lap kel5 ima

Upload: rizka-norma-wiweka

Post on 03-Apr-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    1/23

    HASIL DISKUSI II

    1. Definisi

    Infark miokardium akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium

    yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut

    pada arteri koroner. Sumbatan inisebagian besar disebabkan oleh ruptur plak

    aretoma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya trombosis,

    vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang

    subatan akut inidapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli, atau

    vaskulitis (Perki, 2004).

    Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat

    kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir

    terhadap iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati

    setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,

    kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik lenyap dan sel tidak

    dapat memenuhi kebuthan energinya (Corwin, 2009).

    Infark Miokard Akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot

    jantung yag terganngu. Hal ini bisa disebabkan trombus arteri koroner olehruptur plak yang dipermudah terjadinya oleh faktor-faktor seperti hipertensi,

    merokok, dan hiperkolesterolemia (Silvana, 2005)

    Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat

    kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons latel terakhir

    terhadap iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati

    setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,

    kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik lenyap, dan sel tidak

    dapat memenuhi kebutuhan energinya.

    Infark miokard akut disebabkan karena adanya iskhemi miokard. Ischemia

    miokard itu sendiri diakibatkan oleh 2 hal, yaitu karena peningkatan kebutuhan

    oksigen dari miokard (misalnya karena adanya aktivitas fisik yang berat, severe

    hypertension, severe aortic stenosis) dan karena penurunan suplai oksigen yang

    melewati arteri koroner (misalnya adanya thrombus, rupture plak, dan adanya

    sumbatan pada arteri) (H. Michael Bolooki dan Arman Askari, 2010).

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    2/23

    Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh

    kerusakan aliran darah koroner miokard (penyempitan atau penyumbatan arteri

    koroner) diakibatkan oleh arterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat

    syok atau perdarahan (Carpenito, 2000).

    Infark Miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri, makin luas daerah

    infark, makin kurang daya kontraksinya. Secara fungsional, infark miokard

    menyebabkan :

    a. Berkurangnya kontraksi dengan gerak dinding abnormal.

    b. Terganggunya kepaduan ventrikel kiri

    c. Berkurangnya volume denyutan

    d. Berkurangnya waktu pengeluaran

    e. Meningkatnya tekanan akhir-diastole ventrikel kiri

    2. Klasifikasi

    a. Berdasarkan pemeriksaan EKG

    Secara garis besar, infark miokard akut dapat dibagi menjadi 2 unit

    besar :

    1) Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)

    IMA denan elevasi ST ditegakan berdasarkan anamnesis nyeri

    dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST 2mm, minimal

    pada 2 sadapan ekstremitas dan disertai dengan peningkatanenzim

    Troponin T jantung yang meningkat.

    2) Infark Miokard Akut tanpa Elevasi ST (NSTEMI)

    NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis angina

    pektoris tidak stabil (UA) menunjukan bukti adanya nekrosis miokard

    berupa peningkatan biomarker jantung, dan gambaran EKG tidak

    ditemukan adanya elevasi gelombang ST. Nyeri dada dengan lokasi

    khas subternal atau kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti

    diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa

    penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering

    ditemukan pada NSTEMI.

    b. Berdasarkan morfologi

    1) Infark Transmural

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    3/23

    Infark yang terjadi pada seluruh lapisan dinding ventrikel : anterior,

    inferior, dan posteriol. Otot jantung yang terlibat akan mengalami

    nekrosis bersamaan. Dikarakteristikkan dengan nekrosis dengan

    ketebalan penuh, yaitu dari endocardium, myocardium, dan epicardium.

    2) Infark Subendokrial

    Infark pada lapisan superfisial otot jantung (disebagian miokard)

    dan terdiri dari bagian yang nekrosis yang telah terjadi pada waktu yang

    berbeda-beda (Selwyn, 2005). Dikarakteristikkan dengan nekrosis yang

    tidak meluas dan terbatas, hanya ada di endocardium saja, atau di

    endocardium dan di myocardium, karena area ini adalah area yang peka

    terhadap kondisi ischemia.

    c. Berdasarkan penyebabnya

    Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang

    heterogen, antara lain:

    1. Infark miokard tipe 1

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    4/23

    Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau

    diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan

    ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya

    infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia

    dan hiper atau hipotensi.

    2. Infark miokard tipe 2

    Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme

    arteri menurunkan aliran darah miokard.

    3. Infark miokard tipe 3

    Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan.

    Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau

    penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat

    meningkat.

    4. Infark miokard tipe 4a

    Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya

    troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan

    percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark

    miokard.

    5. Infark miokard tipe 4b

    Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis.

    6. Infark miokard tipe 5

    Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal.

    Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass

    koroner.

    3. Etiologi

    a. Ateriosklerosis

    Terjadinya IMA biasanya dikarenakan aterosklerosis pembuluh darah

    koroner nekrosis miokard akut terjadi akibat penyumbatan total arteri koronia

    oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil. Juga

    sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan sterosis ringan.

    Ateroskerosis adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dimana lesi

    lemak yang disebut plak arteromatosa timbul pada permukaan dalam

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    5/23

    dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran

    darah ke arteri bagian distal (Hudak & Gallo, 1997)

    b. Penyumbatan koroner akut

    Pada aterosklerosis dapat menyebabkan suatu bekuan darah

    setempat atau trombus dan akan menumbat arteri. Trombus dimulai pada

    tempat plak aterosklerosis yang telah tumbuh sedemikian besar sehingga

    telah memecah lapisan intima, sehingga langsung bersentuhan dengan

    aliran darah. Karena plak tersebut menimbulkan permukaan yang tidak

    halus bagi darah, trombosit mulai mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan

    sel-sel darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan

    tersebut terlepas dari tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan

    mengalir ke cabang arteria koronia yang lebih perifer pada arteri yang sama.

    c. Sirkulasi kolateral dalam jantung

    Bila arteria koronia pelahan-lahan menyempit dalam periode bertahun-

    tahun, pembuluh pembuluh kolateral dapat berkembang pada soal yang

    sama pada perkembangan arterosklerotik. Tetapi, pada akhirnya proses

    skleroti berkembang diluar batas-batas penyediaan pembuluh kolateral

    untuk memberikan alitan darah yang diperlukan. Bila ini terjadi, malka hasil

    kerja otot jantung menjadi sangat terbatas, demikian terbatas sehingga

    jantung tidak dapat memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.

    Menurut Yasmin Siregar (2010) Infark miokard dapat terjadi oleh penyebab

    yang heterogen, antara lain :

    a. Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau diseksi

    plak arterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan

    oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya IMA. Hal-hal

    tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia, dan hiper atau hipertensi.

    b. Terjadi akibat vasokontriksi dan spasme arteri menurunkan aliran darah

    miokard.

    c. Akibat peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya

    Troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan

    perkutaneous coronary intervention (PIC) yang memicu terjadinya infark

    miokard.

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    6/23

    d. Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. Kejadian

    infark miokard jenis ini berhungan dengan operasi bypass koroner.

    4. Faktor Resiko

    Faktor resiko pada infark miokard akut dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

    a. Faktor resiko yang tidak bisa diubah

    1) Usia

    IMA sering terjadi pada pasien lansia, hal ini berkaitan dengan penyakit

    penyerta pada proses menua. Resiko aterosklerosis koroner meningkat

    dengan bertambahnya usia. Resiko terpapar IMA kebanyakan diatas usia

    40 tahun(Santoso,2005). Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya

    penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan

    terhadap faktor-faktor aterogenik.

    2) Jenis kelamin

    Menurut Anad (2008), wanita mengalami kejadian infark miokard

    pertama kali 9 tahun lebih lama daripada laki-laki. Perbedaan onset

    infark miokard pertama ini diperkirakan dari berbagai faktor resiko yang

    mulai muncul pada wanita dan laki-laki ketika berusia muda. Wanita

    agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini sampai menopouse, dan

    kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal ini diduga karena

    adanya efek perlindungan estrogen.

    3) Ras

    Insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam, hal ini mungkin berkaitan

    dengan gaya hidup.

    4) Riwayat keluarga

    b. Faktor resiko yang bisa diubah

    1) Abnormalitas kadar serum lipid

    Merupakan faktor risiko hiperlipidemia (peningkatan kadar kolesterol

    trigliserida serum di atas batas normal). LDL yang tinggi bisa memicu

    IMA

    2) Hipertensi

    Peningkatan TD sistemik meningkatkan resistensi vaskuler terhadap

    pemompaan darah dari ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung bertambah,

    sehingga ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa.

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    7/23

    Bila proses ateroskleosis terjadi, maka penyediaan oksigen untuk

    miokard berkurang. Tingginya kebutuhan oksigen karena hipertrofi

    jaringan tidak sesuai dengan rendahnya kadar oksigen yang tersedia.

    3) Obesitas

    Berkaitan dengan tingginya kadar trigliserida

    4) Diet

    Risiko terserang IMA meningkat pada psien yang mengkonsumsi diet

    yang rendah serat, kurang vitamin C, E, dan bahan-bahan polisitemikal

    5) Merokok

    Menghirup asap rokok menyebabkan peningkatan CO. Hemoglobin lebih

    mudah berikatan dengan CO dari pada oksigen, jadi oksigen yang

    disuplai ke jantung juga berkurang sehingga kerja jantung semakin

    berat. Selain itu, asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan

    ketokelamin yang menebabkan vasokontriksi pembuluh darah. Merokok

    juga dapat menyebabkan peningkatan terbentuknya trombus.

    6) Psikososial

    Faktor psikososial seperti peningkatan stress kerja, rendahnya

    dukungan sosial, personalitas yang tidak simpatik, ansietas dan depresi

    secara konsisten meningkatkan resiko terkena aterosklerosis

    (Ramrakha, 2006)

    7) Kurang aktivitas

    Akivitas aerobik yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit

    jantung koroner, yaitu sebesar 20-40%.

    5. Patofisiologi

    (terlampir)

    6. Manifestasi Klinis

    Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda infark miokard

    yang nyata (suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi

    klinis yang bermakna.

    a. Nyeri awitan yang biasana mendadak, sering digambarkan memiliki sifat

    meremukan dan parah. Nyeri dapat menyebar ke bagian atas tubuh mana

    saja, tetapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang.

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    8/23

    Nitrat dan istirahat yang dapat menghilangkan iskemia diluar zona nekrotik

    dengan menurunkan beban kerja jantung. Pasien dengan DM tidak akan

    mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai DM dapat

    mengganggu neuroreceptor.

    b. Terjadi mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat

    c. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot

    rangka

    d. Kulit yang dingin, pucat akibat rekontruksi simpatis

    e. Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta

    peningkatan aldosteron dan ADH

    f. Takikardi akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung

    g. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan

    mendekati kematian yang sering terjadi, mungkin berhubungan dengan

    pelepasan hormon stres dan ADH (vasopresin)

    h. Sesak nafas, bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir

    diastolik ventrikel kri, pada infark yang tanpa nyeri, sesak nafas merupakan

    tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.

    i. Diaphoresis (keringat berlebih), sakit kepala, palpitasi, susah tidur.

    j. Kehilangan kesadaran karena perfusi serebral yang tidak adekuat dan syok

    kardiogenik, bisa menyebabkan kematian secara tiba-tiba.

    7. Pemeriksaan Diagnostik

    a. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan jantung dapat tanpa kelainan atau abnormal. Adanya

    abnormalitas lokasi impuls ventrikel sering kali menandakan regio infark yang

    diskinetik. Distensi vena jugularis menggambarkan refliks hipertensi atrium

    kanan, yang dapat menandakan infark ventrikel kanan atau peningkatan

    tekanan pengisian ventrikel kiri. Tidak adanya peningkatan tekanan vena

    sentral tidak lanyas menandakan atrium kiri atau tekanan diastolik ventrikel

    kiri normal. Suara jantung yang lemah berarti disfungsi ventrikel liri. Gallop

    atrial (S4) selalu ada, sedangkan gallop ventrikel (S3) lebih jarang dan berarti

    ada disfungsi ventrikel kiri yang nyata. Murmur mitralis sering muncul dan

    biasanya menandakan disfungsi muskulus papilalaris atau ruptur, yang

    biasanya lebih jarang. Friction rub perikardium jaranga muncul dalam 24 jam

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    9/23

    pertama biasanya muncul beberapa saat sesudahnya (Tierney, Lawrance M.

    2002).

    b. Pemeriksaan Penunjang

    1) Pemeriksaan Laboratorium

    a) Reaksi Non-Spesifik

    Reaksi non-spesifik terhadap nekrosis miokard adalah leukosit yang

    meningkat dalam beberapa jam setelah serangan IMA. Leukosit dapat

    mencapai 12.000-15.000/mm dan berlangsung selama 3-7 hari. Laju

    endap darah juga meningkat.

    b) Pemeriksaan Enzim Serum

    CK (creatinin kinase)

    meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai

    puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.

    Enzim ini dapat dibagi-bagi lagi menjadi enzim yang spesifik atau

    isoenzim. Misalnya CK1 terdapat pada otak, paru, vesika urinaria,

    atau usus ; CK2 hanya terdapat pada sel-sel miokardium ; CK3

    akan terdapat pada serum pasien dalam 48 jam setelah serangan

    IMA transpulmonal.

    CK-MB

    CK-MB adalah isoenzim yang berasal dari jantung, akan tetapi

    CK-MB tidak dapat diandalkan untuk mempertegas IMA, karena

    CK-MB juga ditemukan pada penyakit dan gangguan lain. CK-MB

    meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai

    puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.

    LDH (Lactic Acid Dehydragenase)

    LDH juga dipecahkan agar menjadi spesifik. Sel-sel miokardium

    kaya dengan LDH1 sehingga kerusakan sel miokardium akan

    membuat LDH1 meningkat. LDH meningkat setelah 24-48 jam

    bila ada infark miokard, mencapai 3-6 hari dan kembali normal

    dalam 8-14 hari.

    SGOT (Serum Glutamic-Oxalaasetic Transaminase)

    Disebut juga AST (Aspartate Transferase) dapat ditemukan di

    jantung, hati, otot rangka, otot ginjal dan sel darah merah.

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    10/23

    Peningkatan SGOT dapat meningkat pada penyakit hati, miokard,

    dsb.

    Troponin Jantung Spesifik (yaitu cTnT dan cTn1)

    Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark miorkard dan

    mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat

    dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.

    Protein C-Raktif (CRP)

    CRP juga dianggap sebagai penanda biokimia pada cedera

    miokard, meningkat 4-6 kam dan mencapai puncaknya selama 10

    hari.

    2) EKG

    Hasil EKG yang menunjukkan IMA dikelompokkan menjadi infark

    gelombang Q dan infark gelombang non-Q. Perubahan hasil EKG yang

    berhubungan dengan infark miokard gelombang Q mencakup peningkata

    elevasi ST, inversi gelombang T dan helombang Q yang nyata pada

    sadapan yang terpasang pada miokardiac yang mengalami infark. Pada

    fase awal IMA, EKG pasien mengalami oklusi total arteri koroner

    menunjukkan elevasi segmen ST. Sedangkan gelombang non-Q terjadi

    ketika trombus tidak menyebabkan okulasi total sehingga tidak terjadi

    elevasi segmen ST.

    3) Rontgen Dada

    Nilai normal laboratotium :

    Leukosit : 4.000-10.000/mm

    LDH : 100-250 IU/L

    CK

    - Male : 20-170 IU/L

    - Female : 30-220 IU/L

    CK-MB : 0-12 IU/L SGOT : 4-35 unit/L

    SGPT : 4-36 unit/L

    (hanya terdapat pada hati)

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    11/23

    Dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif, tetapi

    perubahan ini sering kali muncul belakangan setelah gambaran klinis.

    Tanda-tanda diseksi aorta sebaiknya dianggap sebagai diagnosis

    alternatif yang mungkin.

    4) Ekokardiografi

    Memberikan penilaian yang nyaman bagi pasien disisi tempat tidur

    mengenai fungsi ventrikel kiri baik keseluruhan maupun regional. Ini

    dapat membantu diagnosis dan manajemen infark. Ekokardiografi telah

    sukses digunakan untuk membuat penilaian tentang laporan masuk

    pasien dan manajemen pasien yang diduga mengalami infark.

    5) Angiografi Koroner

    Menggambarkan penyempitan / sumbatan arteri koroner. Prosedur

    dilakukan jika mendekati bedah jantung angioplasty.

    6) Nuklear Magnetic Resonance (NMR)

    Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup

    ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan

    bekuan darah.

    8. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan utama IMA :

    M : morfin

    O : oksigen

    N : nitrate

    A : aspirin

    CO : Clopidogrel

    Jenis obat lain untuk IMA :

    a. Opioids

    Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid di SSP yang akan menurunkan

    persepsi nyeri dan respon emosional nyeri.

    Agonis opiat :

    - alkaloida candu : morfin, kodein, heroin, nikomorfin

    - Zat-zat sintesis : metadon, dan derivatnya (propoksifan), petidin

    dan derivatnnya, tramadol

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    12/23

    Antagonis nalokson, nalorfin

    Efek samping obat : RR menurun, luka bakar pernafasan

    cheynestokes, mula, muntah, tremor dll.

    b. ACE inhibitor (obat Diuretik) Kerja obatnya :

    - Menghambat angiotensin I berubah menjadi angiotensin II yang

    mana angiotensin II menyebabkan vasodilatasi dan sekresi

    aldosteron menurun

    - menghambat degradasi bradikinin yang menyebabkan

    vasodilatasi.

    Efek samping obat: hipotensi, hiperkalemia, rash, edema, gagal ginjal

    acute, efek teratogenik. Contoh obatnya, Langsung (captopril dan

    lisinopril) sedangkan prodrug nya (fosinopril, enalapril, perindropil,

    ramipril,sialzapril lenazepril).

    Contoh obatnya : Captopril

    c. Nitrate

    Farmakokinetik

    Setelah di metabolisme dihati akan menghasilkan Nitrogen Monoksida.

    Dimana fungsi dari NO :

    - Menurunkan kebutuhan Oksigen jantung dan meningkatkan

    suplai Oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskuler

    sehingga perbaiki aliran darah miokard ke daerah iskemik

    - Vasodilatasi pada vaskulermenurunkan aliran balik ke jantung

    menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan

    kebutuhan oksigen miokard menurun

    - Menurunkan kerja jantung dan perbaiki sirkulasi vaskuler

    Efek Samping obat :

    Sakit kepala, flushing (akibat terjadi dilatasi cerebral), hipotensi

    postural, rash, ketergantungan, reflek takikardi akibat hipotensi berat

    d. Heparin (anti koagulan )

    Kerja obat :

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    13/23

    - Menghentikan dan memperlambat pembentukan thrombus karena

    heparin menghambat protease factor pembekuan termasuk II

    a(trombin), Xa, IX a

    - Membantu mempertahankan integritas jantung

    - untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri

    koroner, memperkecil penyumbatan, dan juga luasnya infark.

    Efek sampng : perdarahan

    e. Trombolitik

    Kerja obatnya

    Pengubahan plasminogen menjadi plasminplasmin memicu

    Degradasi fibrin Pengubahan plasminogen menjadi plasmin tadi

    dilakukan oleh tPA(tissue Plasminogen activator) sehingga

    melisiskan jendalan-jendalan di pembuluh darah. Selain itu trombolitik

    juga berfungsi :

    - untuk memperbaiki kembali aliran darah pembuluh darah koroner,

    sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih

    lanjut.

    f. Beta Blocker

    Kerja obat :

    - menurunkan beban kerja jantung.

    - untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga

    mencegah serangan jantung tambahan.

    - untuk memperbaiki aritmia.

    Contoh obat :Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol,

    atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol,

    dan nadolol)

    g. Oksigen

    Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen

    arteri

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    14/23

    dosis 2-4 mg dan dapat diulangi dengan interval 5-15 menit sampai dosis

    total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin

    adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan, sehingga terjadi

    pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek

    hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi

    tertentu diperlukan penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%. Morfin juga

    dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau

    blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini

    biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropine 0,5 mg IV.

    i. Aspirin

    Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI

    dan efektif pada spektrum SKA. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit

    yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi

    aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg di UGD. Selanjutnya aspirin

    diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.

    9. Asuhan Keperawatan

    Pengkajiana. Identitas klien

    - Nama : Tn. A

    - Usia : 54 tahun

    - Jenis kelamin : Laki-laki

    - Status pernikahan : Menikah

    - Sumber informasi : Pasien dan keluarga (istri)

    b. Status kesehatan saat ini

    - Keluhan utama : nyeri dada hebat seperti ditindih benda berat, nyeri

    menjalar ke leher dan punggung, tidak hilang meskipun istirahat dan mual

    - Lama keluhan : sejak 1 jam yang lalu

    - Kualitas keluhan : berat

    - Faktor pencetus : -

    -

    Faktor pemberat : hipertensi- Upaya yang telah dilakukan : dibawa kerumah sakit

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    15/23

    - Diagnosa medis : infark miokard akut (IMA)

    c. Riwayat kesehatan saat ini

    Tn. A, usia 54 tahun datang meringis kesakitan sambil memegang dadanya,

    tampak bajunya basah berkeringat dan sulit bernafas. Menurut istrinya, Tn. A

    nyeri dada hebat seperti ditindih benda berat sejak 1 jam yang lalu, nyeri

    menjalar ke leher dan punggung, tidak hilang meskipun istirahat, dan mual

    d. Riwayat kesehatan terdahulu

    Tn. A mempunyai riwayat penyakit darah tinggi

    e. Pemeriksaan fisik

    1) Keadaan umum: nyeri dada (skala nyeri yang di alami 9/10), bibir pucat,

    tampak sesak, gelisah, nadi cepat dan teratur.

    Kesadaran: sadar (GCS 15)

    Tanda-tanda vital: TD: 187/116 mmHg, RR: 28 x/menit, HR: 115

    x/menit, Suhu: 34,5C

    2) Kulit dan kuku

    CRT > 2 detik

    f. Hasil Pemeriksaan Penunjang

    ECG : terdapat ST elevasi

    Lab : Troponin T positif (+), CK 101 u/l, CK-MB 38,2 u/l, SGOT 18 u/l,

    SGPT 32 u/l, Saturasi O2 96%

    g. Terapi

    Perawat berkolaborasi pemberian clopidogrel 175mg, Aspirin 1160mg, O2 4

    l/menit

    h. Kesimpulan

    Pasien menderita penyakit infark miokard akut (IMA)

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    16/23

    I. Analisa Data

    Data EtiologiMasalah

    Keperawatan

    Data Subyektif:Nyeri dada hebat seperti

    ditindih benda berat, menjalar

    ke leher dan punggung, tidak

    hilang dengan istirahat

    Data Obyektif :

    TD: 187/116 mmHg

    RR: 28 x/menit

    Skala nyeri 9/10

    Berkeringat

    Gelisah

    NYERIInfark miokardium

    Metabolisme anaerob

    PH

    Produk asam laktat

    Nyeri

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    17/23

    Data Obyektif :

    HR: 115 x/menit

    Crt > 2 detik

    ECG ST elevasi Bibir pucat

    Sesak

    Gelisah

    RESIKO

    PENURUNAN

    CURAH JANTUNG

    Data Subyektif:

    Nyeri dada hebat sepertiditindih benda berat, menjalar

    ke leher dan punggung, tidak

    hilang dengan istirahat

    Data Obyektif :

    TD: 187/116 mmHg

    RR: 28 x/menit

    HR: 115 x/menit

    Gelisah

    Sesak

    ECG ST elevasi

    INTOLERANSI

    AKTIVITAS

    Infark miokard

    Fungsi ventrikel kirigangguan kontraktilitas

    Daya fontraksi

    Perubahan daya

    kembang dan gerakan

    dinding ventrikel

    Curah sekuncupnya

    LVEDP dan

    RVEDP

    Resiko penurunan curah

    jantung

    Infark miokard

    Fungsi ventrikel kiri

    gangguan kontraktilitas

    Daya fontraksi

    Perubahan daya

    kembang dan gerakan

    dinding ventrikel

    Curah sekuncupnya

    LVEDP dan

    RVEDP

    Perubahan hemodinamika

    progresif

    Penurunan perfusi perifer dan

    koroner

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    18/23

    II. Diagnosa Keperawatan

    1) Nyeri

    2) Resiko penurunan curah jantung

    3) Intoleransi aktivitas

    III. DIAGNOSA & INTERVENSI

    1. Nyeri

    Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan

    terdapat penurunan nyeri dada.

    Kriteria hasil :

    - Klien menyatakan penurunan rasa nyeri

    - Tanda-tanda vital normal

    - Wajah rileks

    - Tidak terjadi penurunan perfusi perifer

    NO INTERVENSI RASIONAL

    1. Catat karakteristik nyeri, lokasi

    insensitas, lamanya dan

    penyebaran.

    Variasi penampilan dan perilaku klien karena

    nyeri terjadi dianggap sebagai temuan

    pengkajian.

    2. Anjurkan kepada klien untuk Nyeri dapat menyebakan syok kardiogenik

    Hipotensi, asidosis metabolik

    dan hipoksemia

    Kelemahan fisik

    Intoleransi aktivitas

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    19/23

    melaporkan nyeri dengan

    segera.

    yang berdampak pada kematian mendadak.

    3. Lakukan manajemen nyeri

    keperawatan:

    Atur posisi fisiologis

    Istirahatkan klien

    Berikan oksigen

    tambahan dengan

    kanula nasal atau

    masker sesuai dengan

    indikasi

    Manajemen lingkungan:

    lingkungan tenang dan

    batasi pengunjung

    Ajarkan teknik relaksasi

    pernapasan dalam

    pada saat nyeri

    Posisi fisiologis akan meningkatkan

    asupan oksigen ke jaringan yang

    mengalami iskemia

    Istirahat akan menurunkan kebutuhan

    oksigen jaringan perifer sehingga akan

    menurunkan kebutuhan miokardium

    dan akan meningkatkan suplai darah

    dan oksigen ke miokardium yang

    membutuhkan oksigen untuk

    menurunkan iskemia.

    Meningkatkan jumlah oksigen yang

    ada untuk pemakaian miokardium

    sekaligus mengurangi ketidakyamanan

    sekunder terhadap iskemia.

    Lingkungan tenang akan menurunkan

    stimulus nyeri eksternal dan

    pembatasan pengunjung akan

    membantu meningkatkan kondisi

    oksigen ruangan.

    Meningkatkan asupan oksigen

    sehingga akan menurunkan nyeriakibat sekunder dari iskemia jaringan.

    4. Kolaborasi pemberian terapi

    farmakologis antiangina:

    Obat-obatan angina bertujuan untuk

    meningkatkan aliran darah baik dengan

    menambah suplai oksigen atau dengan

    mengurangi kebutuhan miokardium akan

    oksigen

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    20/23

    5. Kolaborasi pemberian terapi

    farmakologis trombolitik.

    Trombolitik menghancurkan trombus dengan

    mekanisme fibrinolitik mengubah

    plasminogen menjadi plasmin, yang

    menghancurkan fibrin di dalam bekuan darah.

    6. Kolaborasi untuk tindakan

    terapi nonfarmakologis.

    Kolaborasi apabila tindakan farmakologi tidak

    menunjukkan perbaikan atau penurunan

    nyeri.

    2. Resiko penurunan curah jantung

    Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam

    diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung

    Kriteria hasil :

    - Hemodinamika stabil

    - Tekanan darah dalam batas norma (siastol

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    21/23

    napaauskultasi bunyi napas. terjadi karena penurunan fungsi miokard.

    5. Pantau frekuensi jantung dan

    irama, catat disritmia melalui

    telemetri.

    Frekuensi dan irama jantung berespon

    terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan

    terjadinya komplikasi/disritmia yang

    mempengaruhi fungsi jantung/meningkatkan

    kerusakan iskemik. Denyutan/fibrilasi akut

    atau kronis merupakan kondisi patologi.

    6. Sediakan alat atau obat

    darurat.

    Sumbatan tiba-tiba memerlukan terapi

    penyelamatan segera atau pindah ke unit

    kritis.

    7. Kolaborasi :

    Beri oksigen tambahan

    Kaji ulang ECG

    Bantu pemasangan

    atau mempertahankan

    pacu jantung bila

    digunankan

    Untuk kebutuhan miokard,

    menurunkan iskemia dan disritmia

    lanjut.

    Memberi info kemajuan atau perbaikan

    infark, fungsi ventrikel, keseimbangan

    elektrolit dan efek terapi obat

    Tindakan dukungan sementara fase

    akut atau penyembuhan, mungkin

    diperlukan permanen bila infark sangat

    berat merusak konduksi.

    3. Intoleransi aktivitas

    Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam

    diharapkan terdapat respon perbaikan dengan meningkatnya

    kemampuan beraktivitas klien.

    Kriteria hasil :

    - Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala

    yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur

    - Klien tidak mengalami sesak napas akibat sekunder dan

    beraktivitas

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    22/23

    NO. INTERVENSI RASIONAL

    1. Catat frekuensi jantung,

    irama dan perubahan

    tekanan darah selama dansesudah aktivitas.

    Respon klien terhadap aktivitas dapat

    mengindikasikan penurunan oksigen

    miokardium.

    2. Tingkatkan istirahat, batasi

    aktivitas dan berikan

    aktivitas senggang yang

    tidak berat.

    Menurunkan kerja miokardium dan konsumsi

    oksigen.

    3. Anjurkan menghindari

    perilaku yang meningkatkan

    tekanan abdomen seperti

    mengejan saat defekasi.

    Mengejan dapat mengakibatkan kontraksi

    otot dan vasokontriksi pembuluh darah yang

    dapat meningkatkan preload tahanan

    vaskular sistemik dan beban jantung.

    4. Pertahankan klien tirah

    baring sementara saat akut.

    Mengurangi beban jantung

    5. Evaluasi tanda-tanda vital

    saat kemajuan aktivitas

    terjadi

    Mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan

    dengan aktivitas.

    6. Pertahankan penambahan

    oksigen.

    Meningkatkan oksigen jaringan

    7. Selama aktivitas kaji Ecg,

    dispnea, sianosis, kerja

    napas dan frekuensi napas

    serta keluhan subjektif.

    Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi

    jantung.

    8. Berikan diet (pembatasan air

    dan natrium)

    Mencegah retensi cairan dan edema akibat

    penurunan kontraktilitas jantung.

    9. Rujuk ke program

    rehabilitasi jantung.

    Meningkatkan jumlah oksigen yang ada

    untuk kebutuhan jantung sekaligus

    mengurangi ketidaknyamanan sehubungan

    dengan terjadinya iskemia.

  • 7/28/2019 Lap Kel5 IMA

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Alwi, Idrus. dkk. 2009. Buku AjaR Ilmu Penyakit Dalam ed.5 jilid.2. Jakarta : Intera

    Publishing

    Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan SistemKardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika

    Nanda Internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

    Jakarta : EGC

    Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :EGC

    Smeltzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

    Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakatra : EGC

    Elizabeth, Corwin j. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

    Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC