September 2012

08.00-08.50 Pengantar Blok 19 (tim blok)

Ophthalmology komunitas

(dr. Farida SW, SpM)

Kuliah Pakar Tramed

Mata(dr. Farida

SW, SpM)

Inflamasi dan Infeksi III

(dr.Monalisa,SpM)

IKM Kunlap :-Kelp. A1,A2

(BKMM)- Kelp.

B1,B2 (Poli Mata)

08.50-09.40 Anatomi mata I

(dr. Wawang O.,

SpM)

Pleno(bag.

Mata)09.40-10.30 Inflamasi

dan Infeksi I(dr. Gede

Suparta, SpM)

Inflamasi dan Infeksi II

(dr. Gede Suparta, SpM)

Mandiri Mandiri

10.30-11.20 Mandiri Tutorial Skenario I

kewarganegaraan

11.20-12.10 Tutorial skenario I

Mandiri Kuliah Pakar tramed

THT (dr. Hamsu

K,SpTHT, MKes)

mandiri Ishoma

12.10-13.00 Ishoma Ishoma Ishoma

13.00-13.50 Ishoma Fisiologi penglihatan

(dr. Monalisa., SpM

Ishoma Praktikum Anatomi Mata

(dr. Wawang O,

Mandiri Mandiri

Page 68: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

SpM)13.50-15.20 Mandiri Mandiri Mandiri

Minggu

Jam Hari

II

Senin10 September

2012

Selasa11 September

2012

Rabu12 September

2012

Kamis13 September

2012

Jumat14 September

2012

Sabtu15 September

201208.00-08.50 Pediatric

Ophthalmology(dr.

Yuni,SpM)

Katarak : Patofisiologi, klasifikasi dan penanganan

(dr.Wawang,SpM)

Glaukoma :Patofisiolog

i, klasifikasi dan penanganan

(dr. Gede S.,SpM)

Tramed IKM Kunlap :- Kelp. B1,

B2 (BKMM)-Kelp. C1,C2 (Poli Mata)

08.50-09.40 Pleno(Pakar

Bagian Mata)

09.40-10.30 Tutorial skenario II

Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri

10.30-11.20 Tramed Neuro-Ophthalmology

(dr. Farida,SpM)

Tutorial skenario II

*presentasi tumor mata

(Bag. Mata)

Kewarganegaraan

11.20-12.10 Refraksi

(dr. Gede S,SpM)

12.10-13.00 Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma

13.00-13.50 Mandiri Mandiri Medical Ophthalmology

(dr.Yuni,SpM)

Praktikum Anatomi Mata

(Mandiri)

Mandiri Mandiri

13.50-14.30

14.30-15.20

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 1

Page 69: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Minggu Jam Hari

III

Senin

17 September 2012

Selasa

18 September

2012

Rabu

19 September 2012

Kamis

20 September

2012

Jumat

21 September

2012

Sabtu

22 September 2012

08.00-08.50 Poster session “eye health promotion”

Kedaruratan mata non

trauma(dr.Farida,S

pM)

Kedaruratan : Trauma mata

(dr.Monalisa,SpM)

Tramed IKM Kunlap :

-Kelp. C1,C2 (BKMM)

-Kelp. A1.A2

(Poli Mata)

08.50-09.40

Pleno

(bag. Mata)

09.40-10.30 Mandiri Mandiri Farmakologi sistem Indera

(bag. Farmako)

Mandiri Mandiri

10.30-11.20 Tutorial skenario III

Tramed Tutorial skenario III

Kewarganegaraan

11.20-12.10 Mandiri

12.10-13.00 Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma

13.00-13.50 Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri

13.50-14.30

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 2

Page 70: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

14.30-15.20

Minggu Jam Hari

IV

Senin24 September

2012

Selasa25 September

2012

Rabu26 September

2012

Kamis27 September 2012

Jumat28 September

2012

Sabtu29 September

201208.00-08.50 Anatomi THT

(Bag.Anatomi)Gangguan

pendengaran(dr.Markus,Sp

THT)

Tinitus(dr.Markus,SpT

HT)

Tramed IKM Kunlap ke SLB

-Kelp. A1,A2,B1,B2

08.50-09.40 MandiriPleno

(Bag. THT)09.40-10.30 Tutorial skenario IV

Mandiri Radiologi sistem Indera

(bag. Radiologi)

Mandiri Mandiri10.30-11.20 Tramed Tutorial

skenario IVMandiri Kewargane

garaan

11.20-12.10 Kelainan kongenital di bidang THT(dr.I.G Ayu,

SpTHT)

Mandiri Ishoma12.10-13.00 Ishoma

*Presentasi laporan Kunlap

BKMM& Poli mata

Ishoma Ishoma

13.00-13.50 Fisiologi Pendengaran

(Bag. Faal)

Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri

13.50-14.30 Ishoma& Mandiri

Ishoma & Mandiri

14.30-15.20

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 3

Page 71: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Minggu Jam Hari

V

Senin

01 Oktober 2012

Selasa

02 Oktober 2012

Rabu

03 Oktober 2012

Kamis

04 Oktober 2012

Jumat

05 Oktober 2012

Sabtu

06 Oktober 2012

08.00-08.50 Gangguan Penghidu

(dr.Hamsu K.,SpTHT,MKe

s)

Infeksi Telinga I

(dr.Markus,SpTHT)

Infeksi Telinga II

(dr.Markus,SpTHT)

Tramed Keganasan di bidang THT

(dr.Hamsu K.,SpTHT,MKes)

Kunlap ke SLB

-Kelp. C1,C2,D1,D2

08.50-09.40

09.40-10.30 Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri Pleno

(bag. THT)

Mandiri

10.30-11.20 Tutorial skenario V

Tramed *tugas THT??

Tutorial skenario V

Kewarganegaraan

11.20-12.10 Ishoma

12.10-13.00 Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma

13.00-13.50 Mandiri Mandiri Tramed

Mandiri Tramed

Mandiri tramed

Mandiri Mandiri

13.50-14.30

14.30-15.20

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 4

Page 72: Blok 19 2012

Blok Indera 2012

Minggu Jam Hari

VI

Senin

08 Oktober 2012

Selasa

09 Oktober 2012

Rabu

10 Oktober 2012

Kamis

11 Oktober 2012

Jumat

12 Oktober 2012

Sabtu

13 Oktober 2012

08.00-08.50

Mandiri Ujian Tulis

Mandiri CBT Mandiri UP

08.50-09.40

09.40-10.30

10.30-11.20

11.20-12.10

12.10-13.00

13.00-13.50

13.50-14.30

14.30-15.20

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Page 5

Page 73: Blok 19 2012