lapkas bangsal jiwa
DESCRIPTION
psiaktriTRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. SK
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 15 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan Terakhir : SMP kelas 3 tidak tamat
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Langensari - Banjar
Tanggal Masuk RS : 27Oktober 2014
II. RIWAYAT PERAWATAN
a. Rawat Jalan : Belum pernah
b. Rawat Inap :Belum Pernah
III. RIWAYAT PSIKIATRI
ALLOANAMNESIS
Tanggal : 27 Oktober 2014
Nama : Tn. Mujiman
Hubungan dengan pasien : Bapak kandung, akrab, dapat dipercaya
Keluhan Utama
Berbicara sendiri
1
Riwayat Penyakit Sekarang
(Alloanamnesa)Pasien dibawa ke Rumah Sakit pada tanggal 27 Oktober 2014 oleh keluarga
pasien dikarenakan pasien sering berbicara sendiri.
1 tahun yang pasien ingin sekali dibelikan telepon genggam, lalu pasien meminta
kepada kedua orang tuannya namun pada saat itu kondisi sudah terlalu malam dan orang
tua pasien berencana ingin membelikan hp besok hari, namun pasien memaksa ingin
dibelikan telepon genggam pada saat ini juga, karena pasien tidak sabar dan ingin
dibelikan telepon genggam pada saat ini juga lalu pasien berebut telepon genggam milik
adiknya dan adiknya pun tidak meminjamkan lalu pasien sempat bertengkar dengan adik
pasien dan adik pasien secara tidak sengaja memukul kepala pasien, sejak saat itu lah
pasien sering menjadi orang yang lebih pendiam, pasien jadi tidak mau makan, tidak mau
minum, sering melamun, tidak mau berbicara, suka berbicara sendiri, suka tertawa
sendiri, mengaku sering melihat bayangan 3 orang, sering menangis sendiri, pasien
pernah ingin bunuh diri dengan cara mencoba terjun ke sungai, pasien juga sering kurang
tidur, karena keluhan tidak mau makan kemudian pasien dirawat di RS Banjar di ruang
dahlia dan dirawat oleh penyakit dalam, pasien sempat di CT SCAN kepala dan hasilnya
normal, kemudian pulang dari RS sakit kondisi pasien membaik dan pasien bisa
beraktifitas seperti biasa.
5 bulan sebelum pasien dibawa ke RSUD Banjar pasien sedang mengikuti ujian
praktek di sekolahnya dan ingin mengikuti ujian nasional, pasien kembali bergejala
namun gejala yang ini keluarga pasien mengaku lebih parah dari pada yang sebelumya,
keluarga pasien mengaku pasien sering berada dalam kamar dan sering berbicara sendiri,
dan mengaku bayangan 3 orang lebih sering datang, dan pasien sering mengaku berpuasa
hampir 70 hari, dan ketika disuruh makan oleh orang tua pasien pasien mengaku sedang
berpuasa namun berpuasanya tidak dengan berbuka diwaktu maghrib, pasien berpuasa
sepanjang hari dan ketika mium pasien hanya seperti orang berkumur dan kemudian
membangnya kembali.
1 hari sebelum dibawa ke RSUD Banjar menurut pengakuan ayahnya pasien
sempat ingin melakukan tindakan bunuh diri dengan cara terjun kesungai untuk kedua
2
kalinya, lalu keluarga pasien membawanya ke poli klinik jiwa RSUD banjar untuk
ditangani lebih lanjut.
(Autoanamnesa)
Pasien sulit untuk di ajak berkomunikasi, ketika ditanya pasien bersikap seperti
anak kecil dengan bermain kincir angin ditangannya pasien sering tertawa dan bicara
sendiri, pasien jika ditanya hanya mengangguk saja dan berbicara seperti orang
bergumam, ketika ditanya “sudah sekolah atau belum?” pasien menjawab “sudah” sambil
bergumam, dan ketika ditanya lagi “sudah kelas berapa?” pasien tidak bisa menjawab,
ketika ditanya berapa umurnya pasien pun tidak bisa menjawab.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Gangguan psikiatrik
Pasien tidak mempunyai penyakit psikiatri sebelumnya.
b. Gangguan Medik
Pasien pernah sakit di rumah ±5 tahun yang lalu ( ketika pasien sd kelas 6 ),
pasien demam tinggi sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur, namun keluarga
pasien tidak membawa pasien ke RS, pasien hanya di rawat di rumah saja oleh
seorang kiai setempat selama sebulan, selama sakit di rumah keluarga pasien
menyangkal adanya kejang dan kemudian pasien sembuh dan beraktifitas seperti
biasa.
c. Gangguan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif, alkohol dan merokok.
Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Perkembangan Prenatal dan Perinatal
Pasien dilahirkan dalam keadaan yang sehat tidak ada trauma saat kehamilan dan
saat kehamilan ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, pada saat persalinan
ibu pasien ditolong oleh bidan.
3
b. Riwayat Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal (0 – 3 tahun)
Perkembangan fisiknya cukup baik, pola perkembangan motorik juga
baik.Riwayat tumbuh kembang pasien baik (sesuai dengan usianya).
c. Riwayat Kanak-kanak Pertengahan ( 3 – 11 tahun)
Pasien merupakan anak yang pendiam. Sejak sekolah, pasien tidak terlalu
memiliki banyak teman, tidak pernah berkelahi / bermasalah di sekolah dan
lingkungan tempat tinggal. Prestasi di sekolah biasa saja.
d. Riwayat Masa Pubertas dan Remaja
Hubungan sosial
Sikap pasien terhadap orangtua, adik kandung, kerabat, dan tetangga cukup baik.
Pasien dapat bergaul dengan baik dengan teman – temannya.
Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien sampai SMP kelas 3 tidak tamat.
Perkembangan kognitif
Pasien tidak memiliki gangguan belajar, prestasi belajar dinilai biasa saja.
Perkembangan motorik
Selama ini dirasa baik dan normal. Pasien mampu melakukan aktivitas dan
kegiatan sehari-hari dengan baik seperti makan, minum, toilet, dan kebersihan
diri.
Perkembangan emosi dan fisik
Pasien dinilai memiliki emosi yang biasa saja, kadang senang kadang juga sedih.
Riwayat psikoseksual
Pasien belum pernah mempunyai pacar, dan adik pasein mengaku disekolah
pasien juga tidak sering bergul dengan teman laki-laki.
4
e. Riwayat Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan
Pasien seorang siswa yang tidak lulus SMP dan tidak melanjutkan sekolahnya
karena masalah kejiwaanya yang sekarang.
Riwayat pernikahan
Pasien belum pernah menikah sama sekali.
Riwayat keagamaan
Pasien sangat rajin beribadah.
Riwayat aktivitas sosial
Pasien bergaul cukup dengan teman-temannya.tidak punya banyak teman,dan
jarang membawa teman temannya ke rumah, pasien juga lebih senang
menyendiri.
Riwayat hukum
Pasien tidak pernah bermasalah secara hukum.
f. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adikpasien berumur 14
tahun perempuanyang berinisial Z bersekolah ditempat yang sama dengan pasien,
ayah pasienbekerja sebagai buruh bangunan di Banjar. Ibu pasien bekerja sebagai
Ibu rumah tangga.Kehidupan rumah tangga orang tua pasien harmonis.
g. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama ibu dan ayah serta adik.Pasien anak yang rajin dan
tidak pernah melawan orangtuanya.Pasien cukup dekat dengan
keluarganya.Ketika di rumah pasien sering membantu ibu membereskan rumah.
Adik pasien saat ini tinggal dirumah bersama kedua orang tuanya.
Berdasarkan home visit ke rumah pasien pada hari Kamis 06November
2014 didapatkan : Rumah yang ditinggali pasien adalah milik keluarga pasien
5
sendiri. Kondisi rumah pasien tampak dari luar terbuat dari semen dan tampak
dari dalam terbuat dari semen sudah di cat berwarna biru diseluruh bagian luar
dan dalam rumah, rumah dengan luas 20 x 20 m, berada ditepi jalan desa.
Beratapkangenteng, terdiri dari 3kamar tidur, 1 ruang keluarga dan ruang tamu , 1
dapur dan 1 kamar mandi.
Rumah terbilang cukup jika hanya untuk tempat tinggal yang dihuni oleh
4 orang. Lantai rumah terpasang keramik. Perabotan yang ada dirumah yaitu 1 TV
21”, 1 meja tamu, 1 buffet, 4 tempat duduk yang berbentuk “L” berada di ruang
keluarga dan 1tempat tidur yang terbuat dari besi berkasur busa yang terdapat
disetiap kamar rumah.
Sirkulasi udara didalam rumah baik. Akses jalan menuju rumah pasien
memadai dikarenakan di samping jalan. Pasien mempunyai 1 kendaraanmotor.
Jarak antara rumah pasien dengan tetangga sekitar 4-5 meter.
h. Tanggapan keluarga setelah pasien dirawat
Keluarga inti tidak merasa malu memiliki keluarga yang dirawat di RSUD Banjar.
Keluarga menyadari sepenuhnya bahwa pasien sedang sakit dan perlu perawatan
khusus di RSUD untuk penyakitnya. Keluarga optimis pasien akan sembuh dari
gangguan jiwanya khususnya ibunya yang tampak sangat sayang kepada pasien.
6
i. Tanggapan tetangga sekitar rumah setelah pasien dirawat
Tetangga sekitar rumah pasien mendukung pasien dan masih optimis bahwa
pasien bisa sembuh. Tetangga sekitar mayoritas tidak menganggap pasien gila,
tetapi masih ada tetangga yang menganggap pasien gila, tetapi hanya minoritas.
IV. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien seorang perempuan,dengan tinggi 155 cm dan berat badan 40 Kg. Pasien
berkulit sawo matang, menggunakan baju yang disediakan oleh RSUD Banjar.
Pasien saat itu menggunakan pakaian rawat inap bangsal tanjung,berwarna hijau.
Cara berjalan pasien tampak tidak percaya diri pasien mempunyai kebiasaan
dengan menaruh tangan kanannya di bawah dagu memperlihatkan
ketidakpercayaan dirinya.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien nampak sedih, perhatian pasien kurang baik, tidak berminat untuk
diwawancara. Konsentrasi pasienkurang baik.Namun,saat ditanya pasien selalu
terlihat bingung. Saat ditanya mengenai keluarga pasien bisa menjawab dengan
benar.
Pembicaraan ( speech )
Cara berbicara : Spontan, namun bergumam
Volume berbicara : Kecil
Kecepatan berbicara : normal
Gangguan berbicara : Tidak ada afasia, tidak ada disartria, tidak ada ekolalia.
7
B. Alam Perasaan
Mood : Sedih
Afek : Depresif, Irritable
Kesesuaian : Sesuai
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi
o Auditorik : Tidak Ada
o Visual : Ada
o Taktil : Tidak ada
o Gustatorik : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
D. Gangguan Pikir
o Bentuk Pikir : Autistik(+), dereisme (-)
o Proses Pikir
o Produktivitas : Terbatas
o Kontinuitas
Assosiasi longgar : Ada
Inkoherensia : Tidak ada.
Neologisme : Tidak ada.
Flight of Idea : Tidak ada.
8
Sirkumstansial : Tidak ada.
o Isi pikir
o Gangguan isi pikiran : Terbatas
Waham
Bizarre : Tidak ada
Persekutorik/paranoid : Tidak ada
Curiga : Ada
Kejar : Tidak ada
Referensi : Tidak ada
Kebesaran : Tidak ada
Thought of insertion : Tidak ada
Thought of broadcasting : Tidak ada
Thought of withdrawal : Tidak Ada
Delution of control : Ada
Obsesi : Tidak ada
E. Sensorium dan Kognitif
Kesadaran : Composmentis
Orientasi :Baik
o Waktu (pasienmampu menyatakan sekarang ini siang/sore/malam)
o Tempat (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di RS)
9
o Orang (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh Dokter (Dokter
Muda)
o Daya ingat : Kurang
o Daya ingat jangka panjang kurang (pasien tidak dapat mengingat alamat
rumah, nama sekolah SD, SMP)
o Daya ingat jangka pendek kurang (pasien dapat mengingat menu sarapan
pagi tadi dan namun tidak dapat mengingat nama dokter muda kemarin)
o Daya ingat yang baru-baru ini terjadi (pasien dapat mengingat kapan ia
datang ke rumah sakit dan diantar oleh ayah dan tetangganya)
o Daya ingat segera kurang (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
wawancara saat itu, dan susah mengulang dengan baik urutan nama benda
“gelas, piring, sendok”)
Konsentrasi : Konsentrasi kurang
F. Daya Nilai
Daya nilai sosial : Baik
Menurut pasien mencuri adalah perbuatan tidak baik.
Uji daya nilai : Kurang
Misalnya jika pasien menemukan dompet (dengan identitas pemilik) dijalan
dan terdapat uang Rp. 1.000.000,- ia bingung untuk mengembalikan dompet
beserta uang tersebut kemana.
Daya nilai realitas: Baik
10
G. Reality Test Ability (RTA) : Terganggu
Karena pada pasien terdapat halusinasi visua maka pada pasien ini RTA dinilai
tidak baik.
H. Tilikan : Tilikan derajat I
Pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
V. IKHTISAR PENEMUAN YANG BERMAKNA
RTA : Terganggu
Mood : Sedih
Afek : Depresif, Irritable, sesuai
Gangguan persepsi : Halusinasivisual
Gangguanbentuk pikir : Tidak realistik, Autistik (+)
Gangguan proses pikir : Asosiasi longgar (+)
Gangguan isi pikir : Waham curiga (+)
Tilikan : Tilikan derajat I
Faktor stressor :- Keinginan untuk memiliki HP
- Ujian akhir sekolah
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :
AKSIS I : F33.3 Gangguan depresi berulang episode kini berat dengan gejala
pasikotik
DD/ F20.03 Skizofrenia Paranoid Episodik berulang
Terdapat gejala kehilangan minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi
(menurunnya aktivitas) disertai perasaan sedih dan tertekan
11
Terdapat halusinasi visual
Waham curiga
Tidak disebabkan gangguan original, intoksikasi obat
AKSIS II : Diagnosis tertunda
AKSIS III : Tidak ditemukan adanya penyakit medis.
AKSIS IV : Masalah lingkungan sosial
AKSIS V : GAF SCALE 1 tahun 80-71 & GAF SCALE Pemeriksaan 50-41
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I : F33.3 Gangguan depresi berulang episode kini berat dengan gejala
psikotik
DD/F20.03 Skizofrenia Paranoid Episodik berulang
AKSIS II : Diagnosis tertunda
AKSIS III : Tidak ada masalah medis
AKSIS IV : Masalah lingkungan sosial
AKSIS V : Global Assesment of Functioning (GAF) SCALE 1 tahun 80-71 & GAF
pemeriksaan 50-41
VIII. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik : Tidak ada.
b. Psikologi : Halusinasi visual, dan waham curiga
c. Sosial : Masalah Ujian sekolah
d. Keluarga : Keinginan untuk memiliki sesuatu dan tak terpenuhi dari
keluarga.
IX. PROGNOSIS
Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
o Keluarga pasien dan tetangga pasien masih mendukung pasien untuk sembuh.
Faktor - faktor yang mendukungkearah prognosis buruk:
12
o Pasien belum bisa menceritakan masalah sebenarnya kepada keluarga dan masih
tertutup terhadap keluarganya.
Kesimpulan prognosisnya adalah:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia
X. PENATALAKSANAAN
Rawat ruang isolasi tanpa fiksasi
Observasi agresivitas dan tentamen secuide
1. Farmakoterapi
Cepezet injeksi 50 mg ( 1/2 amp – 0 – 1 amp ) selama 3 hari.
Hari ke IV diganti oral :
Zofredal tablet 1 mg (1tab – 0 – 1tab)
Kalxetin tablet 10 mg ( 1tab – 0 – 0 )
Chlorpromazin tablet 100mg ( 0 – 0 – 1tab )
2. Terapi Psikoterapi
a. Memotivasi pasien agar minum obat teratur dan kontrol rutin setelah pulang dari
perawatan.
Dengan cara memberi tahu akibat yang terjadi apabila tidak rutin minum obat,
seperti : “Bapak/Ibu, harus rutin minum obat yang diresepkan oleh dokter,
karena apabila tidak rutin, gejala-gejala yang menyebabkan bapak/ibu dirawat
akan muncul kembali dan mungkin bapak/ibu akan dirawat kembali”
13
b. Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah
serta memberikan dorongan agar lebih terbuka bila mempunyai masalah dan
jangan memperberat pikiran dalam menghadapi suatu masalah.
Dengan cara agar tidak memendam masalah sendiri, bahwa dengan
berceritadengan keluarga akan membuat pasien lebih tenang dan
kemungkinan kambuh kecil.
c. Memberikan edukasi kepada pasien bahwa obat yang diminum tidak
menimbulkan ketergantungan justru sebagai pengontrol zat kimia di otak agar
gejala yang dialami pasien bisa terkontrol dan pasien bisa menjalani
kehidupan sehari-hari seperti sebelum sakit.
Hal ini sangat penting, karena banyak pasien merasa seperti berbeda dari
orang lain. Sehingga pasien merasa tidak pantas untuk berbaur ataupun
bekerja. Hal ini harus dicegah, karena sesungguhnya dengan melakukan
aktivitas rutin, seperti bekerja atau menyalurkan hobi, akan membantu
kesembuhan pasien.
3. Terapi Kognitif
Menjelaskan pada pasien tentang penyakit dan gejala-gejalanya, menerangkan
tentang gejala penyakit yang timbul akibat cara berfikir, perasaan dan sikap terhadap
masalah yang dihadapi.
Apabila tedapat beban pikiran yang berlebihan pada pasien akan menimbulkan
kekambuhan gejala lagi, walaupun pasien diterapi obat. Hal ini pentingnya
pengetahuan pasien tentang keadaan pasien tersebut.
4. Terapi Sosial
Melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RS agar ia
dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses terapi aktivitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi
individual, oleh karena itu untuk memimpinya memerlukan pengalaman dalam
14
psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya
dan menyerahkan kepada kelompok.
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat
kecemasannya sesuai, sehingga pasien terdorong untuk membuka diri dan tidak
menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari
suatu terapi aktivitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena
prosedurnya merupakan suatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan
mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setalah pasien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan
kemudian mempersilahkan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila
ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian
menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah
yang akan di bicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh
terapis atau usul pasien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja,
bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan
menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.
keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa pasien masih perlu mengikuti
terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar
mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu
mengatasi kemacetan.
Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan
dikeluarkan dan terapi aktivitas kelompokn berjalan terus dengan memberikan
penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang
datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru,
penasehat, atau bukan pula wasit.
Diakhir terapi aktivitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan
yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan.
Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan
berikutnya.
15
5. Terapi Keluarga
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit pasien, penyebabnya, faktor
pencetus, perjalanan penyakit dan rencana terapi serta memotivasi keluarga pasien
untuk selalu mendorong pasien mengungkapkan perasaaan dan pemikirannya.
Dikarenakan banyak keluarga pasien akibat stigma masyarakat, keluarga pasien
menjadi malu, sehingga keluarga kekurangan empati terhadap pasien sendiri. Hal ini
harus dicegah, dengan memberikan dukungan kepada keluarga, untuk menyayangi
pasien selayaknya keluarga yang sedang sakit dan butuh perhatian keluarga untuk
kesembuhannya.
6. Terapi Pekerjaan
Memanfaatkan waktu luang dengan melakukanhobi atau pekerjaan yang bermanfaat..
Hal ini tentunya apabila insight of ilness pasien sudah baik dan tidak ada gejala. Kita
bantu untuk memulihkan pekerjaan yang tepat sehingga pasien mempunyai aktifitas
rutin sehari-hari layaknya orang normal.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEPRESI
Definisi
Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan
tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran
bunuh diri, klien tidak berminat pada pemeliharaanDiri dan aktivitas sehari-hari. (Kelliat, B.A,
1996)
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala
penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau
nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).
EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup kira-kira 15 %.Terlepas dari kultur atau negara, prevalensi gangguan depresi berat
dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan
depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50
tahun.insidensi gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia
kurang dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan
meningkatnya penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut.Pada umumnya
gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat atau berpisah.
Pada tahun 2009, American College Health Association-National College Health Assesment
(ACHA-NCHA) melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i dan mendapatkan ± 30%
mahasiswa/i mengalami gangguan depresi (National Institute of Mental Health, 2010). Selain
penelitian diatas, penelitian lain yang melibatkan 1,455 mahasiswa/i juga melaporkan bahwa
gejala-gejala depresi muncul ketika memasuki awal tahun perkuliahan, 4 penyebab utama
17
tersebut adalah masalah akademik, ekonomi, kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasi
(Furr, et al, 2001).
ETIOLOGI
1. Faktor biologis Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-pasien dengan
gangguan mood.Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin,
dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood
(Kaplan, et al, 2010).
2. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam
patofisiologi gangguan mood.
2.1. Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian dikatakan
bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan
respon terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).
2.2. Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan depres, dan
beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau megakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan
cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake
serotonin pada platelet (Kaplan, et al, 2010).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan depresi dan efektifitas dari
obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara gangguan
depresi dengan kadar serotonin (Rottenberg, 2010).
3. Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan, positron-
emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI) telah menemukan
abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah
korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari
aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara
partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar
(Kaplan, et al, 2010).
18
4.Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan
depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat
pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan.Penelitian terhadap anak kembar
menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik adalah kira-kira 50 %, sedangkan
pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.
5.Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan
dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun.
Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode depresi adalah
kehilangan pasangan.
Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi
keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat.Selain itu, derajat psikopatologi
didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya gejala dan
penyesuaian pasca pemulihan.
GAMBARAN KLINIS
Gejala dan Penegakan Diagnosis Depresi
Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman adalah ada
tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejaa yang muncul, dan ada tidaknya
episode depresi ulang (Rusdi Maslim, 2001). Sebagaimana tersebut berikut ini :
1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
1) Afek depresi
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala penyerta lainnya:
19
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan
untuk episode depresi tunggal (yang pertama).Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan
di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).
DIAGNOSIS
Menurut PPGDJ-III criteria diagnosis untuk depresi adalah (5,6) :
1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga.
3) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada
20
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
(3) Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien
mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih
dapat dibenarkan.
4) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di
atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran.Retardasi psikomotor yang berat dapat
menuju pada stupor.
PENATALAKSANAAN
a) Psikofarmaka
1. Tricyclic Antidepressants
Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi
dengan mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps atau dengan
cara megubah reseptor-reseptor dari neurotransmitter norephinefrin dan serotonin. Obat ini
sangat efektif, terutama dalam mengobati gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada
individu yang mengalami depresi. Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah
imipramine, amitryiptilene, dan desipramine (Reus V.I., 2004)
2. Monoamine Oxidase Inhibitors
Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah Monoamine Oxidase
Inhibitors. MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat
aksi dari Monoamine Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan melemahkan atau mengurangi
neurotransmitter dalam sambungan sinaptik (Greene, 2005).
MAOIs sama efektifnya dengan Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena
secara potensial lebih berbahaya (Reus V.I., 2004).
21
3. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors
Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants, tetapi
SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI
lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya.Kedua, SSRI
juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan
lainnya.Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan
dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam
pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan
panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual (Reus, V.I., 2004).
(b) Terapi Psikososial
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
1. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time
limited yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut
terdiri ; cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors (C. Daley, 2001).
2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien
dengan gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam
berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam
jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I., 2004).
3. Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi
hubungan interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood
(Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976).
Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para
terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut
(c)Psikoterapi individual
Jenis terapi yang dapat dilakukan (2) :
- Terapi suportif
22
-Social skill training
-Terapi okupasi
-Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
PROGNOSIS
Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung
merupakan gangguan yang kronis dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien yang dirawat
di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif memiliki kemungkinan 50 % untuk
pulih di dalam tahun pertama.
Rekurensi episode depresi berat juga sering, kira-kira 30 sampai 50 % dalam dua tahun
pertama dan kira-kira 50 sampai 70 % dalam 5 tahun. Insidensi relaps adalah jauh lebih rendah
dari pada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan
pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresi.
KESIMPULAN
Gangguan depresi berat merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
psikomotor, kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif.
Penyebab dari gangguan depresi terdiri dari faktor biologis, faktor genetika dan faktor
psikososial.Pada hipotesis timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa
neurotransmiter aminergik.
Untuk menegakkan diagnosis gangguan depresi berat, PPDGJ III mensyarati harus didapati tiga
gejala utama gangguan depresi dan minimal empat gejala lainnya dan beberapa di antaranya
harus berintensitas berat.
Pada gangguan depresi yang sering terdapat pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri,
maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di
samping psikoterapi dan obat anti depresan.Pemberian anti depresan diberikan melalui tahapan-
tahapan, yaitu dosis initial, titrasi, stabilisasi, maintenance dan dosis tapering.Dimana dosis dan
lama pemberiannya berbeda-beda.Kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan
yang paling efektif untuk gangguan depresi berat.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, HI, Sadock, BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1,
1997 : 685-693.
2. Luana N, Skizofrenia dan gangguan psikotik lannya. Av.At:http//www.Ikatan Dokter
Indonesia Cabang Jakarta Barat.co.id
3. Anonymous, Skizofrenia. Av.at.http://id.wikipedia Indonesia.org/wiki/Skizofrenia
4. Maramis, W.F Skizofrenia dalam Cacatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya, 194 : 215-
227.
5. Sinaga, BR. Diagnosis Skizofrenia dan Penatalaksanaan Skizofrenia dalam Skizofrenia
dan Diagnosis Banding, Jakarta 2007 : 42-77
6. Maslim R, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Ganggguan Waham, dalam Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta, 2003 : 46-51
7. Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Jakarta, 2002 : 6-7
24
Pertanyaan !!
1. Psikoterapi yang harus diberikan?
Memberitahu kepada pasien bahwa jika ingin meminta sesuatu jangan
pernah memaksa karena segala sesuatunya perlu proses dan menjeaskan
kepada orang tuanya agar memberikan pola asuh yang baik terhadap
anaknya.
25