cairan infus bangsal anak

27
CAIRAN INFUS Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah: 1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) 4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi) 5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi) 6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh) 7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah) Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain: 1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan. 2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya

Upload: dixtrysan-p

Post on 28-Dec-2015

119 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cairan

TRANSCRIPT

Page 1: Cairan Infus Bangsal Anak

CAIRAN INFUS

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)

(kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan

komponen darah)

Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:

1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.

2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

3. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).

4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

Page 2: Cairan Infus Bangsal Anak

Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation)

1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah

terbatas.3. Pemberian kantong darah dan produk darah.4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan

untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:

1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.

2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.

3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.

4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:• Rasa perih/sakit• Reaksi alergiJenis Cairan Infus:

1. Cairan hipotonik:

osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.

Page 3: Cairan Infus Bangsal Anak

Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

1. Cairan Isotonik:

osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

1. Cairan hipertonik:

osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid:

bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

1. Koloid:

ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Page 4: Cairan Infus Bangsal Anak

JENIS-JENIS CAIRAN INFUSASERING

Indikasi:Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.Komposisi:Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq K 4 mEq Cl 109 mEq Ca 3 mEq Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hati2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih

baik dibanding RL pada neonatus3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran4. Mempunyai efek vasodilator5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada

1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

Page 5: Cairan Infus Bangsal Anak

KA-EN 1BIndikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

2. < 24 jam pasca operasi3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya

300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100

ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3BIndikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)3. Mensuplai kalium 20 mEq/L4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4AIndikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai

kadar konsentrasi kalium serum normal3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L K 0 mEq/L Cl 20 mEq/L Laktat 10 mEq/L Glukosa 40 gr/L

Page 6: Cairan Infus Bangsal Anak

KA-EN 4BIndikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko

hipokalemia3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

1.o Na 30 mEq/Lo K 8 mEq/Lo Cl 28 mEq/Lo Laktat 10 mEq/Lo Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Komposisi:Mengandung elektrolit mEq/LNa+ = 154Cl- = 154

Kemasan :

100 mL, 250 mL, 500 mL, 1000 mLIndikasi:

1. Untuk resusitasi2. Kehilangan Na > Cl, misal diare3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,

insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Page 7: Cairan Infus Bangsal Anak

Otsu-RL

Komposisi :Mengandung elektrolit mEq/LNa+ = 130Cl- = 108.7K+ = 4Ca++ = 2.7Laktat = 28

Kemasan : 500 mL

Indikasi:

1. Resusitasi2. Suplai ion bikarbonat3. Asidosis metabolik

AMIPARENIndikasi:

1. Stres metabolik berat2. Luka bakar3. Infeksi berat4. Kwasiokor5. Pasca operasi6. Total Parenteral Nutrition7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI2. Penderita GI yang dipuasakan3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)4. Stres metabolik sedang5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN GIndikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan2. Nitrisi dini pasca operasi3. Tifoid

Page 8: Cairan Infus Bangsal Anak

KA-EN MG 3 :

Secara umum dianjurkan untuk suplay atau pengganti cairan dan elektrolit yang dibutuhkan untuk rumatan harian. Komposisinya didasarkan pada jumlah kebutuhan rata-rata air dan elektrolit orang sehat. Larutan KA-EN MG 3 digunakan sebagai larutan rumatan untuk pasien yang sulit menerima asupan secara oral, air, dan elektrolit per oral setelah pembedahan atau pada dehidrasi hipertonik disertai hipokalemia.

Komposisi per 1000 ml :

1. Na+ : 50 mEq2. K+ : 20 mEq3. Cl- : 50 mEq4. Lactate: 20 mEq5. Glucose: 100 g6. Kalori : 400 kkal/l7. Osmolaritas : 695 mOsm/l Indikasi :

Didindikasikan pada pasien gangguan imbang elektrolit dan karbohidrat pada kasusu sbb :1. Asupan oral tidak cukup : tidak sadar pada stroke, anoreksia karena tumor

ganas, marasmus, meningitis, encephalitis, malnutrisi, dan pneumonia.2. Tindakan pembedahan, neonatologi, diabetic asidosis.

Kontraindikasi1. Laktasidemia2. Hiperkalemia, oliguria, penyakit Addison, luka bakar berat, azotemia3. Aritmia jantung Perhatian :1. Gagal ginjal tanpa komplikasi hiperkalemia2. Gagal jantung3. Kerusakan hati berat4. Pengurangan pengeluaran urin atau penyakit penyumbatan saluran kemih5. Diabetes melitus Efek samping :

Edema otak, paru dan perifer, intoksikasi air, hiperkalemia, dan tromboflebitis. Dosis dan pemberian:

1. Dosis umum adalah 500-1000ml, tetesan infuse ditingkatkan secara bertahap. Dosis dapat disesuaikan dengan kondisi pasien (jumlah cairan tubuh dan elektrolit yang hilang dsb)

2. 500 ml larutan pada botol 1000ml : digunakan sebagai solumix dengan infuse asam amino.

Penyimpanan:Pada suhu kamar dan hindarkan dari sinar matahari langsung.

Kemasan: Botol plastic 500ml, dan 500ml pada botol plastic 1000ml.

Page 9: Cairan Infus Bangsal Anak

 

    AMINOVEL®

Infus AMINOVEL 600 adalah campuran asam amino tipe L yang seimbang dan dalam perbandingan yang optimal untuk keperluan sintesis protein. Sorbitol, vitamin dan elektrolit ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Infus AMINOVEL 600 adalah larutan steril yang dapat mensuplai 600 kalori per liter.

 

Komposisi :Tiap 1000 ml AMINOVEL 600 mengandung :Amino acids (L form) : 50 gD-Sorbitol : 100 gAscorbic acid : 400 mgInositol : 500 mgNicotinamide : 60 mgPyridoxine HCl : 40 mgRiboflavin Sodium Phosphate : 2.5 mgElectrolytesNa+ : 35 mEqK+ : 25 mEqMg++ : 5 mEqAcetate- : 35 mEqMalate- : 22 mEqCl- : 38 mEq

 

Indikasi :AMINOVEL 600 direkomendasikan sebagai nutrisi parenteral pada kondisi dibawah ini :

1. Sebagai nutrisi tambahan pada gangguan saluran cerna seperti short bowel syndrome, anoreksia dan kelainan saluran cerna yang berat

2. Puasa saluran cerna yang lama seperti pada fistulae enterokutan & kondisi yang mengenai saluran cerna.

3. Kebutuhan metabolik yang meningkat seperti pada luka bakar berat, trauma dan setelah pembedahan.

4. Pada keadaan kritis lainnya yang membutuhkan asupan nutrisi eksogen seperti pada tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein.

 

Page 10: Cairan Infus Bangsal Anak

Dosis dan pemberian :

Untuk kelainan internal atau defisiensi protein pra pembedahan : dosis dewasa yang lazim adalah 500 ml AMINOVEL 600 melalui drip intravena selama 4-6 jam (20-30 tetes/menit) secara bersamaan atau kemudian diikuti dengan pemberian dekstrosa 10% 500 ml selama 2 jam (60-80 tetes/menit). Pemberian larutan infus ini dapat diulangi setelah 12 jam selama 5 – 7 hari. Interval waktu pemberian dapat ditingkatkan menjadi 24 jam tergantung kondisi dan respon penderita.

Untuk sintesis protein setelah pembedahan : dosis dewasa yang lazim adalah 500 ml AMINOVEL 600 melalui drip intravena selama 4-6 jam (20-30 tetes/menit) setelah pemberian infus larutan Darrow 1000 ml selama 4 jam (60-100 tetes/menit) dan diikuti oleh infus larutan dekstrosa 10% 500 ml selama 2 jam (60-100 tetes/menit). Larutan infus ini diberikan pada hari ke-3 pasca operasi, dan diulangi dalam 24 jam selama 5-7 hari)

 

Mekanisme kerja & Karakteristik :Infus AMINOVEL 600 mensuplai unsur-unsur penting sebagai nutrisi parenteral :

1. Kedelapan asam amino esensial : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptopan dan Valin sangat dibutuhkan untuk sintesis protein.

2. Sorbitol sebagai sumber kalori untuk memenuhi kebutuhan energi metabolik.

3. Vitamin untuk mencegah defisiensi dan meningkatkan biosintesis protein.4. Mineral untuk memelihara keseimbangan elektrolit dan meningkatkan

sintesis protein.

 

Penyimpanan :

Simpan dibawah suhu 30oC, lindungi dari cahaya.

Kemasan :

500 ml dalam Soft Bag.

 

 

Page 11: Cairan Infus Bangsal Anak

  AMIPAREN®

AMIPAREN adalah larutan infus steril yang seluruhnya mengandung asam Amino, ditujukan untuk hiperalimentasi atau nutrisi parenteral secara umum.AMIPAREN mengandung asam amino rantai cabang yang relatif lebih banyak (leucine, isoleucine dan valine), yang dapat menekan pemecahan protein dan meningkatkan sintesis protein didalam otot. Serangkaian uji preklinis dan uji klinis memastikan bahwa AMIPAREN efektif dalam melindungi protein tubuh pada berbagai kelainan dan malnutrisi. Komposisi per 1000 ml :Total Asam amino : 100 gAsam amino Esensial (E) : 59.10 gAsam amino non Esensial (N) : 40.90 gRasio E / N : 7,2 Asam amino rantai cabang (BCAA) : 30% (w/w)Total nitrogen : 15.7 gNa+ : 2 mEqAcetate- : 120 mEq

Indikasi :AMIPAREN diindikasikan sebagai suplai asam amino pada keadaan berikut : Hipoproteinemia, malnutrition, pre dan paska operasi.

Dosis dan pemberian :Infus Vena Sentral :

Dosis lazim dewasa adalah 400-800 ml per-hari secara drip melalui vena sentral.

Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada usia, gejala dan berat badan pasien.

Infus Vena Perifer :

Dosis lazim dewasa adalah 200-400 ml per dosis secara drip melalui vena perifer.

Kecepatan infus perifer adalah kecepatan yang dapat menyediakan 10 g asam amino selama 60 menit dengan tujuan untuk mencapai utilisasi fisiologis asam amino yang optimal.

Kecepatan infus rata-rata dewasa yang sesuai adalah 100 ml selama 60 menit (sekitar 25 tetes per menit) dan kecepatannya harus diturunkan pada pasien anak, orang tua dan pasien sakit berat.

Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada usia pasien, gejala dan berat badan.

Page 12: Cairan Infus Bangsal Anak

Kombinasi AMIPAREN dengan larutan karbohidrat sangat direkomendasikan untuk efisiensi pemakaian asam amino di dalam tubuh.

Farmakologi :Kegunaan AMIPAREN sebagai sumber asam amino untuk dukungan nutrisi dinilai pada terapi hiperalimentasi dengan menggunakan tikus normal dan tikus yang dilukai :

1. AMIPAREN memperbaiki dan mempertahankan keseimbangan nitrogen2. Larutan ini meningkatkan sintesis protein total dan albumin.3. Rasio 3-metilhistidin/kreatinin urin, suatu indikator katabolisme protein

dalam otot pada keadaan luka, didapatkan rendah setelah pemberian infus. Keadaan ini menunjukkan efek penghambat yang kuat dari larutan terhadap pemecahan protein otot.

4. Konsentrasi asam amino plasma termasuk asam amino rantai cabang menunjukan fluktuasi yang rendah selama pemberian infus. Metabolisme asam amino diperkirakan stabil selama terapi AMIPAREN.

Penyimpanan :Simpan dibawah suhu 30oC, lindungi dari cahaya.

Kemasan :

Soft Bag isi 500 ml

Page 13: Cairan Infus Bangsal Anak

D51/2NS

Komposisi: Per 1000 mL GLucose 55 gram, NaCl 4,5 gram, air untuk larutan injeksi ad 1.000 mL.

IndikasiUntuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit.

Kontra IndikasiHipernatremia, asidosis, hipokalemia, diabetes mellitus, sindrom, malabsorpsi glukosa-galaktosa.

PerhatianPayah jantung, udem dengan retensi Natrium,gangguan ginjal, sepsis parah, kondisi pra dan pasca trauma.

Interaksi Obat:Darah transfusi.

Efek Samping  Tromboflebitis (pada pH larutan rendah, iritasi atau infeksi pada tempat.  Trombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat penyuntikan dan ekstravasasi.

KemasanLarutan Infus 500 mL x 1

DosisInjeksi Intra Vena 3 mL/kg berat badan/jam atau 70 tetes/70 kg berat badan/menit. Maksimal: 1500 mL/70 kg berat badan/hari.

Page 14: Cairan Infus Bangsal Anak

NaCl 3%

(hypertonic saline 3%)

Indications

management of severe sodium chloride depletion when rapid electrolyte restoration is essential management of severe symptoms of hyponatremia including seizures, coma, and focal neurologic signs

Hyponatremia and hypochloremia due to electrolyte and fluid loss replaced with sodium-free fluids.

 Drastic dilution of extracellular body fluid following excessive water intake sometimes resulting from multiple enemas or perfusion of irrigating fluids into open venous sinuses during transurethral prostatic resections.

 Emergency treatment of severe salt depletion due to excess sweating, vomiting, diarrhea and other conditions

Routes of Administration

IV intermittent - maximum rate of 100mL/hour IV infusion - maximum rate of 100mL/hour

Dosage

the following formula can be used to calculate sodium deficit:   sodium deficit (mmol) = (desired - current serum sodium, mmol/L) x (total

body water, L)        = (140 mmol/L - patient’s serum sodium) x (0.6 L/kg x patient’s weight, kg) 

using NaCl 3% for replacement, administer one-third to one-half the calculated sodium deficit over the first 8-12 hours at rate of 25-50 mL/hour, not to exceed a maximum rate of 100 mL/hour. There should be no attempt to normalize serum sodium levels in the first 24 hours.

monitor serum sodium and electrolytes, input and output, and vital signs closely to assess need for additional sodium chloride 3% (every 1-4 hours initially)

continue treatment until a serum sodium of 120-125 mmol/L or neurologic symptoms improve; remainder of deficit can be replaced over several days

once serum sodium greater than 120-125 mmol/L, use NaCl 0.9% (normal saline) to correct the additional deficit over 3-5 days

a loop diuretic (e.g. furosemide) may be added to prevent sodium overload and enhance free-water excretion

Page 15: Cairan Infus Bangsal Anak

Potential Hazards of Parenteral Administration

thrombophlebitis electrolyte, volume and acid-base disturbances

congestive heart failure and pulmonary edema

Contraindications

3% and 5% Sodium Chloride Injections USP are contraindicated in the presence of elevated, normal, or only slightly decreased plasma electrolyte concentrations, or when additives of sodium and chloride could be clinically detrimental.

Clinical Pharmacology

3% and 5% Sodium Chloride Injections USP provide electrolytes and are a source of water for hydration. They are capable of inducing diuresis depending on the clinical condition of the patient.

Sodium, the major cation of the extracellular fluid, functions primarily in the control of water distribution, fluid balance, and osmotic pressure of body fluids. Sodium is also associated with chloride and bicarbonate in the regulation of the acid-base equilibrium of body fluid.

Chloride, the major extracellular anion, closely follows the metabolism of sodium, and changes in the acid-base balance of the body are reflected by changes in the chloride concentration.

Page 16: Cairan Infus Bangsal Anak

CaCl2

Indications And Usage

Calcium Chloride is indicated in the immediate treatment of hypocalcemic tetany.  Other therapy, such as parathyroid hormone or vitamin D, may be indicated according to the etiology of the tetany. It is also important to institute oral calcium therapy as soon as practicable. Calcium salts have been used as adjunctive therapy in a number of conditions, including the following:

Insect bites or stings, such as Black Widow Spider bites.Sensitivity reactions, particularly when characterized by urticaria.As an aid in the treatment of depression due to overdosage of magnesium sulfate.As an aid in the management of the acute symptoms in lead colic.In cardiac resuscitation, particularly after open heart surgery, Calcium Chloride has been used when epinephrine has failed to improve weak or ineffective myocardial contractions.

Contraindications

In cardiac resuscitation, the use of Calcium Chloride is contraindicated in the presence of ventricular fibrillation.

If neonates are required, or expected to require, treatment with calcium-containing IV solutions, including continuous calcium-containing infusions such as parenteral nutrition, ceftriaxone sodium injection is contraindicated because of the risk of precipitation of ceftriaxone-calcium.

A small number of cases of fatal outcomes in which a crystalline material was observed in the lungs and kidneys at autopsy have been reported in neonates receiving calcium containing fluids and ceftriaxone.  In some of these cases, the same intravenous infusion line was used for both calcium-containing fluids and ceftriaxone and in some a precipitate was observed in the intravenous infusion line. At least one fatality has been reported in a neonate in whom calcium-containing fluids and ceftriaxone were administered at different time points via different intravenous lines; no crystalline material was observed at autopsy in this neonate.  There have been no similar reports in patients other than neonates

Dosage And Administration

The usual adult dose of this preparation varies from 5 to 10 mL at intervals of 1 to 3 days.

Page 17: Cairan Infus Bangsal Anak

In cardiac resuscitation, the usual dose is 2 to 4 mL injected into the ventricular cavity. Care should be taken to avoid injection into the cardiac muscle.

Parenteral drug products should be inspected visually for particulate matter and discoloration, whenever solution and container permit

Clinical Farmacology

Calcium is the fifth most abundant element in the body; the major fraction is in bone. It is essential for the functional integrity of the nervous and muscular systems, for normal cardiac contractility and the coagulation of blood. It also functions as an enzyme cofactor and affects the secretory activity of endocrine and exocrine glands

ORALIT

Takaran pemberian oralit untuk mengatasi diare (3 jam pertama)

umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 12 tahun dewasa300 ml dalam 1,5 gelas 600 ml dalam 3 gelas 1,2 l dalam 6 gelas 2,4 l dalam 12 gelas

Takaran pemberian oralit untuk mengatasi diare (setiap habis buang air)

umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 12 tahun dewasa

100 ml dalam 0,5 gelas 200 ml dalam 1 gelas300 ml dalam 1,5 gelas

400 ml dalam 2 gelas

Isi : Glucose anhydrous 4 g, NaCl 0.7 g, Na bicarbonate 0.5 g, CaCl2 0.3

Page 18: Cairan Infus Bangsal Anak

RINGER LACTATE

Cairan Isotonik:

Cairan isotonis, osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

RINGER LAKTAT

Larutan Infus Untuk Pemakaian Intravena.Setiap liter larutan mengandung :

- Natrium Laktat. C3H5NaO3 3,10 g- Natrium Klorida. NaCl 6,00 g- Kalium Klorida.KCl 0,30 g- Kalsium Klorida.CaCl2.2H2O 0,20 g- Air untuk Injeksi ad. 1.000 mlOsmolaritas : 270 mOsm/lSetara dengan ion-ion :Na+ : 130 mEq/lK+ : 4 mEq/lLaktat (HCO3

-) : 27,5 mEq/lCa++ : 2,7 mEq/lCl : 109,5 mEq/l

Cara kerja obat :- Merupakan larutan isotoni Natrium Klorida, Kalium Klorida, Kalsium Klorida, dan

Natrium Laktat yang komposisinya mirip dengan cairan ekstraseluler.- Merupakan cairan pengganti pada kasus-kasus kehilangan cairan ekstraselular.- Merupakan larutan non-koloid, mengandung ion-ion yang terdistribusi kedalam

cairan intravaskuler dan interststel (ekstravaskuler)Indikasi : Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi,resusitasi, asidosis metabolik.Cara pemberian : IntravenaDisesuaikan dengan kondisi penderitaKontra indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,

asidosis laktat.Efek samping :

Page 19: Cairan Infus Bangsal Anak

- Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

- Bila terjadi rekasi efek samping, pemakaian harus dihentikan dan lakukan evaluasi terhadap penderita.

Peringatan : Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung fosfat.Cara penyimpanan: Pada suhu kamar / ruangan antara 25oC – 30oC.a. KalsiumKalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan di dalam tubuh, untuk absorpsinya diperlukan vitamin D. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi dan pada wanita pascamenopause. Bayi yang mendapat susu buatan memerlukan tambahan kalsium. Selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak mengandung protein dan atau fospor. Banyak peneliti yang menganjurkan asupan sekitar 1,2 g/hari untuk pasien alkoholik, sindrom malabsorpsi dan pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau antasid yang mengandung aluminium.b. KaliumPerbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium (kation utama dalam cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan keseimbangan dan volume cairan tubuh.Meskipun defisiensi jarang terjadi pada individu yang mendapat makanan yang cukup, hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung protein. Penyebab hipokalemia yang paling sering adalah terapi diuretik terutama tiazid. Lain penyebab hipokalemia adalah diare berkepanjangan terutama pada anak, hiperal dosteronisme, tetapi cairan parenteral yang tidak tepat atau tidak mencukupi, penggunaan kortikosteroid atau laksan jangka lama. Aritmia jantung dan gangguan neuromuskular merupakan akibat hipokalemia yang paling berbahaya.Hiperkalemia paling sering disebabkan gangguan ekskresi kalium oleh ginjal yang dapat terjadi pada pasien dengan insufisiensi korteks adrenal, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik terminal, suplementasi vitamin K yang tidak sesuai dosis atau indikasinya, atau penggunaan antagonis aldosteron. Aritmia jantung dan gangguan konduksi merupakan gejala sisa yang paling berbahaya. Lain manifestasi hiperkalemia termasuk kelemahan dan parestesia.c. NatriumNatrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan cairan tubuh. kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanismer homeostatik. Banyak individu mengkonsumsi natrium lebih dari yang dibutuhkan. Pembatasan natrium seringkali dianjurkan pada pasien gagal jantung kongesif, sirosis hati dan hipertensi pada individu tertentu. Akan tetapi pembatasan natrium pada wanita sehat selama kehamilan tidak dianjurkan.Hipernatremia jarang ditemui pada individu sehat tetapi pada terjadi setelah diare atau muntah yang lama terutama pada bayi, pada gangguan ginjal, fibrosiskistik atau insufisiensi korteks adrenal, atau pada penggunaan diuretik tlazid. Keringat yang berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan natrium yang banyak dan perlu diganti dalam bentuk air dan NaCl.d. Klorida

Page 20: Cairan Infus Bangsal Anak

Klorida merupakan anion yang paling penting dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit. Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah muntah yang lama atau penggunaan diuretik berlebihan. Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai kehilangan berlebihan natrium. Kemungkinan terjadinya hiperkalemia perlu dipertimbangkan bila terpaksa menggunakan KCl sebagai pengganti klorida yang hilang.