jump 7 no 5,6,7,8 sken 1tht

Upload: audhy-khanigara

Post on 06-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lol

TRANSCRIPT

JUMP 75. Prosedur,Indikasi dan kontraindikasi dari Rhinoskopi dan Otoskopi?Otoskopi

Pada otoskopi didapatkan gambaran membran timpani sebagai berikut:

1. Membran timpani hiperemi1. Kadang tampak adanya air fluid level (gambaran cairan yang berbatas tegas dengan udara di kavum timpani) dan (air bubbles) gelembung udara bercampur dengan cairan di dalam kavum timpani.

Indikasi1. Gangguan pendengaran1. Sumbatan di liang telinga

Kontraindikasi1. Ada riwayat gangguan telinga1. Pasien tidak kooperatif

Rinoskopi

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan rinoskopi anterior dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yg dimasukkan ke dalam kavum nasi. Kemudian struktur kavum nasi dilihat dengan menundukkan dan menegakkan posisi kepala penderita.Yang dilihat adalah :1. Konka inferior nasi2. Vestibulum3. Meatus inferior4. Meatus Media5. Konka media6. Septum nasi dan7. Apakah ada tumor atau tanda-tanda radang

Rinoskopi Posterior

Dilakukan seperti pada pemeriksaan nasofaring dan biasanya sekaligus bersama-samapemeriksaannya. Pemeriksaan ini lebih sulit dan memerlukan ketrampilan, ketenangan pasiendan kerjasama pasien. Yang perlu diperhatikan adalah :1. Bagaimana keadaan koana2. Septum nasi3. Konka Nasalis media dan superior4. Adakah masa tumor5. Bgaimana keadaan fossa russenmuller6. Bagaimana keadaan muara tuba eustachii dan7. Pada anak kecil perhatikan keadaan adenoid

Indikasi :1. Gangguan mukosa hidung1. Gangguan septum rongga hidung

Kontraindikasi1. Perdarahan1. Pasien yg tidak kooperatif

Otoscopy

Procedure1. Buka meatus acusticus externus dengan menarik auricula ke posterior 1. Pegang otoskop seperti memegang pensil, kemudian masukkan tip spekulum ke meatus acusticus externus1. Lihat keadaan dalam melalui lensa dan pastikan menutup saluran telinga luar dengan sempurna1. Hindari kontak dengan dinding saluran telinga1. Visualisasikan bangunan-bangunan yang ada pada membrana timpani1. Apabila hendak melakukan otoskopi pneumatik, pasang balon inflator pada otoskop (Harris, 2013).RhinoscopyProsedurRhinoscopy AnteriorMenggunakan speculum nasal thudicum/vienna dimasukkan ke dalam cavum nasi pada vestibulum. Lihat keadaan septum (perforasi, granulasi, deviasi), concha, dan meatus.Rhinoscopy Posterior1. Pegang cermin postnasal sperti pena pada tangan kanan2. Hangatkan kaca3. Minta pasien membuka mulut4. Tekan 2/3 anterior lidah5. Anestesi menggunakan xylocaine 4%6. Rasakan kaca pada bagian belakang tangan, jangan sampai panas saat memasukkan ke dalam oropharynx7. Masukkan kaca pada belakang uvula8. Hindari menyentuh dinding belakang faring 9. Menginstruksikan pasien untuk bernafas lewat hidung10. Putar kaca untuk melihat keadaan sekitar nasofaring (Balasubramanian, 2013)6. Interpretasi Pemeriksaan Fisik?Vital sign : normalCompos mentis : sadar7. Interpretasi Rhinoskopi anterior?Sekret seromukous : Keluarnya sekret karena ada infeksiEdema concha inferior : inflamasi karena infeksiHiperemis : Peningkatan aliran darah karena inflamasiSeptum nasi tidak deviasi : normal. Deviasi bisa terjadi karena trauma, akibat tertekan saat masih dalam uterus, palato-labioskisis, adanya massa di dalam cavum nasi, dan akibat kebiasaan bernafas lewat mulut (mouth breathing) yang menyebabkan palatum lebih menonjol ke atas (Bansal, 2013)

8. Inerpretasi Otoskopi?Liang telinga lapang : tidak ada corpus alienum dan debris yang menutup meatus auricularis externusSekret mukopurulen : Tanda infeksiPerforasi membran timpani : Terjadi perforasi akibat akumulasi sekret yang berlebihanPulsating point [+] : lighthouse sign: keluarnya pus akibat tekanan dari dalam auris media yang bersamaan dengan pulsasi arteri detak jantung (Bansal, 2013)

9. Interpretasi px faring & limfonodi (kenapa tidak membesar)-

10. Interpretasi Px penunjangTerjadi pembesaran adenoid. Pembesaran adenoid saja belum merupakan indikasi adenoidectomy. Indikasinya adalah hipertrofi adenoid yang menyebabkan :1. Pernafasan lewat mulut1. Mengorok1. Menimbulkan gangguan tidur atau obstuctive sleep apnea syndrome (OSAS)1. Cor pulmonale1. Enuresis1. Disfagia1. Gangguan bicara1. Abnormalitas pertumbuhan craniofacial (Bansal, 2013)