kel 10 revolusi

30
KONFERENSI MEJA BUNDAR Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah “Sejarah Revolusi Indonesia” Dosen Pengampu : Bapak. Romadi Disusun Oleh 1. Ginanjar (3101412002) 2. Gondo Asmoro (3101412015) 3. Nur Endah Umi Erawati (3101412040) 4. Angga Budi Testianto (3101412045) 5. Gilang Agriawan (3101412047)

Upload: teslar

Post on 20-Dec-2015

259 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 10 Revolusi

KONFERENSI MEJA BUNDAR

Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah “Sejarah Revolusi Indonesia”

Dosen Pengampu : Bapak. Romadi

Disusun Oleh

1. Ginanjar (3101412002)

2. Gondo Asmoro (3101412015)

3. Nur Endah Umi Erawati (3101412040)

4. Angga Budi Testianto (3101412045)

5. Gilang Agriawan (3101412047)

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Kel 10 Revolusi

BAB V

KONFERENSI MEJA BUNDAR

A. PIMPINAN TNI MASUK YOGYAKARTA

Berdasarkan hasil persetujuan Roem Royen maka mulailah kesatuan-kesatuan TNI di

medan perjuangan dan kantong-kantong gerilya menghentikan serangannya. Penghentian ini

juga atas masukan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tanggal 18 Juni 1949. Dan

mulai tanggal 29 Juni 1949 TNI mulai memasuki Kota Yogyakarta, setelah semua tentara

Belanda keluar dari Yogyakarta. Pada tanggal 6 Juli 1949, para pemimpin negara yang

ditawan Belanda kembali ke Yogyakarta. Kedatangan Presiden Sukarno dan anggota kabinet

lainnya disambut hangat oleh rakyat dengan penuh harapan.

Sekalipun pimpinan pemerintah sudah kembali ke Yogyakarta, namun panglima Besar

Jenderal Sudirman masih tetap berada di daerah gerilya. Panglima Besar menolak ajakan

pemerintah agar kembali ke kota dengan alasan anggota-anggota Angkatan Perang terlibat

pertempuran dengan Belanda. Sikap Panglima Besar melunak setelah menerima surat dari

Kolonel Gatot Subroto dan berkat pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Letkol

Suharto, akhirnya pada tanggal 10 Juli 1949, Jenderal Sudirman meninggalkan daerah gerilya

menuju Yogyakarta.1

Setelah para peminpin bangsa baik sipil maupun militer kembali ke Yogyakarta, maka

diadakan sidang kabinet untuk membicarakan hasil-hasil perundingan Roem Royen. Dalam

sidang kabinet tersebut terjadi perdebatan yang seru antara pemimpin bangsa dalam rangka

untuk menentukan sikap selanjutnya dalam KMB yang rancangan perundingannya sudah

dapat diketahui. Sebagian besar anggota kabinet akhirnya menyetujui, sedikit yang menolak,

seperti dikatakan oleh Natsir.

“Dalam KMB Belanda akan menyerahkan pemerintahan Indonesia kepada RI kecuali

Irian Barat. Lama kita berunding. Sukarno Hatta dan lain-lainnya menerima, tapi dua orang

tidak yakni Agus Salim dan saya. Kalau Irian Barat tidak diputuskan akan jadi soal yang

akan mengacaukan dan menimbulkan kesulitan terus menerus. Tetapi kami berdua kalah

stem. Sesudah kembali dari Bangka ke Yogya, saya katakan kepada Bung Hatta, berat buat

saya untuk menjadi Menteri Penerangan kembali, sebab menteri penerangan harus

1Sri Utari, dkk. 2000. Buku Petunjuk Koleksi Monumen Yogya Kembali. Yogyakarta . (Yogyakarta: Badan Pengelola Monumen Yogya Kembali, 2000), hlm. 43.

Page 3: Kel 10 Revolusi

menerangkan kepada rakyat kenapa Irian Barat ditinggalkan. Jadi saya mundur” (Wawancara

dengan Natsir, dalam Tempo, 1989: 55).

Walaupun demikian sidang kabinet pertama sejak kembali ke Yogyakarta dapat

berlangsung dengan lancar dengan keputusan tetap menerima hasil-hasil perundingan Roem

Royen. Selanjutnya pada 13 Juli 1949, di depan sidang kabinet, Mr. Safrudin Prawiranegara

(Presiden PDRI) mengembalikan mandat kepada Presiden Sukarno. Dengan demikian negara

RI untuk sementara berhasil diselamatkan oleh anak bangsa, baik melalui perjuangan

diplomasi maupun kekuatan senjata.

Masuknya TNI dan para pemimpin yang kembali dari pengasingan ke Yogyakarta

diperingati sebagai Hari Yogya Kembali, yang akhirnya juga diabadikan dengan Monumen

Yogya Kembali. Itu berarti Monumen Yogya Kembali bukan hanya untuk mengabadikan

kembalinya TNI ke Yogyakarta, tetapi juga kembalinya pemimpin bangsa. Dari fakta sejarah

justru nampak bahwa pembangunan monumen ini tidak langsung berkaitan dengan perisrtiwa

Seranfgan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol Suharto. Selama ini kita sealu

berpendapat bahwa pembangunan Monuen Yogya Kembali untuk memperingati Serangan

Fajar yang berhasil merebut Kota Yogyakarta selama 6 jam. Kebetulan pimpinan serangan

adalah Letkol Suharto, yang pada saat monumen dibangun menjabat sebagai presiden RI.

Sesuatu yang wajar bila Letkol Suharto yang memimpin serangan, sebab pada saat itu Letkol

Suharto adalah komandan TNI di Kota Yogyakarta yang bertanggungjawab terhadap

keamanan Yogyakarta. Oleh karena itu tidak mungkin Sri Sultan Hamengku Buwono IX

sebagai penguasa Yogyakarta meminta orang lain untuk memimpin pasukan.

Hal yang perlu dipahami bahwa ide serangan terhadap Yogyakarta berasal dari Sri

Sultan setelah melihat adanya peluang dan kondisi tentara Belanda yang relatif tidak siap. Sri

Sultan sangat meyakini bahwa serangan itu akan mampu membuat Belanda terhenyak,

disamping Belanda tidak siap, juga tentu sebagai sultan dukungan rakyat sangat besar. Tetapi

sebagai Sultan yang kebetulan dekat dengan KTN maupun selalu dipantau oleh Belanda

apabila memimpin pasukan sendiri, apalagi Sri Sultan bukanlah pimpinan pasukan. Oleh

karena itu penjabaran rencana dan pengaturan strategi diserahkan kepada Letkol Suharto,

seorang pimpinan pasukan di Yogyakarta. Dengan strategi dan perhitungan yang matang dan

jitu, tentu saja dengan dukungan rakyat Yogyakarta dan pasukan TNI, serangan Fajar 1 Maret

1949 berhasil menguasai Yogyakarta selama 6 jam.

Serangan ini mempunyai makna yang penting bagi RI karena selama ini Belanda

selalu mengatakan bahwa RI telah hancur. Dengan dikuasainya Kota Yogyakartaa

Page 4: Kel 10 Revolusi

membuktikan bahwa RI masih didukung oleh kekuatan pasukan yang mampu berperang

mempertahankan kemerderkaan. Dengan serangan ini maka dunia internasional semakin

terbuka, sehingga tidak selalu percaya terhadap propaganda Belanda.

Monumen Yogya Kembali dibangun pada 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional

penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX

dan Sri Paduka Paku Alam VIII dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 6 Juli 1989. 2

Pembangunan Monumen Yogya Kembali mempunyai tujuan antara lain :

1. Mengabadikan peristiwa kembalinya Ibukota Yogyakarta ke tangan bangsa Indonesia.

Perjuangan itu tidak melalui jalan mudah, tetapi dengan berbagai cara baik bersenjata,

diplomasi maupun perang urat syaraf dan sebagainya.

2. Memperingati kembalinya Ibukota Yogyakarta ke tangan bangsa Indonesia sekaligus

berakhirnya penjajahan kolonialis Belanda di Indonesia.

3. Merupakan ungkapan dan rasa terima kasih kepada para pahlawan yang telah

mengorbankan jiwanya dalam merebut Yogyakarta sebagai ibukota Republik Indonesia.

4. Mewariskan dan melestarikan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa

Indonesia kepada generasi penerus, sebagai wahana pendidikan, mempertebal identitas

dan watak bangsa Indonesia yang patriotik, luhur, harga diri, ulet dan tahan menderita

dalam memperjuangkan cita-cita bangsa.

Dalam keadaan terdesak, pihak Belanda menyampaikan undangan kepada KTN untuk

menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) yang akan dilangsungkan pada tanggal 12

Maret 1949 di Den Haag. Sekembalinya Dr. Beel memberikan keterangan bahwa

pemerintah Nederland bermaksud menyerahkan kedaulatan atas Indonesia secepat

mungkin kepada pemerintah federal yang dianggap mewakili Indonesia. Untuk tujuan

tersebut, akan diadakan perundingan dala Konferensi Meja Bundar. Dalam perundingan

itu, akan dibahas soal Uni Indonesia-Belanda, dan peraturan peralihan sampai saat serah

terima.

Undangan yang sama juga disampaikan kepada Presiden Soekarno, yang pada waktu

itu masih berada di Bangka. Presiden menyatakan bahwa ia menerima undangan itu

sebagai Soekarno bukan sebagai presiden karena yang menjabat kepala negara adalah Mr.

Syafruddin Prwawiranegara. Segala kekauasaan mengenai kehidupan negara ada

ditangannya3.

2Sri Utari, dkk. 2000. Buku Petunjuk Koleksi Monumen Yogya Kembali. Yogyakarta . (Yogyakarta: Badan Pengelola Monumen Yogya Kembali, 2000), hlm. 1-2. 3Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasioanl (Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan) .( Yogyakarta: Pelangi Aksara), hlm223-224.

Page 5: Kel 10 Revolusi

Untuk mensikapi hasil persetujuan Roem Royen, BP KNIP yang memegang kekuasaan

legislatif, mengadakan sidang yang akhirnya menerima persetujuan dengan prinsip sesuai

dengan syarat-syarat yang diajukan oleh PDRI. Akhirnya pada tanggal 14 Juni, Syafruddin

Prawiranegara memeprjelas kedudukan Pemerintah Darurat Republik dalam suatau siaran

dari markas besarnya di Sumatra. Pemerintahannya mau mendukung Persetujuan Roem

Royen, hanya jika berdasayarkan sayarat-syarat berikut : (1) Angkatan Bersenjata Republik

harus tetap berada dalam posisi-posisi yang saat ini didudukinya; (2) Angkatan bersenjata

Belanda berangsur-angsur ditari dari posisi-posisi yang didudukinya;(3) pengembalian

pemerintah Republik ke Yogyakarta dilakukan tanpa syarat; dan (4) Kedaulatan Republik

atas Jawa, Sumatera, Madura dan pulau-pulau (dekat pantai) harus diakui oleh Belanda

sejalan dengan Persetujuan Linggarjati. Dengan tujuan memperjelas dukungan pasukan-

pasukan Republik kepada pengumuman ini, dua hari kemudian dilaporkan bahwa angkatan

bersenjata Belanda mengumumkan suatu komunike tentang “peningkatan serius aktivitas

kaum gerilyawan.4

Adanya persetujuan Roem Royen serta kekuatan TNI telah mempengaruhi sikap

negara-negara bagian. Mereka menilai bahwa RIS tidak mungkin terbentuk tanpa RI. Mereka

juga menyadari bahwa Belanda pada saat melancarkan Agresi Militer II hanya mampu

menguasai sebagian wilayah RI di kota-kota, sedangkan di luar kota masih dalam

pengawasan TNI. Selain itu rakyat di beberapa negara bagian juga tidak mau bekerjasama

dengan Belanda. Dari beberapa faktor ini maka negera-negara bagian mulai mendekati RI

dengan pertimbangan kedudukan mereka akan tergantung dari perundingan dengan

pemerintah RI, sehingga negara bagian mulai berkurang kepercayaannya kepada Belanda.

Berkurangnya penghargaan mereka terhadap Belanda juga disebabkan oleh

ketidakmampuan Belanda menjalankan keputusannya sendiri serta kedudukan militernya

yang ternyata terus menerus hanya bertahan saja. Mereka juga kecewa karena taraf otonomi

dan pemerintahan sendiri yang diberikan oleh Belanda sangatlah tidak memadai. Oleh karena

itu juga maka kewibawaan pemerintah BFO tidak mendapat pengakuan dari rakyatnya

sendiri.5

B. KONFERENSI INTER INDONESIA

4 Kahin. 1995. Nasionalisme Dan Revolusi Di Indonesia. (Surakarta: UNS), hlm 541.5G. Moedjanto. 1989. Indonesia Abad Ke-20 Dari Perang Kemerdekaan Sampai Pelita III

(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989), hlm. 55.

Page 6: Kel 10 Revolusi

Hubungan antara pemimpin-pemimpin BFO dan Republik Indonesia, pertama kali

dijalin pada 1949 ditempat pengasingan di Bangka.waktu itu, pembentukan negara federal

Indonesia Serikat masih kabur kerena syarat mutlak pembebasan para pemimpin Republik

Indonesia belum dilaksankan. Pemimpin-pemimpin BFO masih ragu-ragu terhadap kekuatan

perlawanan gerilyawan terhadap tentara Belanda yang dianggapnya akan mengalami

kegagalan. Untuk menyelamatkan kedudukan sebagai pemimpin di negaranya masing-masing

pemimpin-pemimpin BFO mengadakan siasat yang dapat memberi jaminan negara-negara

BFO yang akan menjadi negara bagian dalam Negara Indonesia Serikat.

Mereka yakin bahwa perundingan Konferensi Meja Bundar akan menghasilkan

pembentukan Negara Indonesia Serikat yang berdaulat penuh atas pertimbangan faktor-faktor

seperti dibawah ini :

1) Pihak Amerika yang menghandaki terbentuknya Negara Indonesia Serikat, yang akan

menerima kedaulatan atas Indonesia dari pemerintah Nederland akan menekankan

pihak Nederland.

2) Sikap Partai Buruh yang mengemudikan pemerintah Nederland, tidak berkeberatan

dengan penyerahan kedaulatan atas Indonesia kepada Negara Indonesia Serikat, dan

3) Tentara Belanda yang ada di Indonesia tidak cukup besar untuk mengawal kepentingan

modal Belanda yang berupa perkebunan, perusahaan, dan lain-lain. Padahal modal

belanda itu peerlu diselamatkan dari pengacauan kaum gerilyawan. Pemerintah

Nederland jtidak sanggup membiayai tentara yang cukup kuat untuk melindungi modal

yang ditahan di Indonesia.6

Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman serta menyatukan langkah menghadapi

Belanda dalam KMB, negara-negara bagian dan RI mengadakan konferensi bersama.

Konferensi ini diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 dan dilanjutkan di

Jakarta pada 30 Juli – 2 Agustus 1949. Pemilihan kedua kota ini atas pertimbangan bahwa

Yogyakarta merupakan wilayah negara RI sedangkan Jakarta termasuk daerah negara bagian.

Dengan demikian tercipta sikap saling menghargai dan sejajar.

Delegasi BFO untuk menghadiri Konferensi Antar Indonesia tahap pertama yang

diselenggarkana di istana negara Yogyakarta, dipimpin oleh Sultan Hamdi Algdrie dari

Pontianak. Kedatangan mereka disambut sangat gembira oleh masyarakat Yogyakarta

sehinggatimbul kesan bahwa kecurigaan sudah musnah sama sekali. Konferensi tahap

6Muljana, Slamet. 2008. Keesadaran Nasional (Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. (Yogyakarta: Pelangi Aksara), hlm. 235-237.

Page 7: Kel 10 Revolusi

pertama membahas ketatanegraan Indonesia bertalian dengan maksud mendirikan Negara

Indonesia Serikat. Persetujuan yang dicapai adalah sebagai berikut :

a) Nama yang disetujui adalah Republik Indonesia Serikat, disingkat RIS, dasarnya

demokrasi dan federalisme,

b) Di dalam Jonstitusi Sementara, harus ada ketentuan yang nyata tentang negara-negara

bagian yang akan terhimpun dalam RIS,

c) Pembagian dala daerah-daerah otonom menurut sistem demokrasi diatur di dalam

konstitusi negara lain,

d) RIS berkewajiban untuk memerhatikan sedapat-dapatnya kedudukan khusu dari

daerah-daerah swapraja sepanjang RIS mempunyai campur tangan dalam hal itu,

e) RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden. Presiden ini akan menjadi Kepala

Pemerintah yang konstitusional. Mentri-Mentri akan bertanggungjawab kepada

Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden dan Mentri-Mnetri merupakan pemerintah

federal. Presiden akan dipilih oleh negara-negara dan daerah bagian (Republik dan

BFO) menurut aturan yang akan dibicarakan lebih lanjut di Jakarta,

f) Tujuan susunan dan pembagian pekerjaan dalam Dewan Mentri,

g) Pembentukan dua badan perwakilan rakyat dan perwakilan negara atau senat,

h) Perwakilan minoritas dalam Dewan Perwakilan Rakyat dan,

i) Dewan Perwakilan Rakyat Sementara tidak dapat dibubarkan sebelum terbentuknya

Konstituante.

Konferensi Antar Indonesia tahap dua dilangsungkan di Jakarta tanggal 30 Juli.

Delegasi Republik di pimpin oleh wakil presiden Hatta. Pada pembukaan ditandaskan

oleh wakil presiden Hatta bahwa akhirnya Indonesia hanya akan dapat

memertahankan diri atas demokrasi yang didukung oleh rasa tanggung jawab seluruh

bangsa Indonesia. Konferensi tahap dua meneliti kembali dasar-dasar yang telah

dicapai dalam konferensi tahap pertama dan merumuskan secara terperinci.

Pembicaraan meliputi : 1) ketatanegaraan, 2) keuangan dan perekonomian, 3)

keamanan, 4) kebudayaan, 5) pengajaran dan pendidikan, dan 6) agama. 7

Pembicaraan dalam konferensi ini sepenuhnya berkaitan dengan rencana

pembentukan RIS terutama tentang susunan dan hak pemerintah RIS dan hak negara-negara

bagian. Dalam konferensi juga dibicarakan tentang bentuk kerjasama antara pemerintah RIS

7 Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional (Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan). (Yogyakarta:Lkis Pelangi Aksara), hlm 238-239.

Page 8: Kel 10 Revolusi

dengan Belanda dalam bentuk Uni Indonesia Belanda, serta kewajiban Indonesia dan

Belanda sebelum penyerahan kedaulatan.

Konferensi berhasil mengambil keputusan dalam bidang politik dan pertahanan

antara lain :

1. BFO mengakui bahwa NIS akan menerima kedaulatan dari Belanda dan RI dengan nama

RIS berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat)

2. Dibentuk Komite Persiapan Nasional yang terdiri dari wakil-wakil RI dan BFO untuk

mengkoordinasikan seluruh persiapan dan kegiatan yang diusahakan sebelum dan

sesudah KMB sebagai lembaga Pusat untuk menjamin hubungan antara RI dan BFO.

3. Angkatan Perang RIS (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional, negara-negara bagian

tidak akan memiliki tentara sendiri. Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan

Perang RIS

4. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam

KNIL, VB dan kestauan-kesatuan tentara Belanda lainnya dengan syarat-syarat yang akan

ditentukan lebih lanjut,

5. BFO sepenuhnya mendukung tuntutan RI supaya penyerahan kedaulatan menjadi

kenyataan tanpa ikatan politik maupun ekonomi.

6. RI setuju bahwa Konstitusi NIS akan disusun dalam KMB di Den Haag dan BFO akan

memperoleh kedudukan kuat. BFO akan memperoleh duapertiga perwakilan di DPR.

Selain itu RIS akan mempunyai senat dengan anggota 30 orang wakil BFO dan 2 orang

wakil RI.

7. RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu oleh menteri yang bertanggung-jawab

kepada presiden. Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta akan menjadi presiden dan wakil

presiden RIS

Hal-hal lain yang menjadi keputusan Konferensi Inter Indonesia adalah :

1. Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Nasional Negara RIS

2. Bendera Merah Putih sebagai bendera RIS

3. Lagu kebangsaan RIS adalah Indonesia Raya

4. Bahasa Nasional RIS yaitu Bahasa Indonesia

C. KMB

Berdasarkan persetujuan Roem Royen maka Indonesia dan Belanda melanjutkan

penyelesaian persengketaannya dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Konferensi ini

Page 9: Kel 10 Revolusi

berlangsung 23 Agustus – 2 Nopember 1949 (sekitar 70 hari).Untuk menghadapi

perundingan ini maka pihak RI dan BFO membentuk delegasi serta mempersiapkannya

secara matang. Hal ini untuk memenangkan diplomasi menghadapi Belanda serta agar

kekalahan dalam diplomasi tidak akan terulang seperti pada masa PM. Amir Syarifudin.

KMB dihadiri tiga pihak yaitu RI, BFO, dan Kerajaan Belanda, sedangkan UNCI bertindak

sebagai mediator (penengah).

Susunan delegasi RI dalam KMB adalah :

Ketua Drs. Moh. Hatta

Anggota Mr. Muh. Yamin, Prof. Mr. Supomo, Ir. Juanda, Dr. J. Leimena,

Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Sukiman, Mr. Suyono, Hadinoto, Dr.

Sumitro Joyohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo,

Kolonel TB. Simatupang.

Staf Ahli Dr. Mr. Kusumah Atmaja, Prof. Dr. Sunaryo Kolopaking, Prof.

Mr. Muhamad Yamin, Hamid Al Qodri, Mr. Tan Po Gwan, Mr.

Noto Susanto (sekretaris), Surasno, Margono Joyohadikusumo,

Mr. Sutikno Slamet, Muh. Sudiono

Penasihat: Sampeyan Dalem Susuhunan Paku Buwono XII, Sampeyan

Dalem KGPAA Mangkunegoro VIII, Dr. Sim Kiay, Sewaka, Ir.

Suwarto, Dr. Darmasetiawan, Mr. Nazir Sutan Pamuncak, Mr.

Oey Tjie, Mr. Asmaun (sekretaris), Teuku Dawudsyah, A.

Hakim, Dr. Sutan Muhammad Rasyid, Dr. Isa

Sekretaris Mr. Sumardi Mangunkusumo, M.J. Latematen dan 7 orang

anggota

Delegasi BFO terdiri dari :

Ketua: Sultan Hamid Algadrie II (Tanjungpura-Kalbar)

Wakil Ketua Anak Agung Gde Agung (Negara Indonesia Timur)

Setiap negara bagian mempunyai rombongan delegasi dibawah seorang ketua delegasi yaitu

:

1. Banjar dengan ketua M. Hanafiah

2. Bangka dengan ketua Saleh Akhmad

3. Biliton (Belitung) dengan ketua K.A.M. Yusuf

4. Jawa Tengah dengan ketua Dr. R.V. Sujito

Page 10: Kel 10 Revolusi

5. Dayak Besar dengan ketua Muhran bin H. Muh. Ali

6. Jawa Timur dengan ketua Dr. R.A. Ateng Kartamaharja

7. NIT dengan Ketua Anak Agung Gde Agung

8. Kalimantan Barat dengan ketua J. Bastian

9. Kalimantan Tenggara dengan ketua M. Yamani

10. Kalimantan Timur dengan ketua Aji Pangeran Sosronegoro

11. Madura dengan ketua R.A. Cakraningrat

12. Pasundan dengan ketua Mr. R.T. Jumhana Wira Atmaja

13. Riau dengan ketua Muhtar Husain

14. Sumatera Selatan dengan ketua Abdul Malik

15. Sumatera Timur dengan ketua Raja Kaliansyah Sinaga

Sedangkan delegasi Belanda dalam KMB adalah :

Ketua Mr. J.H. Van Marseven

Wakil Ketua Mr. D.U. Stikker

Dr. J.H. Van Royen

Anggota Mr. N.S. Bloem, Dr. H.R. Van Houten, Dr. P.J.A. Idenburg,

Prof. Dr. R.D. Kollewyn, Mr. J.H. De Pront, Prof. Mr. W.H.

Vegting

Staf Ahli J.A. Van Beuge, Mr. C.W. Baron Van Helsdingen, Mr. J.M.

Kan, Mr. L.P.M. Loeft, Mr. J.M. Van Nisoen, Dr. A.M. Stuyt,

Mr. Rigphagen, Mr. Rookmaker, Mr. Samkalden, Mr. Vigeveno,

Mr. Wijnmalen, Mr. G.J. Balkkeinstin

UNCI Thomas K. Ckrichly, Reymends Hertemons, H. Merce Chochran

dan J.A. Romanos

Konferensi dibuka secara resmi pada tanggal 23 Agustus 1949 oleh PM Belanda Dr.

Willem Drees dengan sekretaris umum Dr. M.J. Prinsen. Sidang-sidang dalam pelaksanaan

KMB menggunakan empat bahasa yaitu Belanda, Indonesia, Inggris dan Perancis.

Rapat pertama berlangsung tanggal 24 Agustus 1949 dihadiri oleh ketua dan wakil

ketua masing-masing delegasi disertai anggota UNCI. Rapat yang dipimpin Mr. Van

Maarseven ini membicarakan agenda sidang dan kepanitiaan tingkat pusat. Dalam

kepanitiaan tingkat pusat masing-masing delegasi menunjuk anggota-anggotanya sebagai

perwakilan. Anggota panitia pusat masing-masing adalah :

Page 11: Kel 10 Revolusi

Indonesia Drs. Muh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Dr. J. Leimena dan Mr. A.K.

Pringgodigdo sebagai sekretaris

BFO Sultan Hamid II, Anak Agung Gde Agung, Dr. Suparno dan Mr. A.J.

Vleen sebagai sekretaris

Belanda Mr. Van Maarseven, Dr. J.H. Van Royen, dan Mr. E.E.J. Van Der Volk

sebagai sekretaris

Dalam pembicaaan-pembicaraan selanjutnya, dibentuklah lima panitia khusus yaitu :

1. Panitia Urusan Ketatanegaraan dan Hukum Tatanegara

2. Panitia Urusan Keuangan dan Ekonomi

3. Panitia Urusan Kemiliteran

4. Panitia Urusan Kebudayaan

5. Panitia Urusan Kesusilaan

Pada tanggal 29 Oktober 1949 di Kurhaus Schseveningen, RI dan BFO sepakat

menandatangani Konstitusi RIS yang terdiri dari 197 pasal. Tokoh-tokoh yang

menandatangani Konstitusi RIS adalah :

a. Ketua delegasi RI yaitu Drs. Muh. Hatta

b. Perwakilan BFO yaitu Sultan Hamid II (Ketua, Kalbar) Anak Agung Gde Agung

(wakil ketua I, NIT), Dr. Suparno (wakil ketua II, Madura), A.A. Rifai (Banjar), Saleh

Akhmad (Bangka), KA. Muh. Yusuf (Belitung), Muhran bin H. Muh. Ali (Dayak

Besar), Dr. R. Sujito dan R. Tg. Juwito (Jawa Tengah), M. Yamani (Kalimantan

Tenggara), A. P. Sosronegoro (Kalimantan Timur), Mr. J. Jumhana Wira Atmaja

(Pasundan), Raja Muhammad (Riau), Abdul Malik (Sumatera Selatan), Raja Kaliansyah

Sinaga (NST).

Hatta mendominasi pihak Indonesia selama berlangsungnya perundingan-perundingan

dan semua peserta mengaguminya. Satu Uni yang longgar antara negeri Belanda dan RIS

disepakati dengan ratu Belanda sebagai pimpinan simbolis. Soekarno akan menjadi Presiden

RIS dan Hatta sebagai perdana mentri (1949-1950) perangkap wakil presiden. Berbagai

jaminan diberikan kepada investasi-inverstasi Belanda di Indonesia dan disepakiti bahwa

akan diadakan konsultasi-konsultasi mengenai beberapa masalah keuangan. Banyak orang

Indonesia yang menganggap rencana-rencana tersebut sebagai pembatasan-pembatasan yang

tidak adil terhadap kedaulatan mereka. Pihak Indonesia harus memberikan konsensi-konsensi

pula dalam dua masalah yang paling sulit. Belanda tetap mempertahankan kedaulatan tas

Irian jaya sampai ada perundingna-perundingan lebih lanjut mengenai status eilayah itu.

Page 12: Kel 10 Revolusi

Sedangkan RIS memikul tanggungjawan atas hutang Hindia-Belanda, suatu jumlah yang

setelah terjadi banyak tawar-menawar ditetapkan sebesar 4,3 milyar Gulden. Sebagian besar

dari jumlah ini merupakan biaya yang dipakai oleh pihak Belanda dalam usahanya

menumpas revolusi.8

Pada tanggal 31 Oktober 1949 delegasi RI dan BFO menerima usul yang bersifat

kompromi dari UNCI tentang status Irian Barat. Semula soal ini sangat pelik dan hampir

buntu dari penyelesaian, akhirnya bersedia menerima usulan UNCI walaupun lebih

merugikan Indonesia. Usulan UNCI adalah masalah Irian Barat (Niew Guineo)

akandiselesaikan setahun setelah tanggal penyerahan kedaulatan antara RIS dengan Kerajaan

Belanda. Setelah masalah Irian disetujui RI dan BFO maka pada 2 Nopember 1949 KMB

ditutup oleh Ratu Juliana.

D. Pengesahan Hasil KMB

Berdasarkan hasil KMB maka daerah-daerah bekas jajahan Hindia Belanda yang

sejak 17 Agustus 1945 diproklamasikan sebagai Republik Indonesia dengan bentuk

kesatuan, sejak 17 Desember 1949 berubah menjadi negara federal dengan nama Republik

Indonesia Serikat. Sedangkan RI hanya merupakan negara bagian dari RIS dengan wilayah

Yogyakarta.

Untuk membicarakan ditolak atau diterimanya KMB, pemerintah memanggil Komite

Nasional Indonesia Pusat untuk mengadakan sidangnya yang keenam di Yogya tanggal 6

sampai tanggal 15 Desember 1949.9 Sidang diadakan di Bangsal Kepatihan Yogyakarta.10 Di

salah satu bagian kraton yang disebut pagelaran. Di sebelah selatan dari pagelaran terdapat

bagian yang lebih tinggi atau lebih atas letaknya. Karenanya dinamakan sitihinggil, tanah

yang tinggi.11

Dalam buku Api Sejarah jilid 2 karangan Akhmad Mansur Suryanegara, hanya

menyebutkan tiga hasil pokok dari keputusan KMB, yaitu :

8Ricklefs, M.C. 1999. Sejarah Indonesia Modern.( Yogyakarta:Gajah Mada Universiti Press), hlm 350 .9Soebagijo I.N. 1981. Sudiro Pejuang Tanpa Henti (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hlm.

219.

10Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: , 1985), hlm. 102.

11Soebagijo I.N. 1981. Sudiro Pejuang Tanpa Henti (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hlm. 219.

Page 13: Kel 10 Revolusi

1 Pada tanggal 27 Desember 1949 akan dilaksanakan penyerahan kedaulatan kepada

Republik Indonesia Serikat.

2 Satu-satunya organisasi kesenjataan RIS adalah APRIS. Dengan intinya PNI. KNIL

dibubarkan dan diterima dalam APRIS. Dibentuk misi militer Belanda yang bertugas

melatih APRIS.

3 Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian.12

Hasil-hasil persetujuan yang tercapai dalam perundingan antara delegasi Indonesia

dan Belanda di Den Haag, walaupun tidak memuaskan sepenuhnya, dan masih banyak

mengandung kekecewaan tertutama mengenai soal Irian dan ekonomi/keuangan tak dapat

dikatakan memenuhi syarat yang penting untuk meneruskan perjuangan rakyat mencapai

cita-citanya, dengan adanya pengakuan kedaulatan de facto dan de jure bukan saja oleh

negeri Belanda, melainkan sekarang nyatanya juga oleh beberapa negara besar dan kecil. 13

Pokok isi persetujuan Konferensi Meja Bundar secara singkat sebagai berikut:

Nederland menyerahkan kedaulatan atas wilayah Hindia-Belanda kepada Republik

Indonesia Serikat ; Republik Indonesia juga menyerahkan kedaulatannya kepada Republik

Indonesia Serikat. Penyelesaikan soal Irian Barat ditangguhkan sampai tahun berikutnya.

Negara Repulik Indonesia Serikat sebagai negara yang berdaulat penuh bekerjasama dengan

Nederland dalam suatau perserikatan yang dikepalai oleh raja Belanda atas dasar sukarela,

kedudukan, dan hak yang sama. Perserikatan meperlakukan kedua mitra itu tanpa prasangka,

masing-masing sebagai negara merdeka yang berdaulat penuh.14

Karakter dari Uni- Indonesia-Belanda yang di terapkan oleh persetujuan konfensi Den

Haag jelas mengecewakan mayoritas opini di negeri Belanda yang lebih menyukai Uni yang

“Katat” atau “Kuat”. Dalam kenyataan, uni ini lebih merupakan suatu lembaga tertulis tanpa

kekuasaan atau unsur yang nyata. Uni ini terutama merupakan suatu persetujuan untuk saling

berunding tentang masalah-masalah keprntingan umum. Meskipun ratu negeri Belanda

diangkat sebgai ketua uni ini, ratu sama sekali tidak punya kekuasaan sebagai ketua dan haya

untuk mewujudkan semnagt kerjasama secara suka rela dan berlangsung lama antara kedua

belah pihak. Semua persyaratan yang panjang untuk kerjasama antara kedua belah pihak

harus dibaca dengan bantuan pasal pertama UUD Uni yang merupakan penjabaran yang

paling jelas danpaling murni dari karakter uni tersebut. Disini tertulis: “ (1) Uni Indonesia-

12Mansur, Ahmad Suryanegara. 2010. Api Sejarah 2. (Bandung:PT. Salamadani Pustaka Semesta), hlm280.13Soenario. Banteng Segitiga dan Indonesia Menggugat (Jakarta: Yayasan Marinda, 1971),

hlm. 67-68.

14Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional Indonesia (Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan.( Yogyakarta:LKiS Pelangi Aksara),hlm 242.

Page 14: Kel 10 Revolusi

belanda mengadakan kerjasama terorganisir antara kerajaaan Belanda dan Republik

Indonesia Serikat berdasarkan kemaunan bebas dan persamaan status dengan hak-hak yang

sama; (2) Uni tidak meremehkan kedudukan masing-masing pihak sebagai negara merdeka

dan berdaulat”.15

Persetujuan KMB menimbulkan pro dan kontra, hal ini sangat lumrah karena satu

persetujuan mesti ada segi-segi kompromi. Presiden Sukarno memberi persetujuan tetapi

menyesalkan mengapa Irian Barat dibiarkan belum masuk, dengan begitu wilayah Negara

Proklamasi masih belum lengkap.16 Walaupun menimbulkan banyak ketidakpuasan, KMB

menurut pemerintah merupakan hasil perjuangan diplomasi maksimal yang dapat dicapai

pada waktu itu. Oleh karena itu agar hasil KMB bisa dilaksanakan maka memerlukan

persetujuan dari wakil-wakil rakyat yang duduk dalam Komite Nasional Indonesia Pusat.

Piagam persetujuan Konferensi Meja Bundar, bagi pihak Indonesia mrpakan batu

loncatan untuk mencapai pengakuan kemrdekaan Indonesia. Pelaksanaan isi piagam setalh

serah terima kedaulatn mengalami berbagai macam kesulitan, yang mengakibatkan kegagalan

dan konfrontasi antara Indonesia dan Nederland.

Sekembalinya ke tanah air, Perdana Mentri Hatta memberikan laporan kepada kabinet

hasil perundingan Konferensi Meja Bundar dalam sidang kabinet tanggal 16 November 1949.

Dengan suara bulat, kabinet menerima hasil perundingan dan menyarankan agar secepatnya

dimintakan pengesahan pelno KNIP. Tanggal 7-15 Desember, KNIP mengadakan sidang

pleno untuk mendengarkan tanggapan para anggotanya terhadap keterangan pemerintah

tentang hasil KMB yang dimintakan pengesahan. Akhirnya, hasil-hasil KMB diterima

dengan suara 226 berbanding 62 dan 31 blangko. Golongan yang tidak setuju adalah

golongan komunis dan partai Murba. Golongan partai sosialis Indonesia memberikan suara

balngko. Di Nederland, piagam persetujuan KMB disahkan pada tanggal 14 Desember

dengan suara 71 berbanding 29 di Dewan Perwakilan Rakyat (kamar kedua) dan 34

berbanding 15 di Dewan Senat (kamar pertama). Terkait pengesahan piagam persetujuan

KMB oleh sidang KNIP diatas, tanggal 16 Desember dilangsungkan pemilihan presiden

untuk Republik Indonesia Serikat di gedung Kepatihan Yogyakarta oleh wakil-wakil 16

negara bagian. Pilihan jatuh kepada Soekarno. Putusan Dewan Pemilih pada sore harinya

disampaikan kepada yang bersangkutan oleh ketua dan wakil ketua panitia persiapan

nasioanal Mr. Moh. Roem dan anak Agung Gde Agung. Pemilihan Soekarno sebagai

15Kahin. 1995. Nasioanlisme dan Revolusi Di Indonesia. (Surakarta: UNS Press), hlm 550.16Soewardi WS. 2000. Wawasan Kebangsaan Indonesia (Semarang: Yayasan Tritunggal,

2000), hlm. 24.

Page 15: Kel 10 Revolusi

presiden Republik Indonesia Serikat terutama atas pertimbangan tentang kepopulerannya

diwilayah Indonesia maupun di daerah lingkungan BFO, terutama sejak pemulihan Republik

Indonesia pada pertengahan tahun 1949. 17

Sidang KNIP dimulai dengan dihadiri oleh 320 orang dari 536 anggota KNIP.

Menjelang dan selama bersidang berlangsung terjadi perubahan, penambahan jumlah anggota

baru untuk mengganti jabatan gubernur, residen dan lain sebagainya. 18 Dalam Penetapan

Presiden No. 19 Tahun 1949 diangkat sebagai anggota KNIP dari Partai Katholik adalah Mr.

A.A. Soehardhi, Ir. I. Supardi, J.M. Siregar, Dr. Suradi, Djaman Hasibuan, Ir. Suwarto,

R.M.J. Santjojo Sasraningrat, J. Dargo, A. Pandiangan, T. Harjadi dan Ny. A.M.

Klandangan. Penetapan Presiden No. 20 Tahun 1949 menetapkan penambahan anggota KNIP

dari Partai Kristen Indonesia yaitu Ir. Putuhena, M. Abednego, R. Sumarto, Drs. F.K.N.

Harahap dan R. Ismail Reksoatmodjo. Penpres No. 21 Tahun 1949 menetapkan wakil

Sumatera Ali Hasmy sebagai anggota KNIP menggantikan Mr. A.M. Amien yang dianggat

sebagai Gubernur Sumatera Utara. Penpres No. 22 Tahun 1949 mengangkat anggota KNIP

dari Partai Syarikat Islam Indonesia yaitu Wachudun Wondoamiseno, Kamrusid,

Damanhuri Djamil, A.S. Mantje, W.A. Rachman, Anwar Tjokroaminoto, Sjahbuddin Latif,

Abikusno Tjokrosujoso, Harsono Tjokroaminoto, Arudji Kartawinata, J. Drijowongso dan

Soedibjo. Sedangkan berdasarkan Penpres No. 23 Tahun 1949 ditetapkan sebagai anggota

KNIP dari Masyumi adalah Ny. Wachidah Sukidjo, Ny. O. Pudjotomo, Kamil, M.

Roesbandi, K.H. Taufikurachman, Saifudin Zuhrie, Mohammad Saleh, Ny. Mahmuda

Mashud dan H. Amien Dasuta. Anggota baru dari PNI adalah Dr. Soembadji, Isnaeni, Ny. B.

Jusupadi, Gatot Mangkupradja, Dr. Tjokro, Sadji Sastro, Ny. Soetraman, Suhud Roespandji

dan Ny. Sudarman Hadikusumo. Sedangkan anggota KNIP baru dari Partai Buruh ditetapkan

berdasarkan Penpres No. 24 Tahun 1949 yaitu Suparna Sastradiredja menggantikan

almarhum Dibjosardjono.

Dalam pidato pembukaan Presiden Sukarno antara lain menyampaikan bahwa apabila

KMB di tolak maka sulit dibayangkan bagaimana nasib Indonesia di kemudian hari.

Sedangkan Drs. Moh. Hatta sebagai perdana menteri sekaligus ketua delegasi Indonesia

dalam KMB memberikan penjelasan tentang kebijakan pemerintah berkaitan dengan

tercapainya persetujuan KMB. Beliau antara lain menegaskan :

17Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional (Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan).(Yogyakarta:LkiS Pelangi Aksara), hlm 244-245.

18Soebagijo I.N. 1981. Sudiro Pejuang Tanpa Henti (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hlm. 221.

Page 16: Kel 10 Revolusi

Bahwa kedaulatan yang kita peroleh itu adalah kedaulatan yang penuh serta lengkap.

Dengan demikian maka Belanda nantinya mengakui kedaulatan kita bangsa Indonesia.

Negara kita nanti mempunyai Undang-Undang Dasar yang pokoknya hampir serupa dengan

Undang-Undang Dasar Republik Indoneia, yakni berdasarkan Pancasila.19

Selain itu PM. Moh. Hatta juga menyampaikan bahwa KMB sangat berbeda dengan

perundingan-perundingan terdahulu seperti Linggarjati dan Renville yang pada hakekatnya

membawa malapetaka. Sementara itu Ketua KNIP Mr. Assaat menyampaikan bahwa BP

KNIP telah mengadakan sidang selebumnya dan mengambil keputusan tentang peraturan-

peraturan sidang istimewa serta tata cara pengambilan keputusan yang sah. Sidang BP KNIP

dihadiri 30 anggota yang menerima secara bulat keputusan itu. Presiden telah menyetujui

serta menandantangani serta telah mengumumkannya menjadi undang-undang. Dalam

keputusan BP KNIP ditentukan bahwa rapat KNIP sah apabila dihadiri oleh setengah dari

jumlah anggota.

Sidang berlangsung dalam suasana tegang. Digambarkan oleh Soebagijo bahwa

mereka mengemukakan pendapatmnya masing-masing dalam mempertahankan alasannya

sendiri-sendiri mengapa mereka pro dan mengapa mereka kontra hasil KMB itu. Tiap

pembicara keluar dengan gayanya sendiri-sendiri, ada yang berapi-api bila berpidato, ada

yang tetap tenang kalem. Pemerintah pun memberikan jawaban atas pandangan-pandangan

yang diberikan para anggota terhormat.20 Ada satu hal yang sempat dipermasalahkan

berkaitan dengan anggota KNIP yang disebut sebagai “in ongenade” artinya tak

terampunkan. Maksudnya adalah anggota PKI yang partainya memberontak terhadap

pemerintah RI di Madiun tahun 1948 tetapi mengikuti sidang dan berbicara dalam sidang

KNIP. Terhadap pertanyaan berkaitan dengan masalah itu yang disampaikan oleh Maruto

Nitimihardjo, Arudji Kartawinata dan Sukarni, Menteri Kehakiman Mr. Susanto Tirtoprodjo

memberi penjelasan :

Bahwa bagi pemerintah tidak ada orang-orang yang dinamakan “in angenade”. Orang-

orang yang ikut dalam suatu perbuatan yang melanggar hukum, mereka tentu mengetahui

sendiri, terhadap mereka yang bersalah pemerintah tentu berhak menuntutnya. Mengenai

19Soebagijo I.N. 1981. Sudiro Pejuang Tanpa Henti (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hlm. 221.

20Soebagijo I.N. 1981. Sudiro Pejuang Tanpa Henti (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hlm. 322.

Page 17: Kel 10 Revolusi

dituntut atau tidaknya mereka yang bersalah, tergantung kepada kepentingan negara,

bersandar atas keamanan umum.21

Setelah beberapa hari bersidang akhirnya keputusan haruslah diambil untuk mensikapi

hasil KMB. Keputusan tidak dapat dilakukan secara aklamasi (bulat), sebab terlalu banyak

perbedaan pendapat di antara anggota KNIP dari berbagai partai, golongan maupun

perwakilan daerah. Oleh karena itu, sebagian besar anggota KNIP menentukan bahwa

pengambilan keputusan akan dilakukan dengan pemungutan suara.

Sebelum diadakan pemungutan suara untuk menentukan keputusan, Asrarudin

(Partai Buruh), Subadio Sastrosatomo (Partai Sosialis Indonesia) dan Drs. Sigit (non partai)

meninggalkan ruang sidang. Mereka diikuti oleh anggota lain, sehingga mencapai 31 orang.

Mereka umumnya tidak setuju dengan hasil-hasil KMB sekaligus tata cara pengambilan

keputusan.

Namun demikian, pemungutan suara akhirnya tetap dilaksanakan dengan membentuk

panitia kecil yang terdiri dari Ketua Arudji Kartawinata (PSII) dengan anggota Motik (non

partai), Burhanudin Harahap (Masyumi), Syafiudin (PNI) dan A.R. Baswedan (golongan

Arab). Pemungutan suara dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Desember 1949 berlangsung

dengan tertib dan aman serta hasilnya dibacakan pukul 11.00 dengan hasil 226 setuju, 62

menolak dan 1 abstain terhadap hasil KMB.22 Oleh KNIP, Pleno di Yogyakarta pada tanggal

15 Desember 1949 hasil-hasil KMB tersebut disetujui dengan suara 226 pro (di antaranya

dari PNI berdasarkan keadaan politik terpaksa dari negara) dan 62 kontra. 23. Perincian dari

suara itu sebagai berikut:

No Nama Partai/Golongan Setuju Tidak

Setuju

1 Partai Sosialis Indonesia - 5

2 Partai Buruh Indonesia 3 11

3 Golongan Tani 13 12

4 Wakil Kalimantan 7 -

21Soebagijo I.N. 1981. Sudiro Pejuang Tanpa Henti (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hlm. 222.

22Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: , 1985), hlm. 75.

23Soenario. Banteng Segitiga dan Indonesia Menggugat (Jakarta: Yayasan Marinda, 1971), hlm. 74.

Page 18: Kel 10 Revolusi

5 Non Partai 32 10

6 Golongan Buruh 8 1

7 Wakil Sumatera 27 9

8 Wakil Sulawesi 7 2

9 Partai Katholik 10 -

10 Wakil Sunda Kecil 5 -

11 Partai Komunis Indonesia - 6

12 Partai Kristen Indonesia 8 -

13 Partai Nasional Indonesia 42 -

14 Masyumi 49 -

15 Golongan Arab 2 -

16 PSII 6 -

17 Golongan Tionghoa 1 1

18 Partai Murba - 4

19 Wakil Maluku 6 1

Jumlah 226 62

Sumber : Berita KNIP No. 13 Siaran Sore, Rabu, 14 Desember 1949 dikeluarkan oleh

Kementerian Penerangan RI, dalam Soebagijo, 1981: 223).

Selanjutnya KNIP mengadakan sidang untuk memilih presiden dan wakil presiden

RIS. Terpilihlah Ir. Sukarno sebagai Presiden RIS dengan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta. 24

Presiden Sukarno yang pada tanggal 17 Desember 1949 dilantik sebagai presiden RI yang

pertama, pada tanggal 28 Desember 1949 pindah dari Yogyakarta ke Jakarta, diikuti oleh

pemerintah seluruhnya.25 Sejak saat itu segala perlengkapan dan aparatur negara RIS

dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.26

24Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 75.

25Soenario. Banteng Segitiga dan Indonesia Menggugat (Jakarta: Yayasan Marinda, 1971), hlm. 74.

26Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Sistem Pemerintahan di Indonesia (Malang: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 75.

Page 19: Kel 10 Revolusi

D. Dampak KMB

Dalam sebuahperundingan atau sebuah persetujuan yang telah ditetapkan oleh kedua

belah pihak terutama dalam hal inidalah Indonesia dan Belanda tentunya ada dampak-

dampak yang disebabkan oleh hasil keputusan yang telah ditetapkan dalam perundingan

tersebut. Dampak ini dapat dirasakan oleh kedua belah pihak baik secara langsung maumpun

tidak, terutama dampak yang dirasakan oleh Indonesia itu sebdiri. Baik dampak positif yang

dirasakan oleh negara Indonesia yang bersifat menguntungkan maupun dampak negatif yang

bersifat merugikan bagi bangsa Indonesia.

Salah satu dampak dari hasil perundingan tersebut yang menguntungkan bagi bangsa

Indonesia dalah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dan lahirlah Republik

Indonesia Serikat (RIS) sebagai akibat persetujuan KMB. Dengan menyerahkan kedaulatan

yang diberikan belanda kepada bangsa Indonesia dan terbentuknya Republik Indonesia

Sementara menunjukan bahwa Belanda mengakui Kedaulatan Indonesia. Sebagai dampak

dari hasil perundingan tersebut menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dimana adanya

negara-negara bagian ini tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus

1945. Karena negara-negara bagian hasil olahan Belanda yang dibuat-buat untuk memecah

belah Indonesia terbukti tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat karena

rakyat pun mengetahui tujuan dan maksud dari pembentukan bentuk negara ini yang tidak

akan membuat Indonesia bersatu. Hal ini yang membuat RIS tidak bertahan lama. Rakyat

setempat dulu membiarkan pembentukan negara semacam itu (RIS) karena takut dengan

tentara Belanda.27

Dampak lain yang dirasakan oleh bangsa Indonesia yang menguntungkan bagi bangsa

Indonesia adalah konflik yang terjadi antara Belanda dengan Bangsa Indonesia dapat diakhiri

dan pembangunan segera dapat dimulai. Dengan berakhirnya konflik yang terjadi antara

Belanda dengan Indonesia dengan leluasa dan tanpa gangguan pihak Belanda melakukan

pembangunan yang bertujuan untuk memakmurkan serta memajukan bangsa Indonesia.

Selain dampak positif yang bersifat menguntungkan bagi bangsa Indonesia,

perundingan tersebut pun menimbulkan dampak negatif yang bersifat merugikan bangsa

Indonesia yaitu Belanda belum mengakuiIrian Barat sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.

Belanda masih menganggap Irian Barat adalah milik mereka , sehingga Bangsa Indonesia

pada masa setelah perundingan KMB berakhir masih berusaha memeprjuangkan Irian Barat

untuk memperoleh pengakuan dari Belanda bahwa Irian Barat merupakan salah satu bagian

dari Bangsa Indonesia.27 Algandri, Hamid. 1991. Suka Duka Masa Revolusi. (Jakarta: UPI), hlm 68.

Page 20: Kel 10 Revolusi