lapsus ima anes br
TRANSCRIPT
OLEH:KHARISMA HANDAYANI / G1A106098
PEMBIMBING:
Laporan Kasus
“ANASTESI SPINAL PADA PASIEN G2P1A0 GRAVIDA 41 MINGGU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN PREEKLAMSI BERAT (PEB)”
dr. Isrun Masari, Sp.An
PENDAHULUAN
Preeklamsia Berat
• penyakit yang mempersulit sekitar 5-8% dari seluruh kehamilan.
• sebagai salah satu dari 3 penyebab morbiditas dan kematian ibu secara global
Tindakan Bedah Sesar Darurat
waktu yang terbatas untuk resusitasi dan optimalisasi kondisi klinis
Anastesi
LAPORAN KASUS
Identitas PasienNama : Ny. RTS. Desi susantiJenis Kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahunRuang : Bangsal BB : 68 KgNo.MR : -TMRS : 22 Oktober 2013 (Pk 15.15 WIB)Diagnosis : G2P1A0 gravida 41 minggu inpartu kala 1 fase aktif, janin
tunggal hidup intra uterin presentasi kepala dengan Preeklamsia Berat.Tindakan : Sectio Cesaria
ANAMNESA
Keluhan Utama Tekanan darah tinggi
Keluhan TambahanKedua kaki bengkak
Kronologis ±7 Jam SMRS os mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah (di daerah ari-ari) menjalar sampai ke pinggang, keluar lendir bercampur darah, lalu os dibawa oleh keluarga ke praktek bidan dan saat di ukur tekanan darah os sangat tinggi (200/110mmHg), kemudian os dirujuk ke RSUD Raden Mattaher Jambi.dengan tidak mengenai infus
Os mengeluh tengkuknya terasa berat sejak beberapa hari terakhir ini, kencing sedikit (+), pandangan mata kabur (-), bengkak pada kaki (+), nyeri ulu hati(-).
Os mengaku terakhir makan dan minum ± 6 jam sebelum operasi.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat penyakit darah tinggi : disangk
al
- Riwayat penyakit DM
: disangkal
- Riwayat penyakit alergi
: disangkal
- Riwayat penyakit asma
: disangkal
- Riwayat operasi
sebelumnya : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentisGCS : 15 (E4M6V5)
Vital Sign : TD : 200/120 mmHg N : 110 x/menit RR : 26 x/menit tº : Afeberis
Kepala : Mata: pupil isokor ka-ki, Refleks cahaya
+/+, Konjungtiva anemis -/-, sclera ikhterik -/-
Mulut : mallampati I Leher : pembesaran kelenjar (-), gerakan
bebas Thorak :
Pulmo : retraksi dinding dada (-), bentuk simetris, vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Cor : BJ I-II regular, murmur (-), Gallop (-) Kel.Mammae : Pembesaran mammae
simetris, benjolan (-), puting susu menonjol
Genitalia eksterna :labia mayora simetris, pembengkakan kel. Bartolin (-), secret vagina berupa darh dan sitosel (-)
Ekstremitas: akral hangat, edema inferior (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Hematologi
WBC : 15,6 x103/mm 3
RBC : 3,48 x106/mm3
HGB : 12,9 gr/dl HCT : 30.,6 % PLT : 231 x 103/mm
3
PCT : 0,153 % BT : 2 menit CT : 5 menit GDS : 98 mg/dl
2. Urin (++) 3. USG (-)
DIAGNOSA PRA BEDAH G2P1A0 gravida 41 minggu inpartu
kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala dengan Preeklamsia Berat
• Observasi KU, TTV, HIS, dan DJJ • Edukasi os untuk tirah baring miring ke kiri.• IVFD RL 20 gtt/i• MgSO4 40% 10cc intramuskular setiap 6 jam• Nifedipin 3 x 10 mg per oral setiap 8 jam• Pemasangan kateter• Rencana operasi SC cito
Terapi
Status FisikASA II dengan PEB.
Rencana Tindakan Anestesi Diagnosis pra bedah : G2P1A0 gravida 41 minggu
inpartu kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala dengan preeklamsia berat.
Tindakan bedah : Sectio caesaria Status ASA : ASA II Jenis atau Tekhnik Anestesi :
Anestesi regional : spinal Anestesi local : bupivakain 0,5% (hiperbarik)
15 mg Adjuvant : fenthanyl 12,5 mcg
LAPORAN ANESTESI Pendahuluan
Tanggal : 22 oktober 2013 Nama: Ny. RTS desi susanti Umur :30 tahun TB/BB : 150 cm/68 kg Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosis : G2P1A0 gravida 41
minggu inpartu kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala dengan preeklamsia berat.
Jenis Pembedahan : Sectio caesaria Ahli bedah : dr. Herlambang Sp.OG Ahli Anestesi : dr. Ade Susanti. Sp.An
Keterangan Pra-Bedah Keadaan Umum :
Baik Kesadaran :
Compos mentis GCS : 15 E4M6V5 Vital Sign
TD : 200/120 mmHg
PR : 125 x/menit RR : 26 x/menit tº : Afebris
E.K.G : tidak diperiksaFoto thorak : tidak diperiksa Hematologi WBC : 156 3/mm 3
RBC : 3,48 x106/mm3
HGB : 12,9 gr/dlHCT : 30,6 %PLT : 231 x 103/mm 3
PCT : 0,153 % BT : 2 menitCT : 5 menit GDS : 98 mg/dl Urin (++)
• Penyakit Penyerta : -• Status Fisik : ASA II dengan PEB
TINDAKAN ANESTESI
Jenis atau Tekhnik Anestesi : Anastesi regional Tekhnik anestesi : spina
(intratekal) Lokasi penusukan : L3-L4 Analgesi setinggi : segmen
(dermatom) T4-5 Obat anestesi local : bupivakain 0,5%
(hiperbarik) 15 mg Adjuvant : fenthanyl 12,5 mcg
Premedikasi : Ranitidine 50 mg, inj Ondancetron 4 mg
Medikasi Intra Operasi: Oksigen nasokanul 2 liter/menit Oksitosin 20 IU Efedrin 5 mg Furosemid 40 mg Asam trameksamat 100 mg Dexametaxon 15 mg
Medikasi Anlagetik – ketorolac 30 mg - tramadol 100 mg
drip dalam RL 30 tetes / menit
MONITORING PERIOPERATIVE
Waktu TD Nadi SpO2
16.15 200/120 120 100%
16.30 150/90 99 100%
16.45 140/79 88 100%
17.00 120/60 80 100%
17.15 130/80 80 100%
17.30 160/80 98 100%
17.41 140/80 95 100%
KEADAAN SELAMA OPERASI
Letak penderita : Terlentang
Intubasi : tidak dilakukan Penyulit waktu anestesi
: ada, kejang dura OPO2 100% + Bagging + recovol 150 mg
Lama anestesi : 2 jam Keadaan bayi : Hidup Berat Badan : 2900 gr
RUANG PEMULIHAN
Masuk jam : 18.00WIB Keadaan umum Kesadaran : Compos
mentis GCS : 15 E4M6V5 Vital Sign
TD : 132/80 mmHg PR : 127 x/menit RR : 24x/menit tº : Afebris Pernapasan : baik
Skor aldrette
• Aktifitas : 1• Pernapasan: 2• Warnakulit:2• Sirkulasi: 2• Kesadaran : 2Jumlah : 9
• Penyulit
: tidak ada• Pindah/pulang
: 19.00 WIB ke saal kebidanan
=Instruksi Anestesi
Awasi tanda vital setiap 15 menit dan pedarahan
Bed rest menggunakan bantal selama 1 x 24 jam pertama post operasi
Boleh minum bertahap ½ galas / jam atau minum menggunakan sedotan
Terapi sesuai dr. Herlambang, Sp.OG
Prognosis : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia berat (PEB) adalah preeklamsia dengan takanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg yang
disertai dengan proteinuria ≥ 2 dan edema.
Patofisiologi Terjadinya Preeklampsia adalah
iskemik uteroplasentar, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah plasenta yang berkurang
Disfungsi plasenta juga ditemukan pada preeklampsia, sehingga terjadi penurunan kadar 1 α-25 (OH)2 dan Human Placental Lagtogen (HPL), akibatnya terjadi penurunan absorpsi kalsium dari saluran cerna.
mempertahankan penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangan kelenjar paratiroid yang mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai penurunan kadar kalsitonin yang mengakibatkan peningkatan absorpsi kalsium tulang yang dibawa melalui sirkulasi ke dalam intra sel.
Peningkatan kadar kalsium intra sel mengakibatkan peningkatan kontraksi pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Penegakan Diagnosa
PENATALAKSANAAN
Perawatan dan pengobatan preeklamsia berat meliputi hal-hal berikuPencegahan kejangPengobatan hipertensiPengelolaan cairanPelayanan suportif
terhadap penyulit organ yang
terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan
Monitoring selama di rumah sakit,
•Nyeri kepala•Gangguan visus•Nyeri epigastrium•Kenaikan cepat berat badan•Penimbangan BB•Pengukuran proteinuria•Pengukuran tekanan darah•Pemeriksaan laboratorium•USG•NST
Anastesi Spinal
Analgesi spinal ( intratekal, intradural, subdural, arakhnoid) bagian dari anastesi regeional.
Anastesi spinal merupakan pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarakhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikan anestetik lokal ke dalam ruang subarakhnoid
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi :5
• Bedah ekstermitas bawah• Bedah panggul• Tindakan sekitar rektum
perineum• Bedah obstetri ginekologi• Bedah urologi• Bedah abdomen bawah• Pada bedah abdomen atas dan
bedah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan anestesI umum ringan
Kontra indikasi absolut :5
•Pasien menolak•Infeksi pada tempat
suntikan•Hipovolemi berat, syok•Koagulopati atau mendapat
terapi antikoagulan•Tekanan intrakranial tinggi•Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman
Teknik Anastesi
Setelah dimonitor tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakan stabil. Buat pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4-5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4 atau L4-5. Tusukan pada L1 dan L-2 atau diatasnya beresiko trauma terhadap medulla spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alcohol
Beri anestesi local pada tempat tusukan misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml
Cara tusukan median atau para median
Komplikasi Anastesi
Hipotensi Blokade spinal Total Kecemasan dan Rasa sakit Sakit kepala spinal (Pasca pungsi) Disfungsi kandung kencing Bradikardia Nausea
PEMBAHASAN
Kasus Teori
KU :tekanan Darah Tinggi
Pada pemeriksaan ditemukan adanya tekanan darah tinggi dan bengkak pada kedua tungkai sehingga pasien dirujuk, pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-). Saat berada di praktek bidan pasien mengeluh perut terasa mules (+), keluar lendir bercampur darah (+), keluar air-air (-). TTV: TD= 200/120 mmHg edema ekstremitas inferior (+) Pemeriksaan Penunjang: Proteinuria +2 Pemberian Terapi: MgSo4 dan nifedipin
Preeklampsia berat (PEB) adalah preeklamsia dengan takanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg yang disertai dengan proteinuria ≥ 2 dan edema
Perawatan dan pengobatan preeklamsia berat meliputi hal-hal berikut:2,3
•Pencegahan kejang•Pengobatan hipertensi•Pengelolaan cairan•Pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan•saat yang tepat untuk persalinan.
CONT...
Kasus Teori
Rencana Tindakan : bedah Seksio Sesaria Cito
Status ASA: ASA II dengan PEB
•Tindakan preeklamsia selanjutnya adalah tindakan bedah seksio sesaria darurat agar terapi ini diarahkan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal terutama mencegah terjadinya eklamsia dan komplikasinya, mengeluarkan janin secepatnya dari ibu adalh tatalaksana definitif preeklamsi.1
Kasus Teori
•Rencana jenis anastesi yang akan dilakukan adalah anastesi regional dengan blok subarachnoid (anastesi spinal).
Pemilihan anastesi spinal mempunyai banyak keuntungan khusunya bagi pendertia PEB, menghindari kesulitan intubasi pada anastesi umum serta mudah dikerjakan daripada anastesi regional. Penelitian yang telah dilakukan di Perancis pada tahun 2003 menunjukan bahwa anastesi spinal pada pasien preeklamsia berat menunjukan hipotensi yang lebih rendah daripada anastesi spinal pada pasien sectio sesaria tanpa preeklamsia. Resiko hipotensi enam kali lebih rendah pada pasien dengan preeklamsia berat daripad pada psien tanpa preeklamsia
Kasus Teori
Premedikasi : Ranitidine 50 mg, inj Ondancetron 4 mg
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesi dilakukan dengan tujuan melancarkan induksi rumatan dan ketika pasien bangun dari anastesi.
Diberikan ranitidin 50 mg, tujuannya untuk mencegah pneumatisasi asam, sebab cairan lambung bersifat asam dengan pH 2,5. Untuk meminimalkan kejadian diatas diberikan ondancentron 4mg tujunnya untuk mengurangi rasa mual serta muntah pasca pembedahan.
Kasus teori
Induksi anastesi dengan menggunakan bupavacaine 15 mg dan dikombinasikan dengan fentanyl
Penambahan fentanil pada bupivacaine untuk pembedahan tujuan untuk tercapainya blok sensoris puncak ideal dan secara bermakna mengurangi durasi dari blok sensoris maupun motoris yang ideal dan secara bermakna mengurangi durasi dari blok sensoris maupun motoris dengan efek samping minimal, sehingga membantu pemulangan pasien secara dini.8 Fentanyl merupakam salah satu obat terpilih yang dikombinasikan dengan obat lokal anastesi untuk meningkatkan onset, efek analgesia, dan mengurangi efek samping seperti hipotensi.8
Kasus Teori
Medikasi Intra Operasi:Oksigen nasokanul 2 liter/menitOksitosin 20 IU Efedrin 5 mg Furosemid 40 mg
Pasien diberikan ephedrin 5 mg. Ephedrin ini diberikan pada saat tekanan darah pasien menurun. Keuntungan pemakaian efedhrin ini adalah menaikan kontraksi miokard, curah jantung. Tekanan darah sampai 50%, tetapi sedikit sekali menurunkan vasokontriksi pembuluh darah uterus. Setelah bayi lahir dan tali pusat terbpotong, diberikan uterotonika yaitu pemberian oksitosin. Pemberian oksitosin bertujuan untuk mencegah perdarahan dengan merangsang kontraksi uterus secara ritmik atau untuk mempertahankan tonus uterus post partum, dengan waktu partus 3-5 menit. Pada pasien ini diberikan oksitosin 20 IU (2 ampul), 20 IU diberikan per-drip.
Kasus Teori
Dengan kedua obat tersebut di drip di RL
Analgetika yang diberikan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat atau menurunkan kesadaran juga tidak menimbulkan ketagihan. Obat yang digunakan ketorolac, merupakan anti inflamasi non steroid (AINS) bekerja pada jalur oksigenasi menghambat biosintesis prostaglandin dengan analgesic yang kuat secara perifer atau sentral. Juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik. Ketorolac dapat mengatasi rasa nyeri ringan sampai berat pada kasus emergensi seperti pada pasien ini. Mula kerja efek analgesia ketorolac mungkin sedikit lebih lambat namun lama kerjanya lebih panjang dibanding opioid. Efek analgesianya akan mulai terasa dalam pemberian IV/IM, lama efek analgesic adalah 4-6 jam. Pada pasien ini diberikan ketorolac 30 mg + tramadol 100 mg untuk meningkatkan kekuatan analgetik
Medikasi Anlagetik – ketorolac 30 mg - tramadol 100 mg
Teori Kasus
BB : 68 kgDefisit Cairan karena Puasa (P)P = 6 x BB x 2ccP = 6 x 68 x 2cc = 816 ccMaintenance (M)M = BB x 2ccM = 68 x 2 cc = 136 ccStress Operasi (O)O = BB x 6 cc O = 68 x 6 = 408 ccPerdarahan Kassa ± 50 cc Kebutuhan cairan selama operasi:
Jam I : ½ (816) + 136 + 408 = 952 ccTotal kebutuhan cairan adalah 952cc + 50 cc = 147500
Jumlah CairanInput
: RL 7 Kolf 1500 mlPerdarahan
: Kasa ± 50 cc
Setela operasi selesai, pasien dibawa ke Recovery Room (Ruang Pemulihan).
Pasien berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah spinal headche.
Karena efek obat anastesi masih ada. Setelah keadaan umum stabil, maka pasien boleh pindah ke ruangan zaal kebidanan.
BAB IVKESIMPULAN
G2P1A0 usia 30 tahun gravida 41 minggu dengan preeklampsia berat yang akan dilakukan tindakan sectio cesarea pada tanggal 22 oktober 2013 di kamar operasi emergensi. Teknik anestesi dengan spinal anestesi spinal merupakan teknik anestesi sederhana, cukup efektif.
Anestesi dengan menggunakan kombinasi Bupivacain spinal 15 mg dan fenthanyl 12,5 mg untuk maintenance dengan oksigen 2 liter/menit. Pemberian oksitosin untuk mengurangi perdarahan. Untuk mengatasi nyeri digunakan ketorolac sebanyak 30 mg dan mg. Perawatan post operatif dilakukan dibangsal dan dengan diawasi vital sign, tanda-tanda perdarahan.