makalah ispa

36
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan balita. 1 Pedoman kerja puskesmas membagi ISPA menjadi 3 kelompok besar, yaitu ISPA berat atau pneumonia berat ditandai oleh adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam waktu inspirasi. ISPA sedang atau pneumonia bila frekuensi napas menjadi cepat. Dan ISPA ringan atau bukan pneumonia, ditandai dengan batuk pilek tanpa nafas cepat, tanpa tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, seperti misalnya nasofaringitis, faringitis, rinofaringitis dan lain sebagainya. Khusus untuk bayi di bawah 2 bulan hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan. 2 ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahawa 40% sampai 70% anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes, 1985). Sebanyak 40-60% kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes, 2000). 1 1

Upload: andersen-chen

Post on 29-Dec-2015

322 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

husada

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ISPA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah

kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini dikarenakan masih

tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama

pada bayi dan balita.1

Pedoman kerja puskesmas membagi ISPA menjadi 3 kelompok besar, yaitu ISPA berat

atau pneumonia berat ditandai oleh adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

waktu inspirasi. ISPA sedang atau pneumonia bila frekuensi napas menjadi cepat. Dan ISPA

ringan atau bukan pneumonia, ditandai dengan batuk pilek tanpa nafas cepat, tanpa tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam, seperti misalnya nasofaringitis, faringitis, rinofaringitis

dan lain sebagainya. Khusus untuk bayi di bawah 2 bulan hanya dikenal ISPA berat dan ISPA

ringan.2

ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Dari

angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahawa 40% sampai 70% anak yang berobat ke

rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes, 1985). Sebanyak 40-60% kunjungan pasien

ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat

jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes, 2000).1

Menurut laporan WHO tahun 2005, sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 - 2,2 juta anak

meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia Menurut survei kematian balita tahun 2005,

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dan sebagian besar disebabkan karena pneumonia 23,6 %. Angka kesakitan

diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya.3

Survei kesehatan nasional (Surkesnas) tahun 2001 menunjukkan bahwa proporsi

kematian karena penyakit sistem pernapasan pada bayi (usia < 1 tahun) sebesar 23,9 % di

Jawa dan Bali, 15,8% di Sumatera dan 42,6% di kawasan timur Indonesia Pada anak Balita

(usia 1—5 tahun) sebesar 16,7% di Jawa dan Bali, 29,4% jdi Sumatera dan 30,3% di kawasan

timur Indonesia.

Infeksi Saluran Pemapasan Akut (ISPA) juga merupakan masalah kesehatan di Propinsi

DKI Jakarta yaitu diperkirakan setiap anak mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya

1

Page 2: Makalah ISPA

dimana 40%-60% dari kimjungan di Puskesmas adalah ISPA. Dari hasil penghitungan

mortalitas dari 10 penyakit terbesar, pneumonia masih merupakan penyebab kematian

tertinggi pada Balita yaitu sebesar 22;5% (Subdirektorat ISPA Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006).2,3

Tingginya mortalitas bayi dan balita karena ISPA-Pneumonia menyebabkan penanganan

penyakit ISPA-Pneumonia menjadi sangat penting artinya Kondisi ini disadari oleh

pemerintah sehingga dalam Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (P2 ISPA) telah menggariskan untuk menurunkan angka kematian balita akibat

pneumonia dari 5/1000 balita pada tahun 2000 menjadi 3/1000 balita pada tahun 2005 dan

menurunkan angka kesakitan pneumonia balita dari 10 - 20% menjadi 8 - 16% pada tahun

2005.3

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung

maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada

balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi,

tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002)

menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan bayi lahir rendah

(BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan

lingkungan fisik.1

Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan

perumahan dimana kualitas rumah berdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas

rumah dapat dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan huniandan jenis

bahan bakar masak yang dipakai. Faktor-faktor diatas diduga sebagai penyebab terjadinya

ISPA (Depkes RI, 2003).1

Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan permasalahan sebagai berikut:

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit yang terbanyak

diderita oleh anak bayi dan balita.

2. Diperkirakan setiap anak mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya, sehingga

menyebabkan dimana 40%-70% dari kunjungan di Puskesmas tersebut adalah ISPA.

3. Kematian terbesar bayi dan balita karena pneumonia, yang dimana penyakit tersebut juga

merupakan bagian dari ISPA. Sehingga pneumonia masih merupakan masalah kesehatan

di Indonesia, juga di dunia.

2

Page 3: Makalah ISPA

4. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Batasan

Pada laporan makalah ini akan lebih dibahas mengenai Infeksi Saluran Napas Akut

(ISPA) dari kelompok non-pneumonia. Dimana penyakit yang dibahas adalah nasofaringitis

akut atau common cold. Istilah nasofaringitis akut lebih diarahkan untuk anak-anak,

sedangkan common cold lebih kepada orang dewasa. Oleh karena manifestasi klinik penyakit

ini pada orang dewasa dan anak berlainan.4

Nasofaringitis akut merupakan keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi

kemaknaannya terutama tergantung pada frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi. Pada

anak-anak sindrom ini lebih luas daripada orang dewasa, sering melibatkan sinus paranasal

dan telinga tengah serta nasofaring.5

Tujuan

Dengan melakukan kunjungan rumah pada pasien balita yang mengalami nasofaringitis

akut, diharapkan dapat melakukan analisa kasus penyakit tersebut dengan pendekatan

kedokteran keluarga. Hal-hal yang diperhatikan antara lain;

- Meningkatkan kesadaran keluarga pasien mengenai pentingnya kesehatan. Sehingga

pengasuhan terhadap pasien yang masih pada masa bayi dapat dilakukan dengan baik. Dan

tercapai tumbuh kembang anak yang optimal.

- Memantau perkembangan penyakit pasien apakah sering mengalami penyakit tersebut atau

tidak. Ini disebabkan karena ISPA merupakan penyakit tersering yang dialamai oleh bayi

dan balita.

- Memberikan penyuluhan mengenai faktor faktor yang dapat mempengaruhi penyakit ISPA,

terutama nasofaringitis akut yang sedang dialami.

- Memberikan penyuluhan bagaimana seharusnya lingkungan yang baik bagi kesehatan

pasien dan keluarga agar tercapai kehidupan kesehatan yang optimal.

- Usaha bersama dan kontinu antara dokter (puskesmas/RS) dengan pasien dan

lingkungannya (dirumah).

- Pasien dapat menjalani kehidupan sehari-hari dalam tingkat optimal, terbebas dari serangan

akut yang dapat mengganggu masa-masa tumbuh kembangnya.

3

Page 4: Makalah ISPA

BAB II

MATERI

Substansi

Pengumpulan data

Puskesmas : Kelurahan Tanjung Duren Selatan

Nomor register: BPG 346/11

Data riwayat Keluarga

I. Identitas Pasien

a. Nama : Ahmad Umaidi

b. Umur : 11 bulan

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Pekerjaan : -

e. Pendidikan : -

f. Alamat : Jalan Tanjung Duren Gang Sanip No.66

II. Riwayat Biologis Keluarga :

a. Keadaan kesehatan sekarang : baik

b. Kebersihan perorangan : baik

c. Penyakit yang sering diderita : batuk, pilek

d. Penyakit keturunan : -

e. Penyakit kronis / menular : tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada

g. Pola makan : baik

h. Pola istirahat : baik

i. Jumlah anggota keluarga : 20 orang

III. Psikologis Keluarga

a. Kebiasaan buruk : tidak ada.

b. Pengambilan keputusan : keluarga (musyawarah)

4

Page 5: Makalah ISPA

c. Ketergantungan obat : tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : puskesmas

e. Pola rekreasi : sedang

IV. Keadaan rumah / lingkungan

a. Jenis bangunan : permanen

b. Lantai rumah : keramik

c. Luas rumah : 6 x 7,5 m2

d. Penerangan : sedang

e. Kebersihan : sedang

f. Ventilasi : kurang

g. Dapur : ada

h. Jamban keluarga : ada

i. Sumber air minum : air tanah

j. Sumber pencemaran air : ada

k. Pemanfaatan pekarangan : tidak

l. System pembuangan air limbah : ada

m.Tempat pembuangan sampah : ada

n. Sanitasi lingkungan : sedang

V. Spiritual Keluarga

a. Ketaatan beribadah : baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga

a. Tingkat pendidikan : sedang

b. Hubungan antar anggota keluarga : baik

c. Hubungan dengan orang lain : baik

d. Kegiatan organisasi social : kurang

e. Keadaan ekonomi : sedang

VII. Kultur Keluarga

a. Adat yang berpengaruh : betawi

5

Page 6: Makalah ISPA

b. Lain – lain : tidak ada

VIII. Daftar Anggota Keluarga

No NamaHub

KKUmur

Pendidi

kan

Pekerja

an

Agam

a

Keadaan

kesehatan

Keadaa

n gizi

Imu

nisas

i

K

B

Ket

eran

gan

1 TasimahIbu

tertua47 SD IRT Islam Baik Baik - - -

2Kusmawat

iIstri 30 SMA Buruh

IslamBaik Baik - - -

3Rohanudi

nSuami 25 SMA Buruh

IslamBaik Baik - - -

4 Aprilia Anak 4 SD - Islam Baik Baik - -

5 Trisnawati Istri 29 SMA Buruh Islam Baik Baik - - -

6Tumpal

MasbunSuami 29 SMA Buruh

IslamBaik Baik - - -

7 Risma Anak 9 SD - Islam Baik Baik - -

8 Risda Anak 6 - - Islam Baik Baik - -

9Rani

VerawatiIstri 26 SMA Buruh Islam Baik Baik - - -

10Herry

SutantoSuami 27 SMA Buruh Islam Baik Baik - - -

11 Caca Anak 4 - - Islam Baik Baik - -

12 Tasuah Ibu 44 SD IRT Islam Baik Baik - - -

13 Neneng Istri/ibu 41 SD IRT Islam Baik Baik - - -

14 Dony Suami - - OB Islam Baik Baik - - -

15 Paki anak 11 SD - Islam Baik Baik - -

16Ramli

AdamSuami 41 SMA Ustadz Islam Baik Baik - -

17 Juhariah Istri 27 SMA Buruh Islam Baik Baik - - -

18Ahmad

UmaidiAnak 1,09 - - Islam Baik Baik - -

19 Juju Bapak 36 SMA Buruh Islam Baik Baik - - -

6

Page 7: Makalah ISPA

20 Muslim Ibu 29 SMA buruh Islam Baik Baik - -

IX. Anamnesis Pokok

a) Keluhan utama : pilek, batuk

b) Keluhan tambahan : Saat malam rewel dan sukar tidur, nafas terganggu, demam ringan,

keluar secret/mucus bening dari hidung terus menerus

c) Riwayat penyakit sekarang : pilek, batuk

d) Riwayat penyakit dahulu : aspirasi cairan amnion, batuk, pilek

e) Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan : tidak ada

X. Anamnesis Penyingkir DD

a) Keluhan khas : pilek, batuk, keluar secret terus menerus dari hidung

b) keluhan tambahan : tidak ada

c) Riwayat aktivitas/pekerjaan: tidak ada

d) Riwayat obat-obatan : tidak ada

e) Riwayat keluarga : Tidak ada penyakit yang berhubungan langsung dengan penyakit

pasien

XI. Pemeriksaan Fisik

a) Tanda vital :

‐ TD : -

‐ Nadi : normal

‐ Suhu : sedikit demam

‐ RR : normal

b) Keadaan umum: Baik, masih aktif namun sedikit rewel dan gelisah (sakit ringan).

c) Pemeriksaan jasmani rutin: Normal, tidak ditemukan tanda-tanda kelainan yang berarti.

d) Pemeriksaan fisik lainnya : tidak ada

e) Kelainan/komplikasi : tidak ada

XII. Pemeriksaan penunjang yang disarankan

a) Darah rutin : tidak perlu

b) Urin rutin : tidak perlu

c) Serologis lainnya: pemeriksaan hapusan nasofaring

7

Page 8: Makalah ISPA

XIII. Diagnosis penyakit : Nasofaringitis akut

XIV. Differential Diagnosis : Rhinitis alergika, Rhinitis vasomotor, Sinusitis akut

XV. Diagnosis keluarga : Keluarga tersebut termasuk dalam tingkatan kesehatan sedang.

BAB III

KERANGKA TEORITIS

Working Diagnosis

Nasofaringitis akut (Common Cold, Selesma)

Etiologi

Penyakit disebabkan oleh lebih dari 200 agen virus yang berbeda secara serologis. Agen

utamanya adalah rhinovirus, yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari semua kasus cold;5,6

koronavirus menyebabkan sekitar 10%. Masa infektivitas berakhir dari beberapa jam sebelum

munculnya gejala sampai 1-2 hari sesudah penyakit nampak.4,5 Streptokokus grup A adalah

bakteri utama yang menyebabkan nasofaringitis akut. Infeksi M. pneumoniae dapat

berlokalisasi pada nasofaring dan pada kasus ini sukar dibedakan dengan nasofaringitis virus.5

Epidemiologi

Kerentanan terhadap agen yang menyebabkan nasofaringitis akut adalah universal,

tetapi karena alasan yang kurang dimengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama

dari waktu ke waktu. Anak menderita rata-rata lima sampai delapan infeksi setahun, dan

angka tertinggi terjadi selama umur 2 tahun pertama. Frekuensi nasofaringitis akut berbanding

langsung dengan angka pemajanan, dan pada sekolah taman kanak-kanak serta pusat

perawatan harian mungkin merupakan epidemi yang sebenarnya. Kerentanan dapat bertambah

karena nutrisi jelek; komplikasi purulen bertambah pada malnutrisi.5

Patologi

Perubahan yang pertama adalah edema dan vasodilatasi pada submukosa. Infiltrat sel

mononuklear menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear. Perubahan

struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi

8

Page 9: Makalah ISPA

sedang sampai berat, epitel superfisial mengelupas.4,5 Regenerasi sel epitel baru terjadi setelah

lewat stadium akut.4 Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudian

mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan

atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.5

Manifestasi Klinik

Cold lebih berat pada anak kecil daripada anak yang lebih tua dan dewasa. Pada

umumnya, anak yang berumur 3 bulan sampai 3 tahun menderita demam pada awal

perjalanan infeksi, kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi

muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam, dan anak yang lebih tua dapat

menderita demam ringan.5 Infeksi biasanya dembuh sendiri dan berakhir sekitar 5-7 hari jika

telah terjadi komplikasi.5 Komplikasi purulen terjadi lebih sering dan lebih parah pada umur-

umur yang lebih muda. Sinusitis persisten dapat terjadi pada semua umur.5

Manifestasi awal pada bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang timbul

mendadak, iritabilitas, gelisah, dan bersin. Ingus hidung mulai keluar dalam beberapa jam, se-

gera menyebabkan obstruksi hidung, yang dapat mengganggu pada saat menyusu, serta

gelisah.4,5

Pada bayi kecil yang mempunyai ketergantungan lebih besar pada pernapasan hidung,

tanda-tanda kegawatan pernapasan sedang dapat terjadi. Selama 2-3 hari pertama membrana

timpani biasanya mengalami kongesti, dan cairan dapat ditemukan di belakang membrana

tersebut, yang selanjutnya dapat terjadi otitis media purulenta atau tidak. Sebagian kecil bayi

mungkin muntah, dan beberapa penderita menderita diare. Fase demam berakhir dari

beberapa jam sampai 3 hari; demam dapat berulang dengan komplikasi purulen.5

Penatalaksanaan

Tidak ada terapi spesifik. Antibiotik tidak mempengaruhi perjalanan penyakit atau

mengurangi insidens komplikasi bakteri. Tirah baring biasanya dianjurkan, tetapi tidak

terdapat bukti bahwa cara ini memperpendek perjalanan penyakit atau mempengaruhi

hasilnya.4 Jadi, pengobatan hanya simptomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi

batuk, sedativum untuk menenangkan.4 Asetaminofen atau ibuprofen biasanya membantu

dalam mengurangi iritabilitas, nyeri, dan malaise selama hari pertama dan hari kedua infeksi,

tetapi penggunaan yang berlebih-lebihan harus dihindari.5

Sebagian besar kegawatan adalah karena obstruksi hidung dan harus dilakukan upaya

9

Page 10: Makalah ISPA

untuk melegakannya jika keadaan tersebut mengganggu pada saat tidur atau pada saat minum

atau makan. Pemasukan obat-obatan melalui hidung mungkin merupakan metode efektif

untuk melegakan obstruksi hidung. Pada bayi, pemasukan salin steril dapat membantu

pengeluaran fisik mukus yang berlebihan. Tetes hidung kuat yang bekerja lebih lama,

walaupun berguna pada orang dewasa, cenderung mengiritasi dan kadang-kadang

hipereksitatif atau sedatif pada bayi. Tetes hidung pada larutan berminyak harus dihindari

karena tetes ini dengan mudah teraspirasi. Penambahan antibiotik, kortikosteroid, atau

antihistamin pada tetes hidung tidak menambah apa-apa pada efektivitasnya.5

Tetes hidung paling baik diberikan 15-20 menit sebelum makan dan pada waktu

sebelum tidur. Pemasukan dekonges-tan hidung dengan aplikator berujung kapas tidak

dianjurkan. Pada umumnya tidak ada obat-obatan yang dimasukkan ke dalam hidung yang

boleh digunakan selama lebih dari 4-5 hari selain salin; sesudah waktu ini setiap obat dapat

menimbulkan iritasi kimia dan mengim-bas kongesti hidung, menyerupai nasofaringitis akut.5

Obstruksi hidung sukar diobati pada bayi. Pengisapan dengan sedotan lunak kadang-

kadang sangat penting untuk membersihkan saluran hidung secara adekuat untuk

memungkinkan bayi muda menyusu. Drainase yang terbaik biasanya dapat dicapai dengan

rnenempatkan bayi pada posisi mene-lungkup, jika hal ini tidak mengganggu pernapasan

lebih lan-jut. Lingkungan yang hangat dan sangat lembab yang diberikan oleh alat penguap

(vaporizer) yang efisien dapat mencegah pengeringan sekresi tetapi telah terlihat tidak

mempunyai pengaruh bermanfaat pada gejaia selesma orang dewasa. Dekongestan yang

diberikan secara oral juga digunakan secara luas untuk mengerutkan mukosa hidung yang

menebal dan untuk melegakan obstruksi.5

Pencegahan

Karena selesma (common cold) terdapat di mana-mana, maka tidak mungkin

mengisolasi anak dari keadaan ini. Namun, karena komplikasi pada bayi yang amat muda

dapat relatif serius, maka harus dilakukan beberapa upaya untuk melindungi bayi dari kontak

dengan orang-orang yang berpotensi terinfeksi. Penvebaran infeksi adalah dengan aerosol

(bersin, batuk) atau kontak langsung dengan bahan yang terinfeksi (tangan).5

Komplikasi

Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal dan bagian-bagian lain

saluran pernapasan. Limfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang-kadang

10

Page 11: Makalah ISPA

bernanah. Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital dapat terjadi jika

terdapat penyebaran nfeksi nasofaring ke bawah.4,5 Komplikasi yang paling sering adalah

otitis media, yang ditemukan pada bayi-bayi kccil sampai sebanyak 25 persennya.5

Berikut ini 2 komplikasi yang paling sering terjadi pada penyakit nasofaringitis akut;

1. Sinusitis paranasal,

Gejala umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya

di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronis dengan

gejala malaise, cepat lelah, dan sukar berkonsentrasi pada anak yang lebih besar. Kadang-

kadang disertai sumbatan hidung dan nyeri kepala yang hilang timbul, bersin terus menerus

disertai secret purulen dapat unilateral atau bilateral. Komplikasi sinusitis harus dipikirkan

apabila terdapat pernapasan melalui mulut yang enetap dan rangsang faring menetap tanpa

sebab yang jelas.4

2. Otitis media akut (OMA)

Dapat terjadi penutupan tuba esutachii dengan gejala tuli atau infeksi menembus

langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala

OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang mendadak tinggi

(hiperpireksia), kadang-kadang menyebabkan kejang demam. anak sangat gelisah terlihat

nyeri jika kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri. Kadang-kadang

hanya ditemukan gejala demam, gelisah dan kadang-kadang disertai gejala muntah dan

diare.4

Laringotrakeobronkitis, bronkiolitis, atau pneumonia dapat berkembang selama

perjalanan nasofaringitis akut. Nasofaringitis virus juga sering merupakan pemicu gejaia asma

pada anak dengan saluran pernapasan reaktif.5

Differential Diagnosis

1. Rhinitis Alergika

Rinitis alergika,yaitu penyakit atopik yang paling sering dijumpai, dapat terjadi secara

musiman, sepanjang tahun, atau sepanjang tahun dengan eksaserbasi musiman. Rinitis

alergika yang terjadi sepanjang tahun paling sering disebabkan oleh alergen di dalam rumah,

terutama kutu debu rumah, kecoa, kucing, dan protein anjing.5 Namun dapat juga dipicu oleh

sebab yang non spesifik, seperti gangguan metabolic, gangguan saraf otonom yang terpusat di

thalamus, hipotalamus, dan nucleus basalis.4

11

Page 12: Makalah ISPA

Secara umum, gejala alergi hidung disebabkan oleh pemajanan alergen inhalan, bukan

alergen ingestan. Iritan nonspesifik, misalnya uap cat atau bensin, asap rokok, parfum, atau

hair spray, juga dapat memicu timbulnya gejala mata dan hidung, menyerupai gejala yang

disebabkan qleh antibodi IgE pada pasien-pasien ini.6

Gejala rinitis paling sering disebabkan oleh terpajannya membran mukosa ke partikel

alergen di udara yang berukuran antara 10 sampai 100 nm. Partikel-partikel ini akan

terperangkap oleh lapisan mukus di mukosa bersilia turbinates hidung. Protein larut air akan

larut dalam mukus hidung dan mengikat antibodi IgE di permukaan basofil (terdapat di

sekresi hidung pasien rinitis) atau sel mast intraepitel. Sel ini kemudian mengeluarkan amin

vasoaktif yang meningkatkan per-meabilitas mukosa dan memungkinkan antigen semakin

masuk, mencapai sel mast submukosa yang berjumlah besar.6

Diagnosis

Gejala rinitis alergika mungkin mencakup bersin paroksismal, pruritus hidung, duh

hidung encer dalam jumlah banyak, kongesti hidung, mengorok, dan sering gatal di langit-

langit, faring, mata, dan telinga. Berbaring meningkatkan kongesti hidung karena tekanan

hidrostatik; olahraga menyebabkan vasokonstriksi sehingga kongesti hidung berkurang.

Kemerahan dan pengeluaran cairan dari mata (konjungtivitis alergika) juga mungkin

dijumpai.4,6

Lingkaran gelap di bawah mata dan edema periorbita dijumpai pada rinitis bentuk

alergika dan nonalergika serta diperkirakan disebabkan oleh stasis vena karena terganggunya

aliran darah melalui membranmukosa hidung yang edematosa. Lipatan ganda di kelopak mata

bawah (lipatan dennie-Morgan) juga sering dijumpai, demikian juga bernapas melalui mulut.

Selaput lendir hidung pucat dan edematosa, dan akan tampak sekresi hidung yang jernih yang

berkisar dari benang-benang mukus yang menjembatani nares sampai cairan encer dalam

jumlah banyak.6

Pemeriksaan laboratorium yang membantu memastikan diagnosis rinitis alergika

mencakup pemeriksaan adanya eosinofil di dalam darah dan mukus hidung, dan uji tusuk

kulit untuk men-deteksi antibodi IgE. Pasien dengan rinitis alergika biasanya memperlihatkan

eosinofilia antara 4 dan 11% (300 sampai 800 eosinofil per milimeter kubik) dan lebih dari 5

sampai 10% eosinofilia dalam apusan sekresi hidung.6

2. Rhinitis Vasomotor

12

Page 13: Makalah ISPA

Rhinitis vasomotor ditandai terutama oleh obstruksi hidung yang berfluktuasi sesuai

perubahan suhu atau kelembapan serta dengan pajanan ke iritan. Pruritus hidung, bersin, dan

rinorea minimal, tidak terjadi eosinofilia darah dan hidung, dan uji kulit biasanya negatif.

Rhintis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya

infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan obat.

Rhinitis ini digolongkan menjadi non-alergi bila adanya alergi/aiergen spesifik tidak

dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan alergi yang sesuai (anamnesis, tes cukit kulit, kadar

antibodi IgE spesifik serum).7

Gejala Klinik

Gejala sering dicetuskan oleh berbagai rangsangan non spesifik, seperti asap/rokok, bau

yang menyengat, parfum, minuman beralkohol, makanan pedas, udara dingin, pendingin dan

pemanas ruangan, perubahan kelembaban, perubahan suhu luar, kelelahan dan stres/emosi.6

Gejala yang dominan adalah hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung

pada posisi pasien. Selain itu terdapat rinore yang mukoid atau serosa. Keluhan ini jarang

disertai dengan gejala mata.

Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya

perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga oleh karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 3 golongan, yaitu

1) Golongan bersin (sneezers), gejala biasanya memberikan respon yang baik dengan terapi

antihistamin dan glukokortikosteroid topikal;

2) Golongan rinore (runners), gejala dapat diatasi dengan dengan pemberian anti kolinergik

topikal ; dan

3) Golongan tersumbat (blockers), kongesti umumnya memberikan respon yang baik dengan

terapi glukokortikosteroid topical dan vasokonstriktor oral.7

Diagnosis

Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara eksklusi, yaitu menyingkirkan adanya

rinitis infeksi, alergi, okupasi, hormonal dan akibat obat. Dalam anamnesis dicari faktor yang

mempengaruhi timbulnya gejala.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tam-pak gambaran yng khas berupa edema mukosa

hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu

dibedakan dengan rhinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol

(hipertrofi).

13

Page 14: Makalah ISPA

Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada

golongan rinore sekret yang ditemukan ialah serosa dan banyak jumlahnya.7

3. Sinusitis Akut

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai

atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah

selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh

infeksi bakteri.

Yang paling sering terkena ialah sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal

lebih jarang dan sinus sfenoid lebih jarang lagi.

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis

terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanital hamil, polip hidung, kelainan anatomi

seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi

tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener,

dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan

kering. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.

Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada

muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai

gejala sistemik seperti demam dan lesu.7

Gejala klinis

Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas

sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi

menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang ke dua bota mata menandakan

sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis

sfenoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada

sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga. Gejala lain adalah sakit

kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post-nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada

anak.7

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

14

Page 15: Makalah ISPA

penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan

nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah

adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di

meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sfenoid).

Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada

pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius. Pemeriksaan pembantu yang penting

adalah foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya

mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. CT scan sinus

merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan

sinus.7

15

Page 16: Makalah ISPA

BAB IV

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

Anjuran Penatalaksanaan Penyakit

a) Promotif : Meningkatkan kesadaran keluarga akan pentingnya kesehatan, terutama bagi

tumbuh kembang masa bayi dan anak-anak. Yaitu dengan cara memberikan informasi dan

pengetahuan kepada keluarga mengenai berbagai macam penyakit yang dapat

mengaganggu masa anak-anak, terutama penyakit nasofaringitis akut (ISPA) secara umum.

b) Preventif : Menganjurkan kepada keluarga agar memperhatikan segala segi kesehatan

keluarga dan menjalankan gaya hidup sehat. Terutama dalam merawat pasien yang masih

rentan karena masih dalam masa bayi.

c) Kuratif : Memberikan obat-obatan secukupunya yang tepat, efisien serta rasional. Baik dari

segi kebutuhan, dosis, dan harga yang terjangkau. Serta memberitahukan hal-hal apa yang

harus diperhatikan dalam mendukung pengobatan.

d) Rehabilitatif : Memperbaiki/mengurangi komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit yang

ada.

Strategi Penyelesaian Masalah Pasien

1. Penjelasan keterlibatan kelurga, lingkungan dan sosio-ekonomi

Peranan keluarga dalam mengelola penyakit pasien sangatlah penting, apalagi pasien

masih berumur 11 bulan. Pasien masih memerlukan perhatian yang lebih, baik dalam keadaan

sehat apalagi dalam keadaan sakit. Keluarga diharapkan agar memperhatikan segala aspek

kesehatan untuk penyembuhan pasien. Seperti meminumkan obat yang diberikan dokter

secara teratur. Memberi makanan yang sehat bergizi dan tepat waktu, jika masih

memungkinan diberi asi, dapat dilakukan pemberian asi secara teratur. Dan menghindarkan

pasien dari pajanan-pajanan penyakit, seperti menghindarkan dari orang-orang sekelilingnya

yang sedang batuk pilek juga. Karena ini akan dapat menambah episode sakit pasien.

Diharapkan dengan ini pasien akan hidup sehat dan mencapai tumbuh kembang optimal yang

16

Page 17: Makalah ISPA

seharusnya.

Kebersihan lingkungan seperti kebersihan rumah tempat tinggal, kebersihan luar rumah

sekitar tempat tinggal pun perlu diperhatikan. Agar lingkungan tidak menjadi sumber

penyakit bagi keluarga dan pasien yang rentan. Lingkungan sosio-ekonomi pun perlu

diperhatikan juga. Diusahakan agar tetap menjadikan kesehatan sebagai hal yang pokok dari

yang lainnya.

2. Penjelasan Lainnya

1) Tentang penyakitnya

Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit yang dideritanya tidak terlalu

serius, dan mudah dalam pengobatannya. Namun hal tersebut juga jangan dianggap

remeh, sebab dapat menimbulka komlikasi lain yabg lebih serius.

2) Upaya pengendalian

Pengendalian penyakit ini juga cukup mudah. Yang terpenting ialah diperhatikan

daya tahan tubuh pasien. Pasien yang juga masih dalam masa tumbuh kembang, perlu

pemberian makanan ekstra yang bergizi sesuai kebutuhannya, dan jika memungkinkan asi

dapat diberikan. Agar agent-agent penyakit, terutama virus yang sering menyerang dapat

dicegah.

Lingkungan tempat tinggal pun perlu diperhatikan sekali. Kebersihannya, sirkulasi

udaranya perlu dijaga dengan baik. Agar mendukung pasien da keluarga dalam hidup

sehat.

3) Peran keluarga

Peran keluarga sangatlah penting bagi pasien. Diusahakan agar pasien tetap merasa

nyaman dan aman dalam suasana keluarga tersebut. Ini juga akan membantu dalam

tumbuh kembangnya baik secara psikis maupun fisik.

4) Pengobatan

Obat yang diberikan oleh dokter di puskesmas harus diminum secara teratur. Menurut

tinjauan pustaka dalam kerangka teori, sebenarnya pengobatan nasofaringitis akut hanya

memerlukan pengobatan simptomatik, antibiotic tidak mempengaruhi perjalanan penyakit,

sebab penyakit ini sebagian besar etiologinya ialah virus.

Pengobatan simptomatik yang dapat diberikan ialah parasetamol dengan dosis 4 x ¼

tablet (@ tablet 500 mg). Jika ada sumbatan hidung karena mucus jangan dihisap dengan

berbagai alat, namun diposisikan dlam posisi “prone position” (terlungkup). Jika belum

17

Page 18: Makalah ISPA

dapat membantu juga dapat diberikan tetes hidung dengan larutan salin steril agar mucus

mudah keluar. Atau bisa juga diberikan tetes hidung fenilefrin (0,125-0,25%). Penetesan

tersebut dapat dilakukan 15-20 menit sebelum makan dan pada waktu sebelum tidur.

Tidak kalah pentingnya ialah istirahat yang cukup, dan makan makanan yang bergizi

dengan adekuat. Cotrimoksazol merupakan antibiotic yang sebenernya diberikan jika ada

indikasi infeksi bakteri selain infeksi virus, dosis yang dpat diberikan ialah 2 x ½ tablet

(@ tablet 480 mg).2

5) Kasiat obat dan cara kerjanya

‐ Parasetamol dapat menurunkan demam, iritabilas, rasa nyeri dan malaise.

‐ Tetes hidung larutan salin steril atau fenilefrin (0,125-0,25%) dapat membantu

melegakan saluran hidung akibat mucus yang berlebihan, dengan cara pengeluaran yang

lebih mudah.

‐ Posisi terlungkup (prone position) dapat membantu pengeluaran mucus yang berlebihan.

‐ Istirahat yang cukup dan makanan bergizi yang adekuat akan membantu memulihkan

daya tahan tubuh, sehingga tubuh dapat melawan virus yang menginfeksi.

‐ Cotrimoksazol hanya diberikan jika ada indikasi, yaitu untuk mengobati infeksi bakteri.

6) Lama minum obat

‐ Parasetamol dapat diberikan selama 3 hari berturut turut.

‐ Tetes hidung larutan salin steril atau fenilefrin (0,125-0,25%) dapat diberikan selama

mucus yang berlebih dan menganggu masih ada. Namun perlu diingat untuk pemakaian

tetes hidung fenilefrin (0,125-0,25%) tidak boleh lebih dari 4-5 hari, karena dapat

menimbulkan iritasi.4

7) Pemeriksaan kembali

Sebenarnya jika gejala sudah mereda tidak perlu dating berobat lagi. Namun jika

dalam 3 hari tidak ada perbaikan gejala, sebaiknya kembali ke dokter.

8) Efek samping obat

Sampai saat ini parasetamol masih dalam tahap aman jika dipakai sesuai dengan yang

seharusnya. Tetes hidung fenilefrin (0,125-0,25%) dapat menyebabkan iritasi hidung.

9) Diet

Tentunya diet makanan bergizi dengan adekuat sangat diperlukan. Jika

memungkinkan dapat ditambah suplemen kesehatan lainnya yang dokter sarankan.

Tanda-tanda yang Mengharuskan Pasien Dirujuk

18

Page 19: Makalah ISPA

Secara umum nasofaringitis akut jarang sekali menimbulkan hal yang berbahaya bagi

pasien, namun jika dalam 3 hari pasien tidak mengalami perbaikan gejala, anak tidak mau

minum atau makan, stridor, whezzing sebaiknya kembali ke dokter sesegera mungkin. Tanda-

tanda bahaya yang dapat terjadi biasanya jika terdapat komplikasi. Berikut ini tanda-tanda

komplikasi yang sering terjadi, yang harus segera dirujuk.

1) Sinusitis Paranasal

‐ Gejala umum lebih berat.

‐ Nyeri kepala bertambah (anak rewel, gelisah).

‐ Nyeri dan nyeri tekan di daerah di daerah sinus frontalis dan maksilaris.

‐ Bersin terus menerus disertai sekret purulen (unilateral amupun bilateral).

‐ Pernapasan melalui mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa

sebab yang jelas.

2) Otitis Media Akut (OMA)

‐ Suhu badan mendadak tinggi.

‐ Terjadi kejang demam.

‐ Terlihat nyeri jika kepala digoyangkan atau memegangi terus telinganya yang nyeri.

‐ Kadang-kadang hanya timbul gejala demam dan gelisah disertai muntah dan diare.

Penjelasan Penyakit kepada Keluarga

Tidak ada penjelasan khusus mengenai penyakit yang diderita pasien. Yang perlu

diperhatikan hanyalah perawatan pasien dengan baik. Makanan yang bergizi dan adekuat bagi

pasien agar tercapai daya tahan tubuh yang baik serta perkembangan yang optimal.

Pengobatan yang diberikan juga harus di minum secara teratur. Dan lingkungan tempat

tinggal yang mendukung bagi kesehatan keluarga dan pasien. Dengan diperhatikannya ini

semua diharapkan pasien dapat pulih dan tidak mengalami komplikasi yang sudah dijelaskan

sebelumnya.

Upaya Pencegahan Penyakit

1) Aspek pribadi

Diusahakan agar pasien dapat hidup dengan pola sehat. Yaitu dengan cara istirahat

yang cukup, makan makanan yang bergizi, menghindari pajanan-pajanan penyakit seperti

kontak dengan orang sakit, serta tinggal dalam lingkungan yang kondusif bagi

pertumbuhan perkembangan, serta penyembuhannya.

19

Page 20: Makalah ISPA

2) Aspek keluarga

Keluarga, terutama dalam hal ini oarnag yang mengasuh pasien sangat harus

mengerti akan pola hidup bersih dan sehat. Dengan mengetahui semuanya, maka

diharapkan pola perawatan dan pengasuhan terhadap pasien dapat dilakukan dengan baik

dan benar agar dapat tercipta kehidupan yang sehat. Keluarga lainnya yang tinggal satu

rumah pun perlu menerapkan pola hidup sehat. Agar tercipta kehidupan yang sehat dan

seimbang. Dan tidak menjadikan sumber penularan penyakit bagi anggota keluarga

lainnya.

3) Aspek masyarakat

Masyarakat yang tinggal di sekitar rumah pasien dan keluarganya pun tidak kalah

penting harus diperhatikan kesehatannya. Kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal,

sanitasi, pembuangan limbah dan sebagainya harus diperhatikan dalam segi aspek

kesehatan. Agar hal tersebut tidak menjadi sumber penyakit dan penularan bagi

masyarakat di sekitar lingkungan tersebut.

Prognosis

1. Penyakit

Secara umum prognosis penyakit ini baik. Namun penyakit ini juga perlu ditangani

secara baik agar tidak menimbulkan komplikasi yang dapat mengubah prognosisnya.

2. Keluarga

Prognosis bagi keluarga pun baik. Hal ini dikarenakan agen penyebab kebanyakan

adalah virus. Jadi anggota keluarga yang lain diharapkan agar tetap menjaga kesehatan

dan menerapkan pola hidup sehat. Agar daya tahan tubuh kuat dan tidak tertular penyakit.

3. Masyarakat

Prognosis bagi masyarakat sekitar juga baik. Hal ini karena penyakit pasien bukanlah

penyakit wabah yang serius.

20

Page 21: Makalah ISPA

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Kunjungan dilakukan ke rumah pasien bernama Ahmad Umaidi, umur 11 bulan pada

hari Kamis, 14 Juli 2011. Diagnosis yang dapat ditegakkan saat itu ialah nasofaringitis akut

atau common cold. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pasien menderita penyakit

tersebut, baik faktor internal pasien maupun faktor eksternal. Faktor yang paling berperan

mungkin ialah faktor eksternal. dimana pasien masih memerlukan perwatan dari keluarganya.

Oleh sebab itu sangat penting bagi seluruh kelurga pasien yang tinggal dalam rumah tersebut

untuk memperhatikan pola hidup sehat dan bersih. Apalagi ditambah dengan banyaknya

keluarga yang tinggal bersama. Rumah yang tidak begitu luas dan lingkungan yang sangat

padat. Hal itu sangat rentan sekali menimbulkan penyakit, terutama bagi bayi dan anak-anak.

Oleh sebab itu, untuk mengatasi suatu penyakit dalam keluarga ataupun masyarakat,

perlu diperhatikan dengan pendekatan kedokteran keluarga. Dimana kita harus melihat secara

holistik suatu penyakit. Pengelolaan pasien pun harus dilakukan secara holistik. Dengan

begitu, pasien dapat sembuh dan juga tidak menjadi sumber penularan penyakit bagi yang lain

ataupun sebaliknya. sehingga tercipta kehidupan lingkungan kesehatan masyarakat yang baik.

Saran

Dalam pengelolaan pasien ini, terutama perlu dilakukan pendidikan mengenai pola

hidup bersih dan sehat terhadap keluarga pasien, terlebih yang merawat langsung pasien. Agar

pasien yang masih membutuhkan perawatan dapat hidup sehat. Tidak kalah pentingnya juga

bagi anggota keluarga yang lain, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Agar antara

anggota keluarga yang satu dengan yang lain tidak menjadi sumber penularan penyakit, yang

dapat menggannggu keseimbangan hidup sehat dalam keluarga tersebut. Lingkungan sekitar

21

Page 22: Makalah ISPA

tempat tinggal kelurga pasien pun perlu diperhatikan. Seperti lingkungan tetangga, sanitasi,

sistem pembuangan limbah dan yang lainnya. Ini semua agar tidak menjadi sumber penularan

penyakit.

Penutup

Nasofaringitis akut atau common cold atau selesma merupakan penyakit dengan etiologi

terbesar oleh virus. Penyakit tersebut paling banyak diderita oleh bayi dan anak-anak.

Penyakit ini termasuk kedalam infeksi saluran napas akut (ISPA) yang ringan. Pengobatan

dalam kasus ini hanyalah pengobatan simptomatik. Dan memerlukan daya tahan tubuh yang

kuat untuk dapat melawan virus penyebab yang ada. Oleh sebab itu, pemeliharaan kesehatan,

kecukupan gizi dan pola hidup sehat perlu diterapkan juga dalam penanganan kasus ini.

Jika tidak ditangani dengan benar akan dapat berakibat terjadinya komplikasi yang

mempengaruhi status prognosisnya. Oleh sebab itu penanganan dengan cepat dan tepat dalam

kasus ini sangatlah diperlukan.

22

Page 23: Makalah ISPA

DAFTAR PUSTAKA

1. Permatasari CAE. Faktor Resiko Kejadian ISPA. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia; 2009

2. Anonim. Pedoman kerja puskesmas. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia;1998

3. Yovita WRS. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut

di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan Periode Februari 2009 sampai dengan

Januari 2010. Jakarta: Kepaniteraan IKM Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2010

4. Abdoerrachman MH, Affandi MB, Agusman S, et all. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan.

Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1985.

h. 603-6; 924-7

5. Nelson WE. Nasofaringitis Akut dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson; editor

Richard E. Behrnab, et all; Alih bahasa, A. Samik Wahab; editor bahasa Indonesia, A.

Samik Wahab, et all. Ed.15 Vol.2. Jakarta: EGC, 2000. h. 1456-8

6. Mentzer WC. Penyakit Infeksi dalam Buku Ajar Pediatrik Rudolf; editor, Abraham M.

Rudolph, et all; alih bahasa, A. Samik Wahab, Sugiarto; editor bahasa Indonesia, Natalia

Susi, et all. Ed.20 Vol.2. Jakarta: EGC, 2006. h. 1059-60

7. Soepardi EA, et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Tenggorok Kepala & Leher. Ed.6.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 128-37

23

Page 24: Makalah ISPA

LAMPIRAN (taro foto2)

24