ispa kelompok 5 farmakologi ii

37
FARMAKOLOGI II “INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT” Disusun Oleh: Kelompok V Dwi Riyati (1101022) Dwi winarsih (1101023) Enggar Susanti (1101026) Erine Febrian (1101027) Ernovia Rizky (1101028) Evira Yuni Puspita Sari (1101030) Fadhilah Utami (1101031) Dosen : Adriani Susanty, M. Farm., Apt YAYASAN UNIVERSITAS RIAU SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PROGRAMSTUDI S1 PEKANBARU 1

Upload: dwi-winarsih

Post on 20-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

FARMAKOLOGI II

“INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT”

Disusun Oleh:

Kelompok V

Dwi Riyati (1101022)

Dwi winarsih (1101023)

Enggar Susanti (1101026)

Erine Febrian (1101027)

Ernovia Rizky (1101028)

Evira Yuni Puspita Sari (1101030)

Fadhilah Utami (1101031)

Dosen : Adriani Susanty, M. Farm., Apt

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

PROGRAMSTUDI S1

PEKANBARU

2013

1

Page 2: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “(ISPA) Infeksi Saluran Pernafasan Akut “ dengan lancar. Dalam

makalah ini penulis mencoba menjelaskan secara lebih dalam mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan ISPA.

Berbagai kendala dan masalah banyak dijumpai selama penyusunan, tetapi

berkat bimbingan, bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penyusun

sehingga penyusun dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan

terima kasih penyusun sampaikan kepada dosen pengajar yaitu Ibu Adriani

Susanty, M. Farm., Apt serta teman-teman yang telah banyak membantu dan

memberikan sumbangan pikiran maupun tenaga dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat

kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca.

Pekanbaru, 18 Maret 2013

Penyusun

Kelompok V

2

Page 3: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ................................................................... 1

1.3 Metode Penulisan ................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 2

2.1 Pengertian ................................................................... 2

2.2 Etiologi ISPA ................................................................... 3

2.3 Penyakit-penyakit ISPA ........................................................... 3

2.4 Proses Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan............................. 7

2.5 Klasifikasi ISPA ................................................................... 7

2.6 Faktor Resiko ................................................................... 9

2.7 Pencegahan ISPA ................................................................... 11

2.8 Spesiat Obat yang Beredar .......................................................... 12

BAB III PENUTUP ............................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 20

3.2 Saran ............................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 22

3

Page 4: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut,

sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran

nafas atas yang paling seering ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan

terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan anak-anak rata-rata 4-12 kali

pertahun. Insidennya bervariasi menurut musim, kira-kira 50 % dari

penduduk akan mendapat penyakit ini pada musim dingin dan 25 % pada

musim panas. Biasanya, flu tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya;

tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun

mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun dengan beberapa tujuan dibuatnya makalah Farmakologi ini,

yaitu :

1. memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah farmakologi ibu wenny

dan juga sebagai pembelajaran bagi kami khususnya tentang materi

“Infeksi Saluran Pernafasan Akut “.

2. Sebagai pelengkap bagi mahasiswa dan pengajar dalam melaksanakan

proses belajar mengajar untuk mata kuliah Farmakologi II.

3. Memberikan tuntunan bagi mahasiswa yang sedang mempelajari materi

tentang “Obat Saluran Pernafasan”.

4. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.

1.3 Metode penulisan

Adapun metode penulisan kami mengunakan metode kepustakaan,

dimana mengambil reverensi dari buku-buku perpustakaan.

4

Page 5: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu infeksi,

saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur

adalah sebagai berikut :

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran

pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk

jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan

ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory

tract).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas

14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-

alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu

kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan

berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :

1. Saluran pernafasan atas

2. Saluran pernafasan bawah

Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis,

sinusitis, dan toksilitis.

5

Page 6: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik,

emfisema, bronkioklialis.

2.2 Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, riketsia dan

jamur. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

2.3 Penyakit-penyakit pada ISPA

1. Faringitis

Faringitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan

peradangan dari faring (terletak di bagian belakang dari tenggorokan),

yang biasanya menyebabkan rasa sakit ketika menelan. Ini adalah hal yang

sangat sering terjadi dan seringkali menunjukkan gejala sakit tenggorokan.

Faringitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, seperti influenza (flu).

Infeksi bakteri seperti radang tenggorokan, suatu reaksi alergi, atau refluks

asam lambung juga dapat menyebabkan faringitis. Contohnya bakteri yang

termasuk dalam Streptococcus Grup A dan bakteri lain yang lebih jarang

seperti corynebacterium dan arcanobacterium.

Terdapat dua jenis radang tenggorok yaitu akut dan kronis:

6

Page 7: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri

tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.

Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam

waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa

ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.

Tanda dan gejala Faringitis yang mungkin timbul:

Demam

Kelenjar getah bening bengkak

Mengalami kesulitan berbicara

Mengalami kesulitan menelan

Rasa sakit pada persendian

Ruam kulit

Sakit tenggorokan

2. Otitis media dan Sinusitis

Otitis media adalah inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi

menjadi otitis Media Akut,Otitis media Efusi dan Otitis Media Kronik.

Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal.

Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya

didahului oleh infeksi saluran napas atas.

Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang

kental berwarna hijau kekuningan atau jernih dapat pula disertai bau.

Nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi.

Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta

menurunnya nafsu makan, malaise. Sinusitis bakteri akut umumnya

berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas.

Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxelta

catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti

pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob

dan S. aureus.

7

Page 8: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

3. Bronkitis akut

Bronkitis Akut adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh

infeksi saluran nafas yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak

berdahak) yang berlangsung hingga 3 minggu. Sebagian besar bronkitis

akut disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh dengan sendirinya,

sehingga tidak memerlukan antibiotik.

Etiologi

Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi

udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.

Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya

(10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu  yaitu virus

Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV),

Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri 

biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium

tuberculosis, Bordatella pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia

pneumonia,  Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H.

influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik

Gejala Bronkitis Akut

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-

3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih,

8

Page 9: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai

gejala berikut ini :

Demam,

Sesak napas,

Bunyi napas mengi atau ngik

Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada

4. Influenza

Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan

disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan.

Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin,

Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul,

itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.

Gejala Utama infleunza adalah : Demam, sakit Kepala,sakit otot

diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah.

5. Tuberculosis Paru

Tuberkulosis atau TB (TBC) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling

sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang

organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu

penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan

benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium

tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan.

Tanda yang sering muncul adalah :

1. Batuk lebih dari 4 minggu.

2. Batuk berdahak, kadang-kadang bercampur darah.

3. Sakit kepala.

4. Nafsu makan menurun.

5. Berkeringat malam hari walaupun tanpa kegiatan.

6. Demam.

7. Berat badan menurun.

9

Page 10: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

8. Gejala flu seperti demam, malaise kadang sesak napas.

9. Nyeri dada.

2.4 Proses Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran

mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,

dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh

rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan

terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia mendorong membran mukosa

ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat

menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat

berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi

oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga

menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan makrofage di saluran

pernafasan. Akibat dari dua hal tersebut akan menyebabkan kesulitan

bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri tidak dapat dikeluarkan

dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran

pernafasan

2.5 Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2

bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun:

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan

1) Pneumonia Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah

atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 6x per menit atau lebih.

2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau

napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:

a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang

dari ½ volume yang biasa diminum)

10

Page 11: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

b) Kejang

c) Kesadaran menurun

d) Stridor

e) Wheezing

f) Demam / dingin.

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

1) Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian

bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa

anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).

2) Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.

3) Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum

b) Kejang

c) Kesadaran menurun

d) Stridor

e) Gizi buruk

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk,

pilek dan sesak.

b. ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39oC

dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat

11

Page 12: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu

makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

2.6 Faktor resiko

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :

a. Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-lakilah

yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-

laki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka

sering terkena polusi udara.

2) Usia

Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang

penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknya ibu rumah

tangga yang memasak sambil menggendong anaknya.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas

kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala

dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang

datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat

karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak

mudah terserang penyakit ISPA.

b. Faktor Biologis

Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu :

1) Status gizi

Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau

terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak

minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.

Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin

12

Page 13: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk

kedalam tubuh.

2) Faktor rumah

Memenuhi syarat-syarat rumah yang sehat.

c. Faktor Polusi

Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu:

1) Cerobong asap

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik

industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong

tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin.

Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas

(asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak

air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah

dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media

Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan

logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi

pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal

dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh

bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling

banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya

seperti arang.

2) Kebiasaan merokok

Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan

kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen

cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane,

methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya,

sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.

d. Faktor timbulnya penyakit

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit :

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan,

13

Page 14: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku

manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi

oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk

mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana

ada orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu

keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga

disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik

maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi

sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang

lainnya.

2.7 Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita

atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.

Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,

banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang

cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena

dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin

meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan

masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun

orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita

supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan

oleh virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,

sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa

menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat

14

Page 15: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat

bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri

yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui

udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini

biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol

(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni

Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari

tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran

antara bibit penyakit).

2.8 Spesiat Obat yang Beredar

Jenis infeksi Penyebab Terserang Pilihan Antimikroba

Faringitis Virus

Streptococcus pyogenes

Corynebacterium diphtheria

Tdk memerlukan antimikroba

Penicillin V, eritromisin, penicillin

G

Penicillin G, eritromisin

Otitis media dan

Sinusitis

Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenza

Staphylococcus aureus

Amoksisillin/ ampisillin,

eritromisin, kotrimoksasol

Amoksisillin/ asam klavulanat

Bronkitis akut Virus

Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenza

Mycoplasma pneumoniae

Tdk memerlukan antimikroba

Amoksisillin/ ampisillin,

eritromisin

Eritromisin

Eksaserbasi akut

bronchitis kronis

Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenza

Mycoplasma pneumonia

Moraxella (Branhamella

catarrhalis (jarang)

Amoksisillin/ ampisillin,

eritromisin, kotrimoksasol

Doksisiklin

Amoksisillin/ asam klavulanat,

kotrimoksasol

Influenza Virus influenza A atau B Tdk memerlukan antimikroba

15

Page 16: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

Streptococcus pneumoniae Penicillin G Prokain penicillin V,

eritromisin, sefalosporin generasi I

Pneumonia

bakterial

Hemophilus influenza

Mycoplasma pneumonia

Staphylococcus aureus

Kuman enteric gram negative

Amoksisillin/ ampisillin,

kotrimoksazol, ampisillin/

sulbaktam, kloramfenikol.

Fluorokuinolon.

Eritromisin, doksisiklin

Kloksasillin, sefalosporin generasi I

Sefalosporin generasi III dengan

atau tanpa aminoglikosida

Tuberkulosis paru Mycobacterium tuberculosis Isonoazid, rifampisin, pirazinamid,

etambutol, streptomisin

Amoksisillin

Sediaan :

Tablet, kapsul, sirup, obat tetes, suspensi, injeksi.

Kelompok Obat :

Antibiotika (derivat penisilin berspektrum luas).

Mekanisme Kerja :

Menghambat sintesa dinding sel bakteri pada tahap terakhir dengan jalan

inaktivasi D-alanin-transpeptidase.

Indikasi :

Haemofilus influenza meningitis, Salmonellosis, Listeriosis, infeksi saluran

kemih kronis, bronchitis, infeksi saluran empedu, infeksi ginekologis,

pertussis, enteritis karena Salmonella dan Sigella.

Kontraindikasi :

Hipersensitivitas. Hati-hati pada penderita gagal ginjal, mononucleosis

infeksius.

Efek samping :

Kulit kemerahan, mual, muntah kejadiannya lebih rendah dari ampisilin.

Interaksi Obat :

16

Page 17: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

Kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, klindamisin mempengaruhi sifat

bakterisid. Allopurinol meningkatkan kasus eksantema dari 7 menjadi 20%.

Dosis :

Dewasa dan anak >20 kg : 0,75-1,5 g/hari

Anak <20 kg : 20-40 mg/KgBB/hari

Ampisillin

Indikasi:

digunakan untuk pengobatan: Infeksi saluran pernafasan, seperti pneumonia

faringitis, bronkitis, laringitis. Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis,

salmonellosis. Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa

komplikasi), uretritis, sistitis, pielonefritis. Infeksi kulit dan jaringan kulit.

Septikemia, meningitis.

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap penisilina.

Cara Kerja:

Ampisilina termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti

penisilina yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik

spektrum luas yang bersifat bakterisid. Secara klinis efektif terhadap kuman

gram-positif yang peka terhadap penisilina G dan bermacam-macam kuman

gram-negatif, diantaranya :

1.Kuman gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus dan stafilokokus

yang tidak menghasilkan penisilinase.

2.Kuman gram-negatif seperti gonokokus, H. influenzae, beberapa jenis E.

coli, Shigella, Salmonella dan P. mirabilis.

Efek Samping:

Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan

yang bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus.

Umumnya pengobatan tidak perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat

pulih kembali 3 - 5 hari setelah pengobatan dihentikan. Gangguan pada

saluran pencernaan seperti glossitis, stomatitis, mual, muntah, enterokolitis,

kolitis pseudomembran. Pada penderita yang diobati dengan Ampisilina,

17

Page 18: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

termasuk semua jenis penisilina dapat timbul reaksi hipersensitif, seperti

urtikaria, eritema multiform. Syok anafilaksis merupakan reaksi paling serius

yang terjadi pada pemberian secara parenteral.

Doksisiklin

Sediaan :

Kapsul.

Mekanisme Kerja :

Menghambat sintesa protein dengan berinteraksi pada ribosom 30 S.

Indikasi :

Infeksi yang disebabkan Riketsia, Mikplasma pneumoniae, H. Dukrei,

Limfoma venerium dan inguinale, Yersinia, Vibrio kolera, Kamfilobakter,

E.coli, enterobakter, S. Fekalis, T.palidum, Listeria, Basilus antrakis,

amubiasis, Klamidia trakomatis, N.gonore.

Kontraindikasi :

Hipersensitivitas. Hati-hati pada wanita hamil (pewarnaan gigi janin), gagal

ginjal.

Efek samping :

Anoreksia, mual, muntah, reaksi anafilaksis, kulit kemerahan.

Interaksi Obat :

Menekan aktivitas antikoagulan. Tidak boleh diberikan bersama penisilin dan

antasid.

Dosis : Dewasa : 100mg/hari.

Eritromisin

Indikasi :

Untuk infeksi

ringan hingga

sedang:             

- Infeksi saluran pernafasan bagian atas yang

disebabkan   oleh Streptococcus pyogenes dan

Streptococcus pneumoniae.

 

-

 

Infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang

disebabkan   oleh Streptococcus pyoaenes dan

Streptococcus pneumoniae

18

Page 19: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

 

-

 

Infeksi  kuiit dan jaringan lunak yang disebabkan

oleh  Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus

aureus.

Cara kerja : Merupakan antibiotika yang bekerja dengan cara menghambat

sistem protein bakteri dan terikat pada sub unit ribosom 50s mikroorganisme

yang sensitif. Ikaten antara eritromisin dan ribosom bakteri bersifat reversibel

dan hanya terjadi jika sub unit 50s bebas dari molekul t-RNA. Obat bersifat

bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentras, obat,

sensitivitas,mikroorganisme, kecepatan pertumbuhan dan ukuran inokulum.

Erytromicin terdifusi hampir ke seluruh cairan tubuh. Eritromisin ditemukan

pada cairan spinal dalam jumlah kecil, tetapi cairan obat melalui, "blood-

brain barier meningkat pada keadaan meningitis. Pada keadaan fungsi hati

normal eritromisin terkonsentrasi dalam hati dan diekskresikan melalui

empedu. Efek disfungsi hati terhadap ekskresi eritromisin oleh hati ke dalam

empedu tidak diketahui. Eritromisin masuk "placenta barrier" dan

diekskresikan melaui ASi.

Efek Samping : Iritasi gastrointestinal: mual. muntah, diare, epigastric

distress, anoreksia. Kehilangan pendengaran yang reversibel pada pasien

dengan gangguan fungsi ginjal dan pada penderita yang mendapat dosis

besar, konvulsi, halusinasi, vertigo, aritmia kardiak. Reaksi alergi, seperti

urtikaria dan anafilaksis.

Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap eritromisin.            

Pasien yang menggunakan terfenadin, astemizol atau cisapride.

Gangguan fungsi hati yang berat. 

Interaksi Obat : Penggunaan bersamaan dengan ergotamin atau

ihidroergotamin  pada beberapa pasien dapat menyebabkan keracunan ergot

akut. Penggunaan bersamaan dengan teofilin menyebabkan peningkatan

kadar teofilin dalam serum. Penggunaan bersamaan dengan digoksin dapat

meningkatkan level serum digoksin. Penggunaan  bersamaan dengan

19

Page 20: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

antikoagulan akan meningkatkan  etek antikoagulan. Dengan karbamazepin

meningkatkan toksisitas karbamazepim.

Kotrimoksazol

Sediaan :

Tablet, sirup, suspensi.

Mekanisme Kerja :

Mempengaruhi sintesa tetrahidrofolat mikroorganisme.

Indikasi :

Infeksi saluran kemih non-komplikasi, infeksi saluran nafas yang disebabkan

H. influenza, S. pneumoniae; infeksi saluran cerna yang disebabkan

salmonela, pneumositis karinii, infeksi nokardia, gonococcus.

Kontraindikasi:

Wanita hamil trimester akhir dan menyusui; anak <2 tahun; hipersensitivitas.

Efek samping :

Leukopenia, mual, muntah, glositis, stomatitis, sakit kepala, halusinasi.

Interaksi Obat :

Mempengaruhi obat antidiabetes oral sehingga terjadi penurunan kadar gula

darah. meningkatkan efek fenitoin dan antikoagulan.

Dosis : Dewasa : 2 x 2 tablet/hari.

Rifampisin

Indikasi :

Untuk pengobatan tuberkulosa dalam kombinasi dengan antituberkulosa lain,

untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengan senyawa

leprotik lain.

Kontra Indikasi :

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, penderita jaundice, porfiria.

Efek Samping :

Gangguan gastrointestinal dan gangguan fungsi hati, Pernah dilaporkan

timbulnya ikterus, purpura, reaksi kepekaan kulit, Trombositopenia,

leukopenia, dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut)

20

Page 21: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membran, juga pernah

dijumpai keluhan-keluhan seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri

otot dan sendi.

Interaksi Obat : Rifampicin menurunkan respons antikoagulansia,

antidiabetik, kinidin, preparat digitalis, kortikosteroid, siklosporin, fenitoin,

analgesik. Penggunaan bersama PAS akan menghambat absorbsi, sehingga

harus ada selang waktu 8 -12 jam. Rifampicin mengganggu efektivitas

absorbsi tolbutamid, ketoconazole.

Streptomisin

Indikasi :

Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat anti-TB. Ini bukan

pengobatan lini pertama, kecuali dalam kurang terlayani secara medis

populasi di mana biaya perawatan lebih mahal mahal.

Wabah (Yersinia pestis) secara historis diperlakukan dengan sebagai

pengobatan lini pertama.

Infektif endokarditis disebabkan oleh organisme enterococcus ketika

tidak sensitif terhadap Gentamisin

Kontraindikasi :

Pasien dengan fungsi ginjal normal dapat menerima panduan ini untuk

beberapa bulan. Dosis harus dikurangi untuk pasien usia lanjut, anak-anak,

orang dewasa yag badannya kecil dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

efek samping :

Sakit kepala, malaise, parestesi di muka terutama disekitar mulut, rasa

kesemutan di tangan, neurotoksin (dosis besar dan lama), ototoksik,

neurotoksik, reaksi anafilaktik, agranulositosis, anemia aplastik

interaksi :

Interaksi dapat terjadi dengan obat penghambat neuromuskular berupa

potensial penghambatan. Selain itu, interaksi juga terjadi dengan obat lain

yang juga bersifat ototoksik (misal asam etakrinat dan furosemid) dan yang

bersifat nefrotoksik.

21

Page 22: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

mekanisme kerja :

Streptomisin adalah sintesis protein inhibitor. Ia mengikat ke protein S12 dari

subunit 30S ribosom bakteri, campur dengan pengikatan formil-methionyl-

tRNA ke subunit 30S. Hal ini untuk mencegah inisiasi sintesis protein dan

menyebabkan kematian sel-sel mikroba. Manusia struktural ribosom berbeda

dari bakteri, sehingga memungkinkan selektivitas antibiotik ini untuk bakteri.

Namun pada konsentrasi rendah Streptomisin hanya menghambat

pertumbuhan bakteri, hal ini dilakukan oleh ribosom untuk membujuk

prokariotik mRNA salah membaca.

22

Page 23: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil

menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari

hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke

paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, riketsia dan

jamur. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing,

malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),

photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara

nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan

dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas

apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.

Pencegahan ISPA:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

b. Imunisasi

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Obat-obatan yang digunakan untuk ISPA adalah:

a. Rifampisin

b. Amoksisillin

c. Doksisiklin

d. Eritromisin

e. Ampisillin

f. dll

Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :

1. Saluran pernafasan atas

23

Page 24: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

2. Saluran pernafasan bawah

Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis,

sinusitis, dan toksilitis.

Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik,

emfisema, bronkioklialis.

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa/ i dapat

mengetahui tentang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan kami sebagai

penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua.

24

Page 25: ISPA Kelompok 5 Farmakologi II

DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan Terapi edisi 5. Departemen farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran universitas Indonesia 2007.

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1 Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: Media Aesculapius

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008.

25