ispa pneumonia

55
LAPORAN EPIDEMIOLOGI ISPA DI PUSK ESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI Oleh : Kelompok A 13 1. Adelia Suryani 2010/201120401011151 2. Dian Shiyamita 2010/201120401011156 3. Farhani Alhabsyi 2010/201120401011164 4. Mustika Rinjani Pramitasari 2010/201120401011174 5. Ariya Maulana Nasution 2010/201120401011175 6. Anita Rahmawati 2010/201120401011176 7. Gabrielinda layuk 2010/201120401011182 Pembimbing : dr. Djaka Handaya, MPH dr. Purnanti Kipnandari dr. Ris dr. Amalia

Upload: aya-sophia

Post on 13-Aug-2015

284 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

ispa pneumoni

TRANSCRIPT

Page 1: ispa Pneumonia

LAPORAN EPIDEMIOLOGI ISPA

DI PUSK

ESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI

Oleh :

Kelompok A 13

1. Adelia Suryani 2010/201120401011151

2. Dian Shiyamita 2010/201120401011156

3. Farhani Alhabsyi 2010/201120401011164

4. Mustika Rinjani Pramitasari 2010/201120401011174

5. Ariya Maulana Nasution 2010/201120401011175

6. Anita Rahmawati 2010/201120401011176

7. Gabrielinda layuk 2010/201120401011182

Pembimbing :

dr. Djaka Handaya, MPH

dr. Purnanti Kipnandari

dr. Ris

dr. Amalia

dr. Evita Sayyidaty Masithah

FAKULTAS KEDOKTERAN

Page 2: ispa Pneumonia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

Page 3: ispa Pneumonia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kami telah dapat menyelesaikan tugas laporan dengan judul “Laporan

Epidemiologi ISPA di Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri”. Tugas laporan ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

Sebagai Dokter Muda yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik,

penyusun melihat tugas ini sebagai pelatihan agar kelak menjadi dokter yang

selalu menambah ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Selama penyusunan tugas laporan ini, penyusun telah banyak mendapatkan

bantuan yang tidak sedikit dari beberapa pihak, sehingga dalam kesempatan ini

kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Djaka Handaja, MPH sebagai dokter pembimbing tugas penyuluhan ini.

2. dr. Purnanti Kipnandari, selaku kepala Puskesmas Sukorame, selaku Kepala

Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

3. dr. Renyta Ika D., dr. Evita Sayyidaty Masithah dan dr.Amalia, selaku

pembimbing di Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

4. Seluruh staf Puskesmas Sukorame yang telah membantu kelancaran

penyusunan laporan epidemiologi ini.

Penyusunan menyadari bahwa selama dalam penyusunan laporan ini jauh

dari sempurna dan banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu

penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penyusun

berharap tugas ini dapat bermanfaat.

Kediri, April 2012

Penyusun

Page 4: ispa Pneumonia

DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................i

Daftar isi..............................................................................................................ii

Daftar Gambar....................................................................................................iv

Daftar Tabel.........................................................................................................v

Daftar Diagram...................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3

2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut .........................................................3

2.2 Epidemiologi ISPA ..............................................................................3

2.3 Kebijakan program P2 ISPA....................................................................7

2.4 Target Program P2 ISPA.........................................................................8

BAB 3 PEMBAHASAN.....................................................................................9

3.1 Angka Kesakitan ISPA di Puskesmas Sukorame..................................9

3.1.1 Sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Sukorame………………9

3.2 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu,

tempat, dan usia……….…………………………………..………….11

3.2.1 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu……………12

3.2.2 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan tempat…………...13

3.2.3 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan usia………………14

3.2.4 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin……16

3.3 Faktor Penyebab ISPA di Puskesmas Sukorame……….17

3.3.1 Data ASI Eksklusif …………………………………..………………17

3.3.2 Data Cakupan Pemberian Imunisasi…………………………………17

3.4 Analisis Karakteristik Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap

Kejadian ISPA berdasarkan Teori La Londe……….....................….20

3.4.2 UpayaPencegahan dan Intervensi Penyakit ISPA...…24

Page 5: ispa Pneumonia

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................26

4.1 Kesimpulan..........................................................................................26

4.2 Saran....................................................................................................27

LAMPIRAN

Page 6: ispa Pneumonia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Neraca keseimbangan terjadinya gangguan kesehatan atau

penyakit termasuk didalamnya “kejadian ISPA”…………….........3

Gambar 2.2 Skema Faktor Yang Berperan Terhadap Timbulnya

MasalahKesehatan Pada Individu, Keluarga dan Komunitas……..7

Page 7: ispa Pneumonia

DAFTAR TABEL

Diagram 3.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sukorame

Tahun 2011………………………………………............. 9Diagram 3. 2 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sukorame

Tahun

2010/2011………………………………………….........10

Diagram 3.3 Angka Kesakitan ISPA tahun 2011…………………….......11

Diagram 3.4 Angka Kesakitan ISPA tahun

2010/2011……………………..…

111

Diagram 3.5 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu…… 13

Diagram 3.6 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan tempat… 14

Diagram 3.7 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan usia………… 15

Diagram 3.8 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan

jenis kelamin tahun 2011……………………..……………….16

Diagram 3.9 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan

Jenis Kelamin Tahun 2010/2011……………………..

……….. 16

Diagram 3.10 Pemberian ASI Eksklusfi di Puskesmas Sukorame tahun

2011……………………..……………………………….17

Diagram 3.11 Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Sukorame tahun

2010/2011……………………..

………………………………….

17

Diagram 3.12 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2011……….18

Diagram 3.13 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2011……….19

Diagram 3.14 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun

2010/2011………

20

Diagram 3.15 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 20

Page 8: ispa Pneumonia

2010/2011………

Page 9: ispa Pneumonia

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1

Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sukorame

Tahun 2011……………………………………………........ 9

Diagram 3. 2

Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sukorame Tahun 2010/2011………………………………………………......... 10

Diagram 3.3

Angka Kesakitan ISPA tahun 2011……………………........... 11

Diagram 3.4

Angka Kesakitan ISPA tahun 2010/2011……………………..….....

111

Diagram 3.5

Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu……… 13

Diagram 3.6

Angka Kesakitan ISPA berdasarkan tempat…… 14

Diagram 3.7

Angka Kesakitan ISPA berdasarkan usia………… 15

Diagram 3.8

Angka Kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin tahun 2011……………………..………………. 16

Diagram 3.9

Angka Kesakitan ISPA berdasarkanJenis Kelamin Tahun 2010/2011……………………..…………….. 16

Diagram 3.10

Pemberian ASI Eksklusfi di Puskesmas Sukorame tahun 2011……………………..………………………………..….

17

Diagram 3.11

Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Sukorame tahun

2010/2011……………………..…………………………………...17

Diagram 3.12

Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2011………. 18

Diagram 3.13

Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2011……….. 19

Diagram 3.14

Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2010/2011………..20

Diagram Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2010/2011………..20

Page 10: ispa Pneumonia

3.15

Page 11: ispa Pneumonia

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan

angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-

20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak

balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian

tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan

salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak

balita setiap tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).

Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu

menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan

balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit

ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab

kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari

seluruh kematian balita (Anonim, 2008).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting

morbiditas dan mortalitas pada anak. Yang dimaksud dengan infeksi respiratori

adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru.

Infeksi respiratori atas meliputi rhinitis, faringitis, tonsillitis, rinosinusitis, dan

otitits media. Sedangkan, infeksi respiratori bawah terdiri atas epiglotitis, croup,

Page 12: ispa Pneumonia

bronchitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Sebagian besar ISPA terbatas pada ISPA

atas saja, namun sekitar 5% melibatkan ISPA bawah.

Di Indonesia, kasus ISPA menempati urutan pertama dalam jumlah

pasien rawat jalan terbanyak. Hal ini menunjukkan angka kesakitan akibat

ISPA masih tinggi yaitu lebih kuran 5 per 1000 balita. Pemerintah telah

merencanakan untuk menurunkannya 3 per 1000 balita pada tahun

2010/2011

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut

berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan

menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Anonim,

2007).

Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang

kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang

lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang,

kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita

adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan.

Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih

tinggi pada balita di negara berkembang.

Data kesakitan yang dilaporkan oleh Puskesmas , ISPA menduduki

peringkat pertama daftar penyakit di Puskesmas Sukorame tahun 2011.

Atas dasar tersebut maka penulis memilih ISPA sebagai judul laporan

epidemologi ISPA.

Page 13: ispa Pneumonia

Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu

penyakit dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi,

sehingga dalam penanganannya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari

masyarakat maupun petugas, terutama tentang beberapa faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut Hendrik Blum dalam

Notoatmodjo, 1996, faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

antara lain faktor lingkungan seperti asap dapur, faktor prilaku seperti

kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan

seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR dan faktor keturunan.

Asap dapur dan faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga

dalam rumah sangat berpengaruh karena semakin banyak penderita

gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi

perokok pasif) yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak,

sedangkan faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI

Ekslusif dan BBLR merupakan faktor yang dapat membantu mencegah

terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan pernapasan sehingga tidak

mudah menjadi parah (Anonim, 2007).

Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2010/2011,

pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang

kesehatan antara lain kegiatan pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di semua

aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.

Page 14: ispa Pneumonia

. Akan tetapi keberhasilannya tergantung pada banyaknya faktor risiko,

terutama yang berhubungan dengan strategi baku, penatalaksanaan kasus,

imunisasi, dan modifikasi faktor risiko.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA di Wilayah Puskesmas

Sukorame

1.2.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA berdasarkan waktu.

2. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA berdasarkan tempat.

3. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA berdasarkan usia.

4. Untuk menentukan intervensi ISPA yang dilakukan di Puskesmas

Sukorame.

5. Untuk menentukan pencegahan terjadinya insiden ISPA di lingkungan

Puskesmas Sukorame.

6. Mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya angka kejadian ISPA di

Sukorame.

Page 15: ispa Pneumonia

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan

akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Adapun

saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ

adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga dan pleura. Istilah ISPA secara

anatomis mencakup saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-

paru) dan organ adneksanya saluran pernapasan.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala

klinis batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian

bawah/kedalam.

2.2. Epidemiologi

Menurut John Gordon bahwa timbulnya suatu penyakit dipengaruhi oleh

adanya pengaruh faktor pejamu (host), agent, dan lingkungan (Environment) yang

digambarkan dengan tri angle (teori segitiga epidemiologi) (gambar 2.1.).

Gambar 2.1. Neraca keseimbangan terjadinya gangguan kesehatan atau

penyakit termasuk didalamnya “kejadian ISPA”.

Host Environment Agent

Page 16: ispa Pneumonia

Berdasarkan hasil penelitian di berbagai negara, termasuk Indonesia dan

berbagai publikasi ilmiah dilaporkan berbagai faktor resiko yang meningkatkan

kejadia (morbiditas) ISPA yang akan dijelaskan berikut, yaitu:

a. Host (pejamu)

Faktor host adalah faktor-faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi

kerentanan pejamu terhadap faktor agent. Manusia yang keberadaannya

dipengaruhi oleh ; umur, jenis kelamin, status ASI, status gizi, berat badan lahir

dan status imunisasi.

1. Umur

Bayi yang berumur kurang dari 2 bulan mempunyai resiko yang lebih

tinggi untuk terkena pneumonia dibandingkan dengan anak umur 2 bulan

sampai 5 tahun.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena

ISPA dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu laki-laki 59% dan

perempuan 41%, terutama pada anak usia muda.

3. Status Gizi

Anak yang menderita malnutrisi berat dan kronis lebih sering terkena

ISPA dibandingkan anak dengan berat badan normal. Status gizi kurang pada

anak balita mempunyai resiko untuk terkena ISPA 2,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak yang bergizi baik.

4. Berat Badan Lahir

Berat Lahir Rendah (BBLR) meningkatkan risiko kesakitan dan kematian

karena rentan terhadap kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah.

Page 17: ispa Pneumonia

4. Status ASI dan Makanan

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu

sampai 6 bulan. Pemberian ASI melindungi bayi terhadap infeksi saluran

pernapasan berat.

5. Status Imunisasi

Anak yang belum pernah diimunisasi campak lebih berisiko terhadap

terjadinya kematian karena pneumonia.

b. Agent (Infectious agent)

Agent suatu penyakit meliputi agent biologis dan non-biologis, misalnya

agent fisik, kimia. Agent biologis meliputi bakteri, virus, dan parasit. ISPA

disebabkan oleh berbagai infectious agent yang terdiri dari 300 lebih jenis virus,

bakteri, ricketsia.Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri. Di negara

berkembang yang tersering sebagai penyebab pneumonia pada anak ialah

Streptococcus pneumonia dan Haemofilus influenza. Sedangkan di negara maju,

dewasa ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

c. Environment (lingkungan)

Faktor lingkungan adalah elemen-elemen ekstrinsik yang dapat

mempengaruhi keterpaparan pejamu terhadap faktor agent. Faktor di luar

penderita yang akan mempengaruhi keberadaan host yang terdiri dari lingkungan

biologis, fisik dan sosial. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia) meliputi udara,

kelembaban, air, dan pencemaran udara. Kualitas udara dalam ruangan

dipengaruhi oleh :

Page 18: ispa Pneumonia

1. Asap Dalam Ruangan

Penggunaan bahan bakar biomasa seperti kayu bakar, arang dan minyak

tanah muncul sebagai faktor resiko terhadap terjadinya ISPA. Rumah dengan

bahan bakar minyak tanah baik memberikan resiko terkena ISPA pada balita

3,8 kali lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar gas. Keadaan dapur

yang penuh dan lembab juga merupakan faktor resiko terjadinya infeksi

pernapasan. Paparan asap rokok memperberat timbulnya ISPA.

2. Ventilasi

Rumah yang berventilasi buruk lebih banyak anggota keluarganya yang

menderita ISPA dibandingkan dengan rumah yang ventilasinya memenuhi

syarat kesehatan.

3. Tata Ruang dan Kepadatan Hunian

Anak yang tinggal dirumah yang padat (<10 m2/orang) akan mendapat

resiko ISPA sebesar 1,75 kali dibandingkan anak yang tinggal dirumah yang

tidak padat.

4. Status Ekonomi dan Kependidikan

Keluarga dengan status ekonomi dan pendidikan lebih tinggi akan lebih

banyak membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan daripada status

ekonomi dan pendidikan rendah.

Konsep di atas adalah suatu konsep yang dinamis, setiap perubahan dari

ketiga lingkungan tersebut akan menyebabkan bertambah atau berkurangnya

kejadian suatu penyakit. Konsep penanggulangan masalah kesehatan tidak bisa

dilepaskan dari faktor-faktor timbulnya masalah kesehatan.

Page 19: ispa Pneumonia

Faktor tersebut dapat digambarkan dalam skema timbulnya masalah

kesehatan yang dikemukakan oleh La Londe dan Henri L Blum, sebagai berikut:

Gambar 2.2 Skema Faktor Yang Berperan Terhadap Timbulnya Masalah

Kesehatan Pada Individu, Keluarga dan Komunitas

2.3 Kebijakan program P2 ISPA

Kebijakan program P2 ISPA di wilayah Puskesmas Sukorame mengacu pada

Kebijakan P2 ISPA Provinsi Jawa Timur terdiri dari:

1. Menetapkan P2 ISPA sebagai Program Prioritas.

2. MTBS adalah pendekatan strategis efektif di seluruh UPK.

3. Pemerintah menjamin ketersediaan obat essensial, alat bantu diagnostik

terutama sound timer & Oksigen konsentrator untuk tatalaksana

Pneumonia.

4. Penanggulangan Pneumonia dilaksanakan bekerjasama dengan berbagai

pihak/ kemitraan.

KESEHATAN:- Individu

- Komunitas

PSIKO-SOSIO-

BIOLOGI/ GENETIK

PELAYANAN

KESEHATAN :

- Fasilitas- Tenaga- Sistem

PERILAKU:- Sikap

- Pengetahuan

- Falsafah Hidup

LINGKUNGAN :

- Fisik- Kimia- Biologi- Sosial

- Psikologi- Ekonomi- Budaya

- Ergonomi

Page 20: ispa Pneumonia

5. Menjaga dan meningkatkan jaminan mutu pelayanan dan akuntabilitas

pelaksanaan program

2.4 Target Program P2 ISPA

Tujuan khusus P2 ISPA yaitu nenemukan dan melakukan tatalaksana

standard, dengan target :

• Tahun 2010/2011 à 60 % pneumonia balita (15 kasus/bulan)

• Tahun 2011 à 70 % pneumonia balita(17 kasus/bulan)

• Tahun 2012 à 80% pneumonia balita(10 kasus/bulan)

Page 21: ispa Pneumonia

BAB 3

Pembahasan

3.1 Data angka kesakitan ISPA di Puskesmas Sukorame

3.1.1. Sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Sukorame Kota Kediri

Hasil laporan sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Sukorame kota

Kediri pada tahun 2011 didapatkan ISPA, hipertensi, Diabetes Melitus yang lain,

TBC paru, Tifus perut klinis, TBC paru BTA (+),. Hal ini digambarkan dengan

diagram 3.1 berikut:

ISPA

Hipertensi

Rhematoid arthritis yang lain

Gastritis

DM

Diare dan Gastroenteritis

Dermatitis kontak alergi

Gout

Infeksi menular seksual

Hipotensi

Diagram 3. 1 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sukorame Tahun 2011

Berdasarkan diagram diatas didapatkan terbanyak pertama ialah ISPA

sebanyak 9760 orang ( 34% ). ISPA juga menempati terbanyak pertama pada

tahun 2010/2011 namun angka kejadian lebih rendah yaitu sebanyak 7089 orang

(29%), Hal ini digambarkan dengan tabel 3.1 dan diagram 3.2 dibawah ini:

Page 22: ispa Pneumonia

TahunBulan

2010/2011/2011 2011/2012

Agustus 460 889September 571 738Oktober 737 703

November 1287 808Desember 1165 675

Januari 2366 1027Februari 1522 1180Maret 1892 1633April 1345 1142Mei 812 1184Juni 1136 1057Juli 940 1080

Total 13497 12350Tabel 3.1 Perbandingan kejadian ISPA

ISPA

Hipertensi

Rhematoid arthritis yang lain

Gastritis

DM

Diare dan Gastroenteritis

Dermatitis kontak alergi

Gout

Infeksi menular seksual

Hipotensi

Diagram 3. 2 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Sukorame Tahun 2010/2011

Page 23: ispa Pneumonia

3.2 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu, tempat, usia

Kejadian ISPA dibagi menjadi ISPA dan ISPA bukan Pneumonia, ISPA

merupakan pembunuh utama bayi dan balita di Indonesia. Sebagian Besar

kematian tersebut diakibatkan oleh ISPA.

Untuk mengetahui angka kesakitan ISPA dan bukan pneumonia di

Puskesmas Sukorame, berikut gambaran pada tahun 2011 dan tahun 2010/2011 :

Tahun Pneumonia Bukan pneumonia

2010/2011/2011 13 13484

2011/2012 134 12216

Tabel 3.2 Angka Kesakitan ISPA

0,096%

99,904

Tahun 2010/2011

Pneumonia Bukan Pneumonia

Diagram 3.3 Angka Kesakitan ISPA tahun 2010/2011/2011

2%

98%

Tahun 2011/2012

PneumoniaBukan Pneumonia

\

Diagram 3.4 Angka Kesakitan ISPA Tahun 2011/2012

Page 24: ispa Pneumonia

Berdasarkan tabel 3.2, diagram 3.3 dan diagram 3.4 didapatkan

perbandingan angka kesakitan ISPA yang jauh berbeda. Terjadi penurunan jumlah

penderita ISPA, tetapi terjadi peningkatan angka ISPA

3.2.1 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu

Berdasarkan angka kesakitan ISPA 2011 mencapai puncak pada bulan

Maret sebanyak 38 orang (16%). Pada bulan Maret 2010/2011 didapatkan

sebanyak 18 orang (8 %). Tahun 2010/2011 kejadian ISPA tertinggi pada bulan

Juni sebanyak 28 orang (12%), dan mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu

17 orang (7%). Tahun 2011 kejadian ISPA terendah terjadi pada bulan Desember

sebanyak 6 orang (2%), lain dengan tahun 2010/2011 bulan Januari merupakan

terendah sebanyak 8 orang (3%). Hal ini digambarkan dalam tabel 3.3 dan

diagram 3.5 :

TahunBulan

2010/2011 2011/2012

Agustus 460 889September 571 738Oktober 737 703

November 1287 808Desember 1165 675

Januari 2366 1027Februari 1522 1180Maret 1892 1633April 1345 1142Mei 812 1184Juni 1136 1057Juli 940 1080

Total 13497 12350

Tabel 3.3 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu

Page 25: ispa Pneumonia

Agustu

s

Septem

ber

Oktober

November

Desember

Januari

Febru

ari

Maret

April MeiJuni

Juli0

500

1000

1500

2000

2500

2010/20112011/2012

ISPA

Jum

lah

Diagram 3.5 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan waktu

3.2.2 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan tempat

Puskesmas Sukorame memiliki lima wilayah, dimana angka kesakitan

ISPA pada tahun 2010/2011/2011 tertinggi terjadi di wilayah Sukorame sebanyak

7407 orang. Hal ini sama dengan tahun 2011/2012 wilayah Sukorame merupakan

tempat tertinggi sebanyak 7741 orang, Dan angka yang terendah pada

2010/2011/2011 di kelurahan Bujel sedangkan pada 2011/2012 di kelurahan

Mojoroto. Hal ini digambarkan pada tabel 3.4 dan diagram 3.6 berikut:

WilayahSukoram

eMojoroto

Bandar Lor

Pojok Bujel

2010/2011/2011

7407 1434 1894 1372 1310

2011/2012 7741 940 1297 1281 1091

Tabel 3.4 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan tempat

Page 26: ispa Pneumonia

Sukorame Mojoroto Bandar Lor Pojok Bujel0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

2010/20112011/2012

Diagram 3.6 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan tempat

3.2.3 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan usia

Angka kesakitan ISPA di Puskesmas Sukorame berdasarkan usia tahun

2011 terbanyak usia 1 tahun sampai 4 tahun sebanyak 139 balita (58%), kemudian

usia kurang dari 1 tahun sebanyak 71 balita (29%), dan usia lebih dari 5 tahun

sebanyak 31 orang (13%). Sama dengan tahun 2010/2011, usia 1 tahun sampai 4

tahun merupakan usia terbanyak terjadinya ISPA sebanyak 129 balita (56 %),

kemudian usia < 1 tahun sebanyak 89 balita (38%) , usia lebih dari 5 tahun

sebanyak 14 orang (6%). Angka kesakitan berdasarkan usia digambarkan pada

tabel 3.5 dan diagram 3.7 dibawah ini:

Page 27: ispa Pneumonia

Usia2010/2011/2011 2011/2012

< 1 tahun1-4 

Tahun>5tahun

< 1 tahun

1-4  Tahun

>5tahun

Agustus 130 142 249 13 124 672

September 91 93 389 46 75 614

Oktober 104 166 461 39 82 582

November 100 148 1040 80 214 568

Desember 82 125 956 86 165 426

Januari 80 244 1022 90 167 774

Februari 100 384 1142 110 252 808

Maret 107 346 1354 133 269 1231

April 94 279 972 99 253 787

Mei 102 296 414 114 202 868

Juni 89 162 1104 93 244 718

Juli 77 162 693 90 243 718

Total 1156 2547 9796993 2290 8766

Tabel 3.5 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan usia

2010/2011 2011/20120

100020003000400050006000700080009000

10000

< 1 tahun1-4 tahun> 5 tahun

Diagram 3.7 Angka Kesakitan berdasarkan usia

Page 28: ispa Pneumonia

Tahun 2010/2011/2011 terbanyak usia >5 tahun sebanyak 139 (58%),

sama dengan tahun 2010/2011 terbanyak usia 1 tahun sampai 4 tahun sebanyak

129 (56%) .

3.2.4 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin

Angka Kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin didapatkan terbanyak

oleh jenis kelamin perempuan pada tahun 2010/2011 sebanyak 7750 orang dan

begitu pula tahun 2011/2012 sebanyak 6523 orang . Hal ini digambarkan pada

tabel 3.6, diagram 3.8, dan digram 3.9 dibawah ini:

TAHUN 2010/2011 2011/2012

Jenis Kelamin L P L P

Total 5195 7750 3449 6523

Tabel 3.6 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin

60%

40%

2010

PerempuanLaki laki

Diagram 3.8 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin tahun 201002011

Page 29: ispa Pneumonia

65%

35%

2011/2012

PerempuanLaki laki

Diagram 3.9 Angka Kesakitan ISPA berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011/2012

Page 30: ispa Pneumonia

3.3 Faktor-faktor penyebab ISPA di Puskesmas Sukorame

3.3.1 Data ASI Eksklusif

Berdasarkan data ASI eksklusif di Puskesmas Sukorame, didapatkan pada

tahun 2011 sebanyak 278 bayi (69%), lain dengan tahun 2010/2011 didapatkan

sebanyak 235 bayi (47%) yang mendapat ASI Eksklusif. Hal ini digambarkan

pada tabel 3.7, diagram 3.10 dan diagram 3.11 berikut:

ASI Eksklusif Total

∑ Bayi

2010/2011 503 2352011 401 278

Tabel 3.7 Data ASI Eksklusif di Sukorame

47%53%

2010

ASI Ekslusiftidak ASI Ekslusif

Diagram 3.10 Pemberian ASI Eksklusfi di Puskesmas Sukorame tahun

2010/2011

69%

31%

2011

ASI Ekslusiftidak ASI Eksklusif

Diagram 3.11 Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Sukorame tahun 2011

3.3.2 Data cakupan imunisasi

Berdasarkan data di Puskesmas Sukorame pada tahun 2011 didapatkan

cakupan imunisasi berada lebih dari 50% pada semua jenis imunisasi antara lain

Page 31: ispa Pneumonia

imunisasi HB unijeck tertinggi di wilayah pocanan sebesar 107,4% dan terendah

di wilayah Sukorame sebesar 86,2%, BCG tertinggi di wilayah pocanan sebesar

126,9% dan terendah di wilayah dandangan sebesar 95,4%, DPT Combo 1 bulan

tertinggi di wilayah semampir sebesar 113,2% dan terendah di wilayah dandangan

sebesar 100,9%, DPT Combo 2 bulan tertinggi di wilayah dandangan sebesar

103,7 % dan terendah di wilayah Sukorame sebesar 94,7%, DPT Combo 3 bulan

tertinggi di wilayah semampir 127,5% dan terendah di dandangan sebesar 90,8%,

Polio 1 bulan tertinggi di wilayah Sukorame sebesar 117 % dan terendah pocanan

sebesar 96,3%, polio 2 bulan tertinggi di wilayah Semampir 104,4 % dan terendah

di wilayah Sukorame sebesar 92,5%,polio 3 bulan tertinggi di wilayah Dandangan

sebesar 103,7 % dan terendah di wilayah Sukorame sebesar 91,5%, polio 4 bulan

tertinggi di wilayah Semampir sebesar 103,3% dan terendah di wilayah

Dandangan sebesar 91,7%, dan campak tertinggi di wilayah Dandangan sebesar

115,6% dan terendah di wilayah Pocanan sebesar 86,9%. Hal ini digambarakan

pada diagram 3.12 dan diagram 3.13 dibawah ini:

HB UNIJECK BCG DPT COMBO 1

DPT COMBO 2

DPT COMBO 3

80.00%

85.00%

90.00%

95.00%

100.00%

105.00%

110.00%

BalowertiMojorotoBujelBandar LorPojok

Diagram 3.12 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2011

Page 32: ispa Pneumonia

POLIO 1 POLIO 2 POLIO 3 POLIO 4 CAMPAK88.00%

90.00%

92.00%

94.00%

96.00%

98.00%

100.00%

102.00%

104.00%

106.00%

108.00%

SukorameMojorotoBujelBandar LorPojok

Diagram 3.13 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2011

. Hal ini digambarakan pada diagram 3.12 dan diagram 3.13 dibawah ini:

HB UNIJECK BCG DPT COMBO 1

DPT COMBO 2

DPT COMBO 3

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

SukorameMojorotoBujelBandar lorPojok

Diagram 3.14 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2010

Page 33: ispa Pneumonia

POLIO 1 POLIO 2 POLIO 3 POLIO 4 CAMPAK0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

SukorameMojorotoBujelBandar lorPojok

Diagram 3.15 Data Imunisasi di Puskesmas Sukorame tahun 2010

Page 34: ispa Pneumonia

3.4 Analisis Karakteristik Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

ISPA berdasarkan La Londe dan Hendri L.Blum

Dari hasil data diatas didapatkan kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas

Sukorame Kota Kediri menempati urutan pertama pada 2 tahun berturut-turut

yaitu tahun 2010 dan tahun 2011. Kejadian ISPA tahun 2011/2012 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2010/2011, angka kesakitan ISPA tertinggi terjadi

pada bulan April, tahun 2010/2011 terbanyak pada Bulan Januari dan usia >5

tahun merupakan usia terbanyak pada ISPA di Puskesmas Sukorame pada tahun

2011/2012 dan tahun 2010/2011. Wilayah (kelurahan) Sukorame merupakan

wilayah terbanyak tahun 2011/2012 maupun tahun 2010/2011.

Dari data diatas diketahui bahwa ada peningkatan kejadian ISPA 2011/2012

dan 2010/2011 selisihnya 1147 kasus lebih banyak di tahun 2010/2011. Untuk

melihat perkembangan epidemiologi suatu penyakit tertentu dapat dilihat sebuah

trend. Dalam makalah ini perkembangan penyakit dianalisis berdasarkan trend

dua tahunan.

Berdasarkan data terjadi peningkatan angka kesakitan ISPA pada tahun

2011 hal ini di sebabkan dari berbagai sebab, diantaranya faktor perilaku,

lingkungan, psiko-sosio-biologi/genetik, dan pelayanan kesehatan atau menurut

teori segita epidemiologi host, agent, dan environment.

Page 35: ispa Pneumonia

3.4.1 Faktor Perilaku

Umur >5 tahun merupakan usia dimana mulai mengalami

perubahan pola makanan yang mengandung bahan pengawet, pemanis buatan,

pewarna makanan yang terbuat dari textile, mengandung MSG serta kurangnya

perhatian dari orang tua dalam pengawasan makanan pada usia ini. Selain itu usia

>5 tahun sudah mulai bersosialisai dengan orang banyak, berkegiatan di luar

rumah sehingga merupakan salah satu penyebab terjadinya ISPA di Sukorame

pada tahun 2011/2012 dan 2010/2011 usia ini menempati angka kesakitan

terbanyak.

3.4.2 Faktor Psikososiobiologi/Genetik

Banyaknya penyebab terjadinya ISPA di Puskesmas Sukorame

diakibatkan oleh bakteri dan virus.

3.4.3 Faktor Lingkungan

Kejadian ISPA yang fluktuatif dipengaruhi oleh musim. Selain itu,

antara musim hujan dan musim kemarau di Kota Kediri tidak menunjukkan batas

waktu yang jelas, cenderung bergeser tiap tahunnya, disebabkan perubahan iklim

secara global dan kelembapan udara di kota kediri cukup tinggi, sehingga ada

pengaruh musim terhadap penyakit ISPA yang terjadi sepanjang tahun.

Banyaknya warga pendatang, seperti sewa rumah dan rumah

kost,menyebabkan kapasitas satu rumah yang lebih, menyebabkan kepadatan

penduduk sehingga kualitas udaranyapun mengalami penurunan juga penularan

penyakit yang lebih cepat.

Pelayanan Kesehatan yang dekat dengan Puskesmas Sukorame

sehingga data penduduk yang menderita ISPA lebih banyak karena kemudahan

Page 36: ispa Pneumonia

akses ke pelayanan kesehatan.

Lingkungan rumah yang memenuhi standar rumah sehat, dimana

masih banyak rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat juga

mempengaruhi peningkatan terjadinya ISPA.

Masih banyaknya dalam lingkungan sekitar yang merokok.

3.4.4 Faktor Pelayanan Kesehatan

Dari segi pelayanan kesehatan, di puskesmas Sukorame tidak

didapatkan suatu permasalahan, dimana wilayah kerja puskesmas Sukorame

sarana prasana kesehatan dan tenaga kesehatan telah memadai. Terlihat dari 5

kelurahan. Untuk tenaga kesehatan terdapat 3 orang dokter umum, sarjana

kesehatan masyarakat sebanyak 1 orang, bidan 18 orang, perawat kesehatan

sebanyak 13 orang, sanitarian sebanyak 1 orang, petugas gizi sebanyak 3 orang

dan terdapat dokter swasta, bidan sawasta maupun klinik-klinik kesehatan lainnya.

Dan kesadaran masyarakat untuk berobat masih tinggi.

Page 37: ispa Pneumonia

3.4.2 Upaya-Upaya Pencegahan dan Intervensi Penyakit ISPA

Pencegahan penyakit ISPA berdasarkan konsep natural history of disease,

maka kita mengenal 3 fase proses perkembangan penyakit, dimulai dari fase

prepatogenesis, fase Patogenesis dan fase Convalesence. Upaya Pencegahan ini

dikenal sebagai tiga tingkatan kesehatan pencegahan (three level of prevention),

sebagai berikut:

1. Primary Level of Prevention

a. Promosi Kesehatan (Promotion of Health)

Promotion of Health penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara

diantaranya:

Penyuluhan ISPA, ASI Ekslusif, imunisasi

Pemasangan poster – poster tentang imunisasi, ASI Eksklusif, tidak

merokok

Standar nutrisi yang terdapat dalam kartu KMS

Pelayanan rutin Ibu hamil dan bayi di posyandu

b. Perlindungan khusus (spesific protection)

Program Imunisasi

Pemeriksaan berkala KMS balita di posyandu

Page 38: ispa Pneumonia

2. Secondary Level of Prevention

1. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early case detection and prompt

treatment)

Penyeragaman penegakkan diagnosis ISPA berdasarkan dengan

perhitungan Respiratory Rate menggunakan Respiratory Rate

Timer,serta penegakan diagnosis berdasarkan Pedoman Direktorat

Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan

Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004.

Mensosialisasikan tanda dini ISPA kepada kader posyandu dan

seluruh penduduk Sukorame.

2. Pembatasan cacat (disability limitation)

Penyeragaman pengobatan serta sistem rujukan ISPA dengan

mengacu pada tatalaksana penderita batuk dan kesukaran bernafas

pada balita berdasarkan Pedoman Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004.

3. Tertiary Level of Prevention

Rehabilitasi dengan kunjungan rumah untuk meningkatkan status

kesehatan.

Page 39: ispa Pneumonia

BAB 4

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Distribusi penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri

berdasarkan variabel waktu (bulan) menunjukkan pergerakan grafik yang

fluktuatif , dipengaruhi musim pancaroba, peningkatan tertinggi terjadi pada

Bulan Januari 2011 dan Maret 2012. Distribusi penyakit ISPA di wilayah

kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri berdasarkan variabel tempat

(kelurahan) menunjukkan Kelurahan dengan jumlah penderita ISPA terbesar

adalah Kelurahan Sukorame baik pada tahun 2011 maupun tahun

2010/2011. Kelurahan dengan jumlah penderita terendah adalah Kelurahan

Mojoroto tahun 2010/2011 dan 2011/2012 di kelurahan Bujel. Distribusi

penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Sukorame kota Kediri

berdasarkan kelompok umur menunjukkan jumlah penderita ISPA terbesar

adalah penderita pada kelompok >5 tahun pada tahun 2011 /2012 dan

2010/2011.

2. Faktor resiko tingginya kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas

Sukorame Kota Kediri, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan pola

makan anak yang mulai mengalami perubahan seperti orang dewasa.

3. Untuk melakukan pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan

dengan tiga tingkat pencegahan penyakit (three level of prevention), yakni

Page 40: ispa Pneumonia

pertama yaitu dengan pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan

pencegahaan tersier. Melalui salah satu strategi program pemberantasan

penyakit ISPA (P2 ISPA) dengan 8 kegiatan pokok yaitu promosi

penanggulangan pneumonia balita, kemitraan, peningkatan penemuan kasus,

peningkatan kualitas tatalaksana kasus ISPA, peningkatan kualitas sumber

daya, surveilans ISPA, pemantauan evaluasi dan pengembangan program

ISPA.

4.2 Saran

4.2.1. Bagi instansi terkait (Puskesmas Sukorame)

Hendaknya petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang pentingnya

pemberian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, dapat pula

dilakukan kegiatan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat dalam PHBS dan

pemberian ASI Eksklusif. Upaya penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan

Puskesmas hendaknya dilakukan secara terus menerus sampai masyarakat

betul-betul mamahami akan pentingnya pentingnya pemberian PHBS, seperti

penyuluhan tentang pasien ISPA, faktor risiko, mengenali tanda dan gejala, cara

pencegahan serta pertolongan pertama pada penderita ISPA.

4.2.2. Bagi masyarakat

a . Diharapkan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

b. Meningkatkan kesadaran kepada orang tua agar lebih

memperhat ikan pola gizi , imunisasi , ser ta kesehatan

c . Meningkatkan kesadaran kepada orang seki tar yang

merokok, sebagai upaya pencegahan ter jadinya ISPA.

d. Meningkatkan kesadaran untuk menggunakan masker bi la

Page 41: ispa Pneumonia

dalam keadaan saki t .

e . Meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya peningkatan kasus ISPA.

f . Menjaga pola makan

g. Meningkatkan kunjungan ke pkm untuk upaya kesembuhan