kehalalan obat

4
2. Alkohol (Etanol) Bahan obat lainnya yang mungkin masih dianggap darurat adalah alkohol (etanol) yang biasa dipakai sebagai pelarut pada obat- obatan sirup jenis tertentu. Masalah alkohol ini memang ada perbedaan pendapat di kalangan kaum Muslimin tentang status halal dan haramnya di dalam obat, terutama dalam penggunaan untuk campuran obat-obat sirup. Namun, perlu juga kita ketahui, hasil rapat Komisi Fatwa MUI tahun 2001 menyimpulkan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol minimal 1 % (satu persen). Menurut analisis para pakar, memang minuman beralkohol (etanol) di atas 1% akan berpotensi memabukkan. Hal ini merujuk pada keterangan hadis Rasulullah SAW riwayat Muslim dan Ahmad. Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang meminum air jus buah-buahan yang sudah didiamkan lebih dari 2 (dua) hari karena bisa memabukkan (khamar). Menurut pakar teknologi pangan, memang air jus buah yang didiamkan lebih dari 2 hari di dalam suhu kamar akan menghasilkan alkohol (etanol) dengan kadar sekitar 1 %. Dengan adanya patokan 1 % ini, maka akan mudahlah bagi kita untuk memilih dan menentukan apakah suatu produk obat sirup itu dikatagorikan sebagai minuman keras atau bukan. Pembatasan kadar alkohol ini sangat perlu dan dimaksudkan untuk mencegah, karena prinsip Islam itu adalah mencegah ke arah yang haram. Pada acara muzakarah tentang alkohol dalam minuman yang diselenggrakan MUI pada tahun 1993, dr Kartono Muhammad MPH, selaku ketua umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat itu, mengatakan bahwa fungsi alkohol dalam obat yang diminum sudah dapat digantikan dengan bahan lain sehingga disarankan untuk mencari alternatif pengganti alkohol dengan jenis pelarut lainnya yang lebih aman secara Syariah. Kenyataan yang ada di masyarakat sekarang ini tidak sedikit obat- obatan sirup tertentu yang mengandung kadar alkohol yang lebih dari batas 1 %, baik obat resep dokter maupun obat yang dijual

Upload: shinta-amalia-kartika

Post on 19-Aug-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

agama islam

TRANSCRIPT

2. Alkohol (Etanol)Bahan obat lainnya yang mungkin masih dianggap darurat adalah alkohol (etanol) yang biasa dipakai sebagai pelarut pada obat-obatan sirup jenis tertentu.Masalah alkohol ini memang ada perbedaan pendapat di kalangan kaum Muslimin tentang status halal dan haramnya di dalam obat, terutama dalam penggunaan untuk campuran obat-obat sirup.amun, perlu juga kita ketahui, hasil rapat !omisi "at#a M$% tahun 2&&' menyimpulkan bah#a minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol minimal ' ((satu persen).Menurut analisis para pakar, memang minuman beralkohol (etanol) di atas '( akan berpotensi memabukkan.)al ini merujuk pada keterangan hadis *asulullah +A, ri#ayat Muslim dan Ahmad.-alam hadis tersebut disebutkan bah#a *asulullah +A, melarang meminum air jus buah-buahan yang sudah didiamkan lebih dari 2 (dua) hari karena bisa memabukkan (khamar). Menurut pakar teknologi pangan, memang air jus buah yang didiamkan lebih dari 2 hari di dalamsuhu kamar akan menghasilkan alkohol (etanol) dengan kadar sekitar ' (.-engan adanya patokan ' ( ini, maka akan mudahlah bagi kita untuk memilih dan menentukan apakah suatu produk obat sirup itu dikatagorikan sebagai minuman keras atau bukan..embatasan kadar alkohol ini sangat perlu dan dimaksudkan untuk mencegah, karena prinsip %slam itu adalah mencegah ke arah yang haram..ada acara mu/akarah tentang alkohol dalam minuman yang diselenggrakan M$% pada tahun '001, dr !artono Muhammad M.), selaku ketua umum %katan -okter %ndonesia (%-%) saat itu, mengatakan bah#a 2ungsi alkohol dalam obat yang diminum sudah dapat digantikan dengan bahan lain sehingga disarankan untuk mencari alternati2 pengganti alkohol dengan jenis pelarut lainnya yang lebih aman secara +yariah.!enyataan yang ada di masyarakat sekarang ini tidak sedikit obat-obatan sirup tertentu yang mengandung kadar alkohol yang lebih dari batas ' (, baik obat resep dokter maupun obat yang dijual bebas.Akan tetapi ternyata merk obat sirup yang tanpa alkohol ataupun yang alkoholnya kurang dari '(, jumlahnya jauh lebih banyak dari pada obat sirup yang berkadar alkohol lebih dari '(.3leh karena itu tidak ada lagi alasan darurat untuk menghalalkan obat sirup yang kadaralkoholnya lebih dari ' (, karena masih banyak pilihan obat lainnya baik yang berbentuk sirup maupun pil atau serbuk puyer yang memang tanpa alkohol.Bila alkohol atau etanol ini berada pada campuran obat-obatan antiseptik untuk pemakaian pada tubuh bagian luar atau permukaan kulit, dan bukan untuk diminum, tentunya masih bisa dimaklumi.Meskipun larutan antiseptik kulit umumnya berkadar alkohol 4& (, hal ini tidak perlu untuk dipermasalahkan, karena obat luar ini tidak untuk diminum.Bila melihat dalilnya di dalam Al5uran maupun hadis bah#a khamar (minuman keras) itu hanyalah haram untuk diminum.6etapi, bila minuman keras ini hanya disentuh atau dioleskan ke permukaan kulit maka tidak akan menjadikannya haram.Mungkin untuk masalah ini masih terdapat perbedaan pendapat di antara kaum muslimin.3leh karena itu #alaupun larutan antiseptik ini kadar alkoholnya hingga 4& (dan sangat berpotensi memabukkan atau bahkan bisa mematikan bila diminum, tapi tidaklah terlarang untukdioleskan ke kulit yang luka. 7atuhnya hukum haram itu apabila larutan memabukkan ini diminum, dan bukannya dioleskan ke kulit.-engan demikian, penggunaan alkohol yang berkadar lebih dari ' ( untuk penggunaan antiseptik di permukaan kulit yang terin2eksi atau luka, masih bisa diterima oleh dalil +yariah.8antas bagaimanakah hukumnya meminum minuman keras (khamar) untuk tujuan pengobatan menurut pandangan para 2u5oha9-i dalam kitab "ikih +unnah +ayyid +abi5 dikatakan bah#a dahulu pada /aman jahiliyah, ada orang-orang yang biasa meminum arak dengan dalih untuk pengobatan.amun setelah datang ajaran %slam yang diba#a *asulullah +a#, mereka dilarang menggunakannya dan sekaligus diharamkan meminumnya meskipun untuk tujuan pengobatan.%mam Ahmad,Muslim, Abu -aud dan At-6irmid/i meri#ayatkan dari 6hari5 bin +uaid Al 7u:2ie, bah#asanya +uaid menanyakan kepada *asulullah +A, mengenai khamar, lalu *asulullah +A, melarangnya.!emudian ia menjelaskan kepada *asulullah bah#a minuman keras ini dibuatnya untuk pengobatan, lalu beliau bersabda ; ::+esungguhnya khamar itu bukan obat, tapi justru penyakit.::-an diantara dalil yang memperjelas hal ini, ketika Allah mengharamkan bangkai, darah, daging babi dsb, -ia tidak menghalalkannya kecuali untuk orang yang terpaksa (mudltor) dengan syarat tidak berlebihan dan tidak dalam keadaan maksiyat, sebagaimana disebutkan dalam ayat Al Maidah ayat 1; (( Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,sesungguhnya Allah Maha .engampun lagi Maha .enyayang.))Dan kita ketahui bahwa berobat tidaklah termasuk kategori terpaksa, sehingga tidak boleh berobat dengannya.6erdapat dua kelompok hadits yang nampak bertentangan (ta$kl dan >$raynah berobat dengan meminum air kencing unta ()* Muslim) (8ihat %mam al-,ahidi, Asbabun u/ul, hamisy ?catatan pinggir@ kitab 6a2sir #a Bayan !alimat Al-AurBan, karya +yaikh )asanain M. Makhlu2, hlm 'CD). )adits ini membolehkan berobat dengan najis, sebab air kencing unta itu najis.-alam hadits lain dari Anas r.a, *asulullah sa#. memberi keringanan (rukhsah) kepada Eubair bin Al->A##am dan Abdurrahman bin Au2 untuk memakai kain sutera karena menderita penyakit gatal-gatal. ()* Bukhari dan Muslim) (8ihat %mam a#a#i, 6erjemah *iyadhus +halihin, %FC21). )adits ini membolehkan berobat dengan benda yang haram (diman2aatkan), sebab sutera haram dipakai oleh laki-laki, sebagaimana diri#ayatkan dalam hadits lain dalam ri#ayat Bukhari, Muslim, Abu -a#ud, dan at-6irmid/i.-i sinilah lalu +yaikh 6a5iyuddin an-abhani mengkompromikan (men-jama