konjungtivitis 2

12
Konjungtivitis Injeksi konjungtiva pada konjungtivitis Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva. Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi: Infeksi bakterial virus parasit Jamur Noninfeksi iritasi yang tetap (mata kering) alergi toksin Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi: 1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke mata yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu. 2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu. Patofisiologi Konjungtivitis Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Upload: ardin-neon-finottier

Post on 05-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konjungtivitis

TRANSCRIPT

Page 1: Konjungtivitis 2

Konjungtivitis

Injeksi konjungtiva pada konjungtivitis

Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva. Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi:

Infeksi bakterial virus parasit Jamur

Noninfeksi iritasi yang tetap (mata kering) alergi toksin

Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:

1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke mata yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.

2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.

Patofisiologi Konjungtivitis

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Tanda –tanda konjungtivitis adalah:

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.

Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing atau karena gatal.

Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat bersifat:

Page 2: Konjungtivitis 2

o Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut

o Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi

o Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak. Terdapat pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik.

Tanda lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas terdapat pada konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan limfadenopati preaurikuler.

Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan gambaran khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi virus, bakteri,jamur, atau alergi pada pemeriksaan sitologik

Page 3: Konjungtivitis 2

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dapat diberikan terapi empirik dengan antibiotika spektrum luas secara topikal atau sistemik, misalnya: gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, polimiksin, dll.

Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya keratitis ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma, dan endoftalmitis.

Diagnosa Konjungtivitis

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.4

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.4

2.5.1 Gejala Konjungtivitis 8

1. Rasa adanya benda asing. Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil. Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.

Page 4: Konjungtivitis 2

2. Rasa sakit yang temporer. Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;

a. Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus.

b. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva sisca (mata kering).

3. Gatal. Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.4. Fotofobia

2.5.2 Tanda Penting Konjungtivitis 8

1. Hiperemi. Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;

Gambar 3. Atas. Injeksi konjungtivitis, Bawah. Injeksi siliaris

2. LakrimasiDiakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca. 4

Page 5: Konjungtivitis 2

3. EksudasiEksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saatbangun tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteriatau klamidia.4

4. PseudoptosisPseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika. 4

5. Khemosis (Edema Konjungtiva)Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakantanda yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.

6. Hipertrofi Papil. Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung. 4

7. Pembentukan Folikel. Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.

8. Pseudomembran dan Membran. Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas, epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah.

9. Adenopati Preaurikuler. Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:5

Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,

simblepharon, massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:5

Page 6: Konjungtivitis 2

Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi

Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, secret Konjungtiva tarsal dan forniks

1. Adanya papila, folikel dan ukurannya2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon3. Membran dan psudomembran4. Ulserasi5. Perdarahan6. Benda asing7. Massa8. Kelemahan palpebral

Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi

Kornea1. Defek epitelial2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik3. Filamen4. Ulserasi5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten6. Vaskularisasi7. Keratik presipitat

Bilik mata depan: reaksi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

Penatalaksanaan Konjungtivitis Alergi

Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.3

1. Alergi ringan. Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.2. Alergi sedang. Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata

merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan. Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai

Page 7: Konjungtivitis 2

termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topical antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-peradangan.

3. Alergi berat. Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.

2.9 Komplikasi Konjungtivitis

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma2. katarak3. ablasi retina4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis

seperti ekstropin, trikiasis5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila

sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

Page 8: Konjungtivitis 2

3.10 Prognosis Konjungtivitis

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

Page 9: Konjungtivitis 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta. 1998

2. http://www.scribd.com/doc/29896570/Definisi-Etiologi-Klasifikasi-Dan- PatofisiologiKonjungtivitis

3. https://online.epocrates.com/u/291168/Acute+conjunctivitis/Summary/Highlights 4. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 20005. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis, 2nd ed.

San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 20036. Buku saku dasar patologis penyakit, robbins & cotran, edisi 7, EGC: Jakarta, 2008.7. http://www.4shared.com/document/4iB3gm3a/Konjungtivitis.htm 8. Sirajuddin, Junaedi. Bagian Mata FKUH. Konjungtivitis.9. http://media.mansmed.com/details.php?image_id=41