makalah konjungtivitis

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan konjungtivitis. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan tentang definisi Konjungtivitis 1

Upload: anon349119107

Post on 26-Jul-2015

2.352 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,

menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus

oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada

tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang

otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.

Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan.

Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan

mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut

konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan

pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu

memahami asuhan keperawatan dengan gangguan konjungtivitis.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tentang definisi Konjungtivitis

2. Menjelaskan tentang etiologi pada Konjungtivitis

3. Menjelaskan tentang manifestasi klinis pada pederita

Konjungtivitis

4. Menjelaskan tentang patofisiologi Konjungtivitis

5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada

penderita Konjungtivitis

6. Menjelaskan tetang penatalaksanaan pada pasien

penderita Konjungtivitis

7. Menjelaskan tetang asuhan keperawatan pada pasien

penderita Konjungtivitis.

1

Page 2: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

1.3 Manfaat

1. Dengan mengetahui definisi konjungtifitis, diharapkan

makalah ini bermanfaat untuk mengetahui apa itu

konjungtivitis.

2. Dengan mengetahui etiologi konjungtivitis, diharapkan

makalah ini bermanfaat untuk mengetahui penyebab

dari konjungtivitis.

3. Dengan mengetahui manifestasi konjungtivitis,

diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui

tanda dan gejala dari konjungtivitis.

4. Dengan mengetahui patofisiologi dari konjungtivitis,

diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui

perjalanan penyakit konjungtivitis.

5. Dengan mengetahui pemeriksaan penunjang

konungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk

mengetahui pemeriksaan apa saja yang diperlukan

untuk penderita konjungtivitis.

6. Dengan mengetahui penatalaksanaan konjungtivitis,

diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui

penatalaksanaan dari penyakit konjungtivitis.

7. Dengan mengetahui komplikasi dari konjungtivitis,

diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui

komplikasi apa saja yang disebabkan oleh penyakit

konjungtivitis.

2

Page 3: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konjungtivitis

Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi

kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai

limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea.

Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat

vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat

dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal

daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi

kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.

3

Page 4: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai

mata merah atau “pink eye” sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996)

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan

pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga

sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001)

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada

konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi

bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.

Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan

menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis

konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan

pengobatan. (Effendi, 2008).

Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri

atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral

sangat menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi)

setelah 2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan

4

Page 5: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

degeneratif pada kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin

merupakan ganguan mata yang paling umum.

2.2 Etiologi

2.2.1 Konjungtivitis  Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.

Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak

langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang

terkontaminasi.

2.2.2 Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus

( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari

penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya

disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga

konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48

jam.

2.2.3 Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas,

dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk

sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan.

Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat.

Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang

lain. Misalnya astma dan “hay fever”.

2.2.4 Konjungtivitis Gonore

Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan

oleh Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata

pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung

selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore,

konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.

2.2.5 Trachoma

5

Page 6: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang

disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma

adalah 7 hari ( 5 – 14 hari ). Trachoma dapat mengenai segala umur

terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara

penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat

pribadi.

2.3 Manifestasi Klinis

2.3.1 Tanda

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

produksi air mata berlebihan (epifora).

kelopak mata bagian atas nampak menggelantung

(pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan

konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.

pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya

sebagai reaksi nonspesifik peradangan.

pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan

sekitarnya.

terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin

(komponen protein).

dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga

bernanah).

2.3.2 Gejala

Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan

mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan

kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus

atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa

membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena

alergi. Gejala lainnya adalah:

6

Page 7: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

mata berair

mata terasa nyeri

mata terasa gatal

pandangan kabur

peka terhadap cahaya

terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada

pagi hari.

2.4 Patofisiologi

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi

menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup

dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi

menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya

peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa

nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis

yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif

menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu

menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila

pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama

kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air

mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus

kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang

disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa

pusing.

7

Page 8: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

2.4.1 Pathway

8

Mikroorganisme(bakteri, virus,jamur)

Tdk bisa menutup dan membuka dgn smprna

Konjungtivitis

Pengeluaran cairan meningkat

lakrimasi

Dilatasi pembuluh darah

Mata kering (iritasi)

peradangan

Kelopak mata terinfeksi

Masuk kedalam mata

Mikroorganisme, allergen, iritatif

Fungsi sekresi terganggu

Keljr air mata terinfeksi

Page 9: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar.

Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan

dan demam.

Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan

konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus.

Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis

disebabkan bakteri.

Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial

yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.

2.6 Penatalaksanaan

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari

bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain.

Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata

yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah

setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan

sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan

9

Iskemia syaraf optik

Kanal schlemm trsmbt

TIO meningkat

edema

Sclera merahnyeri

Ulkus kornea Gangguan persepsi sensori

Resiko infeksi

hipersekresi

Granulasi disertai sensai benda asing

Gangguan rasa nyaman

Page 10: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari

penyebaran konjungtivitis antar pasien.

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis

karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau

antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena

jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama

ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena

alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau

kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan

edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2

sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan

mengurangi gejala pada kasus ringan.

Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi

antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.

Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif,

tanpa adanya kontraindikasi.

Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,

diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama

dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin

sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga

efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga

kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan

doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan

2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk

menyingkirkan tuberkulosis.

2.7 Komplikasi

Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok

menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat

menyebabkan septikemia atau meningitis.

10

Page 11: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas Klien:

1. Nama:

2. Jenis Kelamin:

3. Umur:

4. Agama:

5. Pendidikan:

6. Pekerjaan:

7. Status Pernikahan:

8. Alamat:

9. Tanggal Masuk:

10. Diagnosa Medis:

2. Riwayat Kesehatan

11

Page 12: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata

Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien merasakan nyeri, gatal dan merasa seperti ada benda asing dalam

mata.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

3. Pola Fungsi Kesehatan

Psiko-Sosial

Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan

penyakitnya.

Spiritual

Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas

ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang klien derita.

Istirahat tidur

Kaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah

ada gangguan tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan

klien sewaktu bangun tidur.

4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV :

TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit

Pemeriksaan Fisik:

12

Page 13: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Sistem pernafasan

pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik.

Sistem kardiovaskular

bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal.

Sistem pencernaan

Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal

Sistem perkemihan

BAK dan BAK dalam batas normal

sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

sistem genetalia

Belum terkaji

Sistem musculoskeletal

Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal

Sistem integumen

Turgor kulit normal

Sistem persarafan

Dalam batas normal

5. Pemeriksaan Laboraturium

1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram

Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear,

juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis

2. Pemeriksaan Visus

Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret

yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Analisa Data

13

Page 14: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

TGL/

JAM

Pengelompokan Data Etiologi Masalah

27-

10-

2011/

09.00

wib

DS: Pasien mengatakan

nyeri pada kedua

matanya

DO: mata klien tampak

hiperemia, berair dan

kotor. TD : 100/70

mmHg; Suhu : 370 C

Konjungtivitis

Peradangan

Dilatasi pembuluh darah

Nyeri

Nyeri

DS: ada purulen dan

edema

DO: mata klien tampak

hiperemia, berair dan

kotor. TD : 100/70

mmHg; Suhu : 370 C

Konjungtivitis

Mikroorganisme allergen,

iritatif

Kelnjar air mata terinfeksi

Fungsi sekresi terganggu

Hipersekresi

Resiko infeksi

Resiko

infeksi

DS: Pasien mengatakan

saat bangun tidur

matanya lengket, dan

pandangan klien sedikit

kabur.

DO: Mata klien tampak

hiperemia, berair dan

kotor. Terdapat

purulent.

Konjungtivitis

Pengeluaran cairan meningkat

TIO meningkat

Kanal schlemm tersumbat

Iskemia syaraf optic

Ulkus kornea

Gangguan persepsi sensori

Gangguan

persepsi

sensori

14

Page 15: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

DS : klien mengatakan mata gatal dan mata merah

DO : mata merah

Konjungtivitis

Peradangan

Dilatasi pembuluh darah

Granulasi disertai sensasi benda asing

Tidak nyaman

Gangguan

rasa nyaman

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TGL/

JAM

DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

27-10-

2011/

09.00

wib

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

2. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada

kelenjar air mata

3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan

perubahan penerimaan sensori

4. Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi benda asing

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Noc : Nyeri

Indikator 1 2 3 4 5

Penurunan penampilan peran

atau hubungan interpersonal

Gangguan kerja, kepuasan hidup atau

kemampuan untuk mengendalikan.

Penurunan konsentrasi

15

Page 16: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Terganggunya tidur

NIC : Management Nyeri

AKTIVITAS INTERVENSIPengkajian a. Gunakan laporan dari pasien sendiri

sebagai pilihan pertama untuk

mengumpulkan informasi

pengkajian.

b. Minta pasien untuk menilai nyeri/

ketidak nyamanan pada skala nol

sampai 10 (0=tidak ada nyeri/

ketidaknyamanan, 10= nyeri yang

sangat)

c. Gunakan lembar alur nyeri untuk

memantau pengurangan nyeri dari

analgesik dan kemungkinan efek

sampingnya.

d. Dalam mengkaji nyeri pasien

gunakan kata-kata yang konsisten

dengan usia dan tingkat

perkembangan pasien.

e. Lakukan pengkajian nyeri yang

komprehensif meliputi lokasi,

karakteristik, awitan atau durasi,

frekuensi, kualitas intensitas atau

keparahan, dan faktor presipitasinya.

f. Observasi isyarat ketidaknyamanan

non verbal, khususnya pada mereka

yang tidak mampu

mengkomunikasikannya secara

efektif.

16

Page 17: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Pendidikan untuk pasien / keluarga a. Masukkan pada intruksi saat

pemulangan pasien mengenai

pengobatan khusus yang harus di

konsumsi, frekuensi pemberian,

kemungkinan efek samping,

kemungkinan interaksi obat,

kewaspadaan khusus saat

mengkonsumsi obat tersebut

(misalnya, pembatasan aktifitas

fisik, pembatasan diet), dan nama

orang yang harus dihubungi bila

dijumpai nyeri yang tidak

tertahankan.

b. intruksikan pasien untuk

menginformasikan pada perawat

jika pengurang nyeri tidak dapat di

capai.

c. Informasikan pada pasien tentang

prosedur yang dapat meningkatkan

nyeri dan tawarkan saran koping.

d. Perbaiki salah persepsi tentang

analgesik narkotik atau oploid

(misalnya, resiko ketergantungan

atau overdosis).

e. Berikan informasi tentang nyeri,

seperti penyebab nyeri, seberapa

lama akan berlangsung dan

antisipasi ketidaknyamanan dari

prosedur.

f. Gunakan tindakan pengendalian

nyeri sebelum jadi berat.

g. Ajarkan penggunaan teknik non

17

Page 18: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

farmakologi (relaksasi) sebelum,

setelah dan jika memungkionkan,

selama aktivitas yang menyakitkan.

Aktivitas Kolaboratif a. Laporkan pada dokter jika tindakan

berhasil atau jika keluhan saat ini

merupakan perubahan yang

bermakna dari pengalaman nyeri

pasien di masa lalu.

Aktifitas Lain a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai

indikasi dengan pengkajian nyeri

dan efek sampingnya.

b. Bantu pasien untuk

mengidentivikasi tindakan

memenuhi kebutuhan rasa nyaman

yang telah berhasil dilakukannya

seperti, distraksi, relaksasi, atau

kompres hangat/ dingin.

c. Bantu pasien untuk lebih berfokus

pada aktifitas daripad nyeri/

ketoidaknyamanan dengan

melakukan pengalihan melalui tv,

radio, tipe, dan kunjungan.

d. Gunakan pendekatan yang positif

dengan tujuan untuk

mengoptimiskan respon pasien

terhadap analgesik

e. Libatkan pasien dalam modalitas

pengurangan nyeri, jika mungkin.

f. Kendalikan faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidak nyamanan

(cahaya).

18

Page 19: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

g. Pastikan pemberian analgesik

prapenanganan dan atau strategi

nonfarmakologis sebelum dilakukan

prosedur yang dilakukan nyeri

19

Page 20: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

Tabel Intervensi Keperawatan

Tgl/Jam DK/Tujuan/KH

Intervensi Rasional Paraf

27-10-

2011/

09.00 wib

DK : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtivaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi KH : Tidak nyeri

pada kedua kelopak mata pasien.

Mata pasien tidak hiperemia.

Mata pasien tidak berair.

Mata pasien tidak kotor

a. Masukkan pada

intruksi saat

pemulangan

pasien mengenai

pengobatan

khusus yang

harus di

konsumsi,

frekuensi

pemberian,

kemungkinan

efek samping,

kemungkinan

interaksi obat,

kewaspadaan

khusus saat

mengkonsumsi

obat tersebut

(misalnya,

pembatasan

aktifitas fisik,

pembatasan

diet), dan nama

orang yang

harus dihubungi

bila dijumpai

nyeri yang tidak

tertahankan.

b. intruksikan

pasien untuk

Memberikan

intruksi saat

pemulangan

pasien mengenai

pengobatan

khusus yang

harus di

konsumsi,

frekuensi

pemberian,

kemungkinan

efek samping,

kemungkinan

interaksi obat,

kewaspadaan

khusus saat

mengkonsumsi

obat tersebut

(misalnya,

pembatasan

aktifitas fisik,

pembatasan diet),

dan nama orang

yang harus

dihubungi bila

dijumpai nyeri

yang tidak

tertahankan.

Mengintruksikan

pasien untuk

20

Page 21: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

menginformasik

an pada perawat

jika pengurang

nyeri tidak

dapat di capai.

c. Informasikan

pada pasien

tentang prosedur

yang dapat

meningkatkan

nyeri dan

tawarkan saran

koping.

d. Perbaiki salah

persepsi tentang

analgesik

narkotik atau

oploid

(misalnya,

resiko

ketergantungan

atau overdosis).

e. Berikan

informasi

tentang nyeri,

seperti

penyebab nyeri,

seberapa lama

akan

berlangsung dan

antisipasi

ketidaknyamana

menginformasika

n pada perawat

jika pengurang

nyeri tidak dapat

di capai.

Menginformasika

n pada pasien

tentang prosedur

yang dapat

meningkatkan

nyeri dan

tawarkan saran

koping.

Memperbaiki

salah persepsi

tentang analgesik

narkotik atau

oploid (misalnya,

resiko

ketergantungan

atau overdosis).

Memberikan

informasi tentang

nyeri, seperti

penyebab nyeri,

seberapa lama

akan berlangsung

dan antisipasi

ketidaknyamanan

dari prosedur.

Menggunakan

tindakan

21

Page 22: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

n dari prosedur.

f. Gunakan

tindakan

pengendalian

nyeri sebelum

jadi berat.

g. Ajarkan

penggunaan

teknik non

farmakologi

(relaksasi)

sebelum, setelah

dan jika

memungkionka

n, selama

aktivitas yang

menyakitkan.

pengendalian

nyeri sebelum

jadi berat.

Mengajarkan

penggunaan

teknik non

farmakologi

(relaksasi)

sebelum, setelah

dan jika

memungkionkan,

selama aktivitas

yang

menyakitkan.

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TGL/JAM TIDAKAN PARAF27-10-

2011/

09.00 wib

Memberikan intruksi saat pemulangan

pasien mengenai pengobatan khusus yang

harus di konsumsi, frekuensi pemberian,

kemungkinan efek samping, kemungkinan

interaksi obat, kewaspadaan khusus saat

mengkonsumsi obat tersebut (misalnya,

pembatasan aktifitas fisik, pembatasan

diet), dan nama orang yang harus

dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak

tertahankan.

Mengintruksikan pasien untuk

menginformasikan pada perawat jika

22

Page 23: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

pengurang nyeri tidak dapat di capai.

Menginformasikan pada pasien tentang

prosedur yang dapat meningkatkan nyeri

dan tawarkan saran koping.

Memperbaiki salah persepsi tentang

analgesik narkotik atau oploid (misalnya,

resiko ketergantungan atau overdosis).

Memberikan informasi tentang nyeri,

seperti penyebab nyeri, seberapa lama

akan berlangsung dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur.

Menggunakan tindakan pengendalian

nyeri sebelum jadi berat.

Mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah

dan jika memungkionkan, selama aktivitas

yang menyakitkan.

3.5 EVALUASI

MASAKAH KEPERAWATAN

TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN

PARAF

Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva

27-10-

2011/

09.00 wib

S: Pasien mengatakan nyeri pada kedua matanya

O: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor.

A: nyeri belum teratasiP : rencana 2-7 dilanjutkan

23

Page 24: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,

menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus

oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada

tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang

otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada

konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi

bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.

Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan

menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis

konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan

pengobatan.

4.2 Saran

Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah

dan dapat dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun

sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat

serta penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan

mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan

saran dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik

lagi.

24

Page 25: MAKALAH KONJUNGTIVITIS

DAFTAR PUSTAKA

C. Smeltzer Suzanne dan Brenda G.Bare. 2001.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta: EGC

Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Ilmu Keperawatan Mata. Sagung Seto, Jakarta

Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia pustaka utama

http:// asuhan-keperawatan-pada-pasien-konjungtivitis.com

http://kelompok8fkep.wordpress.com/2009/10/12/kasus-2-konjungtivitis/

http:/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.com/2010/11/.html

http://dyny-nursedynygreat.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.html

25