makalah salep mata

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril. Apakah dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana tertera pada kompedia resmi. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai absorbsi lebih lama. Ssatu kekurangan dari penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan kecuali digunakan selama waktu tidur. B. Tujuan

Upload: dian-rina-puspitaningtyas

Post on 03-Jan-2016

1.943 views

Category:

Documents


124 download

DESCRIPTION

makalah salep mata

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Salep Mata

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar

salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril.

Apakah dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama

sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas

sebagaimana tertera pada kompedia resmi. Sterilitas merupakan syarat yang paling

penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling

berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat

menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk

nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata

menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Salep mata memberikan arti lain dimana

obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa

tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan dimana waktu

kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat lebih besar meski dengan onset

yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai absorbsi lebih lama. Ssatu kekurangan dari

penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan kecuali digunakan

selama waktu tidur.

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah formulasi ini adalah untuk memperoleh sediaan salep

mata yang memiliki formulasi terbaik dibandingkan dengan formula lainnya.

Page 2: Makalah Salep Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Salep Mata

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai

obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang

cocok (Anief, 2000).

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata

harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan

dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995).

Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan

dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas

dengan pembuatan secara aseptik. Salap mata mengandung bahan atau campuran bahan

yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin

masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi penggunaan, kecuali

dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik

(Goeswin, ).

Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan

bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah

larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata.

Berbeda dengan salep dermatologi, syarat salep mata yang baik yaitu :

Steril

Bebas hama/bakteri

Tidak mengiritasi mata

Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.

Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh

(Ansel,1989).

B. Karakteristik Sediaan Salep Mata

1. Kejernihan

Larutan mata adalah larutan bebas dari partikel asing dan jernih secara normal

diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci

baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain

Page 3: Makalah Salep Mata

peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam

lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan

kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam beberapa

permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini

penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah

dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah

atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam

penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi

2. Stabilitas

Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan

obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan

dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata

pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur

dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia

kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun.

3. Buffer dan pH

Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan

cairan air mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam

optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya

dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil

pada pH asam pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH

diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas

adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk.

Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini

4. Tonisitas

Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan

berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif

larutan adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama

dengan 0,9 % larutan NaCl Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari

suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range

Page 4: Makalah Salep Mata

0,5 % – 1,8 % NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas

produk dipertimbangkan

5. Viskositas

USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu

kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil

selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk

meningkatkan viskositas. Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas

pada waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range

signifikan meningkatkan lama kontak dalam mata.

6. Bahan Tambahan

Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun

pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau

metasulfit, digunakan dalam konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang

mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein

dapat digunakan. Antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi

epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan

nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi

rendahkhususnya suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan

jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan. Penggunaan

surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan, sebaiknya dengan karakteristik

bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan

komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Benzalkonium klorida

dalam range 0,01 – 0,02 % dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai

pengawet digunakan dalam jumlah besar larutan dengan suspensi sediaan mata.

C. Syarat Syarat Salep Mata

Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar

aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi. Sterilisasi terminal dari salep

akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi

gamma.

Page 5: Makalah Salep Mata

Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk

mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah

terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol,

paraben atau merkuri organik.

Salep akhir harus bebas dari partikel besar. Basis yang digunakan tidak mengiritasi

mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas

obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan

dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap,

bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan

untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat

larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.

Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan

mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas

aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang

paling utama adalah memasukkan produk nonsteril ke mata saat kornea digosok.

Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada

pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan

sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung

antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan

melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim

yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa

selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak

dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu

Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan

mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan

istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini

bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit

normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.

Page 6: Makalah Salep Mata

D. Bahan Pembuatan Salep Mata

Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam dasar salap mata berbentuk

larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus

memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata.

Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan

penutupan serta harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada

penggunaan pertama obat. Dasar salap mata yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata,

memungkinkan difusi obat dalam caitan mata, dan tetap dapat memperthankan aktivitas

obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (usia) guna.

Vaselin merupakan dasar salap mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan

dasar salap dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air, dan bahan

seperti ini memungkinkan dispersi obat larut secara lebih baik, tetapi tidak boleh

menyebabkan iritasi pada mata. Zat obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep, apakah

dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali sampai ukuran

mikron. Lalu obat dicampur sampai sempurna dengan dasar salap biasanya memakai

penggiling. Setelah pembuatan saeap mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat dari

plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril.

Tube yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan ujungnya

berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai

untuk menempatkan salap pada garis tepi kelopak mata. Suatu tempat yang biasa

dalam pemakaian obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata (Ansel, ).

E. Kualitas Basis Salep

1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan

homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan

dihilangkan dari kulit.

4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia

dengan obat yang dikandungnya.

Page 7: Makalah Salep Mata

5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat

atau cair pada pengobatan.

F. Penggolongan Basis Salep

1. Dasar salep berminyak. Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan

silikon.

2. Dasar salep absorpsi

Golongan dasar salep absorpsi meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae,

Hydrophylic petrolatum dan dasar salep yang baru seperti polysorb. Dasar salep

absorpsi ada dua tipe :

Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi

A/M seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.

Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu

menyerap air yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar

salep absorpsi adalah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.

3. Dasar salep tercuci

Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air.

Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan

viskositas. Contohnya : Polietilenglikol.

4. Dasar salep emulsi

Ada dua macam yaitu :

Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.

Dasar salep emulsi tipe M/A seperti hydrophilic oinment dan Vanishing cream

Pemilihan dasar salep disesuaikan dengan kebutuhan atau sifat salep yang diinginkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:

Laju penglepasan bahan obat dari basis salep;

Peningkatan absorpsi perkutan oleh basis salep dari bahan obat;

Kelayakan melindungi kelembaban kulit oleh basis salep;

Jangka waktu obat stabil dalam basis salep; dan

Pengaruh obat terhadap kekentalan atau hal lainnya dari basis salep.

Page 8: Makalah Salep Mata

G. Cara - Cara Sterilisasi Menurut Farmakope Indonesia edisi IV

1. Sterilisasi Uap

Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan

selama 15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana

yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.

Alat:

Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat,

mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer,

pengatur tekanan udara, klep pengaman.

Cara bekerja :

Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran

udara pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar

dari bagian bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung

pipa karet dalam air.

Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air

mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik

sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.

Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama

dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan

basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.

Bahan / alat yang dapat disterilkan :

Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat

tertentu.

2. Sterilisasi Panas Kering

Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara

yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana

sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak

kurang dari 250⁰C.

Page 9: Makalah Salep Mata

Alat :

Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer

dan lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau

listrik.

Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering

Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol,

corong), bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).

Ciri-ciri pemanasan kering :

- Yang dipanaskan adalah udara kering.

- Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara.

- Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150⁰. Satu gram udara pada suhu 100⁰,

jika didinginkan menjadi 99⁰ hanya membebaskan 0,237 kalori.

- Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.

- Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.

3. Sterilisasi gas

Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas

inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat

mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan,

terutama yang mengandung ion klorida. Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini

sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan

terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya

berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf dengan

modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen

oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah

yang paling dalam dari produk yang disterilkan.

4. Sterilisasi dengan radiasi ion

Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari

radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif,

misalnya Cobalt 60. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan

sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan

dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun

Page 10: Makalah Salep Mata

berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi

dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah

untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir. Cara ini dilakukan jika bahan yang

disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan khawatir tentang keamanan etilen

oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang

dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih sedikit.

5. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan

menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya

dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks

berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas

penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya

adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan. Penyaring yang melepas serat,

terutama yang mengandung asbes harus dihindari penggunaannya kecuali tidak ada

penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa digunakan. Ukuran porositas minimal

membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm – 0,45 mm tergantung pada bakteri apa yang

hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat,

flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon,

potef dan juga membran logam. Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril,

diisikan ke dalam wadah steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik .

Keuntungan cara ini :

- Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.

- Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.

- Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya

dikurangi.

- Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi

Kerugian cara ini :

- Masih diperlukan zat bakterisida.

- Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk

pembawa minyak.

Page 11: Makalah Salep Mata

- Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya

kecil.

- Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.

- Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes

melepaskan asbes ke dalam larutan.

- Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.

Cara-cara menyaring. Ada 2 cara untuk menyaring , yaitu :

- Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih

besar dari udara luar.

- Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).

Udara yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen

(N2) yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang

dipanaskan.

Pembersihan penyaring bakteri :

- Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HCl

panas lalu dibilas.

- Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur , karena

pH 8,5).

- Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau

secara kimiawi..

6. Sterilisasi dengan cara aseptic

Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril

atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi

atau produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.

Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil

kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.

Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau

dengan cara penyaringan.

Caranya :

- Bahan obat: memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.

- Zat pembawa: disterilkan tersendiri dahulu.

Page 12: Makalah Salep Mata

- Zat pembantu: disterilkan tersendiri.

- Alat-alat: disterilkan dengan cara yang cocok.

- Ruang kerja: bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan sinar u.v atau cara

lain yang sesuai.

Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan secara aseptic dalam

ruang aseptic hingga terbentuk obat / larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah

secara aseptic.

Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:

Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak boleh

mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.

Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses

yang sederhana, cepat dan biaya murah.

Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan kecepatan

tercapainya suhu penyeterilan yang merata.

H. Pengujian Salep Mata

1. Uji Kebocoran Salep Mata

Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan

keringkan baik-baik permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada

posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap, dalam oven dengan suhu yang diatur

pada 60 + 3 0C selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau

setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar

dimana terdapat lipatan dari tube atau bagian luar dari ulir tutup tube). Jika terdapat

kebocoran pada satu tube tapi tidak lebih dari satu; ulangi pekerjaan dengan tambahan 20

tube salep. Persyaratan ini memenuhi jika tidak ada satupun dari 10 tube uji pertama dan

kebocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.

2. Uji Partikulat

Keluarkan isi dari 10 tube salep. Pertama-tama lebur dalam cawan Petri datar dan

kemudian biarkan memadat lalu diamati di bawah mikroskop tenaga rendah yang

dilengkapi dengan micrometer lensa mata untuk partikel yang berukuran 50 μm atau lebih

besar dalam beberapa dimensi. Syarat-syaratnya diterima jika jumlah total dari partikel

Page 13: Makalah Salep Mata

logam dalam seluruh 10 tube tidak lebih dari 50 dan jika tidka lebih dari satu tube

ditemukan mengandung delapan partikel yang sama.

3. Uji Sterilisasi

Uji untuk sterilisasi produk seperti salep mata telah dipermudah dengan

penggunaan steril membran bacteria-retaining (yang mempunyai porositas 0,45 atau 0,22

μm yang umumnya digunakan). Untuk salep yang larut dalam isopropyl miristat (pelarut

yang digunakan tes official untuk sterilisasi), sampel dilarutkan dalam pelarut tes steril.

Untuk salep yang tidak larut dalam isopropyl miristat disuspensikan dalam pembawa

cairan yang cocok yang mengandung bahan pendispersi dan uji dengan Prosedur Umum

Konvensional.

I. Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Salep Mata

Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah

penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali

lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu

kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi

begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa kontak (Ansel, ).

Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada

sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang

lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu

penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical

Science, ).

Page 14: Makalah Salep Mata

BAB III

PEMBAHASAN

Formulasi:

Bahan Formula Keterangan

I II III Kelompok

Kloramfenikol √ √

Tetrasiklin HCl √ √ Pemerian: Serbuk hablur, kuning, rasa pahit, amfoter

Kelarutan: Larut dalam 10 bagian air dan dalam 100

bagian etanol 95% P, Larut dalam air jika dibiarkan

akan keruh karena pengendapan tetrasiklin, praktis

tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dalam

aseton P, dan dalam larutan alkali hidroksida dan

dalam larutan alkali karbonat.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat,

terlindung dari cahaya, jika dalam udara lembab

terkena sinar matahari warna menjadi gelap, larutan

dengan pH tidak lebih dari 2. Rusak pada pH 7 atau

lebih.

Kegunaan: Zat aktif

Stabilitas: Akan terhidrolisis dalam larutan alkali dan

menjadi kabur, sebaiknya stabil di udara dan menjadi

gelap jika terpapar cahaya yang kuat

Incomp: Tetrasiklin mempunyai potensi untuk rusak

atau adanya asam kuat.

Sterilisasi: Disterilkan dengan radiasi sinar gamma

Klorobutanol √ √ Pemerian: Menguap, sedikit berwarna atau kristal

putih yang rapuh, bau kamfer.

Kelarutan: Larut bebas dalam kloroform, eter dan

minyak menguap, 1 bagian dalam 0,6 ml etanol (95

%) P

Penyimpanan: Serbuk materiil disimpan pada wadah

tertutup baik pada temperature 8 – 15oC

Kegunaan: Pengawet

α tokoferol √ √ Pemerian: Tidak berbau atau sedikit berbau, tidak

berasa atau sedikit berasa cairan, seperti minyak,

kuning jernih

Page 15: Makalah Salep Mata

Kelarutan: Praktis tiak larut dalam air, larut dlam

etanol (95%) P, dan dapat bercampur dengan eter P,

dan dengan aseton P, dengan ,minyak nabati, dengan

kloroform P

Penyimpanan: Harus disimpan di bawah gas inert

dalam wadah kedap udara pada temperature yang

sejuk dan kering, terlindung dari cahaya

Kegunaan: Sebagai antioksidan

Paraffin cair √ √ √ √ Pemerian: Cairan kental, transparan, tidak

berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau,

hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam

etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P dan dalam

eter P.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat,

Kegunaan: Sebagai basis

Adeps lanae √ √ √ √ Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, odourless,

tidak berasa

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar

larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform P

dan eter P

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

Kegunaan: Sebagai basis

Kestabilan : Dapat mengalami autooksidasi selama

penyimpanan untuk menghambat proses ini dapat

ditambah BFIT sebagai antioksidan

Incomp : Lanolin dapat mengandung prooksidan

yang dapat mengandung bahan aktif.

Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam,

salep mata steril yang mengandung lanolin dapat

disterilkan dengan cara filtrasi atau disinari dengan

radiasi

BHT √

Vaselin flavum √ √ √ √ Pemerian : Massa lunak, lengket, kuning, bening,

sifat ini tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan hingga

dingin tanpa diaduk, berfluoresensi lemah. Jika

Page 16: Makalah Salep Mata

dicairkan tidak berbau, hampir tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam

etanol (95 %) P, larut dalam kloroform P, dalam eter

P dan dalam eter minyak tanah, larutan kadang-

kadanag teropalesensi lemah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai basis

Kestabilan : Kebanyakan masalah stabilitas terjadi

karena sejumlah kecil larutan dengan pemaparan

cahaya, kotoran ini teroksidasi yang dapat merupah

petrolatum dan menciptakan bau yang tidak sedap.

Incomp : Bahan inert yang memiliki beberapa sifat

incomp

Jarak lebur : 38,56 – 38,60oC

Sterilisasi : Oven pada suhu 150oC selama 1 jam

Setil alkohol √ √

1. Formula I

Pada formula 1, bahan aktif yang digunakan adalah kloramfenikol. Bahan

pengawet yang digunakan adalah klorobutanol dan α tokoferol sebagai antioksidan. Basis

yang digunakan adalah paraffin cair, adeps lanae, dan vaselin flavum.

Kelebihan dari sediaan salep mata kloramfenikol ini adalah pada khasiat

kloramfenikol yang ditujukan untuk penggunaan blepharitis yaitu radang pada kelopak

mata, jadi harus dibuat sediaan salep karena berkerja pada kelopak mata, kelenjar

sebaseus, konjungtiva, kornea dan iris. Namun kloramfenikol memiliki efek samping

umum, antara lain gangguan lambung dan usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah

dan mulut.

2. Formula II

Pada formula 2, bahan aktif yang digunakan adalah kloramfenikol, sama dengan

formula pertama. Namun pada formula kedua ini tidak ditambahkan pengawet ataupun

antioksidan. Sehingga dikhawatirkan sediaan ini cepat mengalami reaksi rancidity

maupun menjadi rusak. Untuk khasiat dan indikasi sama dengan formula yang pertama.

Page 17: Makalah Salep Mata

3. Formula III

Pada formula 3, bahan aktif yang digunakan adalah Tetrasiklin HCl. Tetrasiklin

HCL sebagai zat aktif bekhasiat sebagai antimikroba spektrum luas. Bahan pengawet

yang digunakan pada formula ini adalah BHT. Kelemahan dari formula ini adalah pada

kestabilan BHT terganggu pada paparan terhadap cahaya, kelembaban, dan panas

sehingga menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas.

4. Formula Kelompok

Pada formula kelompok, kami memilih menggunakan Tetrasiklin HCl sebagai zat

aktifnya. Bahan pengawet yang digunakan adalah klorobutanol dan α tokoferol sebagai

antioksidan. Basis yang digunakan adalah paraffin cair, adeps lanae, dan vaselin flavum.

Alasan pemilihan Tetrasiklin HCl adalah karena khasiatnya sebagai antimikroba

(bakteriostatik) spectrum luas. Salep mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati

trachoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman gram positif dan gram negatif yang

sensitif. Mekanisme kerja Tetrasiklin HCl yaitu hambatan pada sintesis protein ribosom

yaitu dengan menghambat pemasukan asil t-RNA pada fase pemanjangan yang termasuk

fase translasi. Ini akan menyebabkan blockade perpanjangan rantai peptide.

Alasan pemilihan α tokoferol sebagai antioksidan adalah karena vaselin

distabilkan dengan penambahan sejumlah alfa tokoferol. Selain itu, karena sebelum

dimurnikan, paraffin cenderung teroksidasi dan menimbulkan bau yang tak sedap. Ini

dicegah dengan pemakain alfa tokoferol.

Alasan penggunaan klorobutanol adalah karena klorbutanol secara luas digunakan

sebagai pengawet pada sediaan farmasetik sebagian besar pada sediaan mata. Konsentasi

yang digunakan sebagai pengawet pada sediaan mata adalah 0,5%. Klorbutanol aktif

melawan bakteri gram positif dan gram negatif dan beberapa jamur seperti Candida

albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus albus. Salep mata harus

mengandung bahan yang cocok atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau

menghancurkan mikroorganisme yang ada ketika wadah dibuka selama pemakaian.