jbptunpaspp-gdl-srikartika-2426-2-10.bab-

Upload: juliano-nano

Post on 09-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

test test

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DANHIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka2.1.1 Pengertian AuditingDefinisi auditing atau Pemeriksaan Akuntansi menurut Arens, Eider & Beasley (2008:4) yaitu :Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by competent, independent person.

18

Pengertian di atas memberikan pernyataan bahwa dalam melakukan auditing dilakukan tindakan-tindakan mengumpulkan (accumulate), mengevaluasi (evaluate), menentukan (determine) dan melaporkan (report). Tindakan-tindakan ini harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Kompeten menunjukkan seorang yang cakap dan mengetahui dengan betul akan pekerjaannya, dalam hal ini ia harus mempunyai wewenang dan berkuasa untuk memutuskan atau menentukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Sedangkan independen yaitu orang yang bersangkutan dalam audit dan bebas dari pengaruh pribadi dan pertanggungjawaban atas kegiatan objek yang di audit sehingga dapat12

memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, sehingga hasil audit dapat dipercaya objektivitasnya. The Committee On Basic Auditing Concept dalam Wiliam F. Messier (2001:7) mendefinisikan auditing adalah sebagai berikut:Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users.

Mulyadi (2009:9) mendefinisikan auditing adalah sebagai berikut :Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara tingkat pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan.

Auditing merupakan proses yang sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan. Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi maksudnya adalah hasil proses akuntansi. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menentukan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kinerja yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dan kriteria tersebut kemungkinan dapat di kuantitatifkan kemungkinan pula bersikap kualitatif.Menurut Sukrisno Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah sebagai berikut :Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Auditing merupakan salah satu bentuk dari atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang reabilitas dari pernyataan seseorang. Dalam pengertian yang lebih sempit, AICPA telah mendefinisikan atestasi sebagai komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai reabilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Seorang akuntan publik, dalam perannya sebagai auditor, memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan keuangan entitas. Akuntan publik juga memberikan jasa atestasi lainnya, seperti membuat laporan mengenai internal control, dan laporan keuangan prospektif.

2.1.2 Jenis-jenis AuditMenurut Boynton Jhonson Kell (2002:6) jenis audit terdiri atas tiga macam yaitu :a. Financial Statement Audits (Audit Laporan Keuangan)

Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Compliances Audits (Audit Kepatuhan)

Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan ketentuan atau peraturan tertentu, kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber.

c. Operational Audits (Audit Operasional)Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efesiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu, kadang-kadang audit jenis ini disebut juga dengan audit kinerja atau audit manajemen.

2.1.3 Pengertian AuditorPengertian auditor menurut Abdul Halim (2008:15) adalah sebagai berikut:Auditor adalah seseorang yang independen dan kompeten yang menyatakan pendapat atau pertimbangan mengenai kesesuaian dalam segala hal yang signifikan terhadap asersi atau entitas dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut mulyadi (2009:130) mendefinisikan auditor adalah sebagai berikut:Auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang di buat oleh klienya. Pemeriksaan tersebut terutama di tujukan untuk memenuhi kebutuhan para kreditur, calon kreditur, investor, calon investor dan instansi pemerintah.

Berdasarkan pengertian di atas auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di indonesia. Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.

2.1.4 Jenis-jenis AuditorMenurut Alvin A. Arens, Randal J. Eider dan Mark Beasley (2008:6-7) dialih bahasakan oleh Amir Abadi Jusuf menjelaskan jenis-jenis auditor, yaitu :1. Auditor Pemerintahan

Adalah auditor yang bekerja di sektor pemerintahan, umumnya bekerja di BPK, BPKP serta ITJEN di departemen-departemen, bertugas untuk melakukan audit laporan keuangan serta evaluasi efisiensi dan efektifitas operasi program pemerintah.

2. Auditor pajak

Adalah auditor yang bekerja di sektor pajak (Dirjen Pajak), sebagai aparat pelaksana di lapangan seperti Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (KARIKPA) yang bertugas melakukan audit terhadap para wajib pajak untuk menilai apakah sesuai dengan undang-undang pajak.

3. Internal Auditor

Adalah auditor yang bekerja didalam suatu perusahaan (organisasi) sebagai internal auditor yang bertugas untuk menjalankan pemeriksaan internal dalam penilaian dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan perusahaan/organisasi, pada BUMN internal auditor berada dibawah SPI (Satuan Pengawasan Internal).

4. Akuntan Publik

Adalah auditor yang bekerja pada sektor publik bertanggungjawab atas audit bagi perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya dengan memberikan jasa profesional dalam bidang audit kepada perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Boynton johnsen kell (2002:8) jenis-jenis auditor dibagi menjadi tiga yaitu:1. Auditor Independen (independent auditors)

Di Amerika Serikat biasanya adalah CPA yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien.

2. Auditor Internal (internal auditors)

Adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan auditor internal dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam menberikan pertanggungjawaban yang efektif.

3. Audit Pemerintah (government auditors)

Auditor pemerintah dipekerjakan oleh berbagai kantor pemerintah. Tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditunjukan pada pemerintah.

2.1.5 Perbedaan Audit Internal dengan Audit EksternalMenurut Sukrisno Agus (2004:224) menyatakan perbedaan audit internal dan eksernal adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1Perbedaan Audit Internal dan EksternalInternal AuditExternal Audit

1. Dilakukan oleh orang internal auditor yang merupakan orang dalam perusahaan (pegawai perusahaan)

2. Pihak luar perusahaan menganggap internal auditor tidak independen

3. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya

4. Laporan internal auditor tidak berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan tetapi berupa temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern beserta saran-saran perbaikannya

5. Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada internal auditing standard yang ditentukan oleh institute of internal auditors atau norma pemeriksaan intern yang ditentukan BPKP atau BPK dan norma pemeriksaan satuan pengawasan intern BUMN/BUMD oleh SPI

6. Pemeriksaan intern dilakukan lebih rinci dan memakan waktu sepanjang tahun, karena internal auditor mempunyai waktu yang lebih banyak di perusahaannya

7. Pimpinan (Penanggung jawab) pemeriksaan intern tidak harus seorang registerd accountant

8. Internal auditor mendapatkan gaji dan tunjangan sosial lainnya sebagai pegawai perusahaan

9. Sebelum menyerahkan laporannya, internal auditor tidak perlu meminta Surat Pernyataan Langganan

10. Internal auditor tertarik pada kesalahan-kesalahan yang material maupun tidak material1. Dilakukan oleh eksternal auditor (KAP) yang merupakan orang perusahaan

2. Eksternal auditor adalah pihak yang independen

3. Tujuan pemeriksaannya adalah untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan

4. Laporan eksternal auditor berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan, selain itu berupa management letter yang berisi pemberitahuan kepada manajemen mengenai kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern beserta saran-saran perbaikannya

5. Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada SPAP yang ditetapkan

6. Pemeriksaan ekstern dilakukan secara sempling, karena waktu yang terbatas dan akan terlalu tingginya audit fee jika pemeriksaan dilakukan secara rinci

7. Pemeriksaan ekstern dipimpin atau penanggung jawabnya adalah seorang akuntan publik yang terdaftar dan mempunyai nomor register (registerd Public Accountant)

8. Eksternal auditor mendapat audit fee atas jasa yang diberikan

9. Sebelum menyerahkan laporannya eksternal auditor terlebih dahulu harus meminta Surat Pernyataan Langganan

10. Eksternal auditor hanya tertarik pada kesalahan-kesalahan yang material, yang bisa mempengaruhi kewajaran laporan keuangan

2.1.6 Standar Profesional Auditor (Akuntan Publik)Pada semua profesi, standar merupakan aturan minimum atas prinsip yang telah disetujui anggota profesi untuk dipatuhi dan berfungsi sebagai model penilaian kualitas pekerjaan yang dilaksanakan.Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:38) standar profesional akuntan publik terdiri atas 3 (tiga) standar yaitu:1. Standar AuditingPedoman umum yang digunakan dalam melakukan audit laporan keuangan historis. Yang terdiri dari 10 (sepuluh) standar dalam bentuk standar auditing (PSA). PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.

2. Standar AtestasiKerangka umum bagi pelaksanaan semua jenis penugasan atestasi, yang mencakup tingkat tertinggi yang diberikan dalam jasa: Audit laporan keuangan (historis) Pemeriksaan (examination) atas laporan keuangan prospektif Review, jasa atestasi yang memberikan keyakinan lebih rendah Prosedur yang disepakati

3. Standar Jasa Akuntansi dan ReviewKerangka umum bagi pelaksanaan fungsi non-atestasi yang mencakup jasa akuntansi dan review. Jasa ini dirinci dalam bentuk pernyataan standar jasa akuntansi dan review (PSAR).

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, prosedur menyangkut langkah yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu profesional (profesional qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Sukrisno Agus (2004:33) adalah sebagai berikut :a. Standar Umum

Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya, dan berbeda dengan standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau standar umum ini berlaku sama dalam bidang pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Isi dari standar umum adalah sebagai berikut:

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independen dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama.

b.Standar Pekerjaan Lapangan

Standar Pekerjaan Lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan dilapangan (audit field work), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi pengendalian intern, pengumuman bukti-bukti audit melalui compliance tes, subtantive test, analytical review, sampai selesai audit field work.

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

c.Standar Pelaporan

Standar pelaporan merupakan pedoman bagi auditor independen dalam menyusun laporan auditnya.

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.2. Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangna periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.4. Laporan audit harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang sama nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung yang dipikulnya.

Standar ini meliputi pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidak konsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.

2.1.7 Karakteristik Profesionalisme Auditor2.1.7.1 Pengertian Karakteristik Profesionalisme AuditorSumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memliki karakter individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini beberapa pendapat mengenai karakteristik individu:Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely (2002:13) mendefinisikan karakteristik individu adalah sebagai berikut:Karakteristik individu memiliki hubungan antara sikap, persepsi, kepribadian, nilai-nilai dan kinerja individu.Robbins (2006:136) menyatakan bahwa:Faktor-faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tangggungan dan masa kerja dalam organisasi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian individual adalah himpunan karakteristik, kecenderungan dan tempramen yang relatif stabil yang dibentuk secara nyata oleh faktor keturunan dan faktor sosial, budaya dan lingkungan. Himpunan variabel ini menentukan karakteristik dan perbedaan dalam perilaku individu. Kepribadian juga saling berhubungan dengan persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap usaha untuk mengerti perilaku menjadi tidak lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan.

2.1.7.2 Karakteristik Profesionalisme AuditorDemikian halnya dengan profesi auditor, bahwa karakteristik personal auditor berkaitan dengan prinsip-prinsip profesionalisme auditor.Menurut Alvin A.Arens (2008:105) menyatakan bahwa:Profesionalisme auditor merupakan tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat, akuntan publik sebagai profesional mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien serta rekan praktisi termasuk perilaku yang terhormat meskipun itu berarti pengorbanan diri.

Menurut Sukrisno agus (2004:224) terdapat 8 (delapan) prinsip-prinsip profesionalisme auditor, yaitu:1. Tanggung jawab profesiYaitu terdiri dari: Tanggung jawab terhadap rekan seprofesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi, Komunikasi yang baik antar akuntan publik Tanggung jawab kepada klien dengan menjaga informasi dan rahasia klien dan besarnya fee.

2. Kepentingan umum (publik)Para auditor harus menerima kewajiban untuk melakukan beberapa hal yaitu: Tindakan yang mendahulukan kepentingan publik, Menghargai kepercayaan publik, dan Menunjukan komitmen pada profesionalisme.

3. IntegritasSetiap auditor harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Integritas juga mengharuskan auditor dalam segala hal jujur dan terus terang dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan.

4. Objektivitas dan independensiObjektifitas adalah suatu keyakinan yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor. Prinsip objektifitas merupakan suatu kewajiban bagi auditor untuk: Tidak memihak, Jujur secara intelektual, dan Bebas dari konflik kepentingan.Sedangkan independensi merupakan dasar dari stuktur filosopi profesi, yaitu: Auditor harus bersikap independen dalam penampilan, Auditor dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau hubungan usaha dengan klien, para anggota yang berpraktik sebagai akuntan publik, Harus senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan independensinya.

5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional Setiap auditor wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan dan metode pelaksanaan pekerjaan, Setiap auditor harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.

6. Kerahasiaan Auditor wajib menjaga kerahasian informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku, Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.

7. Perilaku profesional Setiap auditor wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, dan Harus menghindari semua tidakan yang dapat mendiskriditkan profesi, yaitu tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan yang dibuat oleh badan berwenang.

8. Standar teknis Auditor (akuntan publik) yang melaksanakan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).

Sedangkan menurut Bynton Johnson Kell (2002:101) terdapat 6 (enam) prinsip-prinsip profesionalisme auditor, yaitu:1. Tanggung jawabDalam melaksanakan tanggung jawabnya, auditor harus menunjukkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas. Yaitu: Tanggung jawab kepada rekan seprofesi, Komunikasi yang baik antar akuntan publik, Tanggung jawab kepada klien yaitu menjaga rahasia klien dan besarnya fee.

2.Kepentingan publikPara auditor harus menerima kewajiban untuk melakukan beberapa hal yaitu: Tindakan yang mendahulukan kepentingan publik, Menghargai kepercayaan publik, dan Menunjukkan komitmen pada profesionalisme.

3.IntegritasSetiap auditor harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Integritas juga mengharuskan auditor dalam segala hal jujur dan terus terang dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan.

4.Objektifitas dan independensiObjektifitas adalah suatu keyakinan kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor. Prinsip objektifitas merupakan suatu kewajiban bagi auditor untuk: Tidak memihak, Jujur secara intelektual, dan Bebas dari konflik kepentinganSedangkan independensi merupakan dasar dari stuktur filosopi profesi, yaitu: Auditor harus bersikap independen dalam penampilan, Auditor dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau hubungan usaha dengan klien, para anggota yang berpraktik sebagai akuntan publik, Harus senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan independensinya.

5.Sikap kecermatan dan keseksamaanAdalah pusat dari pencarian terus menerus akan kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan mengharuskan setiap auditor untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Keseksamaan meliputi beberapa hal yaitu: Keteguhan, kesungguhan serta bersikap energik dalam menerapkan dan melaksanakan jasa-jasa profesional, Cermat dan seksama dalam melaksanakan pekerjaan, Memperhatikan standar teknis dan etika yang diterapkan, dan Menyelesaikan jasa yang dilaksaanakan dengan segera.

6.Lingkup dan sifat jasaSeorang auditor yang berpraktik sebagai akuntan publik, harus mematuhi prinsip-prinsip kode perilaku profesional, dalam menentukan lingkup dan jasa yang diberikan. Diantaranya auditor harus: Hanya berpraktik pada suatu kantor yang telah mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu, Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak akan menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi klien, dan Menilai apakah jasa yang diminta oleh klien konsisten dengan peran seorang profesional.

Sebagai profesional, audtor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan. Seseorang yang profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan bahwa seseorang profesional memiliki kepintaran, pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktivitas yang dilakukan. Konsep profesionalisme auditor menjadi hal yang penting karena auditor merupakan asset penting kantor KAP dimana auditor ini bekerja sebagai indikator keberhasilan KAP. Diharapkan yang mempunyai profesionalisme yang baik akan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) dan memberikan pelayanan yang optimal bagi kliennya.Dalam Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 200 PSA No. 04 (2011) menyatakan bahwa:Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keprofesionalan tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Senior auditor, yang telah lama bekerja menjadi seorang auditor telah banyak memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervise dan manajer yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luasnya supervisi dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut meliputi keanekaragaman praktik yang luas.

2.1.8 Penyimpangan Perilaku2.1.8.1 Pengertian Penyimpangan PerilakuPerilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada makhluk sosial. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berprilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation) , sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut juga dengan konformitas yaitu bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berprilaku sesuai dengan harapan kelompok.Menurut Bruce J Cohen (1992) mendefinisikan bahwa:Perilaku menyimpang adalah sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Menurut Robert M.Z. Lawang mengungkapkan bahwa:Penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.

2.1.8.2 Pengertian Penyimpangan Perilaku dalam AuditPenyimpangan perilaku auditor adalah proses, cara perbuatan menyimpang atau sikap, tindak diluar ukuran (kaidah) yang berlaku. Dimana seorang auditor dalam menjalankan profesinya menyimpang dari aturan atau standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Auditor dikatakan bersalah apabila dalam melaksanakan tugasnya (penugasan audit) tidak sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku.Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tugasnya. Dalam praktiknya di lapangan beberapa auditor menerima dan melakukan penyimpangan terhadap kode etik dan standar auditing. Penyimpangan terhadap standar auditing merupakan tindakan penyimpangan perilaku dalam audit yang dapat mempengaruhi audit yang dilakukan.Menurut Donnelly, Quirin, dan OBryan (2003) dalam jurnal Yuke Irawati dan Thio Anastasia PetronilaMukhlasin (2005) mengungkapkan bahwa jenis-jenis penyimpangan perilaku yang biasanya dilakukan oleh seorang auditor adalah:1.Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari pada waktu yang sebenarnya (under-reporting of audit time).Tindakan ini dilakukan auditor dengan cara mengerjakan program audit dengan menggunakan waktu personal atau pribadi, dan tidak melaporkan waktu lembur yang digunakan dalam pengerjaan program audit.

2.Perilaku yang mempengaruhi kualitas audit secara langsung adalah merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan (replacing and altering original audit procedures)

3.Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur (premature sigining-off of audit steps without completion of the procedure), gagal memahami prinsip-prinsip akuntansi, melakukan review dokumen yang dangkal, serta menerima penjelasan lemah dari klien.

Menurut Alvin A.Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley (2008 : 43) dalam pelaksanaan audit di lapangan auditor harus memenuhi standar pekerjaan lapangan yang terdiri dari 3 (tiga) standar yaitu:1.Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.2. Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan dan untuk merancang sifat, waktu serta luas prosedur audit selanjutnya.3. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit.

Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa ada masalah penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit yang dihadapi oleh akuntan publik dalam rangka memenuhi tanggungjawab profesinya. Konsep praktisi yang bijaksana menunjukkan ukuran dimana para praktisi dipertanyakan profesi harus mengevaluasi kinerja tersebut terhadap gagasan atau ide praktisi yang bijaksana, yaitu apa yang seharusnya dilakukan seorang praktisi yang hati-hati dalam situasi yang sama atau praktisi yang bijaksana, yang diharapkan menjaga dan menggunakan profesionalismenya, menetapkan batas hal-hal yang tidak boleh diabaikan dalam kebanyakan profesi.

2.1.9 Pengaruh Karakteristik Profesionalisme Auditor Terhadap Penyimpangan Perilaku dalam AuditKetika individu mendapatkan orientasi kontrol internal yang mengarahkan untuk membuat tujuan dan mengembangkan rencana tindakan untuk mencapai tujuan dan mengembangkan rasa keberhasilan diri untuk dapat tampil secara memadai dalam situasi tertentu. Rasa kemampuan seseorang mempengaruhi persepsi, motivasi dan prestasinya. Kebanyakan individu bahkan tidak mencoba untuk melakukan sesuatu ketika diharapkan untuk tidak berhasil. Orang menghindari orang lain dan situasi ketika merasa tidak memadai.Menurut Jansen & Glinow (1985) dalam Octamy (2008) menyatakan bahwa perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang terjadi saat ini akan mendorong seseorang untuk membuat keputusan.Profesionalisme seorang profesional akan semakin penting apabila profesionalisme tersebut dihubungkan dengan hasil kerja individunya, apabila tingkat profesionalisme itu berpengaruh terhadap hasil kinerja individu tersebut, sehingga akhirnya dapat memberikan sumbangan karya bagi sebuah perusahaan atau organisasi profesi tempat dimana mereka bekerja.Komisi Audit (Shapeero, et.all, 2003) mengidentifikasi beberapa langkah bahwa auditor mengurangi kualitas audit yaitu:Hal yang dihadapi profesi auditor saat ini adalah praktik penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini atas prosedur audit. Praktik ini terjadi ketia auditor mendokumentasikan prosedur audit lain atau tidak melaksanakan prosedur audit yang disyaratkan. Langkah yang sering dilakukan praktik penghentian prematur umumnya adalah langkah audit yang dianggap tidak terlalu penting namun tidak mengurangi kualitas audit.

Forsyth (1980) dalam Samsul Ulum (2005) menjelaskan bahwa :Prematur Sign-Off Audit Procedure merupakan penyimpangan perilaku dalam audit ketika melakukan tugas pengauditan. Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kepentingan publik, juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yakni nilai-nilai personal, karakteristik personal dan perilaku etis seorang auditor yang dilatar belakangi oleh kebutuhan fundamental individu auditor. Selain itu jika auditor bersifat relativis, maka akan cenderung menolak prinsip yang bersifat universal atau prinsip-prinsip audit berkualitas, sehingga cenderung melakukan Prematur Sign-Off Audit Procedure.Dalam memenuhi anggaran waktu untuk menunjukkan efisiensi dan evaluasi kinerjanya atau tetap pada profesionalitasnya sesuai dengan Standard Pemerikasaan Akuntan Publik (SPAP) yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta alat-alat pengumpulan bukti yang cukup memadai. Bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit sangat memerlukan waktu sehingga berakibat kepada auditor yang melakukan pelaporan waktu yang lebih pendek dari semestinya sehingga berdampak pada penurunan kualitas audit, yang dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi, menurunkan kredibilitas para akuntan publik atas hasil-hasil audit yang mereka lakukan. Pada akhirnya akibat dari penurunan kualitas audit dapat mematikan profesi itu sendiri serta akan menimbulkan campur tangan pemerintah yang berlebihan terhadap profesi itu sendiri.Dengan mengetahui penyimpangan yang dilakukan oleh auditor yaitu berupa melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari pada waktu yang sebenarnya hal ini berpengaruh pada salah satu prinsip profesionalisme dimana seorang auditor tidak bersikap jujur dan terus terang dalam menjalin hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan, selain itu juga auditor melakukan penyimpangan berupa merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan yang dimana dalam hal ini auditor tidak mematuhi perilaku profesional yang tidak mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku serta standar teknis dalam melaksanakan jasa auditing, atestasi dan review yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), serta melakukan penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur dimana seorang auditor tidak memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan dan kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan dan metode pelaksanaan pekerjaan.2.1.10 Tinjauan Penelitian TerdahuluPenelitian sebelumnya terletak pada faktor-faktor karakteristik personal auditor yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan penyimpangan perilaku dalam audit pada Kantor Akuntan Publik. Penelitian ini dilakukan oleh Yuke Irawati dan Thio Anastasia Petronila Mukhlasin (2005).Tabel 4.2Ringkasan Penelitian TerdahuluPenulisTahunVariabelIndikatorHasil

Yuke Irawati dan Thio Anastasia Petronila Mukhlasin2005Hubungan Karakteristik Personal Auditor (X)

a. Secara langsung:- Lokus kendali- Tingkat kinerja pribadi karyawan- Keinginan untuk berhenti bekerja- Harga diri dalam kaitannnya dengan ambisi

b. Secara tidak langsung:- Komitmen pada organisasi

Dari hasil uji hipotesis yaitu dengan menggunakan metode SEM dengan program LISREL menunjukan bahwa: Terdapat hubungan positif antara lokus kendali eksternal dengan penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Terdapat hubungan positif antara keinginan untuk berhenti bekerja dengan penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit dengan kondisi adanya lokus kendali eksternal dan komitmen pada organisasi. Tingkat kinerja pribadi karyawan memiliki hubungan positif yang tidak signifiakan terhadap penyimpangan perilaku dalam audit Menunjukan bahwa harga diri dalam kaitannya dengan ambisi memiliki hubungan positif yang tidak signifikan terhadap penyimpangan perilaku dalam audit.

Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku dalam Audit (Y) Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari pada waktu yang sebenarnya Merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit dilapangan Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis2.2.1 Kerangka PemikiranDalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan serta kode etik akuntan. Dalam kenyataannya di lapangan, auditor banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap standar audit dan kode etik. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas.Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely (2002:13) mendefinisikan karakteristik individu adalah sebagai berikut:Karakteristik individu memiliki hubungan antara sikap, persepsi, kepribadian, nilai-nilai dan kinerja individu.Menurut Alvin A.Arens (2008:105) menyatakan bahwa:Profesionalisme auditor merupakan tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat, akuntan publik sebagai profesional mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien serta rekan praktisi termasuk perilaku yang terhormat meskipun itu berarti pengorbanan diri.

Sebagai profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal yaitu yang tercantum dalam etika profesional auditor dan kode etik perilaku profesional. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan. Seseorang yang profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan bahwa seorang profesional memiliki kepintaran, pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktivitas yang dilakukan. Profesionalisme auditor tercermin dari prinsip-prinsip perilaku profesionalisme. Dari beberapa pengertian mengenai prinsip-prinsip profesioanlisme auditor, penulis mengemukakan prinsip-prinsip profesionalisme auditor menurut Suksrisno Agues (2004:224) yaitu sebagai berikut:1.Tanggung jawab profesiYaitu terdiri dari: Tanggung jawab terhadap rekan seprofesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi, Komunikasi yang baik antar akuntan publik Tanggung jawab kepada klien dengan menjaga informasi dan rahasia klien dan besarnya fee.

2.Kepentingan umum (publik)Para auditor harus menerima kewajiban untuk melakukan beberapa hal yaitu: Tindakan yang mendahulukan kepentingan publik, Menghargai kepercayaan publik, dan Menunjukan komitmen pada profesionalisme.

3.IntegritasSetiap auditor harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Integritas juga mengharuskan auditor dalam segala hal jujur dan terus terang dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan.

4.Objektivitas dan independensiObjektifitas adalah suatu keyakinan yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor. Prinsip objektifitas merupakan suatu kewajiban bagi auditor untuk: Tidak memihak, Jujur secara intelektual, dan Bebas dari konflik kepentingan.Sedangkan independensi merupakan dasar dari stuktur filosopi profesi, yaitu: Auditor harus bersikap independen dalam penampian, Auditor dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau hubungan usaha dengan klien, para anggota yang berpraktik sebagai akuntan publik, Harus senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan independensinya.

5.Kompetensi dan kehati-hatian profesional Setiap auditor wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan dan metode pelaksanaan pekerjaan, Setiap auditor harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.

6.Kerahasiaan Auditor wajib menjaga kerahasian informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku, Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.

7.Perilaku profesional Setiap auditor wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, dan Harus menghindari semua tidakan yang dapat mendiskriditkan profesi, yaitu tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan yang dibuat oleh badan berwenang.

8.Standar teknis Auditor (akuntan publik) yang melaksanakan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)

Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut, bagi akuntan publik kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting.Menurut jansen dan Glinow dalam Malone dan Roberts (1996) dalam Suryanita et al (2006), menyatakan bahwa:Perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya dan faktor situasional yang terjadi pada saat itu yang mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi seorang auditor dalam melakukan premature sign off adalah etika auditor, dengan mengetahui etika dari karakteristik seorang auditor dapat diperkirakan apakah seorang auditor lebih cenderung melakukan penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini atau tidak pada suatu kondisi tertentu.

Pengalaman seorang auditor profesional dalam menghadapi situasi yang serupa secara barulang baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi judgment yang dipilihnya. Informasi yang datang secara berulang akan menciptakan judgment yang baru dan pada akhirnya menimbulkan keputusan yang baru. Judgment dari auditor yang lebih berpengalaman akan lebih intuitif dari pada auditor yang kurang berpengalaman karena pengaruh kebiasaan dan kurang melalui proses pemikiran dari judgment itu sendiri.Donnelly, Quirin & OBryan (2003) mengemukakan bahwa jenis-jenis penyimpangan perilaku yang biasanya dilakukan oleh seorang auditor adalah:1.Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari pada waktu yang sebenarnya (under-reporting of audit time).Tindakan ini dilakukan auditor dengan cara mengerjakan program audit dengan menggunakan waktu personal, dan tidak melaporkan waktu lembur yang digunakan dalam pengerjaan program audit.

2.Perilaku yang mempengaruhi kualitas audit secara langsung adalah merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan (replacing and altering original audit procedures)

3.Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur (premature sigining-off of audit steps without completion of the procedure), gagal memahami prinsip-prinsip akuntansi, melakukan review dokumen yang dangkal, serta menerima penjelasan lemah dari klien.

Menurut Alvin A.Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley (2008 : 43) dalam pelaksanaan audit di lapangan auditor harus memenuhi standar pekerjaan lapangan yang terdiri dari 3 (tiga) standar yaitu:1. Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.2. Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan dan untuk merancang sifat, waktu serta luas prosedur audit selanjutnya.3. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit

Forsyth (1980) dalam Samsul Ulum (2005) menjelaskan bahwa :Prematur Sign-Off Audit Procedure merupakan penyimpangan perilaku ketika melakukan tugas pengauditan. Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kepentingan publik, juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yakni nilai-nilai personal, karakteristik personal dan perilaku etis seorang auditor yang dilatar belakangi oleh kebutuhan fundamental individu auditor. Selain itu jika auditor bersifat relativis, maka akan cenderung menolak prinsip yang bersifat universal atau prinsip-prinsip audit berkualitas, sehingga cenderung melakukan Prematur Sign-Off Audit Procedure.Dari kutipan di atas jelas bahwa para auditor melakukan penyimpangan yang disebabkan oleh karakteristik personal auditor dimana seorang auditor tidak mematuhi prinsip etika profesionalisme yaitu dimana seorang auditor tidak menjaga disiplin diri melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit bisa diakibatkan oleh faktor internal individu auditor. Penelitian dibidang psikologi menemukan bahwa perilaku individu menggambarkan personalitas individu tersebut dan faktor-faktor situasional saat itu ketika membuat keputusan tindakan tertentu dan diketahui bahwa kecenderungan auditor untuk memilih penyimpangan perilaku dalam audit berkaitan dengan berbagai faktor internal individual uditor yaitu:1. Motivasi seorang individu merupakan fungsi dari ekspektansi usaha yang akan mengarahakan pada perilaku yang di inginkan.2. Harapan individu atas perilaku akan mengarahkan pada hasil atau ganjaran tertentu.3. Orientasi untuk setiap hasil atau ganjaran yang diharapkan sangat penting.Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip profesionalisme yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang seluruh pelaksanaannya telah diatur oleh Kode Etik Akuntan Indonesia tidak akan berjalan efektif bila para auditor tidak mematuhinya sebagai landasan moral, mental dan kompetensinya sebagai seorang akuntan.Berdasarkan uraian di atas maka disusun skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 4.1Skema Kerangka Pemikiran

2.2.2 HipotesisMenurut Sugiyono (2008:93) pengertian hipotesis adalah:Hipotesis merupakan jawaban semetara terhadap rumusan masalah penelitian.Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dan dukungan teori yang ada maka diajukan hipotesis penelitian yaitu: Karakteristik profesionalisme auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap penyimpangan perilaku dalam audit.