l. tutorial pleno ske c blok 5

56
Laporan Pleno Skenario C Blok 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Homeostasis, Stress dan Adaptasi adalah blok kelima pada Semester II dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan tentang Regi, mahasiswa blok 5 FK UMP memiliki ayah penyandang Diabetes mellitus. Tiga hari yang lalu ia mengantar ayahnya ke dokter karena demam dan dokter mendiagnosis menderita demam tifoid. Dokter memberi obat 2 macam obat yang di etiket kemasannya tertulis ‘Ciprofloxasin 500 mg 2x1 kaplet setelah makan’ dan ‘Paracetamol 500 mg 3x1 tablet setelah makan’. Selain itu, ayah Regi juga masih mengkonsumsi ‘Insulin’ yang disuntikan dibawah kulit dengan dosis ‘1x4 IU’ sebelum makan. Tadi sore saat pulang kuliah, Regi mendapati ayahnya tersandar lemah dengan badan penuh keringat, dan menurut ibunya, ayahnya menyuntikkan obat tersebut dua kali. Regi Tutorial 5 FKUMP 2013 1

Upload: retza-prawira-putra

Post on 25-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Laporan Pleno Skenario C Blok 5

Laporan Pleno Skenario C Blok 5

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBlok Homeostasis, Stress dan Adaptasi adalah blok kelima pada Semester II dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan tentang Regi, mahasiswa blok 5 FK UMP memiliki ayah penyandang Diabetes mellitus. Tiga hari yang lalu ia mengantar ayahnya ke dokter karena demam dan dokter mendiagnosis menderita demam tifoid. Dokter memberi obat 2 macam obat yang di etiket kemasannya tertulis Ciprofloxasin 500 mg 2x1 kaplet setelah makan dan Paracetamol 500 mg 3x1 tablet setelah makan. Selain itu, ayah Regi juga masih mengkonsumsi Insulin yang disuntikan dibawah kulit dengan dosis 1x4 IU sebelum makan.Tadi sore saat pulang kuliah, Regi mendapati ayahnya tersandar lemah dengan badan penuh keringat, dan menurut ibunya, ayahnya menyuntikkan obat tersebut dua kali. Regi menduga keluhan yang dialami ayahnya ini terjadi akibat kesalahan penggunaan Insulin.

1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:a. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembangb. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompokc. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial skenario C blok V

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor: dr. Legiran, M.KesModerator: Bella ThasyaSekertaris Meja: Retza Prawira PutraSekertaris Papan: Astri NingsihHari/Tanggal: Selasa, 01 04 2014 Rabu, 03 04 2013 Pukul, 08.00 - 10.00 WIB

Peraturan: 1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat3. Berbaicara dengan sopan dan penuh tata krama4. Izin bila ingin keluar ruangan

Skenario A blok 5 :Regi, mahasiswa blok 5 FK UMP memiliki ayah penyandang Diabetes mellitus. Tiga hari yang lalu ia mengantar ayahnya ke dokter karena demam dan dokter mendiagnosis menderita demam tifoid. Dokter memberi obat 2 macam obat yang di etiket kemasannya tertulis Ciprofloxasin 500 mg 2x1 kaplet setelah makan dan Paracetamol 500 mg 3x1 tablet setelah makan. Selain itu, ayah Regi juga masih mengkonsumsi Insulin yang disuntikan dibawah kulit dengan dosis 1x4 IU sebelum makan.Tadi sore saat pulang kuliah, Regi mendapati ayahnya tersandar lemah dengan badan penuh keringat, dan menurut ibunya, ayahnya menyuntikkan obat tersebut dua kali. Regi menduga keluhan yang dialami ayahnya ini terjadi akibat kesalahan penggunaan Insulin.

2.2 Klarifikasi Istilah1. Diabetes mellitus: Kelainan yang ditandai dengan glukosa darah yang tidak dapat diproduksi dengan kisaran nilai yang lebar dan sulit dikontrol.2. Demam tifoid: Infeksi Salmonella typhi yang terutama mengenai folikel limfoid ileum.3. Ciprofloxasin: Anti bakteri sintetik yang efektif terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif.4. Paracetamol: Obat penghilang rasa nyeri dan panas5. Insulin: Hormon yang dibentuk dari proinsulin di sel beta di pulau langerhans pankreas.6. Etiket: Cap kertas yang ditempel dibadan botol dan sebagainya sebagai tanda merek / produk.7. Kaplet: Obat berbentuk oval seperti kapsul, isinya padat seperti tablet.8. IU: Satuan pengukuran untuk jumlah zat berdasarkan aktivitas biologis.9. Dosis: Takaran obat dalam jangka waktu tertentu.10. Mendiagnosis: Menentukan sifat penyakit / membedakan penyakit satu dengan yang lainnya.11. Keringat: Cairan yang keluar dari pori-pori tubuh karena kelelahan dan kepanasan.

2.3 Identifikasi Masalah1. Regi, mahasiswa FK UMP memiliki ayah penyandang Diabetes mellitus.2. Tiga hari yang lalu ia mengantar ayahnya ke dokter karena demam dan dokter mendiagnosis menderita demam tifoid.3. Dokter memberi obat 2 macam obat yang di etiket kemasannya tertulis Ciprofloxasin 500 mg 2x1 kaplet setelah makan dan Paracetamol 500 mg 3x1 tablet setelah makan. Selain itu, ayah Regi juga masih mengkonsumsi Insulin yang disuntikan dibawah kulit dengan dosis 1x4 IU sebelum makan.4. Regi mendapati ayahnya tersandar lemah dengan badan penuh keringat, dan menurut ibunya, ayahnya menyuntikkan obat tersebut dua kali. Regi menduga keluhan yang dialami ayahnya ini terjadi akibat kesalahan penggunaan Insulin.Prioritas MasalahIdentifikasi no. 4 : Regi mendapati ayahnya tersandar lemah dengan badan penuh keringat, dan menurut ibunya, ayahnya menyuntikkan obat tersebut dua kali. Regi menduga keluhan yang dialami ayahnya ini terjadi akibat kesalahan penggunaan Insulin.

2.4 Analisis Masalah

1. Regi, mahasiswa FK UMP memiliki ayah penyandang Diabetes mellitus.a. Mengapa seseorang bias menderita Diabetes mellitus?Jawab :Diabetes melitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang menyebabkan berkurangnya produksi insulin hingga menjadi abnormal yang menghasilkan resistensi terhadap kerja insulin. Dasar dari ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein pada penderita diabetes merupakan akibat dari berkurangnya kerja insulin pada jaringan. Berkurangnya hasil kerja insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan / atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi insulin dan resistensi kerja insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu menjadi tidak jelas apa kelainannya, jika hanya salah satu saja, penyebabnya adalah hiperglikemia

b. Bagaimana jenis-jenis dari Diabetes mellitus?Jawab : Diabetes mellitus tipe 1Penyakit autoimun yang ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Diabetes mellitus tipe 2Ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Kelainan ini juga terdapat kelainan pengikatan insulin dengan reseptor. Diabetes mellitus tipe 3Kelainan sekresi insulin dari penyebab tipe spesifik lainnya misalnya, MODY Diabetes mellitus tipe 4GDM yaitu kelainan kadar glukosa yang ditemukan pertama kali pada saat kehamilan. Plasenta dan hormone plasenta menimbulkan resistensi insulin yang paling mencolok pada trimester ketiga.

c. Bagaimana hubungan ayah penderita Diabetes mellitus dengan anaknya?Jawab :DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya

d. Bagaimana cirri-ciri dari Diabetes mellitus?Jawab :Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu: Banyak makan (poliphagia). Banyak minum (polidipsia). Banyak kencing (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala: Banyak minum. Banyak kencing. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5 10 kg dalam waktu 2-4 minggu). Mudah lelah. Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma . Gejala Kronik Diabetes Mellitus Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut: Kesemutan. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum. Rasa tebal di kulit. Kram. Capai. Mudah mengantuk. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita. Gigi goyah mudah lepas, kemampuan seksual menurun, impotensi. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan berat lahir lebih dari 4 kg.

e. Apa faktor penyebab dari Diabetes mellitus?Jawab :1. keturunan2. ras atau etnis3. obesitas4. metabolic syndrome5. kurang gerak badan6. penyakit lain7. usia8. riwayat diabetes dalam kehamilan9. Infeksi10. sters11. obat-obatan

2. Tiga hari yang lalu ia mengantar ayahnya ke dokter karena demam dan dokter mendiagnosis menderita demam tifoid.a. Bagaimana faktor penyebab dari demam tifoid?Jawab :Penyebab dari penyakit demam tifoid adalah Salmonella typhi,bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 m x 0.5-0,8 m. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhan, hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa danmanosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S.Bakteri ini menyerang saluran pencernaan. Manusia merupakan satu satunya sumber penularan alami Salmonella typhi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung penderita demam tifoid atau karier.Karier adalah orang yang telah sembuh dari demam tifoid dan masih menginfeksi bakteri Salmonella typhi dalam tinja atau urin selama lebih dari satu tahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type), Kekambuhan yang ringan pada karier demam tifoid. Pada karier jenis intestinal, sukar diketahui karena gejala dan keluhannya yang tidak jelas.

b. Bagaimana hubungan demam tifoid dengan Diabetes mellitus?Jawab :Hubungan nya tidak ada. Karena demam tyfoid itu disebabkan oleh Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karenainvasibakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikas. Sedangkan Diabetes militus penyebabnya disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor keturunan yang sangat tinggi resikonya.

c. Bagaimana kompensasi tubuh terhadap tifoid (bakteri Salmonella typhi)?Jawab :Konpensasi tubuh DemamKenaikan suhu tubuh dibarengi dengan pengeluaran suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yagn efeknya melawan infeksi. Demam memperkuat respon peradangan dan menghambat perkembangbiakan bakteri. DiareBermanfaat dalam pengosongan cepat usus mempercepat eliminasi bahan berbahaya dari tubuh. MuntahAdanya iritasi dari lambung dan duodenum memaksa tubuh untuk mengeluarkan makanan( dalam konteks ini yang mengandung salmonella).

d. Bagaimana mekanisme dari demam tifoid?Jawab :Melalui masa inkubasi terlebih dahulu yang dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun umumnya adalah 10-12 hari. Minggu pertamaMengalami demam tinggi yang biasanya menurun pada pagi hari dan kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Minggu keduaSuhu tubuh penderita terus-menerus dalam keadaan tinggi. Minggu ketigaSuhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu Minggu keempatMerupakan stadium penyembuhan.

e. Bagaimana gejala demam tifoid?Jawab : Demam tinggi dari 39 sampai 40C (103 sampai 104F) yang meningkat secara perlahan mulai sore hari hingga dini hari Tubuh menggigil Denyut jantung lemah (bradycardia) Badan lemah ("weakness") Sakit kepala yang hebat pada malam hari, terutama di belakang kepala Nyeri otot myalgia Kehilangan nafsu makan Konstipasi Sakit perut pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda3. Dokter memberi obat 2 macam obat yang di etiket kemasannya tertulis Ciprofloxasin 500 mg 2x1 kaplet setelah makan dan Paracetamol 500 mg 3x1 tablet setelah makan. Selain itu, ayah Regi juga masih mengkonsumsi Insulin yang disuntikan dibawah kulit dengan dosis 1x4 IU sebelum makan.a. Mengapa Ciprofloxasin 500 mg 2x1 dan Paracetamol 500 mg 3x1 dikonsumsi setelah makan?Jawab :CiprofloxasinDiberikan setalah makan karena penyerapannya depengaruhi oleh kadar asam lambung, ketika setelah makan asam lambung akan lebih meningkat.ParasetamolDiberikan setelah makan karena absorpsinya bergantung pada kecepatan pengosongan lambung.

b. Bagaimana mekanisme kerja Ciprofloxasin dan Paracetamol dalam tubuh?Jawab :CiprofloxasinA. FarmakodinamikSiprofloksasin merupakan salah satu obat sintetik derivat kuinolon. Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas DNA gyrasi bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun negatif.B. FarmakokinetikSiprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, biovailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. Metabolismenya di hati dan dieksresi terutama melalui urin.ParasetamolA. Farmakokinetik Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati. B. Farmakodinamik Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.

c. Bagaimana hubungan mengkonsumsi Insulin dengan penyakit Diabetes mellitus?Jawab :Insulin yaitu hormon penurun kadar glukosa darah, yang meningkat dalam waktu beberapa menit setelah makan dan kembali turun ke nilai dasar dalam waktu 3 jam. Pada penderita Diabetes mellitus sekresi dan kerja Insulin terganggu sehingga mengalami hiperglikemik, Sehingga pemberian insulin ekstrak untuk meningkatkan kadar insulin tubuh.

d. Apakah sudah tepat pemberian Insulin yang disuntikan dibawah kulit dengan dosis 1x4 IU sebelum makan?Jawab :Pemberian Insulin dengan disuntik dibawah kulit sudah tepat karena efeknya dapat dipertahankan dalam waktu yang relative cukup lama.Karena kerja insulin membutuhkan waktu mula kerja yang cukup lama maka pemberian insulin dilakukan sebelum makan agar dapat mencegah lonjakan glukosa padah saat makan.

e. Apakah ada hubungan antara mengkonsumsi Ciprofloxasin dan Paracetamol dengan mengkonsumsi Insulin?Jawab :Tidak ada hubunganya

f. Bagaimana cara-cara pemberian obat?Jawab :1. Oral administration (termasuk sub lingual)2. Rectal (memasukan obat dari anus)3. Injection (suntikan)4. Inhalation (aerosol)5. Topical (dioles :kulit,kornea,vagina,mukosa)

4. Regi mendapati ayahnya tersandar lemah dengan badan penuh keringat, dan menurut ibunya, ayahnya menyuntikkan obat tersebut dua kali. Regi menduga keluhan yang dialami ayahnya ini terjadi akibat kesalahan penggunaan Insulin.a. Bagaimana mekanisme badan lemah dan badan berkeringat?Jawab :Mekanisme badan berkeringatProses pengeluaran keringat di atur oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan enzin bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjer keringat. Jika hipotalamus mendapat rangsangan , misalnya berupa perubahaan suhu pada pembuluh darah , maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatik ke kelenjer keringat . selanjutnya kelenjer keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat.Mekanisme badan lemahKekurangan bahan pembentuk ATP yaitu glukosa menyebabkan kurang nya suplai energy ketubuh sehingga membuat badan lemah atau lemas.

b. Bagaimana hubungan badan lemah dan badan berkeringat dengan menyuntikkan insulin 2 kali?Jawab :Badan lemahHipoglikemia yang dialami oleh menyebabkan sediaan glukosa yang masuk ke sel menjadi sedikit, sehingga sel tidak dapat menghasilkan energi melalui prosesglikolisis. Hal ini akan menyebabkan menjadi lemas.Hipoglikemia juga memacu kerja hormon kortisol dan epineprin danmeningkatkan proteolisis dan glikogenolisis untuk meningkatkan glukosa dalam darah.hal ini berdampak pada kurangnya protein dan glukosa pada sel yang membuat menjadi lemasBerkeringatHipoglikemia menyebabkan hormon kontra regulator insulin mengalamipeningkatan,salahsatunyaadalahpeningkatanasetilkolinyangdiproduksiolehserabut saraf simpatis kolinergik postganglionik. Saraf ini mempersarafi kelenjar keringat yang ada di bagian dermis, sehingga peningkatan asetilkolin akan diikuti dengan peningkatanproduksi keringat oleh kelenjar keringat.

c. Bagaimana cara penggunaan Insulin yang tepat?Jawab :Pengendalian glukosa darah pada pasien-pasien diabetes yang memerlukan insulin dapat dicapai dengan pemberian insulin masa kerja sedang sebelum sarapan dan makan malam dengan dosis yang lebih besar diberikan sebelum sarapan.Pasien DM membutuhkan spuit insulin dan jarum yang harus dibeli untuk menyuntikkan insulin secara subkutan pada dirinya sendiri. Suntikan biasanya diberikan di abdomen atau di lengan.

d. Bagaimana dugaan Regi mengenai terjadi kesalahan penggunaan Insulin terhadap keluhan yang dialami ayahnya?Jawab :Dugaan regi adanya kesalahan penggunaan insulin itu benar, karena ayah regi menyuntikan 2 kali kedalam tubuh dalam waktu bersamaan. Dosis yang tepat penyuntikan insulin pagi hari dan sebelum makan malam . dan disamping itu efek samping dari penggunaan insulin memang menimbulkan lemas dan berkeringat (hipoglikemia).

e. Apa pandangan Islam pada kasus ini?Jawab :Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, serta memberikan obat bagi setiap penyakit. Maka berobatlah, namun jangan berobat dengan yang haram. (HR. Abu Daud dari Dardah)

2.5 KesimpulanAyah Regi mengalami Hipoglikemik yang membuat lemah dan badan penuh keringat karena efek samping dari penggunan Insulin yang berlebuh (overdosis).

2.6 Kerangka Konsep

Ayah Regi

Penderita DMDidiagnosis demam tifoid

Konsumsi Insulin berlebih

Diberi obat

HipoglikemikParacetamol 500 mg 3x1 tablet setelah makanCiprofloxasin 500 mg 2x1 kaplet setelah makan

Lemah

Badan penuh keringat

Sintesis1. Diabetes mellitus

Definisi Diabetes mellitus Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 12% diantaranya akan menderita diabetes gestasional. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Gejala umum Banyak kencing (poliuria). Haus dan banyak minum (polidipsia), lapar (polifagia). Letih, lesu. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita

Pembagian DM 1. DM tipe 1 Kerusakan fungsi sel beta di pankreas Autoimun, idiopatik2. DM Tipe 2Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin atau keduanya.3. DM tipe lain:Karena kelainan genetik, penyakit pankreas, obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain.4. DM pada masa kehamilan = Gestasional Diabetes

Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamilKlasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).

Diagnosis DM Kriteria Diagnosis:1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu lebih besar sama dengan dari 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:2. Kadar gula darah puasa lebih besar sama dengan 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO lebih besar sama dengan 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan Diperiksa kadar glukosa darah puasa Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan kedalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh. TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelahpembebanan antara 140 199 mg/dl GDPT : glukosa darah puasa antara 100 125 mg/dl.

2. Demam tifoid Definisi Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Demam tifoid merupakan penyakit endemis di beberapa Negara berkembang, dimana sanitasi lingkungan kurang dijaga dengan baik.

Gambar. Bakteri Salmonella Typhi

Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih, Lalat juga bisa enyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun. Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.Sembilan puluh persen kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.

Gejala dan tanda Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi.Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung.Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa.Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.Masa inkubasiMasa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10- 12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : anoreksia rasa malas sakit kepala bagian depan nyeri otot lidah kotor gangguan perut (perut kembung dan sakit)

Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut. Minggu Pertama (awal terinfeksi)Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39c hingga40c, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa macula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi. Minggu KeduaJika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relative nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain. Minggu KetigaSuhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejalagejala akan berkurang dan temperature mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya member gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga. Minggu keempatMerupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

Komplikasi Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat : Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga. Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis). Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia). Infeksi kandung kemih dan hati. Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin.Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam waktu 2 minggu setelah demam mereda.

PencegahanVaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%, namun vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong). Hindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan dan pilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.

3. Obat dan Bentuk Sediaan Obat Untuk menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit, suatu terapi dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan obat. Terapi dengan menggunakan obat dikenal sebagai farmakoterapi atau kemoterapi. Keamanan dan khasiat, serta rasionalitas pemakaian obat menjadi pertimbangan dalam proses suatu terapi. Namun perlu diketahui bahwa obat tidak hanya digunakan untuk menyembuhkan (terapi) saja.Obat merupakan suatu bahan, yang dapat merupakan bahan alam ataupun sintesis, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sistem biologis pada tubuh manusia ataupun hewan, dengan tujuan untuk menyembuhkan, mengurangi/menghilangkan gejala, mencegah, menegakkan diagnosis, meningkatkan stamina maupun memperelok badan. Dalam hal ini obat didesain sebagai suatu sistem yang terintegrasi untuk mencapai tujuan terapi secara aman, efektif dan efisien.Secara umum, pengertian tentang obat dibedakan sebagai zat aktif (drug) dan sediaan obat (medicine).Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan suatu senyawa aktif farmakologis tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya. Perlu dipertimbangkan benefit to risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.Zat aktif sangat beragam dalam memberikan efek farmakologis. Zat aktif yang poten, hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit untuk memberikan efek farmakologis yang bermakna, tidak jarang hanya berkisar microgram saja. Untuk membawa sejumlah kecil zat aktif tersebut, maka dibutuhkan bahan lain yang dapat membawa zat aktif tanpa memberikan efek farmakologis (inaktif).Zat inaktif adalah zat yang tidak memberikan efek secara farmakologis, namun dapat menunjang kinerja penghantaran zat aktif pada aplikasi. Kinerja yang dimaksudkan dalam hal ini adalah:1. Membawa zat aktif ke tempat pelepasan/lokasi aksi,2. Memodulasi pelepasan zat aktif,3. Meningkatkan stabilitas dan mempertahankan kualitas.Zat inaktif juga dikenal sebagai excipients atau inactive ingredients.Zat aktif dan inaktif yang disatukan dalam suatu kesatuan sistem dengan desain tertentu, dikenal sebagai bentuk sediaan obat = BSO (drug dosage form). BSO pada prinsipnya merupakan suatu bentukan yang membawa zat aktif menuju lokasi terapi atau tempat pelepasan zat aktif. BSO dikenal dengan pengertian lain sebagai obat (medicine).Kriteria suatu BSO secara umum adalah:1. Aman2. Stabil dalam penyimpanan menunjukkan kualitas fisik yang baik selama penyimpanan sesuai dengan batasan kadaluarsanya3. Dapat bercampur dengan zat aktif, mampu membawa dan melepaskan zat aktif pada lokasi aksi/tempat pelepasan4. Mampu melindungi zat aktif dari kemungkinan degradasi5. Efektif, efisien, ekonomis6. Dikemas dalam kemasan yang sesuaiBerdasarkan wujudnya, BSO dibedakan sebagai BSO solid, BSO liquid dan BSO semisolid.Desain BSO memegang peranan penting terutama agar BSO dapat mendukung timbulnya efek farmakologis suatu zat aktif secara repsodusibel dan agar BSO dapat diproduksi dalam industry skala besarBeberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam desain suatu BSO antara lain:

1. Tujuan terapi dan kondisi anatomi fisiologi pasien.2. Sifat fisikokimia zat aktif.3. Pertimbangan biofarmasetis terkait kapasitas absorpsi untuk beberapa jenis zat aktif dalam berbagai jenis jalur pemberian obat.4. Desain kemasan sebagai alat yang mewadahi, memberikan proteksi, menjaga stabilitas produk, memberikan informasi, dan mendukung kenyamanan penggunaan obat sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.BSO merupakan bagian dari suatu sistem penghantaran obat.Sistem penghantaran obat merupakan suatu sistem atau cara untuk membawa, menghantarkan dan melepaskan obat pada tempat aksi / tempat pelepasan dengan aman, efektif dan efisien.Pengertian aman dalam hal ini dimaksudkan bahwa efek obat yang tidak diinginkan (adverse effect) dapat diminimalkan, dan juga bahwa zat aktif dilindungi dalam perjalanannya menuju lokasi aksi/pelepasan.Pengertian efektif dalam hal ini terkait dengan khasiat (efficacy) dari obat tersebut, sedangkan efisien terkait dengan perhitungan dosis, frekuensi penggunaan obat dan lama waktu terapi yang tepat, yang dapat memberikan imbas pada jumlah beaya terapi yang ditimbulkan.Efek farmakologis suatu obat yang dikehendaki pada suatu terapi sebagai akibat berjalannya sistem penghantaran obat, dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu: efek local (setempat) dan efek sistemik (terabsorpsi ke- atau langsung melalui peredaran darah, terdistribusi ke seluruh bagian tubuh). Efek local dapat dicapai terutama dengan jalur pemberian topical (diaplikasikan pada permukaan kulit dan atau selaput mukosa) dan jalur parenteral khusus (sub plantar / ginggival selama tidak terabsorpsi masuk ke pembuluh darah), sedangkan efek sistemik dapat dicapai terutama dengan jalur oral (telan zat aktif terabsorpsi melalui membrane dinding usus), parenteral (intravascular atau ekstravaskular) atau transdermalPada prinsipnya pembeda dari efek local ataupun sistemik adalah apakah zat aktif tersebut diarahkan menuju ke pembuluh darah atau tidak. Selama obat tersebut tidak diberikan secara intra vascular (langsung ke sirkulasi sistemik via pembuluh darah) atau terabsorpsi melewati pembuluh darah, maka efek yang timbul adalah efek local.Bentuk Sediaan SolidBentuk sediaan solid merupakan BSO yang memiliki wujud padat, kering, mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen.Bentuk sediaan solid memiliki suatu keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan liquid, yaitu bahwa dengan keringnya bentuk sediaan tersebut, maka bentuk sediaan tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif di dalamnya, sedangkan kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah: pada penggunaan oral (telan), pemberian bentuk sediaan ini pada beberapa pasien terasa cukup menyulitkan, perlu disertai dengan cairan untuk dapat ditelan dengan baik.Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan semisolid, dalam pemakaian topical, maka bentuk sediaan solid ini memiliki keunggulan bahwa pemberiannya cukup ditaburkan pada kulit dengan area permukaan yang luas, sedangkan kelemahannya adalah bahwa serbuk lebih cepat hilang dari permukaan kulit / waktu tinggal pada permukaan kulit tidak lama.Banyak ragam bentuk sediaan solid dalam dunia kefarmasian, antara lain: 1. serbuk2. tablet3. kapsul4. pil5. suppositoria

Bentuk Sediaan LiquidBentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang homogen pada saat diaplikasikan.Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi cairnya, memiliki keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar. Namun, bentuk sediaan ini tidak sesuai untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air. Dengan kemasan botol dan penggunaan sendok takar untuk sediaan oral, maka tingkat kepraktisan bentuk sediaan ini relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan solid.Untuk pemakaian topical, keunggulan bentuk sediaan liquid, jika dibanding bentuk sediaan solid maupun semisolid, terletak pada daya sebar dan bioadhesivitasnya, selama viskositasnya optimum. Namun terkait daya lekat dan ketahanan pada permukaan kulit, bentuk sediaan liquid relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan semisolid. Hal ini terutama berhubungan dengan tingkat viskositas dari kedua bentuk sediaan tersebut.Ragam bentuk sediaan liquid yang akan didiskusikan dalam modul ini adalah :1. Larutan2. Emulsi3. Suspensi.

Bentuk Sediaan SemisolidBentuk sediaan semisolid memiliki konsistensi dan wujud antara solid dan liquid, dapat mengandung zat aktif yang larut atau terdispersi dalam pembawa (basis). Bentuk sediaan semisolid biasanya digunakan secara topical, yaitu diaplikasikan pada permukaan kulit atau sleput mukosa. Namun demikian sediaan topical tidak harus semisolid.Bentuk sediaan semisolid jika dibandingkan dengan bentuk sediaan solid dan liquid, dalam pemakaian topical, memiliki keunggulan dalam hal adhesivitas sediaan sehingga memberikan waktu tinggal yang relative lebih lama.Selain itu fungsi perlindungan terhadap kulit lebih nampak pada penggunaan sediaan semisolid. Namun, sediaan semisolid tidak umum diaplikasikan dalam area permukaan kulit yang luas, sebagaimana halnya sediaan solid maupun liquid. Kemudahan pengeluaran dari kemasan primer juga menjadi pertimbangan yang harus diantisipasi dalam desain sediaan semisolid, terutama semisolid steril (contoh: salep mata), terkait dengan viskositas yang dimiliki oleh sediaan tersebut.Variasi sediaan semisolid yang umum dalam dunia kefarmasian adalah: 1. salep (unguenta)2. cream3. gel 4. pasta.

Macam-Macam Bentuk SediaanObat1. AerosolSediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sIstem katup yang sesuai di tekan. Sedian ini digunakan untuk pemakaian topiKal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung.2. Kapsulae (Kapsul)Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:-Menutupi bau dan rasa yang tidak enak-Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari-Lebih enak dipandang-Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.-Mudah ditelan. 3. Tablet (Compressi)-Sedian padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.-Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan.-Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan.-Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan-Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.-Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.-Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.-Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis tidak untuk langsung ditelan.-Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.4. KrimSediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.5. EmulsiMerupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.6. EkstrakSediaan pekat yang di peroleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simpliisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hamper semua pelarut di uapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat yang ditetapkan.7. Gel (geli)-Sistem semi padat terdiri dari suspense yang di buat partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrsai oleh suatu cairan.8. Immunosera (Imunoserum)Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.9. Implan atau Pelet-Sedian dengan massa padat berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan.10. InfusaSediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit.11. InhalasiSediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek local atau sistemik.12.Injectiones (Injeksi)Sediaan steril untuk kegunaan parenteral, yaitu dibawah atau menembus kulit atau selaput lender.Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.13. IrigasiLarutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga tubuh, penggunaan adalah secara topical.14. Lozenges atau tablet hisapSediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.15. Sediaan Obat mata-Salep mataSalep steril yang digunakan pada mata.-Larutan Obat mataLarutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedimikian rupa hingga sesuai di gunakan untuk mata.16. PastaSediaan semi padata yang mengandung satu atau lebih bahan yang di tujukan untuk pemakaiaan topical.17. PlesterBahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.18. SerbukCampuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk yang dibagi bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi. (pulvis).a.Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.b.Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.19. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).Solutio atau larutanSediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Taerbagi atas :1. Larutan OralSediaan cair yang dimasukan untuk pemberian oral.2. Larutan tipikalSediaan cair yang dimasukan untuk penggunaan topical paad atau mukosa.3. Larutan OtikSediaan cair yang dimasukan untuk penggunaan dalam telinga.4. Larutan OptalmikSediaan cair yang digunakan pada mata.5. SpiritLarutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat yang mudah menguap.6. TingturLarutan mengandung etanol atau hidro alcohol di buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.20. SuppositoriaMerupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:-Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.-Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.21. Pilulae (PIL)Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.22. SuspensiMerupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.23. GalenikMerupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.24. Unguenta (Salep)Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.25. Guttae (Obat Tetes)Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).

4. CiprofloxasinC. FarmakodinamikSiprofloksasin merupakan salah satu obat sintetik derivat kuinolon. Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas DNA gyrasi bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun negatif.

D. FarmakokinetikSiprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, biovailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. Metabolismenya di hati dan dieksresi terutama melalui urin.

E. IndikasiUntuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap siprofloksasin, antara lain pada:1.Saluran kemih termasuk prostatitis2.Uretritis dan servisitis gonore3.Saluran cerna, termasuk demam tifoid dan paratifoid4.Saluran napas, kecuali pneumonia dan steptokokus5.Kulit dan jaringan lunak6.Tulang dan sendi

F. Kontra Indikasi1.Penderita yang hipersensitif terhadap siprofloksasin dan derivat kuinolon lainnya2.Tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui, anak-anak selama pertumbuhan, karena pemberian dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan3.Hati-hati bila digunakan pada penderita usia lanjut4.Pada penderita epilepsi dan penderita yang pernah mendapat gangguan SSP hanya digunakan bila manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan resiko efek sampingnya

G. Dosis Untuk infeksi saluran kemih1.Ringan sampai sedang: 2 x 250 mg sehari2.Berat: 2 x 500 mg sehari3.Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari

5. Parasetamol

DefinisiParasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002). Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011). Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri. (Sartono 1996).

Sifat Zat Berkhasiat Menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut: Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida Berat Molekul : 151.16 Rumus Empiris : C8H9NO2.

Sifat Fisika Pemberian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol. Jarak lebur : Antara 168 dan 172.

Farmakokinetik Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002).

Farmakodinamik Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.(Mahar Mardjono 1971). Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009).

Indikasi Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.(Cranswick 2000).

Kontra Indikasi Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini. (Yulida 2009).

Sediaan dan Posologi Parasetamol tersedi sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup yang mengandung 120mg/5ml. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis Parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali, dengan maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari. .(Mahar Mardjono 1971).

Efek Samping Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal. Methemoglobinemia dan Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb. Methemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar lajak. Insidens nefropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan Fenasetin. Tetapi karena Fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar disimpulkan. Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan nefropati analgetik.

Mekanisme Toksisitas Pada dosis terapi, salah satu metabolit Parasetamol bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga metabolit tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu pada penanggulangan keracunan Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses yang sama Parasetamol juga bersifat nefrotoksik.

Dosis Toksik Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. Dosis lebih dari 20g bersifat fatal. Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-obat yang menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit meningkat.

6. InsulinFARMAKOKINETIK INSULINHati dan ginjal adalah organ yang membersihkan insulin dari sirkulasi. Hati membersihkan darah kira-kira 60% dari insulin dan ginjal membersihkan 35-40%. Namun, pada pasien diabetes yang mendapatkan pengobatan insulin, rasio tersebut menjadi terbalik, sebanyak 60% insulin eksogen yang dibersihkan oleh ginjal dan hati membersihkan tidak lebih dari 30-40%. Waktu paruh waktu insulin dalam sirkulasi adalah 3-5 menit. Saat ini tersedia berbagai jenis insulin, mulai dari human insulin sampai insulin analog. Memahami farmakokinetik berbagai jenis insulin menjadi landasan dalam penggunaan insulin sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Sebagai contoh, pada kebutuhan insulin basal dan prandial/setelah makan terdapat perbedaan jenis insulin yang digunakan. Dengan demikian, pada akhirnya, akan tercapai kendali kadar glukosa darah sesuai sasaran terapi.Seperti telah diketahui , untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat digunakan insulin kerja menengah (intermediateacting insulin) atau kerjapanjang (long-acting insulin) ; sementara untuk memenuhi kebutuhan insulin prandial (setelah makan) digunaka insulin kerja cepat ( sering disebut insulin reguler/short-acting insulin) atau insulin kerja sangat cepat (rapid- atau ultra-rapid acting insulin). Di pasaran, selain tersedia insulin dengan komposisi tersendiri, juga ada sediaan yang sudah dalam bentuk campuran antara insulin kerja cepat atau sangat cepat dengan insulin kerja menengah ( disebut juga premixe dinsulin).

FARMAKODINAMIKA INSULINInsulin mempunyai efek penting yang memudahkan gerak glukosa menembus membran sel. Insulin membantu meningkatkan penyimpanan lemak dan glukosa ke dalam sel-sel sasaran, mempengaruhi pertumbuhan sel serta fungsi metabolisme berbagai macam jaringan. Insulin bekerja pada hidrat arang, lemak serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak dan asam amino dapat tersimpan dan tidak terbakar habis.

DAFTAR PUSTAKA

Tutorial 5 FKUMP 2013 37