lap ansed simultan salep pagoda

30
Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penetapan Kadar Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda dengan Metode Spektrofotometri Simultan Asisten : Angela Violita Golongan : R (Rabu, 08.00-12.00). Kelompok : B Felix Haryanto Wono 2443013009 Indra Gunawan 2443013010 Ellisa Widjanarko 2443013014

Upload: debora-debbie-agustine

Post on 12-Dec-2015

490 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

analisis sediaan farmasi asam salisilat dan asam benzoat

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi

Penetapan Kadar Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam

Salep Pagoda dengan Metode Spektrofotometri Simultan

Asisten : Angela Violita

Golongan : R (Rabu, 08.00-12.00).

Kelompok : B

Felix Haryanto Wono 2443013009

Indra Gunawan 2443013010

Ellisa Widjanarko 2443013014

Debora Agustina 2443013024

Laboratorium Analisis Sediaan Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

I. Tujuan Praktikum

Mahasiswa/i dapat memahami prinsip kerja spektrofotometri UV/Vis dan mampu

melakukan penetapan kadar pada suatu sediaan dengan lebih dari satu bahan aktif

secara spektrofotometri simultan.

II. Dasar Teori

Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode

spektrofotometri tanpa harus dipisahkan lebih dahulu. Kedua zat harus memiliki

panjang gelombang maksimum yang tidak berhimpit. Absorpsi larutan

sampel/campurannya pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi

dari masing-masing zat tunggalnya. Kadar masing-masing zat ditentukan menggunakan

metode simultan (Widjaja dan Laksmiani, 2010).

Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis instrumental yang

frekuensi penggunaannya paling banyak serta merupakan instrumental yang banyak

ditemukan dalam laboratorium kimia analisis. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota

teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat

(190nm-380nm) dan sinar tampak (380nm-780nm) dengan memakai instrumen

spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang besar

pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai

untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Widjaja et al., 2008).

Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan absorban

REM oleh molekul atau REM yang diteruskan. Keduanya dikenal dengan istilah

absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (%T). Hukum yang

digunakan dalam metode ini adalah hukum Lambert- Beer (Widjaja et al., 2008).

T= ¿Io

A=log1T

=E . b . c

Dimana :

T = persen transmitan

Io = Intensitas radiasi yang datang

It = Intensitas radiasi yang diteruskan𝓔 = absorbansi molar (L.mol-1 cm-1)

c = konsentrasi (mol.L-1)

b = tebal larutan (cm)

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 2

A = absorban (Widjaja et al., 2008).

Bila diinginkan pengukuran 2 senyawa berbeda secara bersama-sama dengan

spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang dimana masing-

masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen yang lain

yang paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan memberikan kekuatan

absorpsi cahaya yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang . Pengukuran

dilakukan pada beberapa panjang gelombang sehingga nantinya didapatkan dua

panjang gelombang maksimum. Pada dua panjang gelombang maksimum ini akan

didapatkan dua persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi masing-

masing panjang gelombang. Akibatnya konsentrasi masing-masing komponen dapat

dihitung. Mula-mula dipilih panjang gelombang yang mana perbandingan absortivitas

maksimum, yaitu : (a1/a2) maksimum pada 1 dan (a2/a1) pada 2 (Pecsok et al.,1976).

Gambar 1. Spektra dua buah senyawa, senyawa I dan senyawa II (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Dari Hukum Lambert Beer, dapat diketahui bahwa absorbansi berbanding lurus

dengan absortivitas (a), tebal kuvet (b), dan konsentrasi (c). Supaya nilai b tetap maka

selama pegukuran digunakan kuvet yang sama (Khopkar, 1998).

Absorbansi senyawa 1,A1 = a1 b1 c 1 dan.............................................(1)

Absorbansi senyawa 2,A2 = a2 b2 c 2 dan.............................................(2)

Selama kuvet yang digunakan sama maka nilai b tetap sehingga kedua persamaan

diatas menjadi persamaan (3) dan (4) (Pecsok et al.,1976):

A1 = a1 c 1 .............................................(10-16)

A2 = a2 c 2 .............................................(10-17)

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 3

Pengukuran campuran 2 senyawa baik pada panjang gelombang 1(1) mapun

panjang gelombang 2 (2) , oleh absorbansi pada kedua panjang gelombang tersebut

merupakan jumlah dari absorbansi senyawa1 dan absorbansi senyawa 2 (perhatikan

gambar 1 yang menggambarkan spektra dua buah senyawa,senyawa I dan II), yang

secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Khopkar, 1998):

A1 = (a1c 1) 1 + (a2c 2) 1 .............................................(5)

A2 = (a1c 1) 2 + (a2c 2) 2 .............................................(6)

Keterangan: nilai a (absorptivitas) dapat juga diganti dengan absorptivitas molar,

dimana (Khopkar, 1998):

c 1 : Konsentrasi senyawa 1.

c 2 : Konsentrasi senyawa 2.

(a1) 1 : Absorptivitas senyawa 1 pada panjang gelombang pertama.

(a1) 2 : Absorptivitas senyawa 1 pada panjang gelombang kedua.

(a2) 1 : Absorptivitas senyawa 2 pada panjang gelombang pertama.

(a2) 2 : Absorptivitas senyawa 2 pada panjang gelombang pertama.

A1 : Absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang pertama.

A2 : Absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang kedua.

Absortivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada

konsentrasi, tebal kuvet, dan interaksi radiasi yang mengenai sampel. Absortivitas

tergantung pada suhu,pelarut,struktur molekul dan panjang gelombangradiasi.

Satuan ditentukan oleh satuan-satuan b (tebal kuvet), c (konsentrasi). Jika satuan c

adalah M (molar) maka absortivitas disebut dengan absortivitas molar dan

disimbolkan dengan e dengan satuan M-1cm-1atau liter.mol-1 cm-1. Jika c

dinyatakan dengan persen berat/volume (g/100ml) maka absortivitas dapat ditulis

dengan E1%1cm dan juga sering kali ditulis dengan A1%

1cm (Ibnu Gholib Ginanjar dan

Rohman,2007).

Asam Benzoat

Asam benzoate merupakan serbuk hablur berbentuk jarum atau sisik, putih,

sedikitberbau, biasanya berbau benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap

pada suhu hangatdan mudah menguap pada uap air. Memiliki kelarutan sukar larut

dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 4

Asam benzoate memiliki bobot molekul 122,2, mengandung tidak kurang dari

95,5% dan tidak lebih dari 100,5% C7H6O2dihitung terhadap zat anhidrat

(Anonim, 1995).

Asam benzoate merupakan zat aktif yang digunakan sebagai antijamur, bersifat

asam lemah. Pada lambung yang bersifat asam, akan terdapat dalam bentuk tidak

terionisasi sehingga mudah larut dalam lemak mudah menembus membran lambung.

Absorbsi obat melalui kulit, untuk memperoleh efek lokal (setempat) sehingga

sangat tergantung pada kelarutan obat dalam lemak, karena epidermis kulit juga berfungsi

sebagai membran lemak biologis.

Efek farmakologinya, asam inti dan ester hidroksinya dalam konsentrasi 0,1 %

berkhasiat sebagai fungistatis dan bakteriostatik lemah. Biasanya digunakan bersamaan

dengan asam salisilat juga sebagai pengawet makanan dan minuman (0,5-1mg) dan krim

(1-5mg/ml), daya pengawet hanya efektif pada pH dibawah 5.

Asam Salisilat

Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic acid atau

orthohydrobenzoic acid, memiliki struktur kimia C7H6O3. Asam salisilat memiliki

pKa 2,97.9 Asam salisilat dapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun

wintergreen, spearmint, dan sweet birch. 9,10 Saat ini asam salisilat telah dapat

diproduksi secara sintetik. Bentuk makroskopik asam salisilat berupa bubuk

kristal putih dengan rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk

asam salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Sifat

lipofilik asam salisilat membuat efek klinisnya terbatas pada lapisan epidermis

(Sulistyaningrum, 2012).

Asam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi topikal sebagai bahan

keratolitik. Zat ini merupakan bahan keratolitik tertua yang digunakan sejak 1874.

Berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga faktor yang berperan penting

pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu menurunkan ikatan korneosit,

melarutkan semen interselular, dan melonggarkan serta mendisintegrasi korneosit

(Sulistyaningrum, 2012).

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 5

Spektrum Asam Salisilat dan Asam Benzoat

Gambar 2. Spektra Absorpsi UV A. Asam Benzoat (6,8 mg/dL) dan B. Asam Salisilat

(3,8 mg/dL) dalam Etanol 96% (v/v) (Iqbal dan Vaiyaz, 2009).

Gambar 3. Spektra Absorpsi UV Ekstrak Etanol (96% v/v) Sampel Salep Mengandung

0,012% w/w Asam Benzoat dan 0,006% w/w Asam Salisilat (Iqbal dan Vaiyaz, 2009).

III. Alat dan Bahan

Alat :

Labu takar 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml; pipet tetes; batang pengaduk; mortir dan

stamper; kertas perkamen; botol timbang; timbangan analitis; gelas beker 50 ml, 100

ml, 500 ml; tabung reaksi; gelas arloji; cawan porselen; corong gelas, spatel, kertas

saring (double), kuvet, spektrofotometer uv (single beam).

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 6

Bahan :

Sampel (Pagoda salep), Asam salisilat baku, Asam benzoate baku, ethanol 96%.

IV. Sifat Bahan

1. Asam Benzoat (FI V hal. 151)

Nama IUPAC : Asam Benzoat

Rumus kimia : C7H6O2

Berat molekul : 122,12

Pemerian : Hablur bentuk jarum atau sisik; putih; sedikit berbau, biasanya

bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada

suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam

kloroform dan dalam eter.

Jarak lebur : 121 – 123o

Fungsi : Sebagai baku dan analit yang dituju dalam sampel.

2. Asam Salisilat (FI V hal. 163)

Nama IUPAC : Asam 2-hidroksibenzoat.

Rumus kimia : C7H6O3

Berat molekul : 138,12

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 7

(AOAC; hal. 244) HCl 0,1N CHCl3 Etanol asam

A1cm1% 930; 90 81,6 74,0

λmax (mµ=nm) 231; 273 275 272

Pemerian : Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus,

putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk

sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil

salisilat murni alami dapat berwarna kekuningan atau merah

muda dan berbau lemah mirip mentol.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen; mudah larut dalam

etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar

larut dalam kloroform.

Jarak lebur : 158 – 161o

Fungsi : Sebagai baku dan analit yang dituju dalam sampel.

3. Etanol Absolut (FI V hal. 400)

Nama IUPAC : Etil alkohol.

Berat molekul : 46,07.

Pemerian : Cairan mudah menguap; jemih, tidak berwanna; bau khas dan

menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap

walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°,

mudah terbakar

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua

pelarut organik.

Fungsi : Sebagai media pelarut asam benzoat dan asam salisilat baku,

serta menarik kedua bahan aktif dari sediaan salep.

4. Salep Asam Salisilat dan Asam Benzoat (FI V hal. 152)

Salep Asam Benzoat dan Salisilat adalah Asam Benzoat, C7H6O2, dan Asam

Salisilat, C7H6O3, dengan perbandingan lebih kurang 2 banding 1 dalam dasar salep

yang sesuai. Mengandung Asam Benzoat C7H6O2, dan Asam Salisilat, C7H6O3,

masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, C7H6O2 dan

C7H6O3 dari jumlah tertera pada etiket.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 8

(AOAC; hal. 260) H2SO4 0,5 N NaOH 0,5 N Etanol 95% CHCl3

A1cm1% 680; - 275 277 294

λmax (mµ=nm) 235; 300 300 304 308

+ Ethanol 95% ad 5 ml pada labu takar

diamati absorbansinya pada λmax

dihomogenkan

mikropipet

50 mg Asam Salisilat + Ethanol 95% ad 50 ml pada labu takar

C1 = 150 µl C2 = 200 µl C3 = 250 µl C5 = 350 µlC4 = 300 µl

V. Cara Kerja

1. Pembuatan larutan baku

Penentuan batas atas dan bawah konsentrasi baku (absorbansi 0,2 – 2,0)

Pembuatan larutan baku Asam Salisilat

Batas bawah : 0,2277

x 10000 ppm= 7,22 ppm

Batas atas : 2,0277

x 10000 ppm = 72,20 ppm

Range konsentrasi baku : 7,22 ppm – 72,20 ppm

λmax teoritis = 304 nm. Dipilih C5 untuk melihat pada λ berapa yang memberikan

absorbansi maksimum. Didapatkan λmax = 303 nm.

Perhitungan Pemipetan

Cinduk = 50 mg0,05 L

= 1000 ppm

C1 = 30 ppm

FP = 1000

30 = 33,33 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

533,33

= 0,15 ml = 150 µl

C2 = 40 ppm

FP = 1000

40 = 25 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

525

= 0,2 ml = 200 µl

pipet 200 µl baku induk +

C3 = 50 ppm

FP = 1000

50 = 20 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

520

=

0,25 ml = 250 µl

pipet 250 µl baku induk +

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 9

+ Ethanol 95% ad 5 ml pada labu takar

diamati absorbansinya pada λmax

dihomogenkan

mikropipet

50 mg Asam Benzoat + Ethanol 95% ad 50 ml pada labu takar

C1 = 175 µl C2 = 225 µl C3 = 275 µl C5 = 375 µlC4 = 325 µl

pipet 150 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

Ethanol 95% ad 5 ml Ethanol 95% ad 5 ml

C4 = 60 ppm

FP = 1000

60 = 16,667 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

516,667

= 0,3 ml = 300 µl

pipet 300 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

C5 = 70 ppm

FP = 1000

70 = 14,286 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

514,286

= 0,35 ml = 350

µl

pipet 350 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

Pembuatan larutan baku asam benzoate

Batas bawah : 0,274

x 10000 ppm= 27,027 ppm

Batas atas : 2,074

x 10000 ppm = 270,27 ppm

Range konsentrasi baku : 27,027 ppm – 270,27 ppm

λmax teoritis = 272 nm. Dipilih C5 untuk melihat pada λ berapa yang

memberikan absorbansi maksimum. Didapatkan λmax = 271,5 nm.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 10

Perhitungan Pemipetan

Cinduk = 50 mg0,05 L

= 1000 ppm

C1 = 35 ppm

FP = 1000

35 = 28,57 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

528,57

= 0,175 ml = 175

µl

pipet 175 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

C2 = 45 ppm

FP = 1000

45 = 22,22 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

522,22

= 0,225 ml = 225

µl

pipet 225 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

C3 = 55 ppm

FP = 1000

55 = 18,18 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

518,18

= 0,275 ml = 275 µl

pipet 275 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

C4 = 65 ppm

FP = 1000

65 = 15,385 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

515,385

= 0,325 ml = 325

µl

pipet 325 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

C5 = 75 ppm

FP = 1000

75 = 13,33 x

Vol.pipet = Vol. ad

FP =

513,33

= 0,375 ml = 375

µl

pipet 375 µl baku induk +

Ethanol 95% ad 5 ml

2. Penetapan kadar asam salisilat dan asam benzoat dalam sampel salep pagoda

(replikasi 3 kali)

a. Menimbang sampel di cawan porselen pada timbangan analitis dan dicatat

penimbangannya

Pada 10 gram salep mengandung asam salisilat 600 mg dan asam benzoate 650

mg, bila dalam 800 mg sampel berarti mengandung asam salisilat 48 mg dan

asam benzoate 52 mg.

b. Menghangatkan salep dalam water bath sampai melebur

c. Tambahkan ethanol 95% sebanyak 5 ml

d. Pisahkan fase ethanol dari basis salep, ulangi sebanyak 6x

e. Tambahkan ethanol 95% sampai 25 ml

f. Saring larutan, dan pipet 250 µl ad 10 ml

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 11

Ethanol 95%

Zero-ing spektrofotometer

g. Diamati absorbansinya pada λmax asam salisilat = 303 nm.dan asam benzoate =

271,5 nm

3. Pembuatan blanko negatif

VI. Hasil Pengamatan

1. Konsentrasi larutan baku

Asam salisilat

Penimbangan analitis : 0,050 g = 50 mg

Konsentrasi baku induk : 50 mg0,05 L

= 1000 ppm

C1 FP = 33,33 x. C1 = 100033,33

= 30 ppm

C2 FP = 25 x. C2 = 1000

25 = 40 ppm

C3 FP = 20 x. C3 = 1000

20 = 50 ppm

C4 FP = 16,667 x. C4 = 1000

16,667 = 60 ppm

C5 FP = 14,286 x. C5 = 1000

14,286 = 70 ppm

Konsentrasi

Abs λ1

Benzoat

(271,5nm)

Abs λ2

Salisilat

(303nm)

A1%1cm

Benzoat

A1%1cm

Salisilat

C1 0,170 0,767 56,6667 255,6667

C2 0,205 1,102 51,2500 275,5000

C3 0,257 1,364 51,4000 272,8000

C4 0,282 1,686 47,0000 281,0000

C5 0,338 1,879 48,2857 268,4286

Rata-rata =

50,9205

Rata-rata =

270,6791

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 12

Gambar 1. Spektrum Asam Salisilat C3

Asam Benzoat

Penimbangan analitis : 0,0506 g = 50,6 mg

Konsentrasi baku induk : 50,6 mg0,05 L

= 1012 ppm

C1 FP = 28,57 x. C1 = 101228,57

= 35,42 ppm

C2 FP = 22,22 x. C2 = 101222,22

= 45,54 ppm

C3 FP = 18,18 x. C3 = 101218,18

= 55,66 ppm

C4 FP = 15,385 x. C4 = 1012

15,385 = 65,78 ppm

C5 FP = 13,33 x. C5 = 101213,33

= 75,9 ppm

Konsentrasi Abs λ1

Benzoat

(271,5nm)

Abs λ2

Salisilat

(303nm)

A1%1cm

Benzoat

A1%1cm

Salisilat

C1 0,204 0,005 57,5946 1,4116

C2 0,285 0,001 62,5823 0,2196

C3 0,341 0,025 61,2648 4,9156

C4 0,420 0,006 63,8492 0,9121

C5 0,447 0,001 58,8933 0,1318

Rata-rata =

60,8368

Rata-rata =

1,5545

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 13

Gambar 2. Profil Spektrum Asam Benzoat C3

2. Persentase kadar asam salisilat dan asam benzoate dalam sampel (replikasi 3 kali)

S W (mg)C (ppm) ad

25 mlFP (Cteoritis = x)

Abs λ1

Salisilat

Abs λ2

Benzoat

C

salisilat

C

Benzoat

1 860,7 mg 34428 ppm 40x 1721,4 1,149 0,578 42,105 59,863

2 864,9 mg 34596 ppm 40x 1729,8 1,287 0,632 47,177 64,440

3 868,3 mg 34732 ppm 40x 1736,6 1,107 0,595 40,530 63,927

Sampel1: 0,578=60,8368 C b λ b+50,9205 Cs λ s∨x 1

1,149=1,5545Cb λ s+270,6791 Cs λ s∨x 39,1359

0,578=60,8368 Cb+50,9205Cs

44,9671=60,8368 Cb+10593,277 Cs

44,3891=−10542,3565 Cs

Cs=4,2105 ×10−3

1,149=1,5545Cb λ s+270,6791 Cs λ s

1,149=1,5545Cb λ s+270,6791 x 4,2105 ×10−3

Cb=5,9863 × 10−3

Sampel2: 0,632=60,8362 C b λ b+50,9205 Cs λ s∨x1

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 14

1,287=1,5545 Cb λ s+270,6791 Cs λ s∨x39,1359

0,632=60,8368Cb+50,9205 Cs

50,367903=60,8368Cb+10593,277 Cs

49,7359=−10542,3565 Cs

Cs=4,7177 ×10−3

1,207=1,5545 Cb λ s+270,6791 Cs λ s

1,207=1,5545 Cb λ s+270,6791 x 4,7177 ×10−3

Cb=6,4440 × 10−3

Sampel3 :0,595=60,8368C b λ b+50,9205 Cs λ s∨x1

1,107=1,5545 Cb λ s+270,6791 Cs λ s∨x39,1359

0,595=60,8368 Cb+50,9205Cs

43,3235=60,8368 Cb+10593,277 Cs

43,3235=−10542,3565 Cs

Cs=4,0530 ×10−3

1,107=1,5545 Cb λ s+270,6791 Cs λ s

1,149=1,5545Cb λ s+270,6791 x 4,0530 ×10−3

Cb=6,3927 × 10−3

Perhitungan % kadar

Asam Benzoat

Rumus: Csesungguh nya

Cteoritisx 100 %

Sampel 1 = 5,9863× 10−3

1721,4x 10.000 x 100 %

= 3,4776 %

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 15

Sampel 2 = 6,4440 ×10−3

1729,8x 10.000 x100 %

= 3,7230 %

Sampel 3 = 6,3927 ×10−3

1736,6x10.000 x100 %

= 3,6912 %

Aturan 4d:

3,4776* (dicurigai)

3,6812

3,7230

0,0418

d =

0,04182

= 0,0209

4d = 4 . 0,0209 = 0,0836

d* = 3,7021 – 3,4776 = 0,2245 > 0,0836. Data tidak masuk

%kadarrata-rata = 3,6812+3,7230

2 = 3,7021%

Jumlah (mg) asam benzoat dalam 1 gram salep = %kadar x Wrata-rata =

3,7021100

x1000 mg = 37,021 mg/1 gram.

Asam salisilat

Rumus: Csesungguhnya

Cteoritisx 100 %

Sampel 1 = 4,2105 ×10−3

1721,4x10.000 x100 %

= 2,4460 %

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 16

3,7021 – 3,6812 = 0,0209

3,7021 – 3,7230 = 0,0209

Selisih: 0,2036

Selisih: 0,0418 Rata-rata: 3,7021

+

Sampel 2 = ,7177 × 10−3

1729,8x 10.000 x100 %

= 2,7273 %

Sampel 3 = 4,0530 ×10−3

1736,6x10.000 x100 %

= 2,3339 %

Aturan 4d:

2,3339

2,4460

2,7273* (dicurigai)

0,1061

d =

0,10612

= 0,05305

4d = 4 . 0,05305 = 0,2122

d* = 2,39295 – 2,7273 = 0,3344 > 0,2122. Data tidak masuk

%kadarrata-rata = 2,3399+2,4460

2 = 2,39295%

Jumlah (mg) asam salisilat dalam 1 gram salep = %kadar x Wrata-rata =

2,39295100

x1000 mg = 23,90 mg/1 gram.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 17

2,39295 – 2,3399 = 0,05305

2,39295 – 2,4460 = 0,05305

Selisih: 0,1121

Selisih: 0,2813

Rata-rata: 2,39295

+

Gambar 3. Profil Spektrum S1

3. Perhitungan standar deviasi

Asam Benzoat

S % kadarmg benzoat/1 g

salep

mg benzoat rata-

rata/1 g salepSD Hasil

1 3,7230% 37,2337,02 0,2970 37,02 ± 0,2970

2 3,6812% 36,81

Asam Salisilat

S % kadarmg benzoat/1 g

salep

mg benzoat rata-

rata/1 g salepSD Hasil

1 2,4460% 24,4623,90 0,7920 23,90 ± 0,7920

2 2,3339% 23,34

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar asam salisilat dan asam

benzoat dengan metode spektrofotometri uv simultan. Disini, tidak akan terjadi

pemisahan senyawa sehingga ketika diamati akan muncul dua peak zat aktif dalam

sediaan. Prinsip spektrofotometri simultan adalah panjang gelombang maksimum

masing-masing zat dipakai untuk mengamati serapan sampel dan jarak kedua panjang

gelombang maksimum tidak boleh terlalu dekat (>20 nm).

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 18

Salah satu syarat senyawa yang hendak dianalisis spektrofotometri uv, harus

memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor adalah gugus yang memiliki transisi

elektron π-π* dan n-π*. Dengan kata lain, gugus kromofor memiliki ikatan rangkap

terkonjugasi (gugus fungsional tak jenuh). Gugus inilah yang menyerap/mengabsorbsi

sinar pada panjang gelombang tertentu. Pada struktur asam salisilat dan asam benzoat,

gugus kromofornya adalah cincin benzena.

Gugus Kromofor pada Struktur Asam Benzoat (kiri) dan Asam Salisilat (kanan).

Metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer ultraviolet dipilih

karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta

kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu, senyawa asam salisilat maupun asam

benzoate yang akan dianalisis memiliki gugus kromofor sehingga memenuhi syarat

senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri.

Dari data AOAC, ada beberapa solven yang dapat digunakan untuk melarutkan

baik baku maupun sampel dan telah diketahui berapaA1cm1% nya dan λmaxnya dalam

pelarut tersebut. Dari data yang ada, kami memilih etanol, karena kedua zat aktif sama-

sama memiliki data A1cm1%

dalam etanol dan mudah larut dalam etanol. Selain itu,

penarikan zat aktif dari matriks salep juga menggunakan etanol (Iqbal dan Vaiyaz,

2009). Dari data ini, dihitung konsentrasi untuk masing-masing baku asam salisilat dan

asam benzoat yang memberikan absorbansi dalam rentang 0,2 – 2 dan nantinya

konsentrasi sampel teoritis dirancang agar masuk dalam rentang konsentrasi baku

tersebut.

Hal pertama yang dikerjakan adalah preparasi sampel, dimana sampel salep

ditimbang dan dilebur/dilelehkan diatas penangas air, kemudian dituangkan etanol

perlahan dan diaduk-aduk. Matriks akan “meleleh” namun tidak bercampur dengan

etanol. Sulfur yang terkandung dalam salep juga tetap dalam matriks. Kemudian,

supernatan dituang ke dalam labu takar. Begitu seterusnya sampai proses ekstraksi

mencapai 6 @ 5 ml etanol. Kemudian, labu takar tersebut di-ad-kan sampai 25 ml dan

dilakukan pengenceran.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 19

Sebelum dilakukan pengukuran serapan, maka harus ditentukan panjang

gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Panjang gelombang maksimum memiliki

kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada

panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-

Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum untuk asam benzoat

271,5nm dan panjang gelombang maksimun untuk asam salisilat adalah 303 nm

sehingga dalam penentuan kadar asam salisilat dan asam benzoat dalam salep

digunakan panjang gelombang tersebut. Kedua panjang gelombang ini memiliki selisih

> 20 nm sehingga memenuhi syarat untuk diamati secara simultan.

Pada pengamatan ini digunakan blanko negatif yang hanya berfungsi untuk

menghilangkan pengaruh absorbsi oleh pelarut (meng-nol-kan spektrofotometer).

Blanko dibuat dengan komposisi dan kondisi yang sama dengan preparasi baku, hanya

saja tidak ditambahkan analit. Karena pada praktikum ini preparasi hanya terdiri dari

zat dan pelarut, maka blanko negatifnya hanya pelarut (etanol 95%).

Dari perhitungan data pengamatan, diperoleh kadar asam benzoat adalah dalam

37,02 mg/g dan kadar asam salisilat adalah 23,9 mg/g. Kadar yang diperoleh sangat

jauh dari kadar semestinya yang tertera pada kemasan, yakni 65mg/g untuk asam

benzoat dan 60 mg/g untuk asam salisilat. Menurut FI V hal. 152, jumlah asam benzoat

dan asam salisilat dalam sediaan salep biasanya 1:2 dan masing-masing tidak kurang

dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Artinya,

dalam 1 gram salep dengan label 65 mg asam benzoat, jumlah asam benzoat yang

diperbolehkan adalah [( 90100

x 65)−( 110100

x 65)=58,5−71,5 mg per gram salep dan

dalam 1 gram salep dengan label 60 mg asam salisilat, jumlah asam salisilat yang

diperbolehkan adalah [( 90100

x 60)−( 110100

x 60)=54−66 mg per gram salep. Jadi, kadar

asam benzoat dan asam salisilat dalam salep pagoda tidak memenuhi standar yang

ditetapkan FI V. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena volume etanol untuk satu

kali ekstraksi kurang banyak, karena menurut jurnal yang metodenya sudah tervalidasi,

diperlukan 3 kali ekstraksi dengan 25 ml etanol. Bila jumlah etanol terlalu sedikit, maka

etanol akan menguap terlebih dahulu sebelum semua asam salisilat dan asam benzoat

terekstraksi. Selain itu, keberulangan data setelah diseleksi melalui aturan 4d cukup

baik, dimana standar deviasi (penyimpangan) untuk asam benzoat adalah 0,2970 dan

untuk asam salisilat adalah 0,7920. Namun, hal ini mungkin terjadi karena hanya dua

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 20

data yang dimasukkan. Karena itu, metode ini perlu divalidasi ulang akurasi dan

presisinya.

VIII. Kesimpulan

Tiap gram salep pagoda mengandung asam benzoat 37,02 mg dan asam salisilat 23,9

mg.

Jumlah asam benzoat dan asam salisilat tidak memenuhi persyaratan pada FI V.

IX. Daftar Pustaka

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

______. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Khopkar, S. M. 1998. Basic Concept of Analytical Chemistry. 2nd Edition. New

Delhi: New Age International.

Pecsok, R. et al. 1976. Modern Methods of Chemical Analysis. 2nd Edition. New

York: John Wiley and Sons Inc.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 21

Sulistyaningrum, S.K., Nilasari, H., dan Efendi, E. H. Penggunaan Asam

Salisilat Dalam Dermatologi. Jakarta: J Indon Med Association.

Widjaja, I. N. K. dan Laksmiani, N. P. L. 2009. Petunjuk Praktikum Analisis

Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana.

Widjaja, I. N. K., Astuti. K. W., Susanti. N. M. P. dan Wirasuta, I. M. A. G. 2008.

Buku Ajar Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA

Universitas Udayana.

Laporan Praktikum Ansedfar PK Asam Salisilat dan Asam Benzoat dalam Salep Pagoda 22