zyla 7 jump konjungtivitis

Upload: vanda-love-djavaneis

Post on 18-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fcg

TRANSCRIPT

MAKALAHSEVEN JUMPGANGGUAN SENSORI & PERSEPSI

KONJUNGTIVITIS

Disusun Oleh :

Nazilatur Rohma (130012112 / 4C)Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2013 - 2014

BAB 1

SEVEN JUMP

1.1 Skenario Kasus

Setelah erupsi gunung Kelud Nn. D usia 22 tahun mengeluh kedua matanya nyeri, berair, merah, terasa sangat gatal, dan saat bangun tidur mengeluarkan sekret yang jernih kadang kental dan berwarna putih. Saat ini Nn. D mengatakan pandangan kabur dan peka terhadap cahaya, sehingga tidak bisa berangkat kuliah karena perjalanan dari rumah ke kampus melewati jalan yang berdebu dan panas. Nn. D mendapatkan terapi dari dokter mata berupa Cendoxitrol (4x2tetes), tetes mata penyegar dan dianjurkan untuk menggunakan kacamata selama belum sembuh untuk menghindari penularan terhadap orang-orang di sekitar Nn. D.

BAB 2

PENGEMBANGAN

2.1 Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respons alergi. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri tekan. Konjungtivitis akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata merah (pink eyes). (Crowin, Elizabeth. J, 2009)

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva. Penyebab utama kondisi ini adalah infeksi bakteri, infeksi virus, atau Chlamydia (Mis. Chlamydia Trachomatis), yang menyebabkan trakoma; trakoma merupakan penyebab utama kebutaan diseluruh dunia, terutama di negara beriklim panas-kering, tempat penyebaran kondisi ini. Konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh alergi, miasalnya alergi terhadap kosmetik mata atau tetes mata. (Chris Brooker, 2008)

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eyes, yaitu adanya inflamasi atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang mnutupi bagian bening berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008)

Konjungtiva (selaput lendir mata) dan selaput bening (kornea) merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia luar, bila selaput lendir mata meradang maka akan terjadi suatu keadaan yang dinamakan konjungtivitis. (Sidarta Ilyas, 2004)

2.2 Etiologi KonjungtivitisKonjungtivitis dapat disebabkan oleh:

1. Virus (seperti : Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, Pikoma, Enterovirus).

2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.3. Bakteri, seperti Stafilococcus, Streptococcus, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoe, dan Haemophilus influenza.4. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari.

2.3 Klasifikasi Konjungtivitis Konjungtivitis, terdiri dari:1. Konjungtivitis bakterialTerdapat dua bentuk konjungtivitis bakterial: akut (dan sub akut) dan menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bakterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai. Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.2. Konjungtivitis VirusJenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.3. Konjungtivitis AlergiKonjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang lain (misalnya asma).

4. TrakomaTrakoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trakoma adalah 7 hari (5 14 hari). Trakoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat pribadi.

5. Konjungtivitis Gonore

Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.

2.4 Patofisiologi KonjungtivitisKonjungtiva lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur (Ilyas, et.all. 2001).Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier yang berarti kornea juga terterkena (Ilyas, et.all. 2001).2.5 Patomekanisme Konjungtivitis

2.6 Tanda dan Gejala KonjungtivitisTanda-tanda konjungtivitis, yakni:

1. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

2. Produksi air mata berlebihan (epifora).

3. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.

4. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.

5. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.

6. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).

7. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

Gejala lainnya adalah:

1. Mata berair

2. Mata terasa nyeri

3. Mata terasa gatal

4. Pandangan kabur

5. Peka terhadap cahaya

6. Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari. 2.7 Pencegahan KonjungtivitisUntuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:1. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.2. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.3. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.4. Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis.5. Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.6. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.2.8 Pemeriksaan Diagnostik KonjungtivitisPemeriksaan yang sering dilakukan pada penyakit konjungtivitis adalah:1. Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan dan demam. 2. Pemeriksaan sitologi melalui pewarnaan gram atau giemsa.Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.3. Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis disebabkan bakteri. 4. Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme baterial yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotik yang tepat. 2.9 Pengobatan KonjungtivitisPada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa pengobatan dalam 10-14 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3 hari. Pengobatan yang bersifat spesifik bergantung pada penyebabnya.Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.2.10 Peran PerawatPeran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai kedudukandalam suatu system pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989), menurut Doheney(1992) peran perawat terdiri dari :

1. Care giver/pemberi pelayanan.a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien. b. Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah psikologis.c. Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnose keperawatan yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai dengan komplek.2. Clien advocate/pembela pasienPerawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasi informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan memberikaninformasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform consent) atas tidakan keperawatan yang diberikan.

3. Consellor/konselingaTugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klienterhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metodeuntuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

4. Educator /pendidika. Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik secara spontan (saat interaksi) maupun secara disiapkan.b. Tugas perawat adalah membantu mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.c. Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care Planning.5. Coordinator/koordinatorPeran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak profesional misalnya nutrisi maka aspek yang harus diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan sebagainya.6. Collaborator/kolaborasiDalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai profesional pemberi pelayanankesehatan.7. Consultan/konsultanElemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan keperawatan adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisispesifik klien.8. Change agent/perubahElemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.2.11 KomplikasiPenyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:1. Glaukoma2. Katarak3. Ablasi retina4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatanBAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Nama Mahasiswa : Nazilatur RohmaNIM

: 130012112Rumas Sakit

: RSI - SurabayaRuangan

: Mawar Tanggal Pengkajian : 25 Februari 2014IDENTITAS KLIENNama

: Nn. DUmur

: 22 tahunJenis Kelamin

: PerempuanPendidikan

: PTAlamat

: Kediri Jawa TimurTanggal/Jam MRS : 25 Februari 2014No. Register

: 121214Dx. Medis

: Konjungtivitisa. Keluhan utama

Pandangan mata kabur dan fotofobia

b. Riwayat penyakit sekarangPasien mengatakan kedua matanya nyeri, berair, merah, terasa sangat gatal, dan saat bangun tidur mengeluarkan sekret yang jernih kadang kental dan berwarna putih.

P : Setelah erupsi gunung kelud

Q :

R : Nyeri dikedua mata kanan & kiri

S : Skala nyeri 4

T : Nyeri dirasakan ketika membuka mata

c. Riwayat penyakit masa lalu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini. Pasien juga menjelaskan bahwa ia baru mendapatkan penyakit seperti ini setelah terjadi erupsi gunung kelud.

d. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mnegatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menahun ataupun menurun.e. Riwayat kesehatan lingkungan

Pasien mengatakan rumahnya berada di lereng gunung kelud.

f. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

g. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan

Pasien mnegatakan semenjak sakit ia tidak bisa beragkat kuliah karena perjalanan dari rumah ke kampus melewati jalan yang berdebu dan panas.

h. Riwayat sosial

Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik dan pasien juga kooperatif dengan tindakan keperawatan.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Compos Mentis (GCS 456)

BB :50 Kg

TB : 155 cm

TTV

S : 37,5 (C

TD : 130/90 mmHg

N : 115 x/mnt

RR : 22 x/mnt

Pemeriksaan Mata

Inspeksi : Konjungtiva tampak kemerahan

Adanya sekret pada mata

Palpebra kemerahan

Terjadi pembengkakan pada pelpebra

Palpasi :

Adanya nyeri tekan didaerah kelopak mata

i. Pola aktivitas

AktivitasSebelum SakitSaat Sakit

Makan3 x/hari porsi sedang2 x/hari porsi kecil

Minum8 gelas/hari2 gelas/hari

Mandi2 x/hari2 x/hari

BAK5 x/hari2 x/hari

BAB1 x/hari(

j. Pemeriksaan Penunjang

(k. Terapi

Cendoxitrol 4x2 tetes

Tetes mata penyegar

ANALISIS DATA

Nama

: Nn. D

Ruang

: Mawar

Umur

: 22 th

No. registrasi: 121214No Analisa Data Etiologi Masalah

1. DS:

Px mengatakan mata kabur dan fotofobia

DO : Hiperemia

Mata berair Terdapat secret pada mata Peradangan pada mata Gangguan persepsi sensori

2.DS:

Px mengatakan kedua matanya nyeri, berair, terasa gatal, dan saat bangun tidur mengeluarkan secret

DO:

Hiperemia Peningkatan secret Edema Dilatasi pembuluh darah dan granulasi disertai sensasi benda asingGangguan rasa nyaman

3.DS:Px mengatakan pandangan kabur dan fotofobia

DO:

Hiperemia Peningkatan secret Mata berairPenurunan persepsi : penglihatanRisiko cedera

4.DS:

Px mengatakan kedua matanya nyeri.

Do:

Hiperemia N : 115x/mnt RR: 22x/mnt Edema Mata berairProses inflamasi Nyeri akut

3.2 Diagnosis

1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan peradangan pada mata.2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan dilatasi pembuluh darah dan granulasi disertai sensasi benda asing.3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan persepsi : penglihatan.4. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen.3.3 Intervensi

Nama

: Nn. D

Ruang

: Mawar

Umur

: 22 th

No. registrasi: 121214No. DxTujuan&KHIntervensiRasional

1.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan persepsi sensori penglihatan dapat berkurang atau teratasi dengan

Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan.

2. Mengompensasi defisit sensori dengan memaksimalkan indra yang tidak rusak1. Identifikasi faktor yang menimbulkan gangguan persepsi sensori (seperti: ketergantungan zat kimia, deprivasi tidur, ketidakseimbangan elektrolit, medikasi, terapi, dsb).

2. Kaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya terhadap keamanan.3. Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologi pasien.

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata & jaga kebersihan mata.

5. Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.1. Mengetahui faktor yang menimbulkan gangguan persepsi sensori.2. Meminimalisir kemungkinan bahaya bagi keadaan pasien.

3. Mengumpulkan dan menganalisis data paien untuk mencegah komplikasi neurologi.

4. Mencegah terjadinya infeksi dan membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fotofobia.

5. Membantu mempercepat proses penglihatan dan mencegah kehilangan penglihatan lanjutan.

3.4 Implementasi

Nama

: Nn. D

Ruang

: Mawar

Umur

: 22 th

No. registrasi: 121214No. DxImplementasiParaf

1.1. Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan gangguan persepsi sensori (seperti: ketergantungan zat kimia, deprivasi tidur, ketidakseimbangan elektrolit, medikasi, terapi, dsb).

2. Mengkaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya terhadap keamanan.

3. Memantau dan dokumentasikan perubahan status neurologi pasien.

4. Menganjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata & jaga kebersihan mata.

5. Melakukan kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.

3.5 Evaluasi

Nama

: Nn. D

Ruang

: Mawar

Umur

: 22 th

No. registrasi: 121214No. DxEvaluasiParaf

1.S : Pasien mengatakan pandangan mata sudah tidak kabur dan tidak silau jika terkena cahaya.

O : - Hiperemia berkurang

Tidak terdapat sekret pada mata

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKABrooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGCCorwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV. Sagung Seto

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC

18