rehab medik autisme

22
DISUSUN OLEH : SITI PUTERI MIBE KUNTO 04101401049 PEMBIMBING : DR. HAIDAR NASUTION AUTISME

Upload: rohayu-asnawi

Post on 10-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Rehab Medik Autisme

TRANSCRIPT

DISUSUN OLEH :SITI PUTERI MIBE KUNTO

04101401049

PEMBIMBING :DR. HAIDAR NASUTION

AUTISME

Definisi

Gangguan perkembangan yang komplek, dengan keterlambatan dalam kemampuan interaksi sosial, komunikasi timbal balik, serta adanya perilaku berulang tanpa tujuan (stereotipik) disertai minat yang terbatas. Gejala sudah tampak sebelum usia 3 tahun.

Etiologi

Penyebabnya belum diketahuiTeori psikoanalitik

Anak berprilaku sesuai dengan bagaimana orang tua tersebut berperilaku terhadap anak tersebut

Genetik Laki-laki lebih banyak menderita autisme. Keluarga (+)

3% menderita autisme juga . Gangguan pada gen pembentuk metalotianin.

Studi biokimia dan riset neurologis Gangguan perkembangan amygdala dan hypocampus

yang berperan pada emosi, agresi, sensory input, dan belajar. Kadar serotonin meningkat pada autisme

Gejala Autisme

Isolasi sosial menghindar kontak mata, tidak melihat jika dipanggil,

menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri.

Kelemahan kognitif Sebagian besar (± 70%) anak autis mengalami retardasi

mental (IQ < 70)

Kekurangan dalam bahasa Lebih dari setengah anak autis tidak dapat berbicara,

yang lainnya hanya mengoceh, merengek, menjerit, atau menunjukkan ekolali. Tidak dapat komunikasi 2 arah. Membuat kata baru

Tingkah laku stereotip

Kriteria diagnosis Kriteria diagnosis PPDGJ III PPDGJ IIIAUTISME MASA KANAKAUTISME MASA KANAK

Ditandai kelainan kualitatif dalam :

1) Interaksi sosial yang timbal balik2) Pola komunikasi3) Minat dan aktivitas yang terbatas,

stereotipik, berulang

Gangguan muncul sebelum usia 3 tahun

Cont..Cont..

A. Minimal satu dari area dibawah ini terganggunya/ abnormalitas perkembangan:

1. Kemampuan dalam bahasa reseptif dan ekspresif dalam komunikasi sosial

2. Perkembangan kelekatan sosial yang selektif atau interaksi sosial timbal balik

3. Kemampuan menggunakan mainan sesuai fungsinya atau bermain pura-pura

B. Minimal ada 6 gejala total dari 1, 2 dan 3 dengan sedikitnya 2 gejala dari 1 dan satu gejala dari masing-masing 2 dan 3

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik

Dalam perilaku nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan bahasa isyarat untuk mengadakan interaksi sosial

Gagal membangun relasi dengan sebaya yang sesuai dengan taraf perkembangan.

Tidak ada keinginan untuk berbagi kesenangan dengan anak lain.

Tidak ingin mengadakan hubungan sosial dan emosional timbal balik.

2. Gangguan dalam berkomunikasi :

Keterlambatan dalam perkembangan berbicara (tetapi tidak disertai dengan usaha untuk mengkompensasi lewat bahasa isyarat atau mimik)

Gangguan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain

Penggunaan bahasa yang stereotipik dan adanya pengulangan atau bahasa yang aneh.

Kurangnya variasi dan spontanitas dalam bermain pura-pura atau permainan imitasi sosial yang sesuai taraf perkembangannya.

3. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, repetitif dan stereotipi :

Preokupasi dengan satu atau lebih pola perilaku/minat yang stereotipik.

Keterikatan yang kaku terhadap rutinitas dan ritual khusus yang tidak bermanfaat.

Manerisme motorik yang stereotipik dan repetitif.

Deteksi Dini

CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)

Skizofrenia dengan onset masa anak-anak Disertai gejala schizofren berupa waham dan

halusinasiSindroma Rett

Banyak mengenai perempuan, perkembangan normal sampai 5 bulan lalu mundur.

Sindroma Asperger Intelegensia lebih baik daripada autis dan

gangguan bahasa ringanRetardasi Mental

Hanya terganggu intelegensianya.Gangguan Pendengaran

Diagnosis Banding

PENATALAKSANAAN

1. Terapi perilaku. Biasanya diawali dengan “satu anak satu pelatih”, kemudian

beberapa anak bisa digabung sesuai tingkat kemampuannya

2. Terapi biomedis. Psikotropika risperidon atau haloperidol Medikamentosa lain sesuai kondisi anak masing-masing atau bila

ada komorbiditas dengan gangguan lain. Pengaturan diet hindari makanan mengandung casein (protein

pada susu mamalia) dan gluten (protein pada gandum) Pemberian enzym pencernaan bila obstipasi atau diare kronik Pemberian vitamin A, B6, B12, asam folat, C dan E sesuai

kebutuhan harian Pemberian mineral: Ca, Mg. Zn dan selenium sesuai kebutuhan

DIET

Alergi dan intoleransi makanan dapat mempunyai efek pada gejala autisme. Banyak orang tua menginformasikan bahwa apabila menghindari susu, gandum, jagung, chocolate dan tomat, anak-anaknya menunjukkan perbaikan behaviour. Untuk menggantikan susu dapat diganti dengan suplement Ca untuk pertumbuhan tulang dan fungsi syaraf

Hubungan diet bebas gluten dan bebas casein

Tingginya mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung gluten dan casein maka akan semakin tinggi terjadi perilaku autis.

Hal ini disebabkan oleh tidak sempurnanya proses pemecahan protein yang terkandung dalam gluten dan casein.

Gluten dan casein adalah bagian dari asam amino rantai pendek yang biasa juga disebut peptide. Keadaan normal peptide hanya diabsorbsi sedikit oleh tubuh dan sebagian besar dibuang melalui feses Namun tidak demikian dengan penderita autis.

Cont..

Hipermeabilitas mukosa usus peptide meningkat sebagian peptide di absorpsi ke sirkulasi darah dan sebagian lagi menuju otak menempel pada reseptor opiod di otak dan berubah fungsi seperti morfin.

Peptide gluten akan membentuk gluteomorphin / gliadimorphin dan peptide casein akan membentuk casemorphin mempengaruhi SSP gangguan perilaku.

Terapi perilaku metode Lovaas (kombinasi)

Kemampuan memperhatikan Program ini terdapat dua prosedur. Pertama melatih anak untuk

bisa memfokuskan pandangan mata pada orang yang ada di depannya atau disebut dengan kontak mata. Yang kedua melatih anak untuk memperhatikan keadaan atau objek yang ada disekelilingnya.

Kemampuan menirukan Pada kemampuan imitasi anak diajarkan untuk meniru gerakan

motorik kasar dan halus. Selanjutnya, urutan gerakan, meniru gambar sederhana atau meniru tindakan yang disertai bunyi-bunyian.

Bahasa reseptif Melatih anak agar mempunyai kemampuan mengenal dan bereaksi

terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata.

Bahasa ekspresif Melatih kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya,

dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau berkomunikasi verbal.

Kemampuan praakademis Melatih anak untuk dapat bermain dengan benar, memberikan

permainan yang mengajarkan anak tentang emosi, hubungan ketidakteraturan, dan stimulus-stimulus di lingkungannya seperti bunyi-bunyian serta melatih anak untuk mengembangkan imajinasinya lewat media seni seperti menggambar benda-benda yang ada di sekitarnya.

Kemampuan mengurus diri sendiri Program ini bertujuan untuk melatih anak agar bisa memenuhi

kebutuhan dirinya sendiri. Pertama anak dilatih untuk bisa makan sendiri. Yang kedua, anak dilatih untuk bisa buang air kecil atau yang disebut toilet traning. Kemudian tahap selanjutnya melatih mengenakan pakaian, menyisir rambut, dan menggosok gigi.

Cont..

Terapi tambahan sesuai kondisi masing-masing kasus:

Terapi wicara Terapi okupasi Terapi sensori integrasi Terapi musik/ terapi seni

Peran khusus dari terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk berkomunikasi Berbicara:

Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll).

Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication):Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa:

a. penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal)

b. Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa bagi yang memang nonverbal

Terapi Wicara

Adalah terapi untuk memberikan latihan penguatan, korrdinasi otot, latihan melakukan ADL dengan menggunakan alat, permainan atau simulai serta edukasi.

Latihan ADL : menulis, makan, minum, memakai pakaian dll bertujuan untuk melatih fungsi tangan dan motorik halus serta koordinasi.

Terapi Okupasi

Prognosa

Prognosa tidak dapat diprediksi. Respon terhadap terapi sangat bervariasi. Sebagian individu bisa mandiri, sebagian perlu lingkungan yang bisa mendukung. Anak dengan intelegensia lebih tinggi, perkembangan bahasa dan kemampuan bermainnya juga lebih baik. Anak yang mempunyai IQ kurang dari 50, prognosanya jelek

TERIMA KASIH