iv hasil dan pembahasan -...

31
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Mekanisasi Pemerahan di Wilayah Kerja KPSBU Koperasi Peternak Susu Bandung Utara atau disingkat KPSBU, berdiri pada tanggal 8 agustus 1971 dengan Hak Badan Hukum no.4891/A/BH/KWK-10/12. Wilayah kerja KPSBU ini tidak hanya terdiri dari daerah Bandung bagian utara saja atau daerah Kabupaten Bandung, terutama di Kecamatan Lembang, melainkan peternak di daerah Kabupaten Subang dan wilayah percobaan peternakan sapi perah di daerah Kabupaten Karawang. Keanggotaan KPSBU terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, keanggotaan KPSBU meningkat sebanyak 99 orang dari tahun sebelumnya yaitu 7091 orang menjadi 7190 orang. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 1,39 persen dari tahun 2014. Keanggotaan KPSBU dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Keanggotaan KPSBU Jawa Barat, Tahun 2014-2015 Tahun Jumlah Anggota keseluruhan Anggota penyetor susu 2014 7.091 4.206 2015 7.190 4.340 Sumber: RAT KPSBU 2016 Mekanisasi merupakan penggantian dan penggunaan tenaga mesin dan sarana-sarana teknik lainnya untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan (Departemen Pendidikan Nasional,2007). Dalam konteks pemerahan, mekanisasi pemerahan dapat diartikan sebagai penggantian tenaga pemerahan manusia dengan

Upload: lephuc

Post on 27-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Mekanisasi Pemerahan di Wilayah Kerja KPSBU

Koperasi Peternak Susu Bandung Utara atau disingkat KPSBU, berdiri pada

tanggal 8 agustus 1971 dengan Hak Badan Hukum no.4891/A/BH/KWK-10/12.

Wilayah kerja KPSBU ini tidak hanya terdiri dari daerah Bandung bagian utara saja

atau daerah Kabupaten Bandung, terutama di Kecamatan Lembang, melainkan

peternak di daerah Kabupaten Subang dan wilayah percobaan peternakan sapi perah

di daerah Kabupaten Karawang.

Keanggotaan KPSBU terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan

data yang diperoleh, keanggotaan KPSBU meningkat sebanyak 99 orang dari tahun

sebelumnya yaitu 7091 orang menjadi 7190 orang. Pada tahun 2015 terjadi

peningkatan sebesar 1,39 persen dari tahun 2014. Keanggotaan KPSBU dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keanggotaan KPSBU Jawa Barat, Tahun 2014-2015

Tahun Jumlah Anggota keseluruhan Anggota penyetor susu

2014 7.091 4.206 2015 7.190 4.340

Sumber: RAT KPSBU 2016

Mekanisasi merupakan penggantian dan penggunaan tenaga mesin dan

sarana-sarana teknik lainnya untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan

(Departemen Pendidikan Nasional,2007). Dalam konteks pemerahan, mekanisasi

pemerahan dapat diartikan sebagai penggantian tenaga pemerahan manusia dengan

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

36

mesin. Mekanisasi pemerahan merupakan suatu bentuk inovasi. Mekanisasi

pemerahan bukanlah sesuatu yang baru di dunia peternakan. Hal tersebut

dikarenakan mekanisasi pemerahan atau dalam bahasa sehari-hari penggunan

mesin perah, sudah ada sejak 1980. Mekanisasi pemerahan di wilayah kerja

KPSBU dapat dikategorikan sebagai sebuah inovasi. Kebaruan inovasi juga tidak

berarti harus baru, inovasi yang sudah ada sebelumnya tetapi belum diterapkan dan

dikembangkan oleh individu atau kelompok tersebut dapat dikatakan inovasi yang

baru (Hanafi,1986). Jika sesuatu dipandang baru bagi seseorang, maka hal itu

merupakan inovasi (Nasution, 2004). Menurut Mosher (1978) cara baru dalam

mengerjakan sesuatu juga dapat disebut dengan inovasi.

Mekanisasi pemerahan pertama kali diperkenalkan oleh KPSBU pada

tahun 2013. Namun dalam perkembanganya hingga tahun 2015 setelah

diperkenalkannya mekanisasi pemerahan dalam RAT, belum menunjukan

perkembangan yang berarti. Sehingga pada tahun berikutnya yaitu tahun 2016

dicanangkanlah program mekanisasi pemerahan dengan jalan memfasilitasi

peternak anggotanya memperoleh mesin perah, dimana peternak dapat mengangsur

pembayarannya setiap bulanya melalui pemotongan pendapatan susu. Target

KPSBU ditahun 2016 adalah adanya pertambahan sebanyak 30 orang anggota

KPSBU yang menerapkan mekanisasi pemerahan. Angka peternak yang

menerapkan mekanisasi pemerahan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukan angka mekanisasi pemerahan di wilayah kerja KPSBU

masih tergolong sangat rendah karena jumlahnya kurang dari 1% dari jumlah

seluruh anggota peternak penyetor susu KPSBU. Hampir seluruh peternak anggota

KPSBU masih menggunakan teknik pemerahan manual karena sebuah perubahan

tentunya membutuhkan waktu.

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

37

Tabel 3. Angka Mekanisasi Pemerahan di Wilayah Kerja KPSBU

No Anggota Penyetor Susu Jumlah ...Orang... ...%... 1 Tidak Menerapkan Mekanisasi pemerahan 4.319 99,71 2 Menerapkan 21 0,29

Jumlah 4.340 100 Sumber: Data KPSBU 2016

Hasil wawancara dengan peternak responden pada Lampiran 4 menunjukan

bahwa, salah satu pertimbangan peternak memutuskan untuk mengadopsi inovasi

tersebut karena jumlah kepemilikan sapi perah tidak sebanding dengan tenaga kerja

yang dimiliki, sulitnya mendapatkan tenaga kerja merupakan salah satu alasan

peternak beralih dari pemerahan manual ke mekansisi pemerahan. Selain itu faktor

usia juga menjadi latar belakang penerapan mekanisasi pemerahan. Peternak di usia

diatas 50 tahun cenderung tidak memiliki tenaga yang cukup untuk memerah sapi.

Namun ada beberapa peternak memutuskan untuk menerapkan mekanisasi

pemerahan karena ingin memajukan usahanya agar bisa tetap eksis dan tidak

tergerus perkembangan zaman yang syarat akan teknologi.

Mesin yang dianjurkan oleh KPSBU adalah mesin perah portable dengan

pertimbangan harga yang relatif murah, mudah dipindah-pindahkan, dan

perawatannya yang relatif sederhana. Hasil survei pada peternak yang menerapkan

mekanisasi pemerahan di wilayah kerja KPSBU juga menunjukan tidak ada

peternak yang menggunakan mesin perah selain sistem portabel yang dianjurkan

oleh KPSBU.

Mesin perah portabel merupakan mesin perah yang dapat dengan mudah

dipindah-pindahkan ke tempat lain dan sangat ideal digunakan untuk usaha kecil

(hingga 20 ekor). Sistem penampungan atau milk barn system merupakan sistem

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

38

dengan instalasi mesin berada langsung di kandang pemeliharan dan tidak dapat

dipindahkan, yang cocok digunakan untuk 20 sampai 100 ekor. Sedangkan sistem

bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

untuk usahaternak sapi perah dengan skala usaha besar (lebih dari 100 ekor) dimana

sapi digiring menuju ruang pemerahan secara beriringan (Patil, 2007).

4.2. Teknik Pemerahan dalam Mekanisasi

Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal

dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk

menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering terlalu

cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan Payne, 1993).

Terdapat dua teknik dalam pemerahan, yaitu teknik pemerahan manual dan

teknik pemerahan mesin. Pemerahan manual merupakan pemerahan yang

dilakukan menggunakan tangan dan tanpa bantuan mesin. Pada permulaan

pemerahan dengan tangan dilakukan dengan cara memberikan tekanan yang ringan

kemudian setelah susu keluardengan lancar maka pemerahan dengan berangsur-

angsur dapat dipercepat temponya. Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara

yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan

dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat

menurunkan produksinya (Sudono, 2003).

Peternak KPSBU yang menerapkan mekanisasi pemerahan dapat

dikategorikan sebagai pengguna mesin perah dengan sistem bucket. Secara umum

seluruh peternak menggunakan sistem tersebut namun ada beberapa yang

memodifikasi mesin tersebut menjadi sistem pipa (milking pipeline). Mesin perah

dengan sistem pipa yang ada di wilayah kerja KPSBU merupakan hasil modifikasi

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

39

mesin perah portabel. Bagian mesin perah yaitu pompa vakum diinstal secara

permanen dan tidak dapat dipindahkan. Udara untuk menyedot susu dialirkan

melalui pipa gangway sehingga peternak hanya tinggal memindahkan milk claw

dan bucket saja. Sehingga sistem tersebut digolongkan sebagai sistem semi pipa

(semi milking pipeline). Sistem Semi milking pipeline lebih dikenal dengan sistem

liner di wilayah KPSBU. Semua tipe atau jenis mesin perah baik yang dapat

dipindahkan maupun yang tidak dapat dipindahkan atau permanen memiliki

beberapa komponen dasar dengan fungsi yang sama. Komponen tersebut yaitu

pompa vakum, pulsator, milk claw, karet penyedot puting (teat cup), penampung

susu (Andrew, 2007)

Tidak ada perbedaan signifikan dalam mekanisasi pemerahan. Syarief dan

Sumoprastowo (1985) berpendapat bahwa, terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra

pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan. Hal yang perlu

dilakukan untuk pemerahan seperti tahap pra pemerahan dan tahap pasca

pemerahan tetap masih dilakukan. Tahap pra pemerahan dilakukan untuk

merangsang ambing ternak yang berguna untuk pengeluaran air susu. Tahap pasca

pemerahan dilkukan untuk menghindari masuknya kontaminan yang dapat

menyebabkan penyakit mastitis melalui puting sapi yang terbuka setelah

pemerahan. Sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo (1985), tahap

pasca pemerahan sangat penting dilakukan untuk mencegah masuknya kontaminan

melalui lubang puting susu yang terbuka akibat dari proses pemerahan. Pada tahap

ini bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk menghindari

terjadinya mastitis.

Perbedaan pemerahan dengan mesin perah dan cara manual adalah pada

tahap mengeluarkan air susu dari ambing. Peternak yang menerapkan mekanisasi

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

40

pemerahan menggunakan mesin perah untuk mengeluarkan air susu sedangkan

peternak yang tidak menerapkan mekanisasi pemerahan menggunakan tangan

untuk mengeluarkan susu dari ambing. Sebelum memasangkan milk claw ke

ambing, peternak juga tetap melakukan stripping atau pengeluaran sedikit susu

untuk melihat kondisi susu. Sapi yang terkena mastistis sebaiknya tidak diperah

menggunakan mesin perah untuk menghindari penularan penyakit, atau dapat

diperah meggunakan mesin namun pada giliran terakhir.

Peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan dapat mengefisiensikan

waktu pemerahan daripada peternak yang belum menerapkan mekanisasi

pemerahan. Peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan dapat memerah 2

ekor sapi secara bersamaaan dan hanya dalam waktu 7 menit. Sedangkan peternak

yang belum menerapkan mekanisasi pemerahan dalam waktu kurang lebih 7 menit

hanya mampu memerah satu sapi. Hal itu menunjukan bahwa peternak yang

menerapkan mekanisasi pemerahan mimiliki waktu pemerahan yang lebih cepat

dan efisien dibanding dengan peternak yang tidak. Sesuai dengan pendapat Firman

(2010), bahwa pemerahan menggunakan mesin perah efisien dalam hal waktu.

Selain itu Patil (2008), juga berpendapat sama bahwa dengan menggunakan mesin

perah, pemerahan dapat dilakukan tiga hingga empat kali lebih cepat dari

pemerahan tangan.

Mekanisasi pemerahan juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja. Dari

semula satu tenaga kerja idealnya dapat memerah 5 sampai 7 ekor sehingga untuk

kepemilikan ternak di atas 10 ekor membutuhkan dua pekerja, maka dengan

mekanisasi pemerahan satu orang tenaga kerja dapat memerah lebih banyak ternak

hingga 20 ekor atau bahkan lebih. Sesuai dengan pendapat Patil (2008),

keuntungan dari penggunaan mesin perah adalah menghemat biaya tenaga kerja,

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

41

mengurangi ketergantungan terhadap pekerja yang terampil, memungkinkan

menambah populasi ternak yang lebih besar.

Pemerahan dengan menggunakan mesin perah tidak lagi menggunakan

vaselin sehingga susu yang dihasilkan lebih aman (tidak terkontaminasi zat kimia).

Selain itu, susu tidak terkontaminasi dengan lingkungan seperti masuknya debu

atau kotoran maupun bulu ternak. Hal tersebut menunjukan bahwa susu yang

dihasilkan oleh peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan jauh lebih baik

kualitasnya dibandingkan dengan susu hasi pemerahan peternak yang tidak

menerapkan mekanisasi pemerahan. Sesuai dengan pendapat Patil (2008) bahwa

penggunaan mesin perah akan menyebabkan peningkatan kualitas susu,

mengurangi stres sepanjang laktasi dengan menciptakan lingkungan pemerahan

yang baik.

4.3 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 21 orang peternak anggota

KPSBU yang menerapkan mekanisasi pemerahan. Identitas responden dalam hal

ini merupakan gambaran keadaan peternak terdiri dari: umur responden,

pengalaman beternak, dan pendidikan responden.

4.3.1 Umur Responden

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian

dilakukan. Umur merupakan salah satu aspek yang dapat menggambarkan diri

seseorang berkaitan dengan cara sesorang menerima sesuau yang baru (inovasi).

Umur peternak akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Biasanya

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

42

umur peternak yang lebih muda akan lebih responsive dalam menerima stimulus

dibandingkan dengan umur yang lebih tua.

Tabel 4. Umur Responden Peternak Sapi Perah yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan di Wilayah Kerja KPSBU

No Golongan Umur Jumlah

....Tahun.... ....Orang.... ....%.... 1 Innovator <25 0 0 2 Early Adopter 25- 40 1 4,76 3 Early Majority 41- 50 9 42,86 4 Late Majority 51- 60 6 28,57 5 Laggard >60 5 23,81

Jumlah 21 100

Umur responden digolongkan menjadi tiga yaitu, umur belum produktif 0

sampai 14 tahun, umur produktif yaitu 15-64 tahun dan umur tidak produktif, yaitu

lebih dari 64 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Kategori umur responden dapat

dilihat pada Tabel 4.

Responden sebagian besar tergabung dalam usia produktif. Seseorang

dengan umur yang produktif biasanya memiliki semangat untuk mengetahui

sesuatu yang baru. Responden dalam penelitian ini dapat digolongkan sebagai early

majority hingga late majority. Adopter digolongkan menjadi 5 golongan

berdasarkan kecepatan adopsi. Golongan tersebut yaitu innovator (<25tahun), early

adopter (25-40 tahun), early majority (>40tahun), late majority (>50tahun), dan

laggard (>60 tahun) (Ibrahim,dkk., 2003).

Sebanyak peternak responden 23,81 persen merupakan golongan laggard,

lebih banyak daripada golongan innovator atau early adopter. Golongan laggard

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

43

merupakan golongan yang tidak dapat menerima adanya inovasi. Pendapat tersebut

tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, bahwa golongan umur kurang dari 25

tahun merupakan golongan innovator atau pencipta hal baru atau yang paling cepat

menerima inovasi. Peternak dalam wilayah Kerja KPSBU yang menerapkan

mekanisasi pemerahan tidak ada yang usianya dibawah 25 tahun. Pada golongan

umur 25-40 tahun yang digolongkan early adopter hanya terdapat satu orang.

Berdasarkan kondisi di wilayah penelitian, justru peternak yang digolongkan dalam

late majority merupakan orang yang pertama menerapkan mekanisasi pemerahan.

Penerapan mekanisasi pemerahan di wilayah kerja KPSBU Lembang ditandai

dengan tahun pemakaian atau introduksi mesin perah ke dalam usahanya yang

dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.3.2 Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak menggambarkan lamanya seseorang dalam

mengusahakan ternak sapi perah. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Petani yang sudah lama

berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal

ini dikarenakan pengalaman yang dimiliki lebih banyak, sehingga dapat membuat

perbandingan dalam mengambil keputusan. Pengalaman berternak responden

penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pengalaman Beternak Peternak Sapi Perah yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan di Wilayah Kerja KPSBU

No Lama Beternak Jumlah

....Tahun.... ....Orang.... ....%.... 1 <5 4 19,05

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

44

2 6-10 4 19,05 3 >10 13 61,90

Jumlah 21 100

Berdasarkan Tabel 5, menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki

kategori pengalaman yang tinggi (lebih dari 10 tahun). Responden yang memiliki

pengalaman rendah (kurang dari 5 tahun) dan sedang (6 sampai 10 tahun) memiliki

jumlah sama. Pengalaman yang tinggi merupakan indikator kematangan peternak

dalam mengelola usahanya. Pengalaman beternak yang lebih lama membuat

seseorang lebih terampil dalam mengambil keputusan terhadap datangnya inovasi

(Soeharjo dan Patong, 1973).

Lama beternak untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya

beternak dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang

sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk waktu-waktu berikutnya.

Responden yang memiliki pengalaman beternak yang lebih lama akan memiliki

keterampilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak yang belum memiliki

banyak pengalaman. Responden yang beternak lebih lama cenderung akan

meningkatkan produktivitasnya melalui sumberdaya yang ada dalam hal ini

berhubungan dengan mekanisasi pemerahan.

4.3.3 Pendidikan Responden

Tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap menuju

penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Peternak yang memiliki

pendidikan tinggi akan lebih cepat menerima inovasi. Sebaliknya peternak dengan

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

45

pendidikan rendah akan lebih lamban dalam penerimaan inovasi. Tingkat

pendidikan responden rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar pendidikan formal responden

adalah lulusan SD. Tingkat pendidikan formal responden tergolong masih rendah,

karena sebagian bersar peternak hanya berpendidikan SD. Responden dengan

pendidikan lebih tinggi cenderung lebih mudah dalam mengadopsi inovasi. Sesuai

dengan pendapat Ibrahim, dkk. (2003) mengenai tingkat pendidikan petani, dimana

mereka yang berpendidikan tinggi relative lebih cepat dalam melaksanakan adopsi

inovasi.

Pendidikan formal memberikan pengaruh kepada individu untuk

menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen dalam kebiasaan

tingkah lakunya, pikiran dan sikapnya (Hasibuan, 2008). Peternak yang

berpendidikan SD cenderung kurang memperhatikan tata laksana pemeliharaan

sapi perah yang baik dan benar dan lebih mimilih menggunakan cara-cara praktis

dalam beternak.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Perah yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan di Wilayah Kerja KPSBU

No Tingkat Pendidikan Jumlah

....Orang... ....%.... 1 SD 9 42,86 2 SMP 2 9,52 3 SMA 5 23,81 4 Sarjana 5 23,81

Total 21 100

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

46

Perawatan mesin perah sendiri yang merupakan hal pokok dari mekanisasi

pemerahan cenderung tidak begitu diperhatikan. Mereka yang berpendedikan SD

cenderung merawat mesin perah seadanya, tidak seperti peternak yang memiliki

jenjang di atasnya mereka cenderung lebih teliti dan memiliki perlakuan khusus

untuk merawat mesin perahnya seperti, penggunaan berbagai cairan khusus untuk

setiap bagian mesin, teknik membersihkan, dan dalam penyimpanannya. Mesin

perah milik peternak dari jenjang pendidikan diatas SD lebih terawat dibandingkan

dengan milik peternak yang berjenjang pendidikan SD. Tingkat Pendidikan

responden dapat dilihat di Lampiran 1.

4.4 Keadaan Umum Usaha Responden

Ternak sapi yang dipelihara oleh responden dalam penelitian ini adalah sapi

perah jenis Friesian Holstein (FH). Menurut Suryadi (1989) dibedakan menjadi (a)

skala usaha dengan jumlah kepemilikan ternak betina produktif sebanyak 1-3 ekor,

(b) skala usaha dengan jumlah kepemilikan ternak betina produktif sebanyak 4-6

ekor, dan (c) skala usaha dengan jumlah kepemilikan ternak betina produktif

sebanyak lebih dari tujuh ekor. Kepemilikan ternak responden yang menerapkan

mekanisasi pemerahan sebagian besar diatas tujuh ekor sapi induk. Banyaknya

jumlah kepemilikan sapi perah produktif responden penelitian dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Skala Kepemilikan Induk Sapi Produktif Perah Peternak Anggota KPSBU yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan.

No Jumlah Induk Produktif Kepemilikian

....ekor.... ....orang.... ....%....

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

47

1 1-3 0 0 2 4-6 2 9,52 3 > 7 19 90,48

Jumlah 21 100

Tabel 7 menunjukan bahwa sebgaian besar atau 90,48 persen responden

dalam penelitian ini memiliki skala kepemilikan lebih dari 7 ekor induk produktif.

Hanya terdapat dua orang peternak yang memiliki skala usaha kurang dari tujuh

ekor induk produktif. Tidak ada peternak responden yang memiliki induk produktif

kurang dari tiga ekor. Kepemilikan induk produktif terkecil adalah sebanyak lima

ekor, sedangkan kepemilikan terbesar adalah sebanyak 45 ekor. Usahaternak sapi

perah yang dijalankan peternak anggota KPSBU yang menerapkan mekanisasi

pemerahan sebagian dapat dikategorikan sebagai usaha pokok, karena seluruh

kehidupannya bergantung pada hasil beternak dan sebagian usaha campuran.

4.5 Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang

tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan

suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Biaya produksi merupakan seluruh biaya

yang digunakan dalam suatau usaha untuk menghasilkan suatu produk. Semua

pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor

produksi dan bahan bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang

barang yang diproduksi suatu perusahaan adalah biaya produksi (Sukirno, 2012).

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

48

Tabel 8. Struktur Biaya Usahaternak Sapi Perah Peternak Anggota KPSBU yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan

No Komponen Biaya Rata-rata ....Rp.... ....%....

1

Biaya Tetap a. Lahan 2.049.587 1,20 b. Bangunan 4.773.524 2,80 c. Bibit 24.095.238 14,15 d. Peralatan 600.469 0,35 e. Mesin dan Kendaraan 6.574.287 3,87

Jumlah 1 38.093.105 22,37

2

Biaya Variabel a. Tenaga Kerja 28.314.286 16,63 b. Pakan 92.883.852 54,56 c. Keswan 1.735.833 1.02 d. Teknis 9.230.470 5.42

Jumlah 2 132.164.440 77,63 Total 1+2 170.257.546 100

Komponen biaya produksi usahaternak sapi perah adalah biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari penyusutan kandang, penyusutan peralatan

tahan lama, penyusutan ternak dan lahan tempat pengelolaan ternak yang dianggap

sebagai biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan. Biaya variabel terdiri dari

biaya pakan, obat-obatan, penyusutan peralatan tidak tahan lama dan biaya untuk

transportasi untuk membeli pakan atau memasarkan susu, air dan listrik. Biaya

produksi dihitung dalam satu tahun . Biaya produksi dapat ditekan apabila

penggunaan input produksi yang lebih murah atau dengan input produksi yang lebih

mahal namun umur ekonomisnya lama. Biaya produksi dan presentase biaya

produksi dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

49

Tabel 8 menunjukan rata- rata biaya produksi usahaternak sapi perah yang

menerapkan mekanisasi pemerahan di wilayah kerja KPSBU. Biaya produksi

terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap memiliki persentase sebesar

22,37persen dari biaya produksi dengan nilai sejumlah Rp 38.093.105 per tahun,

sedangkan biaya variabel memilliki persentase lebih besar dari biaya tetap yaitu

sbesar 77,63 persen dengan nilai Rp 132.164.440 per tahun. Semakin besar skala

kepemilikan ternak, maka akan semakin besar pula biaya produksi yang harus

dikeluarkan.

4.5.1 Biaya Tetap

Biaya tetap pada usahaternak sapi perah yang menerapkan mekanisasi

pemerahan dihitung berdasarkan beban biaya penyusutan yang harus ditanggung

peternak setiap tahunya. Biaya tetap terdiri dari biaya lahan, biaya penyusutan

kandang dan bangunan pendukung, perlatan, mesin dan kendaraan. Biaya tetap

besaranya tidak akan berubah dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya aktifitas

produksi yang berjalan. Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang

relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh

banyak atau sedikit. Biaya tetap dapat pula dikatakan sebagai investasi, karena

biaya yang dikeluarkan hanya sekali atau seumur ekonomis barang (jangka

panjang) (Soekartawi, 1995). Investasi adalah modal yang dikeluarkan untuk usaha

sapi perahmeliputi biaya pembelian ternak, biaya pembuatan kandang, dan biaya

peralatan (Soekartawi, 1986).

4.5.1.1 Biaya Bibit

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

50

Biaya bibit merupakan biaya yang digunakan untuk membeli ternak bibit

yang digunakan untuk menjalankan usaha. Bibit yang diunakan oleh peternak

responden adalah sapi FH dengan ciri ciri berwarna putih dan terdapat bercak hitam

hitam di tubuhnya, sesaui dengan pendapat Sudono,dkk. (1995), bahwa bulu sapi

FH murni pada umumnya berwarna hitam dengan belang putih, kadang-kadang

merah dengan belang putih dan batas-batas warna yang jelas, kepala berbentuk

panjang, lebar, dan lurus, serta tanduk relatif pendek dan melengkung ke arah

depan.

Peternak memebeli bibit pada awal usahanya dan diperoleh baik dari sekitar

wilayah usaha maupun didatangkan dari luar kota namun masih dalam wilayah

Negara Indonesia. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2008), bibit sapi perah

Indonesia adalah bibit sapi tipe perah yang lahir dan beradaptasi di Indonesia dan

mempunyai ciri serta kemampuan produksi sesuai persyaratan tertentu sebagai bibit

yang bertujuan untuk produksi susu dan menghasilkan anak.

Bibit ternak yang digunakan oleh responden beragam tergantung keputusan

yang diambil individu. Ada peternak yang menggunakan dara bunting, ada pula

peternak yang langsung menggunakan ternak laktsasi dan ada pula peternak yang

menggunakan dara sebagai bibit. Harga bibit bervariasi tergantung dari tingkat

produksi dan dilihat dari keturunannya. Bibit yang berasal dari induk dengan

produksi rata-rata tinggi cenderung lebih mahal dibandingkan dengan yang

produksi rata-rata susu yang dihasilkan rendah. Bibit ternak yang baik dengan

produksi tinggi cenderung lebih menuntungkan. Rata- rata peternak mengawali

usaha dengan hanya menggunakan satu induk, namun lama kelamaan terus

berkembang sehingga jumlahnya sampai saat ini menjadi lebih banyak daripada

jumlah ternak awal usaha.

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

51

4.5.1.2 Biaya Lahan

Biaya lahan peternak sapi perah yang menerapkan mekanisasi pemerahan

dihitung berdasarkan biaya sewa ataupun biaya pajak yang dibebankan kepada

peternak, karena rata-rata kepemilikan lahan peternak adalah turun temurun

sehingga peternak tidak mengeluarkan biaya pembelian lahan. Untuk itu, biaya

lahan tidak dihitung berdasarkan biaya penyusutan, karena nilai lahan tidak

mengalami penyusutan justru nilainya akan semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Lahan yang dimaksud adalah lahan yang digunakan untuk kebun rumput dan lahan

yang digunakan untuk kandang atau bangunan pendukung lainnya. Lahan rumput

untuk ternak rata-rata disewa dari lahan milik perhutani dimana peternak

melakukan sharing rumput dengan peternak lain pada lahan tersebut. Namun

adapula yang tidak menyewa, karena memiliki lahan rumput sendiri.

4.5.1.3 Biaya Bangunan

Biaya Bangunan terdiri dari biaya kandang dan bangunan pendukung

kandang seperti gudang pakan, gudang peralatan atau mesin, tempat istirahat atau

bangunan pendukung lainya. Biaya bangunan dihitung dari biaya penyusutan. biaya

penyusutan merupakan biaya yang harus ditanggung peternak setiap tahunya,

karena berkurangnya umur pakai. Biaya penyusutan dihitung dari pembagian biaya

pembelian dengan umur ekonomis benda, biaya tersebut yang harus ditanggung

peternak setiap tahunya dan digunakan untuk mengetahui Break Even Point. Biaya

yang terdiri dari biaya bangunan sebesar 2,82 persen atau sebesar 4.773.524

Rp/tahun. Jumlah tersebut merupakan jumlah keseluruhan biaya penyusutan

bangunan peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan.

Besar kecilnya biaya bangunan tergantung dari luas kandang, tingkat

kekokohan dan bahan yang digunakan. Semakin baik bahan yang digunakan untuk

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

52

membangun kandang dan bangunan pendukung lain, semakin tinggi pula biaya

yang dikeluarkan. Penentuan umur ekonomis ditaksir berdasarkan kondisi kandang

dan bahan yang digunakan sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan bangunan.

Terdapat peternak yang kontruksi kandangnya terbuat dari kayu dan terdapat pula

peternak yang kandangnya sangat kokoh terbuat dari besi yang kemudian dicor. Hal

tersebut membuat umur ekonomis kandang responden berbeda-beda serta biaya

pembangunan yang berbeda-beda pula.

Manajemen kandang memiliki fungsi yang penting untuk menjaga ternak

berada dalam kondisi nyaman agar mampu berproduksi secara maksimal. Dengan

kondisi kandang yang nyaman maka produktivitas akan tinggi, dan produktifitas

tinggi akan menguntungkan. Ginting dan Sitepu (1989) menyatakan kandang

memiliki fungsi untuk menjaga ternak berada dalam kondisi nyamanagar mampu

berproduksi secara maksimal. Selanjutnya, Sudono (2003) juga menyatakan bahwa

kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi

persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum kandang untuk

sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari sehingga

kandang tidak lembab (kelembaban ideal 60%-70%), lantai kandang selalu kering,

tempat pakan yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang

hari.

4.5.1.4 Biaya Peralatan

Biaya peralatan dihitung berdasarkan biaya penyusutan. Biaya peralatan

peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan adalah sebesar 600.469

Rp/tahun/unit usaha.

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

53

Peralatan yang digunakan untuk kegiatan usaha sapi perah antara lain

cangkul, sekop, ember plastik, selang, drum plastik,sapu lidi, lap, sikat, milk can,

ember stainless, arit, gerobak, dan lain lain yang digunakan peternak sehari hari.

Peralatan cangkul, sekop, ember plastik, selang, drum plastik,sapu lidi, lap, dan

sikat berfungsi sebagai alat pembersih kandang. Sedangkan Milk can dan ember

stainless sebagai alat pemerahan. Alat seperti arit dan gerobak digunakan sebagai

alat pemotong dan pengangkut rumput. Sesuai Peraturan Menteri Pertanian No

55/Permentan/OT.140/10/2006 tentang pedoman pembibitan sapi perah yang baik,

peralatan dalam usahaternak sapi perah meliputi tempat pakan dan tempat minum,

alat pemotong dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan pembuatan

kompos, peralatan kesehatan hewan, peralatan pemerahan dan pengolahan susu,

peralatan sanitasi kebersihan dan peralatan pengolahan limbah (Departemen

Pertanian, 2006).

Peralatan pemerahan susu (ember stainless, milk can) setelah dipakai

dibersihkan, selanjutnya dibilas dengan air bersih atau dapat menggunakan deterjen

(sabun bubuk) dan dibilas dengan air hangat untuk melarutkan lemak susu yang

masih melekat. Setelah peralatan dicuci bersih kemudian peralatan tersebut harus

dikeringkan dan diletakan dalam posisi terbalik seperti pada Lampiran 18.

4.5.1.5 Biaya Mesin dan Kendaraan

Biaya mesin dan kendaraan memiliki persentase sebesar 3,87 persen. Biaya

mesin dan kendaraan memiliki persentase paling besar dalam biaya tetap karena

peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan rata-rata adalah peternak maju

dan memiliki skala usaha yang tinggi sehingga membutuhkan bantuan berbagai

mesin dan kendaran untuk menjalankan usahanya. Mesin yang dimaksud seperti

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

54

mesin perah, chopper, genset, pompa air, sedangkan kendaraan yang dimaksud

seperti motor, motor roda tiga, dan mobil pickup yang membutuhkan biaya yang

tingi dalam pengintroduksiannya. Namun kepemilikannya sangat beragam, ada

peternak yang tidak memiliki mesin seperti genset, chopper, mobil pickup, karena

harganya relative mahal. Penggunaan mesin perah membutuhkan investasi yang

tinggi (Patil 2008).

Seluruh peternak responden menggunakan mesin perah dalam usahanya,

namun ada peternak yang memilik dua mesin perah sekaligus. Rata- rata biaya yang

digunakan untuk mengintroduksi mesin perah adalah sebesar Rp

15.875.000.00/unit. Biaya mesin perah dapat dicicil melalui KPSBU, besar kecil

dan jangka waktu cicilan disesuaikan dengan kesepakatan antara peternak dan

KPSBU.

4.5.2 Biaya Variabel

Biaya variabel memiliki persentase sebesar 78.10 persen dari total biaya

produksi atau sebesar Rp 132.164.440/tahun. Biaya variabel adalah biaya yang

jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan

(Widjaja, 1999). Besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh besarnya volume

produksi, semakin besar volume produksi semakin besar pula biaya yang

dikeluarkan, seperti pada Lampiran 10. Pakan, pupuk, bibit, dan obat–obatan, bahan

bakar, dan kesehatan ternak termasuk kedalam biaya tidak tetap (Kay Dan Edward,

1994).

4.5.2.1 Biaya Tenaga Kerja

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

55

Biaya tenaga kerja memiliki persentase sebesar 16,63 persen atau sekitar

1/5 dari total biaya variabel. Hal itu sejalan dengan penelitian Morrison (1959)

bahwa, upah tenaga kerja 1/5 dan dari keseluruhan biaya variable.

Biaya tenaga kerja rata-rata yang dikeluarkan peternak yang menerapkan

mekanisasi pemerahan per tahun adalah sebesar 28.314.286 Rp/tahun/unit usaha.

Tidak seluruh peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan menggunakan

bantuan tenaga kerja luar keluarga. Peternak yang tidak memiliki tenaga kerja luar

keluarga adalah peternak yang memliki skala kepemilikan kecil. Tenaga kerja luar

keluarga yang digunakan oleh peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan

dapat dikurangi, sehingga rata – rata peternak hanya memiliki dua tenaga kerja

yaitu, satu tenaga kerja untuk memerah susu dan satu tenaga kerja untuk mencari

rumput, sehingga persentase biayanya, kurang dari 20 persen dari biaya variabel.

Sesuai dengan pendapat Patil (2008) bahwa penggunaan mesin perah dapat

menghemat biaya tenaga kerja, mengurangi ketergantungan terhadap pekerja yang

terampil. Sejalan dengan hal itu, Firman (2010) juga berpendapat bahwa pemerahan

menggunakan mesin perah lebih menguntungkan, karena tidak membutuhkan

banyak tenaga kerja.

Tenaga kerja keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak. Peternak

yang tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga juga memiliki pertimbangan

lain seperti, tidak dapat mempercayakan ternaknya kepada orang lain, karena sering

kali terjangkit mastitis akibat pekerja yang kurang bersih dan kurang cakap dalam

tata laksana pemeliharaan. Adapun peternak yang memiliki tenaga kerja lebih dari

dua, namun kepemilikan ternak sedikit, memiliki tujuan lain yaitu turut membantu

perekonomian warga disekitar wilayah usahanya dengan membuka lapangan

pekerjaan.

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

56

4.5.2.2 Biaya Pakan

Biaya pakan memiliki persentase sebesar 54,56 persen atau sebesar Rp

92.883.852/tahun. Biaya pakan mempunyai peresentase terbesar dari seluruh biaya

produksi yaitu sebesar 60-80 persen. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian

Morrison (1959) bahwa biaya pakan dapat mencapai 2/3 dari total biaya variabel.

Setiap peternak memiliki formulasi pakan masing-masing (Aritonang,

2010). Adapun pakan yang digunakan oleh peternak sapi perah yang menerapkan

mekanisasi pemerahan adalah rumput segar, jerami, ampas tahu, ampas singkong,

dan bahan pakan lain. Bahan- bahan tersebut tidak seluruhnya digunakan, akan

tetapi sesuai dengan keputusan peternak.

Harga konsentrat seluruh peternak sama, karena diperoleh dari KPSBU.

Sedangkan harga makanan penguat lain seperti onggok, ampas tahu, ampas

singkong harganya bervariasi tergantung dimana tempat pembelianya. Peternak

yang membeli ampas tahu di bandar, maka harganya lebih mahal dibandingkan

peternak yang mengambil langsung dari pabrik tahu.

Frekuensi pemberian hijauan segar dan hijauan kering pada peternakan sapi

perah yang menerapkan mekanisasi pemerahan diberikan tiga kali sehari yaitu pada

saat sebelum pemerahan, siang hari, dan sore hari setelah pemerahan selesai.

Sedangkan pemerian konsentrat berbeda-beda antar petenak yang menerapkan

mekanisasi pemerahan. Pemberian konsentrat dua sampai tiga kali sehari

tergantung keputusan peternak dalam menjalankan usahanya. Sudono (1999)

menjelaskan bahwa pemberian makanan yang banyak pada sapi yang kondisinya

jelek pada waktu sapi itu sedang dikeringkan dapat meningkatkan susu sebesar 10-

30 persen

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

57

4.5.2.3 Biaya Kesehatan Hewan

Biaya kesehatan hewan yang didalamnya termasuk biaya obat – obatan dan

treatment kesehatan yang dilakukan sebesar 1,02 persen. Obat-obatan dan

treatment kesehatan seperti biaya IB, biaya suntik, vitamin dan lain-lain disediakan

oleh koperasi sebagai bentuk pelayanan kepada anggota. Jika peternak

membutuhkan bantuan tenaga kesehatan, maka peternak hanya tinggal melapor ke

KPSBU dan petugas kesehatan hewan akan datang memberi treatment kesehatan

yang dibutuhkan dan peternak tidak perlu membayar. Biaya obat dan treatment

kesehatan tidak dibayar secara langsung oleh peternak melainkan dipotong dari

penerimaan susu. Besar kecilnya pemotongan tergantung dari banyaknya treatment

kesehatan yang dialakukan dan kebutuhan obat – obatan yang berbeda beda tiap

usahaternaknya.

Kesahatan ternak merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan suatu usaha, maka dari itu perlu diperhatikan. Apabila ternak sakit,

maka suatu usahaternak tidak akan mampu memproduksi produk dengan kualitas

yang baik. Keseluruhan faktor-faktor yang menjadi perhatian untuk memacu

produksi susu tersebut tidak terlepas dari aspek-aspek yang perlu dicermati di

dalam pemeliharaan sapi perah adalah diantaranya penyediaan bibit unggul,

pemberian pakan (konsentrat dan hijauan), perkandangan, penanganan penyakit,

perkawinan, pemerahan, penanganan pasca panen (pemerahan), penanganan

limbah, pemasaran, dan distribusi (Sudono, 2003).

4.5.2.4 Biaya Teknis

Biaya teknis terdiri dari biaya Bahan Bakar Minyak (BBM), air, listrik dan

sebagainya yang mendukung jalanya usahaternak. Biaya teknis sebanyak 5,42

Page 24: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

58

persen dari total biaya variable atau sebesar Rp 9.230.470/tahun. Peternak di

wilayah kerja KPSBU Lembang rata–rata tidak mengeluarkan biaya untuk

kebutuhan air karena dekat dengan sumber mata air, untuk usahaternak yang jauh

dari sumber mata air peternak yang menerapkan mekansisasi pemerahan rata- rata

memiliki pompa air sehingga hanya tinggal membayar listrik saja untuk memenuhi

kebutuhan airnya. Peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan akan lebih

banyak membutuhkan air terutama untuk membersihkan peralatan mesin perah.

Sesuai dengan pendapat Patil (2008) bahwa penggunaan mesin perah menyebabkan

kebutuhan air yang lebih besar untuk membersihkan peralatan, sebab kelalaian

dalam mengikuti prosedur pembersihan yang ketat akan menyebabkan kontaminasi

yang lebih buruk dan angka kejadian mastitis yang lebih tinggi. Biaya listrik selain

untuk kebutuhan penyediaan air juga untuk penerangan, dan yang paling utama

adalah menghidupkan mesin perah.

Biaya listrik peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan cenderung

meningkat mengingat daya yang dibutuhkan untuk menghidupkan mesin perah

cukup besar. Sesuai dengan pendapat Patil (2008) bahwa kekurangan penggunaan

mesin perah aliran listrik harus dan biaya listrik besar.

4.6 Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh peternak anggota KPSBU yang menerapkan

mekanisasi pemerahan sangat ditentukan oleh dua komponen utama yaitu jumlah

output yang dihasilkan dan harga output satuan. Output usahaternak sapi perah

terdiri dari susu, ternak, dan limbah. Susu merupakan output utama hasil produksi

yang sangat mempengaruhi besaran penerimaan yang diperoleh peternak. Hasil

penelitian yang dilakukan dari 21 orang peternak yan menerapkan mekanisasi

Page 25: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

59

pemerahan tidak menjual limbah ternak, sehingga peneriman yang diperoleh

berasal dari susu dan penjualan ternak.

Harga susu yang ditetapkan oleh KPSBU adalah sebesar Rp 4700/liter,

selain itu apabila kualitas susu yang disetorkan oleh peternak dalam kondisi baik

dan memenuhi standar, maka akan mendapatkan bonus TS dan TPC. Apabila susu

yang disetorkan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan KPSBU maka

peternak juga dikenakan denda berupa penguran harga susu. Oleh karena itu harga

susu tiap peternak dapat berbeda-beda sesuai dengan kualitas susu yang disetorkan.

Produksi susu rata-rata yang dihasilkan peternak yang menerapkan

mekanisasi pemerahan periode Februari 2016 hingga Januari 2017 adalah sebesar

48.882,71 liter/tahun. Rata – rata produksi per laktasi adalah sebesar 3.019 liter per

ekor per laktasi. Jumlah tersebut dihitung dari pembagian antara jumlah total

keseluruhan produksi susu responden dengan total keseluruhan induk produktif

responden. Produksi susu per ekor per hari sebanyak 10 liter, didapat dari hasil bagi

antara jumlah produksi perlaktasi dan rata-rata panjang laktasi 305 hari. Sesuai

dengan pendapat Chalid (2004), produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah FH

di Indonesia ternyata lebih rendah, berkisar antara 3000 sampai 4000 liter per ekor

per laktasi dan produksi rata-rata sapi perah di Indonesia per hari hanya mencapai

10,7 liter per ekor. Penerimaan usahaternak sapi perah yang menerapkan

mekanisasi pemerahan dapat dilihat Lampiran 13.

Produksi susu sapi perah di pengaruhi oleh pakan yang diberikan, semakin

bagus kualitas pakan, maka akan semakin baik pula produksi susu yang dihasilkan.

Sesuai dengan pendapat Ako (2013), bahwa umumnya variasi dalam produksi susu

di beberapa peternakan sapi perah disebabkan oleh perbedaan dalam makanan dan

tata laksananya.

Page 26: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

60

Penerimaan susu yang diperoleh peternak sapi perah yang menerapkan

mekanisasi pemerahan adalah hasil perkalian dari produksi susu yang dihasilkan

dengan harga satuan per liter susu. Total produksi susu dari peternak sapi perah

yang menerapkan mekanisasi pemerahan menghasilkan penerimaan sebesar Rp

225.643.114 /tahun.

Tabel 9. Persentase Peneriman Total Peternak Sapi Perah anggota KPSBU yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan.

No Penerimaan Jumlah

....Rp.... ....%.... 1 Penjualan Ternak 86.242.857 27,6 2 Penjualan Susu 225.643.114 72,4

Total 311.885.971 100

Tabel 9 menunjukan peneriman yang diperoleh peternak yang menerapkan

mekanisasi pemerahan adalah sebesar Rp 311.885.971/tahun dengan persentase

sama yaitu 72,4 persen dari penjualan susu dan 27,6 persen dari penjualan ternak.

Sesuai dengan pernyatan Londa (2010) bahwa sumber penerimaan terbesar dalam

usahaternak sapi perah adalah penjualan susu. Sehingga dalam hal ini penjualan

ternak dikategorikan sebagai hasil sampingan.

4.7 Pendapatan

Pendapatan atau Keuntungan merupakan selisih positif antara hasil yang

diterima dengan biaya yang dipergunakan untuk menghasilkan output. Berikut

adalah rincian rata-rata keuntungan yang ditcrima oleh peternak anggota KPSBU

yang menerapkan mekanisasi pemerahan dapat dilihat di Tabel 10.

Page 27: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

61

Berdasarkan Tabel 10, terlihat adanya selisih positif antara penerimaan

sebesar Rp 311.885.971/tahun dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp

170.257.546/tahun. Usahaternak sapi perah yang menerapkan mekanisasi

pemerahan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 141.628.425 /tahun dalam satu

tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak mengalami kerugian

atau dalam keadaan untung karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari pada

penerimaan atau bernilai positif. Sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya

variabel dan biaya tetap tertutupi. Hasil pengurangan positif berarti untung, hasil

pengurangan negatif berarti rugi (Rasyaf, 2003).

Tabel 10. Pendapatan Peternak Anggota KPSBU yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan

No Komponen Jumlah Total Rata-rata/unit usaha

....Rp.... 1 Penerimaan total 6.549.605.389 311.885.971 2 Biaya produksi 3.553.887.793 170.257.546

Pendapatan (1-2) 2.995.717.596 141.628.425

Perhitungan pendapatan tidak terlepas dari modal yang dikeluarkan untuk

menjalankan suatu usaha karena modal yangdikeluarkan dalam bentuk investasi

akan mempengaruhi skala usaha yang berdampaklangsung pada pendapatan.

Perhitungan pendapatan peternak yang menerapkan mekanisasi pemerah dihitung

dalam jangka waktu satu tahun. Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa

dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan

penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Kadarsan

(1995) juga menerangkan bahwa, pendapatan adalah selisih antara penerimaan total

Page 28: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

62

perusahaan dengan pengeluaran. Untuk menganalisis pendapatan diperlukan dua

keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu

tertentu.

4.8 Break Even Point

Break Even Point atau titik impas merupakan keadaan dimana besarnya

penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output.

Perhitungan Break Even Point dihitung berdasarkan produksi susu dinyatakan

dalam satuan liter dan berdasarkan harga dinyatakan dalam satuan Rp/unit. Hasil

perhitungan titik impas produk susu. Hasil perhitungan Break Even Point rata-rata

peternak yang menerapkan mekansisasi pemerahan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Break Even Point yang Dicapai Peternak Anggota KPSBU yang Menerapkan Mekanisasi Pemerahan

Komponen BEP Aktual

Volume produksi (liter/tahun) 27.241,77 47.882,71 Nilai penjualan (Rp/tahun) 129.037.098.00 225.643.114

Tabel 11 menunjukan bahwa rata-rata volume produksi susu aktual

responden melebihi volume produksi hasil perhitungan titik impas, artinya bahwa

dengan volume produksi yang dihasilkan lebih besar dari volume produksi

perhitungan Break Even Point dan dari segi jumlah penjualan dalam rupiah yang

dicapai lebih tinggi dibandingan dengan jumlah penjualan susu hasil perhitungan.

Oleh karena itu dapat dikatan bahwa rata-rata usahaternak sapi perah angggota

Page 29: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

63

KPSBU Lembang yang menerapkan mekanisasi pemerahan telah mencapai kondisi

Break Even Point.

Penetuan Break Even Point juga dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan grafik. Penentuan Break Even Point melalui pendekatan grafik dapat

dilihat pada Ilustrasi 4. Berdasarkan Ilustrasi 4. Break Even Point merupakan

pertemuan antara garis biaya produksi (TC) dan garis penerimaan (TR) sehingga

membentuk titik. Pada titik tersebut usaha ternak sapi perah yang menerapkan

mekanisasi pemerahan dalam keadaan tisak untuk dan tidak rugi karena jumlah

pengeluaran sama dengan penerimaan. Sesuai dengan pendapat Munawir (2002),

titik Break Even Point atau titik impas pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita

rugi (total penghasilan sama dengan total biaya).

Perpotongan garis TC dan TR berada pada titik yang ekuivalen dengan

kuantitas unit susu sebesar 27.241,77 liter/tahun dan dalam jumlah rupiah sebesar

Rp 129.037.098/tahun. Gambaran Ilustrasi 4 diperoleh melalui perhitungan

persamaan linear. Untuk menetapkan persamaan linear, dilakukan analisis regresi

seperti pada Lampiran 15.

Page 30: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

64

Ilustrasi 4. Grafik Break Even Point Peternak Anggota KPSBU yang Menerapkan

Mekanisasi Pemerahan

Titik impas volume produksi yang dapat dicapai oleh peternak sapi perah di

Jawa Barat sebesar 12.151 liter susu per tahun. Guna mencapai kondisi titik impas

harga susu, maka jumlah sapi laktasi minimal yang harus dimiliki peternak dalam

satu tahun adalah 3,2 ekor (Priyanti,dkk., 2009). Hal itu menunjukan bahwa adanya

mekanisasi pemerahan menyebabkan meningkatnya kondisi titik impas atau BEP

usahaternak sapi perah.

Break Even Point juga dapat ditetapkan berdasarkan nilai rupiah. Untuk

mencapai BEP, maka peternak yang menerapkan mekanisasi pemerahan harus

memperoleh penerimaan sebesar Rp 129.037.098/tahun. Jumlah tersebut diperoleh

dari hasi perkalian antara BEP unit dan harga satuan unit hasil regresi pada

Lampiran 15.

-

100,000,000.00

200,000,000.00

300,000,000.00

400,000,000.00

500,000,000.00

600,000,000.00

0 27241.77 54483.54 81725.31 108967.08 136208.85

Kurva Analisisis BEP

TFC TC TR

Page 31: IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130325_4_4083.pdf · bangsal merupakan sistem pemerahan dengan menggunakan mesin yang digunakan

65

Tabel 12. Jumlah Peternak yang Telah Mencapai Kondisi BEP

No Komponen Orang % 1 Telah Mencapai BEP 17 80,95 2 Belum Mencapai BEP 4 19,05 Jumlah 21 100

Tabel 12 menunjukan terdapat beberapa peternak yang belum mencapai

kondisi Break Even Point. Untuk memperoleh keuntungan, peternak sapi perah

yang menerapkan mekanisasi pemerahan harus berproduksi diatas Break Even

Point. Sesuai dengan pendapat Ustomo (2016), bahwa untuk mencapai keuntungan

maka harga jual produk harus diatas nilai titik impas. Selain itu, peternak yang

menerapkan mekanisasi pemerahan harus memiliki lebih dari atau sama dengan 7

ekor ternak laktasi agar dapat memperoleh keuntungan.