lapkas rehab medik

40
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri pada sendi. Osteoartritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik sehari-hari. Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi diatas usia 65 tahun dan merupakan satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut di Amerika Serikat. World Health Organization (WHO) memperkirakan 25% dari orang yang berumur 65 tahun di dunia menderita osteoartritis. Studi geografis yang dilakukan di Amerika dan Eropa pada penduduk usia 45 tahun keatas, mendapatkan prevalensi osteortritis lutut sebesar 14% pada laki-laki dan 22,8% pada wanita. Di Indonesia sendiri kasus osteoartritis merupakan kasus penyakit reumatik yang paling sering ditemui, prevalensinya mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia >61 tahun, untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun. 1-3 Osteoartritis (OA) merupakan penyakit dengan progresitifitas yang lambat, dengan etiologi yang tidak diketahui dan dapat mengenai berbagai sendi namun umumnya mengenai sendi yang banyak menahan beban seperti sendi panggul dan sendi lutut. Prevalensi osteoartritis lutut ini 1

Upload: anonymous-mhtvhmn4ve

Post on 11-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

rehab medik

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Rehab Medik

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang

berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif

yang ditandai dengan kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral dan menyebabkan nyeri

pada sendi. Osteoartritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik

sehari-hari. Osteoartritis diketahui dialami sepertiga populasi diatas usia 65 tahun dan

merupakan satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi usia lanjut di Amerika

Serikat. World Health Organization (WHO) memperkirakan 25% dari orang yang berumur

65 tahun di dunia menderita osteoartritis. Studi geografis yang dilakukan di Amerika dan

Eropa pada penduduk usia 45 tahun keatas, mendapatkan prevalensi osteortritis lutut sebesar

14% pada laki-laki dan 22,8% pada wanita. Di Indonesia sendiri kasus osteoartritis

merupakan kasus penyakit reumatik yang paling sering ditemui, prevalensinya mencapai 5%

pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia >61 tahun, untuk

osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita

yang berumur antara 40-60 tahun.1-3

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit dengan progresitifitas yang lambat, dengan

etiologi yang tidak diketahui dan dapat mengenai berbagai sendi namun umumnya mengenai

sendi yang banyak menahan beban seperti sendi panggul dan sendi lutut. Prevalensi

osteoartritis lutut ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

prevalensi faktor resiko osteoatritis seperti obesitas, kelemahan otot, aktifitas fisik yag

berlebihan atau kurang, trauma sebelumnya, penurunan fungsi proprioseptik, faktor

keturunan menderita OA dan faktor mekanik. Faktor resiko tersebut mempengaruhi

progresitifitas kerusakan rawan sendi dan pebentukan tulang yang abnormal. Karateristik OA

ditandai dengan keluhan nyeri sendi dan gangguan pergerakan yang terkait dengan derajat

kerusakan pada tulang rawan.4

Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan OA. Penatalaksanaan

terutama ditujukan pada pengendalian/menghilangkan nyeri, memperbaiki gerak dan fungi

sendi, mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup.4

Destruksi tulang menimbulkan nyeri, sehingga penderita membatasi pergerakan pada

sendi itu, berarti juga membatasi kontraksi otot yangbersangkutan. Keadaan ini berakibat

menurunnya kekuatan otot, yang berdampak pada berkurangnya stabilitas sendi dan

kemampuan sendi untuk meredam beban. Dampak ini menimbulkan rasa nyeri pada

1

Page 2: Lapkas Rehab Medik

pergerakan, sehingga terjadi siklus antara nyeri dan menurunnya kekuatan otot, faktor timbal

balik yang saling menunjang memperberat kondisi. Terjadi keadaan instabil pada sendi lutut,

yang cenderung memberat dan menimbulkan deformitas berupa deviasi sendi lutut pada

bidang frontal. Derajat deviasi ini akan semakin nyata seiring dengan memberatnya

instabilitas sendi lutut. Terjadi disabilitas kronis, yang berdampak negatif pada kualitas hidup

penderita. Upaya menurunkan disabilitas dapat dilakukan dengan dengan program rehabilitas

medik untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah kecacatan.5

2

Page 3: Lapkas Rehab Medik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah suatu kondisi sendi yang ditandai dengan kerusakan dan

hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit,

pergerakan yang terbatas dan deformitas. Inflamasi persendian terjadi disebabkan oleh

penipisan dan kerusakan tulang rawan. OA dapat terjadi disemua sendi ditubuh tetapi

paling sering pada persendian yang menumpu berat badan seperti di pinggul, lutut,

tangan, kaki dan tulang belakang.6

2. Anatomi

Tulang pembentuk sendi lutut

Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tulang tibia fibula dan tulang patella.

a. Tulang Femur

Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang di dalam tulang kerangka

pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi

yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat

taju yang disebut trokhanter mayor dan trokhanter minor, di bagian unjung

membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus medianus

dankondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya

tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fossa kondilus.

b. Tulang Tibia

Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian

pangkal melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian

dengan tulang kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolusmedianus.

c. Tulang Fibula

Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang

membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya terdapat

tonjolan yang disebut tulang malleoluslateralis atau mata kaki luar.

3

Page 4: Lapkas Rehab Medik

d. Tulang Patella

Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur.

Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya

jarak patella dan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau

tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan

patella diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada

permukaan anterior femur.

Ligamentum

Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-

ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi

menjadi dua yaitu ligamen cruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior.

Ligamen collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen collateral

medial dan ligamen collateral lateral.

Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan ligamen

cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada

pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen

ini adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan

mencegah gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan

dan ke belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang

sendi lutut.

a) Ligamen cruciatum anterior

Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa

intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi untuk

mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia

pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan

gliding sendi lutut.

b) Ligamen cruciatum posterior

Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek

dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas

membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa

intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar depan condylus medialis femur.

4

Page 5: Lapkas Rehab Medik

Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap

femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.

c) Ligamen Collateral medial

Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar dan

membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak lebih

posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral yang melekat di atas epicondylus

medial femur di bawah tuberculum adduktor dan ke bawah menuju condylus medial

tibia serta pada medial meniscus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan fungsinya

untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar.

d) Ligamen Collateral lateral

Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat di atas

epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini

adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial.

Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.

Kapsul Sendi

Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya oleh

selubung yang disebut kapsula artikularis sebagai pembungkus yang mengelilingi

permukaan-permukaan sendi dan membungkus rapat ruang sendi yang terdapat

diantara tulang-tulang tersebut. Lapisan luar kapsula arikularis (laminafibrosa)

merupakan salah satu struktur penting yang mengikat tulang-tulang pembentuk sendi.

Laminafibrosa dapat menahan regangan yang kuat. Lapisan dalam kapsula artikularis

(laminasynovial) dibentuk oleh membranesynovial yang mensekresikan

cairansynovial (synovia) ke dalam ruang sendi ujung articular tulang masanya

membesar danmempunyai lapisan luar tulang yang tipis tetapi padat (kompakta),

disebelah dalamnya terdapat anyaman tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut ini

termasuk jaringan fibrosus yang avascular sehingga jika cidera sulit proses

penyembuhan.

a. Kartilago artikularis/tulang rawan

Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline dan

merupakan jaringan yang avaskular, alymphatik dan aneural yang menutupi

permukaan pesendian dari tulang panjang. Melekat pada tulang subkhondral. Fungsi

5

Page 6: Lapkas Rehab Medik

dari kartilago artikularis adalah sebagai bantalan penutup tulang pada sendi synovial,

yang memungkinkan :

- Menahan tekanan pada permukaan persendian.

- Mentransmisikan dan mendistribusikan beban yang meningkat.

- Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.

b. Meniscus

Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah

meniscuslateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan (2)

peredam kejut (shockabsorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi

gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan

ke sebuah sendi.

c. Bursa

Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak

terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan

otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1)

bursasubpopliteus, (2) bursasuprapatellaris, (3) bursainfrapatellaris superficialis,

(4) bursainfrapatellaris profunda, (5) bursasubpatellaris, (6) bursa prepatellaris, (7)

bursa m. semimembranosus.6

Gambar 1. Anatomi sendi lutut normal dan OA6

6

Page 7: Lapkas Rehab Medik

3. Klasifikasi

Klasifikasi OA berdasarkan lokasi sendi yang terkena

Klasifikasi ini digunakan dalam penatalaksanaa OA secara menyeluruh, baik secara

farmakologi maupun non farmakologi.

OA

Tangan

OA

Lutut

OA Kaki OA

Koksa

(Panggul)

OA

Vertebra

OA di

tempat

lain

OA

generalisat

a/sistemik

Nodus

Heberden

dan

Bouchard

(nodal)

Bony

enlarge

ment

Haluks

valgus

Eksentrik

(superior)

Sendi

apofiseal

Glenohum

eral

Meliputi 3

atau lebih

daerah

Artritis

eroif

interfalang

Genu

valgus

Haluks

rigidus

Konsentri

k (aksial,

medial)

Sendi

interverteb

ra

Akromiokl

avikular

Karpal-

metakarpal

I

Genu

varus

Jari

kontaktur

Difus

(koksa

senilis)

Spondilosi

s (osteofit)

Tibiotalar

Talonavik

ulare

Ligamentu

m

Saktoiliak

a

temporom

andbular

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada OA sesuai dengan lokasi sendi yang terkena

a) OA tangan

Dimulai saat usia 45 tahun. Postmenopause wanita > pria (10:1) keterlibatan faktor

genetik: riwayat penyakit dalam keluarga. OA tangan lebih sering mengenai sendi-

sendi distal interfalang, proksimal interfalang dan sendi karpometakarpal I dan jarang

mengenai sendi metakarpofangaeal, namun bila terkena pikirkan diagnosis banding:

adanya inflamasi atau atropati metabolik.

7

Page 8: Lapkas Rehab Medik

b) OA lutut

Mengenai kompartemen: medial tibiofemoral, lateral tibiofemoral dan bagian

femoropatellar.

c) OA panggul/koksa

OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dan dapat terjadi

unilateral atau bilateral . Gejala klinis: nyeri panggul secara klasik timbul saat berdiri

dan terkait dengan antalgic gait, nyeri terlokalisir pada buttock, regio groin dan

menjalar kebawah kebagian anterior. Kadang-kadang keluhan nyeri dirasakan pada

lutut. Nyeri pada malam hari dan kekakuan pada malam hari terkait dengan adanya

efusi pada sendi: OA panggul sering bersifat destruktif, ditandai dengan penilaian

Lequesne: adanya penyempitan celah sendi >2mm/tahun. Jarang ditemukan sklerosis

tulang dan osteofit. Diagnosis banding: OA sekunder pada panggul meliputi: displasia

kongenital, osteonekrosis avaskular dan adanya trauma sebelumnya.

d) OA vertebra

Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada vertebra dapat

menyebabkan penyempitan foramen vertebra dan menekan serabut saraf, dapat

menyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain) disertai gejala radikular. Pada

kasus berat dapat terjadi hiperostotsis.

e) OA kaki dan pergelangan kaki

OA umumnya mengenai sendi I metatarsofalang. Gejala klinis: sulit berjalan dan kulit

diatasnya dapat meradang terutama bila memakai sepatu ketat. Dapat terjadi bursitis.

Deformitas valgus sering ditemukan, mungkin pula terdapat ankilosis pada sendi.

Gambaran radiologi pada kaki dan pergelangan kaki: dapat ditemukan osteofit,

meskipun pada pasien usia<40 tahun.

f) OA bahu

OA bahu lebih jarang ditemukan. Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi saat pergerakan,

keluhan nyeri pada malam hari. pada pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak

pada pergerakan pasif.

g) OA siku

OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari paparan getaran

berulang, trauma atau metabolik atropati.

h) OA temporomandibular

Ditandai dengan krepitus, kekakuan dan nyeri saat mengunyah, gejala serupa diatas

ditemukan pada sindroma disfungsi temporomandibular. Radiografi: gambaran OA

8

Page 9: Lapkas Rehab Medik

sering ditemukan. Diagnosis banding: Nyeri orofasial yang tidak berkesesuaian

dengan gambaran radiografi.2

4. Penyebab

Penyebab OA tidak jelas , tetapi OA sering dihubungkan dengan proses degeneratif dan

kemungkinan kondisi lain seperti penyakit metabolik seperti obesitas. Penyebab

osteoartritis bermacam-macam. Beberapa penelitian menunjukan adnaya hubungan

antara OA dengan reaksi alergi, infeksi dan invasi fungi (mikosis). Beberapa faktor

resiko terjadinya OA.2

Tipe OA Kuat Sedang Lemah

OA lutut Usia

Wanita

Aktifitas tinggi

Trauma sebelumnya

Terapi sulih hormon

Vitamin D

Merokok

Aligment

Kekuatan otot

quardricep

Olahraga yang

berlebihan

OA panggul Usia Aktifitas fisik

Tingginya BMI

Trauma

Olahraga berlebihan

5. Gejala klinis

Gejala OA berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang hanya merasakan sakit

ringan dan kekakuan, pada orang lain gejalanya parah dan melumpuhkan.

Nyeri, ini adalah gejala awal dan biasanya diperparah oleh penggunaan sendi dan

berkurang dengan istirahat.

Kekakuan sendi sementara setelah masa istirahat (seperti bangun tidur di pagi

hari atau setelah duduk dalam waktu lama). Kekakuan cenderung menghilang

setelah menggunakan persendian selama 5-15 menit.

Pembengkakan dan kemerahan pada persendian.

Kelemahan otot-otot disekitar sendi yang terkena, kadang-kadang menimbulkan

perasaan ketidakstabilan sendi.

Pengurangan mobilitas dan fleksibilitas sendi.

Perasaan atau suara berderak ketika menggerakan sendi.

Kesulitan menggunakan persendian.

9

Page 10: Lapkas Rehab Medik

Bunyi pada setiap persendian (krepitus). Gejala ini tidak menimbulkan rasa sakit.

Hanya rasa tidak nyaman pada sendi.

Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin rusak,

tulang mulai berubah bentuk dan meradang. Menimbulkan rasa sakit yang amat

sangat.

Khusus pada lutut nyeri muncul oleh karena adanya gerakan lutut, tandanya

seperti sendi terkunci, nyeri saat beraktifitas.7

6. Patofisiologi

Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul

ulserasi dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam

sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi

radang pada membran sinovial. Pembengkakan sendi serta teregangnya ligament

menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot sekitar sendi menjadi lebih lemah

karena efusi sinofial dan disuse atrophy pada satus sisi dan spasme otot pada sisi lain.

Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan

metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim

metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kolagen. Meningkatkan aktifiatas

substansi p sehingga meningkatkan noreceptor dan menimbulkan nyeri.

Gangguan gerak dan fungsi pada OA sendi lutut

Nyeri, nyeri pada OA lutut disebabkan oleh penkanan permukaan sendi yang

telah mengelupas rawan sendinya, sisa inflamasi berupa zat algogen yang

merupakan zat iritan nyeri, regangan jaringan lunak yang kontraktur, iritasi

jaringan lunak oleh osteofit

Kekakuan, kekakuan pada OA disebabkan oleh fregmentasi dan terbelahnya

kartilago persentian, lesi permulaan disusul oleh proses pemusnaan kartilago

secara progresif

Krepitasi, krepitasi atau bunyi “krek” pada sendi lutut disebabkan oleh

permukaan sendi yang kasar karena degradasi rawan sendi

Instabilitas, instabilitas sendi lutut disebabkan oleh penyempitan sela sendi, jarak

permukaan sendi menurun, ligamen lebih panjang dari sebelumnya

Kelemahan otot, adanya inaktivitas akibat imobilisasi dan keterbatasan gerakan,

penurunan jumlah motor unit dan aktifitas neurontransmiter, gangguan sirkulasi

10

Page 11: Lapkas Rehab Medik

pada otot serta berkurangnya kualitas otot akibat proses degenerasi dan penuaan

akan menyebabkan kelemahan otot

Deformitas, akibat kendornya kapsul ligamen atau penurunan elastisitas jaringan

lunak sekitar sendi

Mekanisme timbulnya nyeri pada OA lutut

Pada OA akan terjadi kerusakan tulang rawan sendi secara progresif, akibatnya

akan menipis, retak-retak dan akhirnya mengelupas. Apabila terjadi penekanan atau

gesekan pada permukaan sendi akan menimbulkan nyeri karena adanya benturan antara

tulang dengan tulang sehingga mengiritasi ujung saraf pada permukaan sendi tersebut.

Kerusakan yang terjadi pada persendian juga menimbulkan radang, dimana sel-sel akan

melepaskan zat algogen (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga terjadi

penumpukan zat-zat tersebut. Sementara zat-zat ini merupakan jenis zat iritan yang

dapat meningkatkan sensitifitas noreseptor sehingga menimbulkan nyeri.

Adanya osteofit atau pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan

sendi atau pada tepi persendian akan mengakibatkan iritasi pada jaringan lunak dan

saraf sekitar persendian tersebut akhirnya menimbulkan nyeri. Rasa nyeri pada lutut

akan menghambat atau menggangu terjadinya suatu gerakan sehingga penderita

cenderung tidak menggerakan sendinya (hipomobile). Pada tahap ini akan terjadi proses

penurunan mikrosirkulasi, penurunan kadar cairan glikoaminoglikan, penurunan

elastisitas jaringan lunak sekitar sendi oleh adanya fibrosis yang disebabkan oleh

pembentukan dan penimbunan kolagen yang berlebihan yang menbentuk pola acak

sehingga mengakibatkan terjadinya kapsula kontraktur dan menimbulkan nyeri regang

dan spasme otot.8

7. Klasifikasi diagnosis OA berdasarkan kriteria American College of Rheumatology

(ACR)2

Kriteria diagnosis OA lutut

11

Page 12: Lapkas Rehab Medik

Klinis Klinis dan Laboratorik Klinis dan Radiografi

Nyeri lutut + minimal 3

dari 6 kriteria berikut :

Nyeri lutut + minimal 5

dari 9 kriteria berikut :

Nyeri lutut + minimal 1

dari 3 kriteria berikut :

Umur > 50 tahun Umur > 50 tahun Umur > 50 tahun

Kaku pagi < 30

menit

Kaku pagi < 30

menit

Kaku pagi < 30

menit

Krepitus Krepitus Krepitus + osteofit

Nyeri tekan Nyeri tekan

Pembesaran tulang Pembesaran tulang

Tidak teraba panas

pada perabaan

sinovium dan sendi

lutut

Tidak teraba panas

pada perabaan

sinovium dan sendi

yang terkena

LED < 40 mm/jam

RF < 1 : 40

Analisis cairan

sendi normal

Kriteria diagnosis OA tangan

Berdasarkan kriteria klinis

Nyeri, ngilu dan kaku pada tangan + minimal 3 dari 4 kriteria dibawah ini :

Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang kedua

dan ketiga

Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi proksimal interfalang

kedua dan ketiga

Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi pertama

karpometakarpofalang kedua tangan

Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada 2 dari kriteria

diatas

Kriteria diagnosis OA panggul

Kriteria Klinis dan Laboratoris Kriteria Klinis, Laboratoris,

Radiologis

Nyeri pada sendi panggul + minimal Nyeri pada sendi panggul + minimal 2

12

Page 13: Lapkas Rehab Medik

satu dari dua kriteria berikut : dari 3 kriteria berikut :

Rotasi internal sendi panggul <

15º disertai LED ≤ 45 mm/jam

atau fleksi sendi panggul ≤ 115º

(jika LED sulit dilakukan)

LED < 20 mm/jam pertama

Rotasi internal sendi panggul ≥

15º disertai nyeri terkait

pergerakan rotasi internal sendi

panggul, kekakuan sendi

panggul pagi hari ≤ 60 menit dan

usia ≥ 50 tahun

Osteofit pada femoral dan atau

asetabulum pada gambaran

radiologis

Penyempitan celah sendi secara

radiologis (superior, axial, dan

atau medial)

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi foto polos lutut

Pemeriksaan laboratorium darah

Analisa cairan sendi

Pemeriksaan Radiologis

Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &

Lawrence:

13

Page 14: Lapkas Rehab Medik

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 2. Kriteria Kellgren and Lawrence

(A) Derajat 1 . (B) Derajat 2. (C) Derejat 3. (D )Derajat 4.9

1. Derajat 0 : radiologi normal.

2. Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.

3. Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.

4. Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis

sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.

5. Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis

yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.9

9. Penatalaksanaan2

Penatalaksanaan OA dimodifikasi bedasarkan guideline ACR

Tahap pertama

Terapi Non farmakologi

A. Edukasi pasien

B. Program penatalaksanaan mandiri: modifikasi gaya hidup

14

Page 15: Lapkas Rehab Medik

C. Bila berat badan berlebihan (BMI >25), program penuruna berat badan, minimal

penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25

D. Program latihan aerobik

E. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot-otot

(quadrisep) dan alat bantu gerak sendi

F. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi menggunakan splint

dan alat bantu gerak sendi untuk aktifitas fisik sehari-hari

Tahap kedua

Terapi farmakologis (lebih efektif dikombinasi dengan terapi nonfarmakologis diatas)

Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hinga sedang, dapat diberikan salah satu

obat berikiu ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberian obat tersebut:

a. Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari)

b. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)

Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang yang memiliki resiko pada

sistem pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit komorbid dengan

polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat perdarahan saluran cerna,

mengkonsumsi obat kortikosteroid dan aatau antikoagulan) dapat diberikan salah

satu obat berikut ini:

a. Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari)

b. masi non steroid (OAINS) topikal

c. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) non selektif dengan oemberia

obat pelindung gaster.

Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) harus dimulai degan dosis analgesik rendah

dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya bila dosis rendah respon kurang

efektif. Pemberian OAINS lepas bertahap (misalnya Na diklofenak SR75 atau

SR100) agar dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan

pasien.

Penggunaan misoprostol atau proton pump inhibitor dianjurkan pada penderita yang

memiliki faktor resiko kejadian perdarahan sistem gastroinstestinal bagian atas

dengan adnaya ulkus daluran pencernaan.

15

Page 16: Lapkas Rehab Medik

Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi, aspirasi dan

tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya triamsinolone hexatonide 40

mg) untuk penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat

diberikan, selain pemberian oabt anti inflamasi non steroid (OAINS).2

10. Tes-tes provokasi

Tes McMurray

Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi

meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa

memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian

ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-

lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut

diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.9

Gambar 3. Pemeriksaan McMurray.10

Anterior Drawer Test

Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum

anterior. Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut

fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka

akan terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor.

Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes

drawer positif.9

16

Page 17: Lapkas Rehab Medik

Gambar 4. Pemeriksaan Anterior Drawer Test.10

Posterior Drawer Test

Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja

menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.9

Gambar 5. Pemeriksaan Posterior Drawer Test.10

Lachman Test

Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira

dalam sudut 300, dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari

pemeriksaan menstabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung

distal dari tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang

tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.9

Gambar 6. Pemeriksaan Lachman.10

17

Page 18: Lapkas Rehab Medik

Appley Compresion Test

Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh

robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah

ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien.

Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar

(eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral garis

persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin ada.9

Gambar 7. Pemeriksaan Appley Compresion Test.10

Appley Distraction Test

Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada

persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley

Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah

keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan

endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.9

Gambar 8. Pemeriksaan Appley Distraction Test.10

Valgus Stress Test

18

Page 19: Lapkas Rehab Medik

Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada ligamen

collateral medial. Pemeriksaan dilakukan dengan memfleksikan sedikit sendi lutut.

Gunakan satu tangan untuk memfiksasi tungkai atas, sedangkan tangan yang lain

memberikan dorongan ke arah lateral (valgus stress) pada tungkai bawah. Hasil positif

bila terdapat jarak antara femur dan tibia sisi medial disertai rasa nyeri.

Varus stress test

Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada ligamen

collateral lateral. Pemeriksaan dilakukan dengan memfleksikan sedikit sendi lutut.

Gunakan satu tangan untuk memfiksasi tungkai atas, sedangkan tangan lain untuk

memberikan dorongan ke arah medial (varus stress) pada tungkai bawah. Hasil positif

bila terdapat jarak antara femur dengan tibia sisi lateral disertai rasa nyeri.

BAB III

LAPORAN KASUS

19

Page 20: Lapkas Rehab Medik

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. S. W

Umur : 87 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Noongan, Langowan Barat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)

Agama : Kristen Protestan

Tanggal Pemeriksaan : 7 Juli 2015

ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Nyeri pada lutut kanan dan kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri lutut kanan dan kiri dialami penderita sejak 10 tahun yang lalu, nyeri pertama

kali dirasakan pada lutut kanan terutama jika dingin, setelah istirahat atau duduk lama,

berjalan jauh dan naik turun tangga. Tetapi pada satu minggu terakhir ini bertambah nyeri

bila penderita berjalan terlalu jauh dan berdiri terlalu lama, nyeri berkurang jika penderita

istirahat dan minum obat penghilang nyeri. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk,

nyeri tidak menjalar, hanya pada lutut. Lutut juga terasa kaku pada pagi hari kurang

lebih 10 menit. Nyeri dirasakan bergantian antara lutut kanan dan lutut kiri. Penderita

mendengar ada bunyi “krek” pada lutut saat akan mulai berjalan. Buang air besar dan

buang air kecil seperti biasa. Riwayat bengkak dan kemerahan pada lutut tidak ada.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Peningkatan berat badan dirasakan penderita setelah melahirkan anak keempat ± 50

tahun lalu. Riwayat penyakit asam urat diketahui penderita sejak 10 tahun terakhir dan

penderita teratur mengkonsumsi obat allopurinol. Riwayat penyakit hipertensi, jantung,

ginjal, hati belum pernah dialami penderita.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

20

Page 21: Lapkas Rehab Medik

5. Riwayat Kebiasaan

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja memasak.

Dulunya penderita biasa mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengangkat air,

namun sudah berhenti karena usia lanjut. Kebiasaan berkebun tidak ada, olahraga tidak

ada, dan tidak merokok.

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang janda, yang tinggal dirumah tradisional2 lantai dengan

kamar mandi yang terletak di sebelah kamar. Penderita tinggal bersama anaknya dan

mempunyai 4 anak yang sudah berkeluarga. Suami penderita adalah seorang pensiunan

tentara.Waterclosed (WC) yang digunakan adalah WC duduk. Sumber air adalah sumur

bor atau pompa. Sumber listrik berasal dari PLN. Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya

pengobatan ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan kesehatan masyarakat

(ASKES).

7. Riwayat Psikologis

Penderita merasa cemas dengan nyeri yang dirasakan, karena mengganggu

aktivitas kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya. Karena nyeri yang dirasakan penderita

tidak dapat berjalan dan berdiri lama. Penderita bersifat terbuka dan komunikatif.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

Tanggal 30Juni 2015

Keadaan Umum : Karnofsky Performance Scale: 70(mampu merawat diri sendiri, tetapi

tidak dapat beraktivitas normal atau bekerja)

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5

Tanda vital : Tekanan darah = 140/90 mmHg

Nadi = 88 kali/menit, reguler, isi cukup

Respirasi = 22 kali/menit

Suhu badan = 36,5OC

Berat badan : 69 kg

Tinggi badan : 149 cm

21

Page 22: Lapkas Rehab Medik

Indeks massa tubuh : 31,08 (Obese 2)

Visual Analogue Scale (VAS) genu dexstra, 7 juli 2015

0 X 10

5 (Dinamis)

Visual Analogue Scale (VAS) genu sinistra, 7 juli 2015

0 X 10

8 (Dinamis)

Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),

Pupil bulat isokor Ø 3 mm kiri = kanan,

Refleks cahaya langsung (+/+),

Refleks cahaya tidak langsung (+/+)

Leher : Trakea letak tengah,

Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks :

Cor : I: Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis tidak teraba

P: Batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis dextra

Batas jantung kiri ICS V linea midclavikularis sinistra

A: SuaraI-II normal, bising (-), gallop (-)

Pulmo : I: Simetris kiri=kanan, retraksi (-)

P: Stem fremitus kiri=kanan

P: Sonor kiri=kanan

A: Suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-)

Abdomen : I: Cembung

P: Lemas, nyeri tekan (-), Hepar/Lien: Tidak teraba

P: Timpani

A: Bising usus (+) normal

Ekstremitas :Akral hangat, edema (-)

2. Status Lokalis

Extremitas inferior regio genu dekstra dan sinistra :

22

Page 23: Lapkas Rehab Medik

Inspeksi : Rubor (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-)

Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (+/+)

Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), terbatas pada genu sinistra.

3. Pemeriksaan Neuromuskular

Ekstremitassuperior Ekstremitas inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Gerakan Normal Normal Normal Normal

Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/sde/5/5

(nyeri)

Tonus otot Normal Normal Normal Normal

Refleks Fisiologis + N + N + N + N

Refleks Patologis - - - -

Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

4. Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra

Dextra Sinistra

Normal

Aktif Pasif Aktif Pasif

Fleksi 0-135º 0-135º 0-100º Sde

(nyeri))

1350

Ekstensi 0-0º0-0º

0-0º Sde

(nyeri)

00

Dextra Sinistra Normal

ALL 87 87

TLL 81 81

Q angle 140 140 13-18º

Lingkar Paha 63 63

Lingkar Betis 51 51

5. Tes Provokasi

23

Page 24: Lapkas Rehab Medik

Jenistes Dextra Sinistra

Ballotement - Sde (nyeri)

Medial stress test - Sde (nyeri)

Lateral stress test - Sde (nyeri)

Anterior drawer - Sde (nyeri)

Posterior drawer - Sde (nyeri)

Lachman - Sde (nyeri)

McMurray - Sde (nyeri)

Appley compression - Sde (nyeri)

Appley distraction - Sde (nyeri)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (28 Mei 2015)

MCH : 31 pg

MCV : 93 fl

MCHC : 33 gr/dL

Leukosit : 5.333 / uL

Eritrosit : 4,43 ×106/uL

Hb : 13,6 gr/dL

Ht : 41,3%

Trombosit : 148.000uL

Ureum : 26 mg/dL

Creatinin : 0,7 mg/dL

GDP : 107mg/dL

Asam urat : 7,5 mg/dL

Kolesterol total : 174 mg/dL

HDL : 53 mg/dL

LDL : 98 mg/dL

Trigliserida : 113 mg/dL

24

Page 25: Lapkas Rehab Medik

Protein total : 7,38 mg/dL

Albumin : 4,32 gr/dL

Globulin : 3,06 g/dL

Pemeriksaan Laboratorim (16 Juni 2015)

Fosfor : 3,6 mg/dL

SGOT : 33 U/L

SGPT : 16 U/L

Natrium : 143 mEq/L

Kalium : 4,72 mEq/L

Klorida : 104,2 mEq/L

Magnesium : 1,92 mg/dL

Kalsium : 9,26 mg/dL

Resume

Wanita 87 tahun, dengan keluhan utama nyeri lutut kanan dan kiri, nyeri bersifat

hilang timbul. Kaku pagi hari (+) ± 10 menit, riwayat lutut berbunyi “krek” (+), riwayat asam

urat (+).

Tanda vital TD : 140/90 mmHg, N : 88 kali/menit, regular, isi cukup, R : 22 kali/menit, S :

36,5ºC, IMT 31,08 (obese 2),VAS dextra 5, VAS sinistra 8.

Krepitasi (+/+), nyeri tekan (+) sinistra, keterbatasan LGS lutut sinistra fleksi aktif : 0-

100º(karena nyeri).

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Osteoartritis genu dekstra et sinistra

Diagnosis Topis : Kartilago subkondral

Diagnosis Etiologi : Degeneratif

Diagnosis Fungsional :

a. Impairment : Nyeri genu dekxtra et sinistra

b. Disability : Gangguan Aktifitas kehidupan sehari-hari(AKS) tidak bisa

berjalan dan berdiri dalam waktu yang lama

c. Handicap : (-)

Advice : Konsul poli gizi

PROBLEM REHABILITASI MEDIK

1. Nyeri genu sinistra(VAS = 8)

25

Page 26: Lapkas Rehab Medik

2. Nyeri genu dextra (VAS = 5)

3. Gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari (berdiri dan berjalan lama)

4. Kecemasan

TATALAKSANA

1. Program Pengobatan :

Paracetamol 3x500 mg (jika nyeri)

2. Program Rehabilitasi Medik.

a. Fisioterapi

1) Evaluasi :

a) Nyeri lutut (VAS genudextra = 5, VAS genu sinistra = 8)

b) Keterbatasan LGS (Genu sinistra fleksi aktif 0 – 100º, fleksi pasif sukar

dievaluasi, ekstensi pasif sukar dievaluasi karena nyeri)

2) Program:

a) TENSgenu sinistra

b) Diberikan latihan penguatan pada m.quadriceps dextra et sinistrasetelah

nyeri berkurang

c) Peregangan pada m. hamstring dextra et sinistra setelah nyeri berkurang

d) Latihan LGS pada genu dextra et sinistra

b. Okupasi terapi

1) Evaluasi :

a) Gangguan AKS (berdiri, berjalan)

2) Program:

a) Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan

prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint protection).

b) Edukasi lingkungan rumah

c. Ortotik Prostetik

1) Evaluasi :

a) Nyeri lutut kanan dan kiri

b) Gangguan AKS

c) Tidak terdapat deformitas tetapi terdapat masalah obesitas

2) Program:

26

Page 27: Lapkas Rehab Medik

Penggunaan knee brace untuk genu dextra et sinistra

d. Psikolog

1) Evaluasi : penderita merasa cemas dengan sakitnya.

2) Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di rumah dan

kontrol secara teratur, memberi dukungan mental kepada penderita dan

keluarga agar tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya.

e. Sosial medik

1) Evaluasi:

a) Tempat tinggal dengan rumah 2 lantai

b) Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung oleh

pemerintah menggunakan jaminan kesehatan masyarakat (ASKES).

2) Program:

a) Memberikan edukasi pada penderita untuk memindahkan kamar tidur di

lantai dasar.

b) Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penyakit

penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin melakukan

terapi dan home program.

f. Home program atau edukasi

1) Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun

tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama.

2) Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).

3) Kompres dengan es pada lutut.

4) Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.

5) Mengurangi berat badan

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad Bonam

Quo ad fungtionam : Dubia

Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: Lapkas Rehab Medik

1. Koentjoro SL. Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Derajat

Osteoartritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrence. Dalam Karya Tulis Ilmiah. 2010.

Hal. 2-5

2. Kalim H, dkk. Diagnosis dan penatalaksanan osteoartritis. Dalam buku rekomendasi

IRA untuk diagnosis dan penatalaksanaan osteoartritis, hal 1-42.

3. Adriyasa K, Putra TR. Kolerasi Antara Derajat Beratnya Osteoarthritis Lutut dan

Cartilage oligomeric matrix protein serum. J Peny Dalam. Vol 13: 1; 10-19

4. Bunga PA. Pengelolaan Pasien Osteoarthritis Genu, Hipertensi grade II dan Obesitas

grade I Dengan Pendekatan Medis dan Perilaku. Medula. Vol 1: 3;52-60

5. Karma A. Penggunaan Knee Brace Menghambat Deformitas Pada Osteoartritis.

Jurusan Ortotik Prostetik, Polterkes Kemenkes, Jakarta (cited 30 juni 2015)

6. Lukum EM, Ilyas M, Murtala B. Hubungan Derajat Nyeri Berdasarkan Visual

Analogue Scale (VAS) dengan Derajat Radiologik Berdasarkan Kellgren Lawrence

Score pada Foto Konvensional Lutut Pasien Osteoarthritis Sendi Lutut.

7. Redyantoro. Modul Pelatihan Osteoarthritis Sendi Lutut untuk Tenaga Fisioterapi di

Puskesmas. Handicap International , Yogyakarta 2013: hal. 1-12

8. Suriani S, Lesmana I. Latihan Theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada

latihanquardricep bench pada osteoarthritis genu. Jurnal Fisioterapi. Vol 13: 1;47-50

9. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison‟smanual of

medicine 15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.

10. Pain exercises. Knee Pain Exercise. (online). (cited 2015 june30). Available

from:http//Painexercise.net.

28