kolitis infektif 4

Upload: al31993

Post on 30-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IPendahuluanDisentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut kolon yang disebabkan kuman genus shigella.shigella adalah basil nonmotil, gram negative famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies shigella yaitu s. dysentriae, s.flexneri, s. bondii, dan s.sonnei. terdapat 43 serotipe dari Shigella. S.sonnei adalah satu-satunya spesies yang memilke serotype tunggal. Penyakit ini kadang-kadang ringan dan bisa juga berat, suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit.

BAB IIPembahasan

Dari skenario tersebut kita dapat membahas mengenai sasaran pembelajaran yang sudah kami ditentukan saya akan membahas mengenai kulit dan penyakitnya, terutama saya akan membahas tentang penyakit disentri dan hal-hal yang berkaitan dengan gejala, penyebab kelainan yang dialami pasien tersebut, diagnosis working dan diferensialnya dan cara-cara pemeriksaan penunjangnya.Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. Gejala-gejala disentri antara lain adalah: Buang air besar dengan tinja berdarah Diare encer dengan volume sedikit Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus) Nyeri saat buang air besar (tenesmus)Disentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut kolon yang disebabkan kuman genus shigella. Higella adalah basil nonmotil, gram negarif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies shigella yaitu Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Shigella bondii dan Shigella sonnei.1. PEMERIKSAAN1. AnamnesisAnamnesis merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhdap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, yang disebut aloanamnesis. Untuk pasien bayi dan anak yang belum dapat memberi keterangan, aloanamnesis paling sering digunakan.Pada pasien terutama pasien anak, sebagian terbesar data untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Hambatan langsung yang dijumpai dalam pembuatan anamnesis pasien anak ialah pada umumnya aloanamnesis, dan bukan autoanamnesis. Dalam hal ini, pemeriksa harus waspada akan terjadinya bias oleh karena data tentang keadaan pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi orang tua atau pengantar.Langkah-langkah dalam pembuatan anamnesis: Identitas pasien: nama; umur; jenis kelamin; nama orangtua; alamat; umur, pendidikan dan pekerjaan orangtua; agama dan suku bangsa. Riwayat penyakit: keluhan utama Riwayat perjalanan penyakit Riwayat penyakit yang pernah diderita Riwayat kehamilan ibu Riwayat kelahiran Riwayat makanan Riwayat imunisasi Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Riwayat keluarga

Untuk melakukan anamnesis pada kasus tersebut perlu ditambahkan bebrapa pertanyaan mengenai penyakit tersebut : Menanyakan keluhan utama BAB cair/lembek Srjak kapan dan lama diare Frekuensi diare, warna isi Perkembangan/perburukan diare Keluhan-keluhan penyerta diare seperti mual, mulas, demam Jika terdapat demam/panas tanyakan pula sejak kapan, lama panas, intensitas, sifat panas dan serangan panasnya.2. Pemeriksaan Fisik InspeksiInspeksi dapat dilakukan secara umum untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum dan secara lokal untuk melihat perubahan-perubahan lokal sampai yang sekecil-kecilnya. Bantuan pemeriksaan dengan kaca pembesar dapat dilakukan. Pemeriksaan ini mutlak dilakukan dalam ruangan yang terang. Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada penderita bersamaan dilakukan inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Pada kasus seperti skenario tersebut kita utamakan melihat dan mengamati perut pasien.

PalpasiPalpasi merupakan pemeriksaan dengan meraba, mempergunakan telapak tangan sebagai alat peraba. Pada pemeriksaan ini kita lihat batas-batas organ, permukaan, konsistensi organ. Terutama di bagian abdomen kita palpasi untuk menanyakan ada rasa nyeri atau tidak.

PerkusiTujuan dari perkusi adalah untuk membedakan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ atau mengetahui batas-batas masa yang abnormal di rongga abdomen. Suara normal dari perkusi pada lambung atau usus adalah suara timpani. Jika terdapat perkusi menghasilkan suara udara dan dullness dapat dipastikan pasien megalami suatu kelainan.

AuskultasiAuskultasi merupakan pemeriksaan menggunakan stetoskop. Dengan cara auskultasi dapat didengar suara pernapasan, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, dan alirah darah dalam pembuluh darah. Pemeriksaan auskultasi dapat memberikan gambaran penting mengenai motilotas usus. Suara usus mungkin akan terganggu pada keadaan diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik dan peritonitis.

3. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pemeriksaan maksroskopis tinjaTinja normal lunak dan berbentuk, jika tinja berlendir dijumpai perangsangan dalam dinding usus.

Pemeriksaan mikroskopisDalam keadaan normal tidak ditemukan leukosit pdama feces, bila dijumpai leukosit > 3/LPB, dijumpai keadaan inflamasi infeksi sperti disentri basiler.

Isolasi dan identifikasi virusPemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab untuk amoeba dan kista amoeba serta biakan hapusan (rectal swab) SerologiPemeriksaan imminoassay yang dapat mendeteksi toksin tinja pada sebagian besar penderita Shigella disentriae Polymerase Chain Reaction (PCR) yang spesifik dan sensitif 4. Pemeriksaan Penunjang RadiologiGambaran secara endoskopi, memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas dan ulserasi. Kadang- kadang tertutup eksudat. Sebagian lesi berada di bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal usus besar.

2. Diagnosis Working diagnosisPada kasus tersebut saya mendiagnosa sementara bahwa anak tersebut tersebut menderita disentri. Penyakit shigella (disentri) merupakan penyakit yang serius dalam keluarga, karena terkait dengan sosial ekonomi. Bahwa penyakit shigella (disentri) lebih berat dari penyakit diare lainnya. Kelompok yang mudah terserang penyakit shigella (disentri) adalah bayi, balita dan anak umur 614 tahun. Bila ada yang sakit shigella (disentri) dalam keluarganya akan menular kepada anggota keluarga lainnya.Shigella memasuki host melalui mulut yang ditularkan secara oral melalui makanan, air, lalat yang tercemar ekskreta pasien disentri. Masa tunas penyakit disentri berlangsung singkat dari beberapa jam sampai 3 hari. Mulai terjangkit sampai timbulnya gejala khas biasanya berlangsung cepat, sering secara mendadak, tetapi juga dapat secara perlahan. Gejala yang timbul bervariasi seperti defekasi sedikit-sedikit dan terus menerus, sakit perut dengan rasa kolik dan mejan, muntah-muntah, sakit kepala. Sifat kotoran mulanya sedikit-sedikit sampai isi usus habis, sedangkan pada keadaan berat tinja berlendir dengan berwarna kemerahan dan bersifat basa. Suhu badan bervariasi dari rendah-tinggi, nadi cepat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga perut menjadi cekung. Di anus terjadi luka dan nyeri, kadang-kadang timbul prolaps.Manifestasi ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi, termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis seperti meningismus, dan Hemolytic Uremic Syndrome. Artritis oligoartikular asimetris dapat terjadi hingga 3 minggu sejak terjadinya disentri.

Diagnosis differesial1.Demam TifoidSalmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid. Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali, delirium, nyeri abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan terkontaminasi. Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari. Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal. Pada minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu ketiga timbul penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada minggu ke empat terjadi perbaikan klinis.

2. CampylobakterSpesies Campylobakter ditemukan pada manusia C. Jejuni dan C. Fetus, sering ditemukan pada pasien immunocompromised.. Patogenesis dari penyakit toksin dan invasi pada mukosa. Manifestasi klinis infeksi Campylobakter sangat bervariasi, dari asimtomatis sampai sindroma disentri. Masa inkubasi selama 24 -72 jam setelah organisme masuk. Diare dan demam timbul pada 90% pasien, dan nyeri abdomen dan feses berdarah hingga 50-70%. Gejala lain yang mungkin timbul adalah demam, mual, muntah dan malaise. Masa berlangsungnya penyakit ini 7 hari. Pulasan feses menunjukkan lekosit dan sel darah merah. Kultur feses dapat ditemukan adanya Kampilobakter.

3.YersiniaSpesies Yersinia adalah kokobasil, gram-negatif. Diklasifikasikan sesuai dengan antigen somatik (O) dan flagellar (H). Organisme tersebut menginvasi epitel usus. Yersinia menghasilkan enterotoksin labil. Terminal ileum merupakan daerah yang paling sering terlibat, walaupun kolon dapat juga terinvasi. Penampilan klinis biasanya terdiri dari diare dan nyeri abdomen, yang dapat diikuti dengan artralgia dan ruam (eritrema nodosum atau eritema multiforme). Feses berdarah dan demam jarang terjadi. Pasien terjadi adenitis, mual, muntah dan ulserasi pada mulut. Diagnosis ditegakkan dari kultur feses. Penyakit biasanya sembuh sendiri berakhir dalam 1-3 minggu.

4.Enterohemoragik E Coli (Subtipe 0157)EHEC telah dikenal sejak terjadi wabah kolitis hemoragik. Wabah ini terjadi akibat makanan yang terkontaminasi. Kebanyakan kasus terjadi 7-10 hari setelah asupan makanan atau air terkontaminasi. EHEC dapat merupakan penyebab utama diare infeksius. Subtipe 0157 : H7 dapat dihubungkan dengan perkembangan Hemolytic Uremic Syndrom (HUS). Centers for Disease Control (CDC) telah meneliti bahwa E Coli 0157 dipandang sebagai penyebab diare berdarah akut atau HUS. EHEC non-invasif tetapi menghasilkan toksin shiga, yang menyebabkan kerusakan endotel, hemolisis mikroangiopatik, dan kerusakan ginjal. Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat (hingga 10-12 kali perhari). Diare awal tidak berdarah tetapi berkembang menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan kejang biasa terjadi, mual dan muntah timbul pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada 1/3 pasien. Hingga 1/3 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.

5. inflammatory bowel diseaseTerdiri dari penyakit Chrons dan colitis ulserativa. Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus.Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.Penyebab penyakit Crohn tidak diketahui.Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu:- Kelainan fungsi sistim pertahanan tubuh- Infeksi- MakananGejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun, nyeri kram perut, demam, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.

3. EpidemiologiDisentri basiler dapat ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk. Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vektor, misalnya lalat. Namun faktor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.Angka kejadian disentri sangat bervariasi di beberapa negara. Di Bangladesh dilaporkan selama sepuluh tahun ( 1974 1984 ) angka kejadian disentri berkisar antara 19,3 % - 42 % . Di Thailand dilaporkan disentri merupakan 20 dari pasien rawat jalan rumah sakit anak di Bangkok, di Indonesia dilaporkan dari hasil suevei evaluasi tahun 1989 1990 diperoleh angka kejadian disentri sebesar 15 %. Hasil survei pada balita di Rumak Sakit di Indonesia menunjukkan proporsi spesies shigella sebagai etiologi diare. S dysentry 5,9 %, S flexnery 70,6 %, S boydii 5,9 % s sannei 17,6 % Dari laporab surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus disentri didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Meskipun proporsi S.dysentry rendah,tetapi kita harus selalu waspada, karena S dysentery dapat muncul sebagai epidemi. Epidemi ini telahmelanda Asia Selatan sekitar akhir tahun 80 an dan awal tahun 90 an, Epidemi ini dapat disebabkan oleh shigela disentry yang telah resisten terhadap berbagai antibiotik. Proporsi penderita diare dengan disentri di Indonesia dilaporkan berkisar antara 5-15 % . Proporsi disentri yang menjadi disentri berat belum jelas. Selain itu disentri dapat disebabkan oleh campylobacter jejuni, salmonella dan amoeba.

4. EtiologiDisentri basiler disebabkan oleh Shigella. Shigella adalah kuman bakteri yang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies menimbulkan disentri basiler. Morfologi Shigella sendiri adalah Batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif. Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Shigella adalah fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm dalam 24 jam. Kuman ini sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa.Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenik.

5. PatofisiologiDiare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.6. Gejala klinisBeberapa gejala klinis yang sering menonjol pada Disentri karena Shigela adalah panas mendadak yang cukup tinggi sekitar 39 derajat hingga 40 derajat, yang berpotensi menimbulkan kejang bila tidak cepat diturunkan. Kenaikan panas akan disertai dengan mencret-mencret. Pada awalnya sekitar 1-2 hari, mencret hanya berupa kotoran cair, dan pada hari kedua hingga keempat akan disertai keluarnya darah segar dan lendir di kotoran tinja yang cair tersebut. Sering kali, mencret pada Disentri disertai dengan muntah-muntah dan kram pada anus si anak. Nafsu makan anak pasti akan sangat menurun sehingga mencemaskan anggauta keluarga dan berpotensi menimbulkan gejala kekurangan cairan. Komplikasi yang sering timbul pada Disentri Basiler adalah dehidrasi (kekurangan cairan) dan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah. Selain itu berpotensi menimbulkan gejala malnutrisi akibat penyerapan makanan yang buruk. Komplikasi yang terburuk namun jarang didapat adalah radang hebat dari perut sebelah dalam yang disebut sebagaiperitonitis. Penyakit Disentri Basiler harus dibedakan dengan penyakit radang otak dan keracunan kuman. Selain itu perlu dibedakan dengan Demam berdarah namun pada Demam Berdarah biasanya buang air besarnya tidak cair tetapi seperti bumbu kacang untuk pecel disertai perdarahan yang berwarna hitam seperti aspal. Pada pemeriksaan darah penyakit Disentri Basiler didapatkan meningkatnya sel darah putih atau pada beberapa kasus didapat pula penurunan sel darah putih, namun tidak akan disertai penurunan sel pembeku darah (Thrombosit). Kemungkinan besar anak ibu tidak dirawat karena tidak terlihat sakit berat, tidak terlalu panas, dan tidak didapat tanda-tanda akan terjadi dehidrasi. Prinsip pengobatan Disentri Basiler adalah memberikan cairan elektrolit/oralit dalam jumlah cukup, diet makanan lunak dengan kalori dan protein tinggi, pemberian anti biotik yang sesuai dan yang paling penting bagi yang merawat si sakit wajib mencuci tangan dengan sabun sebersih mungkin. Penularan penyakit Disentri Basiler terjadi bila seseorang makan dengan tangan yang mengandung kuman Disentri Basiler atau makan makanan yang terkontaminasi kuman Disentri Basiler. Tentunya kebersihan perorangan sangat berperan dalam penyebaran penyakit Disentri Basiler.7. penatalaksanaanMenurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, tetapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan antibiotika diganti dengan jenis yang lain. Jika dengan antibiotika yang kedua pasien tidak menunjukkan perbaikan diagnosis harus ditinjau ulang dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis tinja, kultur dan resistensi mikroorganisme ulang. Shigella masih resisten terhadap sulfonamid, streptomisin, khloramfenicol, tetrasiklin, amphicillin dan sulfametoksazol.Pada pemberian : ampicillin dosis yang digunakan pada orang dewasa 4 X 500 mg/hari selama 5 hari, tetapi tidak dianjurkan untuk amoxicillin karena tidak efektif trimetropim-sulfametoksazol dosis yang digunakan pada orang dewasa 2 X 960 mg/hari selama 3-5 hari sifrofloxacin dosis yang digunakan pada orang dewasa 2 X 500 mg/hari selama 3 hari sefixime dosis yang digunakan pada orang dewasa 400 mg/hari selama 5 hari azitromicin dosis maksimalnya 1 gr dosis tunggalObat-obatan antispasmodik seperti tinktur beladona dapat menolong dalam pengobatan bila terjadi kram yang berat. Obat-obatan yang menghambat peristaltik usus seperti paregorik, difenoksilat dengan atropin dan loperamid yang mempunyai efek membantu dan membatasi diare.Untuk mengatasi kekurangan cairan/dehidrasi pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare.Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara : BD plasma, dengan memakai rumus : Kebutuhan cairan = BD Plasma 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml 0,001 Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis : - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

8. KomplikasiBeberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler : Keadaan gizi pasien tersebut yang buruk. Bakteremia juga dapat memperburuk keadaan disentri Dehidrasi HIV/AIDS Haemolytic Uremic Syndrome (HUS). Biasanya HUS imbul pada akir minggu pertama. Tanda HUS berupa oliguria, penurunan hematokrit (10% dlm 24 jam), timbul anuria, gagal ginjal, gagal jantung, trombositopenia, leukemoid, hipoglikemia. Artritis, biasanya timbul pada masa penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut, biasanya diubungkan dengan infeksi Shigella flexneri. Cairan sinovial mengandung leukosit polimorfonuklear. Stenosis terjadi bila ulkus sirkular usus menyembuh, bahkan dapat pula terjadi obstruksi usus. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rektal dan perforsi serta dapat terjadi bisul atau hemoroid.

9. PreventifKarena penularan disentri menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya

10. PrognosisPada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan dini. Tetapi bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah. Bentuk disentri biasanya berat dan masa penyembuhannya lama.

BAB IIIKesimpulanDisentri basiler adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri shigella dan banyak diderita oleh balita. Perlu juga diperhatikan cara merawat pasien. Penanganan yang cepat dan tepat akan mengurangi komlplikasi selanjutnya.Daftar Pustaka1. Jawetz.dkk, Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC; 19962. Robbins Basic Pathology 7th ed . Vol II . Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 20073. Poorwo Soedarmo, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2008.4. Corwin, J Elizabeth. Patofisiologi. Jakarta : EGC; 2001.5. Harrison. Prinsip prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 13. Mcgraw Hill.2005.6. Disentri basiler. di unduh dari ; http://www.everydayhealth.com/health-information/measles-rubeola-prognosis.aspx. 20 mei 2010 7. Disentri basiler. di unduh dari: http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-disentri-basiler.html. 21 mei 2010.

5