menakar kehalalan industri pangan domestik untuk penguatan ekonomi indonesia: peluang dan tantangan

18
Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia: Peluang dan Tantangan 1 Oleh: Khairunnisa Musari 2 1. LATAR BELAKANG 1.1. Industri Halal Dunia Ketika krisis keuangan global melanda dunia, salah satu pemikiran yang mengemuka di kalangan para ekonom adalah apakah penerapan sistem ekonomi Islam merupakan solusi bagi masalah ini dan apakah ekonomi Islam akan menjadi paradigma baru yang menggantikan sistem ekonomi kapitalis. Bagi sejumlah ekonom, krisis global yang tengah terjadi saat ini merupakan pembuktian lemahnya sistem ekonomi kapitalis sekaligus menjadi momentum kebangkitan ekonomi Islam. Fenomena ini jika dikaji dengan pendekatan konsep new institutional economics (NIE), maka pandangan tersebut mendekati kebenaran. 3 Seperti halnya industri keuangan dan perbankan Islam, perkembangan industri pangan halal di dunia juga kian menggeliat. Mengacu pada konsep NIE, maka keberadaan industri pangan halal semakin menguatkan keberadaan sistem ekonomi Islam sebagai paradigma baru. Kesadaran umat muslim, yang diikuti pula dengan masyarakat nonmuslim yang cenderung memilih produk pangan halal, maka secara budaya, institusi, organisasi, dan pasar sebagai kriteria atau syarat NIE semakin mengukuhkan keberadaan ekonomi Islam. Budaya adalah cara berpikir, perasaan, kecenderungan, dan perilaku individu atau kelompok masyarakat. Budaya antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan, kondisi sosial politik, dan komunikasi. Institusi adalah keberadaan peraturan atau regulasi, dukungan pemerintah, dan sistem peradilan. Elemen ini mencakup ada tidaknya institusi publik di tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Organisasi adalah suatu alat yang diciptakan individu/sekelompok masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Pasar adalah keberadaan tempat/media untuk melakukan transaksi, termasuk unsur-unsur penunjangnya seperti teknologi, infrastruktur, dan instrumen pasar. Dalam konteks ini, industri pangan halal sebagai subsistem dari ekonomi Islam semakin berkembang dan melengkapi keholistikan dari sistem ekonomi Islam. 1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Nasional ‚Kehalalan Pangan Menuju Indonesia Sejahtera‛ yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Kosinus Teta Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP UJ), tanggal 6 Oktober 2013, sebagai rangkaian kegiatan dari Musyawarah Besar Nasional Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan & Gizi (IMMPPG). 2 Peneliti Tamkin Institute; Peneliti Divisi Syari’ah Risk Management International (RMI). 3 Dikutip dari artikel New Institutional Economics? yang ditulis bersama Rifki Ismal, Mahasiswa S3 Islamic Banking and Finance, Durham University, UK, (saat ini menjadi Peneliti Senior Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia) dan sudah dimuat di Harian Republika, 24 Januari 2009.

Upload: khairunnisa-musari

Post on 27-Oct-2015

124 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah ini disampaikan dalam Seminar Nasional “Kehalalan Pangan Menuju Indonesia Sejahtera” yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Kosinus Teta Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP UJ), tanggal 6 Oktober 2013, sebagai rangkaian kegiatan dari Musyawarah Besar Nasional Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan & Gizi (IMMPPG).

TRANSCRIPT

Page 1: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik

untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:

Peluang dan Tantangan1

Oleh: Khairunnisa Musari2

1. LATAR BELAKANG

1.1. Industri Halal Dunia

Ketika krisis keuangan global melanda dunia, salah satu pemikiran yang mengemuka

di kalangan para ekonom adalah apakah penerapan sistem ekonomi Islam merupakan

solusi bagi masalah ini dan apakah ekonomi Islam akan menjadi paradigma baru yang

menggantikan sistem ekonomi kapitalis. Bagi sejumlah ekonom, krisis global yang tengah

terjadi saat ini merupakan pembuktian lemahnya sistem ekonomi kapitalis sekaligus

menjadi momentum kebangkitan ekonomi Islam. Fenomena ini jika dikaji dengan

pendekatan konsep new institutional economics (NIE), maka pandangan tersebut mendekati

kebenaran.3

Seperti halnya industri keuangan dan perbankan Islam, perkembangan industri

pangan halal di dunia juga kian menggeliat. Mengacu pada konsep NIE, maka keberadaan

industri pangan halal semakin menguatkan keberadaan sistem ekonomi Islam sebagai

paradigma baru. Kesadaran umat muslim, yang diikuti pula dengan masyarakat nonmuslim

yang cenderung memilih produk pangan halal, maka secara budaya, institusi, organisasi,

dan pasar sebagai kriteria atau syarat NIE semakin mengukuhkan keberadaan ekonomi

Islam. Budaya adalah cara berpikir, perasaan, kecenderungan, dan perilaku individu atau

kelompok masyarakat. Budaya antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan, kondisi sosial

politik, dan komunikasi. Institusi adalah keberadaan peraturan atau regulasi, dukungan

pemerintah, dan sistem peradilan. Elemen ini mencakup ada tidaknya institusi publik di

tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Organisasi adalah suatu alat yang diciptakan

individu/sekelompok masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Pasar adalah keberadaan

tempat/media untuk melakukan transaksi, termasuk unsur-unsur penunjangnya seperti

teknologi, infrastruktur, dan instrumen pasar. Dalam konteks ini, industri pangan halal

sebagai subsistem dari ekonomi Islam semakin berkembang dan melengkapi keholistikan

dari sistem ekonomi Islam.

1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Nasional ‚Kehalalan Pangan Menuju Indonesia

Sejahtera‛ yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Kosinus

Teta Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP UJ), tanggal 6 Oktober 2013, sebagai

rangkaian kegiatan dari Musyawarah Besar Nasional Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan & Gizi

(IMMPPG).

2 Peneliti Tamkin Institute; Peneliti Divisi Syari’ah Risk Management International (RMI).

3 Dikutip dari artikel New Institutional Economics? yang ditulis bersama Rifki Ismal, Mahasiswa

S3 Islamic Banking and Finance, Durham University, UK, (saat ini menjadi Peneliti Senior Direktorat

Perbankan Syariah Bank Indonesia) dan sudah dimuat di Harian Republika, 24 Januari 2009.

Page 2: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

2

2

Lebih jauh, dunia Islam sesungguhnya memiliki potensi menjadi kekuatan

penyeimbang dalam percaturan ekonomi internasional. Negara-negara Islam yang

populasinya 1/5 jumlah penduduk dunia memiliki peran strategis dalam kancah

perekonomian dunia. Sayang, potensi ini belum dapat dioptimalkan karena kebanyakan

negara Islam belum berdaya. Kebanyakan negara-negara Islam4 saat ini belum mampu

menyamai kemajuan negara-negara nonmuslim, baik dalam hal politik, sosial, teknologi,

termasuk ekonomi.

Al-Maghluts (2008) memaparkan bahwa jumlah total luas area negara Islam di dunia

sekitar 21.688.509 km2. Adapun jumlah penduduk dari seluruh negara Islam di dunia sekitar

1.195,641 juta jiwa.5 Gambar 1 menunjukkan persentase luas wilayah negara-negara Islam di

setiap benua di dunia. Negara Islam banyak menyebar di benua Asia dan Afrika. Hanya

sedikit yang berada di benua Eropa. Sedangkan di benua lainnya tidak terdapat negara

Islam.

Sekitar 90 persen lebih perdagangan dunia saat ini dikuasai oleh negara-negara

nonmuslim. Artinya, negeri-negeri muslim hanya menguasai tidak sampai 10 persen

perdagangan dunia. Padahal dengan jumlah penduduk muslim dunia yang lebih dari 20

persen dari penduduk dunia atau sekitar 1,57 miliar orang, paling tidak negara-negara

Islam bisa menguasai 20 persen perdagangan dunia. Bahkan, mungkin lebih dari itu

mengingat hampir 70 persen sumber-sumber alam terdapat di negara-negara Islam. Di

Indonesia, peran dan kiprah umat Islam dalam perdagangan juga masih sangat kecil.

Diperkirakan umat Islam Indonesia yang berjumlah 89 persen hanya menguasai sektor

perdagangan sekitar 20-30 persen.

4 Adapun yang dimaksud negara Islam dalam konteks di sini adalah negara-negara yang

mayoritas penduduknya beragama Islam. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampai saat ini ada

sekitar 57 negara muslim di dunia. Dari negara-negara muslim tersebut, hanya ada 5 negara yang

secara formal menyatakan sebagai negara Islam. Yaitu, Republik Islam Afghanistan, Republik Islam

Iran, Republik Islam Mauritania, Republik Islam Pakistan, Republik Islam Federal Comoros

(Jusmaliani (Ed.) (2008).

5 Jumlah penduduk muslim di seluruh dunia tahun 2013 ini diperkirakan sudah mencapai 1,57

miliar jiwa.

GAMBAR 1

PERSENTASE LUAS WILAYAH NEGARA ISLAM Sumber: Al-Maghluts (2008)

Page 3: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

3

3

Lebih jauh, keberadaan masyarakat muslim yang bepergian dan menyebar ke

berbagai belahan dunia turut berkontribusi dalam penyebaran sistem ekonomi Islam,

termasuk salah satunya penyebaran pada subsistem industri pangan halal. Sebuah

perusahaan Amerika Serikat (AS), Crescentrating, melaporkan hasil risetnya bahwa

keberadaan wisatawan muslim turut membantu perkembangan industri halal dunia.

Permintaan wisatawan muslim akan produk halal, seperti: restoran, farmasi, kosmetik,

busana, dan lainnya, demikian tinggi. Riset yang melibatkan 47 negara ini mencatat selama

musim liburan 2011, wisatawan muslim membelanjakan uangnya sebesar USD 162 miliar.

Tahun 2020, diperkirakan jumlah uang yang dibelanjakan mencapai USD 192 miliar.

Laporan Economist Intelligence Unit 2012 menyebutkan wisatawan asal Teluk seperti Bahrain,

Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menyumbang 37 persen dari

wisatawan muslim pada tahun 2011. Padahal, negara-negara tersebut hanya mewakili

sekitar tiga persen dari populasi muslim global.

Tak hanya negara Islam, wisatawan muslim juga banyak mengunjungi negara-

negara nonmuslim sehingga negara-negara tersebut berupaya untuk dapat mengakomodir

kebutuhan wisatawan muslim. Tidak bisa dipungkiri, industri halal kini menjadi industri

yang semakin mendapat perhatian dan mempunyai potensi pasar yang tinggi, tidak hanya

pada negara muslim, tetapi juga pada negara-negara nonmuslim.

Secara keseluruhan, dapat disarikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan industri halal dunia adalah: (1) Jumlah penduduk muslim dunia yang terus

meningkat; (2) Jumlah belanja masyarakat muslim terhadap produk halal, terutama yang

berasal dari negara petrodollar; (3) Kesadaran yang semakin tinggi bagi masyarakat muslim

untuk menggunakan produk yang dijamin kehalalannya; (4) Meningkatkan pendapatan

masyarakat/negara; (5) Semakin menggeliatnya industri keuangan dan perbankan Islam

dunia.

1.2. Industri Pangan Halal

Industri pangan halal internasional memang kini berada pada perkembangan yang

kian menggembirakan. Kesadaran konsumen untuk menyeleksi makanan semakin tinggi.

Saat ini, pangsa pasar produk halal global diperkirakan hampir mencapai USD 800 miliar

per tahun dan menjadi potensi yang besar bagi para produsen produk halal di seluruh

dunia untuk memenuhi 1,5 miliar penduduk muslim dunia. Negara muslim menjadi target

segmen pasar yang efektif untuk dibidik, terutama yang berada di wilayah Asia yang saat

ini memiliki penduduk muslim terbesar. Namun, tahun 2050, diperkirakan benua Eropa

yang akan memiliki penduduk muslim terbesar di dunia.

Di Indonesia, pada 24 Juni 2011 lalu, telah dideklarasikan Indonesia sebagai Pusat

Halal Dunia. Deklarasi ini sejalan dengan berbagai langkah yang telah dilakukan Lembaga

Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI),

antara lain dengan mendesain dan menyusun Sistem Sertifikasi Halal (SH) dan Sistem

Jaminan Halal (SJH) yang telah diadopsi lembaga-lembaga sertifikasi halal luar negeri.

LPPOM MUI adalah pelopor dalam SH dan SJH secara internasional.

Page 4: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

4

4

Inggris

Di Inggris, ketersediaan produk daging halal mencapai 15 persen dari seluruh daging

yang dijual dan dipasok untuk penduduk muslim yang hanya sebanyak 4 persen dari total

populasi penduduk. Menariknya, sisanya, ternyata juga ikut dikonsumsi oleh penduduk

nonmuslim. Ketertarikan masyarakat nonmuslim mengkonsumsi daging berlabel halal

didorong oleh faktor kualitas daging yang dinilai kaya rasa, lebih lembut, dan diyakini lebih

aman dan lebih higienis.

Inggris juga tengah membangun Super Halal Industrial Park (SHIP) di wilayah South

Wales yang akan menjadi pusat produk halal di kawasan Eropa. Pusat industri ini

diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan pasar Eropa akan produk-produk

halal sebesar USD 6,27 miliar dolar AS setiap tahun. Setiap tahun, perputaran sektor produk

halal di Inggris mencapai 2 hingga 4 miliar poundsterling. Selama ini, seluruh produk

tersebut berasal dari impor. Kompleks perindustrian ini akan dilengkapi dengan berbagai

fasilitas, seperti gudang penyimpanan, fasilitas pengemasan produk, pemilihan dan

pengolahan daging, serta fasilitas riset dan pengembangan. Pembangunan ini tidak lepas

dari bisnis produk halal yang makin berkembang dan menguntungkan, mengingat di

kawasan Eropa saat ini belum berdiri pusat industri halal semacam SHIP. Padahalm benua

ini menjadi tempat tinggal bagi jutaan muslim dan 2050 diprediksi akan menjadi benua

dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Salah satu lembaga yang akan diajak kerja sama adalah Penang International Halal

Hub (PIHH), sebuah lembaga yang dibentuk Malaysia untuk mempromosikan produk-

produk halal. Keberadaan SHIP akan menjadikan Inggris sebagai pusat produk halal di

kawasan Eropa dengan peluang pasar sebanyak 2,5 miliar penduduk dunia yang

mengonsumsi produk halal. Di Eropa, transaksi produk halal di Eropa diperkirakan

mencapai USD 66 miliar yang meliputi produk makanan segar, produk dalam kemasan, dan

produk daging. Sedangkan total nilai transaksi produk halal di seluruh dunia diperkirakan

mencapai USD 634 miliar.

Tidak bisa dipungkiri, perkembangan industri pangan halal di Inggris tidak lepas dari

geliat industri keuangan dan perbankan Islam di sana. Inggris telah menyatakan

keinginannya untuk menjadi pusat keuangan dan perbankan Islam di Eropa dan dunia.

Terdapat empat bank Islam dan 21 bank konvensional yang menawarkan produk bank

berbasis syari’ah di sana.

Amerika Serikat6

6 Seorang kenalan yang bekerja sebagai Dosen di Universitas Bengkulu yang saat ini

melanjutkan studi di Michigan Technological University bertutur: ‚Ketersediaan pangan halal di United

States (US) cukup baik, terutama di kota-kota besar. Banyak restoran dan groceries yang menyediakan

produk halal, istilah di sini zabihah. Tapi khusus untuk di kota Houghton di Michigan tempat saya

tinggal, mengingat moslem residents-nya tidak banyak, kurang lebih 100 orang, jadi sulit mencari

produk halal, kecuali ada satu grocery (Econofood) yang menyediakan halal meat (chicken dan beef).

Untuk event tertentu, seperti hari raya, biasanya members of the Muslim Students Association (MSA)

patungan membeli kambing sehingga bisa mendapatkan halal meat. Setahu saya, teman-teman muslim

di US sangat concern dengan halal products dan mereka memang mengutamakannya. Bila tidak ada

produk halal di satu kota, sekarang bisa order by online. Jadi di sini sangat mudah utk

mendapatkannya. Respon non muslim di sini terhadap produk halal sangat baik. So far, yang saya

Page 5: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

5

5

Menurut Islamic Food and Nutrition Council of America (IFANCA), konsumen di

Amerika Serikat menghabiskan lebih dari USD 15 miliar pada tahun 2011 untuk membeli

produk halal. Industri halal diperkirakan akan terus tumbuh dan bernilai lebih dari USD 20

miliar pada tahun 2015 mendatang. Peningkatan ini tidak lepas dari semakin banyaknya

jumlah penduduk muslim dan permintaan akan daging halal oleh penduduk non-muslim.

Di Chicago, 14 September 2013 lalu adalah yang pertama kalinya digelar Halal Food

Festivals. Melalui anak perusahaan LiveCheaper Inc., festival ini dimaksudkan untuk

memperluas bisnis makanan halal, termasuk mempertemukan konsumen dan produsen

secara langsung. Pengunjung memperoleh tiket gratis secara online di halaman situs

www.halalfestivals.com atau membeli di tempat acara dengan biaya USD 5.

Di California, Agustus lalu, warga muslim di kawasan Bay Area menggelar festival

halal pertama di kawasan tersebut. Fastival ini tidak hanya menjadi destinasi wisata kuliner

halal, namun juga menjadi ajang silaturahim para muslim di Bay Area. Di kawasan ini

diperkirakan terdapat 300.000 warga muslim. Karenanya, pemilihan Bay Area sebagai lokasi

diselenggarakannya festival halal ini dianggap tepat. Festival serupa juga pernah

diselenggarakan sebelumnya di New Jersey, Los Angeles, dan Toronto.

Jepang

Di Kansai International Airport, sebuah restoran bernama Za Udon baru saja

memperoleh sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Malaysian Halal Consultation & Training

atas menu-menu udon7 yang disajikan. Sertifikasi ini diproses oleh Kansai In-flight Catering

Co. yang juga merupakan bagian dari jaringan restoran bernama Royal Holdings Co. Adanya

restoran Jepang yang halal menjadi jawaban atas permintaan para wisatawan di Jepang.

Kebanyakan pelancong dari negara-negara Islam ke Osaka mengeluhkan jika belum ada

restoran halal di Kansai International Airport. Apalagi menu udon jadi salah satu hidangan

khas Jepang yang banyak diburu wisatawan.

Selain Kansai International Airport yang telah menyediakan menu makanan halal,

meningkatnya jumlah mahasiswa muslim dari luar negeri yang belajar ke Jepang juga

mendorong sejumlah kantin di beberapa universitas mulai mengakomodir kebutuhan

pangan halal. Salah satunya adalah kantin di Tokyo Institute of Technology (TITECH), kampus

Ookayama, Tokyo. Di kantin TITECH ini tersedia menu halal, meski pilihannya masih

terbatas, yaitu kari sapi (beef curry), kari ayam (chicken curry) dan ayam tandori (tandori

chicken). Pilihan ini kian menambah menu halal lainnya, seperti udon, soba, dan seafood. Pihak

kantin men-display label Halal Food pada menu makanan halal sehingga mahasiswa muslim

tahu, teman-teman non muslim saya tidak mempermasalahkan. Mereka juga banyak yang paham

bahwa muslim tidak boleh makan pork, sehingga kalau ada acara-acara kampus ataupun party di

rumah-rumah teman, mereka menyediakan veggie menu utk muslim dan non-muslim yang tidak

makan daging (pork). Di sini banyak juga Americans dan Jewish (non-muslim) yang tidak makan pork.

Roommate saya orang India, dia tidak makan beef dan pork, hanya chicken. Katanya, kebanyakan orang

India seperti itu‛. – Igus Anwar

7 Udon sendiri merupakan mie yang disiram kuah kaldu hangat yang terdiri dari dashi dan

kecap asin atau kakejiru. Di bagian atasnya diberikan cacahan daun bawang dengan topping tempura

atau aburaage atau tofu yang digoreng renyah. Diberikan juga kamaboko atau olahan ikan berbentuk

setengah lingkaran.

Page 6: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

6

6

lebih yakin bahwa makanan tersebut dimasak dari bahan baku yang hahal dan dimasak

dengan cara yang halal, yaitu dengan tidak mencampur alat masak yang digunakan dengan

alat masak yang digunakan untuk memasak makanan yang mengandung babi dan alkohol

serta produk turunannya, disamping juga keterangan bahwa daging yang digunakan

adalah hasil sembelihan hewan dengan cara yang sesuai hukum Islam.

Rusia

Semakin tingginya kesadaran halal di seluruh dunia membuat industri produk-

produk halal semakin bertambah pesat, tak kecuali di Rusia. Rusia resmi membuka Halal

Industrial Park ‘Baltacha’ di Baltasinski, sebuah kawasan distrik di Tatarstan. Kawasan

industri halal tersebut merupakan yang pertama dibangun di Rusia yang bertujuan untuk

memproduksi produk-produk halal.

Halal Industrial Park tersebut menempati kawasan seluas 4 hektar dan

memperkerjakan sekitar 200 karyawan. Pemiliknya adalah seorang pengusaha Rusia, Linar

Yakupov, yang terinspirasi saat melihat industri makanan halal yang ada di Malaysia. Total

investasi dari proyek Halal Industrial Park ini menghabiskan dana sekitar 150 juta rubel.

Terdapat 30 produk halal di Baltacha, seperti daging, tepung, bumbu-bumbu, dan kue yang

diproduksi sesuai standar halal Islam di tempat tersebut. Baltacha tengah menfokuskan diri

pada produksi daging halal. Di masa mendatang, mereka juga berencana untuk

memperluas lini produksi halal dengan melibatkan para petani dengan beragam produk-

produk pertanian. Semua produk industri dari Baltacha akan diperiksa oleh pusat halal

Kazan untuk pemberian sertifikasi kehalalannya. Baltacha membidik 20 juta penduduk

muslim yang bermukim di Rusia dan 1,5 miliar konsumen produk halal yang tersebar di

seluruh dunia.

Sementara itu, di Tajikistan, standar halal telah dikembangkan dalam dua tahun

belakangan di sana. Mulai 20 Juli 2013 ini, lembaga Tajikstandart mulai mendistribusikan

produk halal. Produk lokal dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan sertifikasi halal

dari pemerintah Tajikistan. Dalam merancang standar kehalalan tersebut, pihak pemerintah

Tajikistan dibantu oleh Tajik Council of Ulema, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan,

dan Kementerian Pertanian setempat. Selain itu, pemerintah Tajikistan juga turut mengkaji

standar halal yang sudah lebih dulu diterapkan di negara lain.

Standar baru di Tajikistan ini meliputi produk makanan, termasuk daging, roti, kue,

produk susu, juga minuman non alkohol. Izin menggunakan label halal yang diberikan

Tajikstandart berlaku satu tahun. Adapun yang mendorong Tajikistan untuk memberi

perhatian terhadap sertifikasi pangan halal ini tidak lepas dari permintaan pasar yang tinggi

dan ketersediaan makanan di negara tersebut yang mengandung unsur tidak halal. Produk

halal sebenarnya telah lama diproduksi dan juga diimpor ke Tajikistan. Namun, produk

tersebut memiliki standar halal yang baku sehingga menimbulkan keraguan masyarakat

muslim di sana. Mengingat jumlah produsen pangan halal di Tajikistan terus meningkat

dan harga makanan impor halal relatif mahal, maka didirikanlah Tajikstandart.

Polandia

Polandia saat ini sudah memiliki produk pangan halal. Polandia bahkan telah

mengekspor ke pasar muslim Malaysia berkat hubungan bilateral yang baik dan menjadi

Page 7: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

7

7

mitra dagang Malaysia terbesar ke-12 dari seluruh negara di kawasan Eropa. Polandia

merupakan salah satu dari sedikit negara di Eropa yang memperoleh sertifikat halal dari

Malaysia sejak 2011 lalu. Polandia tidak saja memproduksi pangan halal, tetapi juga

beragam produk kosmetik halal. Permintaan Malaysia atas produk halal Polandia terus

meningkat. Ulama di Polandia juga banyak menjalin komunikasi dengan Jabatan Kemajuan

Islam Malaysia (JAKIM) untuk membahas industri dan sertifikasi halal.

Afrika Selatan

Jumlah umat Islam di Afrika Selatan relatif kecil. Namun, Afrika Selatan kini dapat

dikatakan telah menjadi pemimpin dalam industri makanan halal. Program sertifikasi

halalnya cukup maju dan negara ini masuk menjadi lima produsen terbesar produk halal di

seluruh dunia.

Sertifikasi Halal di Afrika Selatan telah diperkenalkan sejak tahun 1960, di bawah

pengawasan Ulama, meski baru terbatas pada pemotongan daging hewan dan penjagalan.

Pada 1970-an, pengawasan diperluas untuk unggas dan pada 1980-an telah meluas pada

bahan pangan lainnya. Pada tahun 1996, Otoritas Halal Nasional Afrika Selatan (SANHA)

mengukuhkan diri menjadi lembaga sertifikasi halal unggulan.

Perhatian pemerintah Afrika Selatan terhadap produk pangan halal tidak lepas dari

sejarah bangsa ini meski pada kenyataan komunitas Muslim Afrika Selatan tidaklah besar

atau hanya sekitar dua persen dari total populasi penduduk. Selama beberapa dekade, di

bawah apartheid, Muslim dibatasi secara rasial hanya di daerah-daerah khusus. Hal ini

membuat lingkungan Muslim terkonsentrasi, karakteristik budaya menjadi kuat, dan

identitas agama sangat dipertahankan. Identitas Islam menjadi berkembang dan turut

berpartisipasi dalam kemajuan sosial, ekonomi, dan politik. Kini, Afrika Selatan memiliki

700 masjid dan 600 lembaga pendidikan Islam. Beberapa sekolah Muslim swasta juga

berdiri di sana. Meskipun penduduk Muslim hanya sekitar dua persen dari populasi,

namun

Dalam satu setengah dekade, otoritas halal Afrika Selatan telah membantu negara-

negara seperti Zambia, Namibia, Botswana dan Mozambik dalam mendirikan lembaga

sertifikasi halal. Total nilai industri halal global lebih dari USD 2 triliun per tahun bila

menghitung perputaran di industri keuangan Islam, farmasi, kosmetik, logistik dan garmen.

Industri pangan halal diperkirakan sekitar USD 160 miliar per tahun di seluruh dunia.

Pembangunan di rantai pasokan ini membawa perubahan di seluruh dunia. Halal kini

menjadi sebuah konsep holistik.

China

Umat Islam di China telah eksis dengan industri pangan halalnya. Akhir 2011,

diperkirakan telah lebih dari 10.000 pabrik serta restoran makanan dan minuman yang

menerima sertifikat halal. Di Ningxia8, terdapat dua kawasan industri halal di wilayah

Wuchong, salah satu kota di provinsi itu. Nilai produk halal di Ningxia mencapai 50 juta

8 Ningxia adalah provinsi di China yang mendapatkan otonomi sejak tahun 1958 karena etnis

Hui identik dengan Muslim dan merupakan mayoritas dari 35 etnis China lainnya yang hidup di

Ningxia. Dari 6,3 juta warga yang tinggal di Ningxia, 2,25 juta atau 38 persen merupakan etnis Hui

yang Muslim, sisanya adalah etnis Han dan lainnya.

Page 8: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

8

8

yuan atau sekitar Rp 70 miliar. Industri halal Ningxia terus melebarkan sayapnya ke pasar

domestik, bahkan penerbangan dari Beijing ke Urumqi atau Beijing ke Yinchuan9 telah

menggunakan makanan berlabel halal di pesawat. Sejak 2008, industri pangan halal di

Ningxia telah bekerja sama dengan industri halal Arab Saudi, Qatar, Mesir, bahkan dengan

Malaysia telah dimulai sejak tahun 2006, untuk membuat notakesepahaman pengakuan

sertifikat produk dari masing-masing negara. Biaya pengurusan sertifikat halal di Ningxia

relatif murah, sekitar 3.700 yuan atau Rp 5,1 juta. Inspeksi kehalalan terus dilakukan

petugas sewaktu-waktu pada perusahaan yang telah memiliki label halal guna meninjau

proses produksi untuk menjamin konsistensinya dalam menjaga kehalalan.

2. PEMBAHASAN

2.1. Islam dan Pangan Halal

Mengacu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012, makanan atau

pangan adalah ‘segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun

tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman’.

UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan merupakan amandemen dari UU Nomor 7

Tahun 1996 tentang Pangan yang mendefinisikan pangan dengan ‘segala sesuatu yang

berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses

persiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman’. Redefinisi pada UU

baru diilakukan mengingat pangan sudah tidak sesuai lagi dengan dinamika perkembangan

kondisi eksternal dan internal, demokratisasi, desentralisasi, globalisasi, penegakan hukum,

dan beberapa peraturan perundang-undangan lain yang dihasilkan kemudian sehingga

perlu diganti.

Dalam bahasa Al-Qur’an, makanan atau tha'am adalah segala sesuatu yang dimakan

atau dicicipi. Karena itu, minuman pun dapat dimasukkan dalam konteks tha'am. Dalam

Islam, Al-Qur’an merintahkan agar umat Islam memakan makanan yang halal dan thayyib.

Umat Islam diwajibkan mengkonsumsi makanan yang halal karena setiap makanan yang

dikonsumsi akan mendarah daging dalam tubuh. Rasulullah s.a.w bersabda: “Tidaklah

tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya.” (HR At Tirmidzi).

Dengan demikian, mengkonsumsi makanan-minuman yang halal dalam Islam bukan hanya

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berbagai manfaatnya yang

melindungi kesehatan, tetapi juga dalam rangka beribada taat pada Allah SWT yang

menjanjikan ganjaran pahala.

Oleh karena itu, kehalalan merupakan parameter utama dalam proses pemilihan

makanan. Setiap muslim bertanggungjawab untuk memastikan makanan yang dikonsumsi

adalah halal. Untuk mempermudah mengetahui makanan yang di konsumsi halal,

khususnya makanan dalam kemasan, maka dapat dilihat dari label halal yang tercantum

9 Ibukota Ningxia.

Page 9: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

9

9

pada kemasan makanan tersebut. Label merupakan simbol dari sertifikasi kehalalan atas

produk yang dapat dikonsumsi umat Islam. Menurut Stanton et al (2004), label adalah

bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang

penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula tanda pengenal

yang dicantumkan pada produk.

Di dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa makanan dan minuman yang

diharamkan adalah: bangkai, darah, babi, binatang yang disembelih dengan menyebut

nama selain Allah SWT, khamr atau minuman yang memabukkan. Apa yang diharamkan

Allah SWT untuk dimakan jumlahnya sangat sedikit. Selebihnya, apa yang ada di muka

bumi ini pada dasarnya adalah halal, kecuali yang dilarang secara tegas dalam Al Qur’an

dan Hadits. Namun, perkembangan teknologi telah menciptakan aneka produk olahan yang

kehalalannya diragukan. Sejumlah bahan baku haram kerap dimanfaatkan sebagai bahan

baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada berbagai produk olahankarena dianggap

lebih ekonomis. Akibatnya, kehalalan dan keharaman sebuah produk seringkali tidak jelas

karena bercampur aduk dengan bahan yang diragukan kehalalannya. Hal ini menyebabkan

berbagai macam produk olahan menjadi syubhat dalam arti meragukan dan tidak jelas status

kehalalannya.10 Berdasarkan hal tersebut, maka Komisi Fatwa MUI menyimpulkan bahwa

semua produk olahan pada dasarnya adalah syubhat. Oleh karena itu, diperlukan kajian dan

pengujian sebelum menetapkan status kehalalan suatu produk.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah

kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang

nyata bagimu.”(QS. Al-Baqarah [2]: 168).

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang

(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108]. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa

(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada

dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]:

173).

10 Bahan-bahan seperti yoghurt, margarin, kadang-kadang di luar negeri memanfaatkan bagian

dari babi sebagai pengembang.

Page 10: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

10

10

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas

nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang

buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk

berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah (mengundi nasib dengan anak

panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)

agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah

Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-

ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja

berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. A-Ma’idah *5+:

3).

2.2. Prospek Industri Pangan Halal

Dengan jumlah penduduk muslim sekitar 89 persen, sudah selayaknya Indonesia

menjamin ketersediaan pangan yang halal dan thayib. Kesadaran akan pangan yang halal

dan thayyib merupakan salah satu dampak ikutan dari booming industri perbankan dan

keuangan berlabel syari’ah. Ketersediaan pangan halal dan thayib menjadi potensi, peluang,

sekaligus tantangan bagi kalangan dunia usaha untuk meningkatkan kualitas produknya

dengan berbasis syari’ah pula. Dalam perkembangannya, halal dan thayyib kini bukan saja

menjadi simbol agama dan acuan normatif semata, tetapi juga menjadi simbol bagi kualitas,

higienitas, dan keamanan bagi konsumen.

Upaya pemerintah untuk melakukan ekspansi ekspor pangan halal ke sejumlah

negara yang memiliki penduduk muslim mayoritas, tentu patut diapresiasi. Indonesia

memiliki potensi produk makanan dan minuman yang halal untuk mengisi pasar negara

muslim lainnya. Indonesia pun memiliki potensi menjadi pusat halal dunia. Standar halal

Indonesia sudah diterima, diakui, dan diimplementasikan oleh lebih 43 lembaga dunia dari

22 negara. Namun demikian, nyatanya ketersediaan bahan pangan halal di dalam negeri

sendiri nyatanya tidak begitu mudah untuk ditemukan. Membanjirnya produk pangan

impor, termasuk rumah makan dengan label impor, tidak semuanya patuh terhadap

pentingnya kehalalan.

Melihat besarnya pendapatan industri pangan nasional dan global, maka

sesungguhnya terdapat pula peluang pendapatan bagi industri halal mengingat jumlah

penduduk muslim dunia saat ini diperkirakan sudah lebih dari 1,57 milyar penduduk di

dunia yang merepresentasikan 23 persen dari total keseluruhan penduduk bumi. Dalam

sebuah laporan berjudul Mapping the Global Muslim Population yang dirilis oleh lembaga Pew

Forum on Religion & Public Life, 1 dari 4 orang di dunia adalah muslim. Dengan demikian,

Page 11: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

11

11

bagi Indonesia, peluang untuk mengakses pasar pangan halal global terhampar di depan

mata. Tapi jangan bermimpi untuk menjadi pusat pangan halal dunia jika urusan domestik

masih belum tertangani dan terjamin ketersediaannya.

Di Indonesia, mengacu data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh

Indonesia (GAPMMI), terdapat 1.159.983 industri pangan di Indonesia dengan total tenaga

kerja mencapai 3,4 juta orang pada tahun 2010. Berdasarkan jumlah total industri tersebut,

tercata jumlah industri rumah tangga mencapai 1.087.489, industri kecil sebesar 66.178, dan

industri besar menengah sebesar 6.316. Pertumbuhan industri pangan olahan skala besar

pada tahun tersebut mencapai 10 hingga 15 persen. Sedangkan untuk usaha kecil menengah

sekitar tiga hingga lima persen. Pertumbuhan industri makanan dan minuman lebih banyak

menyebar di luar Pulau Jawa. Bentuk konsumsi masyarakat mengalami perubahan dari

yang sebelumnya lebih banyak produk primer bergeser ke produk olahan.

Sejak tahun 2005 hingga Desember 2011, LPPOM MUI telah mengeluarkan sedikitnya

5896 sertifikat halal dengan jumlah produk mencapai 97.794 item dari 3561 perusahaan.

Angka ini belum menghitung jumlah sertifikat halal yang telah dikeluarkan oleh LPPPOM

MUI daerah yang kini tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Gambar 2 menunjukkan

pertumbuhan jumlah sertfikat halal yang dikeluarkan LPPOM MUI pusat selama 2008

hingga 2010, Data produk bersertifikat halal ini masih sangat rendah dibandingkan dengan

jumlah produk yang tersebar di pasar dan belum teregistrasi. .

Pemerintah Indonesia telah menegaskan akan menjadikan Indonesia sebagai basis

bagi produk halal yang beredar di dunia. Pusat negara halal ini, akan terbentuk baik dalam

barang maupun jasa dengan target pasar negara Timur Tengah. Halal tidak saja meliputi

kosmetik, makanan, dan bahan baku, tetapi juga meliputi nutrisi sebuah produk. Dengan

menjadikan Indonesia sebagai basis halal, sektor jasa diyakini juga akan meningkat 20-24

persen karena tenaga kerja Indonesia terlatih dalam sertifikasi, pengawasan, dan pelatihan

untuk negara-negara yang menerapkan produk halal di pasar dalam negerinya. Sedikitnya

terdapat 14 jasa yang mengalami pengaruh langsung dari industri halal, yaitu diantaranya:

jasa sertifikasi, jasa pengawasan, jasa pelatihan, jasa distribusi, dan lainnya. Diadopsinya

GAMBAR 2

PERTUMBUHAN JUMLAH PRODUK BERSERTIFIKAT HALAL Sumber: LPPOM MUI (2010)

Page 12: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

12

12

standar halal Indonesia oleh lembaga luar negeri tentu sangat menguntungkan Indonesia,

baik bagi konsumen maupun produsen. Sebab, konsumen terlindungi dari produk-produk

yang tidak dijamin kehalalannya. Selain itu, dengan standar yang telah diakui bersama,

kalangan pelaku bisnis juga memperoleh kepastian tentang persyaratan halal yang harus

mereka penuhi sebelum memasarkan produk mereka.

Indonesia sesungguhnya memiliki peluang untuk menggarap potensi produk halal

dunia, khususnya terhadap negara-negara berpenduduk muslim. Seiring dengan

meningkatnya jumlah konsumen muslim dunia dan makin berkembangnya berbagai bisnis

Islam, membuka peluang bagi perusahaan berskala global dan regional, termasuk

perusahaan dari Indonesia, untuk masuk ke pasar muslim. Indonesia memiliki sejumlah

ekunggulan yang tidak dimiliki oleh negara Islam atau negara yang berpenduduk

mayoritas muslim lainnya, terutama dalam kualitas lembaga sertifikasi kehalalan. Dengan

kekayaan sumber daya alam yang dapat dieksplor untuk memenuhi kebutuhan, Indonesia

memiliki peluang untuk memasok produk halal kepada pasar global.

2.3. Tantangan Industri Pangan Halal

Akhir Agustus 2013 lalu, pemberitaan tentang sebuah rumah makan terkenal yang

dikabarkan menggunakan minyak babi dan angciu (red wine) menyeruak. Berawal dari

seorang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

terkemuka di Surabaya mengirimkan email kepada sebuah situs Islam dengan menceritakan

pengalamannya ketika hendak mengajukan franchise pada rumah makan tersebut. Persoalan

menguak ketika kontrak perjanjian hendak dibuat, sang pemilik franchise mensyaratkan

penggunakan minyak babi dan angciu dalam sejumlah masakan.

Bagi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini, kehalalan pangan

nyatanya masih memiliki banyak ruang dan peluang untuk diabaikan. Dengan mayoritas

penduduk beragama Islam di Indonesia nyatanya tidak serta merta membuat pengusaha

rumah makan menghormatinya dengan menyediakan makanan halal sebagaimana yang

harus dipatuhi oleh seorang muslim. Kasus-kasus terkait produk tidak halal sudah terkuak

sejak tahun 1990-an, kasus Ayam Duren, kasus Lemak Babi, isu Bahan Pakan Ayam Asal

Daging Tikus, kasus Permanfaatan Limbah Darah sebagai Bahan Pangan, dan lain

sebagainya. Hal ini secara keseluruhan dalam kurun waktu 20 tahun, produsen

menggunakan bahan baku yang tidak sesuai dengan persyaratan kesehatan dan keyakinan

agama masih terus berlangsung.

Tidak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan the largest market untuk industri pangan

halal. Sayang, industri pangan di negara ini masih banyak yang belum bersertifikasi halal.

Jika jumlah perusahaan kosmetika dan toiletries di Indonesia yang bersertifikat halal

berkisar 3 persen, maka industri pangan yang bersertifikasi halal ternyata tidak sampai 1

persen. Sedihnya lagi, Indonesia saat ini baru sebatas menjadi target pangsa pasar potensial

bagi impor produk pangan halal. Kesadaran Indonesia untuk mentransformasi diri menjadi

produsen pangan halal masih minim. Hal ini salah satunya ditandai oleh ketidakmampuan

menyediakan sumber pangan berbasis domestik. Tingginya impor bahan pangan

mengindikasikan bahwa Indonesia tak mustahil akan tertinggal dibanding negara

nonmuslim yang memiliki kemampuan lebih untuk mengekspor bahan pangannya ke

Indonesia dan mengantongi sertifikasi halal dari MUI.

Page 13: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

13

13

Adapun tantangan terbesar bagi Indonesia dalam menghadapi industri pangan halal

adalah kemampuannya untuk menjadikan Indonesia bukan sebagai the largets market

semata, tetapi juga dapat berperan sebagai the largest producer. Pasar domestik merupakan

pangsa pasar potensial yang tidak dimiliki oleh negara lain mengingat Indonesia adalah

negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia dan menjadi negara dengan

penduduk muslim terbesar di dunia saat ini.

Sertifikasi halal merupakan jaminan kualitas suatu produk. Persoalan yang

mengemuka ketika sektor usaha, utamanya usaha mikro dan kecil, tidak mengupayakan

untuk mensertfikasi kehalalan produknya, hal ini dipicu oleh beberapa hal. Pertama,

pemahaman yang kurang. Kedua, sifatnya masih sukarela karena belum ada peraturan

pemerintah yang mengharuskan produk pangan bersertifikasi halal. Ketiga, keterbatasan

biaya. Keempat, tahapan yang terkesan relatif panjang. Kelima, ketidakpedulian konsumen

atas produk halal itu sendiri.

Sosialisasi konsumsi makanan halal lebih efektif dilakukan kepada konsumen

daripada produsen. Sebab, produsen belum serius melakukan sertifikasi karena tak

berpengaruh pada bisnisnya. Masyarakat kerap memberi toleransi sangat besar dalam hal

ini. LPPOM MUI memiliki kepentingan sekaligus kewajiban untuk memberikan sosialisasi

dan edukasi pada masyarakat guna membangun kesadaran mengonsumsi makanan halal.

Masyarakat yang sudah memiliki literasi tentang produk halal akan memaksa produsen

untuk mengurus sertifikasi.

Ke depan, Rancangan UU Jaminan Produk Halal (JPH) harus segera ditetapkan untuk

memberi perlindungan bagi masyarakat muslim dalam mengakses produk halal, termasuk

pangan halal. Regulasi ini secara filosofi juga merupakan upaya untuk melindungi ekonomi

rakyat, utamanya sektor usaha mikro kecil yang mendominasi industri makanan minuman

di tanah air.

Yang tidak kalah penting, industri pangan halal domestik harus mempersiapkan diri

dalam berhadapan dengan negara-negara nonmuslim yang notabene memiliki modal besar

untuk memproduksi pangan halal yang akan memasok pasar negara muslim, termasuk

Indonesia. Jika Indonesia tidak mampu menghadapi sejumlah tantangan yang ada, maka

industri pangan halal yang sesungguhnya berpeluang menjadi pengungkit penguatan

ekonomi rakyat hanya akan menjadikan Indonesia sebagai pasar konsumsi semata dari

negara-negara kapitalis. Perlu strategi untuk mengupayakan percepatan industri pangan

halal yang dapat menjadi tuan di negeri sendiri dengan merangkul stakeholders di tanah air.

Persoalan ekonomi di negara muslim, termasuk Indonesia, terlihat salah satunya adalah

lemahnya bargaining power dalam mengendalikan produk nonmuslim. Hal ini terindikasi

dari rendahnya nilai ekspor negara-negara muslim terhadap negara muslim ataupun

nonmuslim. Tingginya ketergantungan negara muslim terhadap negara nonmuslim juga

ditunjukkan dengan besarnya utang.

Selanjutnya, untuk mewaspadai serbuan produk pangan asing maupun domestik

yang diragukan kehalalannya, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat.

Pertama, lihat komposisi produk pada kemasan. Kedua, luangkan waktu untuk melihat

daftar produk yang bersertifikasi halal MUI yang dimuat di Jurnal Halal atau

Page 14: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

14

14

www.halalmui.org.11 Ketiga, lihat apakah produk memiliki tanda Sertifikasi Halal MUI atau

logo halal MUI. Jika tidak ada, kadang produk mencantumkan pula logo halal lembaga

sertifikasi halal negara lainnya yang diakui MUI. Upaya LPPOM MUI untuk meluncurkan

program aplikasi yang memudahkan masyarakat mendaparkan informasi soal produk

bersertifikasi halal MUI patut diapresiasi. Termasuk pula dalam upaya LPPOM MUI untuk

memperoleh Sertifikat ISO 9000.

3. STUDI KASUS

Fenomena Bakso Babi dan Kerang: Potret Anomali Ekonomi Rakyat12

Salah satu pemberitaan media nasional dalam sepekan ini yang menarik perhatian

adalah kasus bakso babi oplosan di Jakarta. Bermula dari langka dan mahalnya daging sapi

di ibukota selama beberapa bulan menyebabkan pedagang bakso kelimpungan. Mereka

harus mencari akal agar bahan bakunya tetap tersedia dengan murah dan tidak perlu

menjual dengan harga lebih mahal.

Setelah tiga pedagang bakso dan satu lokasi penggilingan bakso ditemukan memakai

oplosan daging babi, hampir seluruh pedagang bakso di wilayah Jakarta menjadi resah.

Sampel bakso mengandung babi ditemukan di semua wilayah Jakarta, baik Selatan, Timur,

Utara, dan Barat. Pedagang yang tetap mempertahankan keaslian daging sapi sebagai

bahan baku baksonya ikut terimbas. Jualannya menurun. Dalam satu waktu mereka

umumnya dapat menjual ratusan mangkok, pasca terkuaknya oplosan daging babi

membuat mereka hanya mampu menjual 10 mangkok.

Tak berbeda jauh dengan Jakarta, di Surabaya pun pedagang bakso mengakui harga

daging sapi cukup mahal meski tidak sampai selangka di Jakarta. Untuk menyiasati, mereka

mengurangi ukuran bakso atau menambahkan jualan siomay.

Di Jember, awal Desember lalu, harga daging sapi yang sempat mencapai Rp 85.000

per kilo mulai berangsur normal di kisaran Rp 75.000 per kilo untuk daging sapi biasa dan

Rp 78.000 per kilo untuk daging sapi super. Penurunan ini didorong oleh menurunnya

permintaan dan berkurang jumlah sapi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan

(RPH) akibat mahalnya harga sapi.

Anomali ekonomi rakyat yang tercermin dari perilaku pedagang bakso di Jakarta

disebabkan oleh motif ekonomi pedagang sebagai dampak kebijakan pemerintah. Terdesak

oleh kebutuhan, mereka mencari jalan untuk dapat bertahan hidup. Sejumlah himbauan

telah dilakukan pemerintah maupun asosiasi terkait agar masyarakat tidak resah dan tetap

mau mengkonsumsi bakso asal berhati-hati. Bagaimanapun, bakso sebagai makanan

keseharian masyarakat Indonesia merupakan tulang punggung banyak keluarga yang

menggantungkan hidupnya dari perdagangan ini.

11 MUI juga menyediakan layanan konsultasi dan informasi melalui email dengan alamat

[email protected]. Bagi konsumen yang menemukan istilah atau nama bahan yang meragukan

bisa menanyakannya ke MUI.

12 Artikel asli berjudul Fenomena Bakso Babi & Kerang: Potret Anomali Ekonomi Rakyat yang

telah dimuat Jawa Pos Radar Jember, 18 Desember 2012.

Page 15: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

15

15

Anomali ekonomi rakyat lain yang dapat kita simak adalah kegiatan perdagangan

kerang sebagai hasil laut dan perikanan. Kerang hijau (Mytilus viridis atau Perna viridis),

kerang darah (Anadara granosa L.), dan kerang bakau (Polymesoda bengalensis L.) adalah salah

satu jenis kerang yang paling sering dikonsumsi masyarakat. Kerang selama ini dipahami

sebagai sumber nutrisi yang baik karena kandungan mineral, protein, asam lemak omega 3,

dan lemak jenuh yang rendah.

Namun, mungkin tak banyak yang mengetahui, layaknya penyedot debu, kerang

mampu menghisap apapun yang ada di dekatnya, termasuk menjaring racun, logam berat,

dan sedimen lumpur. Sebagai kelompok mollusca, kerang yang diapit cangkang ini tidak

memiliki organ hati untuk menghancurkan benda asing. Akibatnya, semua benda asing

ditampung di dalam dagingnya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kerang-kerangan

memiliki potensi bahaya. Kerang hidup berkelompok di dasar laut dangkal dekat pantai, di

mana sampah manusia dan buangan industri berhimpun. Konsentrasi bakteri dan zat racun

di dasar laut menyebabkan kerang mudah tercemar.

Sepuluh tahun lalu, kerang-kerangan Indonesia ditolak oleh negara-negara Uni Eropa.

Ekspor kerang terganjal oleh adanya indikasi banyaknya racun di kerang perairan

Indonesia. Sejumlah psikiater, psikolog, dokter anak, dan orangtua yang memiliki anak

autis dalam sejumlah forum juga memberi himbauan agar kerang dihindari, terutama bagi

ibu hamil dan anak autis. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan,

kerang di Indonesia timur yang tercemar mencapai 10 hingga 20 kali lipat dibandingkan

dengan pulau Jawa.

Informasi tentang potensi bahaya mengonsumsi kerang sudah mulai berani

dinyatakan terbuka oleh Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta yang menghimbau agar

masyarakat Jakarta tidak mengonsumsi kerang hijau. Sebelumnya, hal ini tidak pernah

diumumkan lantaran argumen penyelamatan pariwisata. Ya, perkembangan ilmu

pengetahuan yang menguak potensi bahaya kerang sesungguhnya sudah lama diketahui

oleh institusi pemerintah terkait. Namun, tak banyak yang berani menyampaikannya

kepada publik. Di Surabaya dan Sidoarjo, justru aktivis lingkungan hiduplah yang

memberikan edukasi bagi masyarakat tentang potensi bahaya ini. Meski hal tersebut

diamini oleh dinas setempat yang menyatakan bahwa bentos menyerap polutan di tempat

ia hidup sehingga tubuhnya mengandung racun, namun mereka belum berani

menyampaikan secara terbuka.

Ekonomi Tanpa Negara

Fenomena bakso babi oplosan dan perdagangan kerang adalah salah satu bentuk

konfirmasi tentang adanya anomali sosial ekonomi di negeri ini. Anomali mengindikasikan

adanya gangguan konstruksi stabilitas ekonomi dalam mencapai peningkatan kesejahteraan

sosial-ekonomi masyarakat. Motif utama dibaliknya adalah dorongan kebutuhan ekonomi.

Dorongan inilah yang membuat seseorang atau sekelompok orang memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan melakukan tindakan penyimpangan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut.

Dalam hal ini, negara tanpa sadar turut ambil bagian dalam mendistorsi daya tahan

ekonomi masyarakat. Keterlibatan negara melalui perangkat birokrasinya tidak jarang juga

menjadi pemicu high cost economy yang menghambat akselerasi pertumbuhan ekonomi dan

keadilan sosial. Banyak bukti empirik, pada level kebijakan di pemerintahan daerah, negara

Page 16: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

16

16

justru melumpuhkan kekuatan ekonomi lokal, yang kemudian diganti dengan paradigma

pragmatis eksploitatif dengan dalih peningkatan investasi atau pertumbuhan ekonomi.

Jika bakso babi oplosan dapat dinilai sebagai ‘gangguan’ karena terkait dengan

kehalalannya bagi mayoritas penduduk muslim Indonesia, maka perdagangan kerang

menjadi ‘gangguan’ karena terkait dengan masa depan anak bangsa. Meski kerang tidak

bisa dituding sebagai penyebab utama lahirnya anak-anak autis, namun potensinya yang

dapat mengganggu kesehatan seharusnya menjadi catatan bagi pemerintah.

Jelas, dalam hal ini dibutuhkan edukasi dan sosialisasi untuk menyampaikan

informasi bagi publik. Untuk bersiasat atas mahalnya harga daging sapi, pakar kuliner dan

gizi tentu dapat menawarkan sejumlah opsi ketimbang daging celeng sebagai campuran

bakso. Jika pemerintah tidak dapat menjamin tidak adanya kontaminasi bagi hasil laut dan

perikanan, maka pemerintah seyogyanya mencarikan jalan keluar bagi pembudidaya untuk

beralih profesi. Kalaupun ada upaya lain untuk mereduksinya, misalnya dengan melakukan

purifikasi, maka opsi ini pun dapat dipilih meski menuntut kerja berat dan biaya besar

untuk pembelajaran masyarakat.

Apapun itu, tidak mungkin dibiarkan ekonomi rakyat berjalan tanpa negara meski

pada prakteknya justru hal itu banyak terjadi. Tidak jarang, kebijakan pemerintah yang

tidak berpihak mendesak rakyat kecil berada pada posisi sebagai oknum atau korban.

Perdagangan bakso babi oplosan dan kerang hanyalah studi kasus dari potret anomali

ekonomi rakyat di mana tidak terjadi sinergi komunikasi, koordinasi, dan kerjasama antara

pemerintah dan elemen masyarakat. Tapi bagi mereka yang berpegang pada ilmu

pengetahuan dan meyakini bahwa ilmu ekonomi sebagai ilmu moral, maka yakinlah bahwa

ilmu itu netral. Ilmu menjadi tidak netral ketika dimasuki oleh kepentingan. Namun,

ilmuwan tidak boleh netral. Ilmuwan harus punya nurani dan berpihak pada kebenaran

ilmiah yang diyakini kebaikannya bagi ummat. Wallahua’lam bish showab.

=====================================

DAFTAR PUSTAKA

Adinegoro, Himawan & Martini Rahayu, 1997. Prospek Pengembangan Produk Halal pada

Industri di Indonesia dalam Rangka Memasuki Abad 21. Proceeding Seminar Teknologi Pangan

‚Pengembangan Produk Halal‛. Hlm. 227-244.

Aizat J., Mohammad & C.W.J J.W. Mohamed Radzi, 2009. Teori Istihalah Menurut

Perspektif Islam dan Sains: Aplikasi Terhadap Beberapa Penghasilan Produk Makanan. Shariah

Journal, Vol. 17, No. 1. Hlm. 169-194.

Al-Maghluts, Sami bin Abdullah, 2008. Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul. Terjemahan

dari Athlas Târîkh al-Anbiyâ’ wa ar-Rusul. Cetakan 1. Jakarta: Almahira. Desember.

Jusmaliani (Ed.), 2008. Investasi Syariah. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Februari.

Musa, Rosidah, 2012. Kajian Potensi Produk Makanan Halal Malaysia di Pasaran Domestik

dan Global. MAHA 2012. 25 November.

Musari, Khairunnisa, 2010. Lalu Lintas Ekonomi Negara-Negara Islam: Dulu & Kini.

Mata Kuliah Penunjang Disertasi (MKPD) Lalu Lintas Modal & Pendapatan Antar Negara

Islam (OKI). Program Doktoral Ilmu Ekonomi Islam Universitas Airlangga.

Page 17: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

17

17

Rambe, Yuli Mutiah & Syaad Afifuddin, 2012. Pengaruh Pencantuman Label Halal Pada

Kemasan Mie Instan Terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim (Studi Kasus Pada Mahasiswa

Universitas Al-Washliyah, Medan). Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1. Desember.

Hlm. 36-45.

Salma Binti Mat Yasim, 2011. Makanan Halal:Kepentingannya Menurut Perspektif Islam.

Tesis. Universiti Teknologi Malaysia (UTM).

Stanton, J. William, et al, 2004. Marketing. Edisi kesebelas. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

UU RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

UU RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

http://al-utsmaniyah-tours.com/berita-125-segera-berdiri-pusat-industri-produk-halal-

di-inggris-.html

http://www.arrahmah.com/news/2013/03/17/afrika-selatan-muncul-sebagai-pemimpin

-industri-halal.html

http://food.detik.com/read/2013/07/30/133125/2318877/901/tajikistan-kini-memiliki-stan

dar-halal-sendiri

http://food.detik.com/read/2013/07/29/102012/2316995/901/restoran-udon-di-bandara-

osaka-kini-miliki-sertifikat-halal

http://food.detik.com/read/2013/04/30/152415/2234211/901/2/baru-106-pedagang-bakso

-bersertifikat-halal-inilah-alasannya

http://food.detik.com/read/2013/07/31/120402/2319917/901/polandia-optimis-bisa-masu

ki-pasar-halal-malaysia

http://food.detik.com/read/2013/08/01/144322/2321424/901/awal-2014-info-produk-

halal-indonesia-bisa-diakses-lewat-smartphone

http://id.berita.yahoo.com/wisatawan-muslim-dongkrak-industri-halal-dunia-

084716849.html

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51185/F11cfa_BAB%20III%20Ti

njauan%20Pustaka.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26542/Seminar_Nasional_Tekn

ologi_Pangan-32.pdf

http://sdvi.fama.net.my/maha/seminar/upload_module/paper_MAHA2012/KertasKerj

a05.pdf

http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/muslim-telah-menjadi-1-orang-da

ri-4-orang-di-dunia.htm

http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1637/30/

http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1639/30/

http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/go_to_section/14/39/page/1

http://www.jurnas.com/halaman/7/2011-09-16/182196

http://www.jurnas.com/halaman/2/2013-02-27/235536

Page 18: Menakar Kehalalan Industri Pangan Domestik untuk Penguatan Ekonomi Indonesia:  Peluang dan Tantangan

18

18

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/universitas-muhammadiyah-

jakarta/12/03/23/m1apy7-potensi-industri-makanan-halal-di-indonesia

http://www.solopos.com/2012/09/18/makanan-halal-pasar-rusia-potensial-pengusaha-

indonesia-belum-melirik-330031

http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2013/07/01/menu-halal-pun-sudah-tersedia-di-

kantin-kampus-jepang-570004.html

http://www.dakwatuna.com/2011/11/09/16358/muslim-cina-bangun-industri-halal /#ax

zz2gU6zn7Um

http://www.dakwatuna.com/2011/06/25/12894/jadi-basis-produk-halal-ri-bidik-pasar-ti

mur-tengah/#ixzz2gU8V6XPv

http://www.wartanews.com/internasional/c420f2ed-3528-4f7a-8f59-674f9db7fbdf/rusia

-bangun-kawasan-industri-halal

http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2013/07/01/menu-halal-pun-sudah-tersedia-di-

kantin-kampus-jepang-570004.html