jump 3 fiks

Upload: audhy-khanigara

Post on 08-Jan-2016

279 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan

TRANSCRIPT

JUMP 3Indikasi,Kontraindikasi dan Prosedur Laringoskopi Indirek A. Indikasi : Laringoskopi Indirek ini biasanya dilakukan pada beberapa kondisi , seperti nafas berbau yang tak kunjung hilang,batuk kronis,batuk berdarah,susah telan,nyeri tenggorokan yang tak kunjung hilang dan sebagainya.B. Kontra-indikasi : Laringoskopi Indirek ini tidak disarankan untuk dilakukan pada beberapa kondisi , seperti pada anak-anak yang masih sangat kecil , jika pasien memiliki epiglotitis akut , jika pasien tak dapat membuka lebar.C. Prosedur :

a) Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan pastikan menjelaskan prosedur dan minta persetujuan pasienb) Menempatkan pasien duduk diam dengan posisi di depan pemeriksac) Pasien menjulurkan lidah kemudian pemeriksa memegang ujung lidah dengan kassa menggunakan ibu jari dan jari tengah, sedangkan jari telunjuk digunakan untuk memegang bibir bagian atasd) Berikan anestesi lokal untuk mengatasi reflex muntahe) Setelah itu hangatkan kaca agar tidak terjadi kabut pada kacaf) Tes kaca pada punggung tangan untuk mengetahui kaca tidak terlalu panasg) Masukkan kaca laring yang telah dihangatkan ke dalam orofaring dengan menempel ke palatum molle/uvula sehingga terlihat bagian yang dilihat pada kaca dengan jelash) Nyalakan senter dan fokuskan pada kaca laringi) Amati bagian-bagian laring termasuk gerakan plica vocalis (Bansal, 2013)

Patofisiologi Suara Serak Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glottis

Plika vokalis bergetar

Otot-otot laring memposisikan plika vokalis dan menegangkan plika vokalis

Kerja otot-otot pernapasan

Tekanan udara subglotis meningkat mencapai puncak sehingga celah glottis terbuka

*Jika terjadi peradangan akan terjadi edema pada saluran nafas bagian bawah sehingga memerlukan tekanan yang lebih besar untuk membuka glottis

Setelah terjadi pelepasan udara,tekanan udara subglottis berkurang dan plika vokalis kembali pada posisi mendekat

*Plika vokalis pada kondisi peradangan juga mengalami edema sehingga pada saat posisi aduksi tidak sempurna, masih terdapat celah

*Sehingga vibrikasi pada plika vokalis yang dihasilkan tidak maksimal

Terbentuk suara yang lemah atau parau

Fisiologi Laring dan Faring Fisiologi FaringFungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansisuara dan artikulasi.

Fungsi Menelan:Proses menelan dibagi menjadi 3 fase, yaitu : fase oral, fase faringeal dan fase esophagus yang terjadi secara berkesinambungan.Padaproses menelanakan terjadihal-halsebagaiberikut:a) Pembentukanbolusmakanan denganukurandan konsistensiyangbaikb) Upayasfingetr mencegahterhamburnya bolusselama fasemenelanc) Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faringpada saat respirasid) Mencegah masuknya makanan dan minuman kedalamnasofaring dan laringe.Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan kearah lambunge) Usaha untuk membersihkan kembali esofagusFase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan airliur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga mulut melalui dorsumlidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsic lidah. Kontraksi M.Levator velipalatine mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavantsridge) akanterangkatpula.Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofring sebagaiakibatkontraksiM.Levatorvelipalatine. Selanjutnyaterjadikontraksi M.Paltoglossus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikutiolehkontraksi M.Palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.Fase faringeal terjadi secara reflex pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esophagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi M.Stilofaring, M.Tirohioid dan M.Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingterlaring, yaituplika ariepligotika, plika ventrikularis danplika vokalistertutup karena kontraksi M.Ariepliglotika dan M.Aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran darah ke laring karena reflex yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan akanmeluncur kea rah esophagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus.Fase esophageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esophagus ke lambung.Dalam keadaan istirahat introitusesophagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makananpadaakhir fasefaringeal, makaterjadirelaksasi M.Krikofaring, sehinggaintroitus esophagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esophagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esophagus pada saatistirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring.Dengandemikianrefluksdapatdihindari. Gerak bolus makanan di esophagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi M.Konstriktor faring inferior pada akhir fasefaringeal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oleh gerakanperistaltic esophagus.Dalamkeadaanistirahtasfingteresophagus bagianbawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8mmHglebih dari tekanan didalam lambung sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofagalsfingter ini akan terbuka secara reflex ketika dimulainya peristaltic esophagus servikal untukmendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat maka sfingter iniakan menutup kembali.Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum danfaring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula M.Salpingofaring dan M.Palatofaring,kemudianM.Levatorvelipalatinebersama-sama M.Konstriktor faringsuperior. Pada gerakan penutupan nasofaring M.Levator velipalatine menarikpaltummolekeatasbelakang hampIr mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of). Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan M.Palatofaring (bersamaM.Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif M.Konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidakpada waktu yang bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap padaperiode fonasi tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secaracepat bersamaan dengan gerakan palatum

1. OTOT - OTOT

Otototot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot

ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. 4

Otot-otot ekstrinsik.4

Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan.Terbagi atas :

1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :

- M. Stilohioideus-M. Milohioideus

- M. Geniohioideus-M. Digastrikus

- M. Genioglosus-M. Hioglosus

2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :

M. Omohioideus

M. Sternokleidomastoideus

M. Tirohioideus

The Extrinsic Muscles

Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.11,fig.1.10

Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover, New Jersey. 1997, p. 47

Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover, New Jersey. 1997, p. 47

Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 dan penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi). Muskulus konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.4Otot-otot intrinsik

Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.

Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah : 4

1. Otot-otot adduktor : 2

Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik M. Krikotiroideus

M. Krikotiroideus lateral

Berfungsi untuk menutup pita suara.

1. Otot-otot abduktor : 4

M. Krikoaritenoideus posterior Berfungsi untuk membuka pita suara.

1. Otot-otot tensor : 4

Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis

Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus

Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.

The Intrinsic Muscles

Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.13, fig.1.13

Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.14, fig.1.14

Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover, New Jersey. 1997, p. 72

FISIOLOGI LARINGLaring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut : 7

1. Fungsi Fonasi.6

Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang mengemukakan bagaimana suara terbentuk :

Teori Myoelastik Aerodinamik.6

Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara ruang subglotis meningkat, dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka. Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior. Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling

mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali.

Teori Neuromuskular.7

Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis. Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).

2. Fungsi Proteksi.7

Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.

3. Fungsi Respirasi.5

Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima

glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.7

4. Fungsi Sirkulasi.6

Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung.

5. Fungsi Fiksasi.35

Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan.

6. Fungsi Menelan.7

Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses menelan, yaitu :Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis.

Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus.

7. Fungsi Batuk.8

Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring.

8. Fungsi Ekspektorasi.8

Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan benda asing tersebut.

9. Fungsi Emosi.8

Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.

Hubungan antara kebiasaan merokok, mengonsumsi makanan berminyak, es, dan makanan instan dengan keluhan pasien? Kenapa gejala mucul pada pagi hari?Pada dasarnya terpaparnya mukosa saluran pernafasan akibat iritan kronis akan menyebabkan kerusakan pada lapisan mukosa organ yang bersangkutan dan menyebabkan iritasi/gangguan seperti faringitis. Asap rokok merupakan salah satu iritan kronis yang dapat menyebabkan perubahan epitel faring dari pseudokolumner kompleks menjadi squamos kompleks. Akibat perubahan ini dinding mukosa faring tidak bisa mensekresi mukus sehingga mukosa menjadi mudah teriritasi. Bumbu dalam makanan instan juga merupakan bahan kimia yang dapat mengiritasi mukosa jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Minyak bersifat berlawanan dengan air. Konsumsi makanan berminyak dapat mengganggu fungsi proteksi mukus karena mukus tercampur dengan minyak. Konsumsi es menurunkan kelembapan pada faring dan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga vaskularisasi pada lapisan mukosa faring berkurang sehingga sekresi mukus ikut berkurang. Gejala muncul pada pagi hari karena biasanya pasien bernafas lewat mulut saat tidur. Hal ini menyebabkan faring menjadi kering dan terpapar udara yang tidak tersaring terlebih dahulu yang akan mengiritasi faring sehingga gejala muncul pada pagi hari.