laporan akhir program p2m penerapan iptek...

60
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM PENGAMATAN OBJEK LANGIT MALAM BAGI GURU-GURU IPA SMP DI KOTA SINGARAJA Tim Pelaksana: Dr. Ni Made Pujani, M.Si. (Ketua) NIDN. 0004116302 Putri Sarini, S.T., M.Pd. (Anggota) NIDN. 0002127805 Putu Prima Juniartina, S.Pd., M.Pd. (Anggota) NIDN. 0014068801 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Dengan SPK Nomor: 201d/UN48.9/PM/2019 tanggal 15 Pebruari 2019 JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2019

Upload: others

Post on 02-Sep-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

i

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

DIPA FAKULTAS

PELATIHAN PRAKTIKUM PENGAMATAN OBJEK

LANGIT MALAM BAGI GURU-GURU IPA SMP

DI KOTA SINGARAJA

Tim Pelaksana:

Dr. Ni Made Pujani, M.Si. (Ketua) NIDN. 0004116302

Putri Sarini, S.T., M.Pd. (Anggota) NIDN. 0002127805

Putu Prima Juniartina, S.Pd., M.Pd. (Anggota) NIDN. 0014068801

Dibiayai dari

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

Dengan SPK Nomor: 201d/UN48.9/PM/2019

tanggal 15 Pebruari 2019

JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2019

Page 2: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

a.Judul Program : Pelatihan Praktikum Pengamatan Objek Langit Malam Bagi

Guru-Guru IPA SMP di Kota Singaraja

b. Jenis Program : Pelatihan

c. Bidang Kegiatan : Kependidikan

d. Identitas Pelaksana :

1. Ketua:

a) Nama : Dr. Ni Made Pujani, M.Si

b) NIP : 196311041988032001

c) NIDN : 0004116302

d) Pangkat/Gol. : Pembina Tk. I/ IVb

e) Alamat Kantor : Kampus Tengah Undiksha, Jln. Udayana Singaraja

f) Alamat Rumah : Jln. Parikesit II/3 Singaraja, 81117

2. Anggota 1:

a) Nama : Putri Sarini S.T., M.Pd.

b) NIP : 197812022014042001

c) NIDN : 0002127805

d) Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk. I/ IIIb

e) Alamat Kantor : Kampus Tengah Undiksha, Jln. Udayana Singaraja

f) Alamat Rumah : Jln Pulau Bali Singaraja

3. Anggota 2:

a) Nama : Putu Prima Juniartina,S.Pd., M,Pd.

b) NIP : 19880614201541001

c) NIDN : 0014068801

d) Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk. I/ IIIb

e) Alamat Kantor : Kampus Tengah Undiksha, Jln. Udayana Singaraja

f) Alamat Rumah : Desa Banjar Tegeha, Kec. Banjar, Kab. Buleleng

e. Jumlah Biaya yang diperlukan: Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah)

f. Lama Kegiatan : 9 bulan (15 Februari s.d 15 November 2019)

Mengetahui:

Dekan Fakultas MIPA Undiksha,

Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si NIP. 196507111990031003

Singaraja, 10 November 2019

Ketua Pelaksana,

Dr. Ni Made Pujani, M.Si.

NIP. 196311041988032001

Mengetahui,

Ketua LPPM Undiksha

Prof. Dr. I Gede Astra Wesnama, M.Si.

NIP. 196204251990031002

Page 3: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

iii

TIM PELAKSANA

1. Ketua Pelaksana

a. Nama Lengkap : Dr. Ni Made Pujani, M. Si.

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 196311041988032001

d. Disiplin Ilmu : Pendidikan IPA (Fisika)

e. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IV b

f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepala

g. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Fisika dan Pengajaran IPA

h. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana 1

a. Nama Lengkap : Putri Sarini, S.T., M.Pd.

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 197812022014042001

d. Disiplin Ilmu : Pendidikan IPA

e. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk.1/ IIIb

f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Asisten Ahli / -

g. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Fisika dan Pengajaran IPA

h. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

3. Anggota Pelaksana 2

a. Nama Lengkap : Putu Prima Juniartina, S.Pd.,M.Pd.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 19880614201541001

d. Disiplin Ilmu : IPA (Fisika)

e. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk.1/ IIIb

f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Penata Muda Tk.1/ IIIb

g. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Fisika dan Pengajaran IPA

h. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu

Page 4: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

iv

PELATIHAN PRAKTIKUM PENGAMATAN OBJEK LANGIT

MALAM BAGI GURU-GURU IPA SMP DI KOTA SINGARAJA

Oleh

Ni Made Pujani, Putri Sarini dan Putu Prima Juniartina

Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja dalam melaksanakan

praktikum pengamatan objek langit malam sebagai persiapan menuju Olimpiade

Astronomi. Sasaran kegiatan adalah 15 orang guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja.

Tempat kegiatan di Program Studi Pendidikan IPA Undiksha dengan melibatkan

MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng. Kegiatan dilakukan selama dua hari yaitu

tanggal 3 an 4 September 2019 dengan memberikan pelatihan melakukan pengamatan

langit malam dan pelatihan penyelesaian soal-soal praktikum Olimpiade Astronomi.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan baik. Penguasaan

dan keterampilan guru dalam melakukan praktikum pengamatan objek langit setelah

pelatihan mengalami peningkatan. Tanggapan peserta adalah positif dan guru-guru

sangat antusias mengikuti pelatihan hingga selesai. Kendala yang ditemui dalam

pelaksanaan pelatihan adalah tinggkat kesukaran dalam mengoperasikan stellarium

relatif sulit sehingga diperlukan waktu lebih banyak dalam berlatih.

Kata Kunci: praktikum astronomi, objek langit malam, guru IPA

Page 5: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena

berkat rakhmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan laporan Pengabdian Kepada

Masyarakat, dengan judul: “Pelatihan Praktikum Pengamatan Objek Langit Malam Bagi

Guru-Guru IPA SMP di Kota Singaraja”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak

yang telah memberikan kontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai

dengan penulisan laporan ini, diantaranya kepada yth:

1. Ketua LPPM Undiksha, atas bantuan dana yang diberikan.

2. Ketua Prodi S1 Pendidikan IPA, yang telah mengijinkan kami untuk

memanfaatkan fasilitas ruang pertemuan yang ada di Prodi Pendidikan

IPAUndiksha.

3. Gede Someada, S.Pd., selaku Ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng atas

dukungan dan kerjasamanya

4. Semau pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk

meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi para guru. Masukan dari

pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

Singaraja, 10 November 2019

Tim Pelaksana,

Page 6: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

vi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL …………………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. ii

TIM PELAKSANA ………………………………………………………. iii

ABSTRAK………………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. vii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. viii

I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Analisis Situasi ……………………………………………………… 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………………………….. 4

C. Tujuan Kegiatan …………………………………………………….. 4

D. Manfaat Kegiatan …………………………………………………… 5

II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 6

A. Hakekat IPA dan Implikasinya dalam Pembelajaran ……………… 6

B. Kualitas Guru ………………………………………………………. 7

C. Pengaruh Kualitas Guru terhadap Prestasi belajar Siswa ………….. 8

III METODE PELAKSANAAN ……………………………………..…… 11

A. Kerangka Pemecahan Masalah ……………………………….…… 11

B. Realisasi Pemecahan Masalah …………………………………...... 12

C. Khalayak Sasaran …………………………………………………. 12

D. Metode Pelaksanaan Kegiatan …………………………………...... 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………... 15

A. Hasil Kegiatan ..……………………………………………………. 15

B. Pembahasan .............................................………………….........…. 17

V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 19

A. Simpulan …………………………………………………………... 19

B. Saran ………………………………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 20

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………… 22

Page 7: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah …………………… 11

Page 8: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran:

01 Foto Kegiatan …………………………………………………….... 23

02 Materi Pelatihan…….……………………………………………… 25

03 Kontrak P2M (SPK)...……………………………………………… 37

Page 9: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

9

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Praktikum merupakan kegiatan istimewa yang berfungsi untuk melatih dan

memperoleh umpan balik serta meningkatkan motivasi belajar siswa (Utomo dan

Ruijter, 1990; Liem, 2007). Pembelajaran melalui kegiatan praktikum tidak hanya

meningkatkan ranah psikomotorik siswa, tetapi juga kognitif dan afektif. Seperti

dinyatakan oleh Pabelon and Mendosa (2000), bahwa: “Kerja laboratorium berperan

dalam mengembangkan kognitif, psikomotor, dan afektif”. Ranah kognitif antara lain

keterampilan berpikir, ranah psikomotorik antara lain keterampilan melaksanakan

kegiatan praktikum, dan ranah afektif antara lain belajar bekerja sama dengan orang lain

dan menghargai hasil kerja orang lain. Oleh karena itu, praktikum seyogianya

memperhatikan aspek-aspek itu dan guru pengajar IPBA perlu diberikan pelatihan

keterampilan praktikum.

Hasil penelitian Pujani dan Liliasari (2011) terhadap pembelajaran IPBA

menemukan bahwa pembelajaran IPBA (khususnya Astronomi) di sekolah-sekolah dan

di perguruan tinggi belum menyelenggarakan kegiatan laboratorium. Pembelajaran

IPBA didominasi oleh ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hal ini sejalan dengan

temuan Depdiknas (2002), bahwa pembelajaran sains di sekolah umumnya bersifat

teoritis, melalui ceramah, diskusi, dan penyelesaian soal, tanpa eksperimen ataupun

demonstrasi. Terhadap hal ini banyak alasan umum yang dikemukakan, antara lain

karena guru tidak pernah dilatih melaksanakan praktikum IPBA, tidak adanya ruang

laboratorium, dan tidak ada alat-alat praktikum IPBA.

Hasil penelitian Balitbang (Rustad et al., 2004) menunjukkan bahwa sekitar 51%

guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di Indonesia tidak dapat menggunakan

Page 10: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

10

alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolahnya, akibatnya tingkat pemanfaatan alat-

alat itu dalam pembelajaran cenderung rendah. Timbul dugaan bahwa inti persoalan

mengapa guru tidak melakukan pembelajaran dengan kegiatan praktikum terletak pada

kurangnya kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan praktikum

dan membuat alat-alat percobaan sederhana.

Pelatihan keterampilan praktikum bagi guru sejalan dengan pergeseran

paradigma dalam pembelajaran sains. Paradigma baru dalam belajar sains yaitu

pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih banyak mempelajari sains melalui

pengalaman langsung daripada hafalan, sehingga siswa dapat menggunakan

pengetahuan sainsnya tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Gallagher, 2007).

Pendidikan sains dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman dan

kebiasaan berpikir, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk menjamin

kelangsungan hidupnya (Rutherford and Ahlgren, 1990). Melalui pembelajaran sains

dengan kegiatan praktikum siswa akan memperoleh pengalaman secara langsung,

sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah

dan keterampilan-keterampilan ilmiah, memahami bagaimana sains dan ilmuwan

bekerja, menumbuhkan minat dan dan motivasi, serta melatih keterampilan berpikir

(Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). Di sisi lain materi IPBA (khususnya

Astronomi) merupakan mata pelajaran yang sering dikompetisikan melalui kegiatan

Olimpiade, sehingga para guru IPBA dituntut untuk mampu membina para siswanya

memberikan pembekalan bidang teori dan keterampilan praktikum. Praktikum

astronomi yang diberikan pada olimpiade adalah pengamatan objek langit malam.

Dalam tes praktikum ini peserta diwajibkan mengetahui dan mengenali nama-nama

bintang, nama-nama rasi yang istimewa, mengamati fase-fase bulan, dan objek langit

lainnya.

Mencermati hal di atas perlu kiranya dilakukan pelatihan praktikum pengamatan

objek langit malam bagi siswa dan guru-guru SMP yang ada di Kota Singaraja sebagai

Page 11: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

11

persiapan menuju olimpiade astronomi 2020. Dengan keterampilan yang dimiliki

diharapkan para guru mampu membina siswanya dalam menghadapi olimpiade

astronomi.

Singaraja sebagai salah satu kota di Bali Utara, sudah banyak melakukan

pembenahan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi Kota Singaraja, diantaranya

menjadikan singaraja sebagai kota pendidikan. Realisasi dari hal itu telah dituangkan

dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain dengan memfasilitasi pembangunan

lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan

tinggi (PT).

Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah

satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kota Singaraja adalah

terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para guru. Di

sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada di

Kabupaten Buleleng, khususnya guru bidang studi IPA (Astronomi) di SMP banyak

yang belum sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pula masih kurangnya

kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar

Astronomi dan membimbong siswa melakukan praktik pengamatan objek langit malam.

Pembelajaran IPA (astronomi) sebagai bidang studi yang secara formal wajib

dibelajarkan pada jenjang pendidikan SMP, saat ini dihadapkan pada tantangan untuk

mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajarannya. Hal ini mengingat

bahwa mulai tahun 2005 Astronomi dilombakan dalam ajang bergengsi yaitu pada

olimpiade tingkat nasional. Khusus untuk Kabupaten Buleleng partisipasi di bidang

olimpiade astronomi bagi siswa SMP baru mulai tahun 2006, tetapi belum ada yang bisa

menembus hingga lulus di tingkat nasional, sebagaimana diinformasikan melalui

internet, untuk bidang olimpiade astronomi belum ada siswa SMP/SMA wakil dari

Kabupaten Buleleng atau pun wakil Propinsi Bali yang berhasil meraih medali

(www.olimpiade-sains.org). Oleh karena itu, Dinas Pendidikan bersama-sama dengan

Page 12: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

12

seluruh SMP yang ada di Kabupaten Buleleng perlu sesegera mungkin melakukan

persiapan pembinaan bidang Astronomi SMP/SMA yang terprogram dan kontinu,

karena rendahnya prestasi belajar Astronomi bagi siswa SMP/SMA di wilayah

Kabupaten Buleleng tidak terlepas dari kurangnya pembinaan oleh guru (faktor guru)

dan karakteristik materi. Upaya pelatihan praktikum pengamatan objek langit malam

sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi pelaksanaan Olimpiade Astronomi tahun

2020. Hal ini bermanfaat bagi perbaikan kualitas proses dan produk pendidikan pada

level SMP melalui refreshing program bagi guru-guru IPA SMP di Kabupatn Buleleng,

khususnya di Kota Singaraja.

Mencermati hal di atas perlu kiranya dilakukan kegiatan berupa “Pelatihan

Praktikum Pengamatan Objek Langit Malam bagi Guru-Guru IPA SMP di Kota

Singaraja”, agar guru-guru memiliki pengetahuan pengamatan objek langit malam yang

memadai. Lebih lanjut, dengan meningkatnya kemampuan guru diharapkan para guru

mampu membina siswanya dalam menghadapi olimpiade Astronomi.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Dari paparan di atas dapat diidentifikasi hal-hal berikut:

(1) bahwa guru yang mengajar Astronomi di SMP yang ada di wilayah Kabupaten

Buleleng belum memiliki kemampuan dibidang penguasaan materi dan

keterampilan praktikum pengenalan objek langit malam. Oleh karena itu perlu

diadakan program re-freshing bagi guru-guru dalam upaya peningkatan kualitas

penguasaan bidang Astronomi.

(2) bahwa hasil belajar Astronomi siswa bergantung pada kualitas PBM yang

dilaksanakan guru. Mengingat Astronomi merupakan ilmu-ilmu dasar yang harus

ditanamkan secara benar sejak dini, maka diperlukan kualitas pelaksanaan PBM

yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas pengetahuan guru

pengajar Astronomi (IPA). Bila kualitas pengetahuan guru tentang Astronomi

meningkat akan berimplikasi pada peningkatan kualitas pelaksanaan PBM, dan

Page 13: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

13

akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar Astronomi siswa, sehingga

siswa memiliki peluang untuk tampil dalam event olimpiade.

Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pokok

yang hendak diurai melalui program ini adalah: “Bagaimanakah cara meningkatkan

kemampuan Guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja dalam mengamati objek langit

malam sebagai persiapan menuju olimpiade Astronomi?

C. TUJUAN KEGIATAN

Berdasarkan analisis potensi dan rumusan masalah di atas, maka secara spesifik

tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-

guru IPA SMP di Kota Singaraja dalam melaksanakan praktikum pengamatan objek

langit malam sebagai persiapan menuju Olimpiade Astronomi.

D. MANFAAT KEGIATAN

Kegiatan ini nantinya diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah Kabupaten Buleleng, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng,

bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program yang telah

disusun dalam rencana pembangunan pendidikan di Singarajai, khususnya pada

jenjang SMP, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam

melakukan kegiatan-kegiatan akademis untuk mendukung tugas-tugas

profesionalnya, sehingga secara langsung berdampak bagi peningkatan produktivitas

pendidikan di Kabupaten Buleleng.

2. Guru-guru IPA SMP di Kabupaten Buleleng, program ini sangat bermanfaat dalam

meningkatkan kualitas penguasaan bidang Astronomi sehingga nantinya mereka

dapat memiliki pengetahuan materi Astronomi yang memadai megingat pengajar

Astronomi SMP umumnya adalah guru IPA, serta mampu membina siswa dalam

persiapan menghadapi Olimpiade Astronomi.

Page 14: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

14

3. Universitas Pendidikan Ganesha, program ini sangat bermanfaat dalam menjalin

kerjasama yang mutualis antara LPTK dengan kalangan masyarakat luas, sehingga

tenaga dan berbagai potensi yang ada dapat disumbangkan kepada khalayak luas,

khususnya yang berkenaan dengan sektor pendidikan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 15: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

15

A. Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Sains/IPBA

Praktikum adalah suatu bentuk kerja praktek yang bertempat dalam lingkungan

yang disesuaikan dengan tujuan agar siswa terlibat dalam pengalaman belajar yang

terencana dan berinteraksi dengan peralatan untuk mengobservasi serta memahami

fenomena. Sejalan dengan itu, Hofstein and Mamlok-Naaman (2007), Rustaman et al.,

(2005) dan Margono (2000) menyatakan kegiatan laboratorium sebagai suatu kegiatan

praktikum, baik yang dilakukan di laboratorium maupun di luar laboratorium seperti di

kelas atau di alam terbuka, berkaitan dengan suatu bidang ilmu tertentu yang antara lain

ditujukan untuk menunjang pembelajaran teori.

Tujuan kegiatan praktikum adalah untuk mengembangkan keterampilan-

keterampilan ilmiah, pemahaman konsep, kemampuan kognitif, berpikir kreatif, dan

sikap ilmiah (Gangoli and Gurumurthy, 1995). Sementara itu menurut Hodson (1996)

tujuan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran sains adalah untuk 1) memotivasi

siswa dan merangsang minat serta bakatnya, 2) mengajarkan keterampilan-keterampilan

yang harus dilakukan di laboratorium, 3) membantu perolehan dan pengembangan

konsep, 4) mengembangkan pemahaman terhadap sains dan mengembangkan

keterampilan dalam melaksanakan sains tersebut, dan 5) menanamkan sikap ilmiah.

Bentuk kegiatan praktikum yang efektif dilakukan ada tiga yaitu, kegiatan

praktikum yang bersifat latihan, memberi pengalaman, dan investigasi atau

penyelidikan (Van den Berg and Giddings, 1992; Woolnough dalam Rustaman et al.,

2005; Margono, 2000). Uraian ketiga bentuk kegiatan laboratorium tersebut sebagai

berikut.

1) Kegiatan Laboratorium Bentuk Latihan

Kegiatan laboratorium berbentuk latihan bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan dasar dan teknik seperti menggunakan alat, mengukur dan mengamati

Page 16: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

16

(observasi). Contoh kegiatan laboratorium yang bersifat latihan adalah: menggunakan

teleskop, berlatih menggunakan peta langit, berlatih menggunakan perangkat lunak

“Stellarium”, dan berlatih merangkai alat dengan benar.

2) Kegiatan Laboratorium Bentuk Pengalaman

Kegiatan laboratorium pengalaman bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

materi pelajaran dengan cara memberikan pengalaman nyata secara langsung kepada

siswa terhadap fenomena alam. Contoh kegiatan laboratorium berbentuk pengalaman

adalah mengidentifikasi sifat fisis batuan dengan meraba permukaan batuan dan

mengamati warna mineral penyusun batuan, mempelajari dan memperhatikan gerakan

bayangan matahari. Pelaksanaan kegiatan laboratorium dapat secara induksi atau

verifikasi.

3) Kegiatan Laboratorium Bentuk Investigasi atau Penyelidikan.

Kegiatan laboratorium bentuk investigasi bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah. Pada kegiatan laboratorium ini siswa dituntut dapat

bertindak sebagai seorang ilmuwan (Rustaman et al., 2005). Pelaksanaan kegiatan

laboratorium ini dapat menggunakan model inkuiri atau discovery, sehingga diperlukan

identifikasi masalah, perumusan masalah, hipotesis, perencanaan percobaan,

pelaksanaan percobaan, evaluasi hasil percobaan, dan pelaporan hasil percobaan.

Contoh materi untuk kegiatan laboratorium bentuk investigasi adalah: penyelidikan

faktor-faktor yang mempengaruhi erosi dan pelapukan, faktor-faktor yang

mempengaruhi efek rumah kaca dan pemanasan global.

Mencermati uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan praktikum dalam

pembelajaran sains memiliki peranan yang penting. Menurut Woolnough and Allsop

dalam Rustaman (2002); Hofstein and Mamlok-Naaman (2007), pentingnya kegiatan

praktikum dalam sains adalah: (1) membangkitkan minat dan motivasi belajar sains, (2)

mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan eksperimen, (3)

menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan (4) menunjang pemahaman materi

Page 17: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

17

pelajaran. Sementara itu, menurut Millar (2004), peran kegiatan kegiatan praktikum,

antara lain (1) mengajarkan pengetahuan ilmiah sebagai kemampuan berkomunikasi, (2)

pengalaman dalam kegiatan kegiatan praktikum sangat penting untuk memahami dunia,

(3) kegiatan kegiatan praktikum melibatkan kemampuan melakukan suatu tindakan dan

merefleksinya, dan (4) mengkaitkan dua domain pengetahuan yaitu domain objek real

dan sesuatu yang dapat diamati dengan domain ide-ide.

Sejalan dengan itu, Wiyanto (2008) menyatakan peranan kegiatan kegiatan

praktikum dalam sains diantaranya sebagai berikut. Pertama, sebagai wahana untuk

mengembangkan keterampilan dasar mengamati atau mengukur (menggunakan alat-alat

yang sesuai) dan keterampilan-keterampilan proses lainnya, seperti mencatat data,

membuat tabel, membuat grafik, menganalisis data, menarik kesimpulan,

berkomunikasi, dan bekerjasama dalam tim. Kedua, laboratorium dapat dijadikan

sebagai wahana memperjelas konsep yang telah dibahas sebelumnya. Ketiga,

laboratorium dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan

berpikir melalui proses pemecahan masalah dalam rangka siswa menemukan konsep

sendiri. Lebih lanjut Wiyanto (2008) menyatakan bahwa peran yang paling penting

tingkatannya dibandingkan dengan peran-peran lainnya adalah peran ketiga, yaitu

laboratorium untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena hal ini berarti

laboratorium telah dijadikan sebagai wahana untuk learning how to learn.

B. Hakekat IPA dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya mencakup dua dimensi yaitu

dimensi produk dan dimensi proses. Dimensi Produk mengandung sekumpulan

pengetahuan baik berupa konsep-konsep, prinsip-prinsip, maupun hukum-hukum

sebagai hasil penelitian dan pikiran para ilmuwan (saintis). Sedangkan dimensi proses

IPA berisi sekumpulan keterampilan-keterampilan dasar yang mencerminkan suatu

proses. Jadi keterampilan- keterampilan IPA meliputi: mengamati /mengobservasi,

Page 18: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

18

mengklasifikasikan/ kategorisasi, mengukur/ melakukan pengukuran, mengajukan

pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan penyelidikan/ percobaan,

menginterpretasikan /menafsirkan hasil pengamatan, dan berkomunikasi.

Untuk dapat mengajarkan IPA dengan baik dan tepat maka seorang guru

haruslah memahami tentang pengertian dan hakekat dari IPA. Mengajar sains

merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswanya tentang sains. Mengajar dalam

pengertian ini berarti memberi arah sekaligus mengembangkan pemerolehan konsep-

konsep sains oleh siswa sendiri. Oleh sebab itu proses mengajar lebih didasari oleh

kepentingan siswa dalam mendapatkan konsep-konsep, prinsip, keterampilan serta sikap

yang dilandasi metode ilmiah. Trowbridge (dalam Suastra dan Pujani, 1999)

menjelaskan tentang mengajar yang berorientasi pada belajar penemuan (discovery),

bahwa dengan upaya mengajar diharapkan terjadi personal meaning tentang sains pada

diri siswa.

Belajar sains atau mempelajari sains bagi pebelajar tidak lagi sebagai

penerimaan informasi tentang sains akan tetapi merupakan suatu proses pengembangan

keterampilan berpikir mengenai konsep sains. Dengan demikian strategi belajar yang

digunakanpun harus dikondisikan pada kegiatan-kegiatan yang berdimensi fisik dan

psikis kognitif. Piaget sebagaimana disitir oleh Labinowict, 1980 (dalam Suastra dan

Pujani, 1999) menyatakan bahwa pengetahuan sains akan baik jika dipelajari dengan

cara active construction. Ini berarti bahwa siswa diarahkan untuk membangun

pengetahuannya secara aktif. Untuk itu strategi belajar hendaknya ditujukan kepada

student centered, sehingga siswa sepenuhnya terlibat pada proses pembelajarannya.

Kreativitas dalam sains juga terjadi bila siswa melakukan penemuan ilmiah

untuk mereka sendiri walaupun informasi semacam itu telah diketahui orang lain

(Adang, 1985 dalam Suastra dan Pujani, 1999). Prinsip-prinsip dasar itu pasti tercantum

dalam buku teks, tetapi penerapan khusus atau inovasi-nya perlu ditentukan oleh siswa.

Page 19: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

19

Lebih lanjut Adang (1985), menyatakan bahwa untuk melatih berfikir kreatif siswa

hendaknya diberi kesempatan:

1. Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama PBM berlangsung.

2. Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut.

3. Merasakan kemudahan dalam mengambil isu atau menyatakan ide atau proses.

4. Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari seseorang tanpa

mencemoohnya.

5. Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai potensi kreatif.

6. Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif seperti juga untuk hasil

belajar yang berupa mengingat.

Dari uraian di atas maka pengajaran IPA yang memungkinkan siswa untuk

mengembangkan kreativitas berpikirnya adalah pengajaran IPA dengan melibatkan

keterampilan-keterampilan proses IPA. Hal ini akan dapat dilakukan melalui pengajaran

IPA dengan pendekatan keterampilan proses IPA (Ratna Wilis Dahar 1989:13)

C. Kualitas Guru

Guru adalah merupakan sub sistem pengelola yang sangat menentukan

keberhasilan suatu PBM. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk

mengelola kelas dengan suatu metode serta pendekatan mengajar yang mesti

diterapkannya. Namun, mengajar adalah serangkaian aktivitas yang sangat kompleks,

oleh karenanya sangat sulit untuk menentukan guru yang bagaimana guru yang

berkualitas. Ada kalanya guru berhasil dalam mengajar IPA di Sekolah Dasar, tetapi

tidak berhasil jika dia ditugaskan mengajar IPA di SMP, atau sebaliknya. Demikian pula

guru yang memiliki gelar sarjana, belum tentu akan menjamin keberhasilannya dalam

mengelola PBM di kelas. Dan ada kalanya guru yang telah mengajar dalam waktu yang

relatif lama merasa belum berhasil mengelola PBM, dan baru setelah mereka mendapat

pelatihan atau mengikuti penataran menemukan suatu strategi mengajar, sehingga KBM

Page 20: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

20

menjadi lebih baik. Walaupun demikian, kualitas guru bidang studi IPA (astronomi)

yang mencerminkan kemampuan profesional (kualitas) guru sesungguhnya dapat

diperoleh melalui beberapa cara diantaranya melalui pendidikan (kuliah) di suatu

LPTK, melalui pengalaman mengajar, melalui penataran-penataran/pelatihan, dan

melalui peningkatan penguasaan guru pada bidang studi IPA (Astronomi).

Tingkat pendidikan guru yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir,

yang dapat dikategorikan sebagai berikut: SD, SLTP, SPG/KPG, SMA non keguruan,

PGSLP, D1, D2, D3, Sarjana Muda, Sarjana, dan Pascasarjana. Kualitas tingkat

pendidikan ditentukan berdasarkan lamanya pendidikan itu berlangsung yang

dinyatakan dalam tahun.

Pengalaman mengajar adalah lamanya guru bersangkutan melakukan pekerjaan

mengajar dihitung dari tahun pengangkatan. Pengalaman mengajar dapat dinyatakan

dalam interval: 0-4 tahun, 5-8 tahun, 9-12 tahun, 13-16 tahun dan 17-20 tahun atau

lebih. Interval pengalaman mengajar selama 4 tahun ini ditetapkan berdasarkan konsep

pemikiran kenaikan pangkat tetap bagi seorang guru berlangsung setiap empat tahun.

Penataran yang dimaksud adalah penataran yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar IPA di SMP atau setidak-tidaknya penataran yang menunjang proses belajar

mengajar secara umum. Kualitasnya ditentukan oleh lamanya penataran itu diikuti yang

dinyatakan dalam hari.

Di samping itu, kualitas guru IPA juga dapat dilihat dari kualitas penguasaannya

terhadap bidang studi IPA tersebut. Hal ini dapat diketahui setelah guru menjawab

seperangkat tes IPA yang tingkat kesukarannya setaraf guru.

D. Pengaruh Kualitas Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa

Sesuai uraian di atas, indikator kualitas (kemampuan profesional) guru dapat

dilihat melalui pendidikan, pengalaman mengajar, penataran, dan melalui pelatihan

peningkatan penguasaan guru pada bidang studi IPA. Baik secara terpisah maupun

Page 21: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

21

bersama-sama indikator kualitas guru ini akan terkait dengan prestasi yang dapat

dicapai oleh siswa.

Pendidikan

Pendidikan terakhir seorang guru sangat menentukan kewenangannya dalam

mengajar.Ijazah tertinggi seorang guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam

menentukan kualitas suatu sekolah. Di mana kualitas sekolah tidak dapat terlepas dari

predikat lulusan yang melibatkan prestasi belajar siswanya..Sedangkan untuk

menentukan kewenangannya, pendidikan terakhir seorang guru hanya berlaku pada

tingkatan-tingkatan sekolah tertentu.Guru SD minimal tamatan SPG/KPG, guru SMP

minimal tamatan PGSLP, dan guru SMU minimal lulusan sarjana muda keguruan

(Parluhutan Tobing, 1983). Artinya, semakin tinggi jenjang pendidikan keguruan yang

dimiliki guru dihitung dari persyaratan minimal, akan semakin siap mereka menjadi

tenaga pendidik (guru). Pada gilirannya diharapkan mereka dapat meningkatkan prestasi

belajar IPA siswa.

Pengalaman Mengajar

Lamanya masa kerja seorang guru IPA di SMP akan menunjukkan kuantitas

pengalaman yang mereka miliki selama bekerja di lapangan. Melalui pengalaman

mengajar, guru-guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya, misalnya dari

kesalahannya membimbing dalam membuat rumusan masalah, membuat kesimpulan

dan lain sebagainya guru bersangkutan kemudian membenahinya. Guru IPA yang baik

adalah mereka yang mau mengevaluasi KBM yang pernah mereka lakukan, sehingga

KBM berikutnya dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang lebih berkualitas.

Hal ini sesuai dengan pepatah ”pengalaman adalah guru yang terbaik”.

Penataran

Penataran guru-guru IPA yang dilaksanakan oleh pemerintah baik di tingkat

regional maupun nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional

guru.Dalam penataarn ini guru dipersiapkan untuk menguasai materi pelajaran, metode

Page 22: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

22

mengajar dan cara-cara dalam mengelola PBM.Jika tujuan penataran ini telah tercapai

dan dapat dilaksanakan oleh guru yang pernah mengikuti penataran maka guru

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dengan demikian siswa

akan menjadi lebih giat dan senang belajar dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.

Tingkat Penguasaan Guru pada Bidang Studi IPA(Astronomi)

Kemampuan guru dalam mengajar IPA sebenarnya merupakan faktor yang

paling sentral dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Prestasi siswa pada

bidang studi IPA secara konsisten dipengaruhi oleh seberapa jauh siswa diekspose

terhadap pelajaran IPA yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan metode belajar

mengajar yang menyenangkan melalui pemecahan masalah. Terdapat suatu

kecendrungan bahwa kualitas proses belajar mengajar di kelas sangat ditentukan oleh

tingkat penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan metode belajar mengajar itu

sendiri (Depdikbud, 1989).

Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa semakin baik tingkat

penguasaan guru SD terhadap materi bidang studi IPA yang diajarkan, maka diharapkan

dia dapat menunjukkan kemampuan mengajar yang lebih baik. Pada gilirannya guru

IPA diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan prestasi

belajar IPA siswa.

Berdasarkan semua deskripsi teoritis seperti disajikan di atas dapat mengindikasi

bahwa kualitas guru berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dalam kaitan

dengan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka peningkatan kualitas penguasaan

bidang studi Astronomi bagi guru-guru IPA (Fisika) SMP/SMA di Kabupaten Buleleng

akan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar IPA (Astronomi) siswa.

Page 23: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

23

BAB III

METODE KEGIATAN

A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Secara skematis kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan terlihat pada

Gambar 1 berikut.

Keterangan:

__________ alur kegiatan

- - - - - - - - - alur pengkajian

Gambar 1: Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah

Orientasi Lapangan

Identifikasi Masalah

Studi Literatur Ceramah, Diskus

Praktikum/Pengamatan

Produk

Menambah Keterampilan

pengamatan objek langit makam

Mampu Membina /mempersiapkan Siswa

untuk menghadapi olimpiade Astronomi

Page 24: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

24

Berdasarkan skema di atas, kegiatan diawali dengan orientasi lapangan oleh tim

pelaksana. Masalah yang ada di lapangan kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan

ada masalah yang perlu mendapat penanganan yaitu ketidak sesuaian kualifikasi guru

astronomi dengan materi yang diajar merupakan salah satu penyebab ketidakberhasilan

pembinaan bidang Astronomi pada siswa SMP di Kabupaten Buleleng khususnya di

kota Singaraja. Setelah itu dilakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang

visibel untuk dilaksanakan yaitu melalui program refreshing berupa pemberian

pelatihan Astronomi untuk meningkatkan kualitas penguasaan guru. Penyegaran materi

dilakukan dengan ceramah/presentasi, untuk pendalaman materi yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan/pemahaman guru tentang Astronomi (objek langit malam).

Selanjutnya diberikan pelatihan melaksanakan praktikum pengamatan langit malam

agar guru memiliki keterampilan dalam membina siswa yang nantinya diturunkan

sebagai tim olimpiade Astronomi SMP 2020, minimal di tingkat Provinsi.

B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH

Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai

permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru IPA SMP di Kabupaten Buleleng,

khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah berkonsentrasi

pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga kependidikan di berbagai

pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini dilaksanakan

dengan menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas penguasaan bidang

astronomi khususnya pada keterampilan praktikum pengamatan objek langit malam

bagi guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja. Model pelaksanaan kegiatan ini dilakukan

secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua)

topik dasar yaitu, wawasan dan pengetahuan guru tentang objek langit seperti rasi

bintang dan pelatihan praktikum pengamatan objek langit menggunakan peta bintang

dan software Stellarium.

Page 25: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

25

C. KHALAYAK SASARAN

Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah para guru IPA

SMP yang ada di Kota Singaraja. Di sisi lain, permasalahan mendasar dan aktual yang

terjadi pada sektor pendidikan di Kabupaten Buleleng adalah rendahnya prestasi belajar

Astronomi siswa SMP serta sebagai persiapan pembinaan menuju olimpiade astronomi.

Permasalahan ini salah satunya disinyalir dapat diantisipasi dan dieliminir melalui

peningkatan kualitas penguasaan bidang studi Astronomi bagi guru IPA SMP, sehingga

sejak awal guru dapat mempersiapkan dan mengelola proses belajar mengajar dengan

lebih baik. Berdasarkan rasional tersebut, maka sasaran yang dipilih dipandang cukup

visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil dari kegiatan ini secara

berkelanjutan dan terstruktur

Jumlah guru yang akan dilibatkan adalah sebanyak 15 orang guru SMP yang

mengajar IPA (Astronomi) di Kota Singaraja. Penentuan subjek didasarkan pada

proporsi jumlah guru IPA SMP di kota Singaraja yang berpotensi mengikuti olimpiade

astronomi. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru IPA SMP

yang mewakili akan diberikan pelatihan. Mereka dijadikan kader dipersyaratkan agar

mampu dan mau bekerja sama, serta dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada guru

lainnya

D. METODE KEGIATAN

Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai

permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru IPA SMP di Kota Singaraja,

khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah berkonsentrasi

pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga kependidikan di berbagai

pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan

dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan penguasaan

Page 26: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

26

guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja pada bidang Astronomi. Model pelaksanaan

kegiatan ini dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian pelatihan

praktikum pengamatan objek langit malam sebagai antisipasi pelaksanaan olimpiade

Astronomi.

Lama pelaksanaan kegiatan adalah 2 (dua) hari yaitu tanggal 3 dan 4 September

2019 dengan melibatkan MGMP IPA Kabupaten Buleleng dan perwakilan guru IPA

SMP Negeri di wilayah Kota Singaraja. Pada pelatihan pertama diberikan materi

astronomi secara teori tentang pengenalan objek langit dan alat-alat yang dibutuhkan

dalam melakukan pengamatan, seperti teleskop, sedangkan pada hari kedua diberikan

pelatihan melakukan praktikum pengamatan objek langit dengan peta langit dan

menggunakan Software Stellarium. Di akhir program setiap peserta diberikan sertifikat

sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dengan demikian, diharapkan

para guru IPA SMP memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan kualitas

pengetahuan Astronomi khususnya praktikum pengamatan objek langit untuk

kepentingan tugas dan profesinya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum.

E. RANCANGAN EVALUASI

Pola dan tahapan evaluasi disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam

upaya mencapai tujuan. Beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan P2M ini

adalah presentasi, diskusi dan praktikum pengamatan objek langit malam. Setiap

metode dipilih sesuai dengan relevansinya terhadap pencapaian tujuan. Adapun rincian

metode yang digunakan adalah sebagai berikut.

Jenis Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai

Presentasi dilanjutkan Tanya

jawab

Untuk menambah wawasan guru tentang

perbintangan dan instrumen pengamatan.

Diskusi Untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap

materi yang dibahas

Paktikum pengamatan objek Untuk memberi keterampilan praktikum

Page 27: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

27

langit malam pengamatan objek langit dengan menggunakan peta

bintang dan software Stellarium, terkait ujian

praktikum olimpiade Astronomi.

Sesuai dengan metode kegiatan di atas, maka evaluasi dilaksanakan pada awal,

akhir dan selama pelaksanaan kegiatan (directed evaluation/ proccess evaluation).

Indikator yang digunakan sebagai parameter keberhasilan program ini adalah,

antusiasme guru mengikuti kegiatan pelatihan dan terjadinya peningkatan keterampilan

guru dalam melakukan praktikum pengamatan objek langit dengan peta bintang atau

pun dengan software „stellarium‟. Indikator dilihat dari respon peserta selama pelatihan,

kehadiran, dan kelancaran dalam melaksanakan pengamatan dan mengoperasikan

stellarium.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 28: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

28

Pada bagian ini dipaparkan tentang hasil atas perlakuan yang diberikan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan rencana kegiatan berikutnya.

A. HASIL KEGIATAN

Hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan P2M yang sudah dilakukan adalah

sebagai berikut.

Pertama, Kegiatan pelatihan sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan dilakukan 2

kali yaitu tanggal 3 dan 4 September 2019. Jumlah peserta yang direncanakan sebanyak

15 orang guru IPA SMP, dengan tingkat kehadiran mencapai 100%. Hal ini berkat

dukungan pihak sekolah dan MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng.

Kedua, penyajian materi oleh pelatih direspon positif oleh peserta pelatihan.

Kegiatan diskusi berjalan dengan lancar. Nara sumber berhasil mengantarkan materi

dengan baik. Cakupan materi terdiri dari: Pengenalan Rasi Bintang, Pengenalan

peralatan untuk melakukan pengamatan, Pengenalan peta langit, dan pengenalan

stellarium. Setelah pelatihan dilanjutkan dengan melakukan pengamatan rasi bintang

sebagai objek langit malam sesuai LKM 1.

Ketiga, pelatihan praktikum pengamatan objek langit malam sesuai LKM 2

dengan menggunakan peta langit dan stellarium berjalan lancar. Pelatihan dimulai

dengan mengenali arah pengamatan, bentuk rasi, bintang terterang di rasi yang diamati,

dan mengenali skymark langit seperti rasi penanda musim dan rasi penanda arah. Materi

disesuaikan dengan kisi-kisi ujian praktikum pada olimpiade astronomi SMP.

Demikian dilakukan selama 2 hari, dan kegiatan diakhiri dengan memberikan quis

sebagai alat evaluasi keberhasilan program p2m ini.

B. PEMBAHASAN

Page 29: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

29

Terjadinya peningkatan penguasaan guru terhadap keterampilan melakukan

pengamatan onjek langit didukung eberapa hal. Diawali adanya persiapan yang matang

oleh tim pelaksana. Persiapan yang sudah dilakukan adalah: penyiapan materi pelatihan,

menyiapkan LKM, peminjaman tempat, penyusunan surat undangan, mengedarkan

surat undangan, dan penyiapan petugas lapangan. Dengan persiapan yang baik

diharapkan diperoleh hasil yang baik pula.

Selain itu capaian hasil P2M ini juga dipengaruhi teknik pengemasan kegiatan.

Teknik penyajian materi oleh narasumber tentang pengamatan objek langit dibagi 2

bagian: 1) pembekalan materi terkait pengenalan rasi bintang dan berbagai benda langit

(LKM 1), 2) pengenalan alat-alat yang diperlukan dalam pengamatan, dan 3) praktikum

pengenalan rasi bintang dan objek langit malam menggunakan peta lagit dan stellarium

(LKM 2). Hari pertama dikaji mengenai materi 1) dan 2); hari kedua dikaji materi 3).

Sebagai tindak lanjut tim pelaksana memberikan beberapa soal praktikum olimpiade

astronomi untuk didiskusikan dalam MGMP IPA secara berkelanjutan. Sistematika ini

memungkinkan guru melakukan pendalaman materi olimpade secara bertahap. Setelah

pembekalan ini diharapkan para guru mampu melakukan pembinaan kepada siswanya.

Pembahasan selama P2M sesungguhnya terjadi cukup alot. Pada kegiatan hari

pertama tanggal 3 September 2019, peserta merasa sulit memahami tentang rasi

bintang.. Kendala guru disebabkan materi ini dipandang abstrak, dan guru-guru masih

agak sulit membayangkan garis-garis hayal di bola langit. Namun karena diberi

pengulangan-pengulangan dan didampingi dengan sabar, akhirnya secara signifikan

menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru. Pada hari kedua (tanggal 4

September 2019) guru-guru diberikan pelatihan praktikum pengenalan rasi bintang dan

objek langit lainnya. Bagian yang agak lama dipahami adalah ketika mengenali dan

memahami cara kerja alat pengataman, dan mengenali rasi dan bintang terang yang

akan diamati.

Page 30: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

30

Walaupun sudah dipecah menjadi beberapa bagian, masing-masing bagian

sungguhnya mengandung sub-sub bagian yang masih luas cakupan materinya. Karena

itu, tidak semua materi dapat diselesaikan dengan tuntas. Untuk mengantisipasi hal itu,

tim menyerahkan 2 (dua) paket buku olimpiade astronomi standar nasional untuk

dijadikan bahan diskusi dalam pertemuan di MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng,

yang hingga saat ini masih rutin dilakukan.

Ditinjau dari kehadiran peserta, dari 15 orang guru peserta, semua bisa hadir

sampai acara selesai, sehingga kehadiran peserta mencapai 100%. Dengan demikian

target peserta terpenuhi sesuai rencana. Demikian pula selama pelaksanaan kegiatan,

respon guru sangat positif, di mana guru-guru tetap mengikuti kegiatan ini hingga

selesai.

Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

pelatihan berjalan baik, dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi para guru IPA

SMP, serta tepat sasaran. Hal ini terlihat dari respon peserta yang begitu antusias

mengikuti pelatihan. Kerjasama pada saat melakukan praktikum sangat solid. Guru

melakukan pengamatan dengan sungguh-sungguh sehingga para guru merasa cukup

memiliki pemahaman tentang cara melakukan pengamatan objek langit malam dengan

benar. Guru juga sangat antusias mendengarkan paparan dari pemakalah, Dr. Ni Made

Pujani, M.Si. dosen Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA yang juga ditugaskan mengelola

Prodi S1 Pendidikan IPA FMIPA Undiksha. Capaian ini sejalan dengan kegiatan P2M

sejenis yang pernah dilakukan di Kabupaten Buleleng (Pujani, dkk., 2014 dan 2015), di

Kota Amlapura (Pujani, dkk, 2017) dan di kota Klungkung (Pujani, dkk., 2018).

Page 31: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pelatihan praktikum pengamatan objek langit malam bagi guru IPA SMP di

Kota Singaraja berjalan lancar. Pembekalan materi praktikum astronomi bagi guru IPA

SMP ini merupakan kebutuhan yang mendesak bagi sekolah, terlebih dengan adanya

olimpiade Astronomi. Untuk mengantisipasi kebutuhan ini pelatihan berupa praktikum

pengamatan objek langit bagi guru merupakan alternatif yang tepat agar guru dapat

menyiapkan siswanya lebih dini dalam menghadapi olimpiade. Hasil kegiatan

Page 32: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

32

menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan keterampilan guru dalam mengenali rasi

bintang, mengenali peralatan untuk pengamatan, dan meningkatkan keterampilan guru

IPA SMP dalam melakukan praktikum pengamatan objek langit malam menggunakan

stellarium, untuk mendukung pembinaan olimpiade astronomi bagi siswa SMP.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelatihan ini,

maka dapat disarankan agar pihak terkait, seperti LPPM Undiksha, Dinas Pendidikan

Kabupaten Buleleng, Kepala Sekolah, MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng

disarankan menyelenggarakan pelatihan lanjutan agar keterampilan yang sudah dimiliki

para guru dapat dikembangkan lebih jauh. Pelatihan yang sejenis agar diselenggarakan

untuk para guru di Kabupaten lain di Bali dan perlu dibuatkan suatu wadah dimana para

guru dapat sharing pengetahuan tentang praktikum pengamatan objek langit malam

untuk mendukung olimpiade astronomi tingkat SMP, misalnya membentuk tim pembina

olimpiade Astronomi atau membentuk Club Astronomi.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis dan Liliasari. 1989. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta:

Universitas Terbuka

Departemen P dan K. 1984.Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Buku

IA. Filsafat Ilmu. Jakarta: Universitas Terbuka.

---------. 1987. Studi Mutu Pendidikan Dasar. Dasar-dasar Konsepsi Studi Mutu

Pendidikan Dasar. Jakarta: Pusat Informatika. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan

Page 33: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

33

---------. 1989. Studi Mutu Pendidikan Dasar, Status, Variansi dan Determinasi

Prestasi Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Informatika. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan.

Iskandar, Srini M. dan Eddy M. Hidayat. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Dirjen Pendidikan Tinggi: Proyek Penegmbangan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar.

Jiyono.1987. Studi Kemampuan Guru IPA Sekolah Dasar. Jakarta. Puslit Balitbang,

Depdikbud.

Memes, Wayan, Ketut Tika dan Ni Made Pujani. 2001. Pengembangan Model

Pembelajaran IPA (Fisika) dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses

untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa SLTP Negeri di

Singaraja Tahiun Ajaran 2001/2002. Laporan Penelitian Research Grant.

Proyek DUE-like IKIP Negeri Singaraja.

Parluhutan Tobing. 1983. Pengembangan Profil Guru-guru SMP dan SMA 1981/1982.

Analisis Pendidikan, Tahun III No.3. Jakarta: Departemen P dan K.

Pujani. N.M. 2010. Pembekalan Keterampilan Laboratorium Kebumian Berbasis

Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika. Laporan Hasil Penelitian,

Hibah Disertasi Doktor, Tidak dipublikasi. LPPM UPI, Bandung.

Pujani, N.M. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis

Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Doktor. Tidak

dipublikasi. UPI, Bandung.

Pujani, N. M., dkk. 2012. Pelatihan Praktikum IPBA Bagi Guru SMP/SMA di Kota

Singaraja Menuju Olimpiade Astronomi. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat.

LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Pujani, N.M., Suswandi, I, dan Atmaja, D.M.. 2013. Pengembangan Perangkat

Praktikum IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains untuk Meningkatkan

Keterampilan Laboratorium Calon Guru Fisika (Tahun I). Laporan Penelitian

Hibah Bersaing. tidak dipublikasi. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan

Ganesha.

Page 34: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

34

Pujani, N. M, dkk.2014. Penyegaran Materi Astronomi bagi guru-guru SMA di

Kabupaten Buleleng menuju Olimpiade Astronomi 2014. Laporan Pengabdian

Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Pujani, N. M, dkk.2015. Penyegaran Materi Astronomi (Astrofisika) bagi guru-guru

SMP/SMA di Kabupaten Buleleng.Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM

Universitas Pendidikan Ganesha.

Suastra dan Made Pujani. 1999. Pengembangan Alat-alat Percobaan Sederhana Buatan

Guru sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas I

SLTP N 6 Singaraja. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas, DIKS STKIP

Singaraja.

Tim Pembina Olimpiade Astronomi. 2010. Bahan Ajar Menuju Olimpiade Sains

Nasional/Internasional SMA, Astronomi. Bandung

The Liang Gie. 1980. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Super

Page 35: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

35

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 01: Foto-foto Kegiatan

Gambar 1. Pembukaan P2M oleh Ketua LPPM (diwakili ketua Jurusan Fisika dan

Pengajaran IPA, didampingi Ketua MGMP IPA Kabupaten Buleleng)

Gambar 2 Peltihan Praktikum Astronomi menggunakan Peta Langit

Page 36: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

36

Gambar 3. Peserta Praktikum dengan Stellarium

Gambar 3 Peserta melakukan praktikum dengan peta langit

Gambar 4 Pelatihan Praktikum Pengamatan Objek Langit menggunakan “Stellarium”

Gambar 5 Guru-guru IPA Peserta Pelatihan

Page 37: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

37

Lampiran 02: Materi Pelatihan

LKM-1

TELESKOP DAN PETA BINTANG

A. TUJUAN:

1. Memahami prinsip kerja teleskop

2. Dapat mengoperasikan teleskop celestron

3. Memahami penggunaan peta bintang

4. Mengenal rasi bintang dan zodiak

5. Menggambarkan konfigurasi bintang-bintang pada rasi scorpio, orion, crux, ursa

mayor dan rasi lainnya.

B. TEORI

TELESKOP

Teleskop optik adalah instrumen yang paling fundamental dalam peralatan

astronomi. Bagian terpenting sebuah teleskop optik adalah objektifnya yang digunakan

untuk mengumpulkan cahaya bintang atau benda langit lainnya pada fokus teleskop.

Ada dua tipe teleskop, yaitu refraktor yang menggunakan lensa untuk mengumpulkan

cahaya dan reflektor yang menggunakan cermin cekung untuk mengumpulkan cahaya.

Untuk melihat benda dengan teleskop yang diamati secara visual (dengan mata)

Page 38: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

38

diperlukan sebuah lensa kecil yang disebut okuler. Prinsip kerja refraktor dan reflektor

dilukiskan pada gambar 1.

Gambar 1 Teleskop refraktor (a) dan teleskop reflektor (b)

Refraktor menggunakan lensa cembung sebagai objektif untuk mengumpulkan

cahaya dan membentuk citra. Cahaya dari sebuah sumber titik yang jauh (misalnya

bintang) tiba pada objektif sebagai berkas sinar paralel. Berkas sinar yang memasuki

pusat lensa, dalam arah yang tegak lurus permukaannya dibiaskan tanpa pembelokan.

Tetapi karena permukaan lensa melengkung, semua berkas sinar yang lain yang masuk

membentuk sudut, dibiaskan dan mengarah ke satu titik, yaitu fokus lensa, pada mana

citra titik bintang terbentuk. Berkas sinar dari sebuah obyek dengan diameter tertentu

seperti bulan atau planet membentuk citra (terbalik) dengan diameter tertentu.

Reflektor menggunakan cermin cekung - cermin primer - untuk mengumpulkan

berkas sinar ke titik fokusnya dengan cara yang sama. Cermin ini biasanya terbuat dari

bahan gelas atau keramik yang dilapisi dengan lapisan tipis logam pemantul pada

permukaan depannya. Cahaya yang ipantulkan dari permukaan ini memusat membentuk

sebuah citra pada fokus di depan cermin.

Diameter lensa objektif atau cermin primer disebut aperture, dan jarak antara

pusat lensa atau pusat permukaan depan cermin dengan fokusnya disebut panjang fokus.

Makin besar panjang fokusnya, makin besar citranya. Rasio panjang fokus dengan

aperture (D) disebut focal ratio. Contoh: sebuah lensa dengan panjang fokus 1000 mm

dan aperture 100 mm akan mempunyai focal ratio 1000/100 = 10, ditulis sebagai f:10.

Salah satu fungsi utama teleskop adalah mengumpulkan lebih banyak cahaya

daripada dengan mata telanjang. Jumlah cahaya yang diterima oleh lensa atau cermin

sebanding dengan luas permukaannya. Makin besar luas permukaannya, makin banyak

jumlah cahaya yang akan memasuki teleskop. Karena luas permukaan lingkaran

sebanding dengan kuadrat diameternya, maka pengumpulan cahaya teleskop sebanding

dengan kuadrat aperturenya (D2). Bila sebuah teleskop aperturenya dua kali aperture

Page 39: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

39

teleskop yang lain, pengumpulan cahaya dari teleskop yang lebih besar adalah 22=4 kali

teleskop yang lebih kecil.

Aperture mata kita dapat membesar sampai 7 mm untuk keadaan gelap total.

Teleskop optik terbesar di dunia diameternya 10 m. Teleskop ini dapat mengumpulkan

cahaya sekitar 2 juta kali lebih banyak daripada mata telanjang. Proses terbentuknya

bayangan pada teleskop dilukiskan pada gambar 2.

Gambar 2 Jalan sinar pada proses pembentukan citra dari sumber titik (a) dan benda

berdimensi (b) pada lensa cembung dan atau cermin cekung

(a1) Berkas sinar dari sumber titik (bintang) dibiaskan ke fokus oleh lensa cembung dan

(a2) dipantulkan ke fokus oleh cermin cekung;

(b) berkas dari objek berdimensi (dengan ukuran tertentu) membentuk citra yang

terbalik dari sumber pada bidang fokus dari lensa(atau cermin).

Pembesaran

Citra yang terbentuk oleh lensa objektif atau cermin primer dapat direkam langsung

dengan emulsi fotografik atau detektor elektronik yang ditempatkan pada bidang fokus.

Dalam menggunakan teleskop untuk pengamatan visual diperlukan lensa okuler atau

lensa sekunder yang disebut eyepiece. Eyepiece adalah sebuah lensa dengan panjang

fokus yang pendek yang menghasilkan citra yang diperbesar yang kemudian dapat

dilihat dengan mata atau diproyeksikan pada emulsi fotografik, detektor elektronik, atau

Bidang fokus (b)

Page 40: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

40

layar. Untuk pengamatan visual, eyepiece ditempatkan pada jarak yang dekat

dibelakang fokus dari lensa objektif atau cermin. Idealnya jarak ini sama dengan

panjang fokus eyepiece. Tetapi dalam prakteknya, posisi yang tepat bergantung pada

eyepiece dan mata pengamat. Eyepiece biasanya ditempatkan dalam tabung geser yang

dapat digeser keluar masuk sampai diperoleh fokus yang paling tepat.

Pembesaran yang diperoleh dengan menggunakan teleskop disebut juga daya

pembesaran teleskop. Perhatikan gambar 3, besar sudut benda yang dilihat tanpa

teleskop adalah α dan bila dilihat dengan teleskop adalah β. Misalkan panjang fokus

lensa objektif adalah f1 dan panjang fokus lensa okuler atau eyepiece adalah f2, maka

daya pembesaran teleskop adalah

M = β/α = f1/f2.

Gambar 3 Skema prinsip kerja teleskop (a), foto sebuah teleskop astronomi (b)

Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa daya pembesaran teleskop merupakan

perbandingan besar sudut β dengan α atau ratio antara diameter sudut semu objek kalau

dilihat melalui teleskop dengan diameter sudut semu kalau dilihat tanpa teleskop.

(a)

(b)

Keterangan:

(1) lensa objektif

(2) lensa okuler

(3) finder

(4) tombol pengatur

(5) tripod

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Page 41: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

41

Pembesaran juga dapat dihitung dengan membagi panjang fokus lensa objektif atau

cermin dengan panjang fokus eyepiece.

Untuk mengubah-ubah daya pembesaran dapat dilakukan dengan mengubah-

ubah panjang fokus eyepiece. Daya pembesaran terbesar yang bisa digunakan adalah

bila detail-detail terlembut yang masih terpisah dapat terlihat jelas, pembesaran yang

lebih besar dari itu tak ada gunanya karena akan memperbesar kekaburan maupun pola

difraksi. Contoh: jika panjang fokus lensa objektif adalah 1000 mm dan panjang fokus

eyepiece 20 mm, pembesarannya (M) adalah M = 1000/20 = 50 kali (sering ditulis 50X

atau X50. Teleskop yang sama jika digunakan dengan eyepiece yang panjang fokusnya

10 mm akan menghasilkan pembesaran M = 1000/10 = 100X.

Daya Pisah

Daya pisah teleskop yang disebut juga resolusi sebuah teleskop adalah ukuran

kemampuan teleskop untuk mengungkap detil citra. Betapapun sempurna sebuah

teleskop, tidaklah mungkin membentuk bayangan yang sempurna ketajamannya. Bila

mengamati benda berupa titik cahaya (misalnya bintang) maka bayangan yang terbentuk

tidak akan berupa titik cahaya, tetapi berupa bayangan pusat yang dikelilingi oleh

lingkaran-lingkaran difraksi yang sangat lemah. Dua sumber titik akan terlihat terpisah

bila bayangan benda yang satu letaknya paling sedikit pada lingkaran difraksi pertama

bayangan benda lainnya. Hal ini terpenuhi bila jarak sudut kedua benda (dilihat dari

pusat objektif) sedikitnya adalah

R = 2,52 x 105 ( λ/D)

λ = panjang gelombang cahaya, D= diameter objektif dan R = daya pisah teleskop yaitu

sudut terkecil yang mampu dipisah oleh suatu teleskop, dinyatakan dalam satuan detik

busur (arcsec). Makin kecil R makin kuat daya pisah suatu teleskop dan untuk itu

diperlukan D yang besar. Jika sudut antara kedua citra titik tersebut lebih kecil dari R,

kedua citra tersebut akan lebur ke dalam satu titik. Cahaya kasat mata mempunyai

panjang gelombang efektif 5500 Ao, maka daya pisah teleskop untuk cahaya ini adalah

R = 14,1/D

R dalam detik busur dan D dalam cm. Bila sebuah teleskop dengan aperture 141 mm

akan mempunyai daya pisah teoritis sebesar 1 detik busur, dan pada prinsipnya mampu

membedakan dua buah bintang yang terangnya kira-kira sama seperti objek yang

terpisah oleh sudut paling sedikit 1 detik busur. Ia juga mampu melihat kawah-kawah di

bulan yang diameternya lebih besar dari 2 km.

Dalam praktek turbulensi dari variasi kerapatan dalam atmosfer bumi

menyebabkan bintang tampak berkelip dan bergoyang sehingga teleskop yang besar

dengan tempat pengamatan bagus jarang mencapai resolusi lebih baik dari 1 detik

busur. Bahkan instrumen yang paling baik pada tempat paling baikpun jarang dapat

memisahkan dua titik lebih kecil daripada 0,25 detik busur kecuali teknik yang canggih

diterapkan untuk mengkompensasi efek yang mengganggu dari atmosfer. Sebagai

akibatnya, walaupun teleskop yang lebih besar akan mengungkap obyek yang lebih

Page 42: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

42

lemah daripada teleskop yang lebih kecil, ia tidak selalu bisa memperlihatkan detil yang

lebih banyak. Jadi pada kenyataannya daya pisah teleskop kurang dari daya pisah

menurut teorinya akibat adanya turbulensi udara.

PETA BINTANG

Peta bintang adalah peta yang menggambarkan posisi bintang-bintang di langit. Peta ini

dibuat berdasarkan pengamatan selama ribuan tahun mulai dari nenek moyang kita dulu

sampai sekarang. Dengan peta ini, kita bisa mengetahui posisi bintang-bintang yang

bergerak baik karena rotasi bumi (siang/malam) maupun revolusi bumi (awal

tahun/akhir tahun).

Peta bintang dibuat agar memudahkan kita untuk megetahui posisi benda-benda

langit. Software gratisan yang sangat bagus untuk mempelajari peta langit dan

konstelasi bintang bisa didownload di : www.stellarium.com.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Teleskop biasa 1 set

2. Teleskop celestron 1 set

3. Peta bintang

D. PROSEDUR KEGIATAN

D.1 Menentukan Daya Pembesaran Teleskop

1) Pilihlah lokasi yang akan digunakan untuk tempat pengamatan (bila kita akan

mengadakan pengamatan terhadap bintang, pilih tempat yang terbuka karena

cahaya malam hari sangat minimal).

2) Tentukan objek yang akan diamati, misalnya bintang (percobaan malam hari)

atau objek berskala yang digantung dipohon pada jarak tertentu (percobaan siang

hari).

3) Perkirakan tingginya objek dari atas tanah, kemudian hitung besar sudut

pengamatan dengan mata telanjang (α).

4) Arahkan teleskop ke objek yang diamati tadi dari jarak yang sama dengan (2)

(sebelumnya periksa terlebih dahulu sekrup yang ada pada pijakan agar posisi

pijakan sebaik mungkin).

5) Atur keseimbangan teleskop dengan menyetel bagian depan dan bagian

belakang pipa (teleskop) agar sama beratnya.

6) Pasang lensa okuler/eyepiece dengan panjang fokus 12,5 mm pada teleskop,

usahakan pemasangannya tidak miring.

7) Atur fokus teleskop dengan menggeser pengatur teleskop ke belakang ke depan

sampai terbentuk bayangan objek yang jelas dan tajam.

Page 43: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

43

8) Amati bayangan yang dibentuk oleh teleskop tersebut, perkirakan tingginya dan

bagaimana sifat bayangannya.

9) Tentukan besar sudut dari medan pengamatan dengan menggunakan teleskop

(β).

10) Ulangi langkah (3) sampai (9) minimal 5 kali pengamatan.

11) Lakukan lagi langkah (2) sampai (10) dengan eyepiece yang lain (panjang

fokusnya 8 mm, atau lainnya yang tersedia).

12) Catat hasil pengamatan pada tabel 1.

13) Analisis data yang diperoleh

14) Bandingkan M hasil pengamatan dan M secara teoritis

15) Tentukan kesalahannya

Tabel 1 Tabel pengamatan daya pembesaran teleskop No. fokus

objektif

f1

(mm)

fokus

okuler

f2

(mm)

Mteori=

f1/f2

Jarak

objek

Pengamatan

mata telanjang

Pengamatan

dengan teleskop

Mreal=

β/α

tinggi Α(..o) tinggi β(..

o)

1 900 12,5 ....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

2 900 8 ....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

....... ....... ....... .......

D.2 Mempersiapkan teleskop celestron

Pada kegiatan ini saudara melakukannya bersama-sama asisten/dosen, jangan

melakukannya sendiri.

1. Pasang tripod/kaki teleskop pada bidang yang keras dan mendatar.

2. Pasang mounting teleskop pada tripod, dengan arah utara selatan, atur

kemiringan mounting sesuai dengan lintang lokasi pengamatan.

3. Pasang bandul/beban penyeimbang pada mounting.

4. Pasang teleskop. Penempatan teleskop dan mounting posisinya harus tepat

sedemikian rupa sehingga sistem dalam keadaan setimbang.

5. Pasang finder teleskop. Atur posisinya sehingga sejajar dengan sumbu teleskop.

Page 44: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

44

6. Pasang sky sensor pada mounting dan hubungkan dengan adapter 12 V.

7. Atur posisi awal teleskop, harus mengarah tepat ke arah timur

8. Sambungkan adapter pada sumbu PLN 220V

9. Nyalakan sky sensor. Masukkan data lokasi waktu pengamatan, dan zona

waktunya. Untuk lokasi di UPI koordinatnya adalah 107o40‟ dan -0,6

o35‟LS.

Teleskop siap dipergunakan.

Gambar 4 teleskop celestron

Keterangan:

1. Tripod

2. Ekuator mount

3. Beban

4. Tabung teleskop

5. Finder

6. Sky sensor

7. Adapter

D.3 Mengamati rasi bintang dengan peta bintang

1. Putarlah peta bintang sehingga menunjukkan belahan langit selatan.

2. Identifikasi dan lukis rasi bintang yang bisa diamati pada belahan langit selatan.

Rasi bintang apa yang bisa digunakan sebagai skymark langit selatan.

3. Putarlah peta bintang sehingga menunjukkan belahan langit utara.

4. Identifikasi dan lukis rasi bintang yang bisa diamati pada belahan langit utara.

Rasi apa yang bisa digunakan sebagai skymark langit utara.

5. Atur peta bintang sehingga menunjukkan langit Selatan di bulan Maret sampai

Agustus (musim panas)

Page 45: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

45

6. Identifikasi rasi dan zodiak yang tampak sekitar bulan Maret sampai Agustus

mulai dari Timur ke Barat. Rasi apa yang menjadi penanda musim panas.

7. Putar peta bintang sehingga menunjukkan langit antara bulan Oktober sampai

Februari (musim dingin)

8. Identifikasi rasi dan zodiak yang tampak sekitar bulan Oktober sampai Februari

mulai dari Timur ke Barat. Rasi apa yang menjadi penanda musim dingin.

9. Dari pengamatan yang anda lakukan, apakah selalu tampak rasi bintang yang

sama ataukah berbeda setiap melakukan pengamatan? Mengapa?

E. TUGAS

E.1Tugas sebelum praktikum

1) Lukislah proses pembentukan bayangan pada sebuah teleskop pembias dengan

lensa cembung sebagai objektif dan okuler.

2) Lukislah proses pembentukan bayangan pada sebuah teleskop pemantul dengan

cermin cekung sebagai objektif dan lensa cembung sebagai okuler.

E.2 Tugas Setelah Praktikum

Buat laporan tentang kegiatan yang dilakukan.

7. Rujukan

1) Winardi Sutantyo. (1984). Astrofisika Mengenal Bintang. Bandung: Penerbit ITB.

2) Chaisson, E dan Steve McMillan. (2005). Astronomy Today. New Jersey: Pearson

Prentice Hall.

LKM-2

PENGAMATAN LANGIT MALAM

A. TUJUAN

1) Menentukan titik zenith dan arah SBUT di kubah langit malam

2) Menentukan posisi Kutub Langit Utara dan Kutub Langit Selatan di kubah langit

malam

3) Menghitung tinggi kutub langit pengamat

4) mengamati rasi pari sebagai ”skymark” langit selatan

5) mengamati rasi biduk besar sebagai ”skymark” langit utara.

Page 46: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

46

6) Menghitung dan menunjukkan jarak zenith (z) dan tinggi transit (a) untuk

bintang Antares di rasi Scorpio dan bintang alpha centauri di rasi Pari.

7) menentukan posisi bintang acturus di rasi Bootes, bintang Spica di rasi Virgo,

dan bintang Regulus di rasi Leo.

B. TEORI

MENGIDENTIFIKASI BINTANG LANGIT MALAM

Untuk mengidentifikasi dan menentukan posisi suatu objek di kubah langit malam,

dapat digunakan tanda langit atau ”skymark” yang sudah umum dan mudah dikenali

sebagai patokan, dan dari sana dapat ditarik garis khayal di bola langit untuk menelusuri

bintang atau rasi bintang yang menarik atau mudah diidentifikasi.

Untuk langit malam bulan Juni terdapat dua skymark yang dapat digunakan

yaitu rasi bintang Pari atau Crux di langit Selatan, dan rasi bintang Biduk Besar atau

Ursa Mayor di langit utara. Kedua rasi itu muncul dan tampak jelas di langit pada

periode bulan April, Mei, Juni. Dari kedua skymark ini bisa ditelusuri posisi beberapa

bintang atau rasi bintang penting lainnya, seperti bintang Acturus di rasi Bootes, Spica

di rasi Virgo, rasi Mahkota Utara atau Corona Borealis, Antares di rasi Scorpio, rasi

Sagitarius, dan rasi Libra. Pada lampiran petunjuk pengamatan ini dilampirkan peta

bintang langit selatan dan langit utara pada bulan Juni.

Posisi bintang secara lebih pasti dapat ditetapkan dengan mengetahui koordinat

bintang yaitu assensiorecta (α) dan deklinasi (δ) dari bintang yang bersangkutan . Selain

itu juga harus diketahui tinggi kutub (φ) dari si pengamat. Dalam peredarannya bintang

ini akan melintasi meridian langit, dan saat bintang sampai di meridian dikatakan dia

mencapai kulminasi atau transit atas. Jarak bintang dari zenit ke titik transit atasnya

dinamakan jarak zenit (z) bintang, sedangkan jarak dari horison hingga ke titik transit

atas bintang dinamakan tinggi transit (a) suatu bintang. Gambar berikut ini

memperlihatkan posisi dan hubungan antara zenit, tinggi kutub, titik transit, jarak zenit,

dan tinggi transit suatu bintang untuk pengamat yang ada di 8° Lintang Selatan seperti

untuk kota Singaraja.

Page 47: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

47

Gambar 1 Kubah Langit

Hubungan antara tinggi transit, jarak zenit dengan tinggi kutub pengamat adalah

z = ф – δ dan a = 90° - z

Misalnya bintang Antares deklinasinya -26° yang diamati dari kota Singaraja yang

letaknya 8°LS, maka jarak zenithnya adalah:

z = (-8°) – ( -26°) = + 16° atau 16° S

Tinggi transit

a = 90° - z = 90° - 16° = 74° S

Untuk jarak zenith positif berarti bintang berada di sebelah selatan zenith, dan bila

jarak zenithnya negatif, berarti letak bintang di sebelah utara zenith.

Tinggi kutub untuk pengamat di belahan bumi selatan harganya negatif (-) dan

untuk pengamat di belahan bumi utara harganya positif (+). Misalnya bintang Antares di

rasi Scorpio deklinasinya adalah -26° (δ=-26° ). Untuk pengamat di kota Singaraja

yang terletak pada 8° LS berarti tinggi kutub selatan langit dari horison adalah 8o atau =

-8o, maka jarak zenith ke titik transit atasnya z adalah

z = ф – δ = (-8°) – ( -26°) = + 16°

Berarti Antares itu transit pada 8° di sebelah selatan titik zenith

Tinggi transitnya

a = 90° - z = 90° - 16° = 74° S

Ini berarti Antares transit pada ketinggian 74° S dari horison Selatan.

Dengan perhitungan asensiorecta atau α bintang Antares adalah α = 16‟ 28”

maka akan didapat bahwa bintang antares itu transit pada tanggal 14 Juli pukul 09.00

malam atau pada bulan Agustus pukul 07.00 malam. Dengan demikian kita akan dapat

memastikan dimana letak bintang antares itu saat sekarang ini.

Page 48: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

48

C. Alat dan Bahan

1. lampu senter

2. Teleskop

3. Peta bintang

D. KEGIATAN

Langkah kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Berdirilah di lapangan terbuka dan jangan lupa membawa peta bintang anda

2. Putarlah badan agar tepat menghadap ke arah titik selatan

3. Mendongaklah agak ke atas sampai ketinggian sekitar 35o di atas horison

selatan, lalu perhatikanlah bintang-bintang terang di daerah itu dan cocokkanlah

dengan peta bintang yang anda pegang. Catatlah hasil pengamatan anda itu.

4. Putarlah kepala anda sehingga menghadap arah ke Tenggara dan lihatlah agak

ke atas pada ketinggian sekitar 70o di atas horison, dan perhatikanlah bintang-

bintang yang ada di daerah itu, lalu cocokkan lagi dengan peta bintang yang

anda pegang. Catatlah bintang dan atau rasi bintang apa yang anda lihat di

daerah tersebut. Setelah anda selesai memperhatikan dan mencatat kegiatan 1-5,

maka kini putarlah badan anda 180o dan menghadaplah tepat ke arah titik utara

langit.

5. Kini arahkanlah pandangan anda pada ketinggian sekitar 32o di atas horison, dan

perhatikanlah bintang terang yang ada di daerah itu, lalu cocokkan dengan peta

bintang untuk langit utara di bulan Juni yang anda pegang itu.

6. Catatlah bintang atau rasi bintang apa yang anda amati itu?

7. Perhatikanlah baik-baik tangkai penggayung Biduk Besar itu, lalu tariklah garis

khayal lengkung yang ke arah atas, maka garis lengkung ini akan melalui suatu

bintang terang di rasi Bootes, dan inilah bintang Antares dengan cahaya terang

kekuningan, dan merupakan bintang terterang nomor tiga setelah Sirius dengan

magnitudo -0,06.

8. Bila garis lengkung ini diteruskan lagi maka akan sampai pada suatu bintang

terang bercahaya keputihan dengan magnitudo 0,9. Inilah bintang terterang di

rasi Virgo, yaitu bintang Spica dengan kelas spektrum B1.

9. Selanjutnya melalui garis δ – γ di mangkok penciduk dari rasi Biduk Besar ini

bila ditarik garis lurus seterusnya sekitar 6 x panjang sisi δ – γ ini maka anda

akan bertemu dengan bintang terang keputihan dengan magnitudo 1,36, Inilah

bintang terterang di rasi Leo yaitu bintang Regulus.

10. Selanjutnya rangkumlah hasil pengamatan anda dari butir 1–9 dan

kumpulkanlah laporan pengamatan anda pada instruktur.

E. TUGAS

E.1 Tugas Rumah

Page 49: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

49

1. Bintang apa sajakah di daerah anda yang sering dijadikan sebagai petunjuk arah?

2. Adakah bintang yang digunakan sebagai petunjuk penting lainnya? Beri contoh!

E.2 Tugas Setelah Praktikum

1. Buat laporan hasil pengamatanmu di lapangan pada langit malam di bulan Juni.

Skymark apa saja yang anda temukan, serta apa manfaatnya.

F. LAMPIRAN

Lampiran 1

Gambar 2 Rasi bintang di belahan langit selatan (malam di bulan Juni)

Page 50: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

50

Gambar 3l Rasi bintang di belahan langit utara (malam di bulan Juni)

Lampiran 2.

Tabel 1

Koordinat dan Tinggi Transit Dua Puluh Bintang Paling Terang

(untuk kota Singaraja 8oLS)

Nama

Bintang

Simbol Koordinat Magnitudo Kelas

Spekt

Jarak

(t.c)

Transit

α

(J.m)

δ

(o.m)

Visual Mutlak Tinggi

(a)

Waktu

Sirius αCMa 06.44 -16.42 -1,47 +1,45 A1 8,7 79oS 16 Feb

Canopus αCar 06.24 -52.41 -0,72 -3,1 F0 98 41oS 11 Feb

Arcturus αBoo 14.15 +19.17 -0,06 -0,3 K2 36 65oU 17 Juni

αCentauri αCen 14.38 -60.46 -0,01 +3,7 G2 4,3 35oU 16 Juni

Vega αLyr 18.36 +38.46 0,04 +0,5 A0 26,5 45oU 15 Agst

Capella αAur 05.15 +45.59 0,05 -0,6 G8 45 38oU 24 Jan

Rigel αOri 05.13 -08.13 0,14 -7,1 B8 900 88oS 24 Jan

Procyon αCMi 07.38 +05.17 0,37 +2,7 F5 11,3 79oU 2 Mart

Betelgeuse βOri 05.54 +07.24 0,41 -5,6 M2 520 77oU 5 Feb

Achernar αEri 01.37 -57.20 0,51 -2,3 B3 118 39oS 28 Nop

βCentauri βCenβ 14.02 -60.16 0,63 -5,2 B1 490 36oS 23 Juni

Page 51: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

51

Altair αAql 19.50 +08.49 0,77 +2,2 A7 16,5 75oU 3 Sept

αCrucis αCru 12.25 -62.59 1,39 -3,9 370 33oS 13 Mei

Aldebaran αTau 04.35 +16.28 0,86 -0,7 K5 68 67oU 14 Jan

Spica αVir 13.24 -11.03 0,91 -3,3 B1 220 85oS 24 Mei

Antares αSco 16.28 -26.23 0,92 -5,1 M1 520 70oS 14 Juli

Pollux βGem 07.44 +28.05 1,16 +1,0 K0 35 56oU 3 Mart

Femalhaut αPsA 22.56 -29.44 1,15 +2,0 A3 226 66oS 17 Okt

Deneb αCyg 20.41 +45.12 1,26 -7,1 A2 1600 39oU 16 Sept

βCrucis βCru 12.47 -59.35 1,28 -4,6 B ½ 490 36oS 20 Mei

Regulus αLeo 10.07 +12.04 1,36 -0,7 B7 84 70oU 10 Aprl

Bellatrix γOri 05.24 +06.20 1,64 -4,2 B2 470 76oU 25 Jan

Page 52: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

52

Lampiran 03: SPK

Page 53: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

53

Lampiran 04: Draft Artikel

ARTIKEL P2M DIPA 2019

PELATIHAN PENGAMATAN OBJEK

LANGIT MALAM BAGI GURU-GURU IPA SMP

Ni Made Pujani1, Prima Juniartina1, Putri Sarini1 1Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA

Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: (made.pujani, prima.juniartina, putri.sarini)@undiksha.ac.id.

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja dalam melaksanakan praktikum pengamatan objek langit malam. Kegiatan dilakukan selama dua hari yaitu tanggal 3 an 4 September 2019 dengan memberikan pelatihan pengamatan langit malam berbantuan peta langit dan software “stallarium”. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan baik. Penguasaan dan keterampilan guru dalam melakukan pengamatan objek langit setelah pelatihan mengalami peningkatan. Tanggapan peserta adalah positif dan guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan hingga selesai.

Kata Kunci: praktikum astronomi, objek langit malam, guru IPA

ABSTRACT

This P2M activity aims to improve the knowledge and skills of science teacher at Junior High School at Singaraja City in the observing night sky objects. The training has been held in two days which occured at September 3

rd and September 4

th, 2019. The activities are done by providing some

training in observing the night sky assisted with sky map and "stallarium" software. The result of this activity shows that the implementation of training lasted smoothly. The quality of the teachers in mastering knowledge and skills in the observing night sky objects has increased. The response of participants was positive and the teachers are very enthusiastic attended the training until finish.

Keywords: astronomics practicall, night sky object, natural science teachers

PENDAHULUAN Praktikum merupakan kegiatan

istimewa yang berfungsi untuk melatih dan memperoleh umpan balik serta meningkatkan motivasi belajar siswa

(Utomo dan Ruijter, 1990; Liem, 2007). Pembelajaran melalui kegiatan praktikum tidak hanya meningkatkan ranah psikomotorik siswa, tetapi juga kognitif dan afektif. Seperti dinyatakan

Page 54: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

54

oleh Pabelon and Mendosa (2000), bahwa: “Kerja laboratorium berperan dalam mengembangkan kognitif, psikomotor, dan afektif”. Ranah kognitif antara lain keterampilan berpikir, ranah psikomotorik antara lain keterampilan melaksanakan kegiatan praktikum, dan ranah afektif antara lain belajar bekerja sama dengan orang lain dan menghargai hasil kerja orang lain. Oleh karena itu, praktikum seyogianya memperhatikan ketiga aspek tersebut dan guru pengajar IPBA perlu diberikan pelatihan keterampilan praktikum.

Hasil penelitian terdahulu dari Pujani dan Liliasari (2011) terhadap pembelajaran IPBA menemukan bahwa pembelajaran IPBA (khususnya Astronomi) di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi belum menyelenggarakan kegiatan laboratorium. Pembelajaran IPBA didominasi oleh ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hal ini sejalan dengan temuan Depdiknas (2002), bahwa pembelajaran sains di sekolah umumnya bersifat teoritis, melalui ceramah, diskusi, dan penyelesaian soal, tanpa eksperimen ataupun demonstrasi. Terhadap hal ini banyak alasan umum yang dikemukakan, antara lain karena guru tidak pernah dilatih melaksanakan praktikum IPBA, tidak adanya ruang laboratorium, dan tidak ada alat-alat praktikum IPBA.

Hasil penelitian Balitbang (Rustad et al., 2004) menunjukkan bahwa sekitar 51% guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di Indonesia tidak dapat menggunakan alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolahnya, akibatnya tingkat pemanfaatan alat-alat itu dalam pembelajaran cenderung rendah.

Timbul dugaan bahwa inti persoalan mengapa guru tidak melakukan pembelajaran dengan kegiatan praktikum terletak pada kurangnya kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan praktikum dan membuat alat-alat percobaan sederhana.

Pelatihan praktikum bagi guru sejalan dengan pergeseran paradigma dalam pembelajaran sains. Paradigma baru dalam belajar sains yaitu pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih banyak mempelajari sains melalui pengalaman langsung daripada hafalan, sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan sainsnya tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Gallagher, 2007). Pendidikan sains dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman dan kebiasaan berpikir, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk menjamin kelangsungan hidupnya (Rutherford and Ahlgren, 1990). Melalui pembelajaran sains dengan kegiatan praktikum siswa akan memperoleh pengalaman secara langsung, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan-keterampilan ilmiah, memahami bagaimana sains dan ilmuwan bekerja, menumbuhkan minat dan motivasi, serta melatih keterampilan berpikir (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). Di sisi lain materi IPBA (khususnya Astronomi) merupakan mata pelajaran yang sering dikompetisikan melalui kegiatan Olimpiade, sehingga para guru IPBA dituntut untuk mampu membina para siswanya memberikan pembekalan bidang teori dan keterampilan

Page 55: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

55

praktikum. Praktikum astronomi yang diberikan pada olimpiade adalah pengamatan objek langit malam. Dalam tes praktikum ini peserta diwajibkan mengetahui dan mengenali nama-nama bintang, nama-nama rasi yang istimewa, mengamati fase-fase bulan, dan objek langit lainnya.

Hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kota Singaraja adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada di Kabupaten Buleleng, khususnya guru bidang studi IPA (Astronomi) di SMP banyak yang belum sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pula masih kurangnya kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar Astronomi dan membimbing siswa melakukan praktik pengamatan objek langit malam. Oleh karea itu, perlu kiranya dilakukan pelatihan praktikum pengamatan objek langit malam bagi siswa dan guru-guru SMP yang ada di Kota Singaraja sebagai persiapan menuju Olimpiade Astronomi 2020. Dengan keterampilan yang dimiliki diharapkan para guru mampu membina siswanya dalam menghadapi olimpiade astronomi.

Hasil penelitian Wirta, dkk., 1990 (dalam Pujani, 2014) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara kualitas guru dengan prestasi belajar siswanya. Khusus dalam bidang Kebumian dan Astronomi (IPBA), hasil penelitian Pujani (2010, 2011) menemukan bahwa pembekalan keterampilan

laboratorium IPBA bagi calon guru fisika dapat meningkatkan keterampilan calon guru dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan praktikum IPBA serta dapat meningkatkan kemampuan generik sains dan penguasaan materi IPBA. Hasil penelitian hibah bersaing Pujani, dkk. (2013, 2014, dan 2015) juga menemukan bahwa pembelajaran IPBA dengan menggunakan alat peraga praktikum sederhana dapat meningkatkan penguasaan konsep calon guru sains.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pokok yang hendak diurai melalui program ini adalah: “Perlukah peningkatan kemampuan Guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja dalam mengamati objek langit malam sebagai persiapan menuju olimpiade Astronomi? Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru IPA SMP di Kota Singaraja dalam melaksanakan praktikum pengamatan objek langit malam sebagai persiapan menuju Olimpiade Astronomi., sedangkan manfaat kegiatan bagi guru-guru IPA SMP adalah dapat meningkatkan kualitas penguasaan bidang Astronomi sehingga nantinya mereka dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan pengamatan objek langit malam yang memadai megingat pengajar Astronomi SMP umumnya adalah guru IPA, serta mampu membina siswa dalam persiapan menghadapi Olimpiade Astronomi.

METODE

Kegiatan P2M diawali dengan orientasi lapangan oleh tim pelaksana. Masalah yang ada di lapangan

Page 56: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

56

kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan ada masalah yang perlu mendapat penanganan yaitu guru kurang terampil dalam melakukan praktikum pengamatan objek langit malam. Setelah itu dilakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk dilaksanakan yaitu melalui program refreshing berupa pemberian pelatihan praktikum pengamatan objek langit malam.

Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah para guru IPA SMP yang ada di Kota Singaraja.Jumlah guru yang dilibatkan sebanyak 15 orang yang mengajar IPA di SMP yang ada di Kota Singaraja. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru IPA SMP perwakilan yang ditunjuk akan diberikan pelatihan. Mereka yang dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau bekerja sama, serta

dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada guru lainnya. Model pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) hal yang mendasar yaitu, praktikum pengamatan dengan menggunakan peta langit, praktikum ppengamatan menggunakan program stellarium. Lama kegiatan adalah 2 (dua) hari bekerjasama dengan MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng. Pada akhir program setiap peserta akan dites pengetahuannya terkait bentuk rasi bintang, fase bulan dan hal-hal lain terkait objek langit malam. Dengan demikian, diharapkan para guru IPA SMP memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan keterampilan melakukan pengamatan objek langit malam. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Metode Kegiatan

Jenis Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai

Presentasi dilanjutkan Tanya

jawab

Untuk menambah wawasan guru tentang

perbintangan dan instrumen pengamatan.

Diskusi Untuk memantapkan pemahaman peserta

terhadap materi yang dibahas

Paktikum pengamatan objek

langit malam

Untuk memberi keterampilan praktikum

pengamatan objek langit dengan menggunakan

peta bintang dan software Stellarium, terkait ujian

praktikum olimpiade Astronomi.

Sesuai dengan metode kegiatan

di atas, maka evaluasi dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan (directed evaluation/ proccess evaluation). Indikator dilihat dari respon peserta

selama pelatihan, kehadiran, dan kelancaran dalam melaksanakan pengamatan dan mengoperasikan stellarium.

Page 57: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

57

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan P2M yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut.

Pertama, Kegiatan pelatihan sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan dilakukan 2 kali yaitu tanggal 3 dan 4 September 2019. Jumlah peserta yang direncanakan sebanyak 15 orang guru IPA SMP, dengan tingkat kehadiran mencapai 100%. Hal ini berkat dukungan pihak sekolah dan MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng.

Kedua, penyajian materi oleh pelatih direspon positif oleh peserta pelatihan. Kegiatan diskusi berjalan dengan lancar. Nara sumber berhasil mengantarkan materi dengan baik. Cakupan materi terdiri dari: Pengenalan Rasi Bintang, pengenalan stellarium. Setelah pelatihan dilanjutkan dengan melakukan pengamatan rasi bintang sebagai objek langit malam sesuai LKM 1.

Ketiga, pelatihan praktikum pengamatan objek langit malam sesuai LKM 2 dengan menggunakan peta langit dan stellarium berjalan lancar. Pelatihan dimulai dengan mengenali arah pengamatan, bentuk rasi, bintang terterang di rasi yang diamati, dan mengenali skymark langit seperti rasi penanda musim dan rasi penanda arah. Materi disesuaikan dengan kisi-kisi ujian praktikum pada olimpiade astronomi SMP. Demikian dilakukan selama 2 hari, dan kegiatan diakhiri dengan memberikan quis sebagai alat evaluasi keberhasilan program P2M ini.

Terjadinya peningkatan penguasaan guru terhadap keterampilan melakukan pengamatan onjek langit didukung eberapa hal. Diawali adanya persiapan yang matang

oleh tim pelaksana. Persiapan yang sudah dilakukan adalah: penyiapan materi pelatihan, menyiapkan LKM, peminjaman tempat, penyusunan surat undangan, mengedarkan surat undangan, dan penyiapan petugas lapangan. Dengan persiapan yang baik diharapkan diperoleh hasil yang baik pula.

Selain itu capaian hasil P2M ini juga dipengaruhi teknik pengemasan kegiatan. Teknik penyajian materi oleh narasumber tentang pengamatan objek langit dibagi 2 bagian: 1) pembekalan materi terkait pengenalan rasi bintang dan berbagai benda langit (LKM 1), 2) pengenalan alat-alat yang diperlukan dalam pengamatan, dan 3) praktikum pengenalan rasi bintang dan objek langit malam menggunakan peta lagit dan stellarium (LKM 2). Hari pertama dikaji mengenai materi 1) dan 2); hari kedua dikaji materi 3). Sebagai tindak lanjut tim pelaksana memberikan beberapa soal praktikum olimpiade astronomi untuk didiskusikan dalam MGMP IPA secara berkelanjutan. Sistematika ini memungkinkan guru melakukan pendalaman materi olimpade secara bertahap. Setelah pembekalan ini diharapkan para guru mampu melakukan pembinaan kepada siswanya.

Pembahasan selama P2M sesungguhnya terjadi cukup alot. Pada kegiatan hari pertama tanggal 3 September 2019, peserta merasa sulit memahami tentang rasi bintang.. Kendala guru disebabkan materi ini dipandang abstrak, dan guru-guru masih agak sulit membayangkan garis-garis hayal di bola langit. Namun karena diberi pengulangan-pengulangan dan didampingi dengan

Page 58: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

58

sabar, akhirnya secara signifikan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru. Pada hari kedua (tanggal 4 September 2019) guru-guru diberikan pelatihan praktikum pengenalan rasi bintang dan objek langit lainnya. Bagian yang agak lama dipahami adalah ketika mengenali dan memahami cara kerja alat pengataman, dan mengenali rasi dan bintang terang yang akan diamati.

Walaupun sudah dipecah menjadi beberapa bagian, masing-masing bagian sungguhnya mengandung sub-sub bagian yang masih luas cakupan materinya. Karena itu, tidak semua materi dapat diselesaikan dengan tuntas. Untuk mengantisipasi hal itu, tim menyerahkan 2 (dua) paket buku olimpiade astronomi standar nasional untuk dijadikan bahan diskusi dalam pertemuan di MGMP IPA SMP Kabupaten Buleleng, yang hingga saat ini masih rutin dilakukan.

Ditinjau dari kehadiran peserta, dari 15 orang guru peserta, semua bisa hadir sampai acara selesai, sehingga kehadiran peserta mencapai 100%. Dengan demikian target peserta terpenuhi sesuai rencana. Demikian pula selama pelaksanaan kegiatan, respon guru sangat positif, di mana guru-guru tetap mengikuti kegiatan ini hingga selesai.

Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan baik, dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi para guru IPA SMP, serta tepat sasaran. Hal ini terlihat dari respon peserta yang begitu antusias mengikuti pelatihan. Kerjasama pada saat melakukan praktikum sangat solid. Guru melakukan pengamatan dengan

sungguh-sungguh sehingga para guru merasa cukup memiliki pemahaman tentang cara melakukan pengamatan objek langit malam dengan benar. Guru juga sangat antusias mendengarkan paparan dari pemakalah, Dr. Ni Made Pujani, M.Si. dosen Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA yang juga ditugaskan mengelola Prodi S1 Pendidikan IPA FMIPA Undiksha. Capaian ini sejalan dengan kegiatan P2M sejenis yang pernah dilakukan di Kabupaten Buleleng (Pujani, dkk., 2014 dan 2015), di Kota Amlapura (Pujani, dkk, 2017) dan di kota Klungkung (Pujani, dkk., 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis dan Liliasari. 1989.

Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka

Departemen P dan K. 1984.Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Buku IA. Filsafat Ilmu. Jakarta: Universitas Terbuka.

---------. 1987. Studi Mutu Pendidikan Dasar. Dasar-dasar Konsepsi Studi Mutu Pendidikan Dasar. Jakarta: Pusat Informatika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan

---------. 1989. Studi Mutu Pendidikan Dasar, Status, Variansi dan Determinasi Prestasi Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Informatika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan.

Iskandar, Srini M. dan Eddy M. Hidayat. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Dirjen

Page 59: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

59

Pendidikan Tinggi: Proyek Penegmbangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Jiyono.1987. Studi Kemampuan Guru IPA Sekolah Dasar. Jakarta. Puslit Balitbang, Depdikbud.

Memes, Wayan, Ketut Tika dan Ni Made Pujani. 2001. Pengembangan Model Pembelajaran IPA (Fisika) dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa SLTP Negeri di Singaraja Tahiun Ajaran 2001/2002. Laporan Penelitian Research Grant. Proyek DUE-like IKIP Negeri Singaraja.

Parluhutan Tobing. 1983. Pengembangan Profil Guru-guru SMP dan SMA 1981/1982. Analisis Pendidikan, Tahun III No.3. Jakarta: Departemen P dan K.

Pujani. N.M. 2010. Pembekalan Keterampilan Laboratorium Kebumian Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika. Laporan Hasil Penelitian, Hibah Disertasi Doktor, Tidak dipublikasi. LPPM UPI, Bandung.

Pujani, N.M. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Doktor. Tidak dipublikasi. UPI, Bandung.

Pujani, N. M., dkk. 2012. Pelatihan Praktikum IPBA Bagi Guru SMP/SMA di Kota Singaraja Menuju Olimpiade Astronomi.

Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Pujani, N.M., Suswandi, I, dan Atmaja, D.M.. 2013. Pengembangan Perangkat Praktikum IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Laboratorium Calon Guru Fisika (Tahun I). Laporan Penelitian Hibah Bersaing. tidak dipublikasi. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha.

Pujani, N. M, dkk.2014. Penyegaran Materi Astronomi bagi guru-guru SMA di Kabupaten Buleleng menuju Olimpiade Astronomi 2014. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Pujani, N. M, dkk.2015. Penyegaran Materi Astronomi (Astrofisika) bagi guru-guru SMP/SMA di Kabupaten Buleleng.Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Suastra dan Made Pujani. 1999. Pengembangan Alat-alat Percobaan Sederhana Buatan Guru sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP N 6 Singaraja. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas, DIKS STKIP Singaraja.

Tim Pembina Olimpiade Astronomi. 2010. Bahan Ajar Menuju Olimpiade Sains Nasional/Internasional SMA, Astronomi. Bandung

The Liang Gie. 1980. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Super

Page 60: LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK ...fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/26.-P2M...i LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK DIPA FAKULTAS PELATIHAN PRAKTIKUM

1