laporan akhir program p2m dana dipa -...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M DANA DIPA
SOSIALISASI KANTIN SEHAT DI SD NEGERI 4 PANJI
Dr. rer. nat. I Gusti Ngurah Agung Suryaputra, S.T., M.Sc. / NIDN: 0017127704
Ni Wayan Yuningrat, S.T., M.Sc. / NIDN: 0019017602
I Putu Parwata, S.Si., M.Si. / NIDN: 0003067806
JURUSAN ANALIS KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa karena berkat
asung kerta wara nugraha Beliaulah laporan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) ini
bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan masukan dari semua pihak untuk penyempurnaan laporan
ini. Akhir kata, penulis berharap laporan ini bermanfaat untuk semua pihak.
Singaraja, Oktober 2016
Penulis
3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Kegiatan P2M sosialisasi kantin sehat ini akan diadakan bagi para siswa, guru, dan
pengelola kantin sekolah di SD Negeri 4 Panji yang terletak di Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Sekolah ini mempunyai masing-masing 1 kelas untuk
setiap tingkatnya, dengan total siswa sebanyak 135 orang.
Pada awalnya, sekolah ini memiliki masalah dengan pengelolaan sampah. Sampah-
sampah sebelumnya hanya dibuang ke bekas kali yang terletak di dekat kantin sekolah
(Gambar 1). Setelah diadakan P2M pelatihan pembuatan pupuk kompos cair (Suryaputra
dkk., 2015), persoalan sampah di sekolah ini akhirnya bisa diselesaikan. P2M tersebut
berhasil mengadakan bak sampah permanen organik yang terpisah dari sampah anorganik
(Gambar 2). Sampah anorganik diambil secara teratur oleh pengelola sampah desa Panji,
sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos. Bak sampah permanen ini terletak jauh
dari kantin sekolah.
Gambar 1.1. Letak Kantin dan Gundukan Sampah sebelum P2M 2015
4
Gambar 1.2. Tempat Sampah Organik dan Non-organik Permanen Output P2M 2015
Setelah menyelesaikan persoalan mengenai pengelolaan sampah, P2M yang akan
diadakan pada tahun 2016 akan berusaha mengatasi permasalahan kantin di SD Negeri 4
Panji. Kantin di sekolah ini masih terbilang jauh dari kriteria kantin sehat, baik dari fasilitas
infrastruktur maupun makanan yang disajikan. Dari hasil observasi langsung di sekolah ini,
secara infrastruktur, kantin ini terbilang masih sangat sederhana. Bangunan kantin hanya
terbuat dari kayu dan papan dengan kondisi terbuka (Gambar 3). Sedangkan makanan tidak
diletakkan dalam rak-rak khusus makanan, tapi diletakkan dalam plastik-plastik di atas meja
(Gambar 4). Akibatnya, makanan rentan dihinggapi oleh lalat ataupun serangga lain. Bahkan,
jika sedang berangin, makanan juga rentan dihinggapi debu. Selain itu, kantin ini juga minim
fasilitas kebersihan penunjangnya seperti wastafel dan tempat sampah tertutup. Akibatnya,
tangan-tangan siswa saat jajan biasanya belum bersih dan sampah-sampah selalu berserakan
di sekitar kantin pada jam istirahat.
5
Gambar 1.3. Kondisi Kantin Sekolah di SDN 4 Panji Saat Ini
Gambar 1.4. Penyajian Makanan di Kantin SDN 4 Panji
Dari segi makanan yang disajikan, kantin ini lebih banyak menyediakan makanan dan
jajanan yang kurang bergizi. Dari wawancara singkat dengan pengelola kantin, diperoleh
informasi bahwa makanan yang lebih banyak dijual adalah gorengan. Saat ditanya mengenai
bahan tambahan pada makanan yang digunakan, pengelola kantin tidak mengetahuinya. Oleh
karena itu, selain pengadaan kantin sehat secara infrastruktur, pengetahuan mengenai bahan
tambahan pada makanan juga dipandang perlu untuk disosialisasikan juga di sekolah ini, baik
untuk para guru maupun pengelola kantin sekolah.
6
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka bisa diketahui bahwa ada permasalahan
mengenai kantin sehat di SD Negeri 4 Panji dari segi infrastruktur, makanan yang disajikan,
dan pengetahuan pengelola mengenai bahan tambahan makanan. Dari sisi infrastruktur,
bangunan kantin sekolah masih sangat sederhana dan terbuka, serta belum memiliki fasilitas
penunjang kebersihan seperti wastafel dan tempat sampah tertutup. Selain itu, kantin belum
memiliki etalase khusus makanan yang bisa melindungi makanan dari debu dan serangga,
serta membatasi siswa agar tidak mengambil makanan sendiri. Dari sisi makanan yang
disajikan, terlihat bahwa kantin sekolah lebih banyak menjual gorengan yang berminyak,
yang sebenarnya tidak sehat untuk anak-anak. Dengan demikian, dibutuhkan juga
pengetahuan mengenai gizi makanan yang baik untuk anak usia sekolah. Dari segi bahan
tambahan makanan, pengelola belum memiliki pengetahuan mengenai bahan tambahan ilegal
yang bisa berbahaya jika dikonsumsi anak-anak.
Dengan demikian, permasalahan utama yang dialami oleh SD Negeri 4 Panji ini
adalah menyangkut pengadaan kantin sehat. Pada P2M ini, kegiatan akan difokuskan untuk
pengadaan kantin sehat, mulai dari infrastruktur, makanan yang disajikan, dan pengetahuan
mengenai makanan sehat dan bergizi.
1.3. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk pengadaan kantin sehat di SD Negeri 4 Panji
dan sekaligus memberikan sosialisasi kantin sehat kepada para guru dan terutama pengelola
kantin sekolah.
1.4. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1) SD Negeri 4 Panji akan memperoleh fasilitas infrastruktur kantin sehat.
2) Guru-guru memperoleh tambahan pengetahuan mengenai kantin sehat, makanan sehat
dan bergizi untuk siswa SD, dan bahan tambahan makanan yang berbahaya.
3) Pengelola kantin sekolah akan memperoleh pengetahuan mengenai cara mengelola
kantin sehat seperti makanan apa yang sebaiknya dijual, bagaimana cara
menampilkan dan menyajikan makanan agar tetap higienis, bahan tambahan apa yang
tidak boleh dimasukkan ke makanan.
7
4) Adanya kantin sehat di sekolah akan membuat siswa terjaga kebutuhan gizinya dan
akan terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh bahan tambahan ilegal di makanan.
Para orangtua siswa tidak perlu merasa was-was lagi mengenai makanan yang dijual di kantin
sekolah, baik dari segi gizi, higienitas, dan keamanannya. Para oranatua juga akan terbantu
dengan adanya kantin sehat sehingga tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan bekal untuk
anaknya.
8
BAB II. METODE PELAKSANAAN
2.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Masalahan pokok yang akan dipecahkan dalam kegiatan P2M ini adalah kantin
sekolah yang masih jauh dari kriteria kantin sehat dan kurangnya pengetahuan guru dan
pengelola kantin sekolah mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan kantin sehat.
Permasalahan ini akan dipecahkan dengan berbagai alternatif kegiatan seperti pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah
No Permasalahan Akar Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1 Makanan di kantin
berdebu dan
dihinggapi lalat.
Kantin tidak permanen
dan terbuka.
Pembuatan kantin permanen dengan
fasilitas kebersihan yang baik.
2 Bungkus makanan
berserakan di
sekitar kantin
setelah selesai jam
istirahat.
Kantin tidak
mempunyai tempat
sampah tertutup.
Pengadaan tempat sampah tertutup,
yang dipisahkan antara sampah
organik dan non organik.
3 Makanan yang
disajikan kurang
bergizi.
Pengelola kantin tidak
paham mengenai gizi
makanan.
Sosialisasi mengenai gizi makanan.
4 Zat tambahan pada
makanan tidak
diketahui apakah
diperbolehkan atau
tidak.
Pengelola kantin tidak
paham mengenai bahan
tambahan berbahaya.
Sosialisasi mengenai bahan
tambahan berbahaya pada makanan.
2.2. Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan P2M ini adalah guru-guru SD Negeri 4 Panji dan pengelola kantin di
sekolah tersebut. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa tujuan utamanya adalah
pengadaan kantin sehat. Dengan memberikan sosialisasi mengenai semua hal yang berkaitan
dengan kantin sehat, maka pengelola kantin bisa mengupayakan agar makanan-makanan
9
yang dijual di kantin adalah makanan yang sehat, bergizi, dan tidak mengandung zat
berbahaya. Sedangkan sosialisasi yang diberikan kepada guru bertujuan agar para guru bisa
ikut serta mengawasi kantin sehat ini secara berkesinambungan.
2.3. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya
adalah pengadaan dan sosialisasi. Melalui metode ini, diharapkan nantinya guru-guru SD
Negeri 4 Panji dan pengelola kantin memahami dengan baik aspek-aspek yang terkait dengan
kantin sehat. Keterkaitan metode yang digunakan dengan tujuan kegiatan P2M ini dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2.2. Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan
No Tujuan Metode
1 Mewujudkan infrastruktur kantin yang
memenuhi kriteria sebagai kantin sehat
Pengadaan
2 Meningkatkan pemahaman guru-guru SD
Negeri 4 Panji dan pengelola kantin mengenai
semua yang berkaitan dengan kantin sehat,
seperti makanan yang dijual, cara menjaga agar
makanan tetap higienis, dan bahan tambahan
apa saja yang berbahaya bagi kesehatan siswa.
Sosialisasi
2.4. Rancangan Evaluasi
Evaluasi proses dilakukan terhadap variabel-variabel berikut: kehadiran peserta dalam
kegiatan, semangat/antusiasme peserta dalam kegiatan, dan pemahaman peserta terhadap
kantin sehat. Kehadiran peserta diukur dengan absensi kegiatan, kemudian dinyatakan dalam
bentuk persentase kehadiran peserta. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan dilihat
dari interaksi selama kegiatan. Pemahaman peserta akan dilihat berdasarkan kemampuan
mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kantin sehat saat dan setelah sosialisasi
berlangsung.
Indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut.
1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan: lebih dari 85%.
2. Peserta mengikuti kegiatan dengan semangat.
10
3. Peserta paham mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kantin sehat.
11
BAB III. HASIL DAN PELAKSANAAN
3.1. Hasil Kegiatan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diadakan di SD Negeri 4 Panji pada Hari
Senin tanggal 11 Juli 2016. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Sekolah dan 8 orang Guru di
SDN 4 Panji. Secara umum kegiatan ini berjalan dengan lancar dengan hasil yang cukup
memuaskan, terlihat dari hasil evaluasi dari proses kegiatan. Hasil evaluasi meliputi
kehadiran peserta mengikuti kegiatan, antusiasme peserta, dan respon terhadap pelaksanaan
kegiatan. Hasil penilaian terhadap parameter-parameter evaluasi ditunjukkan di bawah ini.
3.1.1. Kehadiran Peserta
Peserta yang disasar dalam kegiatan ini adalah semua guru di SDN 4 Panji yang
berjumlah 10 orang (termasuk kepala sekolah). Sedangkan peserta yang hadir dalam kegiatan
adalah sebanyak 9 orang sehingga kehadiran peserta bisa dianggap memuaskan.
3.1.2. Antusiasme Peserta dalam Mengikuti Kegiatan
Kegiatan P2M ini diikuti oleh peserta dengan antusiasme yang tinggi. Hal ini terlihat
dari perhatian yang ditunjukkan oleh hampir semua peserta, dari awal sampai akhir kegiatan.
Bahkan, dalam sesi diskusi, peserta juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menunjukkan antusiasme mereka. Data hasil penilaian terhadap antusiasme peserta dalam
mengikuti kegiatan, ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Antusiasme Peserta dalam Mengikuti Kegiatan
No Aspek yang Diamati Nilai
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
1 Perhatian selama kegiatan berlangsung √
2 Keterlibatan dalam diskusi √
3 Semangat peserta dalam mengajukan
pertanyaan terkait materi
√
4 Kerjasama peserta selama kegiatan √
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) Nasional.
(online). (http://ik.pom.go.id/v2014/, diakses 23 Oktober 2015). Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Khomsan, A. 2003. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Roe, W. H. 1961. School Business Management. McGraw-Hill.
Supariasa, I. D. N., Bahyar, B., & Ibnu, F. 2001. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Suryaputra, I G. N. A., dkk., 2015. Pelatihan Pembuatan Kompos Cair di SD Negeri 4 Panji.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wahyuningsih, M. 2012. Ini Dia Syarat Kantin Sehat di Sekolah.
(http://hot.detik.com/read/2012/11/20/152458/2095891/766/ini, diakses 23 Oktober
2015).
13
Lampiran 1. Materi Sosialisasi
L1.1. Kantin Sekolah dan Jajanan
Kantin sekolah adalah tempat usaha makanan dan minuman yang pengelola dan
konsumennya adalah warga sekolah. Lokasi kantin seharusnya berjarak minimal 20 m dari
tempat pembuangan sampah sementara. Kantin memiliki peralatan pengolahan dan makan
yang bersih, tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air bersih yang mengalir,
tempat cuci tangan dengan air bersih mengalir, sabun dan lap tangan untuk pengunjung
kantin, tersedia tempat penyimpanan bahan makanan terpisah dari makanan jadi/siap saji dan
tempat pajangan (display) makanan jadi/siap saji yang tertutup. Kantin juga perlu dilengkapi
dengan tempat duduk dan saluran air limbah yang tertutup. Makanan kemasan yang dijual di
kantin sekolah berlabel BPOM/Dinkes dan tidak kadaluarsa. Makanan dan minuman yang
dijual harus bebas dari bahan tambahan makanan berbahaya seperti formalin, boraks, dan
lain-lain. Kemasan makanan yang digunakan harus bersih dan tidak menggunakan styrofom.
Petugas kantin harus berpakaian rapi, bersih, bercelemek, bertudung, dan sehat. Pengambilan
makanan selalu menggunakan alat bantu pengambil makanan.
Roe (1961) menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan
layanan kantin di sekolah:
1. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik
atau sehat;
2. Memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
3. Menganjurkan kebersihan dan kesehatan;
4. Menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan bersama;
5. Menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di
masyarakat;
6. Memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik;
7. Menunjukkan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri;
8. Menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebersihannya dan kesehatannya.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah dapat berfungsi untuk:
1. Membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan
yang sehat, bergizi, dan praktis;
2. Mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
14
3. Untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
4. Memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan
seseorang;
5. Memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
6. Mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di
masyarakat;
7. Sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan tempat
menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang baik hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan keuntungan di
sekolah;
2. Program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari program sekolah
secara keseluruhan;
3. Harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli siswa;
4. Penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat;
5. Gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat mempengaruhi
keefektifan operasi dan koordinasi program-program kantin;
6. Personil-personil kantin harus bertanggung jawab atas makanan yang bergizi dan
menarik, serta menjamin selera pembeli;
7. Memberikan kebijaksanaan keuangan (korting) dapat mendorong berkembangnya
program kantin, karena dapat menarik pembeli;
8. Program kantin harus menyeimbangkan antara kapasitas makanan dan harga, begitu
juga gizi.
Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah
agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan
aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Kandungan zat gizi makanan selingan
ditinjau dari besarnya kandungan energi dan protein sebesar 300 kkal dan 5 gram
protein. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan
umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai
umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan.
15
Mengingat aktivitas fisik yang banyak dan tinggi selama di sekolah, wajar
kalau anak merasa lapar diantara dua waktu makan (pagi dan siang). Sebagai
pengganti sarapan pagi, anak jajan di sekolah untuk mengurangi rasa lapar.
Tetapi, mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak seimbang. Dengan jajan, anak bisa
mengenal beragam makanan yang dijual di sekolah. Oleh karena itu jajan dapat
membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam. Pada saat dewasa
nanti dia dapat menikmati aneka ragam makanan. Hal ini sangat baik dari segi gizi
(Khomsan, 2003).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kebiasaan jajan. Seringkali
anak jadi beralasan tidak mau makan di rumah karena masih kenyang akibat jajan
di sekolah. Pada saat jajan, anak umumnya membeli makanan berat atau makanan kecil padat
energi terbuat dari karbohidrat (tepung-tepungan), gorengan yang kaya lemak dan murah
harganya. Makanan jenis ini tidak cukup menggantikan makan siang di rumah yang biasanya
memperhatikan konsep 4 sehat (nasi, lauk, sayur, dan buah). Anak-anak tertarik dengan
jajanan sekolah karena warnanya yang menarik, rasanya yang menggugah selera, dan
harganya terjangkau. Makanan ringan, sirup, bakso, mi ayam dan sebagainya menjadi
makanan jajanan sehari-hari di sekolah (Khomsan, 2003).
Jajanan khususnya yang dijual di pinggir jalan, rentan terhadap polusi
debu maupun asap knalpot. Seringkali makanan tersebut tidak disiapkan secara
higienis atau juga mempergunakan bahan-bahan yang berbahaya seperti zat
pewarna karena alasan harganya murah. Makanan jajanan yang demikian cepat
atau lambat akan mendatangkan gangguan kesehatan (Khomsan, 2003).
Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen. Permen adalah kesukaan setiap
anak. Apalagi kini permen mempunyai aneka cita rasa maupun bentuk sehingga orang tua
pun suka. Permen tidak memberikan kontribusi gizi yang berarti karena kandungan gizinya
yang hampir nol, kecuali energi. Oleh karena itu, mengkonsumsi permen secara berlebihan
dan menjadi pola makan hanya akan menambah masukan energi ke dalam tubuh tanpa
memberi zat gizi (Khomsan, 2003).
Minuman ringan (soft drink) umumnya hanya kaya kalori tetapi kandungan gizinya
sangat rendah. Berbagai jenis keripik atau chips yang termasuk kedalam junk food umumnya
disukai oleh anak-anak. Chips terbuat dari umbi-umbian (kentang) atau serealia (jagung)
digoreng minyak dan ditambah garam dan penyedap rasa. Junk food yang kaya kalori dan
rendah gizi ini biasa dimakan sebagai snack. Karena kandungan kalori yang tinggi, maka
sering anak-anak yang baru makan chips menjadi tidak mau makan karena merasa masih
16
kenyang. Dalam hal ini perlu disadari bahwa berapa bungkus pun chips yang dimakan
tidak bisa menggantikan makanan lengkap yang tersaji di meja makan keluarga. Oleh karena
itu orang tua harus mempunyai kiat kapan anaknya diizinkan untuk makan chips, yaitu
sebaiknya sesudah makan (Khomsan, 2003).
Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari karbohidrat. Sehingga lebih tepat
sebagai snack antar waktu makan, bukan sebagai pengganti makanan utama. Pada Tabel 1 di
bawah ini disajikan jenis makanan jajanan dan kandungan gizinya.
Tabel 1. Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan (Supariasa dkk., 2001)
No Jajanan Ukuran Berat
(g)
Energi
(kalori)
Protein
(g)
1. Bakwan 1 buah 40 100 1,7
2. Bakso 1 porsi 250 100 10,3
3. Chiki 1 bungkus 16 80 0.9
4. Coklat 1 bungkus 16 472 2,0
5. Es mambo 1 bungkus 25 152 0,0
6. Gado-gado 1 porsi 150 203 6,7
7. Klepon 4 buah 50 107 0,6
8. Misro 1 buah 50 109 0,4
9. Pisang goreng 1 buah 60 132 1,4
10. Permen 1 buah 2 100 0,0
11. Risoles 1 buah 40 134 2,1
12. Siomai 1 porsi 170 95 4,4
Selain masalah gizi, jajanan di kantin sekolah juga perlu memperhatikan bahan
tambahan yang digunakan dalam makanan. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh
pengelola kantin sekolah dan tidak adanya pengawasan dari para guru, menyebabkan jajanan
di kantin rentan mengandung bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan siswa. Bahan
tambahan berbahaya yang sering ditemukan di jajanan adalah pemanis buatan dan bahan
pengawet ilegal seperti boraks, formalin, dan rhodamin.
L1.2. Bahan Pengawet Berbahaya
Bahan pengawet makanan merupakan bahan tambahan makanan yang digunakan
untuk mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau peruraian lain
17
pada makanan yang disebabkan adanya mikrorganisme. Pengawet pada makanan memiliki
efektivitas yang berbeda-beda, ada yang efektif terhadap bakteri, khamir/kapang, dan ada
yang efektif terhadap aktivitas enzim. Jadi pemakaian pengawet harus disesuaikan dengan
kebutuhan. Jangan sampai salah pilih pengawet karena ada pengawet yang dilarang
ditambahkan pada makanan. Bahan pengawet yang dilarang digunakan pada makanan
meliputi:
• Asam Borat.
Asam borat juga dikenal sebagai boraks, gendar, obat puli, pijer, dan lain-lain. Boraks
dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Boraks sebenarnya merupakan bahan
antiseptik lantai dan bahan untuk las. Namun, karena bisa mengawetkan dan sekaligus
mengenyalkan makanan, boraks disalahgunakan sebagai bahan pengawet pada bakso,
mie, kerupuk, dan lain-lain.
• Asam Salisilat.
Bahan pengawet ini dahulu sering digunakan sebagai pengawet teh botol. Namun,
penggunaan asam salisilat sebagai pengawet bahan makanan di Indonesia sudah dilarang
karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
• Kloramfenikol.
Zat ini merupakan salah satu antibiotik yang disalahgunakan sebagai pengawet udang
segar. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan berdampak terjadinya resistensi
pada pengobatan.
• Formalin.
Nama lain zat ini adalah formaldehida. Formalin sebenarnya digunakan sebagai pengawet
mayat tetapi disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Padahal, formalin sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik. Formalin yang sering
digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah dapat menyebabkan kanker paru-paru,
gangguan pada jantung, gangguan pada alat pencernaan, gangguan pada ginjal, dll.
18
Lampiran 2. Peta Lokasi Daerah Sasaran
SD Negeri 4 Panji
19
Lampiran 3. Foto-foto Kegiatan
L3.1. Pembangunan Kantin
L3.2. Kegiatan
20