kti-nya ima

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010 yang dituangkan dalam konteks pembangunan nasional, dijelaskan bahwa kesehatan seharusnya menjadi lanjasan dan pertimbangan pokok. Selama wawasan kesehatan belum dijadikan azas pembangunan nasional dan belum menjadi salah satu kriteria kunci penentu layak tidaknya suatu upaya pembangunan, masalah kesehatan akan tetap menjadi isu nasional yang serius. Pembangunan kesehatan tanpa disertai upaya menjadikan kesehatan itu sendiri sebagai azas pembangunan akan tergilas oleh laju pembangunan yang semakin cepat dan seringkali tanpa pertimbangan dampak terhadap masyarakat. (Depkes, Indonesia Sehat 2010) AKI di Indonesia masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN yakni 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI di Filipina 170 kematian per 100.000 kelahiran hidup, di Vietnam 95 kematian per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 30 kematian per 100.000 kelahiran hidup. (Susanto, C.E, 2007, www.mediaIndonesia.com/berita Asp) 1

Upload: mahta

Post on 27-Jun-2015

707 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI-nya Ima

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010 yang dituangkan dalam konteks

pembangunan nasional, dijelaskan bahwa kesehatan seharusnya menjadi lanjasan

dan pertimbangan pokok. Selama wawasan kesehatan belum dijadikan azas

pembangunan nasional dan belum menjadi salah satu kriteria kunci penentu layak

tidaknya suatu upaya pembangunan, masalah kesehatan akan tetap menjadi isu

nasional yang serius. Pembangunan kesehatan tanpa disertai upaya menjadikan

kesehatan itu sendiri sebagai azas pembangunan akan tergilas oleh laju

pembangunan yang semakin cepat dan seringkali tanpa pertimbangan dampak

terhadap masyarakat. (Depkes, Indonesia Sehat 2010)

AKI di Indonesia masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN yakni

307 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI di Filipina 170 kematian per

100.000 kelahiran hidup, di Vietnam 95 kematian per 100.000 kelahiran hidup,

Malaysia 30 kematian per 100.000 kelahiran hidup. (Susanto, C.E, 2007,

www.mediaIndonesia.com/berita Asp)

Adapun penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan yang

mencapai 28%, pre eklampsi dan eklampsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak

aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah masih rendahnya

akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan

13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek

waktu melahirkan 9,4%. (Susanto, C.E, 2007, www.mediaIndonesia.com/berita

Asp)

Menurut WHO, di seluruh dunia sekitar 40–60 juta ibu yang tidak

menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu

mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-

50% diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan

1

Page 2: KTI-nya Ima

sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk

Indonesia. (Ericca, 1997)

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada umur

kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin < 500 gram. Adapun dampak dari

masalah bila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat maka dapat

menambah angka kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi dari abortus

yaitu dapat terjadi infeksi, syok, dan perforasi.

Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah

bidan mampu mengetahui gejala-gejala dari abortus agar dalam mendiagnosa

suatu masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi

dengan dokter dan ditunjang oleh fasilitas yang memadai.

Di Sulawesi-Selatan berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Tingkat I dari bulan Januari sampai bulan Desember 2009 angka

kematian ibu berjumlah 141 orang, yang disebabkan oleh perdarahan 73 orang

(51,8%), infeksi 8 orang (5,7%), eklampsi 39 (27,7%) dan lain-lain berjumlah 24

orang (17,0%).

Di RSUD Syekh Yusuf dari bulan Januari – Desember tahun 2009 dari

1544 orang yang memeriksakan kehamilannya ditemukan angka kejadian abortus

sebanyak 326 orang (21,1%) dan abortus inkomplit sebanyak 265 orang (17,2%).

Angka tersebut menunjukkan bahwa abortus inkomplit masih merupakan

masalah yang memerlukan

penanganan untuk menjadi suatu prioritas di RSUD Syekh Yusuf. Masih

tingginya angka kejadian abortus yang menyebabkan perdarahan, memberikan

motivasi pada penulis untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus abortus

inkomplit.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

2

Page 3: KTI-nya Ima

Berdasarkan data dan masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang

masalah, maka penulis ingin melakukan studi kasus yang diharapkan dapat

membahas lebih mendalam mengenai Asuhan Kebidanan Abortus Inkomplit.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan kebidanan

abortus insipiens di Rumah Sakit dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan kasus abortus insipiens

di RS.

b. Dapat menganalisa dan mempresentasikan data untuk menentukan

diagnosa masalah aktual pada kasus abortus insipien di RS.

c. Dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa atau masalah

potensial pada kasus abortus insipiens di RS.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada kasus abortus

insipiens di RS.

e. Dapat melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada kasus

abortus insipiens di RS.

f. Dapat melaksanakan implementasi secara langsung dari rencana tindakan

asuhan kebidanan yang telah disusun pada kasus abortus insipien di RS.

g. Dapat mengevaluasi tentang efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan

pada kasus abortus insipiens di RS.

h. Dapat mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada kasus abortus

insipiens di RS.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi institusi

3

Page 4: KTI-nya Ima

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Akademi Kebidanan Sandi Karsa Makassar

2. Manfaat bagi instansi kesehatan

a. Hasil asuhan yang telah diberikan diharapkan dapat menjadi informasi

pada instansi Departemen Kesehatan dan instansi terkait.

b. Hasil asuhan yang telah diberikan diharapkan dapat menjadi sumber

informasi untuk RS

3. Manfaat bagi penulis

Merupakan pengalaman paling berharga bagi penulis, sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya untuk kasus

abortus insipiens

E. Metode Penelitian

Penulisan kasus ini menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Studi Kepustakaan

Penulis mempelajari dan membaca buku serta literatur yang berhubungan

dengan abortus insipiens.

4

Page 5: KTI-nya Ima

2. Studi Kasus

Dengan menggunakan proses manajemen kebidanan komprehensif data yang

dikumpulkan hingga evaluasi yang didapatkan dengan menggunakan metode:

a. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga, petugas kesehatan

terutama bidan dan dokter diruang perawat ginekologi yang berhubungan

dengan masalah yang dihadapi klien.

b. Observasi

Data diperoleh dengan cara melakukan kunjungan dan pemantauan secara

langsung kepada klien.

c. Pemeriksaan fisik

Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis mulai dari kepala

hingga kaki pada klien untuk memperoleh data objektif.

3. Studi Dokumentasi

Penulis membaca dan mempelajari status klien berdasarkan catatan medik

yang berkaitan dengan kasus klien.

4. Diskusi

Dalam hal ini penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan terutama

bidan demi kelancaran dan terselesaikannya penulisan karya tulis ini.

F. Sistematika Penulisan

Studi kasus ini terdiri dari 5 bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

5

Page 6: KTI-nya Ima

E. Sistematika Penulisan

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Abortus Insipien

1. Pengertian

a. Abortus Secara Umum

b. Abortus Insipiens

2. Etiologi

3. Patofisiologi

4. Klasifikasi Abortus

5. Tanda dan Gejala

6. Diagnosis

7. Komplikasi

8. Penanganan

B. Proses Manajemen Bidan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

3. Metode 7 langkah Asuhan Kebidanan

BAB III : STUDI KASUS

Langkah I : Pengumpulan Data dan Analisa Dasar

Langkah II : Perumusan Diagnosa / Masalah Aktual

Langkah III : Perumusan Diagnosa / Masalah Potensial

Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Segera / Kolaborasi

Langkah V : Perumusan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori

dan fakta yang telah didapatkan.dilahan praktek pada pelaksanaan

asuhan kebidanan pada kasus abortus insipiens.

6

Page 7: KTI-nya Ima

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dari karya tulis yang berisi tentang

kesimpulan hasil pelaksanaan studi kasus yang dilakukan dan berisi

tentang saran-saran untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7

Page 8: KTI-nya Ima

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Abortus Insipiens

1. Pengertian

1) Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 mingguatau berat

janin kurang dari 1000 gram (Prof.dr.I.B.G Manuaba,Sp.OG,2008)

2) Definisi lain dari abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan (Prof.Dr.Rustam Mochtar,MPH)

3) Abortus dapat juga dikatakan sebagai perdarahan pervaginam pada

kehamilan kurang dari 22 minggu. (Prof. dr. eAbdul Bari Syaifuddin,

SpOG, 2000)

4) Menurut Jeffcoat, Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum

usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum dapat hidup di dunia luar.

(Rustam Mochtar, M. Ph,1998, hal. 209)

5) Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Prof. dr. Ida Bagus

Gde Manuaba, SpOG, 1998)

6) Menurut Eastman,Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan di

mana fetus belum sanggup hidup sendiridi luar uterus.(Rustam

Mochtar,M. Ph, 1998,hal 209)

Berdasarkan pengertian diatas maka kesimpulan yang dapat ditarik

bahwa abortus adalah keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim sebelum

kehamilan mencapai 20 minggu dan berat kurang dari 500 gram. (Prof. dr. Ida

Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998)

8

Page 9: KTI-nya Ima

2. Klasifikasi Abortus

a. Abortus Spontan

Abortus spontan yang terjadi dengan tidak diketahui faktor-faktor

mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor

alamiah atau terjadi tanpa unsur tindakan diluar dan dengan kekuatan

sendiri. Dimana abortus spontan dapat dibagi atas: (Rustam Mochtar, M.

Ph, 1998)

1) Abortus Kompletus (keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi

dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.

(Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)

2) Abortus Insipiens adalah keguguran yang sedang berlangsung dengan

ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, pada abortus insipiens

kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. (Rustam Mochtar, M. Ph,

1998)

3) Abortus inkomplit adalah keguguran bersisa artinya pengeluaran

sebagian konsepsi pada kehamilan sebelum 22 minggu dengan masih

ada sisa tertinggal dalam uterus. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)

4) Abortus Imminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi.

Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dipertahankan atau dicegah

dengan memberikan obat-obatan hormonal dan anti pasmodika serta

istirahat. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)

5) Missed abortion (keguguran tertunda) adalah keadaan dimana janin

sudah mati,tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak di keluarkan

selama 2 bulanatau lebih (Rustam Mochtar,M. PH,1998)

6) Abortus habitualis adalah keguguran berulang dimana penderita

mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. (Rustam

Mochtar, M. Ph, 1998)

9

Page 10: KTI-nya Ima

7) Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi ginetalia

sedangkan abortus septic adalah abortus infeksiosus berat disertai

penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau

peritoneum. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)

b. Abortus Provocatus (Induced Abortion)

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan

maupun dengan alat, abortus ini dibagi lagi menjadi sebagai berikut

(Rustam Mochtar, M. Ph, 1998):

1) Abortus medisinalis

Adalah abortus karena berdasarkan indikasi medis, dengan

alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu,

biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter. (Rustam

Mochtar, M. Ph, 1998)

2) Abortus kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak

legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. (Rustam Mochtar, M. Ph,

1998)

3. Etiologi Abortus

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian

mudigah atau sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin

dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal ini dapat disebabkan:

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin

atau cacat, kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada

hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam

pertumbuhan ialah sebagai berikut:

1) Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus

spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan

kromosom seks.

10

Page 11: KTI-nya Ima

2) Lingkungan yang tidak sempurna, bila lingkungan di endometrium

sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat

makanan pada hasil konsepsi terganggu.

3) Pengaruh dari luar, radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya.

Dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan

hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh

teratogen.

b. Kelainan pada plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak

dapat berfungsi.

2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada

penderita diabetes mellitus.

3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga

menimbulkan keguguran.

c. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin,

bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,

sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadi

abortus, anemia berat, keracunan, laparatomi, peri tonitis umum dan

penyakit menahun.

d. Keadaan traktus genitalis

Retroversion uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus, tetapi harus diingat bahwa hanya retroversion uteri

gravid inkaserata atau mioma submukosum yang memegang peranan

penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke II adalah serviks inkomplit

yang dapat disebabkan oleh kehamilan bawaan pada serviks, dilatasi

serviks atau robekan serviks uteri luas yang tidak dijahit. (Prof. dr. Hanifa

Wiknjosastro, SpOG, 2002)

11

Page 12: KTI-nya Ima

4. Patofisiologi Abortus

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian

atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin

kekurangan oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga

rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan berkontraksi. Pengeluaran

tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal

sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu keguguran

memberi gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan

dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. (Prof. dr. Ida

Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998)

Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua, diikuti oleh

nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi

terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk

mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi

dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu

dalam, sedangkan pada kehamilan 8 – 14 minggu telah masuk agak dalam,

sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu banyak

terjadi perdarahan. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)

12

Page 13: KTI-nya Ima

5. Komplikasi abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,

infeksi dan syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada

waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperrentrofleksi.

c. Infeksi

Pada abortus septic virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke

miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi

menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis dan

kemungkinan diikuti oleh syok.

d. Syok

Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat. (Pro. Dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, 2002)

6. Diagnosa Abortus

Diagnosa abortus diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat keterlambatan datang bulan

b. Terjadi perdarahan

c. Disertai sakit perut

d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi

e. Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif

13

Page 14: KTI-nya Ima

Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi:

1) Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan.

2) Pemeriksaan fundus uteri

a) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai umur kehamilan

b) Tinggi dan besarnya sudah mengecil

c) Fundus uteri tidak teraba diatas sympisis

3) Pemeriksaan dalam

a) Serviks uteri masih tertutup

b) Serviks sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi

dalam kavum uteri pada kanalis servikalis

c) Besarnya rahim (uterus) telah mengecil

d) Konsistensinya lunak. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG,

1998)

4) Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita anemia, PID, gejala

abortus atau keluhan nyeri tidak biasanya. (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin,

SpOG, 2002)

7. Gejala Abortus Insipiens

a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil

konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai

berikut:

1) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.

2) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.

3) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

4) Dapat terjadi degenerasi ganas (koriokarsinoma)

b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:

1) Amenorea

2) Sakit perut

3) Mulas-mulas

4) Perdarahan bias sedikit atau banyak

14

Page 15: KTI-nya Ima

5) Biasanya perdarahan berupa stolsel

6) Sudah ada keluar fetus atau jaringan

7) Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provocatus

yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi.

8) Pada pemeriksaan dalam (VT) untuk abortus yang baru terjadi didapati

serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam

kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih

kecil dari seharusnya. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998).

8. Gambaran Klinis dan Penanganan Abortus Inkomplit

a. Gambaran Klinis Abortus Inkomplit

Pada pemeriksaan dapat dijumpai gambaran sebagai berikut:

a) Kanalis servikalis terbuka

b) Dapat dirba jaringan dalam rahim atau kanalis servikalis

c) Dengan pemeriksaan inspekulum perdarahan bertambah. (Prof.

dr. Hanafi Wiknjosastro, SpOG, 2002)

b. Penanganan Umum

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,

termasuk tanda-tanda vital

2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistolik < 90 mmHg, nadi lebih dari 112 x/menit)

3) Jika dicurigai ada syok, segera mulai penanganan syok, jika tidak

terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat

penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena

kondisinya dapat memburuk dengan cepat, jika terjadi syok, sangat

penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.

4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkan kemungkinan kehamilan

ektopik terganggu

15

Page 16: KTI-nya Ima

5) Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih besar) berikan

larutan garam fisiologis atau RL dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2

jam pertama).

(Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2002)

c. Penanganan Abortus Inkomplit

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan < 16 minggu,

evakuasi dapat dilakukan secara digital ataudengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika

perdarahan berhenti, beri ergometrium 0,2 mg IM atau misoprostol

400 mg per oral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <

16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:

a) Aspirasi Vacum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang

terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan

jika AVM tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2

mg IM (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu)

3) Jika kehamilan > 16 minggu

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam

fisiologis arau RL) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi

ekspulsi konsepsi.

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 80 mg)

c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. (Prof.

dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, 2002)

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan menurut Varney’s Midwifery

16

Page 17: KTI-nya Ima

a) Manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan dalam pemberian asuhan kebidanan.

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi melalui tindakan

yang logical dalam pemberian pelayanan.

b) Pengertian lain dari manajemen kebidanan adalah alat yang mendasari

seorang bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai situasi

dan kondisi yaitu dengan teknik antara lain observasi, wawancara,

anamnesa dan pemeriksaan.

2. Tahapan manajemen kebidanan

Proses manajemen adalah suatu proses pemecahan masalah dimulai

dalam bidang keperawatan kebidanan pada awal tahun 1970-an. Hal ini

merupakan suatu metode pengorganisasian rangkaian pemikiran dan tindakan

dalam ukuran logis bagi kedua pihak yaitu pasien dan pelaksana pelayanan

kesehatan. Proses ini menggambarkan ketentuan atau syarat-syarat prilaku

yang diharapkan dan si pemberi jasa pelayanan klinik

Hal tersebut diatas menyatakan dengan jelas tidak hanya menyangkut

proses pikir dan bertindak akan tetapi juga tingkat perilaku yang diharapkan

untuk dicapai dan setiap step dalam penemuan dan pengambilan keputusan

demi menyediakan pelayanan kebidanan yang aman dan menyeluruh.

Proses manajemen terdiri dari 7 rangkaian (step) yang pada waktu-

waktu tertentu dapat diperhalus / diperbaharui. Hal ini dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.

Ke 7 step terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai

dalam segala situasi. Setiap step bagaimanapun juga dapat dipecah/dirubah

untuk sebagai batas tugas dn kewajiban, dan ini sangat bervariasi dengan

bagaimana kondisi klien saat itu.

Rangkaian / step tersebut sebagai berikut :

17

Page 18: KTI-nya Ima

a. Memeriksa dengan memperoleh seluruh data yang dibutuhkan untuk

penilaian secara sempurna dari klien.

b. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa secara teliti berdasarkan

interpretasi data yang benar.

c. Mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin dapat

terjadi dan masalah / diagnosa yang telah diidentifikasi.

d. Menilai adanya kebutuhan untuk intervensi segera oleh bidan atau oleh

dokter dan atai tindakan konsultasi / kolaborasi oleh tim kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien.

e. Mengembangkan suatu rencana tidakan yang komprehensif dengan

didukung oleh penjelasan serta rasional yang benar dengan penekanan

pada kepoutusan yang diamnbil pada tagap selanjutnya.

f. Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa aman

klien.

g. Menilai tentang efektivitas tindakan yang telah diberikan serta

mengadakan penyesuaian kembali pada step sebelumnya pada setiap

aspek dan proses manajemen yang tidak efektif

Hal – hal yang perlu dari setiap proses manajemen :

Langkah I

Adapun pengumpulan data yang komplit untuk menilai klien. Data ini

termasuk riwayat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul atas indikasi

review dari keadaan sekarang dan catatan RS terdahulu, review dan data

laboratorium serta laporan singkat dan keterangan tambahan. Semua

informasi saling terkait dan semua sumber adalah berhubungan dengan

kondisi klien.

Bidan mengumpulkan data dasar secara komplit walaupun pasien

mengalami komplikasi yang membutuhkan penyampaian kepada dokter untuk

konsultasi atau kolaborasi. Pada saat seperti ini step I mungkin overlap denga

18

Page 19: KTI-nya Ima

step V atau VI (atau merupakan bagian dari rangkaian yang berkelanjutan)

sesuai data yang dikumpulkan dari hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil

pemeriksaan diagnostic lain.

Langkah II

Step ini dikembangkan dari interpretasi data ke dalam identifikasi

yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa.

Kata masalah atau diagnosa digunakan keduanya. Betapa masalah

tidak dapat didefinisikan sebagai suatu diagnosa, akan tetapi membuthkan

suatu pertimbangan dalam pengembangan suatu rencana yang komprehensif

untuk pasien.

Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh

pasien dan diagnosa yang telah ditetapkan dan lebih sering diidentifikasi oleh

bidan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien secara

individual.

Langkah III

Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial lain dan diagnosa

atau masalah saat sekarang adalah merupakan urusan antisipasi, pencegahan

jika memungkinkan, menuggu dan waspada dalam persiapan untuk segala

sesuatu yang dapat terjadi. Pada step ini sangat vital untuk perawatan yang

aman.

Langkah IV

Menggambarkan sifat proses manajeen secara terus menerus tidak

hanya pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara

periodic akan tetapi juga pada saat bidan bersama klien.

Data yang baru tetap diperoleh dan dievaluasi, beberapa data mmberi

indikasi adanya situasi emergensi dimana bidan harus bertindak segera dalam

19

Page 20: KTI-nya Ima

rangka menyelamatkan nyawa ibu atau janin. Beberapa jenis data dapat

menunjukkan adanya situasi yang memerlukan tindakan segera sambil

menunggu tindakan dokter. Pada situasi lain yang tidak dalam keadaan

emergensi akan tetapi tetap membutuhkan konsultasi atau kolaborasi dokter.

Langkah V

Pengembangan suatu rencana tindakan yang komprehensif yang

ditentukan berdasarkan step sebelumnya, sebagai hasil perkembangan dan

tanda-tanda khas sekarang ini dan antisipasi diagnosa dan masalah, juga

meliputi pengumpulan data dasar atas informasi tambahan yang diperlukan.

Pada suatu tindakan yang komprehensif tidak hanya termasuk indikasi

apa yang timbul berdasarkan kondisi klien dan masalah yang berhubungan

dengan kondisi tersebut, tetapi juga bimbingan yang diberikan lebih dahulu

kepada ibu terhadap apa yang diharapkan pasien selanjutnya, pendidikan

kesehatan dan kepercayaan/agama, keluarga / budaya atau masalah-masalah

psikologis, atau dengan kata lain apapun yang menyinggung setiap aspek yang

termasuk dalam perawatan yang diterima.

Agar efektif suatu rencana seharusnya disetujui bersama oleh bidan

serta pasien, sebab pada akhirnya si ibulah yang akan atau tidak akan

mengimplementasikan rencana tersebut. Oleh karena itu, tugas pada step ini

termasuk diskusi dan penyusunan rencana tindakan bersama dengan pasien

sebagai suatu konfirmasi atau persetujuan. Seluruh keputusan yang dibuat

untuk pengembangan suatu rencana tidakan seharusnya menggambarkan

rasional yang tepat berdasarkan pengetahuan yang relevan dan sesuai teori

terbaru (up to date) dan asumsi yang tepat tentang kelakuan pasien (apa yang

akan atau tidak akan dilakukan oleh pasien).

Rasional berdasarkan pengetahuan teoritis yang keliru atau kurang

atau data yang tidak komplit dan tidak tepat akan memberi hasil perawatan

yang tidak sempurna dan mungkin tidak aman.

20

Page 21: KTI-nya Ima

Langkah VI

Step ini adalah pelaksanaan rencana tindakan. Hal ini mungkin dapat

dikerjakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri,

bidan atau tim kesehatan lain. Jika seorang bidan tidak melaksanakan tindakan

sendiri maka ia menerima tanggung jawab mengurus pelaksanaannya

(mengamati pasien adalah memastikan bahwa tindakan tersebut memang

tindakan yang benar terlaksana).

Dalam situasi dimana bidan melakukan tindakan kolaborasi dengan

seorang dokter, dan masih tetap terlibat dalam penatalaksanaan perawatan

klien yang mengalami komplikasi, maka seorang bidan yang memikul

tanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan kolaborasi dan perawatan secara

menyeluruh bagi pasien. Implementasi yang efektif dapat mengurangi biaya

perawatan dan meningkatnya kualitas pelayanan kepada pasien.

21

Page 22: KTI-nya Ima

Langkah VII

Evaluasi pada kenyataannya adalah cara untuk mengecek apakah

rencana yang telah dilaksanakan benar memenuhi kebutuhan pasien, yaitu

kebutuhan yang diidentifikasi pada tahap penentuan diagnosa dan masalah.

Rencana yang dianggap efektif bila dilaksanakan dan tidak efektif,

sementara pada bagian lain dikatakan tidak efektif. (Varney Helen, 1997).

Pendokumentasian proses manajemen kebidanan dalam asuhan kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Langkah-langkah dalam kebidanan menggambarkan alur pola pikir

dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi

masalah. Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, logis

dalam suatu metode pendokumentasian.

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat

mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai aturan yang telah dilakukan

dan yang akan dilakukan pada seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses

berfikir secara sistematis. Seorang bidan dalam menghadapi seorang klien

sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen kebidanan.

Menurut Helen Varnei’s, alur berfikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan

oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan

dalam bentuk SOAP yaitu:

22

Page 23: KTI-nya Ima

Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

anamnesis

Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan test diagnostic lalu yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assesment.

Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan intrepretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

1. Diagnosa / masalah

2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi

atau rujukan.

Planning

Menggambarkan pendokumentasian, tindakan dan evaluasi

berdasarkan assesment (Varney Helen, 1997).

23