tugas farmakologi kelompok 5

25
MAKALAH FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI DAN PENANGANANNYA DISUSUN OLEH : TITIN SAKINAH (09060077) NOFITA FAHMY A. (09060079) DIMAS YAN PRAHMANA (09060072) INDRA KURNIAWAN (09060071) ANDRE FEBRI UTOMO (09060076) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2010

Upload: diar-setya-slank

Post on 03-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

MAKALAH FARMAKOLOGI

TOKSIKOLOGI DAN PENANGANANNYA

DISUSUN OLEH :

TITIN SAKINAH (09060077)

NOFITA FAHMY A. (09060079)

DIMAS YAN PRAHMANA (09060072)

INDRA KURNIAWAN (09060071)

ANDRE FEBRI UTOMO (09060076)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2010

KATA PENGANTAR

Page 2: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah yang

berjudul “Toksikologi dan penanganannya” dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-

Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa saja bahan-bahan kimia atau

hal-hal lain yang dapat menyebabkan keracunan dan bagaimana menangananinya dengan

tepat. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang

dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan

terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran

dan kritiknya. Terima kasih..

Malang, Desember 2010

Penyusun

Page 3: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TOKSIKOLOGI

B. BAHAN PENYEBAB KERCUNAN

C. KLASIFIKASI TOKSIKOLOGI

D. METODE KONTAK DENGAN RACUN

E. CONTOH-CONTOH KERACUNAN DAN CARA MENANGANINYA

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping

memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar

terhadap manusia terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah

kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang.

Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti,

meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapi angka

tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat.

Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di

Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,

alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan

beberapa tanaman beracun lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan

oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ

tubuh tertentu, seperti paru paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula

terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ

lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian toksikologi?

2. Apa saja bahan penyebab keracunan?

3. Apa klasifikasi dari toksikologi?

4. Bagaimana metode kontak dengan racun?

5. Apa saja contoh-contoh keracunan dan bagaimana cara menanganinya?

Page 5: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

C. Tujuan

Tujuan Umum

Agar mahasiswa/masyarakat dapat mengetahui apa saja bahan-bahan yang dapat

menyebabkan keracunan dan bagaimana cara menanganinya dengan tepat.

Tujuan Khusus

1. Dapat mengetahui pengertian toksikologi

2. Dapat mengetahui bahan yang dapat menyebabkan keracunan

3. Dapat mengetahui klasifikasi dari toksikologi

4. Dapat mengetahui bagaimana metode kontak dengan racun

5. Dapat mengetahui contoh-contoh keracunan dan penanganannya

Page 6: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu

yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain,

yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya.

Menurut Ahli Kimia, Toksikologi adalah ilmu yang bersangkut paut dengan efek-efek

dan mekanisme kerja yang merugikan dari agent-agent Kimia terhadap binatang dan manusia.

Sedangkan dari para ahli Farmakologi, Toksikologi merupakan cabang Farmakologi yang

berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam system biologik. Toksikologi

mempelajari keracunan oleh karena berbagai zat kimia/terutama obat , termasuk di dalamnya

diagnostik keracunan, tindakan pengobatan dan pencegahan.

Bahan Penyebab Keracunan

Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :

Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti

pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas ( nitrogen, metana,

karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan

bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).

Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan

serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll

Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus,

Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll

Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita,

jamur psilosibin, oleander, kecubu.

Page 7: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Klasifikasi

A. Menurut cara terjadinya keracunan:

1. Self Poisoning

Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan

pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning biasanya terjadi

karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan. Kasus ini bisa terjadi pada remaja

yang ingin coba-coba menggunakan obat, tanpa disadari bahwa tindakan ini dapat

membahayakan dirinya. 

2. Attempted Suicide

Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan

kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan dosis.

3. Accidental Poisoning

Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur kesengajaan

sama sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena

kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.

4. Homicidal Poisoning

Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja

meracuni seseorang.

B. Menurut Mula Waktu terjadinya :

1. Kronik

Diagnosis sulit ditegakkan karena timbul perlahan dan lama sesudah pajanan.

2. Akut

Keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi secara

mendadak setelah makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan jenis ini biasanya

terjadi pada banyak orang (misal keracunan makanan, dapat mengenai seluruh

anggota keluarga atau bahkan seluruh warga kampung). Pada keracunan akut

Page 8: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

biasanya mempunyai gejala hampir sama dengan sindrom penyakit, oleh karena itu

harus diingat adanya kemungkinan keracunan pada sakit mendadak.

C. Menurut organ yang terkena:

Racun SSP, racun jantung, racun ginjal dll

D. Menurut jenis bahan kimia:

1. Alcohol

2. Fenol

3. Logam berat

4. Organofosfor

Metode Kontak Dengan Racun

Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh berbeda menurut situasi paparan. Metode

kontak dengan racun melalui cara berikut:

Tertelan

 Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus:

overdosis obat, pestisida

Topikal (melalui kulit)

Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan sistemik. Kasus ini

biasanya terjadi di tempat industri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat

Topikal (melalui mata)

Efek spesifiknya pada mata dan bisa menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam

dan basa, atropine

Inhalasi

Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan

keracunan sistemik. Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-tempat

industri. Contoh : atropin, gas klorin, CO (karbon monoksida)

Injeksi

Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam

tubuh bisa melalui intravena, intramuskular, intrakutan maupun intradermal.

Page 9: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Contoh-Contoh Keracunan Antara Lain

1. Keracunan Makanan Yang Mengandung Kuman Stafilokokus

Keracunan makanan yang mengandung kuman stafilokokus adalah keracunan akibat

memakan makanan yang terkontaminasi oleh racun dari beberapa tipe Staphylococcus,

yang menyebabkan diare dan muntah.

Penyebabnya adalah bila pengelola makanan yang menderita infeksi mencemari

makanan, yang kemudian dibiarkan dalam suhu ruangan, sehingga memungkinkan

bakteri tumbuh dan menghasilkan racunnya dalam makanan tersebut. Makanan yang

sering tercemar adalah puding, kue-kue kecil yang mengandung krim, susu, daging

olahan dan ikan.

Gejala biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan mual yang hebat dan muntah-muntah,

sekitar 2-8 jam setelah makan makanan yang tercemar.

Gejala lainnya berupa kram perut, diare dan kadang-kadang sakit kepala dan demam.

Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan kelemahan dan tekanan darah yang

rendah (syok). Gejala biasanya berlangsung selama kurang dari 12 jam dan

penyembuhannya sempurna.

Kadang-kadang keracunan makanan dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi pada

anak-anak, orang tua dan orang dengan kondisi lemah karena sakit menahun.

Penanganan

Pengobatan biasanya terdiri dari minum banyak cairan. Bila gejalanya berat, dapat

diberikan suntikan atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur) untuk

mengendalikan rasa mual. Bila infus cairan dan elektrolit diberikan segera, penyembuhan

akan cepat terjadi.

2. Keracunan makanan

Keracunan karena mikroorganisme dapat berupa keracunan makanan (food

intoxication) dan infeksi (food infection) karena makanan yang terkontaminasi oleh

parasit atau bakteri patogen. Keracunan makanan (food intoxication) dapat terjadi karena

makanan tercemar toksin. Toksin bisa berupa eksotoksin yaitu toksin yang dikeluarkan

oleh mikroorganisme yang masih hidup; enterotoksin yaitu toksin yang spesifik bagi

lapisan lendir usus seperti tahan terhadap enzim tripsin dan stabil terhadap panas;

aflatoksin/toksoflavin seperti pada kasus keracunan tempe bongkrek.

Page 10: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Keracunan makanan oleh eksotoksin dapat terjadi karena makanan nonasam dalam

kaleng (sayuran, buah-buahan, daging) yang diproses kurang sempurna sehingga bakteri

Clostridium botulinum atau sporanya masih dapat tumbuh. Gejala klinis keracunan

makanan oleh eksotoksin antara lain muntah, penglihatan ganda, kelumpuhan otot,

terkadang diare, sakit perut, nyeri otot, pupil membesar, sukar menelan, dan lemah.

Gejala ini timbul dalam waktu 8 jam sampai 8 hari.

Penanganan

Usahakan muntah dengan diberi karbon aktif atau natrium bikarbonat. Jika tidak

terjadi diare, lakukan pengurasan lambung dengan memberikan air hangat 1-2 L atau

larutan garam 5-10 ml/kg BB untuk anak-anak lalu dilanjutkan dengan pemberian

karbon aktif. Kemudian lakukan pembersihan usus dengan obat laksan senyawa

garam seperti Mg-sulfat atau Na-sulfat.

Lakukan pemeriksaan darah untuk menentukan jenis toksin.

Jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan.

3. Keracunan bisa ular

Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular

dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang

taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk

menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular.

Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan

sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang

termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa

merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah

sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi unggal,

tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas

enzimatik.

Penanganan

Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular

sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri

Page 11: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

atau orang lain yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah

untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari

komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi

gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan

medis.

Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas;

imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara

mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena

pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran

darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan

Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan

penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.

Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan

senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah

peningkatan penyerapan bisa.

Pengobatan gigitan ular

Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular.

Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran

darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan

daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena

tidak terbukti manfaatnya.

Terapi yang dianjurkan meliputi: Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal

atau air steril, Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun

elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian

tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan

gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi

ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu Penggunaan torniket

tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat

menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.

Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan

nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan

Page 12: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan

shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba

memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot

rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.

Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka

diberikan satu dosis toksoid tetanus.

Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.

Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik.

Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka

sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia,

antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular.

Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang

luas.

4. Keracunan baygon

Baygon termasuk kedalam racun serangga ( insektisida ). Berdasarkan struktur

kimianya insektisida dapat digolongkan menjadi :

Insektisida golongan fospat organik ; seperti : Malathoin, Parathion, Paraoxan ,

diazinon, dan TEP.

Insektisida golongan karbamat ; seperti : carboryl dan baygon

3. Insektisida golongan hidrokarbon yang diklorkan ; seperti ,DDT endrin ,

chlordane, dieldrin dan lindane.

Keracunan akibat insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan pecobaan

bunuh diri , jarang sekali akibat pembunuhan

Gejala-gejala keracunan:

Manifestasi utama keracunan adalah gangguan penglihatan , gangguan pernafasan dan

hiper aktif gastro – intestinal.

Page 13: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

a. Keracunan Akut;

Gejala – gejala timbul 30 – 60 menit dan mencapi maksimum dalam 2 – 8 jam.

Keracunan ringan

Anoreksia , sakit kepala , pusing , lemah , ansietas , tremor lidah dan kelopak

mata , miosis, penglihatan kabur.

Keracunan Sedang :

Nausia, Salivasi, lakrimasi , kram perut , muntah – muntah , keringatan , nadi

lambat dan fasikulasi otot.

Keracunan Berat

Diare , pin point , pupil tidak bereaksi , sukar bernafas, edema paru , sianons ,

kontrol spirgter hilang , kejang – kejang , koma , dan blok jantung.

b. Keracunan Kronis

Penghambatan kolinesterase akan menetap selama 2 – 6 minggu

( organofospat ). Untuk karbamat ikatan dengan AChE hanya bersifat sementara dan

akan lepas kembali setelah beberapa jam ( reversibel ).

Keracunan cronis untuk karbomat tidak ada. Gejala – gejala bila ada

menyerupai keracunan akut yang ringan , tetapi bila eksposure lagi dalam jumlah

yang kecil dapat menimbulkan gejala – gejala yang berat.

Kematian biasanya terjadi karena kegagalan pernafasan , dan pada penelitian

menunjukkan bahwa segala keracunan mempunyai korelasi dengan perubahan dalam

aktivitas enzim kholinesterase yang terdapat pada pons dan medulla ( Bajgor , 1971 ).

Kegagalan pernafasan dapat pula terjadi karena adanya kelemahan otot

pernafasan , spasme bronchus dan edema pulmonum.

Page 14: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Penanganan

Pada pasien yang sadar :

Kumbah lambung

Injeksi sulfas atropin 2 mg ( 8 ampul ) Intra muscular

30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA ( 2 ampul ) i.m , diulang tiap 30 menit

sampai artropinisasi

Setelah atropinisasi tercapai , diberikan 0 , 25 mg SA ( 1 ampul ) i.m tiap 4 jam

selama 24 jam .

Pada pasien yang tidak sadar:

Injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena ( 16 ampul )

30 menit kemudian berikan SA 2 mg ( 8 ampul ) i.m , diulangi setiap 30 menit

sampai sadar.

Setelah sadar , berikan SA 0,5 mg ( 2 ampul ) i.m sampai tercapai atropinisasi,

ditandai dengan midriasis , fotofobia, mulut kering , takikardi, palpitasi , tensi

terukur.

Setelah atropinisasi tercapai , berikan SA 0,25 mg ( 1 ampul ) i.m tiap 4 jam

selama 24 jam.

Pada Pasien Anak :

Lakukan tindakan cuci lambung atau membuat penderita muntah.

Lakukan pernafasan buatan bila terjadi depresi pernafasn dan bebaskan jalan

nafas dari sumbatan – sumbatan.

Bila racun mengenai kulit atau mukosa mata, bersihkan dengan air.

Atropin dapat diberikan dengan dosis 0,015 – 0,05 mg / Kg BB secara intra vena

dan dapat diulangi setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala atropinisasi.

Kemudian berikan dosis rumat untuk mempertahankan atropinisasi ringan selama

24 jam.

Page 15: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Protopan dapat diberikan pada anak dengan dosis 0,25 gram secara intra vena

sangat perlahan – lahan

Pengobatan simtomatik dan suportif.

5. Keracunan Minyak tanah

Gejala keracunan minyak tanah

Setelah cairan minyak tanah masuk ke dalam tubuh, akan menimbulkan beberapa

gejala.  Berikut ini beberapa gejala akibat keracunan minyak tanah:

Mulut terasa panas dan seperti terbakar.

Saluran pernafasan terasa panas dan sesak, akibatnya batuk seperti tersedak.

Merasa mual yang hebat dan muntah.

Suhu badan meningkat.

Kepala mendadak pusing dan pandangan menjadi tidak jelas.

Pada fase gawat, jika terlambat ditangani maka akan berakibat pada paru-paru,

lambung juga sistem pencernaan.

Penanganan

Jangan panik saat mengetahui anak Anda telah meminum minyak tanah.  Keracunan

minyak tanah akan lebih berbahaya terutama jika cairan minyak tanah masuk ke dalam

paru-paru.  Berikut ini langkah-langkah penting untuk saat anak Anda mengalami

keracunan minyak tanah:

Segera membawa anak ke tempat yang lebih bersih dan tenang.

Usahakan anak tidak muntah.  Ingat, muntah akan mengakibatkan cairan minyak

tanah akan lebih mudah menyebar di dalam tubuh, masuk ke saluran pernafasan dan

merusak paru-paru.

Beri minum air kelapa atau susu.

Page 16: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Bawa anak Anda ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan dan

perawatan yang lebih rinci dan teliti.

Keracunan minyak tanah ini jangan sampai terlambat penanganannya, karena cairan

minyak tanah ini bersifat tidak larut dalam air dan bisa merusak sistem pernafasan juga

pencernaan dalam tubuh.

6. Keracunan Aspirin

Aspirin atau obat yang mirip dengan Aspirin (salisilat) biasanya tidak dianjurkan

diberikan kepada anak-anak dan remaja karena memiliki resiko terjadinya sindroma

Reye. Tetapi pada penyakit tertentu (misalnya artritis rematoid juvenil) pemberian

Aspirin kepada anak-anak/remaja dibenarkan/diperlukan.

Aspirin ditemukan pada; Aspirin,  Ecotrin,  Anacin (kaplet dan tablet),  Alka

Seltzer dan  Bufferin. Overdosis Aspirin (salisilisme) pada anak yang telah meminum

Aspirin dosis tinggi selama beberapa hari biasanya lebih berat.

Bentuk salisilat yang paling beracun adalah minyak wintergreen (metil salisilat),

yang merupakan komponen dari obat gosok dan larutan penghangat. Seorang anak dapat

meninggal karena menelan kurang dari 1 sendok teh metil salisilat murni.

Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah, diikuti dengan pernafasan

yang cepat, hiperaktivitas, peningkatan suhu tubuh dan kadang kejang. Anak menjadi

mengantuk, mengalami kesulitan dalam bernafas dan pingsan. Kadar Aspirin yang tinggi

dalam darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal ini bisa menyebabkan

dehidrasi.

Dilakukan pengurasan lambung sesegera mungkin. Jika anak dalam keadaan

sadar, diberikan arang aktif melalui mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam

lambung.

Penanganan

Page 17: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

Untuk mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan minum sebanyak mungkin

(susu maupun jus buah).

Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan melalui infus.

Demam diatasi dengan kompres hangat.

Untuk mengatasi perdarahan bisa diberikan vitamin K1.

Prognosis tergantung kepada kadar salisilat dalam darah. Kadar yang bisa

menimbulkan keracunan adalah 150-300 mg/kg berat badan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keracunan akut terjadi lebih dari sejuta kasus dalam setiap tahun, meskipun hanya

sedikit yang fatal. Sebagian kematian disebabkan oleh bunuh diri dengan mengkonsumsi

obat secara overdosis oleh remaja maupun orang dewasa. Kematian pada anak akibat

mengkonsumsi obat atau produk rumah tangga yang toksik telah berkurang secara nyata

dalam 20 tahun terakhir, sebagai hasil dari kemasan yang aman dan pendidikan yang

efektif untuk pencegahan keracunan.

Keracunan tidak akan menjadi fatal jika korban mendapat perawatan medis yang

cepat dan perawatan suportif yang baik. Pengelolaan yang tepat, baik dan hati-hati pada

korban yang keracunan menjadi titik penting dalam menangani korban.

B. Saran

Bertolak dari besarnya bahaya dari demam berdarah terutama pada anak-anak, maka:

1. Kewaspadaan kita harus lebih ditingkatkan agar terhindar dari racun

2. Pilihlah makanan yang dimasak dengan sempurna sehingga terbebas dari

kuman atau jamur

3. Perlunya penyuluhan yang intensif dari tenaga kesehatan agar keracunan dapat

ditangani dengan tepat

Page 18: tugas FARMAKOLOGI kelompok 5

DAFTAR PUSTAKA

http://igdrsudbuol.blogspot.com/2009/03/toksikologi.html

http://sehat-enak.blogspot.com/2010/02/keracunan-makanan-yang-mengandung.html

http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/CegahRacunUmum.pdf

http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/24/penatalaksanaan-keracunan-akibat-gigitan-ular-berbisa/

http://www.anneahira.com/keracunan-minyak-tanah.htm

http://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/keracunan-baygon/

http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/mengenal-penyebab-dan-gejala-keracunan-makanan-untuk-penanggulangan-yang-tepat/