bangsal benih
TRANSCRIPT
Bangsal benih ikan mas atau istilah kerennya indoor hatchery, adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat memproduksi benih ikan mulai dari pemijahan sampai menghasilkan larva. Bangsal benih sering juga digunakan tempat pemberokan induk, tempat penampungan benih sebelum dipasarkan, atau terkadang dipakai sebagai karantina dan pengobatan bagi ikan-ikan yang sakit. Di beberapa daerah, bangsal benih dijadikan sebagai gudang, atau tempat menyimpan bahan, terutama pakan tambahan dan peralatan, sekaligus kantor.
Pada bangsal benih, hampir semua parameter kualitas air dapat diatur sesuai dengan keinginan. Karena sebuah bangsal benih yang baik memiliki peralatan yang lengkap, mulai dari alat pengukur suhu ruangan, alat pengukur suhu air, pemanas ruangan, pemanas air, alat penambah oksigen (aerator) dan peralatan penting lainnya. Dengan keadaan ini kematian benih dapat ditekan serendah mungkin, dan kelangsungan hidup ikan bisa dijamin.
Agar bangsal benih dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka dalam menentukan lokasi harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Berada dekat dengan sumber airatau memiliki sumber air sendiri. Sumber air dapat berasal dari sungai, irigasi atau sumur. 2. Letak sumber airnyalebih tinggi dari lokasi bangsal benih agar air mudah dialirkan ke dalam nya (kecuali bila menggunakan pompa air). 3. Kuantitas airnya cukup agar kegiatannya dapat berjalan secara kontinu. 4. Kualitas airnya baik, misalnya jernih, kandungan oksigennya tinggi, dan tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan ikan. 5. Letaknya dekat dengan areal perkolaman terutama dekat dengan kolam induk, sehingga keperluan induk dengan cepat dan mudah dipenuhi. 6. Keamanannya terjamin. 7. Dekat dengan jalan dan tranportasinya lancar sehingga memudahkan dalam pengadaan alat dan sarana yang dibutuhkan maupun pemasaran hasil produksi.
Bangsal benih dapat dibuat secara permanen, semi permanen, atau secara sederhana tergantung pada skala usaha dan dana yang tersedia. Konstruksi indoor hatchery semi permanen dibuat dengan pondasi dan dinding bagian bawah serat lantai dari tembok, sedangkan bagian atasnya terbuat dari papan kayu atau anyaman bambu (bilik),. Bagian atapnya dapat menggunakan genteng, seng atau asbes.
Air yang masuk kedalam indoor hatchery sebaiknya mengalir secara gravitasi sehingga penggunaan dan pengaturan air akan lebih leluasa tanpa ada ketergantungan pada pompa. Untuk itu, maka sebelum air dari sumber digunakan didalam harchery sebaiknya air tersebut ditampung terlebih dahulu dalam bak penampungan air. Apabila sumber air berasal dari sungai atau irigasi, disarankan membuat bak flter untuk menyaring partikel–partikel lumpur yang terbawa aliran air.
Mengingat debit air yang dipergunakan didadalam hatchery tidak terlalu besar, maka ukuran bak filter untuk keperluan tersebut, bila air yang akan difilter dari pipa pemasukan berukuran 3 – 4 inci, cukup berukura panjang 3 meter, lebar 1 meter dan tinggi 1 meter. Konstruksi dalam bak filter terdiri dari dinding penyekat yang berjarak masing-masing sekitar 60 cm dan dibuat secara zig zag.
Lubang pemasukan air pada dinding pertama diletakan pada dasar dinding disisi yang berlawanan dengan pintu pemasukan utama dengan mengunakan 2 buah pipa pralon ukuran 3 – 4 inci, hal tersebut bertujuan agar air mengalir secara lambat. Pipa kedua diletakan dibagian atas dinding dengan ketinggian 70 cm dari dasar, dinding ketiga dibuat dibagian dasar seperti dinding pertama, dan begitu seterusnya sampai dinding penyekat terakhir. Sebagai penyaring, pada
sekat pertama dan kedua digunakan batu pecah atau pecahan batu bata merah yang berukuran besar.
Pada sekat ketiga dan ke empat digunakan bahan filter dari batu kerikil, pada sekat ke lima menggunakan pasir kasar, dan sekat terakhir menggunakan pasir atau ziolit yang berukuran halus. Dengan konstruksi zig zag seperti ini diharapkan partikel-partikel lumpur yang dibawa oleh aliran air akan mengendap ditiap-tiap sekat, sehingga hasil akhirnya, air menjadi bersih dan bening.
Mengingat indoor hatchery merupakan bangunan yang multi fungsi, maka bangunan tersebut harus mempunyai fasilitas yang lengkap agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Fasilitas penting yang harus dibuat di dalam indoor hatchery patin siam antara lain :a. Bak Penampungan Air Bersih ( Bak Tandon)Bak penampung air bersih adalah tempat untuk menampung air agar air selalu tersedia setiap saat, terlebih ketika dibutuhkan. Agar air mudah dialirkan, letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari bak pemeliharaan. Bak penampungan air harus kuat dan kokoh agar dapat menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat dari beton atau tembok. Bentuk bak bisa empat persegi panjang atau bujur sangkar, tergantung dari keadaan tempat.
Ukurannya pun tergantung besarnya bangsal benih. Untuk bangsal benih skala kecil, dengan produksinya 200.000 ekor benih setiap periode, bak ini cukup dibuat dengan panjang2 m, lebar 2 m, dan tinggi 1 m. Sedangkan skala besar dengan produksi satu juta benih setiap periode, bak ini harus lebih luas, yaitu panjang 5 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m. Bak ini dihubungkan langsung ke sumber air dengan menggunakan paralon yang ukarannya disesuaikan denganbesarnya debit air. Selain itu, pada bagian lain dihubungkan ke masing-masing bak yang ada dibangsal benih. Pada bak ini harus dibuatkan juga lubang pengeluaran untuk mengeringkan atau menguras bila sudah lama digunakan.
b. Bak PemberokanBak pemberokan adalah tempat untuk menyimpan induk-induk yang sudah matang gonad yang berasal dari bak pemeliharaan sampai menjelang induk tersebut dipijahkan. Bak ini dapat pula dikatakan sebagai tempat untuk mengadaptasikan induk-induk dari kolam yang lingkungannya lebih luas ke tempat pemijahan yang lebih sempit.Bentuk bak pemberokan bisa bermacam-macam, tergantung dari keadaan tempat. Namun bentuk yang paling baik adalah segi empat atau empat persegi panjang. Pada bagian atas bak dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari kawat ayam, agar induk-induk tidak loncat ke luar. Karena induk yang berasal dari tempat yang luas sering loncat atau berontak.Bak ini sebaiknya tidak terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan dipijahkan. Ukuran bak pemberokan panjang 2 m, lebar 2 m dan tinggi 80 cm, atau panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 80 cm. Bak ini dapat diairi maksimal setengah bagiannya agar induk yang diberok tidak loncat keluar. Jumlah bak pemberokan minimal 2 buah, karena induk jantan dan induk betina harus dipisah.Bak pemberokan harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam mengisi maupun mengeringkan bak. Pintu-pintu ini dibuat di bagian tengah dari panjang atau lebar bak agar sirkulasi airnya baik. Pintu pemasukan air bisa dibuat dari pipa peralon berdiameter 1 – 1.5 inci yang dilengkapi dengan keran untuk mengatur debit air yang masuk dalam bak.Pintu pengeluaran juga dibuat dari paralon yang berdiameter 2 inci. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan
cepat. Pada pintu pengeluaran, umumnya dipasang keni sebagai tempat memasukan paralon pengatur tinggi air. Hal lain yang paling penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk ke dalam bak pemberokan harus kontinyu dan bersih (tidak mengandung zat makanan).c. Bak pemijahan dan bak penetasan telurPemijahan ikan mas dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu dengan sistem kawin suntik (induced breeding), semi alami (induce spawning) dan secara alami (natural spawning). Dalam pemijahan secara induced breeding , bak pemijahan dapat diartikan sebagai tempat penyimpanan induk-induk yang sudah disuntik hingga menjelang induk disreefing atau dikeluarkan telurnya. Adapun dalam pemijahan secara alami dan semi alami, bak pemijahan dapat diartikan sebagai tempat mempersatukan induk jantan dan induk betina agar terjadi pemijahan.Pada bangsal benih ikan patin, dan ikan-ikan lainnya, bak pemijahan dan bak penetasan selalu terpisah. Karena larva ikan patin harus dipeliharan secara telaten setipa hari. Sedangkan larva ikan mas tidak perlu harus dipelihara secara telaten seperti ikan patin, cukup dibiarkan, asalkan airnya mengalir, telur dapar menetas, dan larva dapat hidup dengan baik. Karena pada bangsal benih ikan mas, kedua tempat itu tidak terpisah, tetapi bersatu, artinya tempat pemijahan digunakan pula sebagai tempat penetasan. Jadi yang diambil dari kolam pemijahan adalah induk jantan dan betina. Bahkan disatukan pula dengan bak pemeliharaan larva.Bentuk, ukuran dan konstruksi bak pemijahan, termasuk pintu pemasukan dan pengeluarannya, sama dengan bak pemberokan. Jumlah bak pemijahan yang harus disiapkan tergantung dari sistem pemijahannya. Bila pemijahan yang akan dilakukan secara kawin suntik, maka jumlah bak cukup 2 buah yaitu untuk inkubasi induk betina yang telah di suntik 1 buah dan 1 buah lagi untuk inkubasi induk jantan.Bak pemijahan ini harus dihubungkan juga ke bak penampungan air dengan paralon, dan untuk mengatur debit air dipasang keran. Air yang masuk ke bak pemijahan harus tetap kontinu karena pada waktu pemijahan airnya harus tetap mengalir. Dengan demikian, sirkulasi airmenjadi baik dan oksigen dapat terus tersuplai sesuai yang dibutuhkan.e. Bak penampungan benihBak penampungan benih adalah tempat untuk menampung benih-benih yang baru dipanen dari kolam pendederan atau kolam pembesaran sampai benih tersebut siap ditebar kembali atau dijual. Bak ini bisa berfungsi pula sebagai tempat pemberokan benih-benih yang akan dikirim ke daerah lain. Bak penampungan harus dibuat beberapa buah agar dapat menampung benih dalam jumlah banyak. Bak ini terbuat dari tembok agar kuat dan tidak bocor.Ukuran masing-masing bak penampungan benih adalah panjang 2 m, lebar 1 m, dan tinggi 80 cm. Untuk mensuplaiair, bak ini dihubungkan langsung ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1,5 inci. Pada setiap baknya dipasang pula keran-keran sebagai alat mengatur debit airnya. Selain itu, juga dilengkapi dengan lubang pengeluaran air.
f. Kantor dan gudangKantor merupakan ruangan yang digunakan untuk manajemen kepegawaian, tata usaha, tempat transaksi, dan tempat menerima tamu. Gudang didirikan untuk menyimpan alat dan sarana produksi yang penting, seperti pakan, pupuk, dan lain-lainya. Gudang dan kantor ini dapat dibuat secara berdampingan. Ukurannya masing-masing 3 m x 3 m. Tempatnya bisa dibuat di depan atau di belakang bangsal benih.
g. Listrik
Aliran listrik diperlukan dalam kegiatan penbenihan. Fungsinya untuk memberi penerangan, menggerakan pompa air, serta untuk menggerakan high blower atau aerator guna mensuplai oksigen yang terlarut kedalam air. Sumber listrik bisa berasal dari PLN, ginset, atau keduanya untuk menjaga kemungkinan aliran listrik dari PLN padam.
h. Blower /aerator.Untuk menambah oksigen, setiap wadah pemeliharaan larva, hapa penetasan telur dan bak pedederan I harus dilengkapi dengan aerasi yang bersumber dari blower atau aerator. Untuk menyalurkan udara dari blower kesetiap wadah menggunakan selang kecil (slang aerasi) yang masing-masing ujungnya dilengkapi dengan batu aerasi. Blower atau aerator tersebut banyak dijual di toko-toko peralatan perikanan atau ditempat-tempat penjual ikan hias.
BARU
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mas sangat populer diberbagai kalangan masyarakat Indonesia. sebahagian besar masyarakat sudah
mengenalnya. Ikan mas termasuk salah satu komoditi perikanan air tawar yang berkembang sangat pesat
setiap tahun. Ikan mas disukai karena rasa dagingnya yang enak, gurih, serta mengandung protein yang
cukup tinggi.
Ikan mas (cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas tertua yang sudah banyak dibudidayakan
masyarakat.Berbagai teknologi pembenihan dan pembesaran sudah dilakukan dan diterapkan baik secara
nonintensif maupun intensif.
Aktifitas perikanan budidaya adalah proses pembenihan. Pembenihan mata rantai awal kegiatan budidaya
berperan penting dalam menjamin keberlangsungan kegiatan berikutnya, yaitu pembesaran. Kegiatan
pembenihan yang baik akan menghasilkan produk benih ikan yang berkualitas baik. Benih ikan yang
berkualitas baik, menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap serangan penyakit,
merupakan suatu kebutuhan mutlak harus disediakan. Penyedian benih bermutu merupakan salah satu
kebutuhan utama dalam meningkatkan produktivitas usaha budidaya ikan air tawar.
Usaha pembenihan merupakan ujung tombak keberhasilan usaha budidaya ikan air tawar. Usaha
pembenihan dapat mensuplay benih terhadap usaha budidaya ikan untuk setiap musim pemeliharaan.
Teknik pemijahan beberapa jenis ikan asli Indonesia telah banyak berkembang dan banyak pula
diminatimasyarakatnya dibandingkan dengan ikan-ikan introduksi.
Pemijahan salah satu kegiatan produksi benih untuk keberlangsungan kegiatan berikutnya, mengingat
perkembangan di alam mulai mengurang akibat penangkapan yang berlebihan, maka dari itu perlu
dilakukan pelestarian atau budidaya.
Pemijahan ikan mas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning),
pemijahan semi buatan (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan
alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad selanjutnya
dipijahkan secara alami di bak / wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi buatan
dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang selanjutnya
dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan
penyuntikkan hormon perangsang selanjutnya dipijahkan secara buatan.
Pemijahan ikan mas semi buatan yaitu pemijahan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon
untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alami di kolam atau bak.
Kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan yang akan dilakukan Di Unit Pelaksana Tehnis
Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD – BAT) Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Di pilih lokasi
UPTD – BAT Jantho Baru, karena ikan mas rajadanu di Desa Jantho Baru dan sekitaran Aceh Besar
sudah berkembang dengan baik, sehingga diharapkan dapat menambah ilmu tentang semi buatan serta
tehnologi yang berkembang didaerah tersebut.
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan praktek kerja lapangan adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan
kerja di lapangan serta gambaran secara langsung di lapangan, khususnya mengenai Teknik Pemijahan
Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio) Secara Semi Buatan, dengan memadukan pengetahuan yang
diperoleh di bangku kuliah, dan kenyataan di lapangan.
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat praktek kerja lapang adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di lapangan serta
memahami permasalahan yang timbul dalam Teknik Pemijahan Ikan Mas Rajadanu Secara Semi Buatan
sehingga diharapkan akan dapat melakukan pemijahan ikan mas rajadanu dengan baik, serta mampu
mengatasi permasalahan yang timbul dan juga dapat menambah informasi lebih lanjut tentang ikan mas
rajadanu (Cyprinus carpio).
Manfaat lainnya adalah untuk mengembangkan dan melestarikan budidaya ikan mas rajadanu pada
masyarakat secara luas. Dengan adanya praktek kerja lapangan, selain untuk meningkatkan pengetahun
dan keterampilan dilapangan juga bisa merubah sikap dan prilaku yang tidak baik kearah yang lebih baik
dan menjurus, dan dapat memahami prinsip pembenihan di UPTD-BAT Jantho Baru – Kota Jantoh
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Mas Rajadanu
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan mas rajadanu adalah sebagai berikut: Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata, Superkelas :
Pisces, Kelas : Osteichthyes, Subkelas : Actinopterygii, Ordo : Cypriniformes, Subordo : Cyprinoidae,
Famili : Cyprinidae, Subfamili : Cyprininae, Genus : Cyprinus, Spesies : Cyprinus carpio, Nama Asing :
Common carp, Nama Lokal : Ikan Mas (Ras /Strain Rajadanu). (Susanto, 1999).
Gambar 1 Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus Carpio).
2.1.2 Ciri Morfologis
Bentuk tubuh ikan mas rajadanu mempunyai bentuk badan yang memanjang dengan perbandingan
panjang total dan tinggi badan adalah 3.5 : 1.
Mulutnya terletak dibagaian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian
anterior mulut terdapat dua pasang sungut.Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal
teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas rajadanu
ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. Sisik penuh dan berukuran
normal, punggungnya berwarna abu – abu serta pangkal sirip perutnya berwarna kuning kemerahan, tidak
seperti ikan mas strain lainnya. Ikan mas rajadanu lebih kuat dalam menghadapi serangan ektaparasit dan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri aeromonas hydrophila. (SNI, 1999).
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh strain ini adalah laju pertumbuhannya lebih cepat, daya tahannya
terhadap penyakit lebih tinggi, presentase keberhasilan telur menetasnya lebih besar dan masa hidupnya
lebih lama. (Rochdianto, 2005).
2.2. Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) berupa perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan
alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini hidup dengan baik didaerah
dengan ketinggian 150 – 600 meter diatas permukaan air laut dengan suhu air 25 – 300 C.
Ikan mas tergolong ikan omnivora (pemakan berbagai jenis makanan). Makanannya antaara lain tumbuhan
air dan binatang renik. Namun makanan utamanya adalah tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan dan di
tepi perairan tempat hidupnya. (Rochdianto, 2005).
Di alam aslinya ikan mas hidup di perairan sungai, danau maupun genangan air lainnya yang berada pada
ketinggian 150-600m dpl, dengan suhu air berkisar 20 derajat sampai 25 derajat celcius. Ikan mas sering
juga ditemukan di bagian muara sungai yang airnya agak asin (salinitas payau). Ikan Mas termasuk hewan
Omnnivora atau pemakan segala sehingga di alam makanan Ikan mas berupa daun-daunan, lumut,
serangga, cacing dan lain sebagainya.Pada model budidaya ikan mas lingkungan pemeliharaan dibuat
menyerupai alam aslinya. (Efendi, 2004).
Model budi daya ikan mas bisa dipelihara dalam Kantong Jaring Apung, Kolam air deras, kolam tanah,
kolam beton dan lain-lain tergantung ketersediaan lokasi. Makanan dalam budi daya ikan mas juga
bermacam-macam mulai dari pemberian pakan alami sampai pemberian pakan buatan. Yang perlu
diperhatikan adalah kualitas air pada media untuk budi daya ikan mas seperti PH air yang harus berada
pada kisaran 7-8, kandungan oksigen terlarut yang cukup dan bebas dari kandungan zat kimia berbahaya.
(Efendi, 2004).
2.3. Perkembangbiakan
Pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di alam ikan
mas biasa memijah pada awal musim penghujan, saat muncul rangsangan dari aroma tanah kering yang
kemudian tergenang air. Secara alami, proses pemijahan terjadi pada tengah malam sampai menjelang
pagi hari. Menjelang memijah induk-induk ikan mas menjadi aktif mencari tempat yang rimbun dengan
tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Subtrat berupa tanaman air atau rerumputan
inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai lokasi memijah dan menempelkan telur yang dihasilkan.
(Susanto, 1999).
Telur ikan mas berbentuk bulat dan berwarna bening. Ukurannya bervariasi, tergantung umur serta ukuran
dan bobot induk. Namun, secara umum diameter telur mencapai 1,5 -1,8 mm dengan berat 0,17 – 0,20
mg. Dalam 2 -3 hari, telur-telur ikan mas akan menetas dan tumbuh menjadi larva berukuran 0,5-0,6 mm
dengan berat 18-20 mg. Larva-larva ini memiliki kantong kuning telur sebagai cadangan makanan, yang
akan habis dalam 2 – 4 hari, larva ikan mas bersifat menempel di subtrat dan bergerak vertikal. (Cahyono,
2001).
Setelah 4 – 5 hari, larva-larva tersebut akan berubah menjadi kebul. Pada stadia kebul ini, ikan mas
memerlukan pasokan pakan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan tambahan yang dapat
diberikan terutama zooplankton seperti rotivera, moina, dan daphnia.Dosis perharinya 60 – 70 % dari total
beratnya.
Setelah 2 – 3 minggu, kebul akan tumbuh menjadi burayak dengan panjang 1 – 3 cm dan berat 0,1 – 0,5
gram. Setelah 2 – 3 minggu kemudian, burayak tumbuh menjadi putihan dengan dengan panjang 3 – 5 cm
dan berat 0,5 – 2,5 gram. Tiga bulan kemudian, putihan berkembang menjadi gelondongan yang memiliki
berat 100 gram per ekor. Gelondongan ini akan terus tumbuh dan menjadi induk. Induk jantan berukuran
0,5 kg dapat dicapai setelah 6 bulan pemeliharaan, sedangkan induk betina berukuran 1,5 kg dapat dicapai
setelah pemeliharaan minimum selama 15 bulan. (BSN. 1999).
2.4. Pemeliharaan Induk
Keberhailan usaha pembenihan ikan mas rajadanu ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk
harus mempertimbangkan ras atau strain ikan yang akan dipelihara. Ciri – ciri calon induk yang baik
berbeda-beda untuk setiap ras atau strain. Secara umum ciri-ciri calon induk yang baik sebagai berikut :
Sehat, tidak cacat, dan tidak luka.
Umur induk 1.5 – 2 tahun.
Sisik tersusun dengan teratur.
Sisik penuh dan normal.
Kepala relatif kecil dibandingkan badan.
Ukuran tubuh relatif tinggi dan panjang serta berbadan tebal.
Perut lebar.
Pangkal ekor lebar dan kuat.
Lubang dubur lebih dekat ke ekor. (Gunadi. 2010).
Menurut Sudenda (2008), Ikan mas induk betina dapat dipijahkan setelah berumur 1.5 – 2 tahun, dengan
berat mencapai 1.5 kg. Induk jantan mencapai kematangan lebih awal, yakni sekitar 8 bulan dengan berat
0,5 kg lebih.
Induk ikan jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah di kolam-kolam khusus. Cara ini untuk
memudahkan dalam penyeleksian ikan yang akan dipijahkan serta untuk menghindari terjadinya pemijahan
liar. Jika memungkinkan yang sudah dipijahkan juga terpisah dari yang belum dipijahkan.
Induk di pelihara terpisah, bertujuan untuk mendapatkan perkembangan gonad dengan baik. Untuk
mendapatkan induk matang gonag yang baik, kondisi lingkungan harus baik serta makanan tersedia
dengan cukup.keadaan ini dapat dicapai dengan mengatur jumlah induk yang dipelihara disesuaikan
dengan intensitas pengelolaan budidaya.
2.5. Pematangan Gonad
Keberhasilan pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Induk dipelihara
dalam kolam pemeliharaan induk selama 1.5 bulan, induk biasanya sudah mengalami kematangan gonad.
Bobot induk betina 1.5 – 4 kg / ekor dan induk jantan 0.5 – 2 kg.
Ciri – ciri induk betina yang sudah matang gonad antara lain bagian perutnya tampak besar dan
bergelambir jika dilihat dari atas. Perut diraba terasa lembek dan sekitar lubang urogenitalianya tampak
memerah dan keluar telur ketika diurut (striping). Induk jantan matang kelamin ditandain dengan keluarnya
sperma berwarna putih ketika diurut urogenitalnya. (Suseno. 1999).
Menurut Gunadi (2010), Ciri – ciri telur ikan mas yang sudah matang antara lain ukurannya merata dan
berwarna coklat muda atau abu – abu. Telur ikan mas yang berkualitas rendah berwarna putih atau keputih
– putihan, karena terlalu muda / terlalu tua. Setelah pembuahan telur masih nampak jernih dan bening,
berarti telur tersebut berkembang cukup baik. Sebaliknya telur berwarna putih, pucat atau putih keruh
berarti telur tidak menetas / mati. Selanjutnya ciri – ciri sperma ikan mas yang berkualitas unggul, berwarna
putih kekuningan, kekentalannya seperti krim susu, kisaran pH sperma 6.8 – 7.6.
2.6. Seleksi Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif
dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi
pembenihan telah dilaksanakan penggunaan induk – induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha
pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan
kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik
pembuahan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik
kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu
dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.(Gunadi, 2010).
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai
berikut :
a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor, Jantan: umur minimum 8 bulan
dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b. Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak
cacat.
c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih, panjang kepala minimal 1/3
dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
d. Sisik tersusun rapi, cerah tidak kusam.
e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan
lebar/tebal ekor. (BSN, 1999).
Ciri – ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2.7 Pemijahan Semi Buatan
Pemijahan adalah pertemuan antara ikan jantan dengan betina yang bertujuan untuk pembuahan telur oleh
sperma.
Pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang berlangsung akibat adanya setengah campur tangan
manusi, dengan menyuntikan hormon perangsang pada induk betina. Pemijahan semi buatan di atur oleh
manusia waktu untuk ikan memijah. (Gunawan, 1999).
Pemijahan semi buatan tak sesederhana pemijahan alami. Ada satu pekerjaan yang harus dilakukan, yaitu
menyuntik atau memasukan hormon perangsang pada induk betina. Namun tingkat keberhasilannya bisa
lebih tinggi. Meski kematangan induk sulit ditentukan secara visual, telur yang ada dalam tubuh dipaksa
untuk keluar, hingga terjadi pemijahan. Hambatan dalam produksi masih bisa ditekan. (Gunadi, 2010).
Ada beberapa kekurangan dalam pemijahan semi buatan. Selain memerlukan satu tambahan pekerjaan,
juga memerlukan biaya tambahan, yaitu biaya untuk menyediakan hormon perangsang. Hormon
perangsang cukup mahal harganya. Untuk membeli ovaprim harus mengeluarkan uang sebesar Rp.
200.000,- / botol. Untuk membeli ikan mas harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 20.000,- / kg.
2.8 Kualitas Air
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk, air sungai, mata
air, air irigasi, air permukaan, air sumur terbuka, dan air sumur pantek.
Menurut Cahyono (2001), Dari berbagai sumber air tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena
endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
pakan alami cukup tinggi.
Sementara air sumur terbuka, air sumur pantek, atau air tanah lainnya, lebih aman dari kontaminasi biota
dan penyakit, tetapi miskin oksigen (O2) terlarut dan kandungan karbondioksidanya (CO2) cukup tinggi. Air
jenis ini harus mendapatkan perlakuan aerasi terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk pembenihan
dan pendederan ikan mas. (Gunadi, 2010).
Menurut Gufhran (2007), Kualitas air atau mutu air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan
dan hewan air lainnya. Kualitas air yang baik, ikan hidup dengan baik, nafsu makan tinggi, dan tidak
mudah terserang penyakit. Sebaliknya, kualitas air yang buruk, ikan tidak dapat hidup dengan baik, nafsu
makan rendah, mudah terserang penyakit, mudah setres, dan dapat menimbulkan kematian. Beberapa
kriteria kualitas air yang harus dipenuhi dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan mas, tertera pada
tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 Parameter Kualitas Air untuk Pembenihan Ikan Mas.
Parameter Kadar
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen terlarut
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas 25 – 26 0C
Hijau kecoklatan
20 – 40 cm, oleh plankton
Minimal 3 mg/l
Maksimal 25 mg/l
7 – 7.5
Maksimal 0.1 mg/l
50 – 300 mg/l
Sumber : Gufhran, at.al. 2007.
2.9 Hama dan Penyakit
2.9.1 Hama
Hama dikenali juga sebagai predator atau pemangsa yang hidup di air dan di darat. Ukuran hama lebih
besar dari pada mangsanya. Jenis hama umumnya menyerang ikan mas adalah biawak, ular, linsang,
kodok dan beberapa jenis burung (misalnya burung belekok, kuntul, dan bangau).
Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanis, yakni membunuh langsung hama yang ditemukan di
tempat pemeliharaan ikan. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang perangkap dan
melokalisir seluruh area kolam dengan pagar tembok sehingga hama tidak dapat masuk. (Afrianto, 1992).
Selain hama berukuran besar, ada juga sekelompok hewan air (hama) berukuran kecil yang dapat
memangsa benih ikan mas di kolam pembenihandan pendederan. Beberapa hewan air (hama) yang sering
menyerang benih ikan mas adalah ucrit, notonecta, dan kini – kini.
Pencegahan hama ucrit dilakukan dengan cara memasang saringan di pintu pemasukan air dan padat
penebarannya tidak terlalu tinggi. Hama notonecta dilakukan dengan cara memasang saringan di pintu
pemasukan air, cara lain dapat dikendalikan dengan memercik minyak tanah kepermukaan air sebanyak
0.5 liter / 50 m2 luas permukaan air kolam. Selanjutnya pencegahan hama kini – kini dilakukan dengan
cara padat penebaran tidak terlalu tinggi. (Muharam, 2009).
2.9.2 Penyakit
Penyebab penyakit pada ikan mas ada dua, yakni jasad hidup dan bukan jasad hidup. Jasad hidup yang
menyebabkan penyakit pada ikan adalah parasit. Parasit yang menyerang ikan mas adalah virus, jamur,
bakteri, protozoa, cacing dan udang renik. Selanjutnya penyebab penyakit yang bukan termasuk jasad
hidup adalah sifat fisika air, kimia air, dan pakan yang kurang baik untuk pertumbuhan atau kehidupan ikan
mas. (Afrianto, 1992).
Menurut Kordi (2004), Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan mas sebagai berikut :
1. Ichthyophthirius multifillis
Penyakit ini dikenal dengan sebutan bintik putih atau white spot. Sering menyerang ikan mas dengan cara
bersarang di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan insang. Ciri ikan yang diserang white spot adalah banyak
mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, dan pertumbuhannya lambat. Ikan mas yang terserang penyakit ini
bisa diobati dengan cara merendam dalam larutan Methylene Blue. Jika Methylene Blue sulit didapat, bisa
digantikan dengan larutan garam dapur (NaCl) sebanyak 1 – 3 gr untuk setiap 100 ml air bersih. Lama
perendaman yang dianjurkan 5 – 10 menit dan perendaman diulang hingga 2 – 3 kali.
2. Lernea
Parasit lernea berbentuk seperti cacing dan hidup dalam tubuh ikan mas dengan cara memasukkan
kepalanya yang berbentuk jangkar ke tubuh ikan. Parasit ini mudah sekali berkembang biak pada kondisi
lingkungan yang banyak mengandung bahan organik, seperti sisa – sisa pemupukan, sampah, dan sisi –
sisa pakan. Pertumbuhan ikan mas yang terserang lernea akan lambat dan tubuhnya menjadi kurus.
Pengobatannya dengan cara merendapkan dalam 2.5 ml larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter
air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit, selanjutnya ikan di pelihara dalam air bersih dan
mengalir.
3. Dactylogyrus dan Gyrodactylus
Parasit dactylogyrus menyerang insang dan kulit ikan mas. Tanda ikan mas yang diserang oleh parasit ini
antara lain ikan melompat – lompat dan berenang di permukaan air karena insangnya dirusak oleh parasit.
Tubuh ikan banyak mengeluarkan lendir, dan warna tubuhnya menjadi pucat. Tindakan pengobatan untuk
ikan mas yang terserang parasit ini adalah merendamkan dalam larutan forrmalin (25 ppm atau 2,5 ml
larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter air bersih). Lama perendaman yang diajurkan adalah 10
menit. Selain formalin, obat – obatan lain yang bisa digunakan adalah garam dapur 20 gr/100 ml, Neguvon
2 – 3,5 %, dan kalium permanganat o,o1 gr/100 ml air.
4. Bakteri Aeromonas
Ada dua spesies aeromonas yang menyerang ikan mas, yakni Aeromonas punctata dan Aeromonas
hydrophilla. Ciri – ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah warna tubuh ikan berubah menjadi gelap dan
kulitnya kasar karena kehilangan lendir. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
perendaman ikan dalam larutan Tetracylin atau Kemicitine dengan mencampurkan 500 liter air bersih. Ikan
direndam selama 2 jam, dan pengobatan dilakukan sebanyak 3 – 5 kali berturut – turut selama 3 – 5 hari.
III. METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari sampai dengan 14 Maret 2012 Di
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD–BAT) Jantho Baru, Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) secara semi buatan di
UPTD–BAT Jantho Baru, dapat dilihat pada table 2 sebagai berikut :
Tabel 2 Alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan.
Alat Satuan Fungsinya
Jaring
Plastik Packing
Timbangan
Spuid
Hapa
Batu
Kakaban
Bak Fiber
Jangkar Empat Persegi / Mal
Thermometer
pH pen
DO meter
Soil tester
Grek
Timba
Gayung
Kain Kasa
Cangkir
Sendok Makan
Waring
Serok
Sterefom
Mesin Pengering Air
Tabung Oksigen
Karet M
Kg
Kg
Ml
M
Unit
Kg
M
Cm
0C
Mg /L
Unit
Unit
Cm
Unit
Unit
Cm
Cm
Cm
Unit
Kg
Kg
Kg – Untuk menangkap induk ikan.
- Untuk memudahkan pemindahan induk dari kolam pemeliharaan induk ke bak penampungan sementara
sebelum di pijahkan, dan untuk memudahkan pengangkutan benih ikan.
- Untuk menimbang berat induk sebelum di pijahkan.
- Untuk memudahkan memasukan hormon peransang (ovaprim) pada induk
- Hapa ini banyak digunakan dalam kegiatan pemijahan, salah satunya untuk wadah penetasan telur dan
pemeliharaan larva setelah menetas. Penggunaan hapa agar memudahkan dalam pemanenan larva.
- Sebagai pemberat yang diletakkan dalam hapa penetasan telur dan pemeliharaan larva.
- Sebagai subtrat penempelan telur ikan mas.
- Sebagai penampungan induk sementara, sebelum dipijahkan dan sebagai tempat melarutkan MG
(melachite green) saat treatmen telur.
- Sebagai alat mempermudahkan perhitungan telur ikan mas.
- Untuk mengukur suhu air.
- Untuk mengukur pH air.
- Untuk mengukur oksigen terlarut.
- Untuk mengukur pH tanah.
- Untuk mengangkat kapur dan pupuk.
- Untuk wadah pemberian pakan dan wadah melarutkan lebaycid.
- Untuk menyiram kapur dan lebaycid.
- Untuk menyaring suspensi kuning telur.
- Untuk wadah suspensi kuning telur.
- Untuk memudahkan penuangan suspensi kuning telur.
- Untuk menangkap benih ikan mas.
- Untuk menangkap benih serta memudahkan dalam perhitungan benih.
- Untuk menampung induk dan benih.
- Untuk mengeringkan air kolam saat air di saluran pembungan melebihi saluran pengeluaran air kolam
- Untuk stok suplay oksigen pada benih pengankutan.
- Untuk mengikat plastik packing.
Sumber : UPTD – BAT Jantho Baru, 2012.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) secara semi
buatan di UPTD–BAT Jantho Baru dapat dilihat pada table 3 berikut ini :
Tabel 3 Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan.
Bahan Satuan Fungsinya
Pakan Pelet Type T 79 – 2 P
Pakan Pelet Type 888
Induk Jantan dan Betina
Ovaprin
MG (Melachite Green)
Telur Ayam (Suspensi Kuning Telur)
Kapur Tohor (CaO)
Pupuk Kandang
Lebaycid
Pakan Pelet Type 789
Pakan Tepung Type 9001
Pakan Pelet Type FF 999 Kg
Kg
Kg
Ml
PPM
Butir
Kg
Kg
Ml
Kg
Kg
Kg
- Untuk pakan induk masa awal produksi (Turbo Feed).
- Untuk pakan induk masa awal produksi (Bintang).
- Untuk di pijahkan dan menghasilkan benih.
- Untuk ransangan ovulasi.
- Untuk mencegah terserangnya jamur pada telur ikan mas.
- Untuk pakan larva ikan mas baru menetas setelah kuning telur pada larva habis.
- Untuk menetralkan pH tanah serta membasmi hama dan penyakit dalam kolam.
- Untuk menyuburkan / menumbuhkan pakan alami dalam kolam .
- Untuk membasmi sisa hama dan penyakit dalam kolam.
- Untuk pakan induk masa awal dan akhir produksi (Hi-Pro-Vite).
- Untuk pakan larva setelah di pindahkan ke kolam pendederan (Central Proteinaprima).
- Untuk pakan benih berukuran 3 – 5 cm (Hi-Pro-Vite).
Sumber : UPTD – BAT Jantho Baru, 2012.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan metode pengamatan langsung (mengamati setiap kegiatan yang
dilakukan), metode deskriptif (memberikan gambaran secara lengkap), dan partisipasi aktif (terlibat
langsung dalam setiap kegiatan). Penggumpulan data di peroleh dari data primer dan data skunder. Data
primer di peroleh dari penggamatan langsung dilapangan, dan gambaran – gambaran dilapangan, serta
melakukan setiap kegiatan dilapangan. Data skunder di peroleh dari informasi serta wawancara dengan
staf atau karyawan yang terkait di dalamnya dan studi pustaka.
3.4 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan ialah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara dalam kolam induk secara terpisah. Pakan induk diberikan 4 % perhari dari bobot induk
dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Pakan diberikan dengan selang waktu 5 jam sekali.
2. Pematangan Gonad
Proses pematangan gonad dilakukan dengan memberikan pakan secara rutindan teratur. Jenis pakan
yang diberikan adalah pelet terapung dan tenggelam dengan Tipe T 79 – 2 P dan 888.
3. Seleksi Induk
Induk sebelum dipijahkan, di lakukan seleksi induk jantan dan betina. Penyeleksian induk bertujuan untuk
memilih induk yang matang gonad, atau siap pijah. Seleksi induk dilakukan dalam hapa penampungan
sementara, induk yang tidak matang gonad di kembalikan / dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
4. Pemijahan Secara Semi Buatan
Pemijahan ini dilakukan dengan cara perangsangan hormon ovavim. Induk disuntik dengan hormon
ovaprim, yang dilakukan pada jam 10 malam dengan dosis 0.5 ml / kg induk betina, pemijahan terjadi 8 –
10 jam setelah penyuntikan.
5. Penanganan Telur
Kegiatan penanganan telur dilakukan untuk mendapatkan hasil penetasan telur yang baik.
6. Pemeliharaan Larva
Larva di pelihara dalam hapa penetasan telur. Selanjutnya telur menetas menjadi larva selama 2 hari larva
tidak diberi pakan, karena larva yang baru menetas masih memiliki kantung kuning telur sebagai cadangan
makanan. Setelah kuning telur habis larva diberi suspensi kuning telur selama 3 hari, pemeliharaan larva
dalam hapa penetasan selama 5 hari, selanjutnya disebut benih lepas hapa.
7. Pemanenan Larva
Larva dipelihara selama 5 hari dalam hapa penetasan telur yang diberi pakan suspensi kuning telur.
Kegiatan pemanenan larva dilakukan pada jam 07.pagi, larva di panen dengan cara menggulung hapa
sedikit demi sedikit ke suatu sudut dan disiram dengan air. Selanjutnya larva di tebar dalam kolam
pendedran dengan padat tebar 80 – 100 ekor / m2, atau disesuaikan dengan luas kolam pendederan.
8. Pemberian Pakan Larva
Larva berumur 10 hari, mulai diberikan pakan buatan berbentuk tepung pellet type 9001, yang diberikan
pada pagi dan sore hari dengan frekuensi pemberian 300 gram / 3 ons untuk 100.000 ekor larva.
9. Pengukuran Kualitas Air
Kegiatan pengukuran kualitas air dilakukan pada kolam induk, bak pemijahan, bak penetasan telur, dan
kolam pendederan. Kualitas air diukur pada pagi, siang dan sore hari, parameter yang diukur adalah Suhu
23 – 27 0C, Do 6 – 7 ppm, dan pH 7 – 8.
10. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan pengendalian hama dilakukan dengan cara memasang perangkap (untuk jenis hama biawak,
ular, burung, dan berang-berang, melakukan pemungutan dan merusak (untuk hama jenis keong mas,
telur keong mas, kodok dan telur kodok), penyiraman lebaycid (untuk jenis hama dan penyakit ucrit, larva
cybister, notonecta, jamur, bintik putih, lernea dan aeromonas).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Profil Instansi Tempat Pelaksanaan PKL
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar Jantho Baru merupakan Balai Benih Ikan Berkualitas dan
juga meningkatkan pendapatan petani ikan air tawar serta mensejahterakan dan maju, dalam bidang
keamanan pangan, ramah lingkungan dan mampu telusur.
Meningkatkan Profesionalisme Pembenihan Ikan Air Tawar yang berkualitas dan peningkatan produksi
benih. Menyelenggarakan praktek dan pembinaan petani ikan, serta mahasiswa-mahasiswi, siswa-siswi
dalam rangka penigkatan SDM Perikanan di Provinsi Aceh, sebagai Pusat Penelitian Perikanan Air Tawar
dan menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui pelaksanaan restocking dan membantu
Penyuluhan Perikanan Air Tawar yang maju dan mampu bersaing.(UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 2 Kantor UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
1. Keadaan Umum Lokasi PKL
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru didirikan dan diresmikan pada
Tahun 2003 oleh Bupati Aceh Besar. Latar belakang berdirinya Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air
Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru Demi Kebutuhan Bibit Ikan Air Tawar bagi pembudidaya. Unit Pelaksana
Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru didirikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Aceh Besar.
Tujuan didirikan UPTD-BAT Jantho Baru adalah untuk menyediakan benih ikan air tawar. Selain itu, UPTD-
BAT Jantho Baru juga sebagai tempat mengadaptasi teknologi dan sebagai tempat pendidikan serta
pelatihan.
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru terletak di ketinggian 400
meter diatas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 262 ml / hari dan rata-rata 94320 ml /
tahun, dengan curah hujan tertinggi pada bulan September dan bulan Desember. Jarak tempuh UPTD-
BAT Jantho Baru dengan Kota Jantho ± 4 km dan dengan Kota Banda Aceh ± 55 km. (UPTD-BAT, 2012).
Data Primer.
Gambar 3 Lokasi UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
2. Letak Geografis dan Keadaan Sekitarnya
Letak Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru terletak di Desa Jantho
Baru – Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, dengan keadaan sekitarnya sangat mendukung.
UPTD-BAT Jantho Baru terletak antara 5,20 – 5,80 Lintang Utara dengan 95,00 – 95,80 Bujur Timur
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh. (UPTD-BAT, 2012). Data
Primer.
3. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 12 orang yang terdiri dari Kepala UPTD-BAT, Bagian Tata Usaha, Sub Seksi Produksi, Sub
Seksi Distribusi, Bagian Teknisi Lapangan dan Bagaian Musalla serta kebersihan, dengan jenjang / tingkat
pendidikan S2 sebanyak 1 orang, S1. 4 orang, D3. 2 orang, SMA. 3 orang dan tingkan SMP. 2 orang.
(UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja UPTD-BAT Jantho Baru adalah sebagai berikut :
Diagram 4 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja (Data Primer).
4. Badan Usaha dan Permodalan
Unit Pelasana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru berbentuk Badan Usaha Milik
Pemerintah Daerah (BUMPD). Semua urusan keuangan dan modal usahanya diurus dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
4.1.2 Sarana Pembenihan Ikan Mas
Sarana pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) di UPTD-BAT Jantho Baru meliputi :
1. Kolam Induk
Kegiatan pemeliharaan induk dilakukan dalam kolam induk dengan berukuran 12 x 25 m, yang berjumlah 2
unit.
2. Bak Pemijahan
Kegiatan pemijahan dilakukan dalam bak pemijahan dengan ukuran 3 x 4 m, yang berjumlah 2 unit.
3. Kakaban
Merupakan subtrat penempelan telur ikan mas, terbuat dari ijuk yang dijepit papan atau bambu. ukuran
kakaban dengan panjang 80 cm dan lebar 30 cm.
4. Hapa
Happa merupakan kantong berbentuk segiempat, digunakan untuk menetaskan telur ikan mas bertujuan
untuk memudahkan dalam pemanenan larva dan bersih.
5. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang berat induk yang dipijahkan. Peninbangan induk bertujuan untuk
mengetahui dosis hormon penyuntikan.
6. Spuit atau jarum suntik
Jarum suntik digunakan untuk menyuntik hormon pada induk ikan mas rajadanu yang sudah matang
gonad.
7. Hormon Ovaprim
Ovaprim digunakan untuk merangsang induk ikan mas rajadanu yang sudah matang gonad untuk
dilakukan pemijahan.
9. Steroform
Wadah yang digunakan untuk menampung induk saat membawa induk ke bak pemijahan dari kolam
pemeliharaan induk
10. Fiber
Merupakan wadah yang digunakan untuk merendam telur ikan mas rajadanu saat treatmen telur.
11. Gayung
Gayung digunakan untuk memanen larva.
12. Timba
Merupakan wadah penampungan larva saat di panen dan ditebarkan dalam kolam pendederan. (UPTD-
BAT, 2012). Data Primer.
4.1.3 Pengairan
1. Sumber Air
Sumber air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru, bersumber dari
Bendungan Sungai Jantho dialiri melalui saluran Irigasi Teknis. Jarak sumber air 3 km dari UPTD-BAT
Jantho Baru. Air ditampung dan diendapkan dalam bak pengendapan melalui pipa paralon yang berukuran
7 inc sebelum di masukkan ke dalam kolam. (UPTD-BAT, 2012).Data Primer.
Gambar 5 Sumber Air UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
Menurut Arie (2009), air adalah media hidup ikan. Agar ikan hidup baik, kebutuhan air untuk ikan mas
harus berkualitas baik, cukup dan kontinyu. Ada beberapa sumber air untuk ikan mas, diantaranya sungai,
kali atau solokan, dan saluran irigasi.
Sungai adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan dengan debit air sungai sangat besar
diatas 100 liter / detik, terutama pada musim hujan. Sebelum dialirkan ke kolam, sungai harus dibuat
bendungan. Bendungan harus kuat, dengan pintu airnya. Pembuatannya bendungan sungai membutuhkan
biaya yang besar. Sehingga sangat cocok untuk usaha berskala besar, dengan jumlah puluhan kolam.
Secara ekonomis, menjadi perhitungan dalam melakukan kegiatan budidaya. Selanjutnya kolam yang di
buat tidak bisa hanya 5 atau 10 kolam budidaya, karena akan mengalami kerugian minial 50 atau 100
kolam yang di buat.
Kali atau selokan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan debit air yang tidak besar
sekitar 10 liter / detik. Sumber air yang berasal dari kali atau selokan tidak membutuhkan biaya besar,
bahkan tidak memerlukan biaya. Bendungan yang dibuat di selokan dapat dibuat dengan gundukan batu
atau tanah. Sumber air ini hanya cocok untuk usaha skala 5 atau 10 kolam.
Irigasi adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan lebar rata-rata 3 m. Air irigasi berasal dari
sungai yang di bendung, serta pintu airnya. Air irigasi lebih baik digunakan untuk budiday perikanan skala
sedang. Pengairan irigasi lebih efisien dan membutuhkan sedikit biaya. (Muharam. 2009).
2. Kualitas Air
Kualitas air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru, Suhu air
berkisar antara 23 – 27 oC, pH air 6 – 7, dan DO 6 – 7 mg/l, dengan debit air 200 liter / detik. (UPTD-BAT,
2012). Data Primer.
Gambar 6 Alat Pengukuran Parameter Kualitas Air UPTD-BAT Jantho Baru
(Data Primer).
Menurut Muharam (2009), kualitas air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, dan biota
air lainnya. Kualitas air yang baik, ikan akan hidup dengan baik dan pertumbuhannya cepat, nafsu makan
tinggi dan tidak mudah terserang penyakit. Kualitas air baik akan memacu perkembangbiakan yang cepat
dan rentang waktu kematangan gonad (recorvery) relatif singkat. Secara umum kualitas air harus bernilai
parameter baik.
Kriteria parameter kualitas air yang baik untuk pembenihan ikan mas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4 Parameter kualitas air yang baik untuk pembenihan ikan mas
Parameter Kualitas Air Nilai Batas
Residu padat terlarut total
Padatan tersuspensi
Kekeruhan
Suhu
Oksigen terlarut
Karbondioksida
pH
Alkalinitas (CaCO3)
Kesadahan total (CaCO3)
Amonia total
Nitrit
Pestisida organoklor
Pestisida organofosfat Maksimum 2.000 mg/l.
Maksimum 400 mg/l.
Maksimum 50 JTV.
26 – 28 0C.
(fluktuasi normal sekitar 4 0C).
Lebih besar dari 2 mg/l.
Kandungan minimum 6 mg/l tidak boleh terjadi selama 8 jam berturut-turut.
0 – 12 mg/l.
6,5 – 8,5.
Minimum 20 mg/l.
Minimum 20 mg/l.
Maksimum 0,02 mg/l.
Maksimum 0,1 mg/l.
Maksimum (0,01 x LC50–96 jam) mg/l.
Maksimum (0,03 x LC50–96 jam) mg/l.
Sumber : Muharam, C. 2009.
3. Bak Pengendapan
Bak pengendapan terbuat dari beton berbentuk persegi panjang, berukuran 5 x 7 x 2 m dan kemiringan
450 dengan filter batu berpasir. Bertujuan untuk mengendapkan sedimen partikel kecil dan hama yang
dibawah / diangkut air, seperti lumpur, pasir, telur ikan liar yang tidak bersifat menempel, larva ikan liar,
dan keong mas. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 7 Bak Pengendapan UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
Menurut Arie (2009), Bak pengendapan air dibuat dengan tujuan untuk menyaring partikel-partikel yang di
bawa air. Bak pengendapan dibuat berbentuk zig-zag dengan sekat-sekat dari beton. Adanya sekat
menyebabkan partikel kecil seperti lumpur mengendap di sudut sekat sehingga air yang masuk ke kolam
bersih.
4. Saluran Pemasukan dan Pengeluaran Air
Bentuk saluran pemasukan – pengeluaran air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-
BAT) Jantho Baru, berbentuk paraler dan bentuk pintu pemasukan – pengeluaran air terbuat dari paralon.
(UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Menurut Susanto (1999), Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapatkan air baru atau
air yang sudah dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena kualitas air
kolam dapat terjaga. Selanjutnya, sistem ini mudah dalam pengelolaannya, satu kolam dipanen tidak
mengganggu kolam yang lain.
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4 inchi. Bagian itu
tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak antara pintu pemasukan
dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tingginya bagian ini
bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah satu bentuk
pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa juga dibuat dengan
bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paralon. (Susanto, 1999).
4.1.4 Konstruksi Kolam dan Bak Ikan Mas Rajadanu
1. Kolam Induk
Konstruksi kolam induk terbuat dari beton dengan alas tanah, jenis liat berpasir perbandingan tanah liat
dan pasir 3 : 2. Kolam berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 12 x 25 m dan kedalaman 1 m,
kolam induk berjumlah 4 unit, masing-masing induk, jantan dan betina di pelihara secara terpisah.
Bertujuan untuk mencegah terjadinya perkawinan atau pemijahan ilegal, sehingga terjadi penerunan
kualitas produksi benih. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 8 Konstruksi Kolam Induk UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
2. Bak Pemijahan
Bentuk bak pemijahan empat persegi terbuat dari beton, sehingga mudah dalam pengeringan dan
pengisian air, dengan ukuran 3 x 5 m, kedalam 70 cm dan ketinggian air rata-rata 60 cm. Bak dikeringkan
sebelum digunakan selama 2 – 3 hari untuk merangsang atau mempercepat proses pemijahan. Bak
Pemijahan Ikan Mas yang ada di UPTD-BAT Jantho Baru sebanyak 1 Unit.
Bak penetasan telur ikan mas adalah bak yang digunakan untuk memijahkan induk dengan menggunakan
hapa, bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan larva ikan mas. Setelah induk memijah, telur ikan
mas menepel / melekat (adesif) pada kakaban, induk dipindahkan kekolam induk, dan telur ditetaskan di
dalam kolam pemijahan dengan menggunakan hapa. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 9 Kontstuksi Bak Pemijahan UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
Menurut Suseno (1999), Untuk kegiatan pemijahan ikan mas wadah yang digunakan adalah bak
pemijahan berukuran 3 x 5 m dan kedalaman 70 cm, dengan bentuk persegi panjang. Bak pemijahan yang
digunakan, sebelumnya dibersihkan dan dibilas dengan air, selanjutnya dijemur untuk menghilangkan
jamur-jamur dan bakteri yang masih menempel. Air merupakan media yang sangat penting bagi budidaya
ikan. Untuk itu perlu disediakan air yang sangat bersih dan steril. Air yang digunakan untuk pemijahan ini
adalah air yang berasal dari air irigasi yang sudah diendapkan selama 24 jam, karena kemungkinan air
tersebut mengandung zat-zat yang beracun yang akan mengakibatkan gangguan pemijahan ikan mas. Air
yang diendapkan di masukkan dalam bak pemijahan dengan menggunakan pintu pemasukan air dengan
ketingian 60 – 70 cm.
Setelah air dimasukkan, selanjutnya dilakukan pemasangan kakaban, sebagai subtrat penempelan telur
ikan mas, jika kakaban (ijuk) sulit ditemukan di lokasi dan daerah budidaya perikanan bisa digantikan
dengan tali rafiah. Subtrat yang di buat dari tali rafiah disisri dengan rapi dan di jepit dengan dua bilah kayu
atau bambu. Selajutnya di pasangkan dalam kolam pemijahan ikan mas. (Muharam, 2009).
4.2 Pembenihan
4.2.1 Pemeliharaan Induk
Kegiatan Pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk yang baik,
harus mempertimbangkan ras atau varietas ikan mas yang di jadikan calon induk. Pemeliharaan induk
sangat perlu dijaga, demi ke langsungan produksi benih berkualitas unggul. Induk dirawat dengan cara
pemberian pakan secara rutin dan cukup, pengontrolan kualitas air, serta pengendalian hama dan
penyakit. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Induk betina dan jantan dipelihara terpisah. Pemeliharaan dilakukan dalam kolam induk sampai matang
gonand atau siap untuk dipijahkan, kriteria pemeliharaan induk betina dan jantan dapat dilihat pada tabel 5
dan 6 berikut ini.
Tabel 5 Kriteria Pemeliharaan Induk Betina Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio).
Betina
Umur
Bobot
Wadah Pemeliharaan
Padat Tebar
Pakan
Dosis Pakan
1,5 – 2 tahun Recovery Gonad
> 2 kg
Kolam induk / bak induk
1 ekor / m2
Pellet (Protein 28 – 30 %)
2 – 3 % berat badan / hari
2 – 3 bulan
Sumber: UPTD-BAT Jantho Baru, 20
BARU
DIFERENSIASI KELAMIN IKAN MAS
Jenis kelamin pada ikan mas, dan juga jenis kelamin pada beberapa jenis kan lainnya memiliki
tingkat pertumbuhan yang berbeda. Studi tentang adanya perbedaan tingkat pertumbuhan itu
sudah lama dilakukan, terutama di Jepang, di Eropa dan negara-negara lainnya. Hasilnya sudah
diketahui dengan pasti, dan telah berdampak positip pada kegiatan usaha perikanan.
Ikan nila GIFT contohnya. Pada nila GIFT, pertumbuhan jantan lebih cepat dari betina. Pada umur 6
bulan, jantan nila GIFT bisa mencapai 300 gram. Sedangkan betina hanya mencapai 250 gram
(Arie, 1999). Adanya perbedaan ini disebabkan faktor internal, salah satunya adalah aktivitas
gonad. Faktor internal lainnya, tentu saja disebabkan karena gen.
Aktivitas gonad pada ikan nila tidak berhenti sejak matang gonad, baik pada jantan maupun
betina. Pada umur 5 bulan, ikan nila sudah memijah. Itu terus terjadi sepanjang tahun dengan
interval 3 minggu pada betina, dan seminggu pada jantan. Tetapi energi yang diperlukan untuk
memproduksi telur lebih banyak daripada energi yang diperlukan untuk memproduksi sperma. Ini
berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan.
Ikan nila memijah sepanjang tahun, baik jantan maupun betina. Interval pemijahan keduanya
berbeda. Pada betina, interval itu berlangsung sangat cepat, yaitu selama 3 minggu. Sedangkan
pada jantan berlangsung selama seminggu. Karena itu, pada ikan nila, jenis kelamin jantan lebih
diutamakan dari betina. Sebab, hasil panen yang diperoleh lebih tinggi dari betina. Tentu saja,
keuntungannya juga lebih banyak.
Pada ikan mas terjadi sebaliknya. Ikan yang berkelamin betina lebih cepat tumbuh dar betina.
Pada umur setahun, ikan betina bisa mencapai berat 1 – 1,2 kg. Sedangkan jantan pada umur yang
sama hanya mencapai 800 gram. Betina 5 – 10 persen lebih cepat tumbuh dari jantan (Kessler,
1961 dalam Nagy et al., 1978). Karena itu, pada ikan mas, jenis kelamin betina lebih diutamakan
dari jantan.
Pembuatan jenis kelamin pada ikan nila, mas dan ikan lainnya dapat dilakukan dengan
pengubahan kelamin, atau dikenal dengan istilah diferensiasi kelamin. Menurut Yatim (1980),
diferensiasi kelamin adalah perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan atau dari jantan ke
betina yang disebabkan oleh faktor lingkungan, dimana perubahan ini hanya terjadi pada karakter
kelaminnya saja, sedangkan susunan genetiknya tidak berubah.
D’Ancona dan Yamamoto dalam Brusle dan Brusle (1983) membagi proses diferensiasi ke dalam
dua bagian, yaitu diferensiasi secara langsung dan diferensiasi secara tidak langsung. Deiferensiasi
langsung umumnya terjadi pada ikan-ikan gonochorisme. Pada proses ini sudah terdapat sel benih
jantan atau betina sebelum terjadinya diferensiasi gonad. Sedangkan diferensiasi tidak langsung
umumnya terjadi pada ikan-ikan hermaprodit, seperti belut (Fluta alba). Di awal, ikan-ikan
hermaprodit berkelamin betina, kemudian 50 persen berubah menjadi jantan (Brusle dan Brusle,
1983).
Menurut D’Ancona, 1950 dalam Brusle dan Brusle, 1983, menyebutkan bahwa pada awal
pembentukan gonad terdapat sepasang somatic, yaitu cortex dan modulla yang sangat berperan
penting dalam pembentukan kelamin jantan atau betina, sehingga perubahan jenis kelamin pada
ikan merupakan pengaruh rangsangan cortex dan modulla yang akan menghasilkan gynogenin
atau androgenin.
Pada umumnya phenotip jenis kelamin ikan sesuai dengan genotipnya, tetapi dapat terjadi
penyimpangan. Penyimpangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ekternal, (yaitu suhu dan
salinitas), dan penggunaan hormone steroid (Brusle dan Brusle 1983). Pada suhu 26 o C banyak
dijumpai gonad ikan Rivulus yang berkembang menjadi ovotestis, tetapi pada suhu 10 o C menjadi
testis. Pada Anguilla yang hidup di salinitas tinggi, banyak dijumpai jan tan. Sedangkan pada
salinitas rendah betina lebih dominan (Colombo dan Rossi dalam Brusle dan Brusle 1983)
Penggunaan steroid sintesis pada ikan untuk mengubah kelamin akan berhasil apabila diberikan
pada masa diferensiasi gonad (Nakamura dan Takashi dalam Machintosh, Vargeshe dan
Satyanarayanan Rov, 1984). Masa diferensiasi gonad ikan berbeda-beda untuk setiap jenis ikan.
Bisa terjadi selama berlangsungnya proses penetasan, bisa juga terjadi saat larva.
Pada ikan mas, masa diferensiasi terjadi sampai ikan berumur 65 setelah menetas (Brusle dan
Brusle 1983). Pendapat itu tidak jeuh berbeda dengan pendapat Davies dan Takashiwa dalam
Hunter dan Donalson (1983) yang menyatakan bahwa pada suhu 21,7 – 23,5 o C proses
diferensiasi kelamin berlasung selama dua bulan setelah telur menetas.
Sementara itu Yamazaki (1983) menyatakan bahwa penggunaan hormone steroid akan lebih
berhasil merubah kelamin apabila digunakan selama mas pertumbuhan gonad, yaitu sebelum atau
sesudah ikan mula makan. Dari penelitiannya dia menyimpulkan bahwa :
- Pemberian hormone akan efektif apabila diberikan pada ikan mulai makan. Frekwensi jantan
seringkali relative tinggi jika diberikan setelah 1 – 2 minggu dari mulai makan.
- Periode sensitive untuk diberi pakan terjadi pada waktu ikan berumur 2 – 4 minggu. Namun hal ini
sangat tergantung pada species ikan itu sendiri.
Berkaitan dengan pendapat Yamazaki di atas, Nagy et al., mencoba memberikan 100 mg/kg
metilteststeron selama 36 hari yang diberikan pada benih yang berumur 8, 26, 44, 62 dan 80 hari
setelah fertilisasi untuk mendapatkan jantan hasil genogenesis dengan menggunakan suhu 20 – 25
o C. hasilnya, pada suhu 25 o C, ikan mas yang diberikan hormone metiltestosteron pada umur 8 –
62 hari didapat 71,4 – 88,9 persen jantan. Sedangkan pemberian hormon pada umur 80 hari hanya
didapa 20 persen saja.
Pengaruh pemberian hormone pada diferensiasi kelamin akan mengubah fenotif kelamin tanpa
mengubah genotipnya. Ikan jantan memiliki kromosom XY dan ikan betina XX. Dengan
memberikan hormone androgen pada stadia tertentu dapat berkembang menjadi fenotif jantan.
Pada ikan yang gonadnya sedang berdiferensiasi menjadi testis atau ovari dengan adanya
pemberian hormone, kemungkinan akan memberikan hasil yang permanent (Martin, 1979), sebab
kerja gen kelamin terbatas pada periode yang relative singkat, yaitu selama awal perkembangan
gonad dan tidak aktif lagi setelah gonad berdiferensiasi (Yamazaki, 1983).
Daftar Pustaka :
Donalson, E. M, U.H.M Fagerlund., DA. Hggs dan J.R Mc Bride 1978. Hormonal enchament of growt.
Dalam W.S. Hoar, D.J. Randal dan J.R. Bret (ed.). Fish Physiology Vol. VIII. Academic Press, Newyork
456 – 597
Hunter. G.A. E.M. Donalson. J. Stoss dan I. Baker, 1983. Production of monosex female groups of
chinoox salmon (Onchorhynchus ishawytscha) by the fertilization of normal ova with sperm from
sex-reversed female. Jour. Aquac., 33 : 355 – 364
Martin, C.R. 1979. Texbook of endocrine physiology. City University of Newyork City. 561 hal.
Nagy, A., K. Rajki. L. Horvart dan V. Csanyi. 1978. Investigation on carp (Cyprinus carpio L)
ginogenesis. Jour. Fish. Biol. 13 : 215 – 224.
Yamazaki, F. 1983. Sex control and manipulation in fish. Jour. Aquac. 33 : 329 – 354.
Yatim, W. 1986. Genetika. Tarsito Bandung. 397 hal.
Induk murni ikan mas sulit dicari di Indonesia, atau bisa jadi sudah tidak ada. Padahal
keberadaannya sangat penting dalam dunia usaha. Karena dari induk yang murni dapat
melahirkan keturunan yang unggul, yaitu tumbuh cepat, rentan terhadap serangan penyakit dan
perubahan lingkungan. Bila dipelihara dapat diperoleh hasil yang maksimal dengan tingkat
kehidupannya (SR) yang tinggi.
Menurut Ditjen Perikanan (1985) dan Sumantadinata (1988), menurunnya sifat-sifat kemurnian
ikan mas disebabkan bebagai faktor, 1 ) kurangnya pengertian para pembudidaya ikan tentang
pentingnya ketersediaan induk-induk murni untuk produksi benih unggul. 2 ) jarang pakar
perikanan yang berminat dan bekerja untuk melakukan seleksi karena membutuhkan waktu yang
lama, fasilitas yang memadai, dan biaya yang tinggi. 3 ) Adanya pemijahan yang berulang kali
antar ras tanpa pola tertentu, akibat kurangnya pengontrolan di lingkungan petani pembenih ikan
di daerha tersebut.
GINOGENESIS IKAN MAS
Dahulu tercatat ada delapan varitas ikan mas
yang tersebar di beberapa daerah tanah air. Dari varitas-varitas itu sudah terbukti kelebihannya
Baca delapan varitas ikan mas. padadelapan-varitas-ikan-mas-dan-tanda. Namun dari semua
varitas itu belum ditemukan kemurniannya berdasarkan sifat-sifat, dan morfologi dengan
kelengkapan sejarahnya.
Kemurnian induk ikan mas harus dikembalikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mengembalikan kemurniannya adalah dengan melakukan persilangan-persilangan dalam (in
breeding). Namun cara ini membutuhkan lebih dari enam generasi. Satu generasi membutuhkan
waktu 2 tahun, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk. Jadi cara ini membutuhkan
waktu selama 12 tahun.
Untuk memperpendek masa pemurnian dapat dilakukan dengan cara ginogenesis. Cara ini bisa
merubah dari 6 generasi menjadi 2 generasi, strain murni sudah dapat diperoleh pada generasi
kedua. Keberhasilan cara ini tergantung dari ketelitian perlakuan dan kesuburan betina ginigenesi
(Nagy, Bersenyi dan Csanyi, 1981 : Sumantadinata).
Nagy et al,. 1978 ; Hollebeck et al,. 1986: Sumantadinata, 1988), menyebutkan ginogenesis adalah
terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetic gamet jantan. Jadi gamet jantan hanya
berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya merupakan perkembangan pathenogenetis
betina (telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada ginogenesis bertujuan untuk merusak
kromososm spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak berfungsi secara genetic
(Sumantadinata, 1988). Nagy et al,. 1981, menyebutkan pemijahan dengan cara ginogenesis akan
menghasilkan selurunya berkelamin jantan. Lihat artikel penyimpanan sperma
pada : penyimpanan-sperma.html.
Ginogenesis merupakan reproduksi seksual yang jarang terjadi pada pembuahan, karena nukleus
sperma yang masuk ke dalam telur dalam keadaan tidak aktif, sehingga perkembangan telurnya
hanya dikontrol oleh sifat genetik betina saja. Oleh karena itu, keturunannya merupakan replika
dari induk betina baik secara marfologi maupun susunan genetiknya (Purdon, 1983). Lihat
pengubahan kelamin diferensiasi-kelamin-pada-ikan-mas.html
Ginogenesis buatan dilakukan melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal
perkembangan embrio. Perlakuan ini bertujuan 1) membuat supaya bahan genetik jantan menjadi
tidak aktif 2) mengupayakan terjadinya diploisasi agar telur dapat menjadi zigot (Nagy, et al,.
1979). Bahan genetik dalam spermatozoa dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar X dan
sinar ultraviolet (Purdon, 1983). Sinar ultraviolet banyak digunakan, karena murah.
Prosedur percobaan ginogenesis : Telur berasal dari induk betina ikan mas. Agar bisa ovulasi, induk
disuntik dengan ovaprim atau ekstrak kelenjar hipophisa. Sperma diambil dari ikan tawes
sebanyak 1 ml, lalu diencerkan 100 kali dengan larutan garam (Sodium Chloride 0,9 %). Setelah
diencerkan di radiasi dengan sinar ultraviolet selama 10 menit. Telur dan sperma dicampurkan,
sehingga terjadi pembuahan. Setelah terjadi pembuahan disebat dalam ayakn plastic dan
direndam dalam air dengan suhu 25 o C. Setelah 2 menit pembuahan di beri kejutan panas (heat
shock) pada suhu 40 o C selama 1,5 – 2 menit. Untuk menghilangkan daya lekat telur diberi larutan
tannin, setelah itu diinkubasi pada suhu 28 o C hingga menetas. Skema prosedur ginogenesis
menyusul.
Daftar Pustaka :
Direktorat Jenderal Perikanan, 1988. Status dan Permasalahan pembenihan ikan dan udang di
Indonesia. Seminar Nasional Pembenihan Ikan dan Udang 5 – 6 Juli Direktorat Bina Produksi,
Jakarta. 18 hal.
Donalson, E. M, U.H.M Fagerlund., DA. Hggs dan J.R Mc Bride 1978. Hormonal enchament of growt.
Dalam W.S. Hoar, D.J. Randal dan J.R. Bret (ed.). Fish Physiology Vol. VIII. Academic Press, Newyork
456 – 597
Hamid, A.R. 1991. Pemberian Metiltestosteron Di dalam Proses Diferensiasi Kelamin Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) Hasil Ginogenesis. Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan, Jurusan
Perikanan, Bandung.
Hunter. G.A. E.M. Donalson. J. Stoss dan I. Baker, 1983. Production of monosex female groups of
chinoox salmon (Onchorhynchus ishawytscha) by the fertilization of normal ova with sperm from
sex-reversed female. Jour. Aquac., 33 : 355 – 364
Martin, C.R. 1979. Texbook of endocrine physiology. City University of Newyork City. 561 hal.
Nagy, A., K. Rajki. L. Horvart dan V. Csanyi. 1978. Investigation on carp (Cyprinus carpio L)
ginogenesis. Jour. Fish. Biol. 13 : 215 – 224.
Sumantadinata, K. 1988. Teknologi ginogenesis, percepatan pemurnian ikan peliharaan, Kompas
23 Nopember 1988.
Yamazaki, F. 1983. Sex control and manipulation in fish. Jour. Aquac. 33 : 329 – 354.
Yatim, W. 1986. Genetika. Tarsito Bandung. 397 hal
ANDROGENESIS IKAN MAS
Keberhasilan budidaya ikan mas, terutama pada tahap pembesaran salah satunya ditentukan oleh
kualitas benih. Karena benih tersebut dapat hidup dengan baik, tumbuh dengan cepat, serta tahan
terhadap perubahan lingkungan dan serangan penyakit. Namun benih ikan mas yang berkualitas
baik, sulit ditemukan di Indonesia. Karena kualitas induk sudah jauh menurun dibandingkan dua
puluh tahun yang lalu.
Karena itu genetik pada ikan mas sekarang harus dikembalikan. Salah satu cara perbaikan genetik
adalah dengan pemurnian induk. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
persilangan-persilangan dalam (in breeding). Namun cara ini membutuhkan lebih dari enam
generasi. Satu generasi membutuhkan waktu 2 tahun, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan induk. Jadi cara ini membutuhkan waktu selama 12 tahun.
Cara yang praktis adalah dengan melalukan ginogenesis. Dengan cara ini waktu pemurnian induk
bisa diperpendek menjadi enam tahun. Cara praktis lainnya adalah dengan androgenesis, yaitu
suatu teknologi yang memanfaatkan sifat-sifat genetik ikan dengan menggunakan prinsip-prinsip
bioteknologi. Teknik ini memberikan kemungkinan untuk mempercepat waktu pemurnian dalam
seleksi ikan. Androgenesis dapat dilakukan dengan memanipulasi beberapa proses pembuahan
yaitu membuat agar material genetik gamet betina menjadi tidak aktif dan mengupayakan supaya
terjadi diploisasi (NAGY dkk., 1978).
Material genetik gamet betina dapat dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gamma, sinae-x atau
sinar ultra violet (PURDON, 1983). Dewasa ini sinar ultra violet lebih banyak digunakan karena
lebih praktis dan lebih aman. Radiasi sinar ultra violoet dapat menyebabkan rusaknya kromosom.
Berdasarkan penelitian adrogenesis yang dilakukan ARIFIN (1994) diperoleh hasil, bahwa radiasi
dengan menggunakan dua buah lampu TUV 15 wat berjarak 30 cm dari telur selama 3 – 5 menit
telah mampu me-non-aktikan material gamet betina.
Pemberian kejutan dilakukan untuk mempertahankan diploiditas embrio pada tahap awal
perkembangannya. Diploidisasi dapat dilakukan dengan cara menghambat pembelahan mitosis I
(CHOURROUT, 1984). Derajat homozigositas yang tinggi dapat dicapai dengan kejutan pada
pembelahan mitosis I (NAGY 1986 dalam SULARTO dkk., 1992), karena pada pembelahan mitosis
pasangan kromosom yang dihasilkan bersifat identik yang berasal dari genom haploid paternal
yang membelah menjadi dua (PENMAN, 1993). Tanpa proses diploidisasi embrio yang dihasilkan
pada pembuahan sel telur non-aktif akan bersifat haploid yang berkarakter abnormal.
Jenis kejutan yang dapat dilakukan antara lain kejutan suhu (panas dan dingin), kejutan tekanan,
kejutan dengan menggunakan bahan kimia dan kejutan listrik. Kejutan suhu merupakan salah satu
metode yang banyak dilakukan karena mudah diterapkan (CARMAN, 1990). ARAI dan WILKINS
(1987) menjelaskan bahwa penggunakaan kejutan suhu ternyata lebih mudah dibandingkan
dengan kejutan tekanan. PURDON dan LINCOLN (1973) menyatakan bahwa kejutan panas telah
umum dilakukan untuk menduplikasi seperangkat kromosom.
Pada penelitian androgenesis ikan mas yang dilakukan EDDY (1994), didapat hasil, bahwa lama
waktu kejutan panas yang dilakukan 40 menit setelah pembuahan pada suhu 40 O C yang terbaik
adalah dua menit. Penelitian pada ginogenesis ikan mas menunjukan benih homozigot diploid yang
dihasilkan tertinggi oleh kejutan panas 36 – 37 menit setelah pembuahan (GUSTIANTO
danDHARMA, 1991). SUMANTADINATA (1998), menyatakan bahwa umumnya waktu awal kejutan
panas yang menekan saat pembelahan mitosis I pada ginogenesis adalah 40 dapat dilakukan
selama 1,5 – 2,0 menit.
Penelitian ginogenesis ikan mas dengan menggunakan induk jantan ikan tawes berhasil
memproduksi benih ginogenetik, dengan kejutan panas pada suhu 40 O C setelah 40 menit
inkubasi (PRIHADY dan SUBAGYO, 1992). Menurut SULARTO dkk (1992), produksi ginigenetik nikan
mas tertinggi diperoleh dengan pemberian kejutan panas selama satu menit pada saat 40 menit
setelah pembuayhan.
Menurut SUMANTADINATA (1988), androgenesisi adalah proses terbentuknya embrio dari gamet
jantan tanpa kontribusi genetis gemet betina. Proses reproduksi ini tidak umum terjadi, sehingga
pada androgenesis dilakukan proses buatan yaitu menon-aktifkan bahan-bahan genetik yang
terdapat pada telur dengan cara meradiasi telur tersebut (THORGAARD dkk., 1990). Akibat
perlakuan tersebut tanpa peranan gemet betina dan bersifat haploid.
Individu haploid memiliki ciri-ciri yang abnormal misalnya bentuk punggung dan ekor yang
bengkok, mata atau mulut yang tidak sempurna, ukuran tubuh yang kecil, sistem peredaran darah
yang tidak normal dan ketidakmampuan melakukan aktifitas renang dan makan (CHERVAS, 1981 ;
PURDOM, 1983). Agar embrio ini tetap hidup menurut NAGY dkk. (1978) perlu dilakukan
diploidisasi pada tahap awal perkembangan telur.
Pada androgenetis yang dilakukan oleh ARIFIN (1994) pada ikan mas berhasil memperoleh 89,4
persen benih diploid androgenetik, sedangkan EDDY (1994) memperoleh 89,05 benih androgenetik
ikan mas. SHCEERE dkk. (1986) dan THORGARRD dkk. (1990) yang melakukan percobaan
androgenesis ikan rainbow menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan masing-masing sebesar
6,8 persen dan 0,8 persen setelah berumur 59 hari.
Daftar Pustaka :
Rohadi, D.S, 1996. Pengaruh Berbagai Waktu Awal Kejutan Panas Terhadap Persentase Larva
Diploid Mitoandrogenetik Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian,
Jurusan Perikanan, Jatinangor, Bandung
Daftar Pustaka Tambahan :
Arai, K. dan N.P. Wilkins. 1987. Triplidization of brown trout (Salmon trutta) bay heat shock.
Aquaculture, 64 : 97 – 103.
Arifin, O.Z. 1994. Pengaruh lama Radiasi sinar ultra violet terhadap keberhasilan androgenetis ikan
mas majalaya (Cyprinus carpio L). Skripsi Fakultas Pertanian Unida, Bogor (Tidak dipublikasikan, 40
hal).
Carman, O. 1990. Ploidy manipulation in some warm water fish. Thesis, Sumited in Partial Fulfiment
of Requirements for Degree of Master in Fisheries Science at The Tokyo University of Fisheries, 87
hal.
Cherfas, N.B. 1981. Ginogenesis in fishes. Dalam V.S. Khirpichnikov (ed:) : Genetic bases of fish
selection. Springer, Verlag, Berlin, Heidelberg, New York. Hal 223 – 273.
Chourout, D. 1984. Pressure induced retention of second polar body by suppression of first
cleavage in rainbow trout; Production of all-triploid – all tetraploid, and heterozygous
gynogenetic. Aquaculture, 26; 111 – 126.
Eddy, M. 1994. Pengaruh lama kejutan panas terhadap androgenesis pada ikan mas(Cyprinus
carpio L). Skripsi. Fakultas Pertanian, Unida Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Hardjamulia, A. 1979. Budidaya Perikanan. Budidaya ikan mas (Cyprinus carpio L), ikan tawes
(Puntius javanicus), ikan nilem (Osteochilus hasselti). SUPM Bogor. Badan Pendidikan dan Latihan
Penyuluhan Perikanan, Depatemen Pertanian
BARU
Ikan mas adalah jenis ikan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai usaha. Seperti untuk bisnis masakan hingga budidaya. Itu juga dikarenakan ikan mas yang mempunyai cita rasa yang tinggi sehingga disukai konsumen. Ikan mas memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga baik untuk dibudidayakan.
Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas Teleostrei. Ikan Mas sudah lama dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling populer di masyarakat. Selain dikenal dengan nama ikan mas, ikan ini dikenal dengan nama dengan nama Ikan Karper ataupun ikan tombro. Kini telah banyak dikenal ras persilangan ikan mas antara lain Ikan Mas Merah, Si Nyonya, Taiwan, Majalaya, Kaca, Kumpai dan lain-lain.
Persyaratan Budi Daya Ikan Mas Di alam aslinya ikan mas hidup di perairan sungai, danau maupun genangan air lainnya yang berada pada ketinggian 150-600m dpl, dengan suhu air berkisar 20 derajat sampai 25 derajat celcius. Ikan mas termasuk hewan Omnnivora atau pemakan segala sehingga di alam makanan Ikan mas berupa daun-daunan, lumut, serangga, cacing dan lain sebagainya. Pada modelbudidaya ikan mas lingkungan pemeliharaan dibuat menyerupai alam aslinya.
Model budidaya ikan mas bisa dipelihara dalam Kantong Jaring Apung, Kolam air deras, kolam tanah, kolam beton dan lain-lain tergantung ketersediaan lokasi. Makanan dalam budidaya ikan mas juga bermacam-macam mulai dari pemberian pakan alami sampai pemberian pelet buatan pabrik. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas air pada media untuk budidaya ikan mas seperti PH air yang harus berada pada kisaran 7-8, kandungan oksigen terlarut yang cukup dan bebas dari kandungan zat kimia berbahaya.
Model Budi Daya Ikan Mas Peluang usaha budidaya ikan mas dapat dipilih sesuai kondisi dan keinginan. Ada beberapa peluang usaha dalam budidaya ikan mas ini yaitu pembibitan dan pembesaran ikan mas untuk keperluan konsumsi.
1. Usaha Pembibitan Ikan MasPembibitan ikan mas memiliki prospek yang cukup cerah, karena perputaran modal yang cukup cepat. Penyediaan bibit ikan mas dimulai dari burayak ikan mas baru saja menetas, burayak usia sekitar satu bulan, burayak usia dua bulan. Pada setiap usia ikan mas memiliki potensi ekonomi.Persiapan induk Ikan Mas Induk ikan mas yang akan dipijahkan dipelihara di kolam khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan ikan mas sebanyak 3% per bobot biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari. Ikan Mas betina yang diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot >2 kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg. Untuk membedakan jantan dan betina dapat dilakukan dengan jalan mengurut perut kearah ekor. Jika keluar cairan putih dari lubang kelamin, maka ikan mas tersebut jantan.
Ciri-ciri ikan mas betina yang siap pijah atau matang gonad adalah:- Pergerakan ikan lamban- Pada malam hari sering meloncat-loncat- Perut membesar/buncit ke arah belakang dan jika diraba terasa lunak- Lubang anus agak membengkak/menonjol dan berwarna kemerahan
Sedangkan ciri-ciri untuk ikan mas jantan gerakan lincah dan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) dari lubang kelamin bila dipijit.
Pemijahan Ikan Mas Dalam proses pemijahan ikan mas, ikan dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan rangsangan hormon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemijahan ikan mas adalah :
o Mencuci dan mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam)o Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cmo Memasang hapa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam dengan ukuran 4 x 3 x 1 meter. Hapa
dilengkapi dengan pemberat agar tidak mengambang.o Memasang kakaban di tempat pemihajan (dalam hapa). Kakaban dapat berupa ijuk yangdijepit bambu/papan
dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.o Memasukkan induk Ikan Mas jantan dan betina siap pijah. Jumlah induk Ikan Mas betina yang dipijahkan
tergantung pada kebutuhan benih dan luas kolam yang akan digunakan dalam pendederan. Satu Induk Ikan Mas betina dipasangkan dengan 2 atau tiga ikan mas jantan atau bahkan lebih tergantung bobot indukan betina.
o Mengangkat induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk.
Setelah telur berusia kurang lebih 4 hari maka telur ikan mas akan menetas menjadi larva , beberapa saat setelah menetas larva masih mendapatkan suplai makanan cadangan dari telur, setelah itu perlu diberi makanan tambahan berupa pelet untuk larva, kutu air atau kuning telur rebus. Setelah kurang lebih lima hari larva ikan mas siap ditebar di kolam pembenihan.
Pendederan Ikan MasSetelah larva cukup kuat saatnya untuk melakukan pendederan ikan mas, bisasanya dilakukan pada kolam lumpur atau sawah meski bisa juga dilakukan pada kolam semen. Persiapan kolam tanah adalah dengan meratakan tanah dasarnya, tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam, isi air setinggi kurang lebih 40 cm dan rendam selama 5 hari tanpa aliran air. Hal ini dimaksudkan agar plankton dan sumber makanan alami ikan mas tumbuh di kolam pendederan. Untuk ukuran kolam lumpur 100 m2 tebar 100.000 ekor larva pada pagi hari, berikan makanan tambahan berupa tepung pelet atau pelet yang telah direndam. Pada usia telah mencapai 3 minggu bibit ikan mas siap dipanen, untuk dijual atau dipelihara kembali pada kolam berbeda. Hal yang sama dilakukan untuk membesarkan benih ikan mas pada ukuran yang lebih besar, hanya saja kepadatan ikan perlu dikurangi.
BARU
Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b. Kolam pemijahan Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam
pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai paralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangandengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakanpenyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untukmemberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gramdan 10 gram/meter persegi.
Pembibitan 1. Pemilihan Bibit dan Induk Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara
tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendaliankuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas. Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
a.Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan
dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b.Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat,
sirip tidak cacat.
c.Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala
minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih. d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
e.Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan
lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a) Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b) Jantan
- Badan tampak langsing.- Gerakan lincah dan gesit.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2. Sistim Pembenihan/Pemijahan Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu: a. Sistim pemijahan tradisional Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu: - Cara sunda:
(1)luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam
dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan. - Cara cimindi:
(1)luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2)disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
(4)tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
- Cara rancapaku:
(1)
luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu;
(2)disediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;
(4)setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
- Cara sumatera:
(1)luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan. - Cara dubish:
(1)
luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2)media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylonsetinggi 40 cm;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan. - Cara hofer:
(1)sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon dactylondipasang di depan pintu pemasukan air.
b. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelahsuntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
3. Pembenihan/Pemijahan Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas: a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
b.Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen di air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
d.Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
e.Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
4. Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a.Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
b.Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
c.Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
d.Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
5. Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakanpelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehariselama 3 minggu
Pemeliharaan Pembesaran Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur. a. Polikultur . 1) ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau b. Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
. 1) Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam diisi air 39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2) Pemberian Pakan Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan.
Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak
menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.
Panen
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen. Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba. Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
BARU
1. SEJARAH SINGKAT
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas
sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun
1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa,
Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah
terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
2. SENTRA PERIKANAN
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang
dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,
Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
3. JENIS
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya
interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan
bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi
melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan
antara 2,3:1.
2. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi;
badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak
menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan
air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung
membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan
tinggi badan antara 3,5:1.
5. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti
putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long
tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi
nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku
nishikigoi. Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang
karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas
majalaya termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
4. MANFAAT
1. Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2. Sebagai ikan hias.
5. PERSYARATAN LOKASI
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m
dpl.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-
bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5. Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan
sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas.
Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras
debitnya 100 liter/menit/m³.
6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang baik berkisar antara 20-25°C.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan
yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
1. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh
untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi
saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau
kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air
bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air
sebaiknya berbentuk monik.
2. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam
pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat
persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg
memerlukan luas kolam sekitar 18 m² dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam
dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat
dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga
memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam
penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk
penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar
air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
3. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan
ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m 2
dan pendederan lanjutan 500-1000 m 2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon
dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam
dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan.
Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat
bak pengendapan dan bak penyaringan.
2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala,
waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun
benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain
adalah warring / scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish
bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang
bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-
kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok
(untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco
(untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet,
tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau
ikan konsumsi).
3. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan
ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media
pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu
dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200
gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-
masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang
berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
2. Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional,
semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan,
khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang
berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi
alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan
hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan,
penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur
makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu
dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk
dipijah adalah sebagai berikut:
1. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:
umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
2. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
mulus, sehat, sirip tidak cacat.
3. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;
panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
4. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
5. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih
panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai
berikut:
1. Betina
Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
2. Jantan
Badan tampak langsing.
Gerakan lincah dan gesit.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu
1. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
Cara sunda:
1. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit
berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari;
2. disediakan injuk untuk menepelkan telur;
3. setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam
penetasan.
Cara cimindi:
1. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit
berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan;
2. disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan
diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
3. setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
4. tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3
minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
Cara rancapaku:
1. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit
berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu;
2. disediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar
merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang
antara dari tanah;
3. setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;
4. setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela
bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
Cara sumatera:
1. luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit
berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan;
2. disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan
air;
3. setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
4. setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
Cara dubish:
1. luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling
dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air
pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan;
2. sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti
Cynodon dactylon setinggi 40 cm;
3. setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
4. setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
Cara hofer:
1. sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman
Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
2. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang
untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan.
Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang
tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6
jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang
tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
1. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
2. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu
berkisar 25 derajat C.
3. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
4. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk
berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
5. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara
teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk
ikan.
Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan
menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang
sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta
dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula
dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan mas
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih
yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 2-3 cm.
2. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75
ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50
ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu
penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
4. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5
ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu
penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm
sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
Polikultur
1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan
pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
1. Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m 2 , TSP 10
gram/m 2 , Urea 10 gram/m 2 , kapur 25-100 gram/m 2 . Setelah itu kolam diisi air
39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan
insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis 2-
4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang
memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat
penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami
dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/m 2 , sedangkan bila diberi
pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m 2 (benih lepas hapa).
Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2. Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan.
Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein
yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada
kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan
untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur
dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian
diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga
kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni
oleh zat beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
1. Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke
permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2. Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari
bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3. Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap
dan membuang hidup-hidup.
4. Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
5. Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6. Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi
penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7. Ikan gabus
Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau dibuat bak filter.
8. Belut dan kepiting
Pengendalian: lakukan penangkapan.
2. Penyakit
1. Bintik merah (White spot)
Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat
terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada disekitarnya
dan berenang sangat lemah serta sering muncul di permukaan air.
Pengendalian: direndam dalam larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan
ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur NaCl
selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
2. Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi
pendarahan.
Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur kapur tohon 200 gram/m 2 , biarkan
selama 1-2 minggu.
3. Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan menggosok-
gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada
insang.
Pengendalian:
1. direndan dalam larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam
Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam;
2. hindari penebaran ikan yang berlebihan.
4. Kutu ikan (argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang
terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).
Pengendalian:
1. ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20 gram/liter air selama 15 menit
dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3) selama 30 menit;
2. dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
5. Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.
Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang jamur, terlihat benang
halus seperti kapas.
Pengendalian: direndam dalam larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama
30 menit; telur yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
6. Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan.
Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan pada sisi kolam/aquarium.
Pengendalian: rendam selam 15 menit dalam larutan formalin 150-200 ppm.
7. Bakteri psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat ganas.
Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis.
Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau
sulafamerazine 200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
8. Bakteri aeromonas punctata
Penyakit yang sangat ganas.
Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-
mengap; kantong empedu gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal.
Pengendalian: penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100
mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
1. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
3. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
4. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
6. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
7. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit
jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
8. PANEN
1. Pemanenan Benih
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana
perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember
biasa, ember lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan
benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar benih ikan tidak
terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak
lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang dapat
mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air
kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat
tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser
halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba. Benih dapat dipanen setelah dipelihara
selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-
12 cm.
2. Cara Perhitungan
Benih Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak penyimpanan maka
sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara menghitung benih umumnya dengan memakai
takaran, yaitu dengan menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan,
dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih biasanya dengan cara:
1. Penghitungan dengan sendok.
2. Penghitungan dengan mangkok.
3. Pembersihan
Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada saluran di tengah kolam,
selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi
sehingga ketika air menyurut, maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut.
Benih ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam. Benih ikan
tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang
telah disiapkan.
4. Pemanenan Hasil Pembesaran
Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas
yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total
dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak
pemanenan / petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pengeluaran (monnik),
sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak
panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan
hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
9. PASCAPANENPenanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1. Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang
perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat
antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2. Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk
mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam
perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk
pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak
maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa
potongan kecil-kecil (es curai) dengan erbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak
dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu
disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
3. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah
itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba
(sistem terbuka).
2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta
bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi
semalam.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat
pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan
dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak
pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5
cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu
yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15
liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-
5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air
bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram.
Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
1. masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
2. hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
3. alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume
keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
4. kantong plastik lalu diikat.
5. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau
ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi
0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2. Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar
perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3. Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.
4. Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan
secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak
4% selama 3-5 menit.
5. Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1. Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m 2 (kapasitas 1000 ekor) selama 7 bulan pada
tahun 1999 di daerah Jawa Barat.
1. Biaya produksi
1. Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
2. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-
3. Pakan
Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-
Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-
Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-
Obat-oabatan Rp. 10.000,-
4. Peralatan Rp. 50.000,-
5. Lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
2. Pendapatan
1. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-
2. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-
3. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
3. Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,- --> Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-
4. Parameter kelayakan usaha : B/C ratio 1,39
2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan
seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan
usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan
penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan
dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air
tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata
selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan,
maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di
pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya
cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran
lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
BARU
Dalam sebuah rapat dinas di hotel bintang di kawasan Puncak, Jawa Barat, terhidang menu ikan
goreng. Warna ikan itu hijau keabu-abuan dengan sirip kehitaman. Perutnya datar berwarna lebih
terang, sementara punggungnya tinggi dan melengkung. Sepintas ikan goreng sepanjang itu 15
cm. dengan lebar sekitar 8 cm. itu tampak agak bongkok. Peserta rapat tampak menikmati lauk
tersebut dengan lahap. Ada yang manikmatinya dengan cermat dan hanya mengambil dagingnya,
sementara sirip, tulang dan kepalanya disisakan. Tetapi karena ikan itu tampak masih sangat
muda dan digoreng kering, maka siripnya juga lunak, kepalanya pun renyah. Hingga banyak
peserta rapat yang menyantap seluruh bagian ikan itu dengan nikmatnya, kecuali tulangnya. Di
tengah acara makan siang tersebut, seorang peserta rapat bertanya, "Ikan apa sih ini kok empuk
banget"?
Masyarakat awam, memang agak sulit membedakan ikan mas dan nila, dua jenis ikan yang paling
banyak dibudidayakan saat ini. Sebab ikan mas strain punten dan majalaya, seperti yang terhidang
di hotel itu, punggungnya tinggi, badan pendek dan warna sisiknya hijau kehitaman atau keabu-
abuan. Sementara ikan nila yang sering diberi julukan mujair nila, justru ada yang berwarna
kemerah-merahan (nila merah), hingga sulit dibedakan dengan ikan mas. Ketika petugas restoran
hotel menjelaskan bahwa yang dihidangkannya adalah ikan mas, maka sebagian besar peserta
rapat heran. "Ikan mas kok tidak berwarna emas"? Sebab selama ini dalam bayangan banyak
orang, ikan mas selalu bersisik kuning kemerahan seperti halnya warna emas. Bukan hijau
kehitaman seperti warna ikan lele.
Ikan mas merupakan komoditas budidaya air tawar yang paling populer. Jenis yang kita
budidayakan saat ini, sebenarnya merupakan hasil persilangan antara ikan tombro, (tambera mas
= Cyprinus carpio) dengan ikan mas (Carrassius auratus). Ikan tombro berasal dari Eropa. Masuk
ke Indonesia karena dibawa oleh bangsa kulit putih. Sementara ikan mas berasal dari daratan
China dan datang ke Indonesia sejak adanya kontak dagang antara daratan China dengan
kepulauan Nusantara. Ciri khas ikan tombro adalah adanya misai di mulutnya dan siripnya yang
mirip rumbai. Selain sebagai ikan konsumsi, keturunan ikan tombro juga populer sebagai ikan hias
maskoki. Sementara ikan mas selain menurunkan ikan konsumsi juga merupakan induk dari ikan
koi.
Budidaya ikan mas sebelumnya hanya merupakan usaha keluarga di kolam (empang) yang di
atasnya dibangun jamban (toilet). Sistem pemijahan dilakukan dengan kakaban (ijuk) yang dijepit
bilah bambu dan ditaruh di kolam pemijahan. Ijuk berfungsi untuk tempat telur setelah dibuahi
oleh induk jantan. Kakaban yang berisi telur kemudian dipindahkan ke kolam penetasan. Namun
dengan diketemukannya strain-strain ikan mas unggul, misalnya punten dan majalaya yang
warnanya gelap, diketemukan pula sistem pemijahan modern. Untuk mematangkan telur, induk
betina disuntik larutan kelenjar hipofisa dan hormon HCG. Selanjutnya telur diurut keluar dan
segera dicampur dengan sperma yang diambil dari induk jantan. Setelah terbuahi, telur ditaruh di
akuarium penetasan yang dilengkapi pemanas (heater).
Anak ikan yang telah menetas, dipelihara di akuarium dan bak-bak pembesaran secara intensif.
Ikan yang baru menetas (burayak) diberi pakan kuning telur yang dihancurkan. Selanjutnya
burayak tersebut diberi pakan artemia, sebangsa udang mikro yang harus ditetaskan dan diternak
terlebih dahulu (dikulturkan). Artemia merupakan pakan burayak paling baik, namun masih harus
diimpor. Selain artemia, burayak juga bisa diberi cacing sutera dan kutu air. Kultur cacing sutera
dan kutu air relatif lebih murah dibanding dengan artemia. Secara pelan-pelan burayak harus
sudah mulai diberi pakan pelet halus berkadar protein tinggi. Pemeliharaan burayak ini bisa tetap
dilakukan di akuarium, tetapi kebanyakan pembenih ikan mas memeliharanya di bak-bak kecil.
Akuarium maupun bak-bak ini harus tetap dilengkapi aerator dan filter untuk sirkulasi air. Kecuali
lokasi pembenihan ikan tersebut memang memiliki sumber air yang melimpah. Pemeliharaan
burayak dilanjutkan sampai mencapai ukuran kebul, yakni benih ikan ukuran sekitar 3 cm. Benih
kebul ini biasanya terus dibesarkan lagi hingga menjadi putihan, yakni benih ukuran 6 sd. 8 cm.
Dari putihan ini peternak ikan menggemukkannya menjadi ikan konsumsi ukuran 100 gram, 250
gram atau 0,5 kg.
Kemajuan teknologi budidaya ikan mas juga ditandai dengan diciptakannya kolam air deras dan
karamba. Kolam air deras memungkinkan pemeliharaan ikan mas secara intensif dengan padat
penebaran tinggi. Sebab dengan kolam air deras, maka suplai oksigen akan selalu terjamin. Arus
air yang deras juga menuntut ikan untuk terus bergerak dan berebut pakan. Pemeliharaan dalam
karamba jaring apung di waduk, sungai atau danau juga memungkinkan pemeliharaan secara
intensif. Namun pemeliharaan dengan karamba jaring apung ini, rawan pencemaran serta bahaya
keracunan limbah industri. Di waduk Saguling dan Cirata, Jawa Barat, beberapa kali terjadi kasus
kematian ikan secara massal akibat keracunan limbah pabrik. Sementara di danau Toba, justru
limbah kotoran ikan serta pakan yang tidak terkonsumsi dan mengendap di dasar danau yang
mencemari parairan.
Perusahaan-perusahaan pakan ikan pun ikut pula mendukung percepatan pertumbuhan ikan mas
konsumsi. Tahun-tahun 1980an, ikan mas konsumsi rata-rata berbobot 0,5 sd. 1 kg. per ekor.
Secara tradisional, pembesaran ikan berbobot 100 gram menjadi 0,5 sd. 1 kg. memerlukan jangka
waktu pemeliharaan satu tahun. Namun saat ini, ukuran ikan konsumsi justru mengecil. Paling
besar, ikan mas konsumsi di pasar tradisional atau pasar swalayan berukuran 250 sd. 300 gram
per ekor atau tiap kg. berisi 3 sd. 4 ekor ikan. Ikan mas yang dijadikan lauk rapat dinas di kawasan
Puncak itu malahan hanya berbobot antara 80 sd. 100 gram per ekor. Biasanya, untuk keperluan
lauk massal seperti ini, para pengelola hotel di kawasan Puncak sudah memiliki langganan
pemasok ikan, yang mengambil langsung dari karamba jaring apung di waduk Cirata. Ada pula
yang disuplai oleh kolam-kolam ikan mas air deras di sekitar Cisarua, Bogor dan Sukabumi.
Karenanya, kondisi ikan mas itu masih sangat segar, hingga ketika digoreng rasanya juga lezat.
Konsumen ikan mas di Thailand dan Taiwan malahan lebih ekstrim lagi. Di sana ikan mas sudah
dikonsumsi ketika masih berupa benih ukuran 5 sd. 7 cm. Cara mengkonsumsinya dengan
digoreng kering, seperti halnya masyarakat pedesaan kita mengkonsumsi ikan wader pari (Rasbora
argyrotania), yang pernah hidup melimpah di perairan umum di Asia Tenggara. Sepintas, para
pengunjung hotel dan restoran bintang akan mengira bahwa yang dikonsumsinya adalah ikan
wader pari dan bukan anak ikan mas. Konsumen ikan mas ukuran besar, di atas 0,5 kg. saat ini
hanya sebatas restoran ikan goreng dan bakar khas sunda. Selain itu ikan mas ukuran di atas 0,5
kg. juga masih tetap diperlukan untuk menu ikan pepes. Sebab ikan mas dengan ukuran di bawah
0,5 kg. tetap dianggap masih terlalu kecil untuk dihidangkan sebagai ikan pepes.
Beda dengan ikan nila maupun mujair, maka ikan mas harus dipasarkan dalam kondisi hidup.
Meskipun akhirnya si pembeli di pasar swalayan maupun pasar tradisional, akan meminta
penjualnya untuk memotong dan membersihkan ikan itu langsung di lokasi penjualan. Sama
halnya dengan di restoran-restoran ikan goreng, konsumen harus melihat bahwa ikannya masih
hidup dan segar ketika akan digoreng dan dihidangkan. Karena sifat pasarnya demikian, maka
distribusi ikan mas memerlukan wadah berisi air dengan oksigen. Terutama untuk pengiriman
jarak jauh. Untuk pengiriman jarak dekat, cukup dengan aerator. Perlakuan aerator ini sama halnya
dengan ikan mas yang didisplai di pasar-pasar tardisional. Di pasar tradisional pun, ikan mas dan
lele juga dipasarkan dalam kondisi hidup. Beda dengan nila dan patin yang dijual sudah dalam
kondisi mati.
Meskipun budidaya ikan mas sudah berkembang sejak lama di Indonesia, namun saat ini
pamornya kalah dengan ikan nila. Namun populasi ikan mas masih tetap lebih besar dibanding
ikan nila. Konsumen utama nila adalah warung padang. Sementara lele banyak dipasarkan oleh
warung pecel lele di kakilima. Ikan mas ukuran 100 gram saat ini justru banyak diserap secara
massal oleh hotel, restoran, asrama dan rumahsakit untuk lauk murah meriah, karena harganya
yang relatif murah. Penanganan massal ikan mas juga relatif mudah dibandingkan dengan nila,
karena siripnya tidak berduri tajam. Pasar massal inilah yang menyebabkan agribisnis ikan mas,
sampai saat ini tetap menduduki ranking tertinggi dibandingan dengan lele dan nila. Teknologi
pemberian hormon Methyl Testosterone untuk menciptakan ikan mas jantan juga dilakukan,
seperti halnya pada budidaya nila gift. Sebab rongga perut ikan mas jantan relatif kecil dibanding
yang betina. Pertumbuhan ikan jantan pun jauh lebih pesat dari betinanya.
Saat ini harga benih ikan mas ukuran 3 cm. (benih kebul), Rp paling tinggi 150,- per ekor. Untuk
mencapai bobot 100 gram per ekor, diperlukan jangka waktu pemeliharaan hanya satu bulan.
Biaya pakan, penyusutan kandang/benih, tenaga kerja dan beban produksi sekitar Rp 400,- per
ekor. Harga ikan mas 100 gram di tingkat peternak Rp 7.000,- per kg. (isi 10 ekor). Keuntungan
peternak dalam jangka waktu 1 bulan tersebut mencapai Rp 1.500,- per kg. Dalam praktek, satu
kolam atau karamba ikan mas, tidak seluruhnya bisa dipanen dengan ukuran 100 gram. Banyak
yang setelah dipelihara selama satu bulan ukurannya masih di bawah 100 gram. Namun tak jarang
ada beberapa ekor yang bobotnya sudah melambung sampai lebih dari 200 gram. Itulah sebabnya
panen ikan mas dari kolam maupun karamba dilakukan secara selektif dan bertahap. Ikan-ikan
yang kelewat bongsor, biasanya justru terus dipelihara agar mencapai bobot 250 gram sampai
dengan 0,5 kg.
BARU
Dalam sebuah rapat dinas di hotel bintang di kawasan Puncak, Jawa Barat, terhidang menu ikan
goreng. Warna ikan itu hijau keabu-abuan dengan sirip kehitaman. Perutnya datar berwarna lebih
terang, sementara punggungnya tinggi dan melengkung. Sepintas ikan goreng sepanjang itu 15
cm. dengan lebar sekitar 8 cm. itu tampak agak bongkok. Peserta rapat tampak menikmati lauk
tersebut dengan lahap. Ada yang manikmatinya dengan cermat dan hanya mengambil dagingnya,
sementara sirip, tulang dan kepalanya disisakan. Tetapi karena ikan itu tampak masih sangat
muda dan digoreng kering, maka siripnya juga lunak, kepalanya pun renyah. Hingga banyak
peserta rapat yang menyantap seluruh bagian ikan itu dengan nikmatnya, kecuali tulangnya. Di
tengah acara makan siang tersebut, seorang peserta rapat bertanya, "Ikan apa sih ini kok empuk
banget"?
Masyarakat awam, memang agak sulit membedakan ikan mas dan nila, dua jenis ikan yang paling
banyak dibudidayakan saat ini. Sebab ikan mas strain punten dan majalaya, seperti yang terhidang
di hotel itu, punggungnya tinggi, badan pendek dan warna sisiknya hijau kehitaman atau keabu-
abuan. Sementara ikan nila yang sering diberi julukan mujair nila, justru ada yang berwarna
kemerah-merahan (nila merah), hingga sulit dibedakan dengan ikan mas. Ketika petugas restoran
hotel menjelaskan bahwa yang dihidangkannya adalah ikan mas, maka sebagian besar peserta
rapat heran. "Ikan mas kok tidak berwarna emas"? Sebab selama ini dalam bayangan banyak
orang, ikan mas selalu bersisik kuning kemerahan seperti halnya warna emas. Bukan hijau
kehitaman seperti warna ikan lele.
Ikan mas merupakan komoditas budidaya air tawar yang paling populer. Jenis yang kita
budidayakan saat ini, sebenarnya merupakan hasil persilangan antara ikan tombro, (tambera mas
= Cyprinus carpio) dengan ikan mas (Carrassius auratus). Ikan tombro berasal dari Eropa. Masuk
ke Indonesia karena dibawa oleh bangsa kulit putih. Sementara ikan mas berasal dari daratan
China dan datang ke Indonesia sejak adanya kontak dagang antara daratan China dengan
kepulauan Nusantara. Ciri khas ikan tombro adalah adanya misai di mulutnya dan siripnya yang
mirip rumbai. Selain sebagai ikan konsumsi, keturunan ikan tombro juga populer sebagai ikan hias
maskoki. Sementara ikan mas selain menurunkan ikan konsumsi juga merupakan induk dari ikan
koi.
Budidaya ikan mas sebelumnya hanya merupakan usaha keluarga di kolam (empang) yang di
atasnya dibangun jamban (toilet). Sistem pemijahan dilakukan dengan kakaban (ijuk) yang dijepit
bilah bambu dan ditaruh di kolam pemijahan. Ijuk berfungsi untuk tempat telur setelah dibuahi
oleh induk jantan. Kakaban yang berisi telur kemudian dipindahkan ke kolam penetasan. Namun
dengan diketemukannya strain-strain ikan mas unggul, misalnya punten dan majalaya yang
warnanya gelap, diketemukan pula sistem pemijahan modern. Untuk mematangkan telur, induk
betina disuntik larutan kelenjar hipofisa dan hormon HCG. Selanjutnya telur diurut keluar dan
segera dicampur dengan sperma yang diambil dari induk jantan. Setelah terbuahi, telur ditaruh di
akuarium penetasan yang dilengkapi pemanas (heater).
Anak ikan yang telah menetas, dipelihara di akuarium dan bak-bak pembesaran secara intensif.
Ikan yang baru menetas (burayak) diberi pakan kuning telur yang dihancurkan. Selanjutnya
burayak tersebut diberi pakan artemia, sebangsa udang mikro yang harus ditetaskan dan diternak
terlebih dahulu (dikulturkan). Artemia merupakan pakan burayak paling baik, namun masih harus
diimpor. Selain artemia, burayak juga bisa diberi cacing sutera dan kutu air. Kultur cacing sutera
dan kutu air relatif lebih murah dibanding dengan artemia. Secara pelan-pelan burayak harus
sudah mulai diberi pakan pelet halus berkadar protein tinggi. Pemeliharaan burayak ini bisa tetap
dilakukan di akuarium, tetapi kebanyakan pembenih ikan mas memeliharanya di bak-bak kecil.
Akuarium maupun bak-bak ini harus tetap dilengkapi aerator dan filter untuk sirkulasi air. Kecuali
lokasi pembenihan ikan tersebut memang memiliki sumber air yang melimpah. Pemeliharaan
burayak dilanjutkan sampai mencapai ukuran kebul, yakni benih ikan ukuran sekitar 3 cm. Benih
kebul ini biasanya terus dibesarkan lagi hingga menjadi putihan, yakni benih ukuran 6 sd. 8 cm.
Dari putihan ini peternak ikan menggemukkannya menjadi ikan konsumsi ukuran 100 gram, 250
gram atau 0,5 kg.
Kemajuan teknologi budidaya ikan mas juga ditandai dengan diciptakannya kolam air deras dan
karamba. Kolam air deras memungkinkan pemeliharaan ikan mas secara intensif dengan padat
penebaran tinggi. Sebab dengan kolam air deras, maka suplai oksigen akan selalu terjamin. Arus
air yang deras juga menuntut ikan untuk terus bergerak dan berebut pakan. Pemeliharaan dalam
karamba jaring apung di waduk, sungai atau danau juga memungkinkan pemeliharaan secara
intensif. Namun pemeliharaan dengan karamba jaring apung ini, rawan pencemaran serta bahaya
keracunan limbah industri. Di waduk Saguling dan Cirata, Jawa Barat, beberapa kali terjadi kasus
kematian ikan secara massal akibat keracunan limbah pabrik. Sementara di danau Toba, justru
limbah kotoran ikan serta pakan yang tidak terkonsumsi dan mengendap di dasar danau yang
mencemari parairan.
Perusahaan-perusahaan pakan ikan pun ikut pula mendukung percepatan pertumbuhan ikan mas
konsumsi. Tahun-tahun 1980an, ikan mas konsumsi rata-rata berbobot 0,5 sd. 1 kg. per ekor.
Secara tradisional, pembesaran ikan berbobot 100 gram menjadi 0,5 sd. 1 kg. memerlukan jangka
waktu pemeliharaan satu tahun. Namun saat ini, ukuran ikan konsumsi justru mengecil. Paling
besar, ikan mas konsumsi di pasar tradisional atau pasar swalayan berukuran 250 sd. 300 gram
per ekor atau tiap kg. berisi 3 sd. 4 ekor ikan. Ikan mas yang dijadikan lauk rapat dinas di kawasan
Puncak itu malahan hanya berbobot antara 80 sd. 100 gram per ekor. Biasanya, untuk keperluan
lauk massal seperti ini, para pengelola hotel di kawasan Puncak sudah memiliki langganan
pemasok ikan, yang mengambil langsung dari karamba jaring apung di waduk Cirata. Ada pula
yang disuplai oleh kolam-kolam ikan mas air deras di sekitar Cisarua, Bogor dan Sukabumi.
Karenanya, kondisi ikan mas itu masih sangat segar, hingga ketika digoreng rasanya juga lezat.
Konsumen ikan mas di Thailand dan Taiwan malahan lebih ekstrim lagi. Di sana ikan mas sudah
dikonsumsi ketika masih berupa benih ukuran 5 sd. 7 cm. Cara mengkonsumsinya dengan
digoreng kering, seperti halnya masyarakat pedesaan kita mengkonsumsi ikan wader pari (Rasbora
argyrotania), yang pernah hidup melimpah di perairan umum di Asia Tenggara. Sepintas, para
pengunjung hotel dan restoran bintang akan mengira bahwa yang dikonsumsinya adalah ikan
wader pari dan bukan anak ikan mas. Konsumen ikan mas ukuran besar, di atas 0,5 kg. saat ini
hanya sebatas restoran ikan goreng dan bakar khas sunda. Selain itu ikan mas ukuran di atas 0,5
kg. juga masih tetap diperlukan untuk menu ikan pepes. Sebab ikan mas dengan ukuran di bawah
0,5 kg. tetap dianggap masih terlalu kecil untuk dihidangkan sebagai ikan pepes.
Beda dengan ikan nila maupun mujair, maka ikan mas harus dipasarkan dalam kondisi hidup.
Meskipun akhirnya si pembeli di pasar swalayan maupun pasar tradisional, akan meminta
penjualnya untuk memotong dan membersihkan ikan itu langsung di lokasi penjualan. Sama
halnya dengan di restoran-restoran ikan goreng, konsumen harus melihat bahwa ikannya masih
hidup dan segar ketika akan digoreng dan dihidangkan. Karena sifat pasarnya demikian, maka
distribusi ikan mas memerlukan wadah berisi air dengan oksigen. Terutama untuk pengiriman
jarak jauh. Untuk pengiriman jarak dekat, cukup dengan aerator. Perlakuan aerator ini sama halnya
dengan ikan mas yang didisplai di pasar-pasar tardisional. Di pasar tradisional pun, ikan mas dan
lele juga dipasarkan dalam kondisi hidup. Beda dengan nila dan patin yang dijual sudah dalam
kondisi mati.
Meskipun budidaya ikan mas sudah berkembang sejak lama di Indonesia, namun saat ini
pamornya kalah dengan ikan nila. Namun populasi ikan mas masih tetap lebih besar dibanding
ikan nila. Konsumen utama nila adalah warung padang. Sementara lele banyak dipasarkan oleh
warung pecel lele di kakilima. Ikan mas ukuran 100 gram saat ini justru banyak diserap secara
massal oleh hotel, restoran, asrama dan rumahsakit untuk lauk murah meriah, karena harganya
yang relatif murah. Penanganan massal ikan mas juga relatif mudah dibandingkan dengan nila,
karena siripnya tidak berduri tajam. Pasar massal inilah yang menyebabkan agribisnis ikan mas,
sampai saat ini tetap menduduki ranking tertinggi dibandingan dengan lele dan nila. Teknologi
pemberian hormon Methyl Testosterone untuk menciptakan ikan mas jantan juga dilakukan,
seperti halnya pada budidaya nila gift. Sebab rongga perut ikan mas jantan relatif kecil dibanding
yang betina. Pertumbuhan ikan jantan pun jauh lebih pesat dari betinanya.
Saat ini harga benih ikan mas ukuran 3 cm. (benih kebul), Rp paling tinggi 150,- per ekor. Untuk
mencapai bobot 100 gram per ekor, diperlukan jangka waktu pemeliharaan hanya satu bulan.
Biaya pakan, penyusutan kandang/benih, tenaga kerja dan beban produksi sekitar Rp 400,- per
ekor. Harga ikan mas 100 gram di tingkat peternak Rp 7.000,- per kg. (isi 10 ekor). Keuntungan
peternak dalam jangka waktu 1 bulan tersebut mencapai Rp 1.500,- per kg. Dalam praktek, satu
kolam atau karamba ikan mas, tidak seluruhnya bisa dipanen dengan ukuran 100 gram. Banyak
yang setelah dipelihara selama satu bulan ukurannya masih di bawah 100 gram. Namun tak jarang
ada beberapa ekor yang bobotnya sudah melambung sampai lebih dari 200 gram. Itulah sebabnya
panen ikan mas dari kolam maupun karamba dilakukan secara selektif dan bertahap. Ikan-ikan
yang kelewat bongsor, biasanya justru terus dipelihara agar mencapai bobot 250 gram sampai
dengan 0,5 kg.
BARU
Ikan mas merupakan jenis ikan air tawar, berbadan pipih memanjang dengan tekstur daging yang
lunak. Ikan mas adalah ikan yang sudah lazim dikonsumsi dan budidaya ikan mas dilakukan sangat
pesat. Ikan mas sudah dikenal sejak 475 tahun sebelum masehi di Cina. Tapi di Indonesia ikan mas
baru mulai dibudidayakan sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesiaadalah ikan
yang berasal dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Banyak orang yang senang mengkonsimsi ikan
mas sehingga budidaya ikan mas tetap dilakukan. Budidaya ikan mas berkembang pesat hampir di
seluruh daerah di Indonesia. Pembudidayaan banyak dilakukan di kolam biasa, di sawah, waduk,
sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum juga kolam
lumpur. Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan mas akan kita bakas di akhir artikel. Berikut ini
adalah cara-cara pembibitan dalam memulai budidaya ikan mas.
Memulai Budidaya Ikan Mas
1. Usaha Pembibitan Ikan Mas untuk budidaya ikan mas
Dalam Budidaya Ikan mas pembibitan ikan menjadi step pertama pertumbuhan ikan. Peluang
usaha pembibitan mas memiliki prospek yang cukup cerah, karena perputaran modal yang cukup
cepat. Penyediaan bibit ikan mas dimulai dari burayak ikan mas baru saja menetas, burayak usia
sekitar satu bulan, burayak usia dua bulan. Pada setiap usia ikan mas memiliki potensi ekonomi
dan inilah yang menjadikannya sebagai peluang usaha.
Persiapan induk Ikan Mas
Induk ikan mas yang akan dipijahkan dipelihara di kolam khusus secara terpisah antara jantan dan
betina. Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosispemberian
pakan Ikan mas sebanyak 3% per bobot biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari. Ikan
Mas betina yang diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot >2
kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg. Untuk membedakan jantan
dan betina dapat dilakukan dengan jalan mengurut perut kearah ekor. Jika keluar cairan putih dari
lubang kelamin, maka ikan mas tersebut jantan.
Berikut ini ciri-ciri ikan mas betina yang siap pijah atau matang gonad adalah:
- Pergerakan ikan lamban
- Pada malam hari sering meloncat-loncat
- Perut membesar/buncit ke arah belakang dan jika diraba terasa lunak
- Lubang anus agak membengkak/menonjol dan berwarna kemerahan
Sedangkan ciri-ciri untuk ikan mas jantan gerakan lincah dan mengeluarkan cairan berwarna putih
(sperma) dari lubang kelamin bila dipijit.
Pemijahan Ikan Mas
Dalam proses pemijahan ikan mas, ikan dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan
menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau
dengan rangsangan hormon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemijahan ikan mas adalah :
- Mencuci dan mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam)
- Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm
- Memasang hapa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam dengan ukuran 4 x 3 x 1
meter. Hapa dilengkapi dengan pemberat agar tidak mengambang.
- Memasang kakaban di tempat pemihajan (dalam hapa). Kakaban dapat berupa ijuk yangdijepit
bambu/papan dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.
- Memasukkan induk Ikan Mas jantan dan betina siap pijah. Jumlah induk Ikan Mas betina yang
dipijahkan tergantung pada kebutuhan benih dan luas kolam yang akan digunakan dalam
pendederan. Satu Induk Ikan Mas betina dipasangkan dengan 2 atau tiga ikan mas jantan atau
bahkan lebih tergantung bobot indukan betina.
- Mengangkat induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk .
Setelah telur berusia kurang lebih 4 hari maka telur ikan mas akan menetas menjadi larva ,
beberapa saat setelah menetas larva masih mendapatkan suplai makanan cadangan dari telur,
setelah itu perlu diberi makanan tambahan berupa pelet untuk larva, kutu air atau kuning telur
rebus. Setelah kurang lebih lima hari larva ikan mas siap ditebar di kolam pembenihan.
Pendederan Ikan Mas
Setelah larva cukup kuat saatnya untuk melakukan pendederan ikan mas, bisasanya dilakukan
pada kolam lumpur atau sawah meski bisa juga dilakukan pada kolam semen. Persiapan kolam
tanah adalah dengan meratakan tanah dasarnya, tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam, isi air
setinggi kurang lebih 40 cm dan rendam selama 5 hari tanpa aliran air. Hal ini dimaksudkan agar
plankton dan sumber makanan alami ikan mas tumbuh di kolam pendederan. Untuk ukuran kolam
lumpur 100 m2 tebar 100.000 ekor larva pada pagi hari, berikan makanan tambahan berupa
tepung pelet atau pelet yang telah direndam. Pada usia telah mencapai 3 minggu bibit ikan mas
siap dipanen, untuk dijual atau dipelihara kembali pada kolam berbeda. Hal yang sama dilakukan
untuk membesarkan benih ikan mas pada ukuran yang lebih besar, hanya saja kepadatan ikan
perlu dikurangi.
Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan MasDalam budidaya ikan mas, perlu diperhatikan persyaratan lokasi yang baik agar budidaya ikan mas
berhasil.
Perlu diketahui tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan mas adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Hal ini disebabkan karena jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang
besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000
m dpl. Ini berarti ketingian tersebut sudah cukup baik untuk budidaya ikan mas.
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam budidaya ikan mas berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Kualitas air memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ikan mas.
Untuk pemeliharaan ikan mas air yang digunakan harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam untuk
budidaya ikan mas dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan
untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
Keasaman air (pH) untuk budidaya ikan mas yang baik adalah antara 7-8.
Suhu air untuk budidaya ikan mas yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
BARU
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Bone bolango merupakan kabupaten yang masyarakatnya masih kurang membudidayakan ikan air tawar. Namun sejak didirikan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) yang terletak di desa suka damai, masyarakat mulai mengenal ikan air tawar dengan membudidayakannya. Hingga akhir berkembanglah ikan air tawar yang berada di bone bolango Khususnya masyarakat desa suka damai. Adapun ikan yang sering dibudidayakan antara lain ikan Nila,Lele Dan ikan Mas yang biasanya digukan sebagai hiasan ataupun ikan penghilang stress menurut orang-orang sekitar karena warnanya yang bermacam-macam dan cantik, dan untuk ikan Nila Dan Lele adalah ikan yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat. Ikan Mas mempunyai prospek pasar yang cukup baik, maka direktorat jendral perikanan budidaya menetapkan ikan mas sebagai salah satu komuditas untuk mengsukseskan KIBDUKAN (intesifikasi budidaya ikan) mas maka perlu upaya untuk memperbaiki perpormance benih dan induk yang ada dimasyarakat melihat peran balai benih ikan yang ada digorontalo cukup membantu dalam hal penyediaan benih dan calon induk yag baik. Pengembangan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Provonsi Gorontalo dapat dijadikan objek untuk menambah ilmu dan pengalaman khususnya pada pembenihan ikan mas melibatkan diri pada kegiatan disana diharapkan dapat meyerap ilmu dan keterampilan yang di praktekkan disana.
Budidaya ikan air tawar ini telah dikembangkan dalam bentuk kolam,waduk,dan tambak. Pemijahan ikan air tawar khususnya digorontalo dapat berkembang dengan baik salah satunya ditentukan oleh factor kualitas air.
Dalam budidaya, mutu kualitas air yang diperlukan untuk budidaya ikan air tawar haruslah memenuhi persyaratan berikut : oksigen terlarut 5-10 ppm, karbondioksida < 25 ppm, ph 7-8, suhu 25-30oC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 5oC serta tidak tercemar bahan kimia beracun contohnya minyak atau limbah pabrik. Adapun kendala yang biasanya timbul adalah, disaat musim kemarau tiba dimana debit air akan berkurang yang membuat pasokan air kekolam akan berkurang sumber air yang mengalir berasal dari bendungan yang pada saat musim hujan, maka air yang masuk ke kolam agak keruh disebabkan air sungai yang masuk dikolam keruh.
1.2 Indentifikasi masalah
Berdasarkan latar belakan diatas dapat diidentifikasi topic-topik permasalahan yang berhubungan dengan pembudidayaan ikan mas(Cyprinus Carpio) dibalai benih ikan sentral (BBIS).
- Bagaimana mengatasi terganggunya kualitas air terutama mengatasi kekeruhan air yang sering terjadi Di BBIS1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan rumusan permasalahn diatas maka perlu adanya batasan-batasan masalah oleh karena itu permasalahan yang ada dibatasi terganggunya kualitas air.
1.3 Tujuan dan manfaat1.4.1 Tujuan
Adapun Yang menjadi tujuan dilaksanakannya praktek kerja industry (PRAKERIN) ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari cara/teknik pemijahan pada ikan mas (Cyiprinus Carpio)2. Untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam budidaya ikan air tawar.3. Untuk membandingkan ilmu yang didapat disekolah dengan yang didapat selama
melaksanakan praktek kerja industry (PRAKERIN) di BBIS.1.4.2 Manfaat Manfaat yang hendak dicapai dalam pelaksanaan prakerin ini adalah:
1. Dapat mempraktekkan secara langsung teknik pembenihan ikan mas (Cypirinus Carpio).2. Lebih mengetahui alat dan bahan untuk melakukan tehnik pembudidayaan.3. Mengetahui tingkat produktivitas/pertumbuhan hasil pemijahan ikan.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 klasifikasi ikan mas (Cyprinus Carpio) Pengelolaan ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifatn-sifatnya) dapat dituliskan sebagai berikut : Phyllum : Chorodata Subphillum (anak filum) : Vartebrata Superclass (induk kelas) : Pisces Class (kelas) : Osteicihtyes Subclass (anak Kelas) : Acitinnopeterygii Ordo (bangsa) : Cypriniformes Subordo (anak bangsa) : Cyprinoidae Family (suku) : Cyprinidae Subfamily (anak suku) : Cyprininae Genus (marga) : Cyprinus Spesies (jenis) : Cyprinus Carpio,L.
2.2 Morfologi ikan mas (Cyprinus Carpio) Menurut djoko suseno ikan mas secara umum mempunyai sifat-sifat seperti hewan air yakni omnivora yang cenderung ke karnivora. Berdasarkan fungsinya ikan mas dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ikan komsumsi dan ikan hias. Adapun perbedaan dari dua kelompok ini yakni terletak pada dua pasangan sungut, dank an hias tidak mempunyai sungut. Menurut Heru Susanto Ikan Mas memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Badan memanjang dan pipih kesamping Mulut dapat disembulkan dan terminal Memiliki dua pasang sungut Sirip punggung panjang dan bagian belakang mengeras Memiliki sisik besar dan cycoid Mempunyai garis lurus yang lengkap pada pertengahan sirip ekor.
BAB IIIMETODELOGI
3.1 Deskripsi Lokasi Secara administrative lokasi balai benih ikan sentral (BBIS) Gorontalo terletak diwilayah perbatasan antara kabupaten bone bolango dan kabupaten gorontalo, yaitu suka damai kecamatan bolango utara kabupaten bone bolango, dengan letak geografis 0 24 102 Lintang utara dan 121 69 123 32 bujur timur yang berbatasan dengan:
Sebelah utara : Sungai bone bolango Sebelah Selatan : Desa pilohayanga Sebelah Timur : Kecamatan TAPA Sebelah barat : Kecamatan Telaga
Sumber air lokasi balai benih ikan sentral (BBIS) Bersal dari Bendungan Pilohayanga. Luas lahan BBIS yang telah disiapkan oleh pemerintah provinsi gorontalo seluas kurang lebih 5 Ha. Lokasi balai benih ikan sentral (BBIS) tidak terlalu jauh dari ibu kota provinsi yaitu kurang lebih 10 KM yang dapat dijangkau dalam waktu 25 menit dengan keadaan roda 4 maupun kendraan roda 2. Adapun sarana yang telah dimiliki oleh BBIS sekarang ini adalah sebagai berikut:
7 unit kolam induk 18 unit kolam calon induk 3 unit kolam pemijahan 10 unit kolam pendederan 5 unit kolam air deras 4 unit rumah karyawan type 36 1 unit rumah genset 1 unit mess siswa 1 unit hatchery (indoor) seluas 168 M 1 unit bak filter 16x9 1 unit bak tendon 1 unit aula 1 unit gudang pakan 9 unit bak pemijahan
3.2 Metode pengumpulan / perolehan data Dalam kegiatan pprakerin ini data yang diperoleh kegiatan yang dilaksanakan dibalai benih ikan sentral (BBIS) provinsi gorontalo Sebagai berikut:Praktek pembeihan ikan mas (Cyprinus Carpio)
A. PersiapanB. Seleksi indukC. PemijahanD. Pendederan
3.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan prakerin ini dilaksanakan selama 3 bulan dari tanggal 1 maret S.D 31 mei 2012 di BBIS, desa suka damai, kecamatan bolango utara, kabupaten bone bolango, provinsi gorontalo.
3.4 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan prakerin ini adalah sebagaimana dalam table berikut ini :
NO.
ALAT DAN BAHAN FUNGSI
ALAT
1.
ALKON
SESER
HAPA
KERANJANG PAKAN
PACUL
SEKOP
EMBER
TIMBANGAN
SEBAGAI POMPA AIR
UNTUK MENANGKAP IKAN
UNTUK MENAMPUNG BENIH IKAN MAS
UNTUK WADAH PEMBERIAN PAKAN
UNTUK MENGOLAH TANAH
UNTUK MENGANGKAT TANAH
UNTUK MENGANGKUT IKAN
UNTUK MENGUKUR BERAT IKANBAHANKOLAM PEMIJAHAN
INDUK IKAN MAS
KUNING TELUR
KOLAM PENDEDERAN
PELET
UNTUK MEDIA PEMIJAHAN IKAN MAS
SEBAGAI OBJEK YANG DIA AMATI
PAKAN UNTUK LARVA IKAN MAS
KOLAM UNTUK LARVA IKAN MAS YANG BERUMUR 5 – 7 HARI
PAKAN BENIH,CALIN DAN INDUK IKAN MAS
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MAS Selama pelaksanaan kegiatan PRAKERIN di BBIS Bandungan Dinas Pendidikan Pendidikan Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo Diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Persiapan kolam Adapun persiapan kolam pendederan sebelum larva atau benih ditebar berikut langkah-langkahnya:
a. Pengeringan dan Pengolahan Tanah Pengeringan dan Pengolahan Tanah dasar kolam dilakukan selama 2-3 hari tergantung cuaca dan kondisi tanah, pengeringan dihentikan jika dasar tanah retak-retak. Adapun tujuan pengeringan adalah sebagai berikut:
- Memperbaiki struktur dasar kolam- Membunuh hama dan penyakit pada kolam- Menetralisir senyawa-senyawa beracun dan menguapkan gas-gas beracun.
b. Perbaikan pematang Perbaikan pematang yang bocor, pintu air dan kemalir. Tujuannya yaitu untuk menghindari masalah yang terjadi selama pemeliharaan benih.
c. Pengapuran Dalam proses pengapuran kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (kapur tohor), tujuan pengapuran yakni:
- Menetralisir PH dalam tanah dan air- Membunuh sisa-sisa ikan dan hama- Menetralisir senyawa-senyawa beracun yang ada didalam kolam (H3 Dan H2s) dosis kapur
yang digunakan 15-30 Gram/M2
d. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan pakan alami dalam kolam.Pupuk yang diguanakan terdiri dari:
- Pupuk Organik (kotoran ayam/kompos)- Pupuk Anorganik (Urea dan TSP)
Dosis pupuk organik 250-500 gram/M2 dan Anorganik 15 gram/M2.
e. Pengisian air Air dimasukan kedalam kolam dengan ketinggian 30-40 cm untuk pengisian kedua 75-100 cm kemudian dibiarkan selama 5-7 hari. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan plangkton.
Praktek pemijahan ikan mas dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
I. Pematangan induk Induk ikan mas yang digunakan adalah induk ikan mas yang unggul dengan berat minimal jantan 500 gram dan sudah berumur 8 bulan sedangkan induk betina memiliki berat sekitar 2 kg dan berumur minimal 1,5-2 tahun. Padat penebaran induk dalam kolam pematangan induk dalam kolam air mengalir yaitu 1 kg setiap 1-4m2 luas kolam. Selama pemeliharaan diberikan pakan dengan kandungan protein minimal 30% dengan presentase pakan 2% dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore Hari. induk yang telah memijah jika pengelolaan induknya baik dapat matang 1,5 s/d 3 bulan. Pemeliharaan secara terpisah antara induk jantan dan betina merupakan hal yang mendasar lokasi kolam induk jantan berada dihilir, jauh dari induk betina. Kepadatan induk harus kurang dari 50% dari kepadatan normal.
II. Seleksi induk Sebelum dilakukan pemijahan induk terlebih dahulu diseleksi dengan tujuan mencari induk yang telah siap untuk memijah yaitu telah matang gonad.
Adapun cirri-cirinya
Induk betina Badan bagiaan perut besar Gerakan lambat Jika perut distriping akan mengeluarkan cairan berwarna kuning atau sel telur Lubang genital/kelamin agak bengkak dari berwarna kemerahan.
Induk jantan badan tampak langsing gerakan lincah dan gesit jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma putih kental.
Induk yang telah diseleksi selanjutnya ditimbang dan disimpan dalam bak pemberokan (Puasakan). Penimbangan ini bertujuan menentukan dosis hormone dan juga untuk penentuan perbandingan jantan dan betina untuk pemijahan.
III. Persiapan wadah
Di BBIS jika seleksi induk telah dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah penyiapan wadah pemijahan.tempat tempat pemijahan berupa bak semen yang dilengkapi dengan hapa persegi panjang dengan ukuran 7 x 2,5 x 1 M.hapa tersebut di taru dalam beton dengan 70 cm tenggelam didalam air dan agar tidak menampung hapa tersebut diberi penberat.tempat pemijahan menggnakan hapa untuk memudahkan pada saat panen larva. Bag beton sebagai tempat menaruh hapa terlebih dahulu disterilkan melalui pencucian sampai bersih dengan diterjen dibilas dengan PK agar mencegah tumbuhnya jamur setelah pemijahan yang dapat mrusak telur. Kkegiatan selanjutnya yaitu pemasangan kakaban,kakaban berpungsi sebagai tempat melekatnya telur,umumnya,kakaban dibuat dari ijuk yg dijepit dengan bambu berukuran 1,5 x 0,4 m. tempatkan kakaban tersebut sekitar 5-10 cm dibawa permukaan air dan diberi pemberat setelah semuanya siap,kemudian dipasang airasi.
IV. Pemjahan dan penetasan telur (semi alami)
Ikan mas merupakan jenis ikan yang dapat dipesihkan secara alami,semi alami dan buatan pemijahan ikan mas di BBIS tergantung kebutuhan benih cukup besar,maka pemijahan yang dlakukan adalah semi alami dan buatan,tapi jika kebutuhan benih normal dan terdapat induk yang sudah sangat matang maka di pijahkan secara alami. Pemberlakuan hormone baik,hipovisa maupun ovaprim.dimana induk ikan memijah sendiri dalam bak pemijahan sedankan system pemijahan semi alami dengan cara induk betina disuntik dengan hormon ovaprim dengan dosis 0,5 M/kg induk betina.pada bak pemijahan ditebarkan induk dengan perbandingan 1:3 (berat tiap 1kg : 3 kg jantan):induk ikan akan memijah setelah 10 – 12 jam setelah penyuntikan.pagi hari setelah pemijahan induk diangkat agar induk tidak memakan kembali telur telur yang telah terbuahi.telur yang terbuahi akan berwarna bening setelah pemijahan (kurang lebih 12 jam)dan telur yang berwarna putih susu berarti tidak terbuahi
V. Pemiliharaan dan pemanenan larva Telur akan menetas pada hari ketiga aau keempat tergantung suhu dalam bak pemijahan larva yang baru menetas tidak perlu di beri pakan,karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.setelah cadangan makanan habis,telur rebus.caranya sebutir telur ayam matang diambil bagian kuning telurnya saja,kemudian dihancurkan atau diremas remas dan dilarutkan dalam 250 cc air bersih.setelah terbentuk supensi kemudian disemprotkan secara merata pada permukaan air dalam bak pemijahan,sebutir kuning telur cukup untuk 100.000 ekor larva.perawatan larva dalam hapa hingga benih berumur 4 – 5 hari atau paling lama 7 hari,selanjutnya benih dapat dipanen dari hapa.sebelum dipanen terlebih dahulu diangkat satu persatu dengan hati-hati agar larva tidak terbawa kedalam kakaban.
VI. Pendederan benih.
Pendederan adalah kelanjutan pemiliharaan benih ikan mas dari hasil dari kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap di besarkan,pendederan dilakukan dalam 4 tahap yakni pendederan I,II,III,IV,jangka waktu pendederan pertama berlangsung selama 2-3 minggu pendederan ke II + I Bulan selama 3 minggu,pendederan ke III dan keempat IV kurang lebih 1 bulan.tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk memperoleh hasil yang berukuran seragam,baik panjang maupun beratnya.
Tingkat pendederan ikan masa) Pendederan I Ukuran 1-3 cm Lama pemeliharaan 3 minggu Umur 20 hari Padat tebar 75-100 ekor/M2
Pemberian pakan masih mengharapkan pakan alami dan masih diberikan pakan tambahan berupa pasta/pakan berbentuk serbuk sebanyak 5%b) Pendederan II Ukuran 3-5 cm Lama pemeliharaan 3 minggu Umur 40 hari Padat tebar 50-75 ekor/M2
Pemberian pakan masih diberikan pakan tambahan berupa pasta/pakan berbentuk serbuk sebanyak 5%.
c) Pendederan III Ukuran 8-12 cm Lama pemeliharaan 1 bulan Umur 100 hari Padat tebar 5-8 ekor / m2 Pemberian pakan masih mengharapkan plankton dan masih di berikan pakan tambahan berupa
pasta/pakan berbentuk serbuk sebanyak 5%
VII. Pemanenanan benih
Pemanenan benih dilakukan selama pagi hari pkl 04.00-09.00 WIB hal ini dilakukan untuk menghindari panas terik matahari.air di kolam disurutkan secara berlahann-lahan supaya benih tak stress.setelah air surut benih ditangkap dengan seser dan di letakan di bak penampungan sementara,selanjutnya Pecking dan dikirim ke tempat yang dituju sesuai permintaan. Bila teridentifikasi ikan terserang farasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam sebanyak 500-1000 Mg/L dengan cara peredaman selama 24 jam pencegahan serangan koi harpes Virus ( KHV )Dapat dilakukan dengan memperhatikan daya dukung kolam,kualitas air media pemelihara pola tanam serta pembenihan immunistimulanI( Vitamin C ragi.Dll ) yang dicampur dengan pakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari Laporan diatas Diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Ikan mas dapat dipijahkan secara alamai, dan juga dapat dipijahkan secara semi buatan melalui hormon rangsangan.
2. Ikan mas baiknya dipijahkan pada ukuran 500 – 1 kg jantan umur 6-8 bulan dan betina ukuran 2 – 4 kg dengan umur 1,5 – 2 tahun.
3. Pemijahan semi alami merupakan salah satu tehnik pemijahan yang dilakukan dengan menggunakan hormone ovavrim (perangsang)
4. Perbandingan jantan dan betina pada pemijahan semi alami menggunakan 3:1 yaitu 3 kg jantan dan 1 kg betina.
5. Larva yang dihasilkan dalam 1 kali pemijahan dapat mencapai 50.000 – 100.000 ekor/kg induk betina.
6. Pendederan adalah kelanjutan pemeliharaan benih ikan mas dari hasil kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan.
7. Pemanenan dilakukan pada pagi hari hal ini dilakukan untuk menghidari terik matahari.
5.2 Saran
1. Sangat diharapkan kerja sama yang baik antara siswa PKL dengan Karyawan agar menumbuhkan rasa semangat saat kegiatan berlangsung.
2. Diharapkana sarana dan prasarana agar bias dijaga dengan baik.3. Pemimpin perlu memberikan penghargaan kepada karyawan, karena pembimbing
embutuhkan tenaga dan pikirian yang tinggi untuk dapat memberikan pemahaman pada siswa PRAKERIN, sehingga itu menjadi penghargaan dan menjadi hal yang terpenting dalam mendorong karyawan untuk bekerja lebih professional lagi.
Tehnik Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio, L.)
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangIkan mas (Cyprinus carpio, L.) merupakan spesies
ikan air tawar yang sudah lama dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Di Cina, para petani telah membudidayakan sekitar 4000 tahun yang lalu sedangkan di Eropa beberapa ratus tahun yang lalu. Sejumlah varietas dan subvarietas ikan mas telah banyak dibudidayakan Asia Tenggara sebagai ikan konsumsi dan ikan hias
Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan mas (Cyprinus carpio, L) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran.Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif.Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang intensif pula. Pembenihan yang intensif membutuhkan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kegiatan praktikum di lapangan bagi mahasiswa perikanan.Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan pemijahan yang dilakukan secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan. Sedangkan pemijahan buatan dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan bantuan manusia atau dengan stripping (pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan salmon dengan nama dagang ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya peningkatan proses pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan akan memberikan dan meningkatkan hasil benih ikan yang berkualitas.
1.2 Tujuan1. Mahasiswa dapat memahami kaitannya dengan aplikasi hormon untuk kegiatan pemijahan ikan.2. Mahasiswa Dapat Mengaplikasi teori yang di dapat dalam penyusunan Makalah Ini dalam Praktikum nanti
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes Anak kelas : Actinopterygii Bangsa : Cypriniformes Suku : Cyprinidae Marga : Cyprinus Jenis : Cyprinus carpio L.
2.2 Jenis Dan Morfologi Ikan MasSaat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat
dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:1. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.2. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.3. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.4. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.5. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi,
taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi. Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
2.3 Pembenihan ikan masHal yang paling penting dalam pembenihan ialah dalam hal pemeliharaan induk dan seleksi induk. Dibawah ini paparan mengenai pemeliharaan dan seleksi induka. Pemeliharaan Induk Untuk Jantan dan betina dipelihara terpisah Umur dan bobot : 1.5 – 2 tahun dengan bobot diatas 2 Kg untuk Betina dan 8 Bulan dengan bobot jantan diatas 0.5 Kg untuk Jantan Media yang bisa dipakai adalah kolam air tenang dan kolam air deras Untuk pakan menggunakan pellet degan kadar protein 28-30% Dosis pemberikan pakan adalah 3% dari bobot tubuh Untuk pemulihan induk betina 2-3 bulan dan untuk jantan 1 bulanb. Seleksi Induk Induk harus sesuai deengan standar baik berat maupun umur Tidak sekerabat Jantan yang siap pijah bila distriping keluar sperma putih, namun dalam pemijitan haruslah hati hati jangan sampai sperma yang di keluarkan terlalu banyak yang berakibat pada saat pembuahan persedian sperma berkurang Untuk betina perut buncit bila dipijit terasa lunak Genital kemerahan dan agak membengkak untuk betina Pergerakan lamban untuk betina dikarnakan sedang mengandung telur yang banyak.Untuk pemijahan ikan mas terbagi kedalam 2 teknik diantaranya secara alami dan pemberian hormon.
a. Pemijahan alami
Pemijahan secara alami dilakukan bisa dimedia bak ataupun di kolam tanah, dimana kita sediakan kakaban baik itu media bak maupun kolam tanah. Untuk media kolam tanah biasa menggunakan hapa berukuran panjang 6 meter dan lebar 2 meter dimana induk jantan dan betina disatukan dalam hapa yang telah terisi kakaban. Untuk perbanding banyaknya indukan biasanya 1:5 atau 6 dimana betina 1 jantan nya 5 atau 6 ekor, pemijahan/kawin biasa pada malam hari, dan keesokan harinya telur sudah menempel pada kakaban. Untuk tahap selanjutnya adalah pengangkatan induk baik jantan maupun betina diangkat dan dipindahkan pada media kolam tempat pemeliharaan induk.
b. Pemijahan menggunakan Hormon
Pemijahan menggunakan hormon adalah pemijahan secara buatan dimana induk betina disuntik dengan hormon ovaprim dengan dosis 1 kg menggunakan hormon 0,5 ml dengan 2 kali penyuntikan dimana penyuntikan pertama 1/3 setelah 8 jam penyuntikan dilakukan 2/3 nya. Setelah telur ada yang keluar dari indukan betina saat itulah dilakukan striping atau pengurutan dimana telur yang keluar diaduk dengan sperma jantan yang telah di campur dengan Nacl. Telur yang telah telah diaduk dengan sperma lalu di tebar pada kakaban/ijuk yang telah di letakan pada media bak atupun media kolam.
2. Pendederan
Pendederan biasa dilakukan pada media kolam air tenang dimana sebelumnya kolam yang akan dipakai sudah melalui pemupukan dan pengapuran. Ketinggian air pada pase pendederan adalah 40-70 cm. untuk penggunaan media air tenang selain di kolam tanah bisa juga disawah yang belum ditanami padi atau pun padi yang baru tanam. Ada hal yang harus diperhatikan pada persiapan kolam atau sawah dimana kondisi kolam haruslah tidak bocor dan sudah menggunakan kamalir atau parit yang diujungnya telah tersedia kobakan supaya memudahkan pada saat pemanenan. ukuran yang dihasilkan pada masa pendederan biasanya antara 2-3 cm sampai dengan 4-5 cm.
3. Pembesaran.
Untuk pembesaran media yang dipakai biasanya adalah media kolam jaring apung, kolam air deras atau di karamba. Media yang menggunakan jaring terapung dengan tebar ukuran berat benih 10 gram untuk kapasitas tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan 3 bulan dengan pemberiat pellet 3-4% dari bobot tubuh, sedangkan pada media kolam air deras dengan tebar ukuran berat benih 20-30 gram/ekor untuk kapasitas tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan 4 bulan.Melihat hal tersebut diatas ada perbedaan percepatan pertumbuhan antara pemeliharaan pembesaran di jarring terapung dengan pemeliharaan di kolam air deras, dimana pembesaran di jaring terapung lebih cepat besar itu dikarnakan suhu dan kadar oksigen dalam air relative stabil dan menunjang untuk percepatan pertumbuhan ikan.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
1. Betina Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat. Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.2. Jantan
Badan tampak langsing.Gerakan lincah dan gesit.Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2.3. Reproduksi Ikan mas (Cyprinus carpio L)Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasan rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:1. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon),2. Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam,3. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan (Gusrina, 2008).2.4. Induk Ikan mas (Cyprinus carpio L)Menurut Sumantadinata (1981) ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan lunak bila diraba, dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan lubang genital berbentuk bulat telur agak melebar dan membengkak. Sedangkan ciri ikan jantan yang sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan sperma (milt) jika perutnya diurut (stripping), naluri gerakkannya lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke dalam rongga ovarium atau rongga perut (Nagahama, 1990 dalamGusrina, 2008). Menurut Gusrina (2008) pelepasan telur terjadi akibat:1. Telur membesar,2. Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekan sel telur keluar,3. Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah dan terbentuk lubang pelepasan hingga telur keluar (enzim yang berperan dalam pemecahan diding folikel: protease iplasmin kemudian diikuti oleh hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau chotecholamin yang merangsang kontraksi aktif dari folikel).Telur ikan mas (Cyprinus carpio L) banyak mengandung kuning telur yang mengumpul pada suatu kutub, tipe telur yang demikian dinamakan Telolechital (Sumantadinata, 1981). Ditambahkan pula oleh Djajareja dkk (1977) dalamTriyani (2002) warna telur ikan ini transparan dan bersifat demersal (terbenam di dasar perairan). Sementara menurut Soeminto dkk (1995) dalam Triyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm – 1,2 mm.Menurut Cassie dan Effendie (1979) berat rata – rata dan panjang total untuk ikanmas diantaranya:1. Berat rata – rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata – rata induk betina 28,7 cm, dan2. Berat rata – rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata – rata induk jantan 28,2 cm.
2.5. Hormon Ovaprim Yang digunakan Dalam Pemijahan Ikan MasHormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin, 2002). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al. (1962) dalamGusrina (2008) terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue of gonads dan urohypophysis.Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pada ikan. Dosis hormon yang diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomis jika pemberian hormon dosisnya terlalu rendah maka akan menyebabkan proses sex reversal yang berlangsung kurang sempurna (Zairin, 2002).Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 mL ovaprim mengandung 20 mg sGnRH-a (D-Arg6-Trp7, Lcu8,Prog-NET) – LHRH dan 10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung di dalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi
dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008).
Ovaprim
2.6. Penyuntikan IndukMenurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), teknik penyuntikan dengan arah jarum suntik membuat sudut 600 dari ekor bagian belakang dan jarum dimasukkan sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini ditujukkan supaya ovaprim benar – benar masuk ke bagian organ target. Pada saat dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan jarring agar tidak lepas. Pada ikan yang lebih besar biasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim. Santoso (1997) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan (arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses pemijahan).Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam otot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial (penyuntikan di kepala) (Susanto, 1999). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Menurut Muhammad dkk (2001) secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.
Proses atau cara kerja pengunaan hormon dalam Melakukan penyuntikan Pada Ikan Mas
1. Disiapkan ikan jantan dan betina pada akuarium yang telah disiapkan.2. Diambil larutan hormon ovaprim dengan menggunakan alat suntik sesuai
dengan dosis yang sudah ditentukan.3. Diambil ikan betina dengan tangan dan diusahakan jangan lepas,
kemudian larutan ovaprim yang sudah ditambahkan dengan akuades sehingga didalam alat suntik menunjukkan banyaknya ovaprim dan akuades 2 cc.
4. Ikan yang sudah dipegang, dengan hati-hati alat suntik ditusukkan pada bagian punggung ikan antara sirip punggung jari-jari yang ketiga dan jarak 3 sisik ke bawah.
5. Alat suntik dimasukkan pada bagian bawah sisik, hal ini dilakukan agar ikan tidak stress.
6. Disuntikan hormon ovaprim yang bercampur dengan akuades ke dalam ikan dengan kemiring ± 600 (sudut).
7. Untuk ikan betina dosis yang diberikan untuk suntikkan pertama dari dosis 2 cc ovaprim dan akuades sebanyak 1,2 cc, sedangkan untuk suntikkan yang kedua apabila ikan tidak berhasil memijah setengah bagian dari dosis keseluruhan.
8. Setelah ikan diberikan suntikkan hormon ovaprim, ikan betina diletakkan kembali ke dalam akuarium yang telah disiapkan.
9. Selanjutnya ikan jantan diambil seperti halnya yang dilakukan pada ikan berina, namun untuk dosis ikan betina pada penyuntikkan pertama diberi dosis 0,8 cc, dan apabila penyuntikkan pertama gagal memijah, maka sama halnya seperti ikan betina yaitu untuk penyuntikkan yang kedua sebagian dari dosis keseluruhan.
10. Setelah proses penyuntikkan, diamati 6 jam kemudian. Apabila tidak terjadi pemijahan maka dilakukan penyuntikkan untuk kali kedua dan diamati lagi setelah 6 – 8 jam kemudian.
Dftar Pustaka
DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2 ,Juni 1990.GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988.
RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 199.Susanto, H. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto, H. 1999. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta.Pemilihan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya secara tradisional, semi intensif dan secara intensif penuh. Dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka sudah banyak digunakan induk-induk yang berkualitas unggul.
Usaha pembenihan tidak lagi hanya bergantung pada kondisi alam, namun campur tangan teknologi dalam perikanan telah banyak membantu keberhasilan pembenihan, diantaranya adala pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembenihan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat
berkisar 0,5 kg/ekor.
Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari
panjang badan; lensa mata tampak jernih.
Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal
ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:a) Betina- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.b) Jantan- Badan tampak langsing.- Gerakan lincah dan gesit.- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Sistem PemijahanSaat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
a. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur; (3)
setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan.
Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2)
disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang
antara dari tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) tujuh hari setelah
pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam
dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan rumput kering untuk menepelkan telur,
rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; (3) setelah
proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.; (4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah
tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; (2)
disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai
induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35
cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan
kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon
setinggi 40 cm; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4) setelah benih berumur
5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di
depan pintu pemasukan air.
b. Sistem kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas adalah sebagai berikut:
Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25oC.
Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan
kolam seluas 5 m2.
Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi
dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
Pemeliharaan Bibit Ikan/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan
ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 m2) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200
ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama
pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama
pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari
jumlah bobot benih.
Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama
pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%
dari jumlah bobot benih.
Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot
total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a) Polikultur
1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini
dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2,
kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam diisi air 39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air,
kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis 2-4
ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari
kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi
pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2(benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore
hari saat suhu rendah.
Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik
mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada
kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning
telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur
diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air
cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.
Sumber Literatur : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
BARU
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Ikan mas sangat populer diberbagai kalangan masyarakat Indonesia. sebahagian besar masyarakat
sudah mengenalnya. Ikan mas termasuk salah satu komoditi perikanan air tawar yang berkembang sangat
pesat setiap tahun. Ikan mas disukai karena rasa dagingnya yang enak, gurih, serta mengandung protein
yang cukup tinggi.
Ikan mas (cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas tertua yang sudah banyak
dibudidayakan masyarakat. Berbagai teknologi pembenihan dan pembesaran sudah dilakukan dan
diterapkan baik secara nonintensif maupun intensif.
Aktifitas perikanan budidaya adalah proses pembenihan. Pembenihan mata rantai awal kegiatan
budidaya berperan penting dalam menjamin keberlangsungan kegiatan berikutnya, yaitu pembesaran.
Kegiatan pembenihan yang baik akan menghasilkan produk benih ikan yang berkualitas baik. Benih ikan
yang berkualitas baik, menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap serangan penyakit,
merupakan suatu kebutuhan mutlak harus disediakan. Penyedian benih bermutu merupakan salah satu
kebutuhan utama dalam meningkatkan produktivitas usaha budidaya ikan air tawar.
Usaha pembenihan merupakan ujung tombak keberhasilan usaha budidaya ikan air tawar. Usaha
pembenihan dapat mensuplay benih terhadap usaha budidaya ikan untuk setiap musim pemeliharaan.
Teknik pemijahan beberapa jenis ikan asli Indonesia telah banyak berkembang dan banyak pula
diminati masyarakatnya dibandingkan dengan ikan-ikan introduksi.
Pemijahan salah satu kegiatan produksi benih untuk keberlangsungan kegiatan berikutnya,
mengingat perkembangan di alam mulai mengurang akibat penangkapan yang berlebihan, maka dari itu
perlu dilakukan pelestarian atau budidaya.
Pemijahan ikan mas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning),
pemijahan semi buatan (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan
alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad selanjutnya
dipijahkan secara alami di bak / wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi buatan
dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang selanjutnya
dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan
penyuntikkan hormon perangsang selanjutnya dipijahkan secara buatan.
Pemijahan ikan mas semi buatan yaitu pemijahan yang terjadi dengan memberikan rangsangan
hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alami di kolam
atau bak.
Kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan yang akan dilakukan Di Unit Pelaksana
Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD – BAT) Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Di
pilih lokasi UPTD – BAT Jantho Baru, karena ikan mas rajadanu di Desa Jantho Baru dan sekitaran Aceh
Besar sudah berkembang dengan baik, sehingga diharapkan dapat menambah ilmu tentang semi buatan
serta tehnologi yang berkembang didaerah tersebut.
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan praktek kerja lapangan adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan
ketrampilan kerja di lapangan serta gambaran secara langsung di lapangan, khususnya mengenai Teknik
Pemijahan Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio) Secara Semi Buatan, dengan memadukan pengetahuan
yang diperoleh di bangku kuliah, dan kenyataan di lapangan.
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat praktek kerja lapang adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di lapangan
serta memahami permasalahan yang timbul dalam Teknik Pemijahan Ikan Mas Rajadanu Secara Semi
Buatan sehingga diharapkan akan dapat melakukan pemijahan ikan mas rajadanu dengan baik, serta
mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan juga dapat menambah informasi lebih lanjut tentang
ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio).
Manfaat lainnya adalah untuk mengembangkan dan melestarikan budidaya ikan mas rajadanu pada
masyarakat secara luas. Dengan adanya praktek kerja lapangan, selain untuk meningkatkan pengetahun
dan keterampilan dilapangan juga bisa merubah sikap dan prilaku yang tidak baik kearah yang lebih baik
dan menjurus, dan dapat memahami prinsip pembenihan di UPTD-BAT Jantho Baru – Kota Jantoh
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Mas Rajadanu
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan mas rajadanu adalah sebagai berikut: Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata,
Superkelas : Pisces, Kelas : Osteichthyes, Subkelas : Actinopterygii, Ordo : Cypriniformes, Subordo :
Cyprinoidae, Famili : Cyprinidae, Subfamili : Cyprininae, Genus : Cyprinus, Spesies : Cyprinus
carpio, Nama Asing : Common carp, Nama Lokal : Ikan Mas (Ras /Strain Rajadanu). (Susanto, 1999).
Gambar 1 Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus Carpio).
2.1.2 Ciri Morfologis
Bentuk tubuh ikan mas rajadanu mempunyai bentuk badan yang memanjang dengan perbandingan
panjang total dan tinggi badan adalah 3.5 : 1.
Mulutnya terletak dibagaian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan(protaktil). Di bagian
anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal
teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas rajadanu
ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. Sisik penuh dan berukuran
normal, punggungnya berwarna abu – abu serta pangkal sirip perutnya berwarna kuning kemerahan, tidak
seperti ikan mas strain lainnya. Ikan mas rajadanu lebih kuat dalam menghadapi serangan ektaparasit dan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri aeromonas hydrophila. (SNI, 1999).
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh strain ini adalah laju pertumbuhannya lebih cepat, daya
tahannya terhadap penyakit lebih tinggi, presentase keberhasilan telur menetasnya lebih besar dan masa
hidupnya lebih lama. (Rochdianto, 2005).
2.2. Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) berupa perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan
alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau.Ikan ini hidup dengan baik didaerah
dengan ketinggian 150 – 600 meter diatas permukaan air laut dengan suhu air 25 – 300 C.
Ikan mas tergolong ikan omnivora (pemakan berbagai jenis makanan). Makanannya antaara lain
tumbuhan air dan binatang renik. Namun makanan utamanya adalah tumbuhan yang tumbuh di dasar
perairan dan di tepi perairan tempat hidupnya. (Rochdianto, 2005).
Di alam aslinya ikan mas hidup di perairan sungai, danau maupun genangan air lainnya yang berada
pada ketinggian 150-600m dpl, dengan suhu air berkisar 20 derajat sampai 25 derajat celcius. Ikan mas
sering juga ditemukan di bagian muara sungai yang airnya agak asin (salinitas payau). Ikan Mas termasuk
hewan Omnnivora atau pemakan segala sehingga di alam makanan Ikan mas berupa daun-daunan, lumut,
serangga, cacing dan lain sebagainya. Pada model budidaya ikan mas lingkungan pemeliharaan dibuat
menyerupai alam aslinya. (Efendi, 2004).
Model budi daya ikan mas bisa dipelihara dalam Kantong Jaring Apung, Kolam air deras, kolam
tanah, kolam beton dan lain-lain tergantung ketersediaan lokasi. Makanan dalam budi daya ikan mas juga
bermacam-macam mulai dari pemberian pakan alami sampai pemberian pakan buatan. Yang perlu
diperhatikan adalah kualitas air pada media untuk budi daya ikan mas seperti PH air yang harus berada
pada kisaran 7-8, kandungan oksigen terlarut yang cukup dan bebas dari kandungan zat kimia berbahaya.
(Efendi, 2004).
2.3. Perkembangbiakan
Pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di
alam ikan mas biasa memijah pada awal musim penghujan, saat muncul rangsangan dari aroma tanah
kering yang kemudian tergenang air. Secara alami, proses pemijahan terjadi pada tengah malam sampai
menjelang pagi hari. Menjelang memijah induk-induk ikan mas menjadi aktif mencari tempat yang rimbun
dengan tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Subtrat berupa tanaman air atau
rerumputan inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai lokasi memijah dan menempelkan telur yang
dihasilkan. (Susanto, 1999).
Telur ikan mas berbentuk bulat dan berwarna bening. Ukurannya bervariasi, tergantung umur serta
ukuran dan bobot induk. Namun, secara umum diameter telur mencapai 1,5 -1,8 mm dengan berat 0,17 –
0,20 mg. Dalam 2 -3 hari, telur-telur ikan mas akan menetas dan tumbuh menjadi larva berukuran 0,5-0,6
mm dengan berat 18-20 mg. Larva-larva ini memiliki kantong kuning telur sebagai cadangan makanan,
yang akan habis dalam 2 – 4 hari, larva ikan mas bersifat menempel di subtrat dan bergerak vertikal.
(Cahyono, 2001).
Setelah 4 – 5 hari, larva-larva tersebut akan berubah menjadi kebul. Pada stadia kebul ini, ikan mas
memerlukan pasokan pakan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan tambahan yang dapat
diberikan terutama zooplankton seperti rotivera, moina, dan daphnia. Dosis perharinya 60 – 70 % dari total
beratnya.
Setelah 2 – 3 minggu, kebul akan tumbuh menjadi burayak dengan panjang 1 – 3 cm dan berat 0,1 –
0,5 gram. Setelah 2 – 3 minggu kemudian, burayak tumbuh menjadi putihan dengan dengan panjang 3 – 5
cm dan berat 0,5 – 2,5 gram. Tiga bulan kemudian, putihan berkembang menjadi gelondongan yang
memiliki berat 100 gram per ekor. Gelondongan ini akan terus tumbuh dan menjadi induk. Induk jantan
berukuran 0,5 kg dapat dicapai setelah 6 bulan pemeliharaan, sedangkan induk betina berukuran 1,5 kg
dapat dicapai setelah pemeliharaan minimum selama 15 bulan. (BSN. 1999).
2.4. Pemeliharaan Induk
Keberhailan usaha pembenihan ikan mas rajadanu ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon
induk harus mempertimbangkan ras atau strain ikan yang akan dipelihara. Ciri – ciri calon induk yang baik
berbeda-beda untuk setiap ras atau strain. Secara umum ciri-ciri calon induk yang baik sebagai berikut :
Sehat, tidak cacat, dan tidak luka.
Umur induk 1.5 – 2 tahun.
Sisik tersusun dengan teratur.
Sisik penuh dan normal.
Kepala relatif kecil dibandingkan badan.
Ukuran tubuh relatif tinggi dan panjang serta berbadan tebal.
Perut lebar.
Pangkal ekor lebar dan kuat.
Lubang dubur lebih dekat ke ekor. (Gunadi. 2010).
Menurut Sudenda (2008), Ikan mas induk betina dapat dipijahkan setelah berumur 1.5 – 2 tahun,
dengan berat mencapai 1.5 kg. Induk jantan mencapai kematangan lebih awal, yakni sekitar 8 bulan
dengan berat 0,5 kg lebih.
Induk ikan jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah di kolam-kolam khusus. Cara ini
untuk memudahkan dalam penyeleksian ikan yang akan dipijahkan serta untuk menghindari terjadinya
pemijahan liar. Jika memungkinkan yang sudah dipijahkan juga terpisah dari yang belum dipijahkan.
Induk di pelihara terpisah, bertujuan untuk mendapatkan perkembangan gonad dengan baik. Untuk
mendapatkan induk matang gonag yang baik, kondisi lingkungan harus baik serta makanan tersedia
dengan cukup.keadaan ini dapat dicapai dengan mengatur jumlah induk yang dipelihara disesuaikan
dengan intensitas pengelolaan budidaya.
2.5. Pematangan Gonad
Keberhasilan pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Induk
dipelihara dalam kolam pemeliharaan induk selama 1.5 bulan, induk biasanya sudah mengalami
kematangan gonad. Bobot induk betina 1.5 – 4 kg / ekor dan induk jantan 0.5 – 2 kg.
Ciri – ciri induk betina yang sudah matang gonad antara lain bagian perutnya tampak besar dan
bergelambir jika dilihat dari atas. Perut diraba terasa lembek dan sekitar lubang urogenitalianya tampak
memerah dan keluar telur ketika diurut (striping). Induk jantan matang kelamin ditandain dengan keluarnya
sperma berwarna putih ketika diurut urogenitalnya. (Suseno. 1999).
Menurut Gunadi (2010), Ciri – ciri telur ikan mas yang sudah matang antara lain ukurannya merata
dan berwarna coklat muda atau abu – abu. Telur ikan mas yang berkualitas rendah berwarna putih atau
keputih – putihan, karena terlalu muda / terlalu tua. Setelah pembuahan telur masih nampak jernih dan
bening, berarti telur tersebut berkembang cukup baik. Sebaliknya telur berwarna putih, pucat atau putih
keruh berarti telur tidak menetas / mati. Selanjutnya ciri – ciri sperma ikan mas yang berkualitas unggul,
berwarna putih kekuningan, kekentalannya seperti krim susu, kisaran pH sperma 6.8 – 7.6.
2.6. Seleksi Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi
intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi
pembenihan telah dilaksanakan penggunaan induk – induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha
pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan
kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik
pembuahan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik
kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu
dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas. (Gunadi, 2010).
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah
sebagai berikut :
a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor, Jantan: umur minimum 8 bulan dengan
berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b. Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih, panjang kepala minimal 1/3 dari
panjang badan; lensa mata tampak jernih.
d. Sisik tersusun rapi, cerah tidak kusam.
e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan
lebar/tebal ekor. (BSN, 1999).
Ciri – ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2.7 Pemijahan Semi Buatan
Pemijahan adalah pertemuan antara ikan jantan dengan betina yang bertujuan untuk pembuahan
telur oleh sperma.
Pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang berlangsung akibat adanya setengah campur
tangan manusi, dengan menyuntikan hormon perangsang pada induk betina. Pemijahan semi buatan di
atur oleh manusia waktu untuk ikan memijah. (Gunawan, 1999).
Pemijahan semi buatan tak sesederhana pemijahan alami. Ada satu pekerjaan yang harus
dilakukan, yaitu menyuntik atau memasukan hormon perangsang pada induk betina. Namun tingkat
keberhasilannya bisa lebih tinggi. Meski kematangan induk sulit ditentukan secara visual, telur yang ada
dalam tubuh dipaksa untuk keluar, hingga terjadi pemijahan. Hambatan dalam produksi masih bisa ditekan.
(Gunadi, 2010).
Ada beberapa kekurangan dalam pemijahan semi buatan. Selain memerlukan satu tambahan
pekerjaan, juga memerlukan biaya tambahan, yaitu biaya untuk menyediakan hormon perangsang.
Hormon perangsang cukup mahal harganya. Untuk membeli ovaprim harus mengeluarkan uang sebesar
Rp. 200.000,- / botol. Untuk membeli ikan mas harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 20.000,- / kg.
2.8 Kualitas Air
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk, air sungai,
mata air, air irigasi, air permukaan, air sumur terbuka, dan air sumur pantek.
Menurut Cahyono (2001), Dari berbagai sumber air tersebut, air waduk dianggap yang terbaik
karena endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan pakan alami cukup tinggi.
Sementara air sumur terbuka, air sumur pantek, atau air tanah lainnya, lebih aman dari kontaminasi
biota dan penyakit, tetapi miskin oksigen (O2) terlarut dan kandungan karbondioksidanya (CO2) cukup
tinggi. Air jenis ini harus mendapatkan perlakuan aerasi terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk
pembenihan dan pendederan ikan mas. (Gunadi, 2010).
Menurut Gufhran (2007), Kualitas air atau mutu air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup ikan dan hewan air lainnya. Kualitas air yang baik, ikan hidup dengan baik, nafsu makan tinggi, dan
tidak mudah terserang penyakit. Sebaliknya, kualitas air yang buruk, ikan tidak dapat hidup dengan baik,
nafsu makan rendah, mudah terserang penyakit, mudah setres, dan dapat menimbulkan kematian.
Beberapa kriteria kualitas air yang harus dipenuhi dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan mas,
tertera pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 Parameter Kualitas Air untuk Pembenihan Ikan Mas.
Parameter Kadar
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen terlarut
Karbondioksida
25 – 26 0C
Hijau kecoklatan
20 – 40 cm, oleh plankton
Minimal 3 mg/l
Maksimal 25 mg/l
pH
Amoniak
Alkalinitas
7 – 7.5
Maksimal 0.1 mg/l
50 – 300 mg/l
Sumber : Gufhran, at.al. 2007.
2.9 Hama dan Penyakit
2.9.1 Hama
Hama dikenali juga sebagai predator atau pemangsa yang hidup di air dan di darat. Ukuran hama
lebih besar dari pada mangsanya. Jenis hama umumnya menyerang ikan mas adalah biawak, ular,
linsang, kodok dan beberapa jenis burung (misalnya burung belekok, kuntul, dan bangau).
Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanis, yakni membunuh langsung hama yang
ditemukan di tempat pemeliharaan ikan. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang
perangkap dan melokalisir seluruh area kolam dengan pagar tembok sehingga hama tidak dapat masuk.
(Afrianto, 1992).
Selain hama berukuran besar, ada juga sekelompok hewan air (hama) berukuran kecil yang dapat
memangsa benih ikan mas di kolam pembenihandan pendederan. Beberapa hewan air (hama) yang sering
menyerang benih ikan mas adalah ucrit, notonecta, dan kini – kini.
Pencegahan hama ucrit dilakukan dengan cara memasang saringan di pintu pemasukan air dan
padat penebarannya tidak terlalu tinggi. Hama notonecta dilakukan dengan cara memasang saringan di
pintu pemasukan air, cara lain dapat dikendalikan dengan memercik minyak tanah kepermukaan air
sebanyak 0.5 liter / 50 m2 luas permukaan air kolam. Selanjutnya pencegahan hama kini – kini dilakukan
dengan cara padat penebaran tidak terlalu tinggi. (Muharam, 2009).
2.9.2 Penyakit
Penyebab penyakit pada ikan mas ada dua, yakni jasad hidup dan bukan jasad hidup. Jasad hidup
yang menyebabkan penyakit pada ikan adalah parasit. Parasit yang menyerang ikan mas adalah virus,
jamur, bakteri, protozoa, cacing dan udang renik. Selanjutnya penyebab penyakit yang bukan termasuk
jasad hidup adalah sifat fisika air, kimia air, dan pakan yang kurang baik untuk pertumbuhan atau
kehidupan ikan mas.(Afrianto, 1992).
Menurut Kordi (2004), Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan mas sebagai berikut :
1. Ichthyophthirius multifillis
Penyakit ini dikenal dengan sebutan bintik putih atau white spot. Sering menyerang ikan mas dengan cara
bersarang di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan insang. Ciri ikan yang diserang white spot adalah banyak
mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, dan pertumbuhannya lambat. Ikan mas yang terserang penyakit ini
bisa diobati dengan cara merendam dalam larutan Methylene Blue. Jika Methylene Blue sulit didapat, bisa
digantikan dengan larutan garam dapur (NaCl) sebanyak 1 – 3 gr untuk setiap 100 ml air bersih. Lama
perendaman yang dianjurkan 5 – 10 menit dan perendaman diulang hingga 2 – 3 kali.
2. Lernea
Parasit lernea berbentuk seperti cacing dan hidup dalam tubuh ikan mas dengan cara memasukkan
kepalanya yang berbentuk jangkar ke tubuh ikan. Parasit ini mudah sekali berkembang biak pada kondisi
lingkungan yang banyak mengandung bahan organik, seperti sisa – sisa pemupukan, sampah, dan sisi –
sisa pakan. Pertumbuhan ikan mas yang terserang lernea akan lambat dan tubuhnya menjadi kurus.
Pengobatannya dengan cara merendapkan dalam 2.5 ml larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter
air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit, selanjutnya ikan di pelihara dalam air bersih dan
mengalir.
3. Dactylogyrus dan Gyrodactylus
Parasit dactylogyrus menyerang insang dan kulit ikan mas. Tanda ikan mas yang diserang oleh parasit ini
antara lain ikan melompat – lompat dan berenang di permukaan air karena insangnya dirusak oleh parasit.
Tubuh ikan banyak mengeluarkan lendir, dan warna tubuhnya menjadi pucat. Tindakan pengobatan untuk
ikan mas yang terserang parasit ini adalah merendamkan dalam larutan forrmalin (25 ppm atau 2,5 ml
larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter air bersih). Lama perendaman yang diajurkan adalah 10
menit. Selain formalin, obat – obatan lain yang bisa digunakan adalah garam dapur 20 gr/100
ml, Neguvon 2 – 3,5 %, dan kalium permanganat o,o1 gr/100 ml air.
4. Bakteri Aeromonas
Ada dua spesies aeromonas yang menyerang ikan mas, yakni Aeromonas punctatadan Aeromonas
hydrophilla. Ciri – ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah warna tubuh ikan berubah menjadi gelap dan
kulitnya kasar karena kehilangan lendir. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
perendaman ikan dalam larutan Tetracylin atau Kemicitine dengan mencampurkan 500 liter air bersih. Ikan
direndam selama 2 jam, dan pengobatan dilakukan sebanyak 3 – 5 kali berturut – turut selama 3 – 5 hari.
III. METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari sampai dengan 14 Maret 2012
Di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD–BAT) Jantho Baru, Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio)secara semi
buatan di UPTD–BAT Jantho Baru, dapat dilihat pada table 2 sebagai berikut :
Tabel 2 Alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan.
Alat Satuan Fungsinya
Jaring
Plastik Packing
M
Kg
- Untuk menangkap induk ikan.
- Untuk memudahkan pemindahan induk
dari kolam pemeliharaan induk ke bak
penampungan sementara sebelum di
pijahkan, dan untuk memudahkan
Timbangan
Spuid
Hapa
Batu
Kakaban
Bak Fiber
Jangkar Empat Persegi / Mal
Thermometer
pH pen
DO meter
Soil tester
Grek
Timba
Gayung
Kain Kasa
Cangkir
Sendok Makan
Waring
Serok
Sterefom
Mesin Pengering Air
Tabung Oksigen
Kg
Ml
M
Unit
Kg
M
Cm
0C
Mg /L
Unit
Unit
Cm
Unit
Unit
Cm
Cm
Cm
Unit
Kg
Kg
pengangkutan benih ikan.
- Untuk menimbang berat induk sebelum
di pijahkan.
- Untuk memudahkan memasukan
hormon peransang (ovaprim) pada
induk
- Hapa ini banyak digunakan dalam
kegiatan pemijahan, salah
satunya untuk wadah penetasan telur
dan pemeliharaan larva setelah
menetas. Penggunaan hapa agar
memudahkan dalam pemanenan larva.
- Sebagai pemberat yang diletakkan
dalam hapa penetasan telur dan
pemeliharaan larva.
- Sebagai subtrat penempelan telur ikan
mas.
- Sebagai penampungan induk
sementara, sebelum dipijahkan dan
sebagai tempat melarutkan MG
(melachite green) saat treatmen telur.
- Sebagai alat mempermudahkan
perhitungan telur ikan mas.
- Untuk mengukur suhu air.
- Untuk mengukur pH air.
- Untuk mengukur oksigen terlarut.
- Untuk mengukur pH tanah.
- Untuk mengangkat kapur dan pupuk.
- Untuk wadah pemberian pakan dan
wadah melarutkan lebaycid.
- Untuk menyiram kapur dan lebaycid.
- Untuk menyaring suspensi kuning telur.
- Untuk wadah suspensi kuning telur.
- Untuk memudahkan penuangan
suspensi kuning telur.
- Untuk menangkap benih ikan mas.
- Untuk menangkap benih serta
memudahkan dalam perhitungan benih.
- Untuk menampung induk dan benih.
- Untuk mengeringkan air kolam saat air
di saluran pembungan melebihi saluran
pengeluaran air kolam
- Untuk stok suplay oksigen pada benih
pengankutan.
- Untuk mengikat plastik packing.
Karet Kg
Sumber : UPTD – BAT Jantho Baru, 2012.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) secara semi
buatan di UPTD–BAT Jantho Baru dapat dilihat pada table 3 berikut ini :
Tabel 3 Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan.
Bahan Satuan Fungsinya
Pakan Pelet Type T 79 – 2 P
Pakan Pelet Type 888
Induk Jantan dan Betina
Ovaprin
MG (Melachite Green)
Telur Ayam (Suspensi Kuning
Telur)
Kapur Tohor (CaO)
Pupuk Kandang
Lebaycid
Pakan Pelet Type 789
Pakan Tepung Type 9001
Pakan Pelet Type FF 999
Kg
Kg
Kg
Ml
PPM
Butir
Kg
Kg
Ml
Kg
Kg
Kg
- Untuk pakan induk masa awal produksi
(Turbo Feed).
- Untuk pakan induk masa awal produksi
(Bintang).
- Untuk di pijahkan dan menghasilkan
benih.
- Untuk ransangan ovulasi.
- Untuk mencegah terserangnya jamur
pada telur ikan mas.
- Untuk pakan larva ikan mas baru
menetas setelah kuning telur pada larva
habis.
- Untuk menetralkan pH tanah serta
membasmi hama dan penyakit dalam
kolam.
- Untuk menyuburkan / menumbuhkan
pakan alami dalam kolam .
- Untuk membasmi sisa hama dan
penyakit dalam kolam.
- Untuk pakan induk masa awal dan akhir
produksi (Hi-Pro-Vite).
- Untuk pakan larva setelah di pindahkan
ke kolam pendederan (Central
Proteinaprima).
- Untuk pakan benih berukuran 3 – 5 cm
(Hi-Pro-Vite).
Sumber : UPTD – BAT Jantho Baru, 2012.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan metode pengamatan langsung (mengamati setiap
kegiatan yang dilakukan), metode deskriptif (memberikan gambaran secara lengkap), dan partisipasi aktif
(terlibat langsung dalam setiap kegiatan). Penggumpulan data di peroleh dari data primer dan data
skunder. Data primer di peroleh dari penggamatan langsung dilapangan, dan gambaran – gambaran
dilapangan, serta melakukan setiap kegiatan dilapangan. Data skunder di peroleh dari informasi serta
wawancara dengan staf atau karyawan yang terkait di dalamnya dan studi pustaka.
3.4 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan ialah sebagai berikut
:
1. Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara dalam kolam induk secara terpisah. Pakan induk diberikan 4 % perhari dari bobot induk
dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Pakan diberikan dengan selang waktu 5 jam sekali.
2. Pematangan Gonad
Proses pematangan gonad dilakukan dengan memberikan pakan secara rutindan teratur. Jenis pakan
yang diberikan adalah pelet terapung dan tenggelam dengan Tipe T 79 – 2 P dan 888.
3. Seleksi Induk
Induk sebelum dipijahkan, di lakukan seleksi induk jantan dan betina. Penyeleksian induk bertujuan untuk
memilih induk yang matang gonad, atau siap pijah. Seleksi induk dilakukan dalam hapa penampungan
sementara, induk yang tidak matang gonad di kembalikan / dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
4. Pemijahan Secara Semi Buatan
Pemijahan ini dilakukan dengan cara perangsangan hormon ovavim. Induk disuntik dengan hormon
ovaprim, yang dilakukan pada jam 10 malam dengan dosis 0.5 ml / kg induk betina, pemijahan terjadi 8 –
10 jam setelah penyuntikan.
5. Penanganan Telur
Kegiatan penanganan telur dilakukan untuk mendapatkan hasil penetasan telur yang baik.
6. Pemeliharaan Larva
Larva di pelihara dalam hapa penetasan telur. Selanjutnya telur menetas menjadi larva selama 2 hari larva
tidak diberi pakan, karena larva yang baru menetas masih memiliki kantung kuning telur sebagai cadangan
makanan. Setelah kuning telur habis larva diberi suspensi kuning telur selama 3 hari, pemeliharaan larva
dalam hapa penetasan selama 5 hari, selanjutnya disebut benih lepas hapa.
7. Pemanenan Larva
Larva dipelihara selama 5 hari dalam hapa penetasan telur yang diberi pakan suspensi kuning telur.
Kegiatan pemanenan larva dilakukan pada jam 07.pagi, larva di panen dengan cara menggulung hapa
sedikit demi sedikit ke suatu sudut dan disiram dengan air. Selanjutnya larva di tebar dalam kolam
pendedran dengan padat tebar 80 – 100 ekor / m2, atau disesuaikan dengan luas kolam pendederan.
8. Pemberian Pakan Larva
Larva berumur 10 hari, mulai diberikan pakan buatan berbentuk tepung pellet type 9001, yang diberikan
pada pagi dan sore hari dengan frekuensi pemberian 300 gram / 3 ons untuk 100.000 ekor larva.
9. Pengukuran Kualitas Air
Kegiatan pengukuran kualitas air dilakukan pada kolam induk, bak pemijahan, bak penetasan telur, dan
kolam pendederan. Kualitas air diukur pada pagi, siang dan sore hari, parameter yang diukur adalah Suhu
23 – 27 0C, Do 6 – 7 ppm, dan pH 7 – 8.
10. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan pengendalian hama dilakukan dengan cara memasang perangkap (untuk jenis hama biawak,
ular, burung, dan berang-berang, melakukan pemungutan dan merusak (untuk hama jenis keong mas,
telur keong mas, kodok dan telur kodok), penyiraman lebaycid (untuk jenis hama dan penyakit ucrit, larva
cybister, notonecta, jamur, bintik putih, lernea dan aeromonas).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil
4.1.1 Profil Instansi Tempat Pelaksanaan PKL
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar Jantho Baru merupakan Balai Benih Ikan
Berkualitas dan juga meningkatkan pendapatan petani ikan air tawar serta mensejahterakan dan maju,
dalam bidang keamanan pangan, ramah lingkungan dan mampu telusur.
Meningkatkan Profesionalisme Pembenihan Ikan Air Tawar yang berkualitas dan peningkatan
produksi benih. Menyelenggarakan praktek dan pembinaan petani ikan, serta mahasiswa-mahasiswi,
siswa-siswi dalam rangka penigkatan SDM Perikanan di Provinsi Aceh, sebagai Pusat Penelitian
Perikanan Air Tawar dan menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui pelaksanaan
restocking dan membantu Penyuluhan Perikanan Air Tawar yang maju dan mampu bersaing.(UPTD-BAT,
2012). Data Primer.
Gambar 2 Kantor UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
1. Keadaan Umum Lokasi PKL
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru didirikan dan
diresmikan pada Tahun 2003 oleh Bupati Aceh Besar. Latar belakang berdirinya Unit Pelaksana Tehnis
Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru Demi Kebutuhan Bibit Ikan Air Tawar bagi
pembudidaya. Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru didirikan oleh
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Besar.
Tujuan didirikan UPTD-BAT Jantho Baru adalah untuk menyediakan benih ikan air tawar. Selain
itu, UPTD-BAT Jantho Baru juga sebagai tempat mengadaptasi teknologi dan sebagai tempat pendidikan
serta pelatihan.
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru terletak di ketinggian
400 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 262 ml / hari dan rata-rata 94320 ml /
tahun, dengan curah hujan tertinggi pada bulan September dan bulan Desember. Jarak tempuh UPTD-
BAT Jantho Baru dengan Kota Jantho ± 4 km dan dengan Kota Banda Aceh ± 55 km. (UPTD-BAT, 2012).
Data Primer.
Gambar 3 Lokasi UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
2. Letak Geografis dan Keadaan Sekitarnya
Letak Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru terletak di Desa
Jantho Baru – Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, dengan keadaan sekitarnya sangat
mendukung.
UPTD-BAT Jantho Baru terletak antara 5,20 – 5,80 Lintang Utara dengan 95,00 – 95,80 Bujur Timur
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya.
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
3. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak 12 orang yang terdiri dari Kepala UPTD-BAT, Bagian Tata Usaha, Sub Seksi Produksi, Sub
Seksi Distribusi, Bagian Teknisi Lapangan dan Bagaian Musalla serta kebersihan, dengan jenjang / tingkat
pendidikan S2 sebanyak 1 orang, S1. 4 orang, D3. 2 orang, SMA. 3 orang dan tingkan SMP. 2
orang. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja UPTD-BAT Jantho Baru adalah sebagai berikut :
Diagram 4 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja (Data Primer).
4. Badan Usaha dan Permodalan
Unit Pelasana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru berbentuk Badan
Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMPD). Semua urusan keuangan dan modal usahanya diurus dan
dikelola oleh Pemerintah Daerah. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
4.1.2 Sarana Pembenihan Ikan Mas
Sarana pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) di UPTD-BAT Jantho Baru meliputi :
1. Kolam Induk
Kegiatan pemeliharaan induk dilakukan dalam kolam induk dengan berukuran 12 x 25 m, yang
berjumlah 2 unit.
2. Bak Pemijahan
Kegiatan pemijahan dilakukan dalam bak pemijahan dengan ukuran 3 x 4 m, yang berjumlah 2
unit.
3. Kakaban
Merupakan subtrat penempelan telur ikan mas, terbuat dari ijuk yang dijepit papan atau bambu.
ukuran kakaban dengan panjang 80 cm dan lebar 30 cm.
4. Hapa
Happa merupakan kantong berbentuk segiempat, digunakan untuk menetaskan telur ikan mas
bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan larva dan bersih.
5. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang berat induk yang dipijahkan. Peninbangan induk
bertujuan untuk mengetahui dosis hormon penyuntikan.
6. Spuit atau jarum suntik
Jarum suntik digunakan untuk menyuntik hormon pada induk ikan mas rajadanu yang sudah
matang gonad.
7. Hormon Ovaprim
Ovaprim digunakan untuk merangsang induk ikan mas rajadanu yang sudah matang gonad untuk
dilakukan pemijahan.
9. Steroform
Wadah yang digunakan untuk menampung induk saat membawa induk ke bak pemijahan dari
kolam pemeliharaan induk
10. Fiber
Merupakan wadah yang digunakan untuk merendam telur ikan mas rajadanu saat treatmen telur.
11. Gayung
Gayung digunakan untuk memanen larva.
12. Timba
Merupakan wadah penampungan larva saat di panen dan ditebarkan dalam kolam pendederan.
(UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
4.1.3 Pengairan
1. Sumber Air
Sumber air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru,
bersumber dari Bendungan Sungai Jantho dialiri melalui saluran Irigasi Teknis. Jarak sumber air 3 km dari
UPTD-BAT Jantho Baru. Air ditampung dan diendapkan dalam bak pengendapan melalui pipa paralon
yang berukuran 7 inc sebelum di masukkan ke dalam kolam. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 5 Sumber Air UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
Menurut Arie (2009), air adalah media hidup ikan. Agar ikan hidup baik, kebutuhan air untuk ikan
mas harus berkualitas baik, cukup dan kontinyu. Ada beberapa sumber air untuk ikan mas, diantaranya
sungai, kali atau solokan, dan saluran irigasi.
Sungai adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan dengan debit air sungai sangat
besar diatas 100 liter / detik, terutama pada musim hujan. Sebelum dialirkan ke kolam, sungai harus dibuat
bendungan. Bendungan harus kuat, dengan pintu airnya. Pembuatannya bendungan sungai membutuhkan
biaya yang besar. Sehingga sangat cocok untuk usaha berskala besar, dengan jumlah puluhan kolam.
Secara ekonomis, menjadi perhitungan dalam melakukan kegiatan budidaya. Selanjutnya kolam yang di
buat tidak bisa hanya 5 atau 10 kolam budidaya, karena akan mengalami kerugian minial 50 atau 100
kolam yang di buat.
Kali atau selokan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan debit air yang tidak
besar sekitar 10 liter / detik. Sumber air yang berasal dari kali atau selokan tidak membutuhkan biaya
besar, bahkan tidak memerlukan biaya. Bendungan yang dibuat di selokan dapat dibuat dengan gundukan
batu atau tanah. Sumber air ini hanya cocok untuk usaha skala 5 atau 10 kolam.
Irigasi adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan lebar rata-rata 3 m. Air irigasi
berasal dari sungai yang di bendung, serta pintu airnya. Air irigasi lebih baik digunakan untuk budiday
perikanan skala sedang. Pengairan irigasi lebih efisien dan membutuhkan sedikit biaya. (Muharam. 2009).
2. Kualitas Air
Kualitas air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru, Suhu
air berkisar antara 23 – 27 oC, pH air 6 – 7, dan DO 6 – 7 mg/l, dengan debit air 200 liter / detik. (UPTD-
BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 6 Alat Pengukuran Parameter Kualitas Air UPTD-BAT Jantho Baru
(Data Primer).
Menurut Muharam (2009), kualitas air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, dan
biota air lainnya. Kualitas air yang baik, ikan akan hidup dengan baik dan pertumbuhannya cepat, nafsu
makan tinggi dan tidak mudah terserang penyakit. Kualitas air baik akan memacu perkembangbiakan yang
cepat dan rentang waktu kematangan gonad (recorvery) relatif singkat. Secara umum kualitas air harus
bernilai parameter baik.
Kriteria parameter kualitas air yang baik untuk pembenihan ikan mas dapat dilihat pada tabel 4
berikut ini :
Tabel 4 Parameter kualitas air yang baik untuk pembenihan ikan mas
Parameter Kualitas Air Nilai Batas
Residu padat terlarut total
Padatan tersuspensi
Kekeruhan
Suhu
Oksigen terlarut
Karbondioksida
pH
Alkalinitas (CaCO3)
Kesadahan total (CaCO3)
Amonia total
Nitrit
Pestisida organoklor
Pestisida organofosfat
Maksimum 2.000 mg/l.
Maksimum 400 mg/l.
Maksimum 50 JTV.
26 – 28 0C.
(fluktuasi normal sekitar 4 0C).
Lebih besar dari 2 mg/l.
Kandungan minimum 6 mg/l tidak boleh terjadi
selama 8 jam berturut-turut.
0 – 12 mg/l.
6,5 – 8,5.
Minimum 20 mg/l.
Minimum 20 mg/l.
Maksimum 0,02 mg/l.
Maksimum 0,1 mg/l.
Maksimum (0,01 x LC50–96 jam) mg/l.
Maksimum (0,03 x LC50–96 jam) mg/l.
Sumber : Muharam, C. 2009.
3. Bak Pengendapan
Bak pengendapan terbuat dari beton berbentuk persegi panjang, berukuran 5 x 7 x 2 m dan
kemiringan 450 dengan filter batu berpasir. Bertujuan untuk mengendapkan sedimen partikel kecil dan
hama yang dibawah / diangkut air, seperti lumpur, pasir, telur ikan liar yang tidak bersifat menempel, larva
ikan liar, dan keong mas. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 7 Bak Pengendapan UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
Menurut Arie (2009), Bak pengendapan air dibuat dengan tujuan untuk menyaring partikel-
partikel yang di bawa air. Bak pengendapan dibuat berbentuk zig-zag dengan sekat-sekat dari beton.
Adanya sekat menyebabkan partikel kecil seperti lumpur mengendap di sudut sekat sehingga air yang
masuk ke kolam bersih.
4. Saluran Pemasukan dan Pengeluaran Air
Bentuk saluran pemasukan - pengeluaran air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar
(UPTD-BAT) Jantho Baru, berbentuk paraler dan bentuk pintu pemasukan - pengeluaran air terbuat dari
paralon. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Menurut Susanto (1999), Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapatkan air
baru atau air yang sudah dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena
kualitas air kolam dapat terjaga. Selanjutnya, sistem ini mudah dalam pengelolaannya, satu kolam dipanen
tidak mengganggu kolam yang lain.
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4 inchi.
Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak antara pintu
pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tingginya
bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah satu
bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa juga dibuat
dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paralon. (Susanto, 1999).
4.1.4 Konstruksi Kolam dan Bak Ikan Mas Rajadanu
1. Kolam Induk
Konstruksi kolam induk terbuat dari beton dengan alas tanah, jenis liat berpasir perbandingan
tanah liat dan pasir 3 : 2. Kolam berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 12 x 25 m dan
kedalaman 1 m, kolam induk berjumlah 4 unit, masing-masing induk, jantan dan betina di pelihara secara
terpisah. Bertujuan untuk mencegah terjadinya perkawinan atau pemijahan ilegal, sehingga terjadi
penerunan kualitas produksi benih. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 8 Konstruksi Kolam Induk UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
2. Bak Pemijahan
Bentuk bak pemijahan empat persegi terbuat dari beton, sehingga mudah dalam pengeringan dan
pengisian air, dengan ukuran 3 x 5 m, kedalam 70 cm dan ketinggian air rata-rata 60 cm. Bak dikeringkan
sebelum digunakan selama 2 – 3 hari untuk merangsang atau mempercepat proses pemijahan. Bak
Pemijahan Ikan Mas yang ada di UPTD-BAT Jantho Baru sebanyak 1 Unit.
Bak penetasan telur ikan mas adalah bak yang digunakan untuk memijahkan induk dengan
menggunakan hapa, bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan larva ikan mas. Setelah induk
memijah, telur ikan mas menepel / melekat (adesif) pada kakaban, induk dipindahkan kekolam induk, dan
telur ditetaskan di dalam kolampemijahan dengan menggunakan hapa. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Gambar 9 Kontstuksi Bak Pemijahan UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).
Menurut Suseno (1999), Untuk kegiatan pemijahan ikan mas wadah yang digunakan adalah bak
pemijahan berukuran 3 x 5 m dan kedalaman 70 cm, dengan bentuk persegi panjang. Bak pemijahan yang
digunakan, sebelumnya dibersihkan dan dibilas dengan air, selanjutnya dijemur untuk menghilangkan
jamur-jamur dan bakteri yang masih menempel. Air merupakan media yang sangat penting bagi budidaya
ikan. Untuk itu perlu disediakan air yang sangat bersih dan steril. Air yang digunakan untuk pemijahan ini
adalah air yang berasal dari air irigasi yang sudah diendapkan selama 24 jam, karena kemungkinan air
tersebut mengandung zat-zat yang beracun yang akan mengakibatkan gangguan pemijahan ikan mas. Air
yang diendapkan di masukkan dalam bak pemijahan dengan menggunakan pintu pemasukan air dengan
ketingian 60 – 70 cm.
Setelah air dimasukkan, selanjutnya dilakukan pemasangan kakaban, sebagai subtrat
penempelan telur ikan mas, jika kakaban (ijuk) sulit ditemukan di lokasi dan daerah budidaya perikanan
bisa digantikan dengan tali rafiah. Subtrat yang di buat dari tali rafiah disisri dengan rapi dan di jepit
dengan dua bilah kayu atau bambu. Selajutnya di pasangkan dalam kolam pemijahan ikan mas.
(Muharam, 2009).
4.2 Pembenihan
4.2.1 Pemeliharaan Induk
Kegiatan Pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk yang
baik, harus mempertimbangkan ras atau varietas ikan mas yang di jadikan calon induk. Pemeliharaan
induk sangat perlu dijaga, demi ke langsungan produksi benih berkualitas unggul. Induk dirawat dengan
cara pemberian pakan secara rutin dan cukup, pengontrolan kualitas air, serta pengendalian hama dan
penyakit.(UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Induk betina dan jantan dipelihara terpisah. Pemeliharaan dilakukan dalam kolam induk sampai
matang gonand atau siap untuk dipijahkan, kriteria pemeliharaan induk betina dan jantan dapat dilihat pada
tabel 5 dan 6 berikut ini.
Tabel 5 Kriteria Pemeliharaan Induk Betina Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio).
Betina
Umur
Bobot
Wadah Pemeliharaan
Padat Tebar
Pakan
Dosis Pakan
Recovery Gonad
1,5 – 2 tahun
> 2 kg
Kolam induk / bak induk
1 ekor / m2
Pellet (Protein 28 – 30 %)
2 – 3 % berat badan / hari
2 – 3 bulan
Sumber: UPTD-BAT Jantho Baru, 2012