jurnal ima 2

4
ID dan Perkembangan Saraf Hubungan yang memungkinkan antara ID/IDA dan perkembangan neurobehavioral pada anak nantinya adanya subjek dari berbagai laporan. Hasil dari beberapa penelitian yang mdilakukan untuk menyelidiki hubungan antara IDA pada bayi dan defisit kognitif. Lozoff et all sudah melaporkan defisit kognitif 1-2 setelah defisiensi besi dapat terjadi saat bayi. Namun, hal ini sulit untuk memastikan causal dari hubungan ini karena banyak variabel lainnya dan kesulitan untuk mendisain dan melakukan uji coba acak dalam skala besar yang dibutuhkan untuk menyingkirkan perbedaan potensial. Tinjauan sistematik Cochrane Database, yang mempertanyakan apakah pengoabtan dari IDA dapat meningkatkan perkembangan psycomotor diperiksa, dan dinyatakan bahwa ada bukti yang tidak pasti namun memungkinkan (hanya berdasarkan 2 uji acak) yang menimbulkan jika pengobatan diperpanjang hingga 30 hari. Mcann dan Arnes juga melaporkan bukti dari causal hubungan antara ID/IDA dan defisit kognitif dan fungsi perilaku. Mereka menyimpulkan bahwa untuk IDA, ada beberapa bukti yang dapat mendukung causal, namun karena spesifisitas dari kedua causal dan efek tidak dapat dihubungkan. Sangat dini untuk menyimpulkan hubungan dari causal antara IDA dan perkembangan perilaku an kognitif. Untuk ID, beberapa bukti dari penyebab juga ada, namun masih kurang bila dibandingkan IDA. Sudah diketahui bahwa besi sangat penting untuk perkembanan saraf pada beberapa percobaan menggunakan binaang. ID mempengaruhi metabolisme dari neurotransmitter, mielinisasi, dan fungsi memori. Observasi ini dapat menjelaskan perilaku pada bayi manusia yang dikaitkan dengan ID. Karena itu, besi merupakan nutrisi tunggal yang penting untuk perkembangan. Sangat penting untuk mengurangi IDA dan ID pada bayi dan balita, bahkan jika hubungan antara IDA dan ID masih belum ditegakkan Diagnosis Status besi merupakan suatu rangkaian. Pada satu sisi dari spectrum adalah IDA sementara pada sisi lainnya adalah overload zat besi. ID dan IDA dijelaskan sebagai ketidakseimbangan antara kebutuhan besi dan ketersediaan zat besi yang dapat menyebabkan defisiensi dari cadangan besi yang disertai dengan perubahan dari nilai laboratorium seperti kosentrasi Hb, Mean Corpuscular Hb, mean corpuscular volume, kosentrasi retikulosit Hb, total iron-binding capacity, saturasi

Upload: marmutkupluk1396920

Post on 22-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nkmkamla

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ima 2

ID dan Perkembangan Saraf

Hubungan yang memungkinkan antara ID/IDA dan perkembangan neurobehavioral pada anak nantinya adanya subjek dari berbagai laporan. Hasil dari beberapa penelitian yang mdilakukan untuk menyelidiki hubungan antara IDA pada bayi dan defisit kognitif. Lozoff et all sudah melaporkan defisit kognitif 1-2 setelah defisiensi besi dapat terjadi saat bayi. Namun, hal ini sulit untuk memastikan causal dari hubungan ini karena banyak variabel lainnya dan kesulitan untuk mendisain dan melakukan uji coba acak dalam skala besar yang dibutuhkan untuk menyingkirkan perbedaan potensial. Tinjauan sistematik Cochrane Database, yang mempertanyakan apakah pengoabtan dari IDA dapat meningkatkan perkembangan psycomotor diperiksa, dan dinyatakan bahwa ada bukti yang tidak pasti namun memungkinkan (hanya berdasarkan 2 uji acak) yang menimbulkan jika pengobatan diperpanjang hingga 30 hari. Mcann dan Arnes juga melaporkan bukti dari causal hubungan antara ID/IDA dan defisit kognitif dan fungsi perilaku. Mereka menyimpulkan bahwa untuk IDA, ada beberapa bukti yang dapat mendukung causal, namun karena spesifisitas dari kedua causal dan efek tidak dapat dihubungkan. Sangat dini untuk menyimpulkan hubungan dari causal antara IDA dan perkembangan perilaku an kognitif. Untuk ID, beberapa bukti dari penyebab juga ada, namun masih kurang bila dibandingkan IDA.

Sudah diketahui bahwa besi sangat penting untuk perkembanan saraf pada beberapa percobaan menggunakan binaang. ID mempengaruhi metabolisme dari neurotransmitter, mielinisasi, dan fungsi memori. Observasi ini dapat menjelaskan perilaku pada bayi manusia yang dikaitkan dengan ID. Karena itu, besi merupakan nutrisi tunggal yang penting untuk perkembangan. Sangat penting untuk mengurangi IDA dan ID pada bayi dan balita, bahkan jika hubungan antara IDA dan ID masih belum ditegakkan

Diagnosis

Status besi merupakan suatu rangkaian. Pada satu sisi dari spectrum adalah IDA sementara pada sisi lainnya adalah overload zat besi. ID dan IDA dijelaskan sebagai ketidakseimbangan antara kebutuhan besi dan ketersediaan zat besi yang dapat menyebabkan defisiensi dari cadangan besi yang disertai dengan perubahan dari nilai laboratorium seperti kosentrasi Hb, Mean Corpuscular Hb, mean corpuscular volume, kosentrasi retikulosit Hb, total iron-binding capacity, saturasi transferrin, zinch protoporphytin, kosentrasi SF, dan serum transferin receptor 1 (TfR1). Pengukuran yang digunakan untuk menentukan status besi dicatat di Tabel 2.

Pada anak dengan ID, ketika kosentrasi Hb turun 2 SD dibawah rata-rata berdasarkan usia dn jenis kelamin, IDA dapat terjadi, dimana definisinya adalah;untuk anak berusia 12 bulan. Sekitar 11.0 mg/dL. Ketika IDA dihitung sebagai kebanyakan kasus dari anemia pada anak, anemia dan IDA dianggap sama, dan pengukuran sederhana dari kosentrasi Hb sudah cukup untuk menegakkan diagnosis dari anemia akibat dari ID. Selain itu, pada negara industri, prevalensi dari ID dan IDA sudah menurun, dan penyebab anemia lainnya, seperti anemia hemolitik, anemia pada penyakit kronik, dan anemia akibat defisiensi nutrisi lainnya lebih sering terjadi.

Tidak ada pengukuran tunggal yang tersedia untuk menilai status besi pada anak. Keterbatasan dari menggunakan kosentrasi Hb untuk mengukur status besi masih kurang dalam spesifisitas dan sensitifitas. Faktor yang membatasi eritropoiesis atau hasil dari hemolisis kronik, seperti pada gangguan genetik dan infeksi kronik juga dapat menyebabkan penurunan kadar Hb. Defisiensi

Page 2: Jurnal Ima 2

vitamin B12 atau asam folat, walaupun jarang pada populasi anak, juga dapat menyebabkan penurunan kosentrasi Hb. Kurangnya dari sensitifitas diakibatkan oleh overlap penanda dari kosentrasi Hb antara populasi dengan iron sufisiensi dan dengan populasi ID. Karena itu untuk mengidentifikasi ID atau IDA, kosentrasi Hb harus digabungkan dengan pengukuran status besi lainnya. Setelah diagnosis dari IDA ditegakkan, pemantauan kosentrasi Hb dapat dijadikan tolak ukur untuk respon dari pengobatan.

Dalam menentukan status besi definitif dari individu, sangat penting untuk menggunakan tes yang lebih sedikit namun akurat dalam menilai status besi. Uji coba yang harus dimasukkan adalah kosentrasi Hb, karena hal ini menentukan keadekuatan dari sel darah merah dalam sirkulasi dan menilai apakah ada anemia. Satu dari tes lainnya yang harus ditambahkan untuk menentukan kosentrasi Hb jika ID dan IDA sudah didagnosa. 3 Parameter yang menyediakan informasi terkait status besi adalah kosentrasi SF, CHr, dan TfR1.

SF merupakan parameter sensitif untuk menilai dari cadangan besi pada orang sehat, 1 ug/L dari SF sama dengan 8-10 mg cadangan besi.

Pengukuran kosentrasi SF digunakan luas pada praktik klinis dan sudah tersedia. Cook et al memilih kosentrasi SF dibawah 12 ug/L sebagai diagnosis untuk ID setelah survey pada populasi di Amerika Serikat. Kareanya, nilai toal ukur dari 10 ug/K disarankan. Karena SF merupakan reaktan fase akut, kosentrasi SF dapat meningkat jika terjadi inflammasi kronik, infeksi, keganasan, atau penyakit hati, dan pengukuran simultan dari C-reactif Protein (CRP) dibutuhkan untuk menyingkirkan inflammasi. Walaupun Brugnara et al menemukan kosentrasi SF kurang akurat dibandingkan CHr atau TfR1 untuk menentukan status besi pada anak, menggabungkan pengukuran kosentrasi SF disertai dengan CRP lebih siap untuk diaplikasikan terhadap penilaian cadangan besi dan merupakan uji screening yang dapat diandalkan selama kadar CRP tidak meningkat.

Kosentrasi CHr dan TfR1 tidak dipengaruhi oleh inflammasi (infeksi), keganasan, atau anemia pada penyakit kronik, dan dapat digunakan sebagai biomarker untuk status besi. Hanya uji CHr yang sat ini tersedia untuk anak. CHr sudah divaliditasi pada anak, dan nilai standar dari CHr sudah ditentukan.

Uji CHr amenyediakan pengukuran dari besi yang tersedia dalam sel dan baru dilepaskan dari sumsum tulang. Nilai CHr dapat diukur dengan flow cytometry, dan 2 hingga 4 analisa hematologi umumnya digunakan di Amerika Serikat yang menyediakan pengukuran CHr. Kosentrasi CHr yang rendah dapat dijadikan prediktor terkuat terhadap ID apda anak dan menunjukkan hal yang menjanjikan dalam diagnosis ID ketika uji ini semakin sering digunakan.

TfR1 merupakan pengukuran dari status besi, yang mendeteksi ID hingga level sel. TfR1 ditemukan di membran sel dan memafisilitasi transfer dari besi ke sel. Ketika suply dari besi tidak adekuat, TfR1 menyebabkan sel untuk mengambil besi lebih efektif sehingga lebih banyak kadar TfR1 yang bersirkulasi dalam serum. Peningkatan dari kosentrasi serum TfR1 terlihat pada pasien dengan ID atau IDA, walaupun hal ini tidak meningkat hingga cadangan besi dalam tubuh sudah habis semuanya pada orang dewasa. Namun, uji TfR1 masih belum banak tersedia, dan nilai standar untuk bayi dan anak juga masih belum ditetapkan.

Page 3: Jurnal Ima 2

Karenanya, untuk menegakkan diagnosis dari IDA, beberapa rangkaian tes dapat digunakan saat ini (ketika pengukuran kosentrasi Hb dibawah 11 g/dL): 1. SF dan CRP, 2. Chr. Untuk mendiagnosis ID tanpa anemia dapat digunakan pengukuran SF dan CRP atau CHr

Pendekatan lainnya untuk diagnosis dari IDA pada anak yang stabil secar aklinis dengna anemia ringan (kosentrasi Hb 10-11 g/dL) adalah untuk memantau respon dari suplementasi besi, terutama pada riwayat diet yang menunjukkan bahwa pasien mengalami diet defisiensi besi. Peningkatan kosentrasi Hb sebesar 1 g/dL setelah 1 bulan dari suplementasi terapi juga digunakan untuk menilai adnaya IDA. Pendekatan ini membutuhkan suplementasi besi yang adekuat, absorbsi besi yang adekua, dan daya tahan tubuh pasien yang adekuat dengan follow up untuk pemastiannya. Namun, karena hanya 40% dari kasus anemia yang terlihat pada usia 12 bulan terjadi akibat IDA (Tabel 1), pertimbangan masih penting untuk memberikan penegakkan diagnosis IDA dengan menggunakan screening, seperti yangsudah dijelaskan sebelumnya.